• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 7 Peta wilayah Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 7 Peta wilayah Kota Bandung"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kota Bandung, dengan luas wilayah 16.729,00 hektar, terdiri dari 26 kecamatan. Gambar 8 menunjukkan peta administratif Kota Bandung yang terdiri dari 26 kecamatan. Kegiatan penelitian dilakukan dari pertengahan tahun 2004 sampai dengan awal tahun 2006.

Gambar 7 Peta wilayah Kota Bandung

3.2. Formulasi Permasalahan

Permasalahan umum dalam pengelolaan sampah di Indonesia adalah kapasitas atau kemampuan institusi atau pengelola yang lebih kecil dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola. Keadaan ini disebabkan oleh tidak seimbangnya sarana pengelolaan dengan jumlah sampah yang harus dikelola. Partisipasi nyata dari masyarakat sampai saat ini baru pada tahap membayar retribusi pengelolaan sampah. Di negara maju, misalnya Jepang, partisipasi sudah

(2)

sampai pada tingkat pemanfaatan sampah dengan tujuan memperkecil jumlah sampah yang harus dibuang (Budi 2006).

Pemanfaatan sampah dapat dilakukan melalui usaha 3R yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang) dengan tujuan menekan jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Beberapa negara telah mengarah kepada program 3R, salah satunya adalah negara bagian Victoria di Australia. Pada tahun 2004 negara bagian Victoria mencanangkan The Towards Zero Strategy dengan target pemanfaatan sampah mencapai 75% pada tahun 2014 (the State of Victoria, 2005). Kota Bandung dengan komposisi sampah kota yaitu 63,56% sampah organik dan 36,44% sampah anorganik (BPS 2003) berpotensi untuk melakukan pemanfaatan sampah menjadi kompos dan produk daur ulang.

Sumber sampah terbesar dari sampah kota adalah rumah tangga. Jumlah sampah dari rumah tangga di Kota Bandung mencapai 66% dari jumlah sampah kota (BPS 2003). Bila rumah tangga sudah melakukan 3R maka jumlah sampah kota bisa dipastikan akan menurun. Karena itu diperlukan analisis karakteristik pada tingkat rumah tangga terhadap pengelolaan persampahan kota, untuk melihat tingkat partisipasi pada pengelolaan sampah rumah tangga dan tingkat kesediaan untuk berpartisipasi.

Berdasarkan kerangka pemikiran terdapat lima kelompok yang terlibat dalam pengelolaan persampahan kota yaitu: (1) kelompok penghasil sampah, (2) kelompok pemanfaat sampah, (3) kelompok pengelola sampah, (4) kelompok pemerhati lingkungan dan (5) pemerintah. Pada kelompok penghasil sampah yang terdiri dari rumah tangga akan dianalisis hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan pengelolaan sampah rumah tangga. Pada kelompok pengelola yang terdiri dari tingkat RT, RW, kelurahan dan kecamatan; akan dianalisis hubungan karakteristik individu ketua dan lembaga terhadap pengelolaan sampah. Pada Perusahaan Daerah Kebersihan yang akan dikaji adalah kapasitas organisaasi meliputi: aspek kepemimpinan, manajemen, sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan dan manajemen, aspek pelayanan dan hubungan eksternal. Pada kelompok pemanfaat sampah yang terdiri dari pemulung, bandar/ lapak, pengusaha daur ulang dan pengusaha kompos akan dianalisis potensi dan kendala

(3)

yang dihadapi. Kelompok pemerhati lingkungan dan pemerintah tidak dianalisis, tetapi diikut sertakan dalam lokakarya untuk membangun skenario pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan kota berbasis partisipasi masyarakat.

3.3. Rancangan Penelitian

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari observasi terhadap responden sampel. Responden sampel terdiri dari kepala rumah tangga, ketua rukun tetangga (RT), ketua rukun warga (RW), lurah, dan camat. Pemilihan responden dilakukan dengan metode sampling acak klaster (random cluster sampling). Data primer diperoleh dari pemulung, bandar, lapak, pengusaha kompos, pengusaha barang daur ulang, dan lembaga swadaya masyarakat.

Seluruh camat dari 26 kecamatan di Bandung terpilih sebagai responden. Dari setiap kecamatan, dipilih secara acak satu kelurahan. Kelurahan yang terpilih ditetapkan lurahnya sebagai sampel. Kelurahan dengan lurah yang terpilih sebagai sampel dipilih lagi secara acak satu rukun warga. Ketua dari rukun warga terpilih dijadikan sebagai sampel. Dari rukun warga terpilih, dipilih secara acak satu rukun tetangga (RT). Ketua dari rukun tetangga tersebut dijadikan sampel. Dari rukun tetangga terpilih dipilih secara acak 20 rumah tangga. Kepala dari rumah tangga terpilih dijadikan sebagai sampel, sehingga jumlah sampel adalah 26 camat, 26 lurah, 26 ketua RW, 26 ketua RT dan 520 kepala rumah tangga (Gambar 9).

Kecamatan sebagai lokasi sampel dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu kepadatan tinggi (jumlah penduduk lebih dari 200 jiwa per hektar), wilayah dengan kepadatan sedang (jumlah penduduk adalah 100 sampai 200 jiwa per hektar) dan wilayah dengan kepadatan rendah (jumlah penduduk kurang dari 100 jiwa per hektar). Pada Gambar 10 ditunjukkan lokasi wilayah sampel terpilih yaitu wilayah dengan kepadatan tinggi berwarna merah, kepadatan sedang berwarna kuning dan kepadatan rendah berwarna hijau.

(4)

Tabel 1 Jumlah responden dan metode pengumpulan data

No Responden Jumlah Metode pengumpulan data

1. Kepala rumah tangga 520 orang kuesioner dan wawancara 2. Ketua rukun warga (RT) 26 orang kuesioner dan wawancara 3. Ketua rukun warga (RW) 26 orang kuesioner dan wawancara

4. Lurah 26 orang kuesioner dan wawancara

5. Camat 26 orang kuesioner dan wawancara

6. Pemulung 100 orang kuesioner dan wawancara

7. Bandar 20 orang kuesioner dan wawancara

8. Pengusaha Daur Ulang 4 orang wawancara 9. Pengusaha kompos 3 orang wawancara 10 Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM)

4 LSM wawancara

Penentuan jumlah sampel pemulung berdasarkan pada perhitungan dengan menggunakan rumus penentuan sampel. Penentuan sampel berdasarkan populasi diketahui, menggunakan rumus: n = N/ (N x d2) + 1 (Riduwan dan Akdon 2006), dimana n merupakan jumlah anggota sampel, N adalah jumlah anggota populasi dan d adalah tingkat presisi. Jumlah populasi pemulung telah diketahui yaitu 5782 orang (BPS 2003). Bila tingkat presisi (taraf nyata) adalah 10%, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah 5782/ {5782 x (0.1)2} + 1 = 98,299. Jumlah sampel pemulung dibulatkan menjadi 100 orang.

Penentuan sampel selain pemulung ditentukan denga n perkiraan dan alasan kemudahan karena jumlah populasi tidak diketahui. Jumlah responden pengusaha daur ulang sampah adalah empat orang, sedangkan jumlah responden pengusaha kompos hanya tiga orang. Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang pengelolaan persampahan diwakili oleh empat LSM. Jumlah sampel dan metode pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.

(5)

26 orang Camat dari 26 Kecamatan terpilih seluruhnya sebagai responden

C1 C2 C3 ... ... ... ... C26

26 orang lurah terpilih secara acak dari setiap kecamatan

L1 L2 L3 ... ... ... ... L26

26 orang ketua RW terpilih secara acak dari setiap kelurahan terpilih sebelumnya

KRW1 KRW2 KRW3 ... ... ... ... KRW26

26 orang ketua RT terpilih secara acak dari setiap rukun warga (RW) terpilih sebelumnya KRT1 KRT2 KRT3 ... ... ... ... KRT26 Dari tiap RT terpilih, secara acak diambil 20 orang kepala rumah tangga RT1 RT2 RT3 ... RT20 RT1 RT2 RT3 ... RT20 Keterangan:

C1 sampai C26 : Camat dari Kecamatan 1 sampai dengan Kecamatan 26 L1 sampai L26 Lurah dari Kelurahan 1 sampai dengan Kelurahan 26 KRW1 sampai KRW26 : Ketua Rukun Warga dari RW1 sampai RW26 KRT1 sampai KRT26 : Ketua Rukun Tetangga dari RT1 sampai RT26

RT 1 sampai RT20: Kepala rumah tangga pada rumah ke 1 sampai rumah ke 20.

Gambar 8 Sampling responden sampel camat, lurah, ketua RW, ketua RT dan kepala rumah tangga (hasil analisis)

Data sekund er berupa data jumlah sampah dan data jumlah penduduk. Data tersebut diperoleh dari PD Kebersihan dan Badan Pusat Statistik (BPS Kota Bandung).

(6)

Gambar 9 Lokasi sampel responden rumah tangga, rukun tetangga, rukun warga, kelurahan dan kecamatan terpilih

3.3.2. Variabel/ Peubah yang Diamati

Variabel atau peubah yang diamati berbeda pada setiap kelompok reponden. Pada tingkat rumah tangga dengan jumlah sampel 520 kepala rumah tangga variabel yang diamati adalah profil (data umum) responden. Profil responden meliputi usia, tingkat pendapatan pendidikan dan pekerjaan serta kondisi rumah tangga. Data cara pengelolaan sampah rumah tangga meliputi tingkat timbulan sampah dan cara penanganan sampah di sumber serta biaya yang dikeluarkan untuk penanganan sampah. Data persepsi tentang partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah kota meliputi tingkat pengetahuan tentang 3R dan kesediaan melakukan 3 R (Tabel 2).

(7)

Tabel 2 Variabel yang diamati Responden Komponen pengamatan Variabel Tingkat rumah tangga

Profil kepala rumah tangga

Usia

Tingkat pendapatan Pendidikan

Pekerjaan

Kondisi rumah tinggal

Pengelolaan sampah Tingkat timbulan sampah (jumlah sampah)

Cara penanganan sampah di sumber Biaya untuk penanganan sampah Persepsi tentang partisipasi masyarakat Pengetahuan tentang 3 R Kesediaan melakukan 3R Tingkat Rukun Tetangga, Rukun Warga, Kelurahan dan Kecamatan Profil Usia Pendidikan Pekerjaan

Pengelolaan sampah Penyediaan pelayanan sampah Tingkat pelayanan

Biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan

Sumber biaya

Topik sosialisasi pengelolaan sampah Hubungan dengan pihak lain

Pemulung, bandar (lapak)

Profil Usia

Pendidikan

Pendapatan per hari

Jenis barang yang dipulung/ dijual Harga barang yang dipulung/ dijual Pabrik daur ulang/

kompos

Profil Jenis usaha

Sumber bahan baku Produk

Harga jual produk Lembaga Swadaya

Masyarakat

Profil Bentuk kegiatan Bentuk pelayanan Pembinaan Perusahaan Daerah

Kebersihan

Kapasitas organisasi Kepemimpinan Manajemen

Sumberdaya manusia Sumberdaya keuangan Cara pelayanan

(8)

Pada tingkat RT, RW, kelurahan dan kecamatan vaiabel yang diamati adalah data umum (profil) dan pengelolaan sampah. Pada aspek pengelolaan sampah variabel yang diamati meliputi penyediaan pelayanan sampah, tingkat pelayanan, biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan, sumber biaya, topik sosialisasi pengelolaan sampah dan hubungan dengan pihak luar.Pada tingkat pemulung dan lapak variabel yang diamati meliputi barang dipulung atau dijual, harga, jenis/ macam barang, pendapatan per hari. Pada tingkat pabrik daur ulang dan kompos, variabel yang diamati adalah sumber bahan baku, produk dan harga jual. Pada tingkat LSM, aspek yang diamati adalah bentuk kegiatan, bentuk pelayanan dan pembinaan.

Pada tingkat PD Kebersihan variabel yang diamati meliputi kepemimpinan, manajemen, sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan dan cara pelayanan serta hubungan dengan pihak luar (Tabel 2).

3.3.3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis statistik, analisis deskriptif, analisis kelembagaan dengan menggunakan Organisasional Capacity Assessment Tool (OCAT), analisis prospektif. Gambar 11 memperlihatkan diagram metode yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis statistik dengan menggunakan uji khi kuadrat (chi-square test) dilakukan terhadap data sampel rumah tangga, ketua RT, ketua RW, lurah dan camat. Variabel pengamatan dari sampel diklasifikasikan/tabulasi secara silang (cross-classified/cross-tabulation) menurut dua kriteria. Hasilnya adalah kriteria/variabel klasifikasi tidak saling bebas (ada hubungan) atau tidak ada hubungan. Analisis deskriptif dilakukan terhadap sampel pemulung, lapak, bandar, pengusaha kompos/ daur ulang dan LSM. Hasil dari analisis adalah peran dari responden sampel tersebut terhadap pengelolaan sampah kota yang berbasis partisipasi masyarakat.

(9)

Analisis kelembagaan dengan menggunakan Organisasional Capacity Assessment Tool (OCAT) terhadap PD Kebersihan dilakukan baik oleh peneliti maupun pihak PD Kebersihan. Hasil dari asesmen ini adalah level atau tingkat kapasitas organisasi pada saat ini. Analisis prospektif dilakukan dengan metode lokakarya. Hasil analisis adalah skenario yang diperoleh untuk menentukan model pengembangan kelembagaan yang berbasis partisipasi masyarakat pada pengelolaan sampah.

Rumah tangga dari wilayah dengan kepadatan tinggi

Rumah tangga dari seluruh wilayah Kota Bandung

Analisis statistik Analisis deskriptif Organisasional Capacity Assessment Tool (OCAT) Analisis prospektif dengan metode lokakarya Rumah tangga dari wilayah

dengan kepadatan rendah

Rumah tangga dari wilayah dengan kepadatan sedang

RT, RW, Kelurahan, Kecamatan

Pemulung / Bandar (Lapak)

Pengusaha daur ulang/ kompos

Lembaga Swadaya Masyarakat

Perusahaan Daerah Kebersihan

(10)

3.3.3.1. Analisis Statistik dengan Uji Khi-kuadrat

Uji khi-kuadrat ini pada hakikatnya adalah uji keselarasan (goodness of fit tests). Baik-buruknya keselarasan antara frekuensi- frekuensi yang teramati dan yang diharapkan ditentukan dengan cara memperbandingkan ukuran keselarasan hasil perhitungan terhadap suatu harga yang sesuai pada suatu distribusi yang dikenal sebagai distribusi kai-kuadrat (chi-square distribution). Asumsi- yang mendasari uji kai-kuadrat yaitu data terdiri atas sebuah sampel acak sederhana berukuran n dari suatu populasi yang diminati (Agresti & Finlay 1997)

Hasil- hasil pengamatan dalam sampel diklasifikasikan/tabulasi secara silang

(cross-classified/cross-tabulation) menurut dua kriteria, sehingga masing- masing

hasil pengamatan memenuhi salah satu kriteria. Hipotesis yang diuji (Ho) adalah kedua kriteria/variabel klasifikasi saling bebas (tidak ada hubungan), dan hipotesis tandingan (H1) adalah kedua kriteria/variabel klasifikasi tidak saling bebas (ada hubungan). Dasar pengambilan keputusan adalah jika Chi Square lebih kecil dari Chi Square Tabel, maka Ho diterima, bila Chi Square lebih besar dari Chi Square Tabel, maka Ho ditolak. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas adalah jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak (Santoso 2000).

3.3.3.2. Organisational Capacity Assessment Tool (OCAT)

Organisational Capacity Assessment Tool (OCAT) merupakan tool yang didisain untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan relatif organisasi, tool ini menyediakan informasi dasar yang dibutuhkan untuk mengembangkan atau melakukan intervensi/ pengembangan. Sebagai alat OCAT dapat digunakan untuk memantau kemajuan organisasi. Alat ini dapat dibakukan untuk digunakan lintas organisasi. Organisational Capacity Assessment Tool (OCAT) sebagai alat asesmen organisasi dimaksudkan untuk mengkaji secara partisipatif tetapi dapat dilakukan dengan cara penilaian oleh pihak dari luar organisasi (eksternal). Tim pengkaji terdiri dari anggota organisasi dan beberapa anggota eksternal. Aspek yang diberi nilai/skor meliputi Governance, Management Practice, Human

(11)

Resources, Financial Resources, Service Delivery & External Relations.(Booth et al. 1998, GTZ 2005).

Lembaran asesmen (assessment sheet) berisi skor dari setiap aspek organsiasi. Pemberian skor dengan skala 0 sampai 6 dengan arti skor seperti disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 Skor untuk asesmen analisis kelembagaan dengan OCAT (GTZ 2005)

Skor Arti

0 tidak tersedia data, informasi tidak tersedia untuk asesmen 1 baru berjalan seadanya

2 hasilnya masih jauh dari yang diharapkan 3 hasilnya sudah ada namun belum maksimal 4 memerlukan perbaikan agar hasil dapat maksimal 5 memerlukan sedikit perbaikan agar hasil maksimal 6 tidak perlu perbaikan

Hasil dari pemberian skor ini disajikan secara grafik. Hasil dari pemberian skor dirata-ratakan untuk setiap aspek organisasi. Skor akhir diberikan skala rate yang menggambarkan tingkat organisasi (stages of development) disajikan pada tabel 4 berikut.

Tabel 4 Skala rating disetarakan dengan tingkat pengembangan (GTZ 2005)

Rating Tahap

0 – 1,4 Nascent (baru muncul)

1,5 – 2,9 Emerging (akan berkembang)

3 – 4,4 Expanding (pengembangan)

4,5 – 6 Mature (dewasa)

3.3.3.3. Analisis Prospektif Metode Lokakarya

Analisis prospektif ini dapat digunakan untuk mempersiapkan tindakan strategis dan melihat apakah perubahan dibutuhkan di masa depan (Treyer 2003).

(12)

Tahapan analisis prospektif dengan metode lokakarya adalah (1) menerangkan tujuan studi; (2) identifikasi kriteria; (3) analisis pengaruh antar faktor; (4) membuat keadaan suatu faktor; (5) membangun dan memilih skenario; (6) implikasi skenario.

Pada tahap pertama dilakukan penjelsan dari tujuan studi kepada peserta lokakarya. Selanjutnya, pada tahap kedua dilakukan identifikasi kriteria-kritera. Seluruh kriteria yang diajukan peserta didiskusikan, kemudian ditetapkan kriteria yang terpilih untuk ditetapkan sebagai faktor. Setelah faktor ditetapkan, dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu analisis antar faktor. Seluruh peserta lokakarya memberikan penilaian terhadap faktor. Nilai hubungan antar faktor ditetapkan sebagai berikut: untuk dua faktor yang tidak ada saling pengaruh diberi nilai nol, sedangkan bila ada pengaruh antar faktor diberi nilai satu sampai tiga, nilai makin tinggimenunjukkan pengaruh makin kuat. Penilaian antar faktor pada analisis prospektif disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Skor atau nilai pengaruh antar faktor pada analisis prospektif (Treyer 2003, Godet 2000)

Skor Keterangan

0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh besar

Hasil penilaian peserta dirata-ratakan untuk mendapat satu hasil penilaian. Hasil penilaian ini kemudian dimasukkan kedalam software analisis prospektif untuk mendapatkan faktor kunci. Faktor yang menjadi kunci adalah faktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan yang tinggi.

Tahap selanjutnya adalah membuat keadaan atau state dari faktor kunci. Keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi. Selanjutnya, dari keadaan ini disusun skenario yang mungkin terjadi dan kemudian dibahas implikasi dari skenario.

Gambar

Gambar 7 Peta wilayah Kota Bandung
Tabel 1  Jumlah responden dan metode pengumpulan data
Gambar 8  Sampling  responden sampel camat, lurah, ketua RW, ketua RT dan  kepala rumah tangga (hasil analisis)
Gambar 9  Lokasi sampel responden rumah tangga, rukun tetangga,                     rukun warga, kelurahan dan kecamatan terpilih
+4

Referensi

Dokumen terkait

negarawan rnerniliki kelruasaan yang tidal; daoat ditarldingi yaitu cmrang yang dfsuafx ma% dis!ntegrzsl yang hebt d m tjdak dapst. tertotctny i ~ j i dengan

Pembimbing penulisan skripsi saudara Rudi Wahyudi, NIM: 20402108078, Mahasiswa Jurusan/Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Dan plot ketiga menyatakan hubungan dengan sikap pada ekowisata yaitu iklan Central ( Means 4,75),dan variable dependent x3,angka signifikansi di bawah 0,05

Berdasar uraian masalah yang dijelaskan, penelitian ini dilakukan pada siswa mekanik alat berat, adapun tujuan penelitian untuk mengetahui apakah pembelajaran

dari guru, mengerjakan tugas dengan baik, dan berdiskusi, sedangkan respon peserta didik secara negatif dapat dilihat dari peserta didik dalam proses pembelajaran

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu: bagian pertama berhubungan dengan mutu pelayanan dari program PROLANIS berdasarkan

Penelitian Yang dilakukan oleh Candra Agustina, 2015 “ Aplikasi Game Pendidikan Berbasis Android Untuk Memperkenalkan Pakaian Adat Indonesia ” Penelitian ini

Perjanjian yang sangat fenominal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad di Madinah dalam rangka pembentukan sebuah negara adalah perjanjian dengan 12 kelompok masyarakat yang diwakili