• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Apakah staff quality control mempunyai kewenangan untuk menambah, mengurangi, ataupun memodifikasi isi program?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Apakah staff quality control mempunyai kewenangan untuk menambah, mengurangi, ataupun memodifikasi isi program?"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN WAWANCARA

Staff Quality Control :

a. Latar Belakang Informan :

1. Nama Lengkap Informan 2. Tempat Tanggal Lahir 3. Usia Saat Ini

4. Riwayat Pendidikan 5. Pengalaman Bekerja b. Konsep Quality Control :

1. Mengapa proses quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? 2. Seperti apa definisi dari proses quality control yang baik?

3. Distribusi kerja (job desk) apa saja yang seharusnya dimiliki oleh seorang staff quality control? 4. Apa fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv?

c. Pengawasan & Modifikasi Konten :

(2)

2. Apa yang dilakukan jika pelanggarannya berupa pelanggaran pada audio?

3. Bagaimana cara Anda menyeleksi materi tayang suatu program hingga dapat disebut ‘aman’ dan ‘tidak aman’? 4. Apakah ketika qc menentukan revisi, lantas program yang bersangkutan akan direvisi dan dikembalikan ke editing? d. Penilaian & Penentuan Kelayakan :

1. Bagaimana cara Anda mengetahui apakah suatu gambar atau adegan melanggar P3SPS atau tidak? 2. Bagaimana cara staff quality control untuk menyamakan persepsi yang berbeda?

3. Apa yang dilakukan jika terdapat pelanggaran yang mungkin tidak tercantum dalam P3SPS? Bagaimana cara untuk menentukan apakah adegan tersebut layak untuk ditayangkan atau tidak?

4. Selain P3SPS, apakah terdapat aturan internal yang dapat mempengaruhi proses penentuan kelayakan suatu program? Jika ada, s iapakah yang membuat aturan tersebut? Apakah aturan tersebut bersifat jelas ataukah bersifat abu-abu?

e. P3 & SPS :

1. Apa definisi P3 dan SPS bagi Anda?

2. Mengapa proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS?

3. Selain P3 dan SPS, apakah terdapat regulasi lain yang juga menjadi landasan atau dasar dari pelaksanaan proses quality control? 4. Dari sekian banyak pasal yang termuat dalam P3 dan SPS, menurut Anda, pasal yang manakah yang paling sering dilanggar?

(3)

f. Kewenangan Ideal :

1. Sejauh apa staff quality control memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Apakah kewenangan tersebut bersifat mutlak?

2. Apakah qc department di setiap stasiun tv memiliki kewenangan yang mutlak? Apakah keputusan yang dibuat oleh qc dapat di ganggu gugat oleh pihak lain?

g. Pelaksanaan kewenangan di O Channel :

1. Kendala apa saja yang umumnya dihadapi ketika Anda melakukan proses quality control?

2. Siapa saja yang memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Mengapa? 3. Siapakah pemegang kewenangan tertinggi di O Channel?

4. Jika harus diurutkan, kita-kira berada di urutan ke berapakah qc department dalam urusan kewenangan keputusan penayangan program di O Channel ini?

5. Bagaimana pelaksanaan kewenangan yang berlangsung di O Channel?

6. Apakah pernah terjadi kasus dimana qc menyatakan revisi tapi ternyata ditayangkan? Apakah kasus seperti itu sering terjadi? Se jak kapan kasus seperti itu terjadi?

7. Siapakah pihak yang akan bertanggungjawab jika sial-sialnya, ketika program yang dinyatakan revisi oleh qc tapi ternyata ditaya ngkan, mendapatkan teguran dari KPI? Apakah department qc ataukah atasan yang memberikan wewenang?

(4)

9. Apakah pernah terjadi diskusi antara qc officer dengan atasan terkait pelaksanaan kewenangan dan sistem kerja yang tidak sesuai dengan birokrasi yang seharusnya?

10. Menurut Anda, bagaimana pelaksanaan proses quality control yang berlangsung di O Channel? Apakah telah ideal dan sesuai dengan ketentuan yang seharusnya?

Head Quality Control :

a. Latar Belakang Informan :

1 Nama Lengkap Informan 2 Tempat Tanggal Lahir 3 Usia Saat Ini

4 Riwayat Pendidikan 5 Pengalaman Bekerja b. Konsep Quality Control :

1. Mengapa proses quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? 2. Seperti apa definisi dari proses quality control yang baik?

(5)

4. Apa fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv? c. Pengawasan & Modifikasi Konten :

1. Apakah qc officer mempunyai kewenangan untuk menambah, mengurangi, ataupun memodifikasi isi program? 2. Bagaimana cara Anda menyeleksi materi tayang suatu program hingga dapat disebut ‘aman’ dan ‘tidak aman’?

d. Penilaian & Penentuan Kelayakan :

1. Bagaimana cara Anda mengetahui apakah suatu gambar atau adegan melanggar P3SPS atau tidak?

2. Sebagai seorang head, ketika Anda merasa bingung ataupun ragu untuk mengambil keputusan, apa yang Anda lakukan?

3. Sebagai seorang head, menurut Anda, sejauh apa kewenangan yang dimiliki oleh para staff dalam proses penentuan kelayakan p rogram?

4. Apa yang dilakukan jika terdapat pelanggaran yang mungkin tidak tercantum dalam P3SPS? Bagaimana cara untuk menentukan apakah adegan tersebut layak untuk ditayangkan atau tidak?

5. Selain P3SPS, apakah terdapat aturan internal yang dapat mempengaruhi proses penentuan kelayakan suatu program? Jika ada, s iapakah yang membuat aturan tersebut? Apakah aturan tersebut bersifat jelas ataukah bersifat abu-abu?

e. P3 & SPS :

1. Apa definisi P3 dan SPS bagi Anda?

2. Mengapa proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS?

(6)

Atau adegan terlarang apa sajakah yang paling sering muncul dalam konten suatu program? Bagaimana bentuknya?

f. Kewenangan Ideal :

1. Sejauh apa staff quality control memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Apakah kewenangan tersebut bersifat mutlak?

2. Apakah qc department di setiap stasiun tv memiliki kewenangan yang mutlak? Apakah keputusan yang dibuat oleh qc dapat di ganggu gugat oleh pihak lain?

g. Pelaksanaan Kewenangan di O Channel :

1. Kendala apa saja yang umumnya dihadapi ketika Anda melakukan proses quality control?

2. Apakah kewenangan yang Anda miliki selaku head seimbang dengan kewenangan yang dimiliki oleh staff quality control? 3. Siapa saja yang memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Mengapa? 4. Sejauh apa keputusan atasan mempengaruhi keputusan qc?

5. Jika harus diurutkan, kita-kira berada di urutan ke berapakah qc department dalam urusan kewenangan keputusan penayangan program di O Channel ini?

6. Bagaimana pelaksanaan kewenangan yang berlangsung di O Channel?

7. Apakah pernah terjadi kasus dimana qc menyatakan revisi tapi ternyata ditayangkan? Apakah kasus seperti itu sering terjadi? Sejak kapan kasus seperti itu terjadi?

(7)

ditayangkan, mendapatkan teguran dari KPI? Apakah department qc ataukah atasan yang memberikan wewenang?

9. Mengapa department qc selalu menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab ketika terjadi kasus pada konten program? 10. Apakah pernah terjadi diskusi antara qc officer dengan atasan terkait pelaksanaan kewenangan dan sistem kerja yang tidak

sesuai dengan birokrasi yang seharusnya?

11. Menurut Anda, mengapa kasus dimana qc menyatakan revisi tapi ternyata ditayangkan bisa terjadi? Apa mungkin karena aturan yang kurang jelas, perbedaan persepsi dengan atasan, ataukah mungkin masih terdapat kesalahan sistem disini?

12. Menurut Anda, bagaimana pelaksanaan proses quality control yang berlangsung di O Channel? Apakah telah ideal dan sesuai dengan ketentuan yang seharusnya?

Programming Services Department Head : a. Latar Belakang Informan :

1. Nama Lengkap Informan 2. Tempat Tanggal Lahir 3. Usia Saat Ini

4. Riwayat Pendidikan 5. Pengalaman Bekerja

(8)

6. Kaitan antara posisi informan dengan sub divisi quality control b. Konsep Quality Control :

1. Apa fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv?

c. Kewenangan Ideal :

1. Sejauh apa staff quality control memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Apakah kewenangan tersebut bersifat mutlak?

d. Pelaksanaan Kewenangan di O Channel :

1. Siapa saja yang memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Mengapa? 2. Bagaimana pelaksanaan kewenangan yang berlangsung di O Channel?

(9)

Kode Coding

001 : Latar Belakang Informan

002 : Pengetahuan tentang Konsep Quality Control

003 : Pengawasan & Modifikasi Konten

004 : Penilaian & Penentuan Kelayakan

005 : P3 & SPS

006 : Kewenangan Ideal

(10)
(11)

Informan 1

Peneliti : Mega Herlina

Subjek : Nicky Aditya

Jabatan : Staff Quality Control

Usia : 23 Tahun

Topik : Latar Belakang Informan, Pengetahuan tentang Konsep Quality Control, Pengawasan & Modifikasi Konten, Penilaian & Penentuan Kelayakan, P3 & SPS, Kewenangan, Pelaksanaan Kewenangan di O Channel

Tanggal : 15 April 2013 pukul 15.45 – 16.10 WIB

Tempat : Ruangan Quality Control

Situasi Wawancara : Wawancara dilakukan pada siang hari sekitar pukul 14.30 WIB dengan kondisi dimana ada tiga orang di dalam ruangan

(12)

kondisi dimana pintu ruangan terbuka sehingga memungkinkan adanya berbagai aktivitas di dalam ruangan, seperti para editor yang berlalu lalang untuk meletakkan log program untuk di preview ataupun staff lainnya yang datang ke ruangan hanya untuk melihat proses wawancara.

(13)

Catatan Lapangan Kode Transcript Catatan Jawaban Responden Wawancara dilakukan di ruangan quality control, setelah narasumber selesai mempreview program. Karena belum ada program yang masuk lagi, maka narasumber memutuskan untuk melakukan wawancara dengan peneliti. 001 001 001 001 001

T : oke.. sebelum mulai wawancara, aku mulai dari data diri pribadi dulu yaa.. jadi pertanyaannya, nama lengkapnya siapa, kak?

J : Nicky Aditya..

T : Tempat tanggal lahir?

J : gue lahir di Bogor.. 5 Juli taun 89..

T : ehmm.. berarti.. 2013.. 1989.. 23 taun yaa, kak? J : iyaa.. 23 taun..

T : pendidikan.. kaka lulusan mana?

J : pendidikan? Apa nih? Kuliah..?? apa SMA? T : ehmm.. dua-duanya..

J : e.. kalo SMA, gue lulus dari SMUN 1 Serpong.. trus kalo

kuliah, gue lulusnya dari STIKOM Interstudi..

T : itu ambil penjurusan apa, ka? SMA ama kuliahnya?

J : e.. kalo SMA gue IPS.. trus kalo kuliah, gue ambilnya jurusan

komunikasi.. trus peminatannya penyiaran..

T : e.. trus sejak kapan Ka Nicky kerja di O Channel? J : e.. Februa.. February 2012.. 1 February tepatnya.. T : berarti udah setaun lebih gitu yaa, kak?

(14)

001

001

002

T : tapi emank pas masuk daftarnya jadi staff qc? Maksudnya apa.. apa pernah pindah-pindah ga gitu sebelumnya? Apa emank langsung masuk jadi staff qc?

J : engga sih.. sedapetnya aja.. gua ngelamar disini PA sama QC,

dapetnya QC, yaudah..

T : tapi sebelum disini, pernah kerja di tempat lain ga, kak, sebelumnya?

J : ehm.. pernah.. gue pernah kerja jadi layout editor.. cuma

statusnya freelance waktu itu.. itu di ‘PAGE’ namanya.. majalah gratis di Tangerang gitu.. cuma ga lama kok.. itu cuma sekitar.. e.. 2 apa 3 bulanan gitu.. kalo ga salah sih dari Maret 2010 sampe Mei 2010..

T : abis itu langsung kerja di sini jadi QC?

J : iyaa..abis itu langsung kesini.. dari February 2012.. ampe

sekarang..

T : ohh.. oke.. ehm.. aku mulai dari pertanyaan nomor satu yaa.. Mengapa proses quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan?

J : e.. kalo menurut gue sih, ya tentunya, memenuhi standar on air

dan peraturan-peraturan yang mengikat tentang lembaga penyiaran di.. di.. Indonesia ini ya tentunya.. Yang mana itu mengacu pada P3 dan SPS dan segala macamnya itu.. perundang-undangan tentang penyiaran lah intinya.. Jadi proses quality control itu.. e.. mesti dilakukan karena menjaga agar konten dari program yang akan ditayangkan itu sesuai.. tidak melanggar dan tidak.. e.. apa yaa.. tidak berdampak buruk bagi masyarakat yang

P3 merupakan singkatan dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan SPS merupakan singkatan dari Standar Program Siaran, dimana P3 dan SPS ini merupakan regulasi yang menjadi

(15)

Kamera yang digunakan oleh peneliti untuk merekam hasil wawancara ternyata mati karena kehabisan baterai, sehingga peneliti harus meminta narasumber untuk berhenti sebentar. Wawancara kemudian dilanjutkan dengan menggunakan handphone sebagai alat perekam. 002 007

menonton.. yang mana, seperti yang kita ketahui, tv itu jadi konsumsi publik yang paling umum.. media publik yang paling umum.. sekarang ini.. ehmm.. itu dia..

T : Lalu, menurut kaka nih, proses quality control yang baik itu yang seperti apa sih?

J : Proses quality control yang baik? Kalo menurut gue sih.. e..

kalo disini ya.. proses quality control yang baik itu ya.. program yang di preview harus bersih dari segala macam bentuk pelanggaran.. seperti pornografi.. e.. kekerasan.. kemudian penggunaan obat-obatan terlarang.. terlarang secara berlebih.. penggunaan rokok atau konsumsi rokok secara berlebih.. dan sebagainya.. Jadi, e.. program yang akan tayang itu harus bersih dari semua unsur-unsur tersebut.. selain itu, secara teknis juga harus e.. sesuai dengan standar dari masing-masing station.. e.. dari segi kualitas gambar, kualitas audio, kemudian chroma warna, dan sebagainya..

T : Kendala apa saja yang umumnya dihadapi ketika kaka melakukan proses quality control?

J : kalo di sini, kendala yang pertama paling besar sih kalo

menurut gua alat ya.. karena.. e.. kita ga pake alat yang paling canggih dan semuanya dilakukan secara manual, cuma komputer sama.. e.. e.. mini dv player atau betacam player.. Jadi, yang pertama adalah alat, terkadang.. e.. untuk komputer misalnya.. kadang komputernya e.. hank, ngelek, dan sema dan semacamnya yang yang yang e.. menghambat pekerjaan dari quality control sendiri, proses preview sendiri. Kemudian, kalo untuk e.. mini dv player..ehmm.. terkadang kasetnya kotor ehm.. menyebabkan

acuan dari pelaksanaan proses quality control.

Preview merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses menonton program sebelum program tersebut ditayangkan, yang bertujuan untuk mengawasi konten program. Chroma warna merupakan mengacu pada kemurnian atau kecerahan warna.

Mini dv player dan betacam player merupakan alat-alat yang umumnya digunakan untuk mempreview program-program yang dikemas dalam bentuk mini dv

(16)

Banyak PA dan editor yang berlalu lalang sehingga mengganggu proses wawancara.

002

002

gambar rusak, scratch, dan segala macemnya.. Tapi, technically sih yang pertama itu alat, kemudian, kendala selanjutnya itu.. apa yaa.. lebih ke.. lebih ke.. ehmm.. ini sih.. individu masing-masing kaya kok capek namanya namanya orang namanya orang ehm.. orang e.. kerja, preview, menggunakan mata dan dan shift 9 jam terus-terusan nonton program itu ya.. ada fatiguenya juga.. Jadi, ya.. yang yang yang yang kedua ya itulah individu masing-masing atau atau lelah lah dari unsur manusianya sendiri..Gitu..

T : Ehmm.. Lalu, distribusi kerja yang seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh staff quality control, ka?

J : Distribusi kerja yang harus dimiliki staff quality control.. Yang

pertama jelas attention to detail.. harus.. apa ya.. harus detail.. harus ngeliat secara rinci.. ngeliat secara secara jelas.. harus bisa ngeliat apa yang ga bisa diliat oleh orang lain.. Jadi, kaya e.. sensitive terhadap peraturan dari P3SPS, kemudian, mata yang sehat sih.. basicly.. hehehe (tertawa).. e.. selain itu ya, standarlah.. Tapi yang paling penting itu.. attention to detail..

T : Oke.. Trus menurut kaka sendiri, apa fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv?

J : Fungsi proses quality control bagi stasiun tv.. mencegah

stasiun tv tersebut.. Yang pertama mencegah stasiun tv tersebut ditegur oleh e.. regula.. regulasi pemerintah.. Jadi, which is KPI lah ya.. Kemudian, selanjutnya proses quality control ya berguna untuk menyaring program-program yang akan on air, terus, memastikan bahwa program itu layak tayang, tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya bagi masyarakat yang bakal menonton.. Lalu, ya secara teknis, sesuai dengan kriteria

masing-(kaset kecil) maupun betacam (kaset besar). Scratch merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan pada audio maupun video, dimana gangguan tersebut bisa berupa audio terpotong ataupun terdapat garis atau kotak pada gambar sehingga gambar tidak mulus.

(17)

005

005

005

masing station.

T : Apa definisi P3 dan SPS menurut kaka? Soalnya kan e.. P3 dan SPS itu sendiri kan bisa dibilang terkait erat dengan proses quality control.

J : Definisi P3 dan SPS.. ya basicly, peraturan yang dibuat untuk

men.. jaga konten atau isi atau ya program lah.. untuk menjaga program yang disiarkan oleh stasiun-stasiun penyiaran, yang isinya Undang-undang tentang.. ya.. berbagai macam, kaya pornografi, terus perlindungan terhadap anak, terus kemudian.. ehm.. e.. peraturan jurnalistik dan semacamnya.. Jadi, e.. basicly ya peraturan yang dibuat untuk masing-masing.. masing-masing station penyiaran lah..

T : Ohh..oke.. Trus, kenapa nih proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS?

J : Proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu

kepada P3 dan SPS.. yaa.. karena memang acuannya ada di situ.. apalagi hihi (tertawa).. mencegah.. mencegah untuk terjadinya pelanggaran dari pasal-pasal yang ada di situ.. ehm..

T : emank selain selain P3SPS itu ga ada aturan lain lagi ya, ka?

J : e.. lebih ke common sense sih.. Jadi kaya, ya.. perlindungan

bagi orang-orang yang belum tentu mau disiarkan di televisi.. terus, e.. ya lebih ke ke kode etik sebenarnya, cuman, mayoritasnya.. dominannya adalah sebuah program siaran harus mengacu kepada P3SPS.

Common sense = akal sehat

(18)

004

005

T : Oke, lalu, gimana cara kaka mengetahui apakah suatu gambar atau adegan itu melanggar P3SPS atau tidak?

J : Di P3SPS tuh disebutkan bahwa.. yaa misalnya.. untuk e..

pornografi diperbolehkan, tidak diperbolehkan untuk

menampilkan adegan.. apa.. ciuman laki-laki dan wanita, kemudian, e.. e.. adegan orang telanjang dan segala macem.. Jadi, sebagian besar tuh disebutkan di di di P3SPS ini, tapi, terkadang memang ada hal-hal yang di luar P3SPS yang mana harus kita pikir sesuai common sense kita, apakah sebuah gambar ini layak untuk tayang atau engga.. Jadi, selain P3SPS ini memang seorang QC officer itu harus punya common sense yang baik, apakah sebuah program ini layak atau sebuah gambar ini layak untuk tayang atau tidak.. e.. dengan segala macam picture gambar-gambar di dalamnya lah... Jadi, ya.. ok.. Next..

T : Nah, ka... P3SPS itu sendiri kan bisa dibilang sebagai regulasi yang emank memuat banyak banget aturan dan pasal. Dari sekian banyak pasal yang termuat dalam P3 dan SPS, menurut kaka nih, pasal yang manakah yang paling sering dilanggar? Atau adegan terlarang apa sajakah yang paling sering muncul dalam konten suatu program? Kenapa demikian?

J : E.. tentang pornografi sih basicly, karena movie atau atau

program itu banyak yang menampilkan hal-hal yang menyerempet ke arah pornografi, kaya e.. kissing.. terus kemudian pakaiannya minim, goyangnya erotis, dan sekali lagi itu ada di di P3SPS bahwa pornografi itu ada batas-batasnya.. ada.. ada batasan mana yang bisa ditayangkan, mana yang sudah menyerempet ke arah pornografi.. Jadi, e.. pretty much sih, pornografi lah ya

(19)

005

003

paling paling paling sering dilanggar. Kemudian..

T : Selain pornografi apa, ka?

J : Selain pornografi? Kayanya yang paling sering ditemukan sih itu.. Atau.. Selain itu yang yang yang jarang ya muncul, cuman terkadang muncul itu.. e.. apa.. perlindungan saksi atau korban.. Jadi kaya e.. pelaku.. pelaku suatu tindak kejahatan, apalagi yang umurnya di bawah 18 taun, itu di ditayangkan, di di di ditampilkan secara gamblang di televisi which is itu ga boleh, cuman itu jarang.. yang yang sering terjadi adalah pornografi..

T : Oke.. Next question.. Gimana cara kaka menyeleksi materi tayang suatu program hingga dapat disebut ‘aman’ dan ‘tidak aman’?

J : Bagaimana cara menyeleksi materi tayang, hingga dapat

disebut aman atau tidak.. Di sini di O Channel, proses QC itu dilakukan manual.. tiap program yang akan on air.. e.. kita tonton secara manual dari awal hingga akhir, kemudian kita tentukan, bagian mana yang harus di revisi dan bagian mana yang aman.. e.. sekali lagi.. acuannya adalah P3SPS.. namun selain itu ya.. balik lagi ke nalar masing-masing orang.. e.. common sense bahwa apakah sebuah gambar ini layak ditayangkan atau engga.. tapi.. e.. apa ya.. pretty much sih.. benang merahnya udah ada lah.. benang merahnya udah terbentuk bahwa orang telanjang ga boleh.. orang.. di O Channel, orang ngerokok ga boleh.. e.. penggunaan narkoba ga boleh.. kemudian ciuman laki-laki dan perempuan ga boleh.. jadi, benang merahnya udah ada, sehingga batasan-batasan mana yang boleh dan mana yang ga boleh itu udah diketahui oleh masing-masing e.. qc officernya.. gitu..

(20)

006

006

007

T : Kemudian, sejauh apa staff quality control memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Lalu, apakah kewenangan itu bersifat mutlak, ka?

J : Kalo gue pribadi menilai.. otoritas seorang qc officer itu

mutlak.. kalo dia bilang program itu harus revisi dan tidak bisa tayang, maka itu harus tidak bisa tayang dan harus direvisi terlebih dahulu sebelum akhirnya preview lagi.. dan e.. ditentukan.. dinyatakan.. lolos atau tidak.. habis itu.. dan pertanyaannya apakah mutlak atau tidak, jelas, itu mutlak, karena karena e.. ya itu.. divisi kami dibentuk untuk hal-hal seperti itu..

T : Jadi intinya ga bisa di ganggu gugat ya, ka?

J : Tidak bisa.. Keputusan yang dibuat oleh qc itu ga bisa

diganggu gugat..

T : Kemudian, siapa saja yang memiliki kewenangan di O Channel ini untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan?

J : Di O Channel, nomor satu jelas.. e.. departemen quality

control.. apa yang keluar dari departemen quality control, itu seharusnya mutlak.. bahwa suatu program tidak bisa tayang atau suatu program bisa tayang.. namun kalo ditanya siapa saja yang memiliki otoritas.. di sini, di O Channel, e.. penanggung jawab program juga punya otoritas untuk menentukan bahwa program ini bisa tayang, regardless bahwa QC bilang itu e.. revisi atau tidak layak tayang.. Jadi, di sini di O Channel, QC department juga penanggung jawab programnya..

(21)

007

007

T : Penanggung jawab program itu Mas TJ? J : Mas TJ.. Mas TJ yang bisa.. Gitu.. Kemudian.. T : kalo Om Yanto?

J : Om Yanto biasanya lebih ke percaya sama QC.. T : Oohh..

J : Kalo QC bilang revisi, revisi.. kalo QC bilang oke, Om Yanto

oke.. Tapi Om Yanto lebih lebih pro ke QC bahwa keputusan yang dibuat oleh QC itu adalah mutlak..

T : Ohh, oke..

J : Tapi, kalo Mas TJ, dia mungkin ada

pertimbangan-pertimbangan tertentu yang bisa aja kalo QC bilang tidak layak tayang tapi menurut dia, oke ini masih oke lah.. Jadi, sesuai otoritas dia bisa ditayangkan.. gitu..

T : Pertanyaan terakhir, menurut kaka sendiri, gimana pelaksanaan proses quality control yang berlangsung di O Channel? Apakah telah ideal dan sesuai dengan ketentuan yang seharusnya?

J : e.. sampai sejauh ini, kalo ngomong soal teknisnya, itu sudah

ideal, karena ehm.. kami telah melakukan proses quality control secara, well.. bisa dibilang sebaik-baiknya lah.. e.. untuk.. untuk menghindari adanya gambar-gambar yang melanggar e.. P3SPS atau tidak layak ditayangkan bagi publik.. Tapi kalo dibilang, apakah sudah keten.. sudah sesuai dengan ketentuan yang seharusnya, gue agak annoy bahwa terkadang keputusan QC itu

(22)

007

007

bisa diganggu gugat.. e.. QC department itu dibikin untuk ngejagain lah.. untuk untuk untuk mencegah gambar-gambar yang tidak layak atau program yang tidak layak tayang bisa naik tayang.. tapi, terkadang ada aja program yang menurut QC department itu tidak layak tayang nyatanya bisa tayang dengan otoritas pihak-pihak tertentu.. Jadi kalo ditanya apakah sudah ideal atau sesuai dengan ketentuan atau belum, dengan berat hati gua mesti jawab bahwa belum.. belum sesuai ketentuan yang harusnya atau birokrasi yang harusnya ada di sebuah station tv mengenai layak tayang atau tidaknya sebuah program di station tersebut.. gitu..

T : Definisi ideal yang kaka maksud itu yang kaya gimana? J : Definisi ideal.. proses QCnya ya.. ya itu.. kita tonton program,

dari awal sampe akhir, kita tentuin bahwa itu program layak atau tidak layak.. kalo tidak layak..

T : revisi?

J : berarti memang tidak bisa tayang.. gitu.. tapi disini, terkadang,

suatu yang QC department bilang tidak layak, dengan otoritas-otoritas tertentu itu, bisa saja tayang.. gitu..

T : Ka, contohnya itu, pihak mana aja? J : Ya..

T : Apa cuma penanggung jawab program doank, atau bisa staff divisi lain gitu?

(23)

007

007

007

bisa kita jelaskan secara.. secara gamblang, karena setelah program keluar dari QC, QC ga bisa tracking bagaimana jalur program itu.. gitu.. Jadi.. kalo..

T : Jadi cuma sebatas pada kita preview..? J : iya, kita preview..

T : kita lihat itu udah bukan tanggung jawab kita lagi?

J : Iya.. telah.. telah keluar itu bukan tanggung jawab kita lagi..

ehm.. ya meski begitu, ya sebagai.. sebagai seorang yang bekerja di tv dan dan bisa kita tonton lah setiap hari tvnya, kita tau.. lho.. ini menurut kami kan revisi, kenapa bisa tayang? Dia.. dia tayang gitu di.. di.. di channelnya gitu misalnya.. Jadi ya, seperti itu..

T : Kasus kaya gitu udah sering kejadian belum?

J : Ehm.. gatau ya.. kalo dalam rentang waktu gue.. gue udah

setaun disini.. dari taun, dari awal sampe 6 bulan atau 5 bulan pertama gue masuk lah, itu tuh ga terlalu.. ga terlalu sering ada kejadian kaya gitu.. tapi, belakangan, 6 bulan.. 6 bulan belakangan.. sering sekali apa yang kita bilang ga layak tiba-tiba bisa naik tayang..

T : Trus, dari pihak QCnya sendiri, belum ada yang, maksudnya kaya komen ke.. ke penanggung jawab program atau gimana gitu?

J : Ya, well.. Sekali lagi gua.. gua tegesin bahwa setelah program

keluar dari QC itu ga ada.. ga ada.. QC tuh ga bisa.. bukan tanggung jawab QC lagi gitu lho.. Jadi, setelah program selesai kita preview, yaudah.. Kita ga mau.. kita ga mau ambil pusing

(24)

bahwa itu program apakah dia on air atau engga.. Ya emank ya sekali lagi, kalo sesuai otoritas, itu ga bener.. gitu..

T : Oke, mengerti.. J : Ada lagi?

T : Udah sih ga ada.. J : Oke..!

T : Terima kasih, ka, atas waktu dan jawabannya… J : Sama-sama..

(25)

Informan 2

Peneliti : Mega Herlina

Subjek : Gemi Salvianto

Jabatan : Staff Quality Control

Usia : 20 Tahun

Topik : Latar Belakang Informan, Pengetahuan tentang Konsep Quality Control, Pengawasan & Modifikasi Konten, Penilaian & Penentuan Kelayakan, P3 & SPS, Kewenangan, Pelaksanaan Kewenangan di O Channel

Tanggal : 16 April 2013 pukul 20.00 – 20.40 WIB

Tempat : Ruangan Quality Control

Situasi Wawancara : Wawancara dilakukan pada malam hari setelah peneliti makan malam dengan informan dan seorang staff quality control lainnya. Wawancara yang berlangsung di ruangan quality control inipun berlangsung secara kondusif, karena kondisi yang sepi pada malam hari, dimana peneliti hanya melakukan wawancara berdua saja dengan informan. Keadaan ruangan yang sepi dan tidak adanya staff-staff lain yang

(26)

berlalu lalang pun sangat membantu peneliti dalam melakukan wawancara, karena peneliti dapat bertanya dengan tenang dan fokus informan pun tidak terganggu.

Catatan Lapangan Kode Transcript Catatan Jawaban

Responden Wawancara dilakukan

di ruangan quality

control tanpa adanya

gangguan dari pihak manapun.

001

001

001

001

T : oke.. sebelum mulai wawancaranya, aku mulai dari data diri pribadi dulu yaa, kak.. e.. nama lengkapnya siapa, kak? J : Gemi Salvianto..

T : Tempat tanggal lahir?

J : e.. saya lahirnya di Bogor.. tanggalnya tanggal 6 Juni.. taun

1992..

T : wihh.. lebih muda.. berarti masih 20 taun yaa, kak? J : iya..

T : trus ini, kak.. pendidikan.. maksudnya lulusan dari mana aja?

J : e.. darimana nih? dari SMA atau apa? T : dari SMA boleh..

J : kalo dari SMA, saya lulusnya dari Madrasah Aliyah Negeri 2..

itu di Bogor.. ehmm.. itu taun 2006 sampe 2009.. waktu itu ambil kelas IPA.. trus abis lulus, saya lanjut ke Bogor EduCARE.. itu tempat kuliah D1 gitu di Bogor.. e.. dari taun 2009 ampe 2011..

(27)

001

001

002

trus ambilnya bagian Administrasi Perkantoran.. trus dari sana itu saya langsung kerja disini.. tapi sekarang masih sambil kuliah juga.. ngambil jurusan Sastra Inggris di Universitas Pamulang..

T : ohh.. semester berapa, kak?

J : sekarang baru semester dua.. baru masuk kemarin.. taun 2012.. T : trus sejak kapan kaka kerja disini?

J : e.. saya mulai kerja disini dari awal.. e.. bulan Juli tahun 2011..

yaa .. e.. sampe sekarang berarti kurang lebih nyaris e.. 2 taun.. hampir mau 2 taun..

T : tapi emank sejak masuk disini itu, langsung jadi staff qc gt yaa, ka? Maksudnya ga dari.. dari.. divisi lain gt?

J : engga.. kalau.. memang.. e.. awalnya memang applynya untuk..

e.. quality control disini.. gitu jadi.. jadi langsung diarahkan kesini dan tesnya pun memang menjurus ke.. masuk ke staff qc.. kaya gitu..

T : ok.. e.. jadi aku mau nanya nih, ka.. yang pertama, mengapa proses quality control itu perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan?

J : e.. jelas penting karena quality control itu suatu.. seperti

penyaringan kalau dalam e.. kalau misalnya dalam suatu program itu penyaringan program-program yang yang yang yang yang tidak patut.. yang ga layak untuk ditonton oleh para pemirsa.. oleh

(28)

002

oleh oleh orang – orang yang menonton tv.. jadi di samping e.. sebagai penjaga konten – konten atau materi – materi yang e… bisa dibilang isi isi isi program yang.. yang.. yang harus e.. apa namanya.. e.. ada standarnya.. terutama contohnya seperti e.. program – program yang wajib di.. di.. lihat atau disaksikan oleh anak – anak atau misalnya e.. sudah agak malam boleh oleh orang.. e.. orang.. oleh orang dewasa.. itu jadi.. quality control itu perlu karena untuk nyaring, menjaga, kalo kalo.. kalo boleh saya bilang lebih.. lebih.. lebih menjaga e.. isi konten supaya tidak ditiru oleh orang – orang atau oleh pemirsa di rumah, kalau misalnya memang ada.. ya ada.. konten – konten yang ga baik atau nggak.. nggak.. nggak pantas.. seperti itu.

T : e… trus kalo menurut kakak, proses quality control yang baik itu tuh kaya gimana?

J : ehm.. yaa kalau misalnya menurut saya, proses quality control

yang baik itu jelas.. emmm.. pertama kita harus patuh kepada aturan.. karena e… dari aturan itulah kita mesti.. apa namanya.. kita mesti punya pedoman.. seperti itu.. untuk.. untuk.. untuk.. untuk melaksanakan proses quality control.. kemudian.. e.. di samping itu kita juga butuh.. e.. apa namanya.. e.. alat – alat yang baik juga, alat – alat yang.. yang.. yang.. yang.. yang.. sehat.. seperti itu.. jadi, supaya proses quality controlnya bisa berjalan dengan baik… yah seperti itu paling.. e.. lebih.. lebih.. lebih.. lebih mengikuti lebih mengikuti aturan – aturan yang.. yang.. yang.. yang berlaku oleh.. yang telah ditetapkan oleh e.. lembaga –

(29)

002

004

lembaga Penyiaran Indonesia.. seperti itu..

T : Jadi harus.. sesuai dengan aturan dan didukung oleh peralatan yang ada.. gitu ya, ka?

J : iya.. dan juga, kalau misalnya boleh menambahkan.. e.. orang

atau misalnya.. atau.. e.. karyawan.. e.. atau orang yang melaksanakan quality control pun harus punya pengetahuan yang cukup dalam memahami apakah e.. ini baik atau ini tidak baik.. seperti itu.. kaya gitu..

T : emmm…. caranya orang itu bisa memahami gimana kak, ketika berada dalam satu tim.. Setiap orang itu kan pasti punya persepsi yang beda – beda gitu kan? Cara.. cara.. anggota tim ini buat nyamain persepsinya itu gimana?

J : Jelas itu salah satu kendala yang.. yang.. yang.. sering terjadi

juga cuman.. yang sering kita lakukan disini adalah.. seandainya memang e.. susah untuk menyamakan tetapi setidaknya kita meminimalisasikan e.. apa namanya.. perbedaan tersebut seperti ehm.. sesuatu yang menurut si A boleh kemudian si B nggak boleh e.. kita bisa saling diskusi, kita bisa saling tukar pendapat terlebih dahulu setelah itu baru bisa disimpulkan apakah.. entah A-nya bisa menerima atau B-nya bisa saling menerima.. yang jelas kita harus.. komunikasi itu penting.. itu gitu..

(30)

007

007

T : e.. trus yang ketiga.. kendala apa aja sih yang biasa kakak hadapin ketika ngelakuin proses quality control?

J : Kendalanya yang pasti.. kalau disini.. itu lebih kepada alat.. itu

yang sering.. jadi, e.. bisa dibilang kadang alatnya kurang mendukung atau kurang e.. kurang.. apa sih namanya.. e.. membantu kita dalam.. dalam.. dalam.. melaksanakan tugas atau terutama dalam melakukan quality control tersebut.. jadi itu itu lah yang salah satunya e.. menjadi kendala besar.. jadi, yang saya sebutkan di awal tadi.. salah satu yang penting.. itu salah satunya itu… alat yang baik… atau alat yang sehat supaya semuanya lancar dan e… tidak ada kendala yang terlalu.. terlalu.. terlalu parah karena.. alat itulah yang salah satu… major… apa namanya… syarat penting dalam melaksanakan quality control..

T : e.. selain kendala alat yang utama gitu, ada nggak misalnya kaya kendala – kendala kecil.. yang tapi juga secara nggak sengaja itu bisa.. bisa apa ya.. bisa menghambat proses quality control gitu kak?

J : e.. kalau untuk masalah e.. kendala.. kendala – kendala yang

seperti itu... ehm.. banyak juga sih.. banyak gitu.. seperti e... kan contohnya karena.. orang yang melaksanakan quality control itu kan harus fokus.. itu salah satunya fokus.. jadi dia e.. diwajibkan atau dituntut untuk sedetail mungkin.. se-teliti mungkin dalam memeriksa program-lah atau misalnya.. bisa dibilang kita sering menyebutnya preview program lebih lebih e.. fokus, lebih teliti

(31)

007

supaya hal – hal yang kecil itu.. yang.. bisa saja nanti di kemudian hari hal.. hal kecil.. yang.. yang.. mungkin kita miss.. kita nggak.. kita nggak lihat hanya karena misalnya kita ngantuk, kecapean, yang kayak gitu – gitu tuh.. itu juga bisa menyebabkan fatal.. karena e.. ketika ngantuk dalam beberapa detik kita tidak tahu apakah dalam 2 detik yang proses apa.. 2 detik yang kita ngantuk tadi itu.. apakah e.. aman atau tidak.. mungkin aja bisa.. bisa sering terjadi muncul yang gak aman di proses misalnya saat di kita ngantuk itu.. gitu.. Jadi, penting juga buat refresh terus e.. semangat lah seperti itu lah..

T : oke.. Jadi kerjanya harus detail gitu ya? J : he eh..

T : e.. selain fokus ada kendala lain?

J : apa lagi ya? Fokus.. e.. sering ya.. harus fit.. harus jaga

badan.. karena yang dituntut ini adalah mata.. mata bisa aja... bisa aja kan capek, mata kan juga kan e.. maksudnya.. organ organ organ organ tubuh juga yang bisa capek, bisa ngantuk entah misalnya mata merah gitu.. atau misalnya, e.. kita nggak tahu mungkin.. mata kita bermasalah entah misalnya rabun atau apa segala macem.. jadi kita harus maksimal menggunakan apa yah.. memelihara mata, karena itulah salah satu modal kita sebagai QC.. kaya gitu..

(32)

002

003

T : e.. terus job desk apa saja sih yang biasa dilakuin ama seorang QC?

J : Job desknya.. ehm.. sudah pasti preview program, itu e.. yang

penting.. itu itu majornya.. jadi kalau misalnya e.. ada kaset dateng atau misalnya ada program dateng, kita mesti liat, kita mesti lihat seteliti mungkin, kemudian setelah itu e.. kita catat time code-nya.. kita.. kita data ibaratnya kita data program yang.. yang kita kerjakan tadi, entah itu dari mulai e.. tanggalnya dan segala macem.. e.. bahkan sampai deskripsi film dan e.. apa namanya.. hal - hal yang berkaitan dengan program yang kita pre.. yang yang yang kita kerjakan itu juga kita mesti.. kita mesti tahu.. kita mesti.. kita mesti paham.. seperti itu, kemudian e.. ya.. ya paling.. yang yang yang yang yang lebih fokus kesitu kali ya.. karena e.. ya emang.. emang lebih lebih lebih lebih banyak kesitu gitu.. kita justru lebih fokusnya kesitu.. Jadi, gimana caranya supaya bisa e.. fokus sama yang kita kerjakan seperti itu.. dan jangan lupa kita juga mesti paham sama apa yang kita preview juga.. seperti itu..

T : tadi kan kata kakak intinya itu preview berarti dibanding itu.. e.. staff quality control punya job desk juga secara nggak langsung untuk yang namanya menambah, mengurangi, atau memodif.. memodifikasi isi program juga ya kak?

J : e.. iya.. jadi.. seandainya ada.. e.. hal – hal yang.. e..

maksudnya kalau misalnya ada program yang.. nggak pan.. nggak.. nggak pantes atau nggak patut kita mesti.. kita mesti.. apa

Preview merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses menonton program sebelum program tersebut ditayangkan, yang bertujuan untuk mengawasi konten program.

Time code merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui time in (waktu masuk) dan time out (waktu keluar), yang kemudian digunakan untuk mengetahui durasi program.

(33)

002

namanya.. e.. kita mesti tutupi.. kita mesti hilangkan gitu ya.. jadi.. ya itu mungkin salah satunya.. Jadi, fokus.. kemudian fokus supaya liat kesalahan – kesalahan itu.. hal – hal yang nggak patut dan nggak boleh.. kemudian kita.. kita mesti cut dan segala macem kaya gitu gitu gitu.. dan kalau misalnya emank ada yang mesti ditambahkan, ya why not.. gitu gitu.. kita bisa tambahkan juga.. kaya gitu...

T : Terus pertanyaan selanjutnya nih, fungsi proses quality control bagi stasiun tv itu apa sih kak?

J : penting.. karena e.. ehm.. fungsi.. ya karena quality control kan

tadi sudah saya bilang e.. membersihkan program yang kotor.. yang.. yang.. yang.. yang masih.. yang masih awal, yang belum di.. yang baru lahir ibaratnya kaya gitu, kemudian kita bersihkan sampai benar – benar patut.. sampai benar - benar layak buat ditonton oleh masyarakat gitu ya.. jadi e.. penting banget apalagi kalau tv itu kan suatu.. suatu.. apa ya.. suatu e.. tem.. e..

T : industri?

J : iya.. industri atau media atau misalnya tempat.. tempat buat

masyarakat.. salah satunya bisa jadi contoh model karena tv itu fungsinya ya mendidik.. seperti itu.. itu itu.. e.. seharusnya sih mendidik ya.. jadi, untuk hal – hal yang tidak mendidik, kita mesti e..

T : hilangkan?

cut = membuang gambar dan menggantinya dengan gambar lain.

(34)

002

005

005

J : ya, kita mesti cut.. gitu.. kita mesti bersihkan.. seperti itu.. T : Jadi, fungsi intinya itu cuma untuk menjaga content program supaya aman dan layak untuk ditonton?

J : Iya.. iya pasti.. iya pasti.. itu pasti..

T : e.. terus.. menurut kakak sendiri, definisi P3 sama SPS itu apa kak?

J : e.. menurut saya, pengertian secara general itu.. e.. aturan –

aturan yang dibuat oleh lembaga.. lembaga penyiaran terutama di Indonesia e.. yang.. ya.. yang.. yang.. yang.. yang.. yang wajib untuk dipatuhi terutama dalam e.. membersihkan konten – konten atau misalnya aturan – aturan yang.. yang.. yang.. yang layak atau tidaknya di.. diserap oleh masyarakat terutama dalam.. penonton televisi atau misalnya juga e.. seandainya memang ehm.. media lain itu juga bisa di di di di diaplikasikan gitu.. jadi aturan – aturan yang.. aturan – aturan yang.. yang.. yang.. yang.. yang harus dipatuhi supaya programnya bersih.. kaya gitu..

T : Jadi secara nggak langsung, P3SPS itu sendiri jadi landasan ya, kak? Landasan bagi seorang staff qc buat ngelakuin tugasnya gitu?

J : iya pasti.. tapi, sebagai emank.. sebagai e.. manusia gitu ya..

kita pasti punya cara cara cara.. apa misalnya.. pola pikir yang

P3 merupakan singkatan dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan SPS merupakan singkatan dari Standar Program Siaran, dimana P3 dan SPS ini merupakan regulasi yang menjadi acuan dari pelaksanaan proses quality control.

(35)

005

berbeda gitu.. jadi nggak.. ya nggak nggak selamanya kita mesti ngikutin peraturan itu, karena selagi masih bisa ditolerir seperti itu kan.. jadi kan.. yang namanya masalah nggak nggak hanya satu, pasti ada yang macem – macem gitu.. jadi nggak nggak selamanya masalah itu sama sama terus.. jadi nah begitulah fungsi kita sebagai apakah kita harus ngikutin e..

T : SPS?

J : ya.. peraturan tersebut, atau kita punya penilaian sendiri dalam

e.. menilai program tersebut gitu loh.. dalam menentukan program tersebut, layak atau tidaknya tayang.. gitu..

T : Nah, yang dimaksud dengan yang bisa di tolerir itu maksudnya, program yang gimana kak? Isi konten yang kayak gimana?

J : ehm.. jadi, seperti hal – hal atau peraturan – peraturan.. atau

keja.. apa ya.. maksudnya masalah – masalah yang.. yang tidak tercantum dalam KPI.. eh, maksudnya dalam.. dalam.. dalam.. dalam..

T : P3SPS?

J : dalam peraturan tersebut gitu ya.. jadi.. e.. contohnya, seperti

kasus kemarin itu ada beberapa.. ada e.. korban yang e.. apa namanya.. e.. terutama salah satu stasiun televisi yang mensorot data korban sampai e.. terlihat seluruh datanya.. sedangkan.. sedangkan di.. di KPI.. di peraturan tersebut kan tidak ada.. gitu

(36)

005

005

jadi.. sedangkan e.. maksudnya.. yang namanya data atau identitas tersebut, terutama korban, kita kan mesti.. mesti lindungi gitu.. ya seperti itu lah.. ya.. di peraturan tersebut secara general melindungi.. nah e.. ketika.. ketika sudah sampe kasus.. kita kan banyak kasusnya.. nah, disitulah kita mesti pinter – pinter maksudnya melindungi ini apakah seperti ini, apakah seperti ini, apakah seperti ini, karena kasus pasti macem – macem..

T : ok.. berarti harus bisa mencerna sesuai pola pikir masing – masing gitu ya, kak?

J : he..eh..

T : e.. pertanyaan selanjutnya nih, proses pelaksanaan quality control itu…oke ini udah dijawab ya tadi.. pasti selalu mengacu ke P3 dan SPS ya, kak?

J : he..eh..

T : selain P3.. e.. P3 dan SPS.. ada nggak sih misalnya aturan lain yang menjadi landasan atau ya basic.. yang.. yang.. secara ga langsung jadi aturan juga gitu, misalnya undang – undang penyiaran atau sejenisnya gitu?

J : kalau untuk itu sih kurang paham.. karena e.. background saya

bukan.. bukan.. bukan.. bukan.. bukan broadcast gitu.. tapi.. setidaknya kalau untuk peraturan di kantornya sendiri, terutama

(37)

004

di qc-nya disini sendiri, jadi, e.. kita mesti pertimbangkan.. jadi.. misalnya.. kalau misalnya di peraturan e.. P3 atau SPS seperti itu.. e.. seharus.. contohnya kaya misalnya belahan dada dan segala macam gitu ya.. itu ga boleh.. nah tapi ketika kasusnya kita bis.. e.. kita temukan belahan dada, tapi dalam jarak yang tidak terlalu kelihatan, kita masih bisa ya sudah gitu, karena memang ehm.. e.. majornya nggak disitu.. ada.. ada fokus lain.. lain..

T : ada fokus utamanya gitu ya?

J : ya, ada fokus utamanya.. ya tapi, seandainya memang

cleavagenya memang terlalu dekat, apapun itu..

T : pokoknya ketika objek itu menjadi fokus utama?

J : ya.. menjadi fokus utama.. sorotan.. terlalu.. terlalu

mendominasi di antara.. di layar tersebut gitu.. ya kita mesti potong.. tapi kalau misalnya memang, dia adanya di background.. dia.. dia nggak terlalu.. dia minor gitu ya nggak nggak..

T : nggak terlalu keliatan?

J : ya.. jadi ya.. ya.. ya.. ya.. ya udah gitu.. jadi ya, ya kaya gitu –

gitu ya kita mesti, kita mesti pinter.. apa namanya.. nilai e.. kasus..

T : e.. trus gimana cara kakak sendiri tau kalau misalnya gambar atau adegan itu ngelanggar P3SPS atau nggak? contohnya misalnya kaya adegan berdarah gitu.. adegan

Cleavage = belahan dada

(38)

004

berdarah yang kaya gimana yang melanggar dan mana yang nggak, atau mungkin adegan orang ditembak, adegan kekerasan dan segala macem.. mana yang diperbolehkan dan mana yang nggak gitu.. e.. soalnya kan di P3SPS itu sendiri kan biasanya cuma ditulis nggak boleh ada.. ada kekerasan.. atau nggak boleh ada adegan yang berdarah – darah gitu.. Nah, cara kakak buat nentuinnya itu gimana?

J : e.. ya itu.. sama seperti contoh tadi.. cuman.. nah kalau

misalnya contohnya darah.. let’s say, kita ambil contoh e.. ehm.. orang nembak misalnya e.. ada adegan tem.. ada adegan penembakan antara polisi sama maling, misalnya kayak gitu ya.. nah di satu.. ada.. ada.. ada 2 contoh nih.. contoh pertama, dia nembak kepala.. dar.. muncrat, hancur kepalanya kan.. itu udah jelas – jelas dipotong dong.. karena nggak.. nggak layak.. itu sesuatu yang udah.. yang buat orang takut, serem, ngeri, jijik bahkan.. nah itu udah pasti.. pasti di cut.. Tapi kan e.. kasus kedua e.. dia nembak dadanya dan des.. darah pun nggak keluar ataupun dikit ya.. ya nggak apa – apa.. gitu karena.. e.. itu salah satu aksi dan itu masih bisa di tolerir, karena belum menimbulkan suatu persepsi orang yang jijik, atau misalnya menyeramkan.. bikin orang mual mungkin karena misalnya, seperti contoh yang pertama, bikin orang darahnya muncrat kaya gitu.. jadi, ya kaya gitu contoh.. contoh – contohnya..

T : Jadi intinya harus bisa mem.. apa ya.. kurang lebih harus bisa membayangkan persepsi audience gitu ya kak?

(39)

005

J : iya..

T : ketika menonton.. e.. adegan ini nih gimana gitu reaksinya.. J : Iya.. jadi.. jadi bisa dibilang, saat kita melaksanakan proses

quality control, kita bisa asumsikan diri kita sebagai penonton juga.. jadi apakah seperti ini e.. apa namanya.. penonton merasa ngeri atau misalnya merasa oh.. e.. seru atau apa segala macem gitu.. jadi, kita bisa.. kita bisa punya.. ehm.. apa.. cara tersendiri supaya menyeleksi apakah program ini masih bisa ditolerir atau memang nggak bisa.. kayak gitu..

T : oke.. berarti itu balik lagi ke persepsi masing-masing orang gitu, kak?

J : he..eh

T : e.. next.. e.. di P3SPS ndiri itu kan banyak memuat pasal.. nah, menurut kakak sendiri, pasal apa sih biasa paling sering dilanggar? Adegan apa sih biasa paling banyak ada di film-film ataukan program – program?

J : oke.. kalau misalnya adegan yang sering muncul, mungkin

kalau dilanggar ya.. ya.. ya.. ya.. saya nggak tau.. cuman kalau misalnya yang paling sering muncul itu e.. ya belahan dada yang terlalu expose kaya gitu ya.. itu udah pasti nggak.. nggak.. nggak.. nggak boleh karena bisa meningkatkan e.. mungkin kita bisa.. bisa.. bisa menjurus ke arah sensual.. sensualitas dan sensual.. ya pokoknya gitu - gitu ya.. kaya gitu dan itu mesti di cut.. kaya gitu..

(40)

005

003

kemudian, selain ehm e.. seperti itu.. kekerasan juga, atau misalnya adegan bunuh diri itu sering.. jadi seandainya orang lompat dari gedung….brak.. hancur badannya.. ya walaupun nggak hancur, tetapi darahnya kemana - mana dan itu dilihat secara dekat.. secara zoom gitu.. zoom.. zoom.. dan itu juga mesti kita.. kita.. kita.. kita cut jadi ya.. ya paling.. kemudian makian juga.. makian ya sering juga, baik dalam lagu atau dalam film.. terutama film, makian juga itu sering muncul.. kaya gitu gitu..

T : Berarti, kurang lebih awalnya itu, kaya jenis pornografi gitu ya?

J : Sensualitas.. iya..

T : Sensualitas pornografi, terus yang kedua itu, bunuh diri? J : ya.. kekerasan..

T : kekerasan.. oke.. dan yang terakhir itu makian? J : iya.. iya makian..

T : kalau untuk makian sendiri biasanya diapain?

J : hehehe (tertawa)… ya.. ya biasanya kita mute.. maksudnya kita

hilang e.. kalau ibaratnya volume, ketika sudah sampai di.. di ucapannya dia, kita kecilin gitu.. atau kita hilangkan audionya dan segala macem.. itu pekerjaan editor dan segala macem.. itu..

Mute = audio dihilangkan

(41)

006

006

supaya nggak kedengaran dia ngomong apa.. gitu tuh..

T : Next, ehm.. ini udah dijawab tadi.. pertanyaan selanjutnya aja deh.. sejauh apa staff quality control punya kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program, kak? J : e... harusnya sih, quality control itu punya.. punya apa

namanya.. punya otoritas atau hak yang.. yang.. yang.. yang cukup kuat, dalam.. dalam.. dalam.. e.. pertelevisian ya.. karena e.. quality control ya tempatnya menyeleksi, membersihkan.. gitu loh.. jadi kalau misalnya memang menurut quality control itu belum bersih, ya belum bersih.. karena quality control itu yang tahu programnya, yang yang hafal jalan ceritanya, yang paham materinya dan dan dan ngerti segala macemnya gitu loh jad.. program tersebut.. jadi kalau misalnya memang menurut quality control, terutama kalau misalnya dalam tim, dan semua e.. semua.. maksudnya satu tim itu.. seandainya bilang belum, ya belum, harusnya seperti itu ya.. karena, ya, balik lagi.. kita yang tahu isinya, kita yang tahu luar dalemnya, kita yang tahu jalan ceritanya, dan segala macem gitu.. jadi, harusnya sih punya sesuatu.. apa ya namanya.. otoritas atau hak yang kuat, kalau misalnya ini belum lolos ya belum lolos, kalau misalnya ini sudah lolos, ya pasti sudah lolos gitu loh.. kaya gitu..

T : Jadi, intinya mutlak gitu ya, kak? J : iya…

(42)

003

007

T : ya? mutlak pada setiap stasiun tv? J : Ya... he eh..

T : e.. terus.. nanya bentar nih, kak.. e.. ini kan untuk pertanyaan tadi.. gimana disebut dengan ‘aman’ dan ‘tidak aman’.. berarti kurang lebih dari apa yang aku tangkep, yang aman itu yang sesuai dengan P3SPS dan yang nggak aman itu yang melanggar?

J : ehm.. e.. yang tadi saya bilang, jadi kita.. kita punya aturan..

kita punya aturan P3SPS gitu ya.. tapi dalam prakteknya, atau dalam kasusnya, banyak.. banyak macem – macem yang.. yang.. yang mungkin nggak.. yang.. yang mungkin belum ada nih.. belum ada di ketentuan atau misalnya peraturan tersebut.. Jadi, disitulah kita dituntut buat e.. punya.. punya.. punya.. apa sih namanya.. punya aturan tersendiri gitu.. apakah ini memang layak atau belum layak ditonton gitu.. walaupun memang belum ada di.. di.. di peraturan..

T : di P3SPS? J : iya.. seperti itu..

T : e.. terus.. kaya yang tadi kakak bilang kan, kewenangan staff quality control itu sifatnya mutlak.. menurut kakak nih.. e.. pihak - pihak apa saja sih, yang punya kewenangan buat

(43)

nentukan suatu program itu layak atau nggak gitu di samping QC?

J : e.. ehm.. Dalam beberapa kasus sih.. ehm.. e.. kalau misalnya

e.. kalau misalnya memang e.. pihak – pihak yang berwenang atau misalnya yang.. yang.. yang.. yang memiliki otoritas lebih gitu e.. ehm.. itu sudah pasti diatasnya.. atau misalnya supervisornya QC sendiri seperti itu ya.. dan atau misalnya memang e..

T : pimpinan perusahaan?

J : ya.. pimpinan perusahaannya ya.. karena ya, beliau.. beliau

gitu.. tapi kalau misalnya e.. ada hal – hal lain yang.. yang.. yang.. yang bisa.. ya bisa dibilang.. e.. mengesampingkan.. e.. hasil keputusan quality control.. itu juga bisa terjadi karena ada beberapa situasi.. kaya gitu.. jadi kalau misalnya memang program ini sudah disetujui oleh client.. seperti itu.. tapi menurut.. menurut quality control masih belum, karena gambarnya masih jelek.. jadi kaya, nggak layak, belum layak.. seperti itu.. tapi kalau misalnya clientnya bilang, ya udah nggak apa – apa, sudah di approve oleh clientnya.. ya udah gitu, karena emang e.. di samping itu e.. yang terpenting adalah kita sudah menjaga hal – hal yang.. yang.. yang.. yang wajib buat dijaga yang.. ya itu yang tadi.. tidak bersifat pornografi dan segala macem.. makian dan segala macem.. dan ini kasusnya hanya kualitas gambar yang mungkin sedikit - sedikit under kualitasnya.. dan itu masih bisa.. ya sudah kaya gitu..

T : e.. Itu kan kalau approve oleh client kalau emang

Di approve oleh client = disetujui oleh client

(44)

007

007

007

programnya dari client, sementara kalau untuk program misalkan dari production house atau program yang kita produksi sendiri gitu, diproduksi sendiri oleh O Channel, itu pihak mana selain misalnya pimpinan perusahaan dan staff quality control? Masih ada nggak.. ada nggak staff divisi lain, atau mungkin pimpinan divisi lain yang emang punya kewenangan gitu buat nentuin?

J : Untuk programming? Ketua programming.. jadi, beliau itu

yang.. yang.. yang.. yang bertanggung jawab sama program, keseluruhan program.. nah, beliau lah yang.. yang.. yang.. yang.. yang bisa jauh lebih berhak lagi.. e.. apakah menurut beliau lolos atau tidak.. ya.. ya beliau lah...

T : Ketua Programming itu siapa? J : e.. Mas TJ.. Mas Tanjung..

T : Kalau Om Yanto posisinya apa?

J : Om Yanto itu apa ya? Karena e.. baru.. baru tahun ini gitu..

jadi baru tahu.. jadi masih belum.. belum.. belum tahu jabatannya apa.. tapi memang, posisinya Om Yanto itu ada di atas supervisor QC dan di bawah e.. pimpinan programming..

T : Oh jadi, posisi Om Yanto itu di atas supervisor QC di bawah programming.. Oh jadi, di antara Ka Jeffry ama Mas TJ.. terus kalau boleh nanya nih, kak.. misalkan kalau harus diurutin nih dalam suatu stasiun tv.. e.. staff QC itu

(45)

007

menduduki peringkat ke-berapa sih kalau untuk urusan kewenangan? Kelayakan program gitu.. kewenangan kewenangan dan segala macem buat nentuin program yang tadi layak atau nggak layak buat tayang gitu?

J : ehm.. e.. kalau menurut saya sih, ya itu.. saya nggak bisa..

nggak bisa jawab apakah harus nomor 1,2,3,4 ya.. cuman, yang bisa saya tegaskan di sini adalah e.. yang tahu programnya itu siapa? QC.. yang.. yang.. yang paham isinya dan segala macem, layak atau tidaknya, kaya gitu.. itu QC.. jadi, bisa disimpulkan sendiri siapa yang lebih.. yang lebih.. yang lebih.. yang lebih e..

T : punya kewenangan?

J : ya.. yang lebih bisa memberikan keputusan, apakah ini masih..

masih bisa ditolerir atau alias masih boleh tayang, atau memang benar – benar belum bisa tayang alias butuh revisi.. kaya gitu..

T : e.. terus.. yang terakhir.. bagaimana pelaksanaan proses quality control yang dilaksanakan di O Channel sendiri menurut kakak? udah ideal atau belum?

J : hehe... e.. kalau untuk di O Channel sendiri, jujur ini baru

pertama kalinya saya bekerja di sini karena emang belum.. belum pernah bekerja sebelumnya... tapi, ehm.. selama saya bekerja disini, e.. sudah cukup e.. e.. masih kadang bersifat ideal kadang bersifat tidak ideal.. karena ya.. ya itu juga disebabkan karena beberapa kasus.. kalau misalnya bersifat tidak ideal, itu bisa di bilang e.. otoritas QC atau misalnya hak QC itu sering e.. apa ya..

(46)

007

sering di.. di apa ya.. tidak diperhatikan, tidak dianggap karena e.. ada pihak - pihak yang.. yang maksudnya.. ada.. ada.. ada pihak yang.. yang.. yang.. yang membolehkan.. gitu yang.. yang.. yang membolehkan.. padahal di satu sisi seharusnya revisi.. seperti itu.. itu langsung contoh.. langsung contoh kasusnya aja ya.. dan kalau misalnya idealnya.. e.. untuk alurnya sendiri sih sudah.. sudah.. sudah.. sudah berjalan cukup baik karena nggak berantakan sih.. nggak.. nggak berantakan.. udah.. udah baik kalau dari segi alur.. tapi kalau dari otoritas masih belum bisa mengaplis... mengaplikasikan atau misalnya masih belum bisa mengartikan ya QC itu seharusnya ya.. ya itu..

T : aturan benernya kaya gini lho..

J : iya.. gitu.. karena qc yang tau.. gitu lho.. kaya gitu..

T : Trus yang dimaksud alur yang bener itu yang kaya gimana, kak?

J : Ya alurnya tuh dari segi alur kerjanya.. jadi workflownya.. jadi

dari mulai abcdfghij sampai ke tempat QC.. kalau.. kalau dari segi workflownya itu sudah.. udah baik.. sudah baik ya.. sudah baik..

T : Di mulai dari segi kewenangan itu aja? J : ya.. dari segi itu aja..

T : nah kalau misalnya kaya tadi.. contoh kasus yang kakak

(47)

007 bilang itukan.. ada program yang harusnya.. seharusnya di revisi tapi akhirnya ditayangkan gitu dengan kewenangan.. apa.. kewenangan dari pihak tertentu.. nah dari stasiun televisi itu sendiri, emang nggak ada yang.. nggak ada yang.. apa ya.. kaya ngajuin protes atau segala macemnya gitu, kak? J : hehe (tertawa)...Oh kaya gitu?

T : Ya kaya misalnya ngasih saran, atau misalnya ngasih kritik, atau gimana ya.. kayak ngasih sedikit protes gitu ke.. ke yang punya kewenangan gitu..

J : e.. e... kalau.. kalau untuk protes sih.. kita nggak ya.. cuman

lebih kita langsung ngasih buktinya.. ini loh yang kita maksud.. harus di revisi ini seperti ini, selanjutnya e.. tinggal keputusan yang.. yang.. yang.. yang.. yang..

T : yang berwenang aja?

J : iya yang berwenang itu.. apakah.. T : yang intinya posisinya ada di atas?

J : iya.. apakah menurut beliau memang masih bisa layak,

sedangkan di satu sisi menurut QC masih e.. belum.. belum bisa layak dan harus di revisi.. kaya gitu.. jadi, kita lebih langsung ngeliat ini loh.. buktinya seperti ini.. maksudnya, program yang seperti ini tuh menurut kita masih belum, tapi gimana menurut.. menurut beliau.. seperti menurut Bapak atau segala macem..

Bapak merupakan istilah yang digunakan untuk

(48)

007

003

kayak gitu..

T : Nah, kalau kaya gitu.. misalnya nih.. sewaktu - waktu sial – sialnya gitu.. apa yang menurut QC revisi, tapi ternyata ditayangin atas kewenangan si pimpinan ini.. itu ternyata sewaktu – waktu misalnya ya.. misalnya dapat teguran gitu dari KPI.. itu yang.. pihak yang akan disalahkan itu siapa, kak? Apakah QC-nya atau pimpinannya atau gimana?

J : ya.. ya udah pasti bukan QC dong, karena kan yang di dari..

dari statusnya aja kan e.. QC bilang revisi gitu.. tetapi ketika dinaikkan tidak ada tanda tangan atau tidak ada bukti yang.. yang.. yang.. yang.. yang.. yang jelas kalau misalnya QC itu meng-ok-kan atau misalnya meloloskan karena posisinya masih belum lolos atau revisi, itu udah pasti ya QC ya.. ya.. ya.. yang nggak mungkin disalahkan..

T : oke.. jadi intinya kalau emang QC bilang revisi itu pasti revisi? dan ketika...

J : seharusnya.. T : ya seharusnya?

J : ya seharusnya.. ketika.. ketika QC bilang revisi, ya seharusnya

di revisi.. karena ya itu balik lagi.. kita tahu.. kita tahu isinya dan kita seakan – akan mengasumsikan diri kita sebagai penonton gitu

menggambarkan Direktur.

(49)

003

007

007

demi kelancaran, demi kesejahteraan perusahaan tersebut juga gitu loh..

T : Jadi ketika QC bilang revisi, itu pasti di balikin ke editor dan revisi juga kan?

J : he eh..

T : dan ketika program itu ditayangkan, dan misalnya ada masalah, berarti itu kurang lebih bisa di bilang di luar tanggung jawab QC?

J : Iya.. iya..

T : ehm.. ya udah sih itu saja kayanya… J : baik..

T : e.. satu lagi deh pertanyaan terakhir.. tanggapan kakak aja…

J : boleh..

T : secara nggak langsungkan tadi kakak bilang, kalau QC itu punya kewenangan gitu.. pendapat kakak sendiri gimana sih.. sebagai seorang staff QC yang misalnya kaya kasus tadi, yang kakak udah bilang revisi seharusnya nggak boleh tayang, tapi ternyata ditayangin gitu?

(50)

J : ehm.. ya nggak kenapa - kenapa juga sih, karena.. balik lagi..

ketika seandainya nanti ada suatu teguran atau apapun, kita nggak bisa disalahkan karena kita belum meng-ok-kan, dan.. dan.. dan.. ya itu.. belum meloloskan dan berarti, yang meloloskanlah tersebut.. yang meloloskan itu yang.. yang.. yang mesti bertanggung jawab.. gitu.. buktinya banyak.. eh.. ada buktinya.. gitu.. hehehe..

T : oke.. berarti itu di luar tanggung jawab QC gitu ya, kak? ya udah sih sekian aja wawancara saya…

J : baik..

T : Terima kasih atas waktunya, kak.. J : sama – sama..

Gambar

gambar  rusak,  scratch,  dan  segala  macemnya..  Tapi,  technically  sih yang pertama itu alat, kemudian, kendala selanjutnya itu.
Gambar under = kualitas  gambar kurang bagus  Audio under = audio  kecil sehingga kurang  jelas

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya persentase proliferasi limfosit oleh larutan film edibel yang mengandung minyak at- siri temu kunci, tidak hanya disebabkan oleh kompo- nen penyusun minyak atsiri temu

Selain itu, tumbuhan menyimpan cadangan makanan di bagian buah, salah satunya adalah minyak, sehingga pada bagian sabut dan daging buah banyak mengandung

Setelah melakukan prosedur penelitian seperti melakukan analisis data, melakukan pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa ada kontribusi yang signifikan antara penguasaan

Aldi : Hm, seperti yang kamu lihat perusahaan kita sedang di ujung tanduk!. Kamu tau hal yang menyebabkan kejadian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan perusahaan dalam menyusun dan mengatur Good Corporate Governance yang diterapkan perusahaan serta dapat dijadikan

Isolasi aktinomiset dari contoh tanah gambut yang memiliki karakteristik pH 4.7, rasio C/N 38 dan nilai KTK 70.5 asal Tanjung Jabung Barat, Jambi, dilakukan

A.i Kaca lembaran dengan proses tarik (sheef glass) adalah kaca tidak berwarna atau. berwarna yang dihasilkan dengan proses tarik, kemudian dipotong-potong menjadi

Nilai NPCI yang sama dengan 1,12 menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah terhadap input tradable secara umum tidak menguntungkan usahatani kedelai karena petani harus membayar