• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DPD GOLKAR DALAM MENDULANG SUARA DI KABUPATEN BUNGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI DPD GOLKAR DALAM MENDULANG SUARA DI KABUPATEN BUNGO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DPD GOLKAR DALAM MENDULANG SUARA DI

KABUPATEN BUNGO

Joko Sunaryo1), Hamirul2)

1,2Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Setih Setio 1Jokosunaryo21@gmail.com

2hrul@ymail.com

Abstract

This article aims to find out how the Golkar DPD communication strategy in Bungo District won the legislative elections. In addition, this research is to find out the obstacles faced by the DPD Golkar in Bungo Regency in conducting communication to win the legislative elections. The final objective of this research is to find out the efforts that will be carried out by the Golkar DPD of the Bungo Regency to overcome the obstacles in communicating to win the legislative elections. The research method used in this study is descriptive method with qualitative data analysis. The population in this study is the chairman and board of the Regional Leadership Council of the Bungo Golkar Party, as well as the Bungo Regency Golkar Party cadres. While the sample or unit of analysis in this study amounted to fourteen people who were taken by purposive sampling technique. To collect data, observations and interviews were conducted by researchers. After the data is collected, the data is analyzed by reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The results of the study show that the communication strategy of the DPD leader of the Bungo District Golkar Party against the victory in the legislative general election in Bungo Regency has not been able to gain the most votes for the legislative candidates and for the Golkar party, this is evidenced by the chair of the DPRD chair in recent periods held by other political parties . Then the obstacle faced by the chairman of the DPD Golkar Party of Bungo Regency in winning the legislative general election is (1). The existence of less loyal candidates. (2). Lack of communication and campaign socialization. (3). Lack of funding from candidates. Then to overcome these obstacles is by doing (1). Increase cadre loyalty. (2). Improve communication and socialization. (3). Prepare funding. It is recommended to improve the political recruitment process so that the legislative candidates produced can really get support from the community.

Keywords: Communication, DPD Golkar, Bungo, Leader Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi DPD Golkar Kabupaten Bungo dalam memenangkan pemilu legislative, Selain itu penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh DPD Golkar Kabupaten Bungo dalam melakukan komunikasi untuk memenangkan pemilu legislatif. Tujuan terakhir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang akan dilakukan DPD Golkar Kabupaten Bungo untuk mengatasi hambatan dalam melakukan komunikasi untuk memenangkan pemilu legislatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskrptif dengan analisis data kualitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu ketua dan pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Bungo, serta kader Partai Golkar Kabupaten Bungo. Sedangkan sampel atau unit analis dalam penelitian ini berjumlah empat belas orang yang pengambilannya dengan teknik

(2)

purposive sampling. Untuk mengumpulkan data, observasi dan wawancara dilakukan oleh peneliti.

Setelah data terkumpul, data tersebut dianalasis dengan cara mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi dari pimpinan DPD partai Golkar Kabupaten Bungo terhadap kemenangan dalam pemilihan umum legislatif di Kabupaten Bungo belum mampu mendulang suara terbanyak baik bagi caleg dan bagi partai Golkar, hal ini dibuktikan dengan kursi ketua DPRD beberapa periode terakhir dipegang oleh partai politik lain. Kemudian hambatan yang dihadapi oleh ketua DPD Partai Golkar Kabupateb Bungo dalam memenangkan pemilihan umum legislatif adalah (1). Adanya caleg yang kurang loyal. (2). Kurangnya komunikasi dan sosialisasi kampanye. (3). Minimnya pendanaan dari caleg. Maka untuk mengatasi hambatan tersebut adakah dengan melakukan (1). Meningkatkan loyalitas kader. (2). Meningkatkan komunikasi dan sosialisasi. (3). Mempersiapkan pendanaan. Disarankan agar meningkatkan proses rekrutmen politik sehingga caleg yang dihasilkan benar-benar dapat mendapat dukungan dari masyarakat.

Kata kunci: Komunikasi; DPD Golkar; Bungo; Pimpinan

PENDAHULUAN

Salah satu wujud perlibatan masyarakat dalam proses politik adalah pemilihan umum (pemilu). Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur dan arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu. Ketika demokrasi mendapat perhatian yang luas dari masyarakat, Penyelenggaraan pemilu yang demokratis menjadi syarat penting dalam pembentukan kepemimpinan sebuah negara. Pemilu memiliki fungsi utama untuk menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar mendekati kehendak rakyat. Oleh karena itu, pemilu merupakan salah satu sarana legitimasi kekuasaan.

Maka kajian strategi politik, merupakan suatu kajian tentang bagaimana proses yang terjadi di dalam pertarungan politik yang di ikuti oleh setiap partai politik, untuk memenangkan pemilihan calon legislatif dan calon pimpinan daerah. Sesuai dengan bunyi Pasal 19 ayat 1 UUD 1945 tentang Dewan Perwakilan Rakyat yang mengamanatkan bahwa “anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum”.1 Maka setiap partai politik menghendaki kekuasaan dan pengaruh sebesar-besarnya di tengah masyarakat dengan berlomba menempatkan kader-kadernya di lembaga legislatif melalui pemilihan umum.

Banyak faktor yang mempengaruhi proses pemilihan umum ini, mulai dari kekuatan-kekuatan politik yang ada (institusi primordial baik yang bersifat keagamaan ataupun ke daerahan), mesin-mesin politik yang ada (oganisasi sosial politik/kelompok kepentingan baik partai politik, organisasi kepemudaan, dan media), proses pencitraan, sosialisasi politik, dan kampanye yang di lakukan. Pada dasarnya hal ini adalah instrument dari serangakaian usaha pemenangan, baik dalam pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan kepada daerah (pilkada).

Hal ini lumrah terjadi sejak bergulirnya Orde Reformasi yang membuka keran terhadap proses demokratisasi di Indonesia, dimana setiap partai politik berkompetisi dalam setiap pemilu, dan setiap partai politik memiliki peluang untuk memenangkan pertarungan politik dalam pemilu.

(3)

Dengan adanya lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat independent yakni KPU (Komisi Pemilihan Umum ), yang tidak ada pada kondisi politik di zaman Orde Baru, menjadi satu kemajuan tersendiri dalam sistem politik Indonesia. Sesuai dengan bunyi Pasal 2 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan KPU Nomor 26 Tahun 2013 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara yang berbunyi pemungutan dan penghitungan suara berdasarkan azas: langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.2

Dengan demikian reformasi menjadikan proses politik lebih berdinamika, yang diwarnai oleh pertarungan antar partai yang sangat terbuka, jujur dan adil. Hingga akhirnya dibutuhkan komunikasi adanya strategi politik untuk memenangkan hati dan meraih simpati konstituen sebagai penentu dari suatu keputusan politik, dengan menggunakan berbagai pendekatan termasuk di dalamnya memperhatikan isu politik yang akan dijual kepada kelompok pemilih, memperhitungkan kekuatan sendiri, dan mengamati kemampuan partai pesaing yang menjadi rival politik.

Setiap partai wajib memiliki strategi-strategi untuk memenangkan pertarungan dan mengkomunikasikannya kepada calon-calon yang akan bertarung pada kancah pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah. Untuk dapat mendulang suara yang signifikan dari masyarakat, maka konsep pemenangan harus di atur sedemikian rupa dan terfokus guna memenangkan partainya, baik melalui pengorganisasian dan konsolidasi kader, menggunakan mesin kekuatan organisasi sayap yang di miliknya, penguasaan terhadap kondisi objektif yang ada dalam areal pertarungan politiknya, propaganda isu dan lain sebagainya. Karena tanpa itu pegaruh dan kekuasaan mustahil diperoleh, pada prinsipnya kemenangan dalam pemilu adalah harga mati bagi setiap partai politik.

Untuk memenangkan pertarungan dalam kancah pemilihan umum, setiap pimpinan partai dan kader yang dicalonkan sebagai anggota legislatif harus saling menjaga komunikasi untuk membuat stategi-strategi yang di anggap ampuh untuk mendulang suara terbanyak pada wilayah pemilihannya. Karena terkadang komunikasi antar pimpinan partai dan kader kadangkala terputus akibat adanya konflik internal, sehingga kader calon anggota egislatif berjalan sendiri dalam membuat strategi untuk memenangkan pemilihan umum.

Salah satu partai politik yang ikut bertarung dalam merebut suara terbanyak adalah partai Golongan Karya, disingkat dengan Golkar. Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964 dengan nama Sekretariat Bersama Golongan Karya atau disingkat Sekber Golkar. Sekber Golkar merupakan perhimpunan (federasi) 97 organisasi fungsional non afiliasi politik. Namun pada tangga l 4 Februari 1970 Gokar mengeluarkan keputusan bersama untuk ikut menjadi peserta pemilihan umum melalui satu nama dan tanda gambar yaitu Golongan Karya (Golkar). Kemudian pada tanggal 7 Maret 1999 Golkar melaksanakan Deklarasi Partai Golongan Karya dan sejak saat itu secara resmi Gokar menegaskan diri menjadi partai politik dalam posisi yang sejajar serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan partai politik yang lain.

Sejarah mencatat bahwa partai Golkar sejak pemilu tahun 1977 hingga 1997 atau yang dikenal dengan masa orde baru, merupakan partai penguasa, artinya partai yang paling banyak mendapatkan dukungan rakyat dan menempatkan kader-kader partai Golkar di lembaga legislatif

2 Pasal 2 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan KPU

(4)

DPR RI dan DPRD. Adapun jumlah kursi Golkar pada pemilu legislatif orde baru dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1 Hasil Pemilihan Umum Orde Baru Partai Golkar 1977-1997

No Tahun Pemilu Jumlah Kursi Total Kursi Parlemen

1 1977 232 360

2 1982 242 360

3 1987 299 400

4 1992 282 400

5 1997 325 425

Sumber: Arsip KPU RI

Sedangkan pada pemilu pada era reformasi yaitu dari tahun 1999 hingga pemilu 2014, partai Gokar mengalami pasang surut dari tiap pemilu pada orde ini, dimana hal ini disebabkan banyaknya muncul partai-partai baru yang ikut berkompetisi memperebut perhatian dari masyarakat, hingga ini mempengaruhi jumlah suara dan jumlah wakil rakyat di DPR dari Fraksi Golkar. Adapun jumlah anggota DPR dari Fraksi Golkar pada Era Refopmasi dapat dilihat pada tabel 2 beiukut:

Tebel 2 Jumah Anggora DPR RI Fraksi Golkar Era Reformasi NO Tahun Pemilu Jumlah Kursi Fraksi

Golkar Jumlah Partai Bertarung Total Kursi DPR RI 1 1999 50 21 Partai 500 2 2004 128 16 Partai 550 3 2009 106 38 Partai 560 4 2014 91 12 Partai 560

Sumber : Arsip KPU RI

Untuk tingkat Kabupaten Bungo, sejak pemilu pada tahun 1977 hingga pemilu tahun 2014, partai Golkar juga mengalami pasang surut dalam menempatkan kadernya pada lembaga legislatif. Adapun jumlah perolehan kursi dari Partai Golkar pada lembaga legislatif Kabupaten Bungo sejak pemilu 1977-2014 dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3 Perolehan Kursi dari Fraksi Partai Golkar di Kabupaten Bungo pada Pemilu 1977- 2014

NO Tahun Pemilu Jumlah Kursi Fraksi

Golkar Jumlah Partai Bertarung

1. 1977 28 Kursi 3 Partai

2 1982 12 Kursi 3 Partai

3 1987 9 Kursi 3 Partai

(5)

5 1997 30 Kursi 3 Partai

6 1999 12 Kursi 21 Partai

7 2004 7 Kursi 16 Partai

8 2009 3 Kursi 38 Partai

9 2014 5 Kursi 12 Partai

Sumber: Arsip DPD Partai Golkar Kabupaten Bungo

Dari tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa sejak pemilu 1999 dimana pada pemilu tahun 1999 tersebut partai petarung menjadi 21 Parpol, jumlah perolehan kursi dari fraksi partai Golkar mengalami penurunan hingga ke pemilu tahun 2004 dan 2009. Sedangkan pada pemilu tahun 2014 partai Golkar mampu mendapatkan 5 kursi.

Oleh karena itu, dalam tulisan ini peneliti akan mengangkat bagaimana Partai Golkar, sebagai suatu identitas kepartaian berproses melakukan upaya komunikasi dalam memenangkan Pemilu 2014 lalu di Kabupaten Bungo dan pemilu 2019 yang akan datang. Adapun yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian pada Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Bungo ini, karena melihat ada hal yang menarik untuk diteliti, yaitu:

a. Sejak dimulai pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada pemili 1999 lalu, Golkar mampu meletakkan kader terbaiknya sebanyak 12 orang. Kemudian pada pemilu tahun 2004, DPD Partai Golkar Muara Bungo mampu meraih 7 kursi di lembaga legislatif. Sementara pemilu 2009, Partai Golkar hanya meraih 3 kursi. Terakhir pemilu 2014, Partai Golkar hanya mampu menempatkan 5 orang kadernya di lembaga legislatif Kabupaten Bungo.

b. Pada pemilu 2009 dan 2014, dimana pemenang adalah calon legislatif yang memperoleh suara terbanyak. Maka persaingan dalam satu partaipun semakin ketat dalam satu daerah wilayah pemilihan (Dapil). Hal tersebut membuat menurunnya komunikasi antar pimpinan dan kader partai dalam mengatur strategi pemenangan pemilu. Sehingga perolehan kursi dari fraksi Golkar pada pemilu 2009 hanya berjumlah 3 kursi dan pemilu 2014 berjumlah 5 kursi.

Dalam pemaparan selanjutnya peneliti akan mencoba menggambarkan, bagaimana strategi pemenangan yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Bungo. Karena perolehan suara terbanyak akan mendapatkan kursi di DPR, sementara dalam satu daerah pilihan kader partai yang bertarung merebut kursi DPRD bisa mencapai 10 orang.Untuk itu Golkar dituntut lebih siap dalam merumuskan strategi komunikasi dalam rangka “menjual” visi dan misi partai sehingga mampu diterjemahkan oleh calon anggota legislatif (caleg) yang kemudian disampaikan dan untuk mempengaruhi masyarakat pemilih. Keberhasilan DPD Partai Golkar untuk meyakinkan masyarakat sangat ditentukan dari kekuatan partai membangun strategi komunikasi dengan pimpinan partai terutama pada tahapan pelaksanaan kampanye. Untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya, hingga akhirnya orang-orang yang menjadi calon legislatif dari partai Golkar dapat memenangkan Pemilihan Umum 2019 mendatang.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat rumusan masalah yang menjadi pokok dari penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:Bagaimana strategii DPD Golkar Kabupaten Bungo dalam memenangkan pemilu legislatif?

(6)

LANDASAN TEORI

Komunikasi politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik yang berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.3 Dengan pengertian ini komunikasi politik bukanlah hal yang barut etapi komunikasi politik bisa dipahami sebagai komunikasi antara yang memerintah dan yang diperintah. Selain itu, komunikasi politik juga merupakan suatu proses pengoperasian lambang atau simbol komunikasi, yang berisi pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain, dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.

Menurut Dahlan,” komunikasi politik adalah sebuah proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain, dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berfikir serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik”.4

Menurut Budiharjo” komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat fungsi lainnya itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inheren di dalam setiap fungsi sistem politik.”5 Dari pernyataan tersebut partai politik mempunyai salah satu fungsi sebagai komunikasi politik. Maksudnya adalah fungsi komunikasi politik partai politik terhadap konstituennya dengan memberikan informasi, masukan seputar dunia politik kepada masyarakat sehingga masyarakat memahami apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat.

Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang disampaikan komunikator politik. Sesuai dengan tujuannya maka komunikasi politik itu adakalanya sekedar penyampaian informasi politik, pembentukan citra partai, pembentukan opini publik. Selain itu, komunikasi politik disini bisa menarik simpati khalayak dalam rangka meningkatkan partisipasi politik, pada saat menjelang pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah. Oleh karena itu, citra politik dalam komunikasi politk bertujuan membentuk dan membina opini publik serta mendorong partisipasi politik.

Strategi Komunikasi Politik

Strategi komunikasi politik adalah tentang bagaimana proses komunikasi yang terjadi didalam pemenangan dalam satu pertarungan politik oleh partai politik, atau secara langsung oleh seorang calon legislatif atau calon pimpinan daerah yang menghendaki kekuasaan dan pengaruh sebesar-besarnya di tengah tengah masyarakat sebagai konstiuennya. Menurut Zein, bahwa strategi komunikasi politik adalah rencana yang meliputi metode, teknik dan tata cara hubungan fungsional antara unsur-unsur dan faktor-faktor dari proses komunikasi, guna kegiatan

3 Hafied Cangara, Komunikasi Politik Konsep Teori, dan Strategi, )Jakarta: Rajawali Press, Grafindo

Persada, 2009) : 40

4 Ibid. Hal. 43 5 Ibid. Hal. 44

(7)

operational antara unsur-unsur dan faktor-faktor dari proses komunikasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Adapun faktor-faktor dari proses komunikasi politik adalah:6

1. Komuikator Politik adalah partisipan yang dapat menyampaikan atau memberikan informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik.

2. Pesan Politik adalah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non verbal, tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disdari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. Yaitu bagaimana agar setiap pesan politik yang disampaikan dapat dimengerti oleh setiap anggota ataupun masyarakat.

3. Saluran atau media politik adalah alat atau sarana yang dipergunakan oleh para komunikator politik dalam menyampaikan pesan politiknya. Dimana setiapkegiatan ataupun yang ingin disampaikan oleh partai politik ditampilkan disetiap media cetak.

4. Sarana atau target politik adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalamPemilihan Legislatif.

Pengaruh atau efek komunikasi politik adalah tercapainya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang menggunakan yang menggunakan metode kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksprimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan (triangulasi), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.7 Dengan informan sebanyak 14 orang yang teridir dari 1 orang key informan dan 13 orang ordinary informan. Dengan analisis Miles dan Huberman, menjelaskan adapun tahap-tahap dalam analisis data dapat dilihat sebagai berikut:8

1. Tahap pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian.

2. Tahap reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan.

3. Tahap penyajian data yaitu penyajian informasi untuk memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

4. Tahap penarikan kesimpulan/verifikasi yaitu penarikan kesimpulan dari data yang telah dianalisis.

6 Ibid. Hal. 4-48. 7 Ibid, Sogiyono, Hal. 9

(8)

PEMBAHASAN

Strategi komunikasi DPD Golkar Kabupaten Bungo dalam memenangkan pemilu legislatif. Rekrutmen Calon Anggota Legislatif

Pentingnya peran anggota legislatif bagi keberlangsungan iklim demokrasi, membuat proses rekrutmen dari anggota legislatif ini turut menjadi penting, karena baik buruknya anggota legislatif yang duduk di parlemen akan ditentukan oleh proses rekrutmen yang terjadi di internal partai. Oleh karena itu, partai politik memainkan peranan penting dalam proses rekrutmen calon anggota legislatif (caleg), yang nantinya akan duduk di parlemen karena rekrutmen politik merupakan salah satu fungsi dari keberadaan partai politik.

Perencanaan Komunikasi Politik

Seorang caleg dengan dibantu timnya atau para relawannya, harus pandai merancang pesan komunikasi meski juga terlibat dalam kegiatan pencalonan, kandidat diharapkan bisa menentukan langkah-langkah strategis, pemetaan karakter pemilih, pengelolaan pesan hingga mengorganisir massa. Pencalonan kandidat caleg sebelum pelaksanaan pemilu dilaksanakan, tim sukses yang membantu di lapangan setidaknya sudah terbentuk, sehingga strategi yang akan dilakukan sudah direncanakan secara matang.

Pelaksanaan Komunikasi Politik

Anggota DPRD dari Fraksi Golkar yang mempunyai minat untuk mencalonkan diri kembali pada periode 2019-2024 mendatang, maka caleg yang mempunyai modal investasi sosial dengan sendirinya akan dijaga hubungan komunikasi secara intensif dan terus menerus sehingga timbul ikatan batin dan emosional yang baik dengan masyarakat. Dari komunikasi yang terjalin dengan baik tersebut, masyarakat yang sebelumnya dikunjungi melalui kegiatan pengajian, arisan dan lain sebagainya, akhirnya masyarakat menjadi lebih dekat.

Komunikasi Strategis

Komunikasi strategis merupakan metode kampanye yang paling efektif digunakan oleh masing-masing caleg dalam memenangkan pemilihan umum legislatif yaitu dengan cara tatap muka dan dialog dengan para jamaah pengajian ibu-ibu. Selain itu, sarana untuk meraih kemenangan juga menggunakan spanduk, baliho dan komunikasi antar pribadi dengan tujuan untuk membangun citra dan meyakinkan pemilih. Dengan demikian pemilih semakin mengenal dan semakin dekat dengan calon anggota DPRD yang akan dipilihnya.

KESIMPULAN

Strategi komunikasi DPD Golkar Kabupaten Bungo dalam memenangkan pemilu legislatif yaitu: (1). Rekrutmen calon anggota legislatif . (2). Perencanaan komunikasi politik. (3). Pelaksanaan komunikasi politik. (4). Komunikasi strategis.

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Djama’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2013. Hafied Cangara, Komunikasi Politik Konsep Teori, dan Strategi, Jakarta: Rajawali Press,

Grafindo Persada, 2009.

Husein Umar, Strategi Manajemen In Action, Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 2003. Inu Kencana Syafiie. Sistem Politik Indonesia, Bandung: Aditama, 2009.

---, Sistem Politik Indonesia. Edisi Revisi. Bandung: Aditama, 2012.

Meriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2013.

Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta; Erlangga, 2009.

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Diskriptif Kualitatif, Jakarta; GP. Press Group, 2013. Peter Scholder, Strategi Politik, Jakarta: Mita Alembana Grafika , 2003.

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010. Sondang P Siagian, Teori dan Praktik Kepemimpinan. Jakarta: Rineke Cipta, 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 2012. --- Memahami Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2012.

---,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012. Undang-Undang Dasar tahun 1945

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemilu Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan KPU Nomor 26 Tahun 2013 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara

http://isma-ismi.com/pengertian-komunikasi.html

http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-pemilihan-umum-pemilu.html http://www.meteorika.com/2014/07/pengertian-legislatif-eksekutif-yudikatif-dan-fungsinya.html#ixzz3L7ZS1VUB

Gambar

Tabel 3 Perolehan Kursi dari Fraksi Partai Golkar di Kabupaten Bungo pada Pemilu 1977-  2014

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum Perlakuan Diberikan: Menyiapkan instrumen berupa skala kontrol diri dalam menggunakan internet , dan menyiapkan media yang diperlukan saat pemberian

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan judul ”Aktivitas

Masalah pengangkutan bahan/monumen megalitik tersebut sangat menarik untuk dibahas, karena seringkali pada beberapa kasus megalitik dinyatakan bahwa baik monumen,

Bahan umum yang digunakan pada konstruksi sekat kanal adalah galam, seiring dengan pembangunan sekat yang meningkat dan bertambahnya setiap tahun, hal ini harus

Adalah rencana, proses, kebijakan , prosedur dan pengetahuan berdasarkan penggunaan spesifik dan digunakan untuk melakukan organisasi, Seperti artifact, praktik atau pengetahuan

8.4.2 Menentukan teknik dan bentuk instrumen penilaian hasil belajar yang tepat dan sesuai untuk materi pelajaran yang diampu, baik untuk ranah sikap, pengetahuan maupun

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

1) Pada tanggal 10 Januari 2017, Satgas Waspada Investasi mengundang Direksi PT Royal Sugar Company untuk dapat menjelaskan legalitas dan kegiatan usaha dalam