IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT
UNTUK MENGURUS AKTA KELAHIRAN
DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
T E S I S
Oleh :
ROY SUSANTO SIAGIAN
117003005/PWD
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT
UNTUK MENGURUS AKTA KELAHIRAN
DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Perdesaan pada
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
ROY SUSANTO SIAGIAN
117003005/PWD
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK MENGURUS AKTA KELAHIRAN DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Nama Mahasiswa : ROY SUSANTO SIAGIAN Nomor Pokok : 117003005
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD)
Menyetujui :
KOMISI PEMBIMBING
Dr. Rujiman, MA
Ketua Anggota
Agus Suriadi,S.Sos,M.Si
Ketua Program Studi, Direktur,
Tanggal lulus : 29 Juli 2013 Telah diuji pada
Tanggal : 29 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : DR.Rujiman, MA
Anggota : 1. Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, AK 2. DR. Irsyad Lubis, M.Sos
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Roy Susanto Siagian, dengan ini menyatakan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa tesis saya yang berjudul “ Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan “ adalah hasil karya saya sendiri dan di dalam tesis ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi / lembaga pendidikan manapun. Pengambilan karya orang lain dalam tesis ini dilakukan dengan menyebutkan sumbernya sebagaimana tercantum dalam Daftar Pustaka. 2. Tidak berkeberatan untuk dipublikasikan oleh Universitas Sumatera Utara,
baik seluruhnya atau sebagian, untuk kepentingan akademik / ilmiah yang non komersial sifatnya.
Medan, Juli 2013 Yang membuat pernyataan,
A B S T R A K
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penghormatan akan keberagaman suatu bangsa, merupakan ciri dari penyelenggaraan Negara yang bersifat demokratis. Perwujudan Indonesia sebagai negara demokratis tersebut, salah satunya dilakukan dengan meletakkan dasar - dasar pelaksanaan hak asasi manusia dalam konstitusi. Dengan dimasukkanya hak asasi manusia ke dalam konstitusi Undang -Undang Dasar 1945 maka setiap warga negara Indonesia mempunyai hak dan kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintah. Untuk menciptakan suatu bangsa yang besar dalam menjalankan roda pembangunan diperlukan Sumber Daya Manusia yang handal. Untuk mencetak kader bangsa yang handal dan sumber daya manusia yang handal maka setiap warga negara harus memperoleh pendidikan yang baik dan mempunyai status hukum yang sah dan diakui oleh negara. Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap anak yang akan bersekolah , status hukum anak tersebut akan ditanyakan oleh pihak sekolah apabila ingin mendaftar sekolah, misalnya apakah sudah mempunyai Akta Kelahiran atau tidak. Seandainya putra putri terbaik bangsa Indonesia yang seyogiyanya menjadi penurus generasi bangsa di masa depan banyak yang tidak bisa memperoleh pendidikan /bersekolah karena tidak mempunyai Akta Kelahiran, hal tersebut sangatlah disayangkan.
Kabupaten Tapanuli Selatan sejak tahun 2012 telah mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terutama pasal 32 ayat 2, dimana setiap anak yang berumur 1 (satu) tahun lebih apabila mengurus Akta Kelahirannya harus melalui proses Pengadilan Negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektif atau tidak efektifnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Tapanuli selatan sejak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 diimplementasikan.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa, dengan diimplementasikannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan sangat tidak efektif dan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah. Untuk mengantisipasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 terutama pasal 32 ayat 2 maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan melaksanakan kerjasama dengan Pengeadilan Negeri padangsidimpuan untuk melaksanakan sidang keliling di Kecamatan se Kabupaten Tapanuli Selatan.
ABSTRACT
The Unitary State of the Republic of Indonesia, based on Pancasila (National Ideology) and the Indonesian 1945 Constitution, is principally responsible for providing protection and recognition in determining personal status and legal status of people and other important events experienced by citizens, whether they are in or outside the Indonesian territory. A sense of respect for diversity of a nation is the characteristic of a democratic government. The existence of Indonesia as a democratic country is shown by the implementation of human rights in its constitution. The 1945 Constitution states that every citizen has the same right and position before law and the government. In order to build a big nation in generating its development, reliable human resources and the nation’s cadres are needed. Therefore, each individual has to obtain good education and have valid legal status which is acknowledged by the government. We all know that every child who wants to attend school will be asked for his legal status by the management of the school. During his registration, they will ask his Birth Certificate. It is very unfortunate if a boy or a girl who is expected to become the next generation of the nation cannot join school only because he or she does not have Birth Certificate.
Since 2012, South Tapanuli District Administration has implemented Article 32, paragraph 2 of Law No. 23/2006 on the Administration of the Population. It states that Birth Certificate of every child who is one or more years old should be administered through the District Court. The objective of the research was to analyze whether Law No. 23/2006 on the Administration of the Population in South Tapanuli was effective or not and how about the level of the people’s participation in implementing Law No. 23/2006 in South Tapanuli District.
It could be concluded that the implementation of Law No. 23/2006 on the Administration of the Population in South Tapanuli District was not effective, and the level of the people’s participation was very low. It is recommended that, in order to anticipate the effectiveness of Article 32, paragraph 2 of Law No. 23/2006, the South Tapanuli District Administration should cooperate with Padangsidempuan District Court in conducting touring court sessions in all subdistricts of South Tapanuli District.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul " Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 Tentang Administrasi Kependudukan Terhadap Partisipasi Masyarakat
Untuk Mengurus Akta Kelahiran Di Kabupaten Tapanuli Selatan ". Tesis ini
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan S-2 Magister Perencanaan Wilayah dan Perdesaan pada Universitas Sumatera Utara.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan koreksi, saran dan kritikan yang bersifat membangun guna penyempurnaan tesis ini.
Berbagai hambatan penulis hadapi dalam penyusunan tesis ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM dan H, M.Sc, (GM), SP. A(K), Sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, MSc sebagai Direktur sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Rujiman, MA dan Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyususnan tesis ini.
5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, AK, Bapak Ir. Supriadi, MS dan Bapak DR. Irsyad Lubis, M.Sos, Fc selaku dosen pembanding yang telah memberikan koreksi dan masukan yang positif untuk kesempurnaan Tesis saya ini.
6. Seluruh dosen, karyawan serta seluruh Civitas Akademika Universitas Sumatera Utara, khususnya program studi Perancanaan Wilayah dan Pedesaan yang telah memberikan bekal ilmu dan bantuannya selama ini kepada penulis.
7. Terkhusus kepada Orang Tua dan keluarga yang tanpa lelah mendoakan untuk kesuksesan penulis.
8. Isteri saya tercinta Sri Dewi Riski Lubis serta anak-anak saya tercinta Aiska Fawwaz Deanra Siagian, Alya Naurah Siagian dan Muhammad Aditya Pranata Siagian sebagai penyemangat dan inspirasi saya dalam mengikuti perkuliahan dan dalam peyelesaian tesis ini.
9. Seluruh sahabat-sahabat saya yang kuliah di PWD USU semester ganjil TA.2011, yang menemani kebersamaan menuntut ilmu selama dua tahun ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis sangat berharap kepada semua pihak agar tesis ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Medan, Juli 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : ROY SUSANTO SIAGIAN, S.STP
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 15 Januari 1978
4. Agama : Islam
5. Riwayat Pendidikan :
a. 1984 – 1990 : SD Negeri 142423 (7) Padangsidimpuan b. 1990 – 1993 : SMP Negeri 1 Padangsidimpuan
c. 1993 – 1996 : SMA Negeri 1 Padangsidimpuan d. 1996 – 2000 : STPDN Jatinagor, Jawa Barat 6. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) 7. Nama Orang Tua : - H. Forma Siagian (Ayah)
- Hj. Delima Sari Rangkuti (Ibu)
DAFTAR ISI
2.2.1 Pengertian Umum Pencatatan Sipil... 9
2.2.2 Pengertian Partisipasi Masyarakat... 11
2.2.3 Hubungan Perencanaan Wilayah dan Kebijakan Publik ... 12
2.2.4 Implementasi Kebijakan ... 15
2.3Fungsi dan Mamfaat Akta Kelahiran ... 17
2.4Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan dalam kepemilikan Akta Kelahiran ... 19
2.5.1 Fenomena Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan sebelum diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan 20 2.5.2 Fenomena Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Adsministrasi Kependudukan sesudah diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan 21 2.6Tinjauan Pemerintah Daerah kaitannya dengan Perencanaan
Perencanaan wilayah ... 22
4.1.1 Propil Kabupaten Tapanuli Selatan ... 35
4.1.2 Visi Misi Kabupaten Tapanuli Selatan ... 36
4.1.3 Wilayah Administrasi ... 36
4.1.4 Kondisi Kependudukan ... 38
4.1.5 Mata Pencaharian ... 39
4.1.6 Tingkat Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 39
4.1.7 Tinjauan Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan ... 41
4.1.8 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan ... 41 4.2 Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23
Mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan 42
4.3Pembahasan ... 45
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 53
5.2Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan ... 38 Tabel 4.2 Jumlah Masyarakat yang mengurus Akta Kelahiran di
Kabupaten Tapanuli Selatan Selama Tahun 2012 ... 40 Tabel 4.3 Jumlah Kepala Keluarga yang mengikuti Sidang Keliling
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Tugas Bidan ... 18
2.2 Hak Bidan ... 18
2.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Hasil Wawancara ... Lampiran 2 Foto Wawancara ... Lampiran 3 Foto Sidang Keliling di Kecamatan
A B S T R A K
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penghormatan akan keberagaman suatu bangsa, merupakan ciri dari penyelenggaraan Negara yang bersifat demokratis. Perwujudan Indonesia sebagai negara demokratis tersebut, salah satunya dilakukan dengan meletakkan dasar - dasar pelaksanaan hak asasi manusia dalam konstitusi. Dengan dimasukkanya hak asasi manusia ke dalam konstitusi Undang -Undang Dasar 1945 maka setiap warga negara Indonesia mempunyai hak dan kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintah. Untuk menciptakan suatu bangsa yang besar dalam menjalankan roda pembangunan diperlukan Sumber Daya Manusia yang handal. Untuk mencetak kader bangsa yang handal dan sumber daya manusia yang handal maka setiap warga negara harus memperoleh pendidikan yang baik dan mempunyai status hukum yang sah dan diakui oleh negara. Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap anak yang akan bersekolah , status hukum anak tersebut akan ditanyakan oleh pihak sekolah apabila ingin mendaftar sekolah, misalnya apakah sudah mempunyai Akta Kelahiran atau tidak. Seandainya putra putri terbaik bangsa Indonesia yang seyogiyanya menjadi penurus generasi bangsa di masa depan banyak yang tidak bisa memperoleh pendidikan /bersekolah karena tidak mempunyai Akta Kelahiran, hal tersebut sangatlah disayangkan.
Kabupaten Tapanuli Selatan sejak tahun 2012 telah mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terutama pasal 32 ayat 2, dimana setiap anak yang berumur 1 (satu) tahun lebih apabila mengurus Akta Kelahirannya harus melalui proses Pengadilan Negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektif atau tidak efektifnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Tapanuli selatan sejak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 diimplementasikan.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa, dengan diimplementasikannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan sangat tidak efektif dan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah. Untuk mengantisipasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 terutama pasal 32 ayat 2 maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan melaksanakan kerjasama dengan Pengeadilan Negeri padangsidimpuan untuk melaksanakan sidang keliling di Kecamatan se Kabupaten Tapanuli Selatan.
ABSTRACT
The Unitary State of the Republic of Indonesia, based on Pancasila (National Ideology) and the Indonesian 1945 Constitution, is principally responsible for providing protection and recognition in determining personal status and legal status of people and other important events experienced by citizens, whether they are in or outside the Indonesian territory. A sense of respect for diversity of a nation is the characteristic of a democratic government. The existence of Indonesia as a democratic country is shown by the implementation of human rights in its constitution. The 1945 Constitution states that every citizen has the same right and position before law and the government. In order to build a big nation in generating its development, reliable human resources and the nation’s cadres are needed. Therefore, each individual has to obtain good education and have valid legal status which is acknowledged by the government. We all know that every child who wants to attend school will be asked for his legal status by the management of the school. During his registration, they will ask his Birth Certificate. It is very unfortunate if a boy or a girl who is expected to become the next generation of the nation cannot join school only because he or she does not have Birth Certificate.
Since 2012, South Tapanuli District Administration has implemented Article 32, paragraph 2 of Law No. 23/2006 on the Administration of the Population. It states that Birth Certificate of every child who is one or more years old should be administered through the District Court. The objective of the research was to analyze whether Law No. 23/2006 on the Administration of the Population in South Tapanuli was effective or not and how about the level of the people’s participation in implementing Law No. 23/2006 in South Tapanuli District.
It could be concluded that the implementation of Law No. 23/2006 on the Administration of the Population in South Tapanuli District was not effective, and the level of the people’s participation was very low. It is recommended that, in order to anticipate the effectiveness of Article 32, paragraph 2 of Law No. 23/2006, the South Tapanuli District Administration should cooperate with Padangsidempuan District Court in conducting touring court sessions in all subdistricts of South Tapanuli District.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pelayanan Pencatatan Sipil sebagai salah satu sub sistem dari sistem Administrasi Kependudukan secara baik, tepat dan menjamin kepastian hukum terhadap semua peristiwa penting dalam kehidupan seseorang yang meliputi kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, pengangkatan anak, pengakuan anak, pengesahan anak, perubahan nama, perubahan kewarganegaraan dan perubahan nama serta peristiwa penting lainnya.
tempat tinggal di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Peristiwa kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap dan peristiwa penting antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan dan pengesahan anak, serta perubahan status kewarganegaraan, ganti nama dan peristiwa penting lainnya yang dialami oleh seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
Kebijakan Publik merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi setiap Negara khususnya dalam hal Pemerintahan, karena suatu kebijakan yang baik akan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dibuat oleh suatu organisasi publik (publik organization, Pemerintah). Pemerintah mengambil keputusan untuk mengarahkan masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan publik tertentu. Peran setiap Negara/Daerah (Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah) semakin penting, dalam rangka membangun daya saing global bagi negara atau daerahnya. Pencapaiannya sangat tergantung pada kebijakan publik yang ditetapkan (Miraza, 2010).
Oleh karena itu Pemerintah mengeluarkan kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Adimistrasi kependudukan, yang di harapkan akan dapat memberikan manfaat antara lain, untuk merancang program pendidikan, kesehatan dan pelayanan-pelayanan lain yang membutuhkan data kependudukan yang akurat, untuk keperluan perencanaan pembangunan dalam penyediaan fasilitas-fasilitas sosial ekonomi, seperti penyediaan rumah sakit, puskesmas, pasar, fasilitas pendidikan dan lain sebagainya, untuk alokasi pendanaan atau bantuan seperti alokasi subsidi perkapita, alokasi dana bantuan pendidikan, kesehatan, penentuan Dana Alokasi Umum dan lain sebagainya.
menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti tentang implementasi Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan ini terutama pasal 32 ayat 2, dimana menurut penulis hal ini sangat memberatkan masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan penduduk, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan dokumen kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif. Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi hak dan kewajiban penduduk, penyelenggara dan instansi pelaksana, pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, data dan dokumen kependudukan. Pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada saat negara dalam keadaan darurat, pemberian kepastian hukum, dan perlindungan terhadap data pribadi penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan material yang bersifat pidana, Undang-Undang ini juga mengatur ketentuan mengenai tata cara penyidikan serta pengaturan mengenai Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana.
yang menyebabkan orang datang ke Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sarana dan prasarana pendidikan dan rekreasi yang tersedia.
Semua ini menimbulkan kecenderungan ketidaktertiban masalah Administrasi Kependudukan. Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan sudah barang tentu dituntut untuk dapat mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 khususnya berkaitan dengan pencatatan kelahiran secara efektif. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Desember 2006 hingga saat ini sudah waktunya dievaluasi dan di teliti khususnya dalam hal pecatatan kelahiran. Karena masyarakat telah dianggap tahu akan aturan tersebut. Hal ini yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2011 memberikan penghargaan kepada Bupati Tapanuli Selatan karena telah memberikan pelayanan Akta Kelahiran bebas biaya (gratis) kepada masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan dan telah menyelenggarakan program/kegiatan yang inovatif dalam upaya percepatan kepemilikan Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan. Data pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan jumlah anak yang belum memiliki Akta Kelahiran sebanyak 31.951 anak.
akan dikaji bagaimana peran dan fungsi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dalam implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berkaitan dengan partisipasi masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah tingkat efektifitas implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berkaitan dengan partisipasi masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk antara lain :
1. Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi efektif atau tidak efektifnya implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berkaitan dengan pencatatan kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Untuk menganalisa partisipasi masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun mengenai mamfaat penelitian ini adalah sebagai berik ut :
dengan Administrasi Kependudukan.
BAB II
TINJAUANPUSTAKA
2.1Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai Administrasi Kependudukan telah diteliti oleh penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut sebagai wacana peneliti untuk mencari celah baru suatu permasalahan yang diperlukan solusi pemecahan masalahnya. Penelitian tersebut antara lain :
Penelitian Dhari (2009), penelitian berjudul Dampak Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Terhadap Pelayanan Publik. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dampak dari penyelenggaraan kebijakan SIAK yang diterapkan di Kabupaten Bandar Lampung mengacu pada indikator standar pelayanan publik (prosedur, waktu, biaya, produk, sarana dan prasarana serta kompetensi petugas pemberi layanan) negatif, karena secara keseluruhan belum terjadi peningkatan kualitas pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sebagai pengguna layanan SIAK. Hal ini ditunjukkan dengan waktu proses penyelesaian yang lama, tingginya biaya pembuatan dokumen kependudukan dan terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pemerintah.
Dipahandi (2009), tentang Aspek Hukum Akta Pencatatan Sipil yang Diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipill Kota Cirebon. Studi kasus tentang pelayanan Akta Pencatatan Sipil di Kota Cirebon suatu kajian yuridis terhadap Undang -Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan. Dalam penilitian ini peniliti memfokuskan terhadap Dokumen
Akta Kematian, Akta pengakuan anak dan ganti nama. Setelah dilaksanakan
penelitian dapat diamati bahwa: a) perlunya keseragaman dan koordinasi pencatatan
pencatatan perkawinan antar instansi Departemen Agama dan Dinas
Kependudukandan Pencatatan Sipil Kota Cirebon.
Fajarsari (2010), tentang Implementasi Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta. Dari hasil penelitian ini diperlukan komitmen yang kuat dan konsistensi dari Pemerintah, baik Pusat maupun pada tingkat Pemerintah Daerah Kota Surakarta untuk melaksanakan dengan cara menetapkan peraturan yang mengatur secara rinci tentang pelaksanaan Undang-Undang Tentang Administrasi Kependudukan, agar Undang-Undang tersebut dapat berlaku secara efektif dengan segera di buat Peraturan Daerah (Perda).
2.2Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Umum Pencatatan Sipil Di Indonesia
Di Indonesia dikenal adanya satu lembaga Pencatatan Sipil yang diusahakan oleh Pemerintah. Lembaga Pencatatan Sipil ini sebelumnya merupakan kelanjutan dari lembaga Pencatatan Sipil pada jaman Pemerintahan Kolonial Belanda yang dikenal dengan nama “Burgerlijke Stand” atau dikenal dengan singkatan B.S dan mengandung arti suatu lembaga yang ditugaskan untuk memelihara daftar-daftar atau catatan-catatan guna pembuktian status atau peristiwa-peristiwa penting bagi para warga negara, seperti kelahiran, perkawinan, kematian.
dari kata golongan militer, akan tetapi, Pencatatan Sipil itu merupakan suatu catatan yang menyangkut kedudukan hukum seseorang. Dapat dilihat dari kelembagaan Pencatatan Sipil, lembaga ini tugas utamanya melakukan Pencatatan Sipil. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada instansi pelaksana.
Oleh karena Negara Indonesia adalah suatu Negara Hukum, maka kedudukan hukum dari satu peristiwa penting pada setiap warga negaranya harus jelas dan pasti. Manusia dalam menjalankan hidupnya mengalami peristiwa - peristiwa penting, antara lain : peristiwa perkawinan, peristiwa kelahiran, peristiwa perceraian, peristiwa pengakuan anak, peristiwa pengesahan anak, peristiwa pengangkatan anak, peristiwa perubahan nama, peristiwa perubahan status kewarganegaraan dan peristiwa kematian.
Berkaitan dengan pengertian kelembagaan Pencatatan Sipil itu ada beberapa pendapat para sarjana yang memberikan pengertian tentang Pencatatan Sipil, antara lain adalah Vollmar (1992) berpendapat bahwa, Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga yang diadakan oleh penguasa atau Pemerintah yang dimaksudkan untuk membukukan selengkap mungkin dan karena itu memberikan kepastian sebesar - besarnya tentang semua peristiwa yang penting -penting bagi status keperdataan seseorang seperti perkawinan, kelahiran, pengakuan anak, perceraian dan kematian.
hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran, pengakuan, perkawinan dan kematian. Bertitik Tolak dari kedua pendapat mengenai pengertian Pencatatan Sipil tersebut di atas, maka dapatlah ditarik suatu pengertian, bahwa Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga yang sengaja diadakan oleh Pemerintah yang bertugas untuk mencatat, mendaftarkan serta membukukan selengkap mungkin tiap peristiwa penting bagi status keperdataan seseorang , misalnya perkawinan, kelahiran, pengakuan anak, pengesahan anak, perceraian, perubahan nama dan kematian.
2.2.2 Pengertian Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat seringkali dianggap sebagai bagian yang tidak terlepas dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Banyak definisi partisipasi yang dikemukakan para ahli. Partisipasi dapat diartikan sebagai sumbangan, keterlibatan keikutsertaan warga masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan.
Canter (dalam Arimbi, 1993) mendefinisikan partisipasi sebagai
feed-forward information and feedback information. Dengan definisi ini, partisipasi
Menurut pendapat Mubyarto (1997) bahwa mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Nelson, Bryant dan White (1982) menyebutkan bahwa keterlibatan kelompok atau masyarakat sebagai suatu kesatuan, dapat disebut partisipasi kolektif, sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan kelompok dapat disebut partisipasi individual. Partisipasi yang dimaksud ialah partisipasi vertikal dan horisontal masyarakat. Disebut partisipasi vertikal karena bisa terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien. Disebut partisipasi horisontal, karena pada suatu saat tidak mustahil masyarakat mempunyai kemampuan untuk berprakarsa, di mana setiap anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi horisontal satu dengan yang lain, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Tentu saja partisipasi seperti itu merupakan suatu tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.
2.2.3 Hubungan Perencanaan Wilayah dan Kebijakan Publik
Raksasatya mengemukakan bahwa kebijakan publik (public policy) pada dasarnya memiliki 3 (tiga) elemen, yaitu :
1) Identifikasi dan tujuan yang ingin dicapai.
2) Taktik atau strategi dan berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
dan taktik maupun strategi tersebut di atas.
Dari tiga elemen dalam kebijakan publik tersebut terlihat dengan jelas bahwa pada dasarnya kebijakan publik adalah sebuah sikap dari Pemerintah yang beroreintasi pada tindakan. Artinya, di sini bahwa kebijakan publik merupakan sebuah kerja konkrit dan adanya sebuah organisasi Pemerintah, dan organisasi Pemerintah yang dimaksud adalah sebagai sebuah institusi yang dibentuk untuk melakukan tugas-tugas kepublikan. Tugas-tugas kepublikan menyangkut hajat hidup orang banyak dalam sebuah komunitas yang disebut negara. Tugas-tugas kepublikan tersebut lebih konkrit lagi adalah berupa serangkaian program-program tindakan yang hendak direalisasikan dalam bentuk nyata, untuk itu diperlukan serangkaian pentahapan dan manajemen tertentu agar tujuan tersebut terealisir. Rangkaian proses realisasi tujuan publik tersebutlah yang dimaksudkan dengan kebijakan publik.
Dari pemahaman tersebut, maka pada dasarnya kebijakan publik memiliki implikasi yang menurut Irfan Islamy sebagai berikut :
a. Kebijakan publik itu bentuk awalnya adalah merupakan penetapan tindakan-tindakan Pemerintah.
b. Kebijakan publik tersebut tidak cukup hanya dinyatakan dalam bentuk teks-teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau diimplementasikan secara nyata.
c. Kebijakan publik tersebut pada hakekatnya harus memiliki tujuan-tujuan dan dampak-dampak, baik jangka panjang maupun jangka pendek yang telah dipikirkan secara matang terlebih dahulu.
pihak. Dalam penelitian ini lebih banyak menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana membuat kemajuan hubungan antara Pemerintah, swasta dan warga negara dalam upaya pelaksanaan pelayanan publik. Penelitian ini ternyata menghasilkan kajian bahwa dengan adanya kerja kolaborasi antara Pemerintah, swasta dan warga negara dapat memberikan keuntungan yang lebih pada negara meskipun tidak sepenuhnya ditangani. Hal ini dapat dicoba sebagai salah satu cara untuk memajukan negara baik secara teori maupun praktik dalam kolaborasi pelayanan publik modern.
Hubungan perencanaan wilayah dan kebijakan publik dapat dilihat : a) Pembentukan hukum dan Formulasi Kebijakan Publik.
b) Implementasi. c) Evaluasi.
Proses pembuatan kebijakan publik berangkat dari realitas yang ada di dalam masyarakat. Realitas tersebut bisa berupa aspirasi yang berkembang, masalah yang ada maupun tuntutan atas kepentingan perubahan-perubahan. Dari realitas tersebut maka proses berikutnya adalah mencoba untuk mencari sebuah jalan keluar yang terbaik yang akan dapat mengatasi persoalan yang muncul atau memperbaiki keadaan yang ada sekarang. Hasil pilihan solusi tersebutlah yang dinamakan hasil kebijakan publik.
2.2.4 Implementasi Kebijakan
Fungsi dari suatu masyarakat hukum dapat diprediksi hanya jika fungsi tersebut ditentukan oleh tata hukum, dalam pengertian ilmu hukum normatif. Apa yang dapat diprediksi oleh ilmu hukum sosiologis pada dasarnya hanyalah keefektifan atau ketidak efektifan dari tata hukum tersebut, namun demikian efektivitas dari suatu tata hukum merupakan kondisi utama baik validitasnya, dan ketida kefektifannya merupakan kondisi utama bagi "ketidakvalidannya", menurut pengertian ilmu hukum normatif.
Van Meter dan Van Horn merumuskan "proses implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu/pejabat atau kelompok Pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan". Istilah implementasi itu sendiri berasal dari kata dalam bahasa Inggris "Implementation" yang artinya pelaksanaan. Dalam kamus Webster yang kemudian diterjemahkan oleh Solichin Abdul Wahab disebutkan bahwa "mengimplementasikan berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu serta menimbulkan dampak atau akibat tertentu".
menyatakan: "Bahwa pelaksanaan suatu kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan".
Menurut Udoji, pengukuran keberhasilan implementasi strategi ditentukan oleh variabel isi kebijakan dan konteks kebijakan. Isi kebijakan terdiri atas :
• Kepentingan yang dipengaruhi
Kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang berbeda-beda bahkan lebih sulit diimplementasikan dibanding yang menyangkut sedikit kepentingan.
• Tipe Manfaat
Kebijakan yang memberikan manfaat yang aktual dan langsung dapat dirasakan sasaran akan lebih mudah diimplementasikan.
• Derajat perubahan yang diharapkan
Kebijakan cenderung lebih mudah diimplementasikan jika dampak yang diharapkan dapat memberikan hasil yang pemanfaatannya jelas dibandingkan dengan yang bertujuan merubah sikap dan perilaku penerima kebijakan. Letak Pengambilan Keputusan Kedudukan pembuat kebijakan akan mempengaruhi implementasi kebijakannya.
• Pelaksana Program
• Sumber daya yang dilibatkan
Siapa dan berapa sumber dana yang digunakan dan dari mana asalnya akan berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijaksanaan Pemerintah melalui proses yang panjang dan meluas guna tercapainya tujuan kebijaksanaan itu, karena penerapannya (aplication) kebijaksanaan itu adalah terhadap rakyat.
2.3Fungsi dan Mamfaat Akta Kelahiran
Akta Kelahiran adalah sebuah akta yang wujudnya berupa selembar kertas yang dikeluarkan Negara berisi informasi mengenai identitas anak yang dilahirkan, yaitu nama, tanggal lahir, nama orang tua serta tanda tangan pejabat yang berwenang.
Terdapat kesalahan persepsi yang memandang pencatatan kelahiran hanya sebagai bagian dari pekerjaan teknis administratif. Padahal, seharusnya pencatatan kelahiran merupakan manifestasi dari hak asasi manusia. Para birokrat Pemerintahan memandang urusan KTP dan Akta Kelahiran hanyalah urusan teknis Administrasi Kependudukan. Cara pandang yang mensubordinasikan masalah pencatatan kelahiran menjadi sekedar urusan Administrasi Kependudukan inilah yang merupakan masalah.
hukum. Hal itu juga dipertegas dalam Kovenan Internasional mengenai Hak Sipil dan Politik. Dalam perspektif HAM, sebuah nama bersifat universal, terlepas dengan latar belakang politik, agama, dari orangtua mereka. Dalam perspektif seperti itu, pencatatan kelahiran merupakan kewajiban negara untuk mencatat kelahiran anak-anak di Indonesia. Eksistensi legal seseorang sebenarnya baru diakui setelah kelahirannya dicatatkan. Selain nama, kewarganegaraan merupakan status legal imbuhan yang menempatkan seseorang sebagai subyek hukum dari satu yurisdiksi. Tanpa kewarganegaraan, seseorang tak mempunyai
privilege-privilege tertentu dari negara, termasuk untuk mendapatkan KTP.
Konstruksi seperti di atas, Akta Kelahiran seharusnya ditempatkan sebagai sebuah dokumen yang amat penting. Akta Kelahiran merupakan dokumen autentik yang paling dasar, yang harus diberikan negara kepada anak-anak Indonesia yang baru dilahirkan. Namun dalam praktik, pencatatan kelahiran tidak dikaitkan dengan status legal seseorang. Pencatatan kelahiran juga tak dikaitkan dengan hak-hak khusus, privilege yang disediakan oleh negara.
Fungsi utama dari Akta Kelahiran :
• Menunjukkan hubungan hukum antara si anak dengan orang tuanya
secara hukum, di dalam Akta Kelahiran tersebut disebutkan siapa bapak dan ibu dari si anak.
• Merupakan bukti awal kewarganegaraan dan identitas diri pertama yang
dimiliki sang anak. Akta Kelahiran membuktikan bahwa si anak lahir di Indonesia dan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Kegunaan Akta Kelahiran :
• Membuat identitas lain, seperti Kartu Kelurga atau Kartu Tanda
Penduduk.
• Mencari pekerjaan. • Menikah, dll.
2.4Peran dan Fungsi Tenaga Kesahatan Dalam Kepemilikan Akta Kelahiran
Dalam rangka upaya peningkatan pencatatan kelahiran dan kepemilikan Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan, Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan telah memerintahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan untuk memberdayakan petugas kesehatan terutama para Bidan di desa desa untuk berperan aktif dalam rangka peningkatan kepemilikan Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Gambar 2.1 Tugas Bidan
TUGAS BIDAN
Sebagai Ujung Tombak Dalam Pencatatan Kelahiran
- Mengisi Buku KIA
- Membuat Surat Kelahiran.
- Membantu mengisi Formulir Pelaporan Kelahiran.
BIDAN
- Mengisi Buku Induk Kelahiran di Kantor Bidan (Register Bidan).
- Mempersiapkan Laporan Kelahiran Bulanan ke : Desa.
Puskesmas.
- Mengidentifikasi masalah yg timbul dlm proses pencatatan kelahiran :
Teknis administratif.
Prosedur, tata cara dan persyaratan.
- Advokasi kpd Masy untuk :
 Pencatatan kelahiran tepat waktu.
 Penyiapan nama Bayi.
 Penyiapan berkas persyaratan
Gambar 2.2 Hak Bidan
HAK BIDAN
Sebagai Ujung Tombak Pencatatan Kelahiran
• Kepastian landasan bekerja krn terlibat dlm SPK (Perda).
• Penetapan Peraturan Bupati sbg pembantu Dinas.
• Mendapatkan pembelaan hkm bila
terjadi kasus. BIDAN
• Honorarium Bulanan.
• Tersedia alat transportasi atau biaya transportasi utk koordinasi.
• Tersedia Buku/Register dlm format resmi.
• Tersedia Formulir kelahiran yg diperbaharui.
PENINGKATAN KAPASITAS :
• Mendapatkan diklat ttg sistem dan operasionalisasi
pencatatan kelahiran
HUKUM :
INSENTIF : ADMINISTRATIF :
• Menjadi instruktur utk Pilot Proyek di Kab. lain.
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan SipilKab. Tapanuli Selatan
2.5 Fenomena Sebelum Diimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dan Sesudah Diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan
2.5.1 Fenomena Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Sebelum Diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kependudukan, surat edaran Menteri Dalam Negeri ini terus diperpanjang hingga terakhir dikeluarkan pada tahun 2011 dengan surat Menteri Dalam Negeri Nomor 472.11/5111/SJ tanggal 28 Desember 2010 perihal Perpanjangan Masa Berlaku Dispensasi Pelayanan Pencatatan Kelahiran.
Sehubungan dengan dikeluarkannya surat edaran tersebut tingkat kepemilikan Akta Kelahiran masyarakat di Kabupaten Tapanuli Selatan cukup tinggi dari data yang ada pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan dispensasi pelayanan pencatatan kelahiran tersebut tercatat dalam register Pencatatan Sipil di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebanyak 12.942 (dua belas ribu sembilan ratus empat puluh dua) anak/eksempelar Akta Kelahiran yang dikeluarkan dari target yang akan diselesaikan sebanyak 52.302 anak, atau masih ada 39.360 anak yang belum terlayani.
2.5.2 Fenomena Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan Setelah Diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Selatan.
2.6Tinjauan Pemerintah Daerah Kaitannya Dengan Perencanaan Wilayah Pedesaan
Penduduk atau masyarakat merupakan bagian penting atau titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan, karena peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek dan objek dari pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cepat, namun memiliki kualitas yang rendah, akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan yang semakin terbatas. Penduduk berkualitas merupakan modal dasar pembangunan berkelanjutan.
Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di suatu negara, diperlukan komponen penduduk yang berkualitas. Karena dari penduduk berkualitas itulah memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien dan maksimal, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga harapannya terjadi keseimbangan dan keserasian antara jumlah penduduk dengan kapasitas dari daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.
Untuk mewujudkan suatu perencanaan pembagunan yang baik setidaknya ada empat hal yang harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah agar visi membangun dan mensejahterakan rakyatnya menjadi kenyataan. Empat hal itulah yang disebut dengan 4 Pilar Pembangunan. Disebut empat pilar pembangunan karena dengan 4 pilar ini diharapkan Pemerintah Daerah dapat menjalankan perannya dalam membangun daerahnya bisa optimal.
Pada dasarnya manusialah yang menjadi pelaku dan penentu, Sumber Daya Manusia yang diperlukan adalah yaitu Sumber Daya Manusia yang memiliki moral yang baik (good morality), kemampuan kepemimpinan (leadership), kemampuan manajerial (managerial skill) dan kemampuan teknis (technical skill). Seorang Kepala Daerah perlu didukung oleh aparat yang mempunyai empat kualifikasi tersebut, diberbagai level jabatan & fungsinya.
Sehubungan dengan hal tersebut untuk membentuk sumber daya manusia yang baik tentulah dimulai sejak anak tersebut lahir untuk sangat dibutuhkan untuk menentukan dan menetapkan status keperdataan (sipil) seseorang dalam wilayah hukum suatu negara. Pencatatan ini merupakan bagian dari hak sipil yang melekat begitu seseorang lahir. Karenanya negara berkewajiban menghormati, memenuhi dan melindungi hak ini. Ini berarti dengan mencatatkan seorang anak, negara telah resmi mengakuinya sebagai subyek hukum dan berkewajiban melindungi hak-hak sipilnya. Apabila status anak tersebut sudah tercatat dan diakui oleh negara maka si anak dapat dapat hidup dengan baik sehingga akan terciptalah generasi-generasi penurus bangsa yang handal dengan sumber daya manusia yang unggul. 2. Kebijakan
Pemerintahan yang efektif & efisien, konsep investasi yang mengakomodir kepentingan pihak terkait, serta berbagai konsep kebijakan lainnya.
3. Sistem
Artinya Pemerintahan harus berjalan berdasarkan sistem, sangat penting bagi daerah untuk membangun sistem Pemerintahan yang kuat. Beberapa sistem yang harus dibangun agar Pemerintahan dapat berjalan secara baik antara lain: sistem perencanaan pembangunan, sistem pengelolaan keuangan daerah, sistem kepegawaian, sistem pengelolaan aset daerah, sistem pengambilan keputusan, sistem penyeleksian dan pemilihan rekanan, sistem dan standar pelayanan, sistem pengawasan. Sistem yang dimaksud di sini dapat bersifat manual maupun yang berbasis teknologi informasi. Dukungan teknologi informasi menjadi sesuatu yang tidak dapat dielakkan jika Pemerintahan ingin berjalan lebih efisien dan efektif. Penerapan sistem-sistem tersebut akan mendorong terjadinya 3G (Good,
Government, Governance), yang pada akhirnya akan menghasilkan
Pemerintahan yang transparan. 4. Investasi
Sedangkan infrastruktur merupakan syarat agar sebuah daerah dapat berkembang. Contoh lain adalah dalam rangka mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki, juga memerlukan dana yang tidak sedikit, yang tentunya tidak mungkin jika hanya mengandalkan dana APBD saja.
Dengan keterbatasan dana yang dimiliki tersebut, mau tidak mau Pemerintah Daerah harus melibatkan pihak investor (dalam maupun luar negeri) dalam membangun daerahnya. Kepala Daerah harus dapat menciptakan iklim yang kondusif agar para investor tertarik untuk menanamkan investasi di daerahnya.
Setidaknya ada empat stakeholder yang harus diperhatikan kepentingannya saat kita bicara tentang investasi, yaitu pihak investor, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan lingkungan. Investor tentunya berkepentingan agar dana yang dinvestasikannya menghasilkan profit yang memadai, ingin mendapatkan berbagai kemudahan dan adanya jaminan keamanan dalam berinvestasi. Pihak Pemerintah Daerah ingin agar pendapatan asli daerahnya (PAD) meningkat.
2.7Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya Sistem Administrasi Kependudukan merupakan sub sistem dari sistem Administrasi Negara, yang mempunyai peranan penting dalam Pemerintahan dan pembangunan penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Upaya mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan sebagaimana tertuang dalam visi Ditjen Administrasi Kependudukan, perlu disikapi secara serius khususnya oleh pihak-pihak yang terkait dengan bidang kependudukan. Tertib dibidang Administrasi Kependudukan dengan proses pelayanan mengikuti kaidah-kaidah registrasi diharapkan akan menghasilkan dokumen yang memiliki nilai hukum tinggi dan data yang berkualitas. Mengingat pentingnya Administrasi Kependudukan di Indonesia, maka Pemerintah tidak tinggal diam untuk segera membuat peraturan yang berupa Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan sebagai landasan hukum positif terhadap penyelenggaraan pendaftaran penduduk, Pencatatan Sipil dan pengelolaan informasi kependudukan.
dan informasi kependudukan secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya, mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan terpadu dan menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan Pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian
HAK WARGA NEGARA UNTUK MENDAPAT PERLINDUNGAN DAN PENGAKUAN STATUS PRIBADI DAN
STATUS HUKUM
KEBIJAKAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
PENCATATAN KELAHIRAN
IMPLEMENTASI
EFEKTIF TIDAK EFEKTIF
PARTISIPASI MASYARAKAT
RENDAH PARTISIPASI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Tapanuli Selatan, adapun alasan dipilihnya Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai lokasi penelitian ini, karena masih banyaknya masyarakat di Kabupaten Tapanuli Selatan yang belum memiliki Akta Kelahiran dari data yang peneliti peroleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan.
3.2Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
Dalam hal ini jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu orang yang dijadikan key informant. Adapun sumber data primer ini adalah pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Aek Bilah serta Masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Data Sekunder
Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan.
3. Sumber Data
Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Sumber data primer
Sumber data primer merupakan keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu pihak-pihak yang dipandang mengetahui obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, sumber data primer berupa hasil wawancara langsung di lokasi penelitian atau dengan kata lain sumber data primer merupakan data yang berupa keterangan-keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui wawancara dalam hal ini dilakukan wawancara dengan nara sumber, yaitu:
a) Pegawai Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan.
b) Pegawai Kecamatan Batang Angkola. c) Pegawai Kecamatan Aek Bilah, dan d) Masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan. 2) Sumber data sekunder
a. Bahan hukum primer ialah bahan hukum yang dijadikan acuan dalam penelitian terhadap Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Tentang Pencatatan Kelahiran).
tentang kependudukan, teori hukum dan literatur lain yang relevan dengan penelitian ini.
c. Bahan hukum tertier ialah bahan hukum yang dapat menunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, dalam hal ini meliputi kamus bahasa Inggris dan kamus hukum.
3.3Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau in depth interviewing . Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, serta tidak terstruktur ketat dalam suasana formal dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama.
Peneliti mencari data mulai dari informan yang ditentukan untuk diwawancarai yang darinya akan bergulir menggelinding seperti bola salju
(snowball sampling). Snowball sampling merupakan penggunaan sampling tanpa
persiapan tetapi mengambil orang pertama yang dijumpai selanjutnya dengan mengikuti petunjuknya untuk mendapatkan sampling berikutnya sehingga mendapatkan data lengkap dan mendalam, ibaratnya seperti bola salju yang menggelinding, semakin jauh semakin besar (berjumlah 7 orang).
Selatan.
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Penelitian ini menggunakan observasi berperan aktif. Observasi dilakukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan, Kantor Kecamatan Batang Angkola, Kantor Kecamatan Aek Bilah.
3. Dokumen
Dokumen merupakan bahan catatan rekaman yang bersifat formal dan terencana dalam organisasi, yang berkaitan dengan suatu peristiwa tertentu dan dapat secara baik di manfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian.
3.4Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola dan suatu uraian dasar. Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dalam penelitian.
Sedangkan aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam model ini peneliti tetap bergerak dalam komponen analisis seperti tersebut di atas. Di tengah-tengah waktu pengumpulan data dan analisis data juga akan dilakukan audit data demi validitas data. Sedangkan sesudah pengumpulan data selesai, bila masih terdapat kekurangan data, dengan menggunakan waktu yang tersedia, maka peneliti dapat kembali ke lokasi penelitian untuk pengumpulan data demi kemantapan kesimpulan.
3.5Bentuk Penelitian
Penelitian yang berjudul implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi tentang partisipasi masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan), bentuk penelitiannya adalah penelitian evaluatif dan diagnostik. Penelitian diagnostik merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab terjadinya suatu atau beberapa gejala. Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan keterangan mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan.
3.6Teknik Cuplikan
berdasarkan atas pertimbangan tertentu. Cuplikan tidak digunakan dalam usaha untuk melakukan generalisasi statistic atau sekedar mewakili populasinya, tetapi lebih mengarah pada generalisasi teoritis. Sumber data yang digunakan disini tidak sebagai yang mewakili populasinya tetapi lebih cenderung mewakili informasinya. Karena pengambilan cuplikan ini di dasarkan atas pertimbangan tertentu. Dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informasi yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
4.1.1 Profil Kabupaten Tapanuli Selatan
kerajinan tenun kain ulos tradisional dan panorama alam yang sejuk di daerah Sipirok.
Secara umum, mata pencaharian masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan adalah petani dan berkebun. Hasil pertanian yang terkenal adalah kopi, padi, salak, karet, kakao, kelapa, kayu manis, kemiri, cabe, bawang merah, bawang daun dan sayur-sayuran.
4.1.2 Visi Misi Kabupaten Tapanuli Selatan
Visi : Tapanuli Selatan yang maju, sejahtera, sehat, cerdas, beriman dan mandiri berbasis sumber daya manusia pembangunan serta sumber daya alam yang produktrif dan lestari.
Misi : Meningkatkan kualitas Sumber daya manusia yang sehat, cerdas, kreatif, beriman dan profesional dengan semangat harmoni keberagaman.
1. Mengoptimalkan pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian sesuai potensi daerah serta penguatan kelembagaan dengan semangat kerakyatan.
2. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas tata kelola Pemerintahan dengan prinsip good governance.
3. Memantapkan prasarana dan sarana daerah dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan prinsip berkelanjutan.
4.1.3 Wilayah Administrasi
pada 0o58’35”-2o07’33” Lintang Utara dan 98o42’50”-99o
Secara administratif Kabupaten Tapanuli Selatan berbatasan dengan : 34’16” Bujur Timur.
a. Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
b. Sebelah Selatan : Kabupaten Mandailing Natal
c. Sebelah Timur : Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Labuhan batu Utara
d. Sebelah Barat : Kabupaten Mandailing Natal dan Samudera Indonesia Luas Wilayah : 444.482,30 Ha
Ketinggian : 0-1.985 m diatas permukaan laut
4.1.4 Kondisi Kependudukan
Keberadaan penduduk suatu wilayah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan suatu wilayah. Jumlah penduduk tersebut juga berpengaruh terhadap fasilitas pelayanan publik yang diberikan oleh Pemerintah terutama mengenai pelyanan publik Pencatatan Sipil khusunya Akta Kelahiran. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan
No Kecamatan
14. Tano Tombangan
Angkola 270.41 6.951 7.529 14.480 54
Jumlah 4.444.82 132.399 133.883 266.282 60
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Selatan 2012
penduduknya adalah Kecamatan Aek Bilah yaitu sebanyak 6.423 jiwa dan Kecamatan Arse yaitu sebanyak 7.919jiwa. Sedangkan berdasarkan kepadatan penduduk. wilayah yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Angkola Barat dengan kepadatan 327 jiwa/km2 dan Kecamatan Marancar. dengan kepadatan 108 jiwa/km2. Wilayah yang paling longgar adalah Kecamatan Aek Bilah. yaitu 20 jiwa/km2 dan Kecamatan SD Hole yaitu 27 jiwa/km2. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran penduduk tidak merata pada setiap wilayah kecamatan.
4.1.5 Mata Pencaharian
Pola kehidupan masyarakat yang dominan adalah Sebagian besar penduduk di Kabupaten Tapanuli Selatan bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan. baik sebagai buruh maupun sebagai pemilik lahan sendiri. selain pada sektor pertanian dan perkebunan penduduk di Kabupaten Tapanuli Selatan juga mengandalkan sektor industri. perdagangan. jasa dan lainnya. Penduduk di Kabupaten Tapanuli Selatan pada umumnya memiliki lahan pertanian sendiri dan ditambah oleh penghasilan lainnya.
4.1.6 Tingkat Kelahiran Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012
Tingkat kelahiran bayi di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2012 terbesar di Kecamatan Batang Angkola yaitu 2012 anak sedangkan kelahiran bayi terendah di Kecamatan Arse sebesar 152 anak. Memang tidak ada kecenderungan hubungan antara wilayah kecamatan namun kelahiran bayi lebih di sebabkan karena banyaknya jumlah penduduk di setiap wilayah Kecamatan.
Tabel 4.2 Jumlah Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012
No Kecamatan Jumlah % terhadap
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab.Tapsel
Berdasarkan data kelahiran tersebut. diketahui persentase kelahiran di Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2012 adalah sebesar 4.96%. Persentase kelahiran yang paling tinggi adalah sebesar 25.41% di Kecamatan Batang Angkola. sedangkan yang paling rendah adalah di Kecamatan Arse (0.81%) dan Kecamatan Marancar (1.03%).
4.1.7 Tinjauan Umum Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan
Dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. dibentuklah dinas-dinas yang diberikan kewenangan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan dalam hal penyelenggaraan urusan Pemerintahan di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil berdasarkan Peraturan Bupati Tapanuli Selatan Nomor 14/PR/2011tentang Uraian Tugas. Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan.
Visi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tapanuli Selatan adalah : "Tertib Administrasi Kependudukan dengan tersedianya data base kependudukan menuju pelayanan prima ".
Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil: “Mengembangkan kebijakan dan sistem untuk mewujudkan tertib administrasi yang profesional”.
Makna misi tersebut :
1. Membangun sistem pendaftaran penduduk dan Pencatatan Sipil melalui pengembangan program Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) secara nasional.
untuk menciptakan kepercayaan masyarakat kepada institusi Pemerintah dibidang kependudukan.
3. Membangun dan menciptakan database kependudukan sebagai sumber data kependudukan yang menjadi kerangka dasar perencanaan pembangunan.
4. Melaksanakan peraturan perundang-undangan tentang kependudukan. Untuk mendukung hal tersebut diatas dibutuhkan tenaga-tenaga profesional yang berwawasan luas di bidang kependudukan. komunikasi. informasi dan edukasi serta pelayanan kepada masyarakat dalam jumlah yang cukup dan dituntut adanya tanggung jawab. loyalitas dan dedikasi yang tinggi sesuai dengan sifat pekerjaan yang diembannya.
4.2Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kabupaten Tapanuli Selatan
Tabel 4.3. Realisasi dan Target Pelayanan Akta Kelahiran oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan
Tahun Target (orang) Realisasi (orang) %
2008 10.340 3.087 29.85
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan. 2012.
Dibandingkan dengan tahun 2008. pencapaian pelayanan Akta Kelahiran pada tahun 2012 sebanyak 40.52% hanya meningkat sebesar 10.67%. Hal ini menunjukkan rendahnya efektifitas implementasi undang-undang tersebut. Secara khusus di dua Kecamatan yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat perkembangan pencapaian pelayanan Akta Kelahiran pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Realisasi dan Target Pelayanan Akta Kelahiran di Kecamatan Batang Angkola dan Aek Bilah
Tahun
Kecamatan Batang Angkola Kecamatan Aek Bilah Target
Pada dua Kecamatan yang menjadi lokasi sampling. kondisinya lebih rendah dari Kabupaten Tapanuli Selatan. yaitu di Kecamatan Batang Angkola dengan target selama periode 2008 – 2012 sebanyak 7.852. tercapai hanya sebanyak 997 (12.74%). Sedangkan di Kecamatan Aek Bilah dengan target 1.015 orang hanya tercapai sebanyak 128 orang (12.61%). Rendahnya pencapaian target ini. karena tidak efektifnya implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan. Secara umum. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan tidak melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan pada umumnya hanya menunggu masyarakat untuk datang mengurus Akta Kelahiran anaknya. Padahal. masyarakat mengurus Akta Kelahiran hampir secara keseluruhan bukan karena kesadaran sendiri. tetapi karena terpaksa harus mengurus untuk dapat mengurus keperluan lainnya. seperti misalnya syarat mendaftar anak untuk masuk Sekolah Dasar.
Dari 14 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan. hanya 4 (empat) kecamatan yang berkenan mengikuti sidang. dengan partisipasi masyarakat yang sangat rendah. sebagaimana disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Jumlah Kepala Keluarga yang Mengikuti Sidang Keliling di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012
No Kecamatan Jumlah KK Jumlah Anak
1. Angkola Barat 56 121
2. Batang Angkola 56 124
3. Saipar Dolok Hole 70 150
4. Arse 66 121
Jumlah 248 516
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan. 2012.
Data tersebut menunjukkan partisipasi masyarakat yang sangat rendah dalam pelaksanaan sidang lapangan tersebut. yang selanjutnya berpengaruh terhadap rendahnya efektivitas implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan.
4.3Pembahasan
Hal ini sebenarnya berhubungan dengan implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan sangat pasif. dimana Dinas ini hanya menunggu masyarakat yang datang untuk melakukan pengurusan Akta Kelahiran anaknya. Upaya aktif yang dilakukan hampir tidak ada. baik berupa sosialisasi. atau pemberian informasi kepada masyarakat. biasanya hanya dilakukan pemberitahuan pada saat masyarakat mengurus administrasi kependudukan ke Kantor Camat. Sehingga masyarakat sangat minim informasi tentang administrasi kependudukan tersebut.
Dalam implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan melakukan kerjasama dengan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan untuk melakukan sidang lapangan dengan waktu tidak sampai 2 (bulan). Hal ini juga menunjukkan bahwa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tapanuli Selatan terkesan kurang serius dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengurus Akta Kelahiran. karena bagaimana mungkin dalam waktu yang tidak sampai dua bulan dapat menjangkau 14 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan. dengan jarak dan topografi yang sangat beragam. Belum lagi pertimbangan waktu kerja atau waktu pelaksanaan sidang setiap harinya yang terbatas. Padahal sangat banyak kendala yang dihadapi di lapangan. terutama dari aspek kesiapan petugas dan penerimaan masyarakat terhadap pelaksanaan sidang lapangan ini.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 menyebabkan praktek penyelenggaraan administrasi kependudukan tidak didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada.
Kedua. kurangnya pengetahuan terhadap ketentuan-ketentuan mengenai
administrasi kependudukan berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 dan kurangnnya kesadaran sebagian besar penduduk terhadap pentingnya dokumen kependudukan menyebabkan pelanggaran terhadap prosedur pelayanan administrasi kependudukan. Ketiga. terdapatnya variasi dalam pelaksanaan administrasi kependudukan antar Kabupaten dan Kota disebabkan adanya variasi kondisi wilayah yang menyangkut sumber daya manusia. perlengkapan dan infrastruktur yang dimiliki dan kondisi alam yang ada. Kelima. belum terjalinnya koordinasi yang baik antara instansi pelaksana administrasi kependudukan di Daerah disebabkan belum terintegrasinya kebijakan yang diterapkan oleh masing-masing instansi. Kebijakan dan praktik pengaturan mengenai hubungan antara Kebijakan Administrasi Kependudukan dengan Kebijakan Kependudukan lainnya seperti: Kebijakan mengenai Kewarganegaraan. Kebijakan mengenai peningkatan Kesejahteraan Penduduk. Kebijakan mengenai Demografi Penduduk dan Kebijakan Ketenagakerjaan melibatkan banyak instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Keterlibatan berbagai instansi Pemerintah ini menimbulkan berbagai permasalahan dilapangan.
kependudukan dipengaruhi oleh (a) faktor internal individu berupa (1) menganggap kartu administrasi tidak penting. (2) tidak tahu manfaat administrasi kependudukan dan akibat hukumnya. (3) kesadaran hukum masyarakat masih rendah. (4) sikap apriori masyarakat dan (b) faktor eksternal yakni (1) mayoritas masyarakat Desa bekerja sebagai petani. serta (2) belum optimalnya kesiapan Pemerintah dalam memberikan pelayanan prima pada publik.
Permasalahan tersebut menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengurusan Akta Kelahiran. termasuk kehadiran dalam sidang lapangan. Menurut Fajarsari (2010). tidak efektifnya Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan lebih di karenakan oleh faktor struktur (structure) dan budaya masyarakat (legal culture). Faktor struktur ini di karenakan kurang optimalnya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kepada masyarakat. Selain itu faktor budaya masyarakat yang mengakibatkan tidak efektifnya Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 itu lebih di karenakan budaya timur yang cenderung paternalistik.
Berdasarkan hasil wawancara dan informasi. diperoleh beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pengurusan administrasi kependudukan. khususnya Akta Kelahiran. yaitu: