• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pinjaman Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (Pnpm-mp) Terhadap Konsumsi Rumah Tangga Di Kota Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pinjaman Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (Pnpm-mp) Terhadap Konsumsi Rumah Tangga Di Kota Tasikmalaya."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PINJAMAN BERGULIR

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP) TERHADAP

KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KOTA TASIKMALAYA

Devi Nafiana, S.STP

1

, Dr. Ramalis Sobandi

2

, Pipit Pitriyan, SE, M.Si

3

1

Magister Ekonomi Terapan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran 2

Magister Ekonomi Terapan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran 3

Magister Ekonomi Terapan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran

Abstrak. This research aimed to determine the effect of revolving loan National Program for Urban Community Empowerment (PNPM-MP) on household consumption in Tasikmalaya City. The data used in the form of a cross section of 110 sample households Survey results to the research area in 2012. The analysis model used is the Ordinary Least Square (OLS) model using Eviews Application with the dependent variable of households consumption. Measured per capita consumption level of average expenditure per capita per month are taken through the interview in the form of food and non-food expenditure. The independent variables used of revolving loan capital amounts PNPM-MP received household and household characteristics revolving loan recipients. The results show that revolving loan is significant and positive effect on household consumption. Another significant variable is the household composition of number below age 15, marital status heads of households and rural classification, negatively. Dummy variables educational secondary schools and senior high school are positive. While the other variables were not significant.

Keyword : Revolving Loan, PNPM-MP, Consumption

I.

Pendahuluan

(2)

pola hidup konsumtif serta penyebab kemiskinan yang berasal dari dalam diri pribadi, misalnya kemalasan, rendahnya semangat kerja, Ketiga, berbagai kerapuhan, kepincangan dan kesenjangan struktural dalam masyarakat mempengaruhi ketidakmampuan masyarakat memenuhi kebutuhan sendiri (kemiskinan sistematis/kemiskinan struktural).

Sejak tahun 1994 berbagai usaha penanggulangan kemiskinan telah diimplementasikan oleh pemerintah dengan berbagai program pembangunan, seperti program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Jaring Pengaman Sosial (JPS) dan PNPM Mandiri mulai tahun 2007 yang berusaha untuk mengintegrasikan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan di Indonesia.Tujuan semua program-program tersebut adalah untuk merubah nasib masyarakat miskin ke arah yang lebih sejahtera dalam seluruh aspek kehidupannya.

Model-model yang umumnya digunakan untuk mengukur tingkat Kesejahteraan di indonesia, diantaranya menggunakan Model Tingkat Konsumsi, Model Kesejahteraan Keluarga, dan Model Pembangunan Manusia. Inti dari Model Tingkat Konsumsi adalah membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan "garis kemiskinan" (GK) yaitu jumlah rupiah untuk konsumsi per orang per bulan. Tingkat konsumsi yang dimaksud merupakan standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan

Model Tingkat Konsumsi sering kali dijadikan instrumen untuk pengukuran tingkat kemiskinan masyarakat di Indonesia. Coudovel et al dalam Hajiji (2010) mengungkapkan bahwa konsumsi merupakan indikator yang lebih baik untuk mengukur kemiskinan karena Konsumsi lebih merefleksikan standar hidup yang sebenarnya dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pengeluaran untuk konsumsi tidak hanya merefleksikan barang dan jasa yang bisa dibeli oleh rumahtangga, tapi juga kemungkinan rumahtangga tersebut bisa mengakses pasar kredit ketika pendapatannya rendah.

(3)

II.

Kajian Literatur

Salah satu perangkat yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi anggaran untuk tujuan pembangunan, fungsi distribusi pendapatan dan subsidi dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, dan juga fungsi stabilisasi ekonomi makro di dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Peran yang amat penting dari kebijakan fiskal adalah peran redistribusi dan alokasi anggaran Pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Menurut Rosen, 2005 ada dua jenis program kesejahteraan di Amerika Serikat yaitu (1) Program untuk rakyat miksin (Programs for the poor) merupakan program kesejahteraan yang hanya diperuntukan bagi masyarakat dengan kategori tertentu (means-tested) yaitu individu atau masyarakat yang memiliki pendapatan rendah dan memenuhi persyaratan lain yang berkaitan dengan struktur keluarga dan aset. (2) Program jaminan sosial (Social Security Programs) merupakan prorgam kesejahteraan yang diperuntukan bagi semua masyarakat.

Perlindungan Sosial saat ini berkembang dan dianggap sebagai hak azasi, bukan lagi sebagai belas kasihan atau hadiah (charity). Dan merupakan isu penting dalam melindungi kelompok miskin (poor) dan rentan terhadap berbagai faktor yang mendorong timbulnya kerawanan sosial (Subbarao,K (2001))

Upaya mengatasi kemiskinan tidak cukup hanya dengan meningkatkan social Protection saja, tetapi diperlukan upaya lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya resiko mendorong pendekatan baru dalam melihat social protection dari ex-post poverty menjadi ex-ante vulnerability, atau dari masalah mengatasi kemiskinan yang terjadi menyiapkan agar kelompok yang tidak rentan tidak menjadi miskin.

Program PNPM Mandiri Perkotaan merupakan implementasi kebijakan di yang termasuk kategori mean tested program, dengan konsep dasar Perlindungan sosial atau program yang dikhususkan bagi masyarakat miskin. (Program for the poor) yang bertujuan untuk merespon kerentanan dalam skala komunitas, diantaranya dana sosial berbasis masyarakat. Lembaga-lembaga yang dikelola komunitas setempat berfungsi untuk memberdayakan warga melalui penyediaan dana bagi kegiatan-kegiatan skala kecil, seperti pembangunan fasilitas umum atau usaha ekonomi produktif

Metodologi untuk mengukur garis kemiskinan telah banyak digunakan dan diaplikasikan dalam konteks negara berkembang, yaitu garis kemiskinan makanan dan non makanan. Van de Walle (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Testing Vietnam’s Public Savety Net menyebutkan bahwa: Program pengaman sosial sangat penting untuk negara berkembang seperti vietnam, yang berada pada transisi ekonomi. Menggunakan data panel, penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah transfer sosial tersebut membantu masyarakat miskin keluar dari kemiskinan dan apakah program tersebut melindungi masyarakat non miskin dari menjadi miskin. Penelitian ini juga melihat peran dari program transfer dalam penurunan angka kemiskinan di era tahun 1990-an. Dengan menggunakan model konsumsi sebagai variabel dependen, hasil penelitian menunjukan Program jaring pengaman di Vietnam telah memberikan kontribusi terhadap penurunan kemiskinan antara tahun 1993-1998.

(4)

Cash and In-Kind Transfer bulanan.dibandingkan dengan nilai sebelum mendapatkan transfer, dalam kesejahteraan rumah tangga yang diukur dari penjumlahan pengeluaran makanan dan total konsumsi, ketersediaan tenaga kerja dan kemiskinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa transfer memiliki dampak positif pada total konsumsi (makanan dan bukan makanan). Transfer, baik cash maupun in-kind transfer tidak mempengaruhi partisipasi dalam kegiatan pasar tenaga kerja. Namun, ditemukan bahwa transfer memiliki dampak yang signifikan terhadap alokasi waktu antara kegiatan pertanian dan nonpertanian. Seperti dengan konsumsi, tidak ditemukan perbedaan efek dari transfer in-kind atau tunai pada penawaran tenaga kerja.

III.

Metode

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan analisis Deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Metode analisis kualitatif memaparkan pembahasan deskriptif terhadap variabel yang diteliti berdasarkan data primer dan studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian. Metode analisis kuantitatif menggunakan model ekonometrika Ordinary Least Square (OLS) berdasarkan kerangka model penelitian yang ditentukan dalam persamaan regresi. Metode penarikan sampel dilakukan secara Proporsional Random Sampling yaitu dengan mengambil sampel rumah tangga penerima bantuan secara acak yang tersebar di Kota Tasikmalaya. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Cross Section. berupa data primer dengan 110 sampel rumah tangga penerima bantuan pinjaman bergulir pada tahun 2011 yang tersebar di 69 kelurahan di Kota Tasikmalaya. Survey dilakukan pada tahun 2012, karena untuk melihat pengaruhnya terhadap konsumsi di tahun berikutnya. Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan metode Regresi Data cross section Model penelitian yang ditentukan dalam persamaan regresi diharapkan memenuhi kriteria statistik (angka R2, Statistik F, uji t) dan asumsi-asumsi klasik (multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokolerasi) sehingga menghasilkan estimator yang linear tidak bias dengan varian yang minimum.

Kemudian model yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

LnCi = βoi + β1PNPMi + β2Agei + β3Malei+ β4Age_15i+ β5Age_60i + β6SDi +

β7SLTPi + β8SLTAi+ β9SLTA_Plusi + β10Marriedi+ β11Rurali + εi

(5)

IV.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran umum lokasi penelitian adalah sebagai berikut Luas resmi wilayah Administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya adalah 17.156 Ha (171,56 Km2). Secara geografis memiliki posisi yang strategis, yaitu berada pada 1080838 - 1082402 Bujur Timur dan 710 - 72632 Lintang Selatan di bagian tenggara wilayah Propinsi Jawa Barat. Kedudukan atau jarak Kota Tasikmalaya dari ibukota Provinsi Jawa Barat, yaitu Bandung,  105 Km dan dari ibukota negara, yaitu Jakarta,  255 Km. Kota Tasikmalaya sudah sejak tahun 2008 terdiri dari 10 kecamatan, dengan jumlah kelurahan sebanyak 69 kelurahan dan terdiri dari 759 rukun warga (RW) dan 3.204 rukun tetangga (RT). Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 apabila dibandingkan dengan tahun 2009, maka ada pertambahan sebesar 1,64% atau 10.254 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Tasikmalaya sebanyak 635.464 jiwa, sementara jumlah rumahtangga pada tahun 2010 sebanyak 165.568 rumahtangga. Dengan banyaknya anggota per rumahtangga antara 3 sampai 4 orang. Hal ini jelas sangat mempengaruhi beban dari setiap rumahtangga, karena dengan semakin banyaknya anggota rumahtangga jelas akan meningkatkan beban tanggungan dari rumahtangga tersebut. Dengan luas wilayah 171,56 Km² menjadikan setiap Km² nya rata-rata dihuni oleh 3.704 jiwa dengan sebaran yang tidak merata pada setiap kecamatannya. Kepadatan penduduk terakumulisasi di daerah perkotaan, khususnya di Kecamatan Cihideung dan Tawang dengan tingkat kepadatan penduduk setiap Km² nya masing-masing mencapai 13.495 jiwa dan 11.845 jiwa sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Kawalu yang hanya didiami oleh 2.065 jiwa setiap Km².

Jumlah dana bergulir PNPM-MP memiliki modal awal sebesar Rp.4.761.400.000 telah berkembang menjadi Rp.16.392.707.775 pada tahun 2011 yang disalurkan kepada 6.540 KSM dengan 29.191 orang penerima manfaat dan tingkat pengembalian rata-rata 80%. Bidang sosial yaitu pemberian santunan, sembako, beasiswa, perbaikan gizi, posyandu, pelatihan dsb telah dirasakan oleh sekitar 57.113 orang penerima manfaat. Bidang lingkungan yang sudah dilakukan yaitu betonisasi jalan lingkungan sekitar 1.029 KM, saluran irigasi 7,7 KM, pipanisasi dan saluran pembuangan limbah 6,2 KM, rehabiltasi rumah,MCK,jamban dan sumur sekitar 3174 unit. Hingga tahun 2012 ini, jumlah dana bergulir yang disalurkan telah berkembang menjadi Rp 23.172.578.775, dan dengan penerima manfaat 37.661 orang anggota KSM.

Untuk melihat efektivitas dari pemberian bantuan modal berupa pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada penelitian ini estimasi model menggunakan model OLS dengan menggunakan satu variabel dependen, yaitu Konsumsi Per Kapita, dan dua belas variabel independen, diantaranya variabel PNPM, Usia Kepala Rumah Tangga, Jenis kelamin Kepala Rumah Tangga, Anggota Rumah Tangga Usia Di Bawah 15 Tahun, Anggota Rumah Tangga Usia di Atas 60 Tahun, dummy pendidikan yang terbagi atas: pendidikan SD, SLTP, SLTA, dan SLTA Plus, serta Dummy status pernikahan kepala rumah tangga dan domisili kepala rumah tangga.

(6)

Variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan diantaranya: Anggota rumah tangga yang berusia di bawah 15 tahun berpengaruh secara negatif terhadap konsumsi per kapita rumah tangga sebesar 0,18%, pendidikan SLTP berpengaruh secara positif sebesar 0,36%, pendidikan SLTA berpengaruh secara positif sebesar 0,475%, pendidikan SLTA Plus juga berpengaruh positif sebesar 0,696% terhadap konsumsi per kapita rumah tangga, sedangkan variabel Married atau status perkawinan kepala rumah tangga berpengaruh secara negatif dan signifikan sebesar 0,32% serta rural atau domisili rumah tangga di daerah pedesaan berpengaruh secara negatif sebesar 0,40% terhadap konsumsi per kapita rumah tangga.

Jumlah pinjaman modal bergulir PNPM-MP yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap konsumsi per kapita sesuai dengan apriori expectation dari pemberian bantuan berupa cash transfer diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan melalui pemenuhan konsumsi. Beberapa karakteristik rumah tangga juga berpengaruh sesuai dengan hipotesis penelitian, diantaranya tingkat pendidikan yang berpengaruh secara positif terhadap konsumsi per kapita, walaupun untuk variabel SD tidak signifikan, Usia dan jenis Kelamin kepala rumah tangga juga berpengaruh tidak signifikan terhadap konsumsi perkapita, walaupun sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa usia dan jenis kelamin kepala rumah tangga berpengaruh secara positif, namun dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut tidak signifikan. domisili rumah tangga yang tinggal di pedesaan juga sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu berpengaruh negatif terhadap konsumsi per kapita namun tidak signifikan. Ada perbedaan hipotesis dengan hasil penelitian yaitu status perkawinan kepala keluarga dimana pada hipotesis penelitian disebutkan berpengaruh secara positif, sedangkan hasil estimasi menunjukan bahwa kepala keluarga yang menikah justru berpengaruh negatif terhadap tingkat konsumsi perkapita hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya rumah tangga yang hanya memiliki satu saja sumber penghasilan atau satu orang saja di dalam keluarga yang bekerja dan mendapatkan penghasilan. sedangkan hasil pengujian statistik, menunjukan bahwa Uji Koefisien Determinasi dari model estimasi di atas adalah sebesar 47%. Hal ini menunjukan determinan yang digunakan pada model mampu menjelaskan 47% variabilitas pada konsumsi. Sedangkan 53% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Dari hasil pengujian t-statistik pada persamaan konsumsi dapat diketahui variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi per kapita adalah pemberian pinjaman bergulir PNPM-MP dan Status Pernikahan kepala rumah tangga pada tingkat kepercayaan 90%, Dummy pendidikan SLTP pada tingkat kepercayaan 95%, dan untuk Jumlah Anggota Rumah Tangga berusia dibawah 15 tahun, Dummy pendidikan SLTA dan SLTA Plus serta dummy daerah pedesaan dan intercept seluruhnya pada tingkat kepercayaan 99%. Dan berdasarkan hasil Uji-F Model OLS, variabel-variabel independen pada seluruh model secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel dependen pada tingkat kepercayaan 99%. Untuk pengujian asumsi klasik, dapat dipastikan bahwa data tidak mengandung masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

V.

Kesimpulan

(7)

signifikan, jumlah anggota rumah tangga yang berusia di bawah 15 tahun sesuai dengan hipotesis penelitian berpengaruh secara negatif dan signifikan sebesar 0,18%, jumlah anggota rumah tangga yang berusia di atas 60 tahun sesuai dengan hipotesis penelitian berpengaruh secara negatif tetapi tidak signifikan, tingkat pendidikan Sekolah Dasar berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, tingkat pendidikan pada tingkatan SLTP, SLTA dan SLTA Plus sangat berpengaruh secara positif dan signifikan. hal ini sesuai dengan hipotesa penelitian bahwa tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan dan positif salam peningkatan konsumsi rumah tangga. Tingkat pendidikan yang paling berpengaruh secara positif adalah SLTA Plus sebesar 0,697%. Hal ini berarti bahwa pendidikan keterampilan dan keahlian baik formal maupun non formal dapat membantu meningkatkan produktifitas seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan serta konsumsi rumah tangganya. Sedangkan variabel status perkawinan kepala rumah tangga yang menikah dan domisili rumah tangga di pedesaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Maka, penulis memberikan rekomendasi kebijakan sebagai berikut:

1) Perlu dilakukan evaluasi yang lebih mendalam terhadap pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan, untuk selanjutnya menjadi bahan acuan kebijakan pengembangan sistem dan desain program agar lebih mengena kepada tujuan akhir yaitu pengurangan angka kemiskinan.

2) Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, perlu dibarengi dengan sosialisasi serta pemahaman yang kuat di masyarakat, bahwa program pemberdayaan masyarakat PNPM-MP ini, bukan hanya sekedar program bantuan sosial yang bersifat sementara.

3) Dukungan pemerintah dan tokoh masyarakat secara bersama-sama diperlukan terutama dalam pengembangan sistem dan desain program, penyediaan pendampingan serta pendanaan stimulan dalam wadah PNPM-MP diharapkan akan mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya menanggulangi kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja secara berkelanjutan.

4) Beragamnya potensi lokal di Kota Tasikmalaya, seperti batik Tasik, bordir Tasik, payung Geulis, Curug Tonjong, dan berbagai pesona alam dan kuliner lainnya, seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan potensi lokal perlu lebih dioptimalkan untuk mendukung program penanggulangan kemiskinan.

5) Diharapkan PNPM-MP kedepan menjadikan masyarakat Kota Tasikmalaya khususnya menjadi semakin mandiri. Mandiri dalam arti masyarakat memiliki kecukupan pangan, sandang, mulai bisa membuat rumah sederhana, bisa menyekolahkan putra-putrinya secara lebih baik tanpa kendala biaya, bisa berobat tanpa harus dipungut biaya tinggi dan gratis bagi yang miskin, mendapatkan keamanan dan ketentraman serta lingkungan yang baik.

VI.

Ucapan Terimakasih

(8)

ekonomi. (5) Para Relawan PNPM-MP Kota Tasikmalaya, Bpk Riga, beserta rekan (6) Rekan-rekan Karyasiswa Bappenas 2011-2012. (7) Seluruh staff Tata Usaha di program Magister Ekonomi Terapan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Abah dan Ambu yang telah memberikan dukungan selama penelitian di lapangan sampai dengan selesai. Teristimewa untuk suami tercinta : Arif Komarudin, S.Pd dan anak tersayang Khanza Arifah.

VII.

Referensi

Badan Pusat Statistik (berbagai tahun), Metadata, http://www.bps.go.id. Jakarta

Badan Pusat Statistik (berbagai tahun), Susenas, Jakarta

Bappenas (2007). Kumpulan Bahan Latihan, Pemantauan dan Evaluasi Program-program Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta.

Buku Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, Edisi September 2010.

Cahyat, Ade (2008), Bagaimana Kemiskinan Diukur; Beberapa Model Perhitungan Kemiskinan di Indonesia, Forests and Governance Programme. Vol 2 : November 2008.

Datt, Gaurav and Dean Joliffe. (1999). Determinants of Poverty in Egypt : 1997.FCND Discussion Paper, International Food Policy Research Institute.

Emran, M.Shahe and Zhaoyang Hou,(2007) Access to Market and Household Consumption : Evidence From Rural China, Departemen of Economics: George Washington University.

Ghozali, Imam, Prof,Dr (2009) Ekonometrika, Teori, Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS 17, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Gregory,N. Mankiw (2007), Principle of microeconomics, Thompson Learning.

Gujarati, Damodar (2003) Ekonometrika Dasar, terjemahan Sumarno Zain, Erlangga: Jakarta.

Hafsah, Mohammad Jafar, Dr, Ir, (2008) Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat, Institute For Religious and International Studies (Iris) Press:Bandung.

Hajiji, Ajid (2010), Keterkaitan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan dan Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Riau 2002-2008, Tesis, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Tidak Dipublikasikan.

Hasan, Erliana Dr, M,Si, Dkk (2005), Metodologi Penelitian Pemerintahan, STPDN Press: Bandung.

(9)

Hurd, Michael and Susann Rohwedder (2006), Economic Well-Being at Older Ages – Income and Consumption Based Poverty Measures, Working Paper: RAND Labor and Population.

Kuncoro, Mudradjad (2006), Ekonomi Pembangunan: Teori Masalah dan Kebijakan. Edisi ke empat. UPP STIM YKPN : Jakarta

Mas’oed, Mochtar. (2003). Politik, Birokrasi, dan Pembangunan, Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Mankiw, N. Gregory (2003) Teori Makroekonomi, Edisi Kelima, Erlangga: Jakarta.

Nachrowi, N. D dan Hardius Usman (2002) Penggunaan Teknik Ekonometri, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Nicholson, Walter (1991) Teori Ekonomi Mikro I, Terjemahan Deliarnov, Rajawali : Jakarta.

Nurhadi, Suyanto (2000), Ekonomi, Erlangga : Jakarta.

Papilaya, Eddy. (2004). Rekonstruksi Upaya Penanggulangan Kemiskinan: Melembagakan "Pro-Poor Governance" di Maluku. http://www.geocities.com/koedamati/masariku231104c.htm.

Pindyck R.S. and D.L. Rubinfeld. (1991). Econometric Models and Economic Forecasts. Third Edition. McGraw-Hill, Inc. : Singapore

Rosen, Harvey S. (2005), Publis Finance, 5th Edition, McGRAW-HILL International Editions (HSR): USA

Samuelson, Paul dan Nordhaus, (1999), Mikro Ekonomi, Ed. XIV, Erlangga, Jakarta.

Setyawan, Anton Agus. (2001). Kemiskinan di Dunia Ketiga dalam Perspektif Ekonomi Politik Internasional. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Kajian Masalah Ekonomi Pembangunan, Penerbit Balai Penelitian dan Pengembangan Ekonomi FE UMS, Volume 2 No. 2. Surakarta

Skoufias, Emanuel et al, (2008). The Impact of Cash and In-Kind Transfer on Consumption and Labor Supply – Experimental Evidence From Rural Mexico, Policy Research Working Paper: The World Bank.

Standing, G: (2001), Globalization : The Eight Crises of Social Protection, Paper Presented on ADBI Social Protection in Cambodia, The World Bank.

Stiglizt, J. E. (1998). Towards a New Paradigm for Development: Strategies, Policies, and Processes. Givens as the 1998 Prebisch Lecturer at UNCTAD, Geneva.

(10)

Suharto, Edi (2009). Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia:Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan, Alfabeta:Bandung

Suharyadi, Asep et.al (2000) The Evolution of Property During The Crisis in Indonesia 1996-1999, Policy Research Working Paper, No. 2435

Sukirno, Sadono (2000), Pengantar Teori Makroekonomi, Raja Grafindo Persada:Jakarta.

______ (2006) Makroekonomi: Teori Pengantar, Edisi Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sullivan, A., & Sheffrin, S. M. (2003). Economics: Principles in Action. Upper Saddle River, Ney Jersey 07458: Pearson Prentice Hall.

Sumardi, Muldjanto (1982) Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Prilaku Menyimpang, CV Rajawali, Jakarta.

Suparlan, Parsudi. (1995). Kemiskinan di Perkotaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith (2003). Economics Development. 8th edition. Pearson – Addison – Wesley : Edinburgh.

U.S. Bureau of the Census (1982) : Statistical Abstract of the United States 1982-1983, 103rd Edition. Washington D. C. : GPO

(11)

Lampiran

(12)
(13)

Tabel Hasil Estimasi Model Konsumsi Menggunakan Metode OLS

Dependent Variable: LNC Method: Least Squares Date: 12/21/12 Time: 07:21 Sample: 1 110

Included observations: 110

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PNPM 0.275199 0.139078 1.978733 0.0507

AGE 0.002862 0.004193 0.682512 0.4965

MALE 0.219201 0.225575 0.971743 0.3336

AGE_15 -0.180143 0.040545 -4.443023 0.0000

AGE_60 -0.144416 0.081216 -1.778175 0.0785

SD 0.138836 0.146434 0.948108 0.3454

SLTP 0.362016 0.149129 2.427539 0.0170

SLTA 0.475748 0.144595 3.290203 0.0014

SLTA_PLUS 0.696606 0.181609 3.835746 0.0002

MARRIED -0.321996 0.199281 -1.615784 0.1094

RURAL -0.365926 0.125929 -2.905817 0.0045

C 9.200080 1.878813 4.896752 0.0000

R-squared 0.472890 Mean dependent var 13.00794

Adjusted R-squared 0.413725 S.D. dependent var 0.473618

S.E. of regression 0.362643 Akaike info criterion 0.911872

Sum squared resid 12.88796 Schwarz criterion 1.206470

Log likelihood -38.15296 Hannan-Quinn criter. 1.031362

F-statistic 7.992689 Durbin-Watson stat 1.715194

(14)

Tabel Hasil Estimasi White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance untuk Model Konsumsi

Dependent Variable: LNC Method: Least Squares Date: 12/21/12 Time: 07:23 Sample: 1 110

Included observations: 110

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PNPM 0.275199 0.152017 1.810320 0.0733

AGE 0.002862 0.005013 0.570922 0.5694

MALE 0.219201 0.199162 1.100613 0.2738

AGE_15 -0.180143 0.046508 -3.873373 0.0002

AGE_60 -0.144416 0.087889 -1.643164 0.1036

SD 0.138836 0.156350 0.887982 0.3767

SLTP 0.362016 0.166589 2.173106 0.0322

SLTA 0.475748 0.161298 2.949496 0.0040

SLTA_PLUS 0.696606 0.217514 3.202583 0.0018

MARRIED -0.321996 0.162518 -1.981291 0.0504

RURAL -0.365926 0.124920 -2.929282 0.0042

C 9.200080 1.967458 4.676126 0.0000

R-squared 0.472890 Mean dependent var 13.00794

Adjusted R-squared 0.413725 S.D. dependent var 0.473618

S.E. of regression 0.362643 Akaike info criterion 0.911872

Sum squared resid 12.88796 Schwarz criterion 1.206470

Log likelihood -38.15296 Hannan-Quinn criter. 1.031362

F-statistic 7.992689 Durbin-Watson stat 1.715194

(15)

Tabel Hasil Pengujian Heteroskedasticity berdasarkan Uji Glejser

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 1.204485 Prob. F(11,98) 0.2943

Obs*R-squared 13.10054 Prob. Chi-Square(11) 0.2868

Scaled explained SS 12.26826 Prob. Chi-Square(11) 0.3438

Test Equation:

Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 12/21/12 Time: 07:22 Sample: 1 110

Included observations: 110

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2.088852 1.089830 -1.916677 0.0582

PNPM 0.190523 0.080674 2.361642 0.0202

AGE -0.002562 0.002432 -1.053379 0.2948

MALE -0.012045 0.130847 -0.092056 0.9268

AGE_15 -0.067015 0.023519 -2.849428 0.0053

AGE_60 0.011138 0.047110 0.236417 0.8136

SD -0.003599 0.084941 -0.042370 0.9663

SLTP -0.041716 0.086504 -0.482238 0.6307

SLTA -0.036616 0.083874 -0.436563 0.6634

SLTA_PLUS -0.111672 0.105345 -1.060066 0.2917

MARRIED 0.005272 0.115596 0.045606 0.9637

RURAL -0.053578 0.073047 -0.733483 0.4650

R-squared 0.119096 Mean dependent var 0.269093

Adjusted R-squared 0.020219 S.D. dependent var 0.212515

S.E. of regression 0.210356 Akaike info criterion -0.177366

Sum squared resid 4.336449 Schwarz criterion 0.117232

Log likelihood 21.75511 Hannan-Quinn criter. -0.057875

F-statistic 1.204485 Durbin-Watson stat 1.924635

(16)

Tabel Hasil Pengujian Autokorelasi berdasarkan Uji Breusch-Godfrey

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.816425 Prob. F(2,96) 0.4451

Obs*R-squared 1.839682 Prob. Chi-Square(2) 0.3986

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/21/12 Time: 07:25 Sample: 1 110

Included observations: 110

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PNPM 0.019261 0.140380 0.137205 0.8912

AGE -0.000712 0.004279 -0.166342 0.8682

MALE 0.061339 0.231108 0.265411 0.7913

AGE_15 0.004967 0.041178 0.120620 0.9042

AGE_60 0.014943 0.082303 0.181563 0.8563

SD 0.004654 0.146925 0.031673 0.9748

SLTP -0.029062 0.152436 -0.190649 0.8492

SLTA -0.011409 0.145325 -0.078506 0.9376

SLTA_PLUS -0.019898 0.182620 -0.108961 0.9135

MARRIED -0.059734 0.205323 -0.290928 0.7717

RURAL -0.021339 0.127604 -0.167226 0.8675

C -0.230099 1.892292 -0.121598 0.9035

RESID(-1) 0.140420 0.112426 1.249004 0.2147

RESID(-2) -0.047837 0.109870 -0.435393 0.6643

R-squared 0.016724 Mean dependent var -1.18E-15

Adjusted R-squared -0.116428 S.D. dependent var 0.343858

S.E. of regression 0.363324 Akaike info criterion 0.931370

Sum squared resid 12.67241 Schwarz criterion 1.275067

Log likelihood -37.22534 Hannan-Quinn criter. 1.070775

F-statistic 0.125604 Durbin-Watson stat 1.933999

(17)

Tabel Correlation Matrix Variabel Independen

PNPM AGE MALE AGE_15 AGE_60 SD SLTP SLTA SLTA_PLUS MARRIED RURAL

PNPM 1.000000 0.036487 -0.026722 0.186095 -0.003343 -0.130463 0.060193 0.075652 0.020297 0.074934 0.120418

AGE 0.036487 1.000000 -0.222046 -0.274613 0.653874 0.242097 -0.179374 -0.045824 -0.161500 -0.180810 0.182364

MALE -0.026722 -0.222046 1.000000 0.289590 -0.001679 0.098130 0.057377 0.084980 -0.070401 0.737437 -0.161382

AGE_15 0.186095 -0.274613 0.289590 1.000000 -0.281714 0.106364 -0.094464 0.063430 -0.033986 0.341147 -0.051900

AGE_60 -0.003343 0.653874 -0.001679 -0.281714 1.000000 0.197964 -0.046943 -0.066769 -0.130453 0.029405 0.245427

SD -0.130463 0.242097 0.098130 0.106364 0.197964 1.000000 -0.380058 -0.437553 -0.191315 0.203922 0.227710

SLTP 0.060193 -0.179374 0.057377 -0.094464 -0.046943 -0.380058 1.000000 -0.356348 -0.155809 -0.068134 -0.114123

SLTA 0.075652 -0.045824 0.084980 0.063430 -0.066769 -0.437553 -0.356348 1.000000 -0.179379 0.045144 -0.080064

SLTA_PLUS 0.020297 -0.161500 -0.070401 -0.033986 -0.130453 -0.191315 -0.155809 -0.179379 1.000000 -0.044122 -0.093352

MARRIED 0.074934 -0.180810 0.737437 0.341147 0.029405 0.203922 -0.068134 0.045144 -0.044122 1.000000 -0.011056

Gambar

Gambar Peta Lokasi Penelitian
Gambar Peta Sebaran Penduduk Miskin
Tabel Hasil Estimasi Model Konsumsi Menggunakan Metode OLS
Tabel Hasil Estimasi White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance  untuk Model Konsumsi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Renstra Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lebak Tahun 2019-2024 adalah dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah Organisasi Perangkat Daerah yang

Menurut Melvin (masfufah 2008: 19), Pembelajaran Active Learning tipe Team Quiz dipilih karena merupakan pembelajaran yang membuat siswa langsung terlibat dalam

Dan dosen adalah bagian dari investasi SDM bagi Perguruan Tinggi sehingga Dosen yang berkualitas akan didapat melalui proses yang cukup Panjang, yang dimulai

negarawan rnerniliki kelruasaan yang tidal; daoat ditarldingi yaitu cmrang yang dfsuafx ma% dis!ntegrzsl yang hebt d m tjdak dapst. tertotctny i ~ j i dengan

[r]

SMP IPIEMS Surabaya, adalah salah satu sekolah menengah adalah sekolah yang dijadikan lokasi oleh peneliti dalam mengembangkan materi ajar seni gamelan berbasis

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada Bab II, poin 2.7 mengenai desinfeksi untuk air media pengangkutan ikan selama proses transportasi, pada desain kali

Sementara secara tradisional terdapat beberapa jenis alat tangkap yang digunakan menangkap tuna antara lain huhate ( pole and line ), pancing ulur ( hand line ) dan pancing tonda