• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : MUHAMMAD HASBI ASSIDDIQI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : MUHAMMAD HASBI ASSIDDIQI"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN

KECAMATAN MEDAN BARU

Oleh :

MUHAMMAD HASBI ASSIDDIQI

060100122

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

(2)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN

KECAMATAN MEDAN BARU

KARYA TULIS ILMIAH

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh :

MUHAMMAD HASBI ASSIDDIQI 060100122

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

(3)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Penanganan Diare pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

NAMA : M. HASBI ASSIDDIQI NIM : 060100122

Pembimbing Penguji

(dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK) ( dr. Arlinda Sri Wahyuni, M.Kes )

NIP: 130344806 NIP: 19690609 199903 2 001

Medan, 2 Desember 2009 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001

(4)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

ABSTRAK

Diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan satu miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Diare membutuhkan penanganan yang cepat dan adekuat, karena itulah pengetahuan keluarga akan penanganan diare sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

Desain penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 267 orang ibu yang memiliki balita yang berdomisili di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Subjek yang memenuhi syarat dan bersedia mengikuti penelitian ini serta telah menandatangani surat persetujuan penelitian akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan kuesioner. Selanjunya data dianalisa dengan analisa deskriptif program SPSS 15.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa pengetahuan responden terhadap penanganan diare mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 178 orang (66.7%) responden, kategori baik sebanyak orang 62 (23.2%) responden, dan kategori kurang sebanyak 27 orang (10.1 %) responden.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita di di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru berada pada kategori sedang.

(5)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

ABSTRACT

Diarrhea is the leading cause of morbidity and mortality in worldwide children population, which caused 1 billion incidences of diarrhea and 2-4 million deaths every year. Diarrhea needs a fast and adequate treatment, that is the reason why prior knowledge in treating diarrhea is crucial. The objective of this study is to know about the prior knowledge of the mothers in treating toddler with diarrhea in Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

This study used a descriptive design. The subjects of the study are 267 mothers who have toddler and resided in Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. The subjects who were qualified and consented to participate in the research by signing the form will be asked to answer the questionnaire. The collected datas will be analyzed using SPSS 15 program.

The study result for knowledge level showed the majority of 178 subjects (66.7%) were catagorized as moderate, 62 subjects (23.2%) were catagorized as poor, and 27 subjects (10.1%) were catagorized as good.

From the overall study result, we can conclude that the knowledge level of the mothers in Kelurahan Kota Matsum III Kecamatan Medan Kota were in moderate category.

(6)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Penanganan Diare di Kelurahan Padag bulan Kecamatan Medan Baru”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Endang H. Ganie, DTM&H, Sp.ParK, selaku Dosen Penasehat Akademis yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran USU.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Bapak dan ibu tercinta dr. Muhammad Siddik dan Hanna, yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan. 6. Seluruh masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru atas

(7)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

7. Seluruh teman-teman Stambuk 2006, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 25 November 2009 Penulis,

M. Hasbi Assiddiqi 060100122

(8)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN ... i ABSTRAK ... ii ABSTRACK ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang ... 2 1.2. Rumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 2 1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Diare ... 3 2.1.1. Definisi ... 3 2.1.2. Klasifikasi ... 4 2.1.3. Patofisiologi ... 5 2.1.4. Patogenesis ... 7 2.1.5. Diagnosis ... 8 2.1.6. Penatalaksanaan ... 10 2.2. Pengetahuan ... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17

3.2. Definisi Operasional ... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Rancangan Penelitian ... 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

(9)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

4.4. Etika Penelitian... 20

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 20

4.6. Metode Analisis Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PENELITIAN ... 23

5.1. Hasil Penelitian... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23

5.1.3. Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Penanganan Diare Akut pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru ... 25

5.2. Pembahasan ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan ... 28

6.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN

(10)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Skor Penilaian Klinis Dehidrasi 10 Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur 23 Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 24 Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan 24 Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner 25 Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 26

(11)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Kuesioner Penelitian

Lembar Persetujuan (Informed Consent) Penelitian

Surat Izin Penelitian

(12)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan satu miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya (Pickering, 2000).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota Assosiation South East Asia Nation (ASEAN). Penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang adalah diare. Sampai saat ini diare tetap sebagai child killer peringkat pertama di Indonesia (Warouw, 2002 dalam Warman, 2008).

Di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar dari penderita ini adalah anak dibawah lima tahun. Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare. Sebagian dari penderita akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000-500.000 anak dibawah lima tahun meninggal setiap tahunnya (Noerasid, 2003).

Pada anak dan keluarga diare menyebabkan masalah keperawatan yang kompleks, diantaranya kurang volume cairan, kurang nutrisi, gangguan integritas kulit, kurang pengetahuan (keluarga), kecemasan atau ketakutan.

Masalah kurang pengetahuan (keluarga) pada anak dengan diare ini dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan tidak mementingkan pola hidup yang sehat. Sehingga rasa ingin tahu masih

(13)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

kurang, khususnya dalam penanganan atau pencegahan diare. Untuk itu rencana yang dilakukan adalah mengatasi masalah pengetahuan agar keluarga memahami atau mengetahui cara mangatasi masalah diare (Hidayat, 2006).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare akut pada balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare akut pada balita.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penangan diare secara umum

2. Mengetahui gambaran karakteristik usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan ibu yang memiliki balita di Kelurahan Padang Bulan.

1.4. Manfaat

1. Bidang pengabdian masyarakat, berguna untuk meningkatkan promosi kesehatan tentang penanganan diare akut pada masyarakat di kawasan penelitian.

2. Di bidang penelitian, hasil penelitian daharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan penanganan diare pada balita.

3. Bagi institusi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi puskesmas di wilayah penelitian sebagai bahan evaluasi dalam promosi kesehatan tentang penangan diare.

(14)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare 2.1.1. Definisi

Diare adalah buang air besar yang lunak atau cair dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari. Biasanya merupakan gejala dari infeksi gastrointestinal yang dapat diasebabkan oleh berbagai bakteri, virus ataupun parasit. Infeksi dapat menular dari makanan ataupun minuman yang terkontaminasi, ataupun melalui personal yang kebersihannya kurang (WHO, 2009).

Menurut Hidayat (2006), diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari dan pada neonatus lebih dari empat kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006).

Definisi terbaik untuk diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil mengeluarkan tinja kira-kira 5 g/kgBB/hari. Jumlah ini meningkat sampai 200 gram tiap hari pada orang dewasa. Penyerapan air terbanyak terjadi di dalam usus halus; kolon memekatkan isi usus pada keadaan osmotik tinggi. Usus halus pada orang dewasa dapat menyerap cairan, yang diminum atau yang disekresikan, sebanyak 10-11 L/hari; sedangkan kolon menyerap sekitar setengah liter. Kelainan yang mengganggu penyerapan di usus halus cenderung menyebabkab diare yang lebih banyak, sedangkan kelainan penyerapan di kolon menyebabkan diare yang lebih sedikit (Ulshen, 2000).

2.1.2. Klasifikasi

(15)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

1. Lama waktu diare:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih cepat.

2. Mekanisme patofisiologik:

a. osmolalitas intraluminal yang meningg i, disebut diare osmotik b. sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik c. malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak

d. defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit e. motilitas dan waktu transit usus abnormal

f. gangguan permeabilitas usus

g. inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik h. infeksi dinding usus, disebut diare infeksi

3. Penyebab infektif atau non-infektif 4. Penyebab organik atau fungsional

(Simadibrata, 2006)

2.1.3. Patofisiologi

Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran

(16)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa. Patogenesis kebanyakan episode diare dapat dijelaskan dari kelainan sekretorik, osmotik atau motilitas, atau kombinasi dari hal-hal tersebut (Ulshen, 2000).

2.1.3.1. Diare Sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali (Simadibrata, 2006).

Diare sekretorik sering disebabkan oleh zat-zat pemacu sekresi, seperti toksin kolera, yang terikat pada reseptor di epitel permukaan usus dan kemudian memacu akumulasi cAMP atau cGMP di dalam sel. Beberapa asam lemak intralumen dan garam empedu menyebabkan mukosa kolon mensekresi melalui mekanisme ini. Diare sekretorik umumnya menetap walaupun dipuasakan (Ulshen, 2000).

2.1.3.2. Diare Osmotik

Diare osmotik terjadi setelah makanan cair sulit diserap. Larutan tersebut mungkin memang merupakan larutan yang biasanya sulit diserap (misalnya, magnesium, fosfat, atau zat yang tak tercerna, gula yang tak terserap, alkohol, atau sorbitol) atau zat yang tidak diserap dengan baik karena adanya kelainan pada usus halus. Karbohidrat yang mengalami malabsorbsi ini secara khas difermentasi di usus besar dan menghasilkan asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid = SCFA). Walaupun asam lemak rantai pendek yang ada di kolon dapat diserap dan dipakai sebagai sumber tenaga, namun pengaruh sebenarnya adalah meningkatnya beban larutan osmotik. Bentuk diare ini biasanya jumlahnya lebih sedikit dibanding diare sekretorik dan berhenti dengan berpuasa. Osmolalitas tinja tidak bisa dihitung dari kandungan elektrolitnya, karena adanya komponen-komponen osmotik lainnya. Gangguan motilitas mungkin berhubungan dengan perpindahan yang cepat atau lambat, dan umumnya tidak berhubungan dengan

(17)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

jumlah diare yang banyak. Motilitas yang lambat mungkin berhubungan dengan pertumbuhan bakteri yang berlebihan sebagai penyebab diare (Ulshen, 2000).

2.1.3.3. Malabsorbsi asam empedu dan asam lemak

Diare tipe malabsorbsi asam empedu dan melabsorbsi lemak didapatkan pada gangguan pembentukan getah empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata, 2006).

2.1.3.4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare akibat defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit disebabkan adanya hambatan mekanisme transpor aktif Na-K-ATPase di enterosit dan absorbsi natrium dan air yang abnormal (Simadibrata, 2006).

2.1.3.5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan irregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain diabetes melitus dan hipertiroid (Simadibrata, 2006).

2.1.3.6. Gangguan permebilitas usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal akibat kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata, 2006).

(18)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorbsi air dan elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi atau non infeksi (Simadibrata, 2006).

2.1.3.8. Diare infeksi

Diare akut infektif sering terjadi. Diare menyebar dengan cepat dalam komunitas tertutup, seperti di rumah atau bangsal perawatan rumah sakit. Diare berpotensi menjadi penyakit mematikan, terutama pada bayi kecil atau bayi dengan malnutrisi. Penyebabnya adalah virus atau bakteri, meski penyakit serupa dapat disebabkan oleh eksotoksin bakteri atau keracunan bahan kimia (Meadow, 2005).

2.1.4. Patogenesis

Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna, antara lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi bakteri terdiri atas:

a. Diare karena bakteri non-invasif

Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholera merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu membentuk adenosin monofosfat siklik (AMP siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium

(19)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu, karena itu keluarnya ion klorida (diikut i ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium, dan ion bikarbonat, klorida).

b. Diare karena bakteri invasif

Bakteri yang merusak antara lain Enteroinvasive E. Coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C.perferingens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Walaupun demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis.

(Simadibrata, 2006)

2.1.5. Diagnosis 2.1.5.1. Anamnesis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi, dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam

(20)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan.

Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena mual dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi seagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.

Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan:

a. Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3 tingkatan:

1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB). Gambaran klinisnya turgor berkurang, suara serak, dan pasien belum jatuh dalam presyok.

2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB). Dengan gambaran klinis turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.

3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB). Dengan gambaran tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran yang menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, dan sianosis.

b. Berat Jenis Plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat 1. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032-1,040

2. Dehidrasi sedang: BJ plasma 1,028-1,032 3. Dehidrasi ringan: BJ plasma 1,024-1,028 c. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP):

Bila CVP +4 sampai dengan +11 cm H2O: normal.

Syok atau dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cm H2O.

(21)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

2.1.5.2. Pemeriksaan Fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menetukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan ada tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupkan clue bagi penentuan etiologi (Simadibrata, 2006).

2.1.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:

1. Rehihdrasi.

Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.

Prinsip menentukan jumlah cairan yag akan diberikan yaitu sesuai dengan jumah cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam peberian cairan:

1. BJ plasma dengan rumus:

Kebutuhan cairan = BJ plasma – 1,025 x Berat badan x 4ml

0,001

2. Metode Pierce berdasarkan klinis:

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x berat badan(Kg) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x berat badan(Kg)

(22)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan =10% x berat badan(Kg) 3. Metode Daliyono berdasarkan skor klinis:

Tebel 2.1. Skor Peilaian Klinis Dehidrasi

Klinis Skor

Rasa haus/muntah

Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg Tekanan darah sistolik < 60 mmHg

Frekuensi nadi>120 kali/menit Kesadaran apati

Kesadaran somnolen, sopor atau koma Frekuensi napas > 30 kali/menit

Facies cholerica Vov cholerica 1 1 2 1 1 2 1 2 2 Turgor kulit menurun

Washer woman’s hand Ekstremitas dingin Sianosis Umur 50-60 tahun Umur > 60 tahun 1 1 1 2 1 2

Kebutuhan cairan = Skor x 10% x kgBB x 1 liter 15

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai syok diberikan ceiran per intravena.

Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang nasogastrik atau intravena. Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infus pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan peroral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontraindikasi atau saluran cerna atas tak dapat dipakai.

(23)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

1. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial) diberikan jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus diberikan langsung

2. Satu jam berikut (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daliyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.

3. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan Insensible water loss (IWL).

Pada keadaan dehidrasi ringan, rehidrasi dapat dilakukakan oleh ibu dengan menggunakan prinsip penangan diare di rumah yaitu:

1. Beri cairan tambahan sebanyak yang anak mau, dengan: Jelaskan kepada ibu:

a. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

b. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai tambahan.

c. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif berikan 1 atau lebih cairan berikut: oralit, larutan gula garam, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.

Anak harus diberi oralit di rumah jika:

a. Anak telah diobati dengan rencana terapi C dalam kunjungan. b. Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.

Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit dengan memberi 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.

(24)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari

a. Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali berak. b. Umur 1 sampai 5 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali berak.

Katakan Kepada ibu:

a. Agar meminumkan sedikit demi sedikit tetapi sering dari cangkir. b. Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi lebih

lambat.

c. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

2. Lanjutkan pemberian makan

3. Kapan harus kembali ke Puskesmas (Departemen Kesehatan, 2006)

2. Diet

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru minum muniman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup.

3. Antibiotik

Kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease karena virus dan bekteri non-invasif, pengobatan empirik tidak dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, diare turis atau imunosupresif. Obat pilihan yaitu Kuinolon (misal Siprofloksasin 500 mg selama lima sampai tujuh hari). Metronidazol 250 mg tiga kali sehari selama tujuh hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis.

(25)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indra yang dimilikinya, seperti mata, hidung, telinga, dan alat indera lainnya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2005a).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dsb.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan dan dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek/materi yang diketahui. Orang yang telah paham terhadap objek/materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dsb.

(26)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang telah ada.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

(27)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

d. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

e. Sumber informasi

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

(28)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

g. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan di atas (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat (Slamet, 1994 dalam Warman, 2008).

(29)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Responden

Sumber Informasi

variabel yang diteliti

variabel yang tidak diteliti

3.2. Definisi Operasional

1. Diare akut adalah kejadian buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi cair yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 15 hari yang terjadi pada balita.

2. Balita adalah kelompok usia anak dengan usia dibawah 5 tahun.

3. Pengetahuan ibu adalah kumpulan informasi tentang diare yang dipahami oleh ibu yang memiliki anak balita di Kelurahan Padang Bulan Usia Tingkat Pendidikan Pekerjaan Media Informasi Teman Tenaga Kesehatan Pengalaman menangani diare

Pengetahuan Penanganan diare

akut pada balita

Variabel bebas

(30)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

Kecamatan Medan Baru, yang diperoleh dari pengalaman dan penginderaan terhadap objek tertentu, yang diukur dengan menggunakan kuesioner rancangan penulis dengan skala ukur.

Selanjutnya pengetahuan dikategorikan atas baik, sedang dan kurang sebagai berikut (Pratomo, 1986)

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang penanganan diare pada balita (skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi).

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian mengenai penanganan diare pada balita (skor jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi).

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil mengenai penanganan diare pada balita (skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi).

(31)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi crosss sectional secara deskriptif untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan diare pada balita.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2009, dan dilanjutkan dengan pengolahan data serta penyusunan laporan hasil penelitian.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita yang tinggal di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Data yang diperoleh merupakan jumlah balita yang terdapat di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, yang berjumlah 796 orang. Jumlah sampel diambil secara proporsional dengan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Cara menentukan ukuran sampel adalah dengan formula sebagai berikut: N n = 1 + N(d2) Keterangan: N = besar populasi n = besar sampel

(32)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

(Notoatmodjo, 2005) 796 n = 1 + { 796 x (0,05)2 } 796 n = 1 + ( 796 x 0,0025 ) 796 n = 1 + 1,99 n = 267

Dengan metode perhitungan sampel tersebut, diperoleh jumlah sampel untuk penelitian ini sebanyak 267 orang.

4.4 Etika Penelitian

Peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, dengan meminta subjek mengisi kuesioner yag diberikan sesuai dengan keadaan dirinya. Dalam hal ini peniliti tetap mempertimbangan prinsip etik, yaitu responden memiliki hak untuk menerima atau menolak untuk menjadi subjek dalam penelitian, tentunya setelah mendapat penjelasan mengenai tujuan penelitian dari peneliti secara lengkap dan jelas. Responden juga harus diperlakukan baik sebelum, selama dan sesudah penelitian dilakukan, dan data yang diperoleh harus dijaga kerahasiaanya.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada Kelurahan Padang Bulan. Setelah mendapat izin dari Lurah Padang Bulan, peniliti melaksanakan proses pengumpulan data. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi data primer dan data skunder.

(33)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

4.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari kuesioner penelitian yang telah dirancang dan disiapkan oleh peneliti, dan kemudian disebarkan kepada responden yang terpilih. Sebelum digunakan, dilakukan uji validitas dan uji reabilitas dari kuesioner yang dibuat agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Kuesioner dibagikan kepada para ibu di Kelurahan Padang Bulan dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan.

4.5.2 Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan didapat dari Kantor Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru setelah mendapat izin dari lurah setempat.

4.5.3 Uji validitas dan Reabilitas

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner rencangan peneliti yang bersumber dari beberapa literatur. Sehingga untuk digunakan dalam lahan penelitian, perlu dilalukan uji validitas dan reabilitas dari kuesioner yang dibuat.

Uji validitas dan reabilitas kuesioner dilakukan pada daerah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, dengan responden para ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun (balita). Jumlah responden yang digunakan sebanyak 20 orang.

Uji validitas dinilai menggunakan korelasi Pearson. Skor yang didapat dari tiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total variabel yang diukur. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai r tabel. Dalam aplikasi pelaksanaan, peneliti menggunakan perangkat lunak SPSS 15 untuk mendapatkan data korelasi

(34)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

tersebut. Pertanyaan yang valid adalah pertanyaan yang meniliki nilai koefisien korelasi pearson lebih besar dari r tabel.

Uji reabilitas untuk seluruh pertanyaan dilakukan menggunakan koefisien Reabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 15. Pertanyaan yang realibel adalah pertanyaan yang memiliki nilai alpha lebih besar dari r tabel.

Setelah dilakukan uji validitas dan reabilitas dari kuesioner yang telah disusun, didapat bahwa seluruh pertanyaan valid dan reliabel dengan koefisien reabiliras alpha 0,8115.

4.6 Metode Analisis Data

Analisa data yang digunakan adalah dengan memakai bantuan program SPSS ver.15. Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah:

1. Editing

Pada tahap ini peneliti akan memeriksa kuesioner yang telah diisi, apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya.

2. Coding

Peneliti akan mengklasifikasikan kategori-kategori dari data yang didapat dan dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing kategori.

3. Scoring

Data yang telah dikumpulkan kemudian diberikan skor sesuai ketentuan pada aspek pengukuran.

4. Entry

Merupakan kegiatan memasukan data dari hasil kuesioner kedalam komputer setelah kuesioner terisi semua dan benar setelah melewati tahap koding.

(35)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

(36)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Padang Bulan termasuk di dalam Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah ±168 Ha. Luas wilayah kelurahan ini banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum (kantor, kampus, sekolah, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya). Kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi rante. c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang. d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 267 orang ibu yang memiliki anak balita dan berdomosili di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Data gambaran karakteristik responden yang diamati adalah usia ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden (tahun) Frekuensi (orang) %

18-20 24 9.0

21-25 128 47.9

26-30 111 41.6

31-32 4 1.5

(37)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

Dari tabel 5.1 tentang distribusi responden berdasarkan umur diketahui bahwa sampel yang diteliti berusia 18-32 tahun, dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 21-25 tahun, yaitu sebanyak 136 orang (50.9%) diikuti dengan kelompok usia 26-30 tahun sebanyak 111 orang (41.6%).

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang) %

Tidak Sekolah 16 6.0 SD 47 17.6 SMP/sederajat 83 31.1 SMA/sederajat 96 36.0 Perguruan Tinggi/sederajat 25 9.4 Total 267 100

Dari tabel 5.2 tentang distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian memiliki tingkat pendidikan SMA/sederajat, yaitu sebanyak 96 orang (36%), dan 83 orang (31%) memiliki tingkat pendidikan SMP/sederajat.

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Responden Frekuensi (orang) %

Ibu Rumah Tangga 164 61.4

Wiraswasta 74 27.7

PNS 15 5.6

Lain-lain 14 5.2

Total 267 100

.

Dari tabel 5.3 tentang distribusi responden berdasarkan pekerjaan diketahui sebanyak 164 orang (61.4%) responden adalah ibu rumah tangga. Responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 74 orang (27.7%), sedangkan yang bekerja sebagai PNS sebanyak 15 orang (5.6%).

(38)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

5.1.3 Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Penanganan Diare Akut pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner

No. Pertanyaan Pengetahuan

Salah (Skor 0) Benar (Skor 1) Total N % N % N %

1. Penanganan awal diare 148 55.4 119 44.6 267 100

2. Pemberian makan pada anak diare 107 40.1 160 59.9 267 100 3. Pemberian ASI pada anak diare 108 40.4 159 59.6 267 100 4. Tanda anak kekurangan cairan (lebih

dari 1) 201 75.3 66 24.7 267 100

5. Cairan atau makanan yang diberikan

pada anak diare 123 46.1 144 53.9 267 100

6. Pemberian cairan pada anak yang

muntah 163 61 104 39 267 100

7. Cairan pengganti oralit (lebih dari 1) 174 65.2 93 34.8 267 100 8. Pembutan larutan gula garam 136 50.9 131 49.1 267 100 9. Pemberian antibiotik pada anak diare 154 57.7 113 42.3 267 100 10. Pemberian obat penghenti diare 155 58.1 112 41.9 267 100

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab salah pada pertanyaan 4, yaitu sebanyak 201 orang (75.3%) responden, pertanyaan 6 sebanyak 163 orang (61%) responden, dan pertanyaan 7 sebanyak 174 orang (65.2%) responden. Mayoritas responden menjawab benar pada pertanyaan 2 sebanyak 160 orang (59.9%) responden, pertanyaan 3 sebanyak 159 orang (59.6%) responden, dan pertanyaan 5 sebanyak 144 orang (53.9%) responden.

(39)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (orang) %

Kurang 62 23.2

Sedang 178 66.7

Baik 27 10.1

Total 267 100

Pada tabel 5.5 tentang distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan yang sedang mengenai penanganan diare pada balita, yaitu sebanyak 178 orang (66.7%) responden. Kemudian, 62 orang (23.2%) responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, sedangkan 27 orang (10.1%) responden memiliki tingkat pengetahuan baik.

5.2 Pembahasan

Pertanyaan dalam kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai penanganan diare pada balita. Hal-hal yang ditanyakan antara lain penanganan awal diare (pertanyaan 1 ), pemberian makan pada anak diare (pertanyaan 2), pemberian asi pada anak diare (pertanyaan 3), tanda anak kekurangan cairan (pertanyaan 4), cairan atau makanan yang diberikan pada anak diare (pertanyaan 5), pemberian cairan pada anak yang muntah (pertanyaan 6), cairan pengganti oralit (pertanyaan 7), pembutan larutan gula garam (pertanyaan 8), pemberian antibiotik pada anak diare (pertanyaan 9), dan pemberian obat penghenti diare

(

pertanyaan 10

).

Dari hasil penelitian (Tabel 5.4) diketahui bahwa sebagian besar responden (54.4%) belum mengetahui hal yang sebaiknya dilakukan jika balita mengalami diare, tetapi 59.9 % responden sudah mengetahui cara pemberian makan pada

(40)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

anak diare dan 59.6% responden sudah mengetahui cara pemberian ASI pada bayi diare. Mayoritas responden (75.3%) tidak mengetahui tanda-tanda anak kekurangan cairan, namun 53.9% responden mengetahui cairan yang sebaiknya diberikan pada anak diare

.

Kebanyakan responden tidak mengetahui cara pemberian cairan pada anak yang muntah (61%), serta tidak mengetahui jenis cairan pengganti oralit (65.2%). Sebagian responden (49.1%) juga tidak mengetahui cara pembuatan larutan gula garam. Selain itu, sebagian responden juga tidak mengetahui kapan sebaiknya memberikan antibiotik pada anak diare (57.7%) dan kapan sebaiknya menggunakan antidiare pada anak. (58.1%).

Menurut pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan, penghasilan, dan sumber informasi yang digunakannya. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada peningkatan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan dalam menerima dan mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Pada penelitian ini, mayoritas responden berada dalam kelompok umur 21-25 tahun (47.9%), dan kelompok umur 26-30 (41.4%). Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA (36%) dan SMP (31%). Hal ini juga yang menyebabkan mayoritas responden memiliki pengetahuan kategori sedang terhadap penanganan diare pada balita..

(41)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru pada umumnya berada di tingkat pengetahuan sedang, yaitu sebanyak 178 orang (66.7%) responden.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kotamadya Medan, khususnya pusat pelayanan kesehatan primer yang memiliki wilayah kerja di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, untuk lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai penanganan diare pada balita.

2. Diharapkan kepada pembina puskesmas setempat agar membentuk dan mendidik kader-kader khusus untuk menyebarkan informasi mengenai penanganan diare sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi akibat diare..

3. Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama, diharapkan agar lebih memperdalam cakupan penelitiannya, khususnya dalam hal pengetahuan ibu tentang pencegahan diare, sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan

(42)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Boyle, J.T., 2000. Diare Kronis. In: Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson, ed. Ilmu Kesehatan Anak Vol.2 Edisi 15. Jakarta: EGC, 1354-1361.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Manajemen Terpadu Balita Sakit.

Halim, Chandra., Suganti, Jaya., Putra, Yuda Perdana., Alfarabi., 2009. Gambaran Faktor Lingkungan dan Pengetahuan Ibu terhadap Kejadian Diare Akut di Dusun Lima Desa Pasar Lapan Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Propinsi Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Hidayat, Azis Alimul, 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta: Salemba Medika.

Meadow, Roy., Newell, Simon J., 2005. Lecture Notes Pediatrika.. Jakarta: Erlangga, 180.

Noerasid, H., Suraatmadja, Sudaryat., Asnil, Parma O, 2003. Gastroenteritis (Diare) Akut. In: Suharyono., Boediarso, Aswhita., Halimun, E.M., ed. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 51.

Notoatmodjo, S., 2005a. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rieka Cipta.

(43)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

_______, 2003. IlmuKesehatan Masyarakat Prinip-prinsip Dasar. Jakarta: Rieka Cipta.

Pickering, Larry K. & Snyder, John D., 2000. Gastroenteritis. In: Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson, ed. Ilmu Kesehatan Anak Vol.2 Edisi 15. Jakarta: EGC, 889.

Simadibrata, Marcellus & Daldiyono, 2006. Daire Akut. In: Sudoyo, Aru W. et al, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413.

Ulshen, Martin, 2000. Manifestasi Klinis Penyakit Saluran Pencernaan. In: Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson, ed. Ilmu Kesehatan Anak Vol.2 Edisi 15. Jakarta: EGC, 1273-1274.

Warman, Yance, 2008. Hubungan Faktor Lingkungan, Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Akut Pada Balita di Kelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan Kabupaten Inhil. Fakultas Kedokteran

Universitas Riau. Available from:

http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/06/26/hubungan-faktor-lingkungan- sosial-ekonomi-dan-pengetahuan-ibu-dengan-kejadian-diare-akut-pada- balita-di-kelurahan-pekan-arba-kecamatan-tembilahan-kabupaten-indragiri-hilir/. [Accessed 25 March 2009]

WHO, 2009. Diarrhoea. Available from:

(44)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

Tempat / Tanggal Lahir Agama Alamat Riwayat Pendidikan Riwayat Pelatihan Riwayat Organisasi : : : : : : :

Muhammad Hasbi Assiddiqi Tebing Tinggi / 9 Oktober 1987 Islam

Jl. Balai Umum No.17 Desa Tembung Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang

1. Sekolah Dasar Negeri INTI 101770 Percut Sei Tuan 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Percut Sei Tuan 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan

1. Workshop Resusitasi Jantung Paru Otak Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran USU

2. Emergency Life Support 1. Panitia Hari Besar Islam FK USU 2. Tim Bantuan Medis FK USU

(45)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

(46)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

KUESIONER PENELITIAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU

TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU

Karakteristik responden: Nama : Umur : tahun Alamat : Pendidikan terakhir : Pekerjaan : Agama :

Jumlah anak usia 0-5 tahun :

1. Menurut Ibu, apa yang sebaiknya dilakukan untuk penanganan anak saat diare? a. biarkan sampai berhenti

b. segera bawa ke pukesmas atau dokter c. segera beri cairan tambahan

2. Bagaimana cara memberikan makanan pada anak yang sedang diare? a. anak dipuasakan, hanya diberi cairan

b. beri makanan seperti biasa, namun dilunakkan

(47)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

3. Bagaimana cara memberikan ASI pada bayi yang sedang diare? a. hentikan pemberian asi sampai diare berhenti

b. ganti asi dengan susu formula selama anak diare c. tetap lanjutkan pemberian ASI

4. Menurut Ibu, apa saja tanda anak yang kekurangan cairan tubuh? (contreng jawaban yang dianggap benar, jawaban dapat lebih dari 1)  anak merasa sangat haus

 anak lemas dan tidak mau bermain  kencing lebih jarang dari biasanya

5. Apa yang ibu berikan saat anak ibu mengalami diare? a. oralit

b. air matang

c. beri makan makanan seperti biasa

6. Kalau anak ibu muntah saat diberi oralit, apakah pemberian oralit perlu diteruskan?

a. hentikan pemberian oralit dan tidak perlu dilanjutkan b. tetap berikan dengan jumlah lebih banyak

c. hentikan sejenak, kemudian lanjutkan pemberian secara perlahan 7. Menurut Ibu, cairan apa saja yang dapat digunakan saat tidak ada oralit?

(contreng jawaban yang dianggap benar, jawaban dapat lebih dari 1)  Kuah sayur

 Air tajin

 Larutan gula garam

8. Bagaimana cara membuat larutan gula garam?

a. satu sendok teh gula pasir dan seperempat sendok teh garam dapur dilarutkan dalam air satu gelas.

b. satu sendok teh gula pasir dan satu sendok teh garam dapur dilarutkan dalam air satu gelas.

c. satu sendok teh garam dapur dan seperempat teh gula pasir dilarutkan air satu gelas kecil.

9. Saat anak diare, kapan sebaiknya antibiotik digunakan? a. selama anak diare sampai berhenti

(48)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

c. hanya jika diresepkan oleh dokter

10. Apa ibu memberikan obat penghenti diare (seperti: Enterostop, Diapet, dll) saat anak Ibu diare?

a. ya b. tidak

(49)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

Persetujuan Setelah Penjelasan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Alamat :

dengan ini menyatakan SETUJU / TIDAK SETUJU* untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada kuesioner untuk disertakan kedalam data penelitian yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Penanganan Diare pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

Medan, 2009

Peneliti, Yang membuat pernyataan,

Mhd. Hasbi Assiddiqi ( ... )

(50)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

No Umur Kelompok Pendidikan Pekerjaan Nilai Jawaban Pertanyaan Total Tingkat Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Pengetahuan 1 25 21-25 sma/sederajat ibu rumah tangga 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 7 sedang 2 28 26-30 sd ibu rumah tangga 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 5 sedang 3 31 >30 smp/sederajat ibu rumah tangga 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 sedang 4 19 <21 sma/sederajat ibu rumah tangga 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7 sedang 5 36 >30 pt/sederajat pns 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 6 sedang 6 30 26-30 sd ibu rumah tangga 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 3 rendah 7 28 26-30 smp/sederajat ibu rumah tangga 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 4 sedang 8 30 26-30 sma/sederajat wiraswasta 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 7 sedang 9 22 21-25 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 6 sedang 10 25 21-25 sd ibu rumah tangga 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 tinggi 11 20 <21 smp/sederajat ibu rumah tangga 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 5 sedang 12 19 <21 sma/sederajat ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 8 tinggi 13 28 26-30 smp/sederajat pns 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 6 sedang 14 24 21-25 sd wiraswasta 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 6 sedang 15 26 26-30 sma/sederajat wiraswasta 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 rendah 16 22 21-25 sd ibu rumah tangga 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 5 sedang 17 21 21-25 sma/sederajat ibu rumah tangga 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 sedang 18 22 21-25 sd lain-lain 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 7 sedang 19 23 21-25 smp/sederajat wiraswasta 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 6 sedang 20 30 26-30 smp/sederajat pns 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 7 sedang 21 28 26-30 sd

ibu rumah

tangga 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7 sedang 22 24 21-25 smp/sederajat wiraswasta 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4 sedang 23 23 21-25 sma/sederajat ibu rumah tangga 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4 sedang 24 27 26-30 sd wiraswasta 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 8 tinggi 25 26 26-30 pt/sederajat ibu rumah tangga 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 sedang 26 24 21-25 sma/sederajat wiraswasta 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 rendah 27 20 <21 sd

ibu rumah

tangga 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 4 sedang 28 19 <21 tidak sekolah pns 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6 sedang 29 26 26-30 smp/sederajat

ibu rumah

tangga 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 6 sedang 30 30 26-30 smp/sederajat ibu rumah 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 7 sedang

(51)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

tangga 31 22 21-25 sd wiraswasta 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 sedang 32 19 <21 sma/sederajat ibu rumah tangga 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5 sedang 33 23 21-25 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 6 sedang 34 28 26-30 sma/sederajat wiraswasta 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 6 sedang 35 24 21-25 sma/sederajat ibu rumah tangga 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 5 sedang 36 19 <21 sd wiraswasta 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 3 rendah 37 30 26-30 sma/sederajat ibu rumah tangga 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 5 sedang 38 21 21-25 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 8 tinggi 39 29 26-30 sd ibu rumah tangga 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 tinggi 40 23 21-25 smp/sederajat wiraswasta 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 5 sedang 41 22 21-25 sd ibu rumah tangga 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 8 tinggi 42 28 26-30 pt/sederajat ibu rumah tangga 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 5 sedang 43 27 26-30 smp/sederajat ibu rumah tangga 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 5 sedang 44 24 21-25 smp/sederajat wiraswasta 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 5 sedang 45 29 26-30 sma/sederajat wiraswasta 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 rendah 46 30 26-30 tidak sekolah ibu rumah tangga 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 sedang 47 19 <21 sma/sederajat ibu rumah tangga 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 sedang 48 19 <21 sma/sederajat ibu rumah tangga 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 sedang 49 23 21-25 sd wiraswasta 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5 sedang 50 23 21-25 sma/sederajat ibu rumah tangga 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 5 sedang 51 23 21-25 sd lain-lain 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 rendah 52 28 26-30 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 6 sedang 53 26 26-30 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 4 sedang 54 26 26-30 smp/sederajat wiraswasta 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 sedang 55 21 21-25 sma/sederajat ibu rumah tangga 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 sedang 56 27 26-30 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 5 sedang 57 30 26-30 sma/sederajat ibu rumah tangga 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 5 sedang 58 24 21-25 sd ibu rumah tangga 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 6 sedang 59 21 21-25 pt/sederajat pns 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 7 sedang 60 29 26-30 smp/sederajat ibu rumah tangga 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 4 sedang

(52)

Muhammad Hasbi Assiddiqi : Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

61 30 26-30 sd

ibu rumah

tangga 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 6 sedang 62 26 26-30 tidak sekolah wiraswasta 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 6 sedang 63 26 26-30 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 8 tinggi 64 24 21-25 sd wiraswasta 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 6 sedang 65 24 21-25 sma/sederajat ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 6 sedang 66 21 21-25 sd pns 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5 sedang 67 30 26-30 smp/sederajat ibu rumah tangga 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 rendah 68 23 21-25 sma/sederajat ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 7 sedang 69 25 21-25 sma/sederajat wiraswasta 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 7 sedang 70 19 <21 smp/sederajat

ibu rumah

tangga 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 7 sedang 71 28 26-30 tidak sekolah wiraswasta 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 6 sedang 72 27 26-30 sd ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 9 tinggi 73 24 21-25 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 8 tinggi 74 27 26-30 sma/sederajat wiraswasta 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 7 sedang 75 26 26-30 pt/sederajat

ibu rumah

tangga 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5 sedang 76 24 21-25 smp/sederajat lain-lain 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 sedang 77 25 21-25 smp/sederajat ibu rumah tangga 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 sedang 78 29 26-30 smp/sederajat pns 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 rendah 79 30 26-30 pt/sederajat pns 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 6 sedang 80 27 26-30 sd wiraswasta 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 6 sedang 81 21 21-25 sd ibu rumah tangga 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 4 sedang 82 28 26-30 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 sedang 83 26 26-30 sma/sederajat pns 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 7 sedang 84 23 21-25 smp/sederajat ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 8 tinggi 85 22 21-25 sma/sederajat wiraswasta 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 6 sedang 86 19 <21 sd ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 9 tinggi 87 27 26-30 sd ibu rumah tangga 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 6 sedang 88 23 21-25 smp/sederajat wiraswasta 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 7 sedang 89 19 <21 sma/sederajat

ibu rumah

tangga 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5 sedang 90 22 21-25 smp/sederajat wiraswasta 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 6 sedang 91 24 21-25 sma/sederajat wiraswasta 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 8 tinggi 92 21 21-25 sd ibu rumah tangga 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 8 tinggi 93 23 21-25 sma/sederajat ibu rumah tangga 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 sedang

Gambar

Tabel 5.1.  Distribusi Responden Berdasarkan Umur  Umur Responden (tahun)  Frekuensi (orang)  %
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan  Tingkat Pendidikan  Frekuensi (orang)  %
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner
Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan  Tingkat Pengetahuan  Frekuensi (orang)  %

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan penyampaian materi dan satu kali

SUSUNAN PANITIA PENYELENGGARA BIMBINGAN TEKNIS DALAM RANGKA PENINGKATAN KWALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TIM PENGGERAK PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA.. KABUPATEN,KECAMATAN DAN

Setelah dilakukan pengecekan menggunakan plot PACF pada tiap karakteristik kualitas, diketahui bahwa terdapat lag yang masih signifikan yaitu lag 8 dan lag 11, sehingga

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa dari 20 responden 8 atau sebesar 40%, menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dalam membina potensi diri

Antropometri adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu, ukuran

pelayanannya baik jumlah pengunjung akan semakin bertambah. c) Dalam penempatan perabot seperti meja, kursi, rak buku, lemari, dan lainnya hendaknya disusun dalam bentuk garis

• Dalam hal Anda menarik seluruh dana pada Nilai Akun yang ada dalam Polis, maka Anda dianggap melakukan penebusan Polis dan Penanggung akan membayarkan Nilai Tebus yang ada

Sedangkan untuk teknik kelompoknya diimplementasikan dengan bukti berupa pertemuan guru (rapat bersama seluruh guru al- Quran SDI Sari Bumi, kepsek dan koordinator