• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

AMATU AS SAHEDA A14105511

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

RINGKASAN

AMATU AS SAHEDA. Preferensi dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Varietas Lokal Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur. Di Bawah Bimbingan RITA NURMALINA

Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli pasar, dan perubahan selera masyarakat maka permintaan pangan akan semakin meningkat dalam jumlah, mutu dan keragamannya khususnya padi. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi padi di provinsi Jawa Barat. Produksi padi saat ini dituntut untuk berdaya saing tinggi sehingga harus diawali dengan penggunaan benih bermutu. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan petani tentang benih unggul dan bemutu tinggi sehingga menuntut penangkar untuk menghasilkan varietas unggul dan benih yang berkualitas tinggi.. Kabupaten Cianjur memiliki komoditi unggulan spesifik padi yang telah menjadi trade mark dari kabupaten tersebut, yaitu padi varietas Pandan wangi.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan para petani terhadap penggunaan benih padi pandan wangi, (2) Menganalisis kepuasan para petani terhadap atribut-atribut benih padi pandan wangi, (3) Menentukan alternatif strategi dalam rangka pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi pandan wangi. Penelitian ini akan dilakukan pada beberapa lokasi sentra produksi padi Pandan Wangi yaitu Kecamatan Warungkondang, yang terdiri dari empat Desa yaitu, Desa Bunikasih, Bunisari, Tegallega, dan Mekar Wangi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilokasi penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 60 orang yaitu 30 orang petani yang menggunakan benih bersetifikat dan 30 orang petani yang menggunakan benihyanh dihasilkan sendiri. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah: analisis keputusan pembelian konsumen, Important Performance Analysis (IPA), Customers Satisfaction Index (CSI) dan Analisis Diagonal (Suharjo Split)

Karakteristik umum para petani padi pandan wangi yang menjadi responden secara keseluruhan menunjukan bahwa bahwa kelompok yang berumur 39-47 dan 48-56 tahun sebesar 33.3 % lebih banyak dibandingan dengan kelompok lainnya yaitu sebesar 13.3 %. Petani responden yyang paling banyak berasal dari desa Tegalega (50 persen ), berstatus sudah menikah (100%), dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu SD (83 persen). Pendapatan rata-rata perbulan antara 500.000 sampai dengan 999.999 sebesar 56.7 persen. para petani yang lebih berpengalaman menanam padi pandan wangi berkisar antara 2 -10 tahun sebesar 40 persen. status kepemilikan lahan petani adalah sebagai pemilik dan penggarap sebesar 73.3 persen. Lahan sawah yang dimiliki oleh para petani yang tiap petani berbeda-beda berkisar antara 800 meter sampai dengan 30.000 meter dengan nilai rata-rata produktifitas rata-rata sebesar 6710.67 ton dan 6313.33

Analisis tahap proses keputusan pembelian menunjukan bahwa antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dan tidak bersertifikat yang menjadi motivasi para petani untuk menanan benih padi pandan wangi adalah harga jual

(3)

gabah/malai yang tinggi. Para petani penggunaan benih bersertifikat menganggap bahwa penggunaan benih bersertifikat sudah sangat jelas jenis varietas terjamin mutunya dan telah mengalami proses sertifikasi, sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri menggangap penggunaan benis sertifikat biasa saja. Secara keseluruhan antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dan tidak bersertifikat sudah merasa puas dengan pembelian dan penggunaan benih sendiri.

Indeks kepuasan konsumen secara keseluruhan antara petani yang menggunakan benih bersertifikat nilai indeks kepuasan petani sebesar 81,39 persen (0, 8139) Nilai ini berada pada rentang indeks kepuasan antara 0.81 sampai dengan 1.00 yang berarti petani sangat puas terhadap kinerja yang ada pada atribut-atribut benih padi pandan wangi, dan petani yang menggunakan benih sendiri sebesar 70 persen (0. 70) nilai ini berada pada rentang antara 0.66 sampai dengam 0. 88 yang berarti petani puas terhadap kinerja yang ada pada atribut-atribut benih padi pandan wangi.

Berdasarkan hasil Importance Performance Analysis (IPA) yang berkaitan dengan tingkat kepentingan dan kinerja padi pandan wangi terdapat atribut kinerja yang menjadi prioritas utama yang harus diperbaiki pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah umur tanaman dan harga jual malai/gabah, sedangkan petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat adalah umur tanaman dan hasil produksi, dan atribut yang termasuk pada pertahankan posisi pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah hasil produksi, daya tumbuh, tahan rebah, kualitas beras, warna beras, tektur nasi (pulen), aroma nasi (wangi) dan sertifikasi. Sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri terdiri dari Harga jual malai/gabah, tahan rebah, kualitas beras, warna beras, tekstur nasi, aroma nasi, kersediaan benih. Atribut-atribut yang termasuk pada prioritas rendah pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah Ketahanan HPT, anakan Produktif, Volume benih, kemasan yang menarik, harga beli benih. Sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri adalah ketahanan HPT, anakan produktif dan promosi, dan pada prioritas berlebih Atribut yang termasuk pada kuadran ini pada petani yang menggunakan benih bersertifikat adalah tahan rontok, ketersediaan benih, dan promosi. Sedangkan pada petani yang tidak bersertifikat adalah tahan rontok dan daya tumbuh.

Sintesis hasil IPA dan Analisis Diagonal (Suharjo Split) menunjukan bahwa pada petani yang menggunakan benih bersertifikat atribut yang mengalami over service adalah atribut adalah anakan produktif, dan tahan rontok, sedangkan atribut lainnya mengalami Under Service. Sedangkan pada petani yang tidak menggunakan Benih Bersertifikat pada secara keseluruhan atribut mengalami under service. Atribut tersebut memiliki nilai negatif sehingga akan memngurangi kepuasan petani tersebut

(4)

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH

PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN

CIANJUR

Oleh :

AMATU AS SAHEDA A14105511

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(5)

Judul : Preferensi Dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Varietas Lokal Pandan Wangi Di Kabupaten Cianjur

Nama : Amatu As Saheda NRP : A14105511

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 131 430 801

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, November 2008 Amatu As Saheda A14105511

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 19 Mei 1983. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Ahmad Garnida dan Ibu Ika Almatin.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar tahun 1996 di SDN Pasir Hayam Cilaku Cianjur, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SMU 1 Cibeber Cianjur dan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Diploma III Program Studi Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan pada pendidikan strata satu (S1) Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga skripsi dengan judul “Preferensi dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Varietas Lokal Pandan Wangi Di Kabupaten Cianjur” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi proses pengambilan keputusan para petani terhadap penggunaan benih padi pandan wangi, menganalisis kepuasan para petani terhadap atribut-atribut benih padi pandan wangi, dan menentukan alternatif strategi dalam rangka pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih paadi pandan wangi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan masukan yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, November 2008

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, diawali dengan ucapan syukur kepada Allah SWT penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orang tua, Bapa dan Mama tercinta yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis dengan penuh kasih sayang, jerih payah dan doanya hingga penulis bisa mencapai tahap sekarang ini.

2. Dr.Ir. Rita Nurmalina, MS. Selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

3. Tanti Novianty, SP, Msi dan Tintin Sarianti, SP, MM. Selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

4. Ir. Popong Nurhayati, MM terima kasih atas kesediannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan masukan dan saran dalam perencanaan penelitian ini

5. Kakak dan adekku tersayang, Teh Jidah, Aa Ata berserta istri, ponakan ku yang baru lahir dan adekku Hera yang selalu memberikan doa dan dukungannya baik moril maupun materil selama penulis menempuh pendidikan di IPB ini

6. Mbak Sari terima kasih untuk partisipasi menjadi pembahas pada seminar hasil yang memberikan banyak masukan bagi penulis.

7. Bapa Mahfudin sebagai PPL terimakasih atas segala informasi yang telah diberikan kepada penulis selama dalam melakukan penelitian.

(10)

8. Keluarga bapa Syahroni, dan Keluarga bapa H. Pepen terimakasih telah memberikan tempat tinggal yang nyaman selam penulis melakukan penelitian, dan kepada A’Anwar terimakasih sudah mau meluangkan waktunya untuk mengantar penulis kepada para petani padi Pandan Wangi 9. Keluarga besar Petani Padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang

terima kasih atas bantuan dan informasi yang telah diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

10. Temen-temen Ekstensi AGB yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga silaturrahim kita selalu terjaga dan segala amal kebaikan yang telah dilakukan menjadi hitungan ibadah dan hanya Allah SWT yang dapat menilai dan membalas semuanya, Amin.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 10 1.4 Kegunaan Penelitian... 11 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Padi ... 12

2.1.1 Gambaran Umum Komuditas Padi ... 12

2.1.2 Tanaman Padi di Cianjur... 13

2.1.3 Karakteristik Padi Pandan Wangi... 13

2.1.4 Benih ... 14

2.2 Penelitian Terdahulu... 15

III KERANGKA BERPIKIR... 20

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1 Definisi konsumen ... 20

3.1.2 Perilaku Konsumen... 20

3.1.3 Preferensi Konsumen ... 21

3.1.4 Perilaku Pembelian ... 22

3.1.5 Proses Keputusan Pembelian... 23

3.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian 26

3.1.7 Sikap ... 32

3.1.8 Konsep dan Pengertian Kepuasan ... 33

3.1.9 Analisis Diagonal (Suharjo Split)... 38

3.1.10 Atribut Produk ... 39

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 40

IV METODE PENELITIAN ... 43

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 43

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 43

4.4 MetodeAnalisis Data ... 44

4.4.1 Analisis keputusan Pembelian Konsumen ... 44

4.4.2 Importance Performance Analysis (IPA)... 44

4.4.3 Customers Satisfaction Index (CSI)... 47

4.4.4 Analisis Diagonal (Suharjo Split) ... 49

4.5 Definisi Operasional... 50

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 52

(12)

5.2 Profil Gabungan Kelompok Tani Citra Sawargi... 55

VI IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN... 58

6.1 Identitas Karakteristik Responden ... 58

6.1.1 Umur ... 58

6.1.2 Alamat ... 59

6.1.3 Status Pernikahan... 58

6.1.4 Tingkat Pendidikan ... 60

6.1.5 Tingkat Pendapatan... 60

6.1.6 Lamanya Menanam Padi Pandan Wangi ... 61

6.1.7 Status Kepemilikan Lahan ... 62

6.1.8 Luas Areal, Produksi, dan Produktifitas Usaha Tani Padi Pandan Wangi... 63

6.1.9 Benih yang Digunakan Sertifikasi atau Tidak Sertifikasi .. 64

6.1.10 Jenis Padi yang Ditanam Selain Pandan Wangi ... 64

6.2 Proses Keputusan Pembelian Benih Bersertifikat dan Penggunaan Benih Sendiri (Tidak Bersertifikat) Padi Pandan wangi ... 65

6.2.1 Pengenalan Kebutuhan... 66

6.2.2 Pencarian Informasi ... 68

6.2.3 Evaluasi Alternatif ... 71

6.2.4 Keputusan Pembelian dan Penggunaan ... 72

6.2.5 Pasca Pembelian dan Penggunaan ... 76

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP ATRIBUT BENIH PADI PANDAN WANGI... 81

7.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Benih Padi Pandan Wangi pada Petani yang Menggunakan Benih Bersertifikat dan yang Tidak Bersertifikat... 81

7.2 Customer Satifaction Index (CSI) ... 88

7.3 Analisis Diagonal ... 90

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

DAFTAR PUSTAKA... 97

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Areal Panen, Produksi, Produktivitas, dan Laju Pertumbuhan

Produksi Padi di Indonesia Pada Tahun 2008 ... 2

2. Luas Sebaran Padi Pandan Wangi selama periode 2002-2006 di Kabupaten Cianjur ... 6

3. Kandungan Zat Gizi Pandan Wangi Per 100 gram ... 14

4 Skala untuk tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Terhadap Atribut... 45

5. Kriteria Nilai Customers Satification Index. ... 49

6. Luasan Areal Untuk Penangkaran Benih Padi Pandan Wangi Padi Tahun 2008 ... 56

7. Sebaran Persentase Responden Menurut Umur ... 59

8. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Alamat... 59

9. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 59

10. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .... 60

11. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata Perbulan ... 61

12. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Lamanya Mananam Padi Pandan Wangi ... 62

13. Sebaran Persentase Responden BerdasarkanStatus Lahan... 63

14. Sebaran Persentase Berdasarkan Penggunaan Benih Bersertifikat Padi Pandan Wangi ... 64

15. Sebaran Persentase Berdasarkan Jenis Padi Yang Ditanam Selain Pandan Wangi ... 65

16. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Menanam Benih Padi Pandan Wangi ... 67

17. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Pentingnya Menggunakan Benih Padi Pandan Wangi Bersertifikat ... 68

(14)

18. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Darimana Informasi Tentang Benih Padi Pandan Wangi... 69 19. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi

yang Dibutuhkan ... 70 20. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Atribut yang Paling

Dipertimbangkan Untuk Pembelian danpenggunaan Benih Sendiri Padi Pandan Wangi ... 70 21. Sebaran Persentase Responden Cara Memutuskan Pembelian dan

Penggunaan Benih Sendiri Padi Pandan Wangi Berdasarkan

Situasi ... 73 22. Sebaran Persentase Responden Cara Memutuskan Dimana Para

Petani Melakukan Pembelian Benih Padi Pandan Wangi

Berdasarkan Tempat... 73 23 Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Alasan Menggunakan

Benih Tidak Sertifikat ... 74 24. Sebaran Persentase Berdasarkan Jenis Varietas yang Sering Dibeli ... 75 25. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Kebutuhan Benih

Padi Pandan Wangi Per Hektar... 76 26. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Evaluasi Pasca

Pembelian benih sertifikat Pada Saat Harga Benih Padi Pandan

Wangi Mengalami Kenaikan ... 76 27. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Pihak yang

Berpengaruh Dalam Memutuskan pembelian... 77 28. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Ketidaktersediaan Benih di Lapang ... 78 29 Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Perasaan Jika

Tidak Membeli dan menggunakan Benih sendiri Padi Pandan

Wangi ... 79 30. Sebaran Persentase Responden Berdasarkan Faktor Kepuasan

Terhadap Hasil Dari Pandan Wangi... 80 31. Hasil Importance Performance Analysis (IPA)Benih Bersertifikat... 84 32. Hasil Importance Performance Analysis (IPA) Benih Tidak

(15)

33. Perhitungan Customers Satisfaction Index (CSI) Benih Padi Pandan Wangi Bersertifikat ... 89 34. Perhitungan Customers Satisfaction Index (CSI)Petani Yang Tidak

Menggunakan Benih Sertifikat ... 90 35. Atribut Over Service dan Under Service Terhadap Petani Yang

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tahapan Proses Keputusan Pembelian ... 26

2. Proses Pembelian Konsumen... 27

3. Kurva Indeferen ... 35

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 42

5. Diagram Kartesius Importance Performance Analysis (IPA) ... 46

6. Diagram Kartesius Suharjo Split... 50

7. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur ... 53

8. Matriks Importance Performance Analysis Benih Padi Pandan Wangi Bersertifikat ... 84

9. Matriks Importance Performance Analysis Benih Padi Pandan Wangi Tidak Bersertifikat ... 85

10. Analisis Diagonal (Suharjo Split) Pada Petani yang Menggunakan Benih Bersertifikat ... 91

11. Analisis Diagonal (Suharjo Split) Pada Petani yang Tidak Menggunakan Benih Bersertifikat ... 93

(17)

DARTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kuisoner Penelitian ...………..101 2. Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi Menurut Pulau di

Indonesia Tahun 2006 ... .... ...114 3. Perbandingan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Berdasarkan Jenis lahannya di Jawa Barat pada Tahun 2002-2006 ... …………....115 4. Deskripsi Padi Varietas Pandan Wangi Berdasarkan Keputusan

Menteri Pertanian No 163/Kpts/LB.240/3/2004………116 5. Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) Benih Bersertifikat...117

Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) yang

Tidak Menggunakan Benih Bersertifikat ...118 7. Luas Lahan, Produksi, dan Produktifitas Padi PandanWangi

Bersertifikat ...119 8. Luas Lahan, Produksi, dan Produktifitas Padi Pandan Wangi Tidak

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli pasar, dan perubahan selera masyarakat maka permintaan pangan akan semakin meningkat dalam jumlah, mutu dan keragamannya khususnya padi. Padi memegang peranan penting karena produk olahannya merupakan bahan makanan pokok sebagian besar penduduk di Indonesia.

Di Indonesia padi adalah tanaman pangan utama selain jagung, sagu, dan umbi-umbian. Terpilihnya padi sebagai sumber karbohidrat utama adalah karena padi memiliki kelebihan sifat tanaman bila di bandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat disimpan lama, dan (3) lahan sawah relatif tidak mengalami erosi (Taslim dan Fagi, 1988).

Menurut Mears (1982) padi menempati prioritas penting di Indonesia karena alasan-alasan berikut : (1) padi adalah bahan konsumsi penting baik dari segi pengeluaran rumah tangga, sebagai sumber kalori, maupun sumber protein, (2) padi sebagai sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk, (3) padi merupakan komoditas politis. Dalam kegiatan budi daya tanaman benih menjadi salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan. Peningkatan produksi padi banyak ditunjang oleh peran benih bermutu (bersertifikat). Ketersediaan benih bersertifikat secara nasional untuk padi baru sekitar 30 persen (Baran, 2002). Penggunaan benih bermutu akan mengurangi

(19)

risiko kegagalan budi daya karena benih bermutu akan mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan, bebas dari serangan hama dan penyakit terbawa benih (seed born disease). Produksi padi yang dihasilkan di Indonesia disajikan pada Tabel 1.

Berdasarkan data luas areal panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia menunjukan bahwa laju pertumbuhan produksi padi di Indonesia sangat berfluktuasi hal ini terjadi karena adanya penurunan luas areal, sehingga menyebabkan laju pertumbuhannya turun, selain itu kondisi lahan pertanian mengalami penurunan dan deselerasi yang menyebabkan ketidakmampuan lahan pertanian menghasilkan produksi yang optimal. Lahan pertanian semakin jenuh dengan pengolahan intensif seperti intensitas pemupukan yang tinggi, dan tidak adanya rotasi penanaman yang menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan produktivitas tanah menurun, selain itu perubahan cuaca yang tidak dapat di prediksi juga menyebabkan permasalahan dalam kegiatan produksi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Areal Panen, Produksi, Produktivitas, dan Laju Pertumbuhan Produksi padi di Indonesia pada Tahun 2008

Tahun Luas Areal Panen

(Ha)

Produktivitas (ton/Ha)

Produksi (Ton)

Laju Pertumbuhan Produksi (%) 2004 11.922.974 45.41 54.088.468 3.74 2005 11. 839.061 45.74 54.151.097 0.12 2006 11.786.430 46.20 54.454.937 0.56 2007 12.147.637 47.07 57.157.453 4.96 2008*) 12.385.242 48.35 59.877.219 6.76 Sumber : BPS, 2008 1)

Berdasarkan Lampiran 2 menunjukan bahwa produksi padi di pulau Jawa lebih besar dibandingkan dengan pulau lainnya yaitu di Jawa Barat sebesar 9.418.527, Jawa Tengah sebesar 8.729.291, dan Jawa Timur sebesar 9.346.947, hal ini menunjukan bahwa lahan di pulau Jawa cocok ditanami padi karena nilai produksi yang cukup tinggi khususnya di Provinsi Jawa Barat sedangkan

1)

(20)

ekosistem pertanian diluar pulau Jawa didominasi oleh lahan marginal dengan tingkat produktivitas rendah yang meliputi lahan tandah hujan, lahan kering, dan rawa (Syam dan Hermanto, 1995).

Budi daya tanaman padi telah berlangsung lama dan telah menghasilkan berbagai macam jenis macam padi akibat seleksi dan pemuliaan. Jenis-jenis padi ini diantaranya adalah 1) padi gogo dikembangkan di beberapa daerah tandah hujan, dimana tipe padi gogo ini suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah, 2) Padi rawa atau padi pasang surut dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal dirawa-rawa. Padi rawa ini mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air. Jenis-jenis padi yang beredar dipasaran pada saat ini adalah padi pera, ketan dan padi wangi. Padi wangi atau harum (Aromatic Rice) dikembangkan di beberapa tempat di Asia yang telah terkenal ras Cianjur yaitu padi pandan wangi yang sekarang telah menjadi varietas unggulan. Pemurnian Varietas padi pandan wangi telah dilakukan pada tahun 2000 melalui kegiatan seleksi varietas dilapangan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Jawa Barat. Sertifikasi varietas lokal Padi pandan wangi melalui kegiatan pemurnian dan pemutih dilakukan selama dua tahun yaitu dari tahun 2001 sampai 2003 kerjasama antara Dinas pertanian Cianjur dengan Balai besar Padi (Balitpa) Sukamandi, Balitpa Bogor dan BPSB Jawa Barat. Setelah mengalami proses sertifikasi maka pelepasan varietas unggul lokal padi pandan wangi dilakukan. Pelepasan varietas unggul dilakukan pada tanggal 17 Maret 2004 berdasarkan Surat keputusan Mentri Pertanian Nomor : 163/kpts/LB.

(21)

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi di Indonesia yang memiliki potensi luas lahan sawah yang cukup besar dengan hasil produksi yang tinggi. Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat perbandingan antara luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Jawa Barat berdasarkan jenis lahannya menunjukan bahwa jenis padi sawah lebih besar dibandingkan padi ladang walaupun luas areal, produktivitas, dan produksi mengalami penurunan dan peningkatan pada setiap tahunnya. Perbedaan produktivitas pada dua tipe lahan tersebut, pada dasarnya disebabkan selain ketersediaan air yang terbatas, kesuburan lahan/tanah sangat mempengaruhi tempat padi tersebut tumbuh. Lahan sawah relatif lebih subur dalam mendukung pertumbuhan tanaman padi dan Produktivitasnya2). Total luas areal, produktivitas dan produksi secara keseluruhan cenderung berfluktuasi karena pada tahun 2003 luas areal mengalami penurunan walaupun produktivitas meningkat tetapi produksi mengalami penurunan, padi walaupun demikian dari aspek produktivitas sebenarnya mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2005, hal ini terjadi karena perubahan iklim yang tidak bisa di prediksi sehingga menyebabkan penurunan produksi selain itu juga bisa disebabkan oleh pengaruh hama dan penyakit.

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Jawa Barat. Di Kabupaten Cianjur sekitar 96 persen produksi padi dipasok dari lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan menggunakan varietas unggul sedangkan lahan kering yang tersebar disemua Kecamatan belum banyak terkontribusi dalam peningkatan produksi padi. Produksi padi saat ini dituntut untuk berdaya saing tinggi sehingga harus diawali dengan penggunaan benih bermutu (bersertifikat). Penggunaan benih yang baik adalah salah satu unsur daya

2)

(22)

dukung yang menentukan tinggi rendahnya poduksi. Mutu benih adalah hal yang paling penting dalam usaha produksi benih karena mutu merangsang ketertarikan konsumen dan menghasilkan konsumen yang puas akan benih tersebut.

Seiring dengan meningkatnya pengetahuan petani tentang benih unggul dan bemutu tinggi sehingga menuntut penangkar untuk menghasilkan varietas unggul dan benih yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu penangkar dan pemerintah setempat harus bekerjasama dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produk yang diharapkan oleh para petani. Pemerintah dan penangkar harus mengetahui apa yang diinginkan oleh para petani, seperti harapan petani akan hasil produksi, oleh karena itu penting bagi penangkar dan pemerintah untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap hasil yang telah dicapai terhadap produk/benih yang mereka gunakan. Mengukur tingkat kepuasan merupakan sesuatu yang penting dilakukan, karena dengan mengetahui tingkat kepuasan akan meningkatkan kinerja produk yang ada dilapangan. Selain itu penangkar harus mengetahui mengenai preferensi, hal ini perlu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen atau petani.

Penggunaan benih berlabel berturut-turut sesuai dengan penyebaran varietas unggul di Kabupaten Cianjur yaitu: varietas Ciherang, IR 64, Situbagendit, Cigeulis, Towuti, Way Apo Buru, Widas, Cisadane, dan Cilamaya Muncul, Sintanur, Membramo, dan Pandan Wangi (Diperta Kabupaten Cianjur, 2007).

Kabupaten Cianjur memiliki komoditi unggulan spesifik padi yang telah menjadi trade mark dari kabupaten tersebut, yaitu padi varietas Pandan Wangi.

(23)

Komoditas ini menjadi unggulan karena telah terjamin kesediaannya dan dapat memberikan nilai hasil yang lebih baik/tinggi serta memiliki daya saing kuat, dibandingkan varietas padi lainnya yang biasa diusahakan di Kabupaten Cianjur atau wilayah lainya di Jawa Barat selain itu padi Pandan Wangi mempunyai keunggulan dari segi aroma pandan di pertanaman, beras beraroma pandan, nasi rasa enak dan tekstur nasi pulen, disenangi oleh masyarakat, dan harga jual beras yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras yang lain sehingga pendapatan petani meningkat. Kawasan sentra produksi varietas Pandan Wangi mencakup 6 Kecamatan yang kemudian bertambah menjadi 7 Kecamatan pada tahun 2006 dengan rata-rata luas tanam 6.310 Ha setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Sebaran Padi Pandan Wangi Selama Periode 2002-2006 di Kabupaten Cianjur Tahun No Kecamatan 2002 2003 2004 2005 2006 Rata-rata (Ha) 1 Warungkondang 3.388 3.366 2.396 2.056 1.780 2.597,2 2 Gekbrong - - - - 545 545,0 3 Cianjur 526 496 377 200 225 364,8 4 Cilaku 703 785 352 150 140 426,0 5 Cibeber 1.890 2.113 1.193 1.100 1.020 1.464,2 6 Cugenang 990 1.134 588 641 540 778,6 7 Sukaresmi 116 168 172 115 105 135,2 Jumlah 7.613 8.062 5.078 4.262 4.355 6.310,0

Sumber : Diperta Kabupaten Cianjur. 2007

Pada Tabel 2 menunjukan bahwa dari ketujuh Kecamatan tersebut, sentra produksi padi varietas Pandan Wangi lahan yang terluas adalah Kecamatan Warungkondang dan Cibeber masing-masing dengan rata-rata luas lahan sebesar 2.597,2 hektar dan 1.463,2 hektar pertahun. Selama lima tahun terakhir ini luasan lahan sawah padi varietas Pandan Wangi mengalami penurunan, hal ini terjadi karena faktor umur padi Pandan Wangi yang cukup lama sehingga banyak para

(24)

petani mulai beralih dari menanam padi Pandan Wangi ke padi kecil yaitu padi varietas lain.

Harga gabah kering giling (GKG) padi Pandan Wangi di tingkat petani sulit naik meski kebutuhan meningkat dan harga dipasaran terus melambung, hal ini terjadi karena umur padi lebih lama dengan biaya produksi yang cukup tinggi khususnya biaya perawatan yang lebih besar. Oleh karena itu petani padi Pandan Wangi merasa terus menerus dirugikan karena adanya beras Pandan Wangi palsu atau oplosan, sehingga para petani membentuk kelompok tani atau Gapoktan yang khusus memproduksi beras Pandan Wangi. Adanya Gapoktan ini diharapkan harga gabah petani akan terkontrol, oleh sebab itu para petani di Cianjur menaruh harapan dengan adanya sertifikasi produk beras Pandan Wangi.

Secara khusus Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan padi Pandan Wangi menjadi komoditas unggul utama hasil pertanian disamping tanaman palawija, sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Selain itu pemerintah Kabupaten Cianjur yang diwakili oleh Dinas Pertanian beserta jajarannya menggalakkan kembali pembentukan kelompok tani khusus untuk petani padi Pandan Wangi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi padi Pandan Wangi sebagai komoditas unggulan Cianjur dan juga untuk mempermudah komunikasi antara Pemerintah dengan petani.

1.2. Perumusan Masalah

Seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk di Indonesia, padi dan produk olahannya berupa beras memiliki peranan yang sangat srategis dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kekurangan ketersediaan stok beras harus diantisipasi, salah satunya dengan memanfaatkan banyaknya lahan

(25)

sawah yang banyak tersedia di Indonesia. Pengusahaan padi secara intensif dan didukung dengan ketersediaan lahan dan faktor produksi lainnya diharapkan mampu menambah suplai beras nasional dan dapat meningkatkan produksi serta pendapatan para petani.

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu Kabupaten yang mempunyai sumbangsih cukup tinggi dalam penyediaan stok pangan nasional di Jawa Barat. Salah satu padi unggulan Kabupaten Cianjur dan merupakan kebanggaan masyarakat dan pemerintah daerah adalah padi lokal ”PANDAN WANGI”. Varietas unggulan merupakan salah satu komponen teknologi budidaya yang paling mudah di adopsi petani dan peranannya dalam peningkatan produksi hasil pertanian. Tingginya tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul, khususnya varietas unggul padi tercermin dari gigihnya upaya petani mencari benih varietas unggul dan bermutu tinggi. Dalam hal ini mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Sifat-sifat benih mencakup kebenaran varietas, viabilitas, vigor, kerusakan mekanis, infeksi menyakit, dan lain-lain. Dengan penggunaan benih unggul dan bermutu ini para petani akan merasa puas karena hasil produksi yang diperoleh cukup tinggi, tetapi pada saat ini sebagian petani menghadapi permasalahan dari aspek input produksi adalah tingginya harga dan kelangkaan input produksi, salah satu input yang berperan penting adalah benih dan pupuk. Para petani lebih banyak menggunakan benih hasil budidaya mereka sendiri dibandingkan dengan menggunakan benih berlabel yang diproduksi penangkar. Benih tersebut didapat dari produksi padi musim sebelumnya. Petani menganggap harga benih berlabel relatif lebih mahal, sehingga mereka menggunakan benih hasil sendiri.

(26)

Jenis padi varietas lokal Cianjur yang menghasilkan beras Cianjur asli Pandan Wangi termasuk varietas Javonica atau biasa dikenal padi bulu, mempunyai keunggulan rasa sangat enak, pulen dan beraroma wangi pandan, selain itu nama Pandan Wangi merupakan nama jaminan kualitas beras yang merupakan kelas eksklusif dengan harga jual yang cukup tinggi sehingga dikatakan varietas unggul tahan harga (VUTH). Karena mempunyai nilai jual yang tinggi dipasaran maka cukup banyak dijumpai beras yang diberi nama Pandan Wangi, hanya karena beraroma pandan walaupun bukan beras Pandan Wangi atau tidak murni Pandan Wangi. Keadaan ini sangat merugikan petani produsen padi Pandan Wangi, untuk itu dengan adanya sertifikasi produk beras Pandan Wangi maka petani tidak akan dirugikan.

Sebagian petani di Kabupaten Cianjur selain menanam padi varietas lokal spesifik yakni Pandan Wangi yang merupakan varietas unggulan, juga menanam varietas-varietas lainnya baik varietas unggul nasional maupun varietas local lainya diantaranya varietas Ciherang, IR 64, Situbagendit, Cigeulis, Towuti, Way Apo Buru, Widas, Cisadane, Cilamaya Muncul, dan Membramo.

Seiring berjalan waktu para petani padi Pandan Wangi pada saat ini semakin selektif dalam penggunaan benih unggul dan bermutu tinggi sehingga permintaan akan benih bersertifikat semakin meningkat. Hal ini menuntut para produsen/penangkar untuk menyediakan produk/benih yang sesuai keinginan konsumen/petani. Oleh karena itu untuk memenuhi harapan petani maka langkah awal yang harus dilakukan oleh pihak produsen adalah pengetahuan mengenai perilaku konsumen. Pengetahuan mengenai preferensi perlu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen atau petani.

(27)

Sedangkan pengetahuan tentang kepuasan perlu diketahui agar dapat meningkatkan kinerja produk yang dinilai konsumen masih kurang memuaskan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu :

1. Bagaimana proses pengambilan keputusan petani terhadap penggunaan benih padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur?

2. Bagaimana kepuasan para petani terhadap atribut-atribut produk padi Pandan Wangi?

3. Bagaimana alternatif strategi yang harus dilakukan untuk pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi? 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan para petani terhadap penggunaan benih padi Pandan Wangi.

2. Menganalisis kepuasan para petani terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi.

3. Menentukan alternatif strategi dalam rangka pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi Pandan Wangi.

1.4. Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan informasi untuk para petani dan khalayak umum. Melalui penelitian ini pihak petani akan memperoleh informasi mengenai atribut-atribut yang mempengaruhi tingkat

(28)

keputusan pembelian terhadap padi Pandan Wangi sehingga para petani akan lebih paham dan mengerti tentang produk ini.

(29)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Karakteristik Padi

2.1.1 Gambaran umum komoditas Padi

Padi (Oryza sativa) adalah tanaman pangan yang dihasilkan terbanyak di dunia dan menempati daerah tersebar di daerah tropika (Sanchez,1993 dalam Sumiati, 2003). Menurut beberapa pihak tanaman padi berasal dari Cina karena dari daerah tersebut banyak ditemukan jenis-jenis padi liar. Hal ini didasarkan pada teori Vavilov yang menyatakan bahwa daerah asal usul suatu tanaman di tandai dengan terdapatnya pemusatan jenis-jenis liar tanaman tersebut (Manurung, 1998 dalam Sumiati 2003).

Tanaman padi pada umumnya merupakan tanaman semusim dengan empat fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif dan pemasakan. Secara garis besar tanaman padi ini terbagi kedalam dua bagian yaitu bagian generatif dan vegetatif. Dalam pertumbuhannya tanaman padi memerlukan unsur hara, air dan energi. Hara adalah unsur pelengkap dari komposisi asam nukleik, hormon dan enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam merombak fotosintat atau respirasi menjadi senyawa yanag lebih sederhana. Air diperoleh tanaman dari tanah, dan energi di dapat dari hasil fotosintesis dengan bantuan sinar matahari.

Hingga saat ini beras merupakan makanan pokok Indonesia dengan alasan beras memiliki rasa yang sangat enak dengan selera masyarakat, juga dilihat dari kandungan gizinya yang mengandung protein dan kalori yang lebih tinggi di bandingan komoditas lainnya (seperti jagung, ketela, kentang, dan lain-lain). Budaya untuk mengkonsumsi beras sangat sulit untuk dihilangkan dari

(30)

masyarakat Indonesia dari masyarakat Indonesia karena sudah menjadi kebiasaan, sebelum mengkonsumsi beras maka belum dikatakan makan. Beras bukan sekedar komoditas pangan atau ekonomi tetapi juga merupakan komuditas yang memiliki nilai politik dan keamanan.

2.1.2 Tanaman Padi di Cianjur

Tanaman padi yang terdapat di Kabupaten Cianjur terdiri dari berbagai macam varietas dintaranya Pandan Wangi, IR64, Cisadane, Ciherang, Situbagendit dan Cigeulis. Varietas Pandan Wangi merupakan varietas unggulan yang menjadi ciri khas dari kota Cianjur yang berasal dari padi bulu, varietas lokal.

Padi sawah Pandan Wangi mulai berkembang di Kabupaten Cianjur pada tahun 1970. Pertanaman Pandan Wangi tersebut mulai berkembang meluas karena memiliki keunggulan khusus aroma pandan di pertanaman, beras dan nasi serta rasa nasi yang enak dan tekstur nasi yang pulen dan tidak cepat basi. Oleh karena itu beras varietas ini mempunyai nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan beras varietas lainnya.

2.1.3 Karakteristik Padi Pandan Wangi

Padi Pandan Wangi adalah beras khas Cianjur yang berasal dari padi bulu varietas lokal. Padi dan beras ini beraroma wangi pandan oleh karena itu sejak tahun 1973 terkenal dengan sebutan Pandan Wangi. Beras Cianjur Pandan wangi sudah termashur di Jawa Barat, Maupun Nasional bahkan di Mancanegara, dan banyak dikonsumsi oleh kalangan masyarakat menengah keatas.

Deskripsi padi Pandan Wangi menurut Dinas Pertanian tahun 2007 antara lain umur tanaman 150-160 hari, tinggi tanaman 150-170 centimeter, bentuk gabah (endosperm) bulat atau gemuk, berperut, berbulu, tahan rontok, berat 1000

(31)

butir gabah 30 gram, beraroma pandan, kadar amilosa 20 persen dan potensi hasil 6-7 ton perhektar malai kering pungut. Sedangkan Deskripsi padi sawah varietas Pandan Wangi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 163/Kpts/LB.240/3/2004 tanggal 17 Maret 2004 dapat di lihat pada Lampiran 3

Menurut laporan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2001), Pandan Wangi mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan zat tumbuh, dintaranya adalah protein, lemak, gula pereduksi, zat besi (Fe), zat tembaga (Cu), dan kalori persentasi kadar gula pereduksi lebih besar dibandingkan dengan kadar protein dan lemak. Kandungan gizi beras Pandan Wangi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3. Kandungan Zat Gizi Pandan Wangi Per 100 Gram

No Parameter Hasil Satuan

1 Kadar Protein 8,97 Persen (%)

2 Kadar Lemak 0,32 Persen (%)

3 Kadar Gula 63,39 Persen (%)

4 Zat Besi (Fe) 4,65 Ppm

5 Cat Tembaga (Cu) 6,42 Ppm

6 Kalori 14,85 Kg/gr

Sumber : Dinas Pertanian Pangan Kabupaten Cianjur (2007)

2.1.4 Benih

Menurut UU no 12 tahun 1992 dan PP no 44 tahun 1995 yang dimaksud dengan benih adalah semua bentuk bahan tanaman dari proses generatif berupa biji maupun vegetatif seperti stek, cangkok, umbi dan lain-lain. Pada taraf batasan agronomi benih yang ditanam akan menghasilkan produksi setinggi mungkin dan diupayakan melestari. Produksi benih yang tinggi sangat tergantung dari teknologi dilapangan dan pascapanen sehingga produk benih dapat diidentifikasikan atas dasar kemurnian genetiknya.

Varietas yang dihasilkan selain unggul dalam produksi, varietas juga harus memiliki sifat yang jelas berbeda dari varietas lainnya yang sebelumnya sudah

(32)

beredar seragam kinerja tanaman dan pertanamannya (uniform), mantap (stable) dalam keunggulan sifat kinerja tanaman dan pertanaman. Oleh karena itu diperlukan jaminan suatu benih yang baik itu harus benar juga diinformasikan kepada konsuman oleh pihak produsen, selain itu diperlukan jaminan oleh pihak ketiga yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah yaitu sertifikasi benih. Sertifikasi benih dilakukan agar benih yang dipasarkan terjamin mutunya dan benar informasinya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis usaha tani dan pemasaran beras pandan wangi di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat yang dilakukan oleh Rachmawati (2003), dengan menggunakan alat analisis pendapatan usaha tani, analisis margin pemasaran. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi tingkat profitabilitas usaha tani Pandan Wangi yang diterima petani pemilik dan penggarap. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh petani pemilik jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penggarap hal ini dapat dilihat dari besarnya rasio R/C atas biaya tunai ada atas biaya total, usaha tani yang dilakukan oleh kedua jenis strata yaitu petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Masih menguntungkan.

Fitriadi (2005) penelitian mengenai Analisis Pendapatan dan Margin Pemasaran Padi Ramah Lingkungan dan Padi Konvensional (Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya) dengan menggunakan alat analisis pendapatan usaha tani, R/C Ratio (R/C) analisis margin pemasaran ,efisiensi pemasaran, dan koefisien kontingensi. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkatan pendapatan usaha tani padi ramah

(33)

lingkungan dan konvensional. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa analisis pendapatan usaha tani petani padi ramah lingkungan dengan metode SRI untuk petani pemilik penggarap maupun penyakap pendapatan kotornya dan pendapatan bersihnya lebih besar dibandingkan dengan petani padi konvensional, meskipun dari segi biaya yang dikeluarkan untuk petani padi ramah lingkungan metode SRI lebih besar dibandingkan petani padi konvensional. Pendapatan untuk petani pamilik panggarap lebih tinggi dari petani penyakap, hal ini disebabkan oleh biaya tunai petani penyakap lebih besar karena petani penyakap harus membayar lagi hasil sebesar 30 persen dari total penerimaan.

Apriyadi (2007) penelitian tentang Analisis Ekuitas Merek Produk Beras Pandanwangi (Kasus Kota Cianjur), dengan alat analisis Importance Performance Analisis (IPA). Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis brand perceived quality (persepsi kualitas) untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen tentang kualitas beras panda wangi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perceived quality (persepsi kualitas) beras Pandan Wangi secara keseluruhan menunjukan merek Pandan Wangi memiliki performance lebih tinggi dari pada nilai importance akan tetapi ada beberapa atribut yang memiliki important lebih tinggi dari pada nilai performance atribut yang perlu mendapatkan perhatian utama oleh produsen atau pihak terkait lainnya untuk segera dibenahi yaitu pada atribut kandungan gizi memadai, dan kemurnian beras. Atribut rasa enak, nasi wangi, kualitas beras bagus, dan nasinya pulen dapat dijadikan nilai jual beras Pandan Wangi, karena nilai responden merupakan atribut yang paling penting.

(34)

Alvian (2007) melakukan penelitian tentang Analisis Efektifitas Strategi Promosi Benih Padi dan Palawija pada PT sang Hyang Seri Persero (Studi Kasus Petani Desa Dukuh Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang), dengan menggunakan alat analisis Brand Awareness dan EPIC Model serta korelasi dan regresi linier berganda. Salah satu tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis efektifitas promosi benih padi dan palawija yang dilakukan PT SHS berdasarkan dampak komunikasi dan penjualan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa efektifitas promosi benih padi dan palawija PT SHS diukur melalui dampak komunikasi. Promosi menggunakan kriteria tingkat brand awarness dimana diperoleh hasil bahwa produk benih PT SHS telah menjadi Top Of Mind di benak produsen artinya promosi yang dilakukan oleh perusahaan sudah tergolong baik.

Roslinawati (2007) penelitian mengenai Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi Pada PT Sang Hyang Seri RM I Sukamandi Subang Jawa Barat, dengan menggunakan Metode Penentuan Harga pokok yaitu Metode Full Costing dan Metode Variabel Costing. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode harga pokok produksi yang ditetapkan perusahaan SHS. Berdasarkan hasil yang peroleh menunjukan bahwa penentuan harga pokok produksi PT Sang Hyang Seri RM I Sukamandi di Subang tidak termasuk kedalam Metode Full Costing, Variable Costing, dan Activity Based Costing. Penentuan harga pokok produksi PT Sang Hyang Seri RM I Sukamandi Subang terdiri dari dua bagian yaitu harga pokok produksi kebun dan harga pokok pabrik. Harga pokok produksi kebun terdiri atas biaya tanaman (upah, bahan dan biaya angkat), pembelian GKP (calon benih), biaya panen (upah dan Bahan), biaya

(35)

angkut hasil panen, biaya tidak langsung dan penyusutan. Harga pokok produksi pabrik terdiri dari biaya-biaya yang berkaitan dengan pengolahan calon benih dari mulai GKP (Gabah Kering Panen), GKK (Gabah Kering Kantong), BB (Benih Bersih), BL (Benih Lulus) sampai dengan pengemasan BK (Benih Kantong) yang siap dipasarkan.

Yunita (2007) penelitian mengenai Analisis Kepuasan Petani Terhadap Benih Jagung Hibrida Produksi PT Pertani (Persero) Jakarta di Kecamatan Tanjung Medar Kabupaten Sumedang Jawa Barat, dengan menggunakan metode analisis IPA dan CSI. Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis tingkat kepuasan dari petani setelah menggunakan benih jagung hibrida yang diproduksi oleh PT Pertani (Persero). Hasil penelitian menunjukan bahwa kepuasan petani terhadap benih jagung hibrida produksi PT Pertani (persero) berdasarkan analisis Important Perpormance Analysis (IPA), atribut yang perlu dipertahankan yaitu kuadran II (harga ukuran, tongkol, dan produksi panen) dan atribut yang harus diperbaiki yaitu pada kuadran I (ketahanan terhadap hama dan penyakit).

Melalui penelitian terdahulu, beberapa yang menjadi acuan untuk penelitian ini adalah persamaan komoditas yaitu padi yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriadi, Alvian, Roslinawati, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Apriyadi terdapat kesamaan jenis varietas padi dan beras yaitu Pandan Wangi walaupun tema yang diambil berbeda tetapi terdapat alat analisis yang digunakan ada yang sama yaitu dengan menggunakan IPA (Importance Performance Analysis). Sedangkan pada penelitian Yunita terdapat kesamaan dalam segi topik, yaitu kepuasan pada benih,

(36)

tetapi komoditas yang diambil berbeda. Sedangkan perbedaan lain antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaaan dari alat analisis dan dari segi topik, karena preferensi pada padi belum pernah ada penelitiannya.

(37)

BAB. III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi konsumen

Menurut undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan menurut Sumarwan (2002) istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi adalah konsumen yang membeli produk atau jasa untuk seluruh kegiatan kegiatan organisasi.

Konsumen individu dan konsumen organisasi adalah sama pentingnya, karena mereka sama-sama memberikan sumbangan yang sangat penting bagi perkembangannya dan pertumbuhan ekonomi, tanpa konsumen individu produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan tidak mungkin bisa laku dijual.

3.1.2 Perilaku konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2004) sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan menurut Engel, et al (1994), definisi perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

(38)

proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakannya. Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali, timbul kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan internal yaitu kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar, haus, dan lain-lain atau berasal dari rangsangan eksternal seperti pengaruh atau promosi dari berbagai sumber. Rangsangan eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan oleh dorongan internal.

Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan terhadap suatu produk maka kemungkinan konsumen akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Menurut Kotler (1997), sumber-sumber informasi dapat diperoleh dari empat kelompok yaitu sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga); sumber komersial (iklan, tenaga penjual, pedagang perantara); sumber umum (media massa, organisasi); dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan penggunaan produk). Konsumen akan memusatkan perhatiannya terhadap ciri atau atribut produk. Ciri lain yang memperngaruhi tahap pencarian adalah situasi dan ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen itu sendiri (Engel et al, 1995).

3.1.3 Preferensi konsumen

Faktor yang merupakan bagian dari perilaku konsumen adalah preferensi konsumen. Preferensi konsumen dapat didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang di konsumsi. Preferensi konsumen menunjukan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 2000). Preferensi ini terbentuk dari persepsi terhadap produk. Preferensi konsumen berhubungan dengan harapan konsumen akan suatu produk yang disukainya. Harapan konsumen diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan

(39)

pelanggan (Tjiptono, 2002). Dalam konteks kepuasan pelanggan umumnya harapan merupakan perkiraan atau kenyakinan pelanggan tentang apa yang diterima.

Menurut Kotler (2000) pada tahap evaluasi alternatif konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Preferensi seorang pembeli untuk suatu merek akan meningkat jika seseorang yang ia sukai juga menyukai merek yang sama.

Evaluasi alternatif adalah tahap dimana konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih. Teori preferensi konsumen digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen. Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut dan setiap produk, baik barang atau jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan atributnya. Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk. Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk dan memberikan kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk.

3.1.4 Perilaku Pembelian

Bidang perilaku konsumen memeperlajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli dan membuang barang, jasa, dan gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun bertindak sebaliknya. Hal ini merupakan pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada menit-menit terakhir. Sehingga penting untuk mengetahui keinginan, persepsi, preferensi dan perilaku pembelian pelanggan.

(40)

Ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian pada umumnya yaitu faktor kultural, faktor sosial faktor pribadi dan faktor psikologis. Pada faktor kultural Kotler dan Amstrong (1995) berpendapat bahwa faktor kultural mempunyai pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen, dimana kita akan melihat peranan yang dimainkan oleh kultur, sub kultur dan kelas sosial pembeli. Konsumen meletakan bobot lebih besar pada beberapa sifat produk dibandingkan pada sifat lain ketika mereka memilih di antara merek-merek yang bersaing. Penyebab untuk bobot seperti ini adalah budaya dimana individu bersangkutan berada di dalamnya.

Faktor sosial ini meliputi: kelompok acuan, keluarga, peran dan status. Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh. Faktor pribadi menjelaskan bahwa keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu usia pembeli, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep pribadi pembeli (Kotler dan Amstrong, 1995)

Faktor psikologis pilihan pembeli seseorang dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu : motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan pendirian. Setiap orang termotivasi oleh kebutuhan dan keinginan, apabila suatu kebutuhan tidak terpenuhi maka hal itu akan menimbulkan suatu dorongan

3.1.5 Proses Keputusan Pembelian

Schiffman dan Kanuk (2003) dalam Anwar (2007) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Terdapat empat macam perspektif model tingkat laku keputusan dari seorang individu, yaitu: manusia ekonomi (economic man), manusia pasif

(41)

(passive man), manusia kognitif (cognitive man), dan manusia emosional (emotial man). Model ini menggambarkan bagaimana dan mengapa seorang individu berperilaku seperti apa yang mereka lakukan.

Proses pembelian dimulai apabila konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Menurut Griffin dan Ebert (2003) kesadaran akan kebutuhan terjadi sewaktu konsumen memiliki peluang untuk mengubah kebiasaan untuk membeli. Terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen baik yang bersifat mental maupun fisik yang ditunjukan pada Gambar 1. Kelima tahapan tersebut adalah :

a. Pengenalan kebutuhan

Timbulnya kebutuhan merupakan proses pertama timbulnya permintaan, karena adanya keinginan dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Menurut Engel et al (1995) pengenalan kebutuhan sebagai tahap awal pengambilan keputusan dipengaruhi oleh tiga determinan yaitu informasi yang disimpan dalam ingatan perbedaan individual dan pengaruh lingkungan. Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi actual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.

b. Pencarian informasi

Kotler (2004) menyatakan konsumen yang tergugah akan kebutuhannya terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (Pencarian eksternal).

(42)

c. Evaluasi Alternatif

Menurut engel et al (1995), evaluasi alternatif didefinisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih.

d. Keputusan Pembelian

Konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai, ada dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu : (1) faktor sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang, (2) faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian (Kotler, 2002). Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu.

e. Hasil

Setelah pembelian terjadi konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang telah dilakukannya. Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Hasil evaluasi setelah terjadi pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Jika mereka puas maka kenyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi secara hukum.

(43)

Gambar 1. Tahapan Proses Keputusan Pembelian Sumber : Engel et al. (1994)

3.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Engel et al ( 1994) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk yaitu (1) faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas social, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi, (2) faktor perbedaan individu yang terdiri dari sumberdaya konsumen, Motivasi dan keterlibatan, pengetahuan sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi, dan (3) faktor spikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi tiap tahapan proses keputusan pembelian konsumen. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 2.

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan akan mempengaruhi proses keputusan yang dilakukan konsumen, karena menurut Engel (2005) konsumen hidup dalam lingkungan yang komplek. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi proses keputusan konsumen yaitu PENGENALAN KEBUTUHAN PENCARIAN INFORMASI EVALUASI ALTERNATIF PEMBELIAN HASIL

(44)

Gambar 2. Proses Pembelian Konsumen Sumber : Engel et al. (1995) a. Budaya

Budaya merupakan factor lingkungan yang mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam terhadap perilaku. Hal ini dikarenakan budayalah yang menuntun keinginan dan perilaku seseorang dari kecil sampai tumbuh dewasa (Kotler, 1997). Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, sikap dan simbol lain bermakna melayani manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran dan mengevaluasi. Walupun konsumen bebas dalam menentukan pilihan namun karenan konsumen hidup dilingkungan dengan kebudayaan yang mempunyai batasan batasan tertentu, maka kebebasan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai social budaya dan norma-norma masyarakat tersebut

Pengaruh Lingkungan Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Situasi Pengenalan Kebutuhan Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil Proses Psikologi Pengolakan Informasi Pembelajaran Perubahan Sikap dan

Perilaku

Perbedaan Individu

Sumberdaya Konsumen Motivasi & Keterlibatan

Pengetahuan Sikap

Kepribadian,Gaya Hidup Demografi

(45)

Budaya mempengaruhi konsumen dalam tiga faktor yaitu (1) budaya mempengaruhi struktur konsumen, (2) budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, (3) budaya adalah variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi makna dari sebuah produk

b. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokan masyarakat kedalam kelas atau kelompok yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk, jenis jasa, dan merek yang di konsumsi konsumen (Sumarwan, 2002). Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh pendapatan, tetapi juga ditentukan oleh pekerjaan, prestasi, interaksi, pemilikan, orientasi, nilai, dan sebagainya.

c. Pengaruh Pribadi

Pengaruh pribadi adalah tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Selain itu pengaruh pribadi berkaitan dengan cara-cara dimana kepercayaan, sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain digunakan sebagai kelompok acuan. Menurut kotler (2000) kelompok acuan terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap ataupun perilaku seseorang seperti keluarga, organisasi formal, dan lain-lainnya.

d. Keluarga

Keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh terhadap sikap dan perilaku individu. Setiap anggota keluarga memegang peranan penting dalam pemberi pengaruh, pengambilan keputusan, pembelian dan pemakaian.

(46)

e. Pengaruh Situasi

Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari factor yang khusus untuk waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Engel, (1995) mengusulkan bahwa situasi konsumen dapat didefinisikan sebagai lima karakteristik umum, yaitu (1) lingkungan fisik, yang merupakan sifat nyata dari situsi konsumen, (2) lingkungan social, menyangkut ada tidaknya orang lain dalam situasi bersangkut, (3) waktu, (4) tugas, yaitu tujuan dan sasaran tertentu yang dimiliki konsumen dalam situasi dan, (5) keadaan antiseden atau suasana hati sementara.

2. Faktor Perbedaan Individu

Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakan perilaku. Engel et al (1994) menyatakan bahwa ada lima cara dimana konsumen mungkin berbeda sehingga berpengaruh terhadap perilaku konsumen yaitu

a. Sumberdaya Konsumen

Sumberdaya yang dimiliki konsumen atau apa yang akan tersedia dimasa yang akan datang berperan penting dalam keputusan membelian. Setiap konsumen membawa tiga sumberdaya kedalam setiap situasi pengambilan keputusan yaitu sumber daya ekonomi (pendapatan dan kekayaan), sumber daya temporal (waktu) dan sumber daya kognitif (kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan pelbagai kegiatan pengolahan industri). Konsumen memiliki keterbatasan pada setiap sumberdaya yang dimilikinya sehingga konsumen harus mampu mengalokasikannya secara bijaksana.

(47)

b. Motivasi dan Keterlibatan

Menurut Engel et al (1994) motivasi dan keterlibatan merupakan kebutuhan variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai berbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dan memperoleh kepuasan dari pemenuhan kebutuhan tersebut. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi lebih kuat untuk memperoleh dan mengolah informasi serta kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecahan kebutuhan yang diinginkan.

c. Pengetahuan

Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan, himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar (Engel et al, 1994). Pengetahuan konsumen dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) pengetahuan produk mencakup atribut produk dan kepercayaanya, (2) pengetahuan pembeli, yaitu dimana dan kapan membeli, dan (3) pengetahuan pemakaian dilihat dari pengetahuan konsumen dan iklan.

d. Sikap

Sikap merupakan keseluruhan evaluasi yang dilakukan konsumen. Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman maupun dari yang lain. Intensitasnya, dukungan dan kepercayaannya adalah sikap penting dari sikap. Sementara kotler (1997) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan

(48)

tindakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan.

e. Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi

Kepribadian merupakan karakteristik psikologi yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap lingkunganya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan, dan lain-lainnnya. Kepribadian dapat dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. Gaya hidup adalah pola dimana seseorang hidup dan menghabiskan waktu serta uang yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opini seseorang. Faktor demografi akan menggambarkan karakteristik dari seorang konsumen. Beberapa karakteristik yang sangat penting untuk memahami konsumen adalah usia, jenis, kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama,suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga,dan lain-lain.

3. Faktor Spikologis.

Faktor terakhir yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk adalah proses psikologis. Proses spikologis merupakan proses sentral yang membentuk aspek motivasi dan perilaku konsumen. Kotler (1997), menyebutkan bahwa pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh empat factor psikologis utama yaitu motivasi, preferensi, pengetahuan, keyakinan, dan pendirian. Proses psikologis meliputi :

a. Pemrosesan informasi

Pemrosesan informasi di definisikan sebagai proses dimana rangsangan pemasaran diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan di ambil lagi oleh

Gambar

Tabel 2.  Luas  Sebaran  Padi  Pandan  Wangi  Selama  Periode  2002-2006  di  Kabupaten Cianjur  Tahun  No  Kecamatan  2002  2003  2004  2005  2006  Rata-rata (Ha)  1  Warungkondang  3.388  3.366  2.396  2.056  1.780  2.597,2  2  Gekbrong  -  -  -  -  545
Gambar 1. Tahapan Proses Keputusan Pembelian  Sumber : Engel et al. (1994)
Gambar 2. Proses Pembelian Konsumen  Sumber : Engel et al. (1995)  a.  Budaya
Gambar 3. Kurva Indeferen ( Pemisahan Efek Subtitusi dan  Efek Pendapatan Karena Perubahan harga;)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sertifikat keamanan bandar udara, program keamanan pengangkutan kargo, dan Standard Operation and Procedur (SOP) keamanan kargo di bandar udara didukung dengan teknologi

In the valence model, each par- ticipant in a peer evaluation system evaluates the system’s outcomes (e.g., determining peers’ grades, improving peers’ performance and

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah pengaturan hukum tentang pembuatan

Keberadaan internet atau lebih dikenal dengan istilah dunia maya pada saat ini bukan merupakan hal yang asing melainkan telah dikenal oleh seluruh orang di penjuru dunia.maka dari

“Mempercayakan salah satu instansi untuk membantu sekolah dalam pengadaan laboratorium komputer multimedia, laboratorium bahasa, software sekolah sampai software

Mediasi yang berlangsung di Pengadilan Agama Tulungagung dalam hal perkara perceraian merupakan proses komunikasi secara primer yang artinya bahwa proses penyampaian

Menurut Bapak/Ibu, apakah k aryawan yang dapat menghasilkan pekerjaan/jasa sesuai dengan jumlah yang telah ditargetkan perusahaan, merupakan hasil prestasi kerja dari karyawan

Sebab, pengumuman infak jutaan akan sangat menyakitkan, jika tetangga Masjid ada yang tidak bisa ke Rumah Sakit sebab tak punya biaya atau tak bisa sekolah… Masjid yang menyakiti