EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)
MANDIRI PERKOTAAN DI KELURAHAN KARANG BEROMBAK KECAMATAN MEDAN BARAT
Oleh:
MAYA PUTRI KIRANA 080902040
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul
skripi ini adalah “Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang
Berombak Kecamatan Medan Barat”.
Selawat dan salam untuk junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
menunjukkan jalan kebenaran kepada kita semua. Skripsi ini disusun untuk diajukan
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana sosial pada Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan sejumlah kekurangan
dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk kritik dan saran yang dapat
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan,
bimbingan, motivasi, informasi yang diberikan, dan jasa-jasanya sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik.
5. Bapak Harun selaku Koordinator BKM Rose di Kelurahan Karang Berombak
yang telah memberikan saya izin penelitian di Kelurahan tersebut.
6. Kak Nora selaku UPK di BKM Rose yang telah memberikan saya penjelasan
tentang pinjaman dana bergulir di Kelurahan tersebut.
7. Teristimewa untuk Ayahanda Drs. Azwir dan mama tercinta Wilvarina yang
telah mendidik, memberikan motivasi, bantuan moril maupun materil selama
perkuliahan hingga sampai tahap penyelesaian skripsi ini. Semua usaha yang
kalian lakukan untuk Maya sampai saat ini insyaallah tidak akan Maya
sia-siakan. Terima kasih untuk semua do’a yang papa dan mama panjatkan kepada
Allah SWT yang senantiasa mengiringi langkah anakmu ini. Maafkanlah
anakmu ini yang tidak mampu untuk membalas semua kebaikan yang mama
dan papa berikan kepada Maya.
8. Untuk adik-adikku M. Isvan dan M. Rafiq Akbar terima kasih buat dukungan
dan semangat dan selalu memberikan keceriaan di saat Kakak jenuh untuk
mengerjakan skripsi ini...dan tak lupa untuk nenek juga yang selalu
mendoakan cucumu ini.
9. Buat kakak-kakak dan abang-abang di tempat kerjaku Koorkot I Medan
PNPM Mandiri Perkotaan, buat Korkot Bapak Juriadi yang telah memberikan
saya dispensasi untuk bisa tetap melanjutkan kuliah walaupun sambil bekerja,
buat bang Jangga, Pak Arsal, dan semuanya yang ga bisa Maya sebutin
satu-satu. Makasih ya buat dukungannya selama ini.
10.Untuk sahabat-sahabatku di stambuk 2008 Kessos, buat my best friend Arie
Amanda Putri yang selalu bantuin Maya, Robby H. Silalahi, Sri Muliati K
Sari, dan Afriani Deviyanthi Sirait..Makasih ya..Dan untuk teman-teman
seperjuangan yang selalu memotivasi satu sama lain untuk bisa menyelesaikan
skripsi ini thanks to Jojor, Nova, Jinong..pokoknya sukses deh untuk kita
semua. Amin...
Terima kasih juga untuk semua kawan-kawan ’08 Popy, Angel, Ain dan untuk
semuanya yang ga bisa diucapkan satu per satu. Makasih banyak ya..
11.Seluruh responden yang telah menyediakan waktunya dan membantu penulis
selama melakukan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak, agar skrispsi ini dapat jauh lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang
membutuhkannya.
Medan, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTARGAMBAR... viii
DAFTAR TABEL ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1
1.2Perumusan Masalah ... 8
1.3Tujuan Penelitian... 8
1.4Manfaat Penelitian ... 9
1.5Sistematika Penulisan ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Efektivitas ... 11
2.1.1 Pengertian Efektivitas ... 11
2.1.2 Kriteria Efektivitas Organisasi ... 13
2.2 Pinjaman Dana Bergulir... 14
2.2.1 Pengertian Pinjaman Dana Bergulir ... 14
2.2.2 Sasaran, Pendekatan, dan Prinsip Pinjaman Dana Bergulir ... 19
2.2.2.1 Sasaran ... 19
2.2.2.2 Pendekatan Yang Dipakai Dalam Pinjaman Dana Bergulir ... 19
2.2.2.3 Prinsip Pinjaman Dana Bergulir ... 20
2.4 Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Dana Bergulir ... 26
2.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan... 27
2.5.1 Pengertian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan ... 27
2.5.2 Dasar Hukum ... 29
2.5.3 Tujuan PNPM... 29
2.5.4 Sasaran PNPM ... 29
2.5.5 Prinsip PNPM ... 30
2.6 Pembangunan Sosial ... 32
2.7 Pengembangan Masyarakat ... 36
2.8 Kerangka Pemikiran ... 37
2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 41
2.9.1 Defenisi Konsep ... 41
2.9.2 Defenisi Operasional ... 42
BAB III METODE PENELITIAN45 3.1 Tipe Penelitian ... 45
3.2 Lokasi Penelitian ... 45
3.3 Populasi dan Sampel ... 46
3.1.1 Populasi ... 46
3.2.2 Sampel ... 46
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47
BAB IV Deskirpsi Lokasi Penelitian ... 49
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Karang Berombak ... 49
4.2 Kondisi Umum Kelurahan Karang Berombak ... 50
4.3 Permasalahan Kemiskinan dan Potensi ... 51
4.4 Kondisi Demografis di Kelurahan Karang Berombak ... 56
4.4.1 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kewarganegaraan ... 56
4.4.2 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Usia... 57
4.4.3 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Agama... 58
4.4.4 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59
4.5 Sarana dan Prasarana di Kelurahan Karang Berombak ... 60
4.6 Struktur Organisasi Kelurahan Karang Berombak ... 61
4.7 Profil BKM Rose ... 62
4.7.1 Proses Pembentukan BKM Rose ... 62
4.7.2 Organisasi BKM Rose ... 63
BAB V ANALISIS DATA ... 65
5.1 Karakteristik Responden ... 66
5.2 Analisis Identitas Responden ... 66
5.3 Informasi Tentang Jawaban Responden ... 72
5.3.1 Tingkat Kualitas Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan... 72
5.3.2 Tingkat Kuantitas Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.... 76
5.3.3 Dampak Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan ... 79
BAB VI PENUTUP ... 88
6.1 Kesimpulan ... 88
6.2 Saran... 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi BKM... 22
Gambar 2.2 Struktur Organisasi UPK ... 23
Gambar 2.3 Bagan Alir Pemikiran ... 40
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Karang Berombak ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Jenis Kelamin
dan Kewarganegaraan ... 56
Tabel 4.2 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Usia 57 Tabel 4.3 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Agama 58 Tabel 4.4 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59
Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana di Kelurahan Karang Berombak... 60
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Agama ... 67
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir.... 68
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 69
Tabel 5.5 Distibusi Responden Berdasarkan Pekerjaan... 70
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan dalam Keluarga 71 Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Informasi Mengenai Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan ... 72
Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Bimbingan Pembuatan Proposal Kelayakan Usaha Oleh Pihak BKM ... 73
Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Proses Identifikasi Terhadap Proposal Pengajuan Pinjaman Oleh Pihak BKM ... 74
Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usaha yang Dijalankan Apakah Berhubungan dengan Usaha Saat Ini ... 75
Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Usaha yang Dijalankan
Oleh KSM... 77
Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendistribusian Hasil Usaha
KSM ... 78
Tabel 5.14 Distibusi Jawaban Responden Berdasarkan Penghasilan/Pendapatan
Rumah Tangga Sebelum Memperoleh Pinjaman Bergulir ... 79
Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penghasilan/Pendapatan
Rumah Tangga Sesudah Memperoleh Pinjaman Bergulir ... 80
Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penghasilan/Pendapatan dari
Hasil Usaha yang Dijalankan ... 81
Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga
per Bulan yang Disisihkan untuk Menabung ... 82
Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Lama Proses Pemberian
Pinjaman Bergulir ... 84
Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Ada atau Tidaknya Denda
dalam Pengembalian Pinjaman Dana Bergulir ... 85
Tabel 5.20 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tabungan KSM Membantu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : MAYA PUTRI KIRANA
NIM : 080902040
ABSTRAK
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “ Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir, serta dampaknya bagi warga di Kelurahan Karang Berombak. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir untuk warga miskin di Kelurahan Karang Berombak yang tidak mempunyai atau kekurangan modal untuk membuka atau mengembangkan usaha, khususnya usaha mikro. Efektivitas pelaksanaan pinjaman pinjaman bergulir ini, dapat dilihat melalui 4 indikator, yaitu : tingkat kualitas, kuantitas, dampak, dan waktu.
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel silang dan tabel tunggal. Sampel dalam penelitian ini adalah warga yang menerima pinjaman bergulir, yaitu sudah melakukan peminjaman pertama kali dan melanjutkan peminjaman untuk kedua kalinya, yaitu sebanyak 45 orang.
Melalui analisis data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat telah efektif. Hal ini terlihat dari 4 indikator dalam melihat efektivitas suatu program, yaitu yang terdiri dari : tingkat kualitas, dimana yaitu pelayanan yang baik diberikan oleh pihak BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) kepada KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau penerima manfaat, seperti bimbingan yang dilakukan oleh pihak BKM dalam hal pembuatan proposal pengajuan usaha. Tingkat kuantitas, dilihat modal yang diberikan dan jenis usaha yang digunakan. Modal tersebut harus merata pada setiap anggota KSM dan modal tersebut harus digunakan untuk mengembangkan atau membuka usaha. Dari dampak dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang diterima oleh responden setelah menerima pinjaman Bergulir. Dari tingkat waktu pengembalian pinjaman bergulir terlihat bahwa tidak lebih dari 12 bulan. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pinjaman bergulir yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan adalah salah satu program yang efektif bagi warga miskin untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga yaitu dengan membuka atau mengembangkan usaha yang berbasis mikro.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : MAYA PUTRI KIRANA
NIM : 080902040
ABSTRAK
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “ Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir, serta dampaknya bagi warga di Kelurahan Karang Berombak. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir untuk warga miskin di Kelurahan Karang Berombak yang tidak mempunyai atau kekurangan modal untuk membuka atau mengembangkan usaha, khususnya usaha mikro. Efektivitas pelaksanaan pinjaman pinjaman bergulir ini, dapat dilihat melalui 4 indikator, yaitu : tingkat kualitas, kuantitas, dampak, dan waktu.
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel silang dan tabel tunggal. Sampel dalam penelitian ini adalah warga yang menerima pinjaman bergulir, yaitu sudah melakukan peminjaman pertama kali dan melanjutkan peminjaman untuk kedua kalinya, yaitu sebanyak 45 orang.
Melalui analisis data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat telah efektif. Hal ini terlihat dari 4 indikator dalam melihat efektivitas suatu program, yaitu yang terdiri dari : tingkat kualitas, dimana yaitu pelayanan yang baik diberikan oleh pihak BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) kepada KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau penerima manfaat, seperti bimbingan yang dilakukan oleh pihak BKM dalam hal pembuatan proposal pengajuan usaha. Tingkat kuantitas, dilihat modal yang diberikan dan jenis usaha yang digunakan. Modal tersebut harus merata pada setiap anggota KSM dan modal tersebut harus digunakan untuk mengembangkan atau membuka usaha. Dari dampak dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang diterima oleh responden setelah menerima pinjaman Bergulir. Dari tingkat waktu pengembalian pinjaman bergulir terlihat bahwa tidak lebih dari 12 bulan. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pinjaman bergulir yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan adalah salah satu program yang efektif bagi warga miskin untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga yaitu dengan membuka atau mengembangkan usaha yang berbasis mikro.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini
kemiskinan merupakan masalah yang banyak terjadi di masyarakat. Kemiskinan yang
terjadi saat ini tidak hanya terjadi di pedesaan, tetapi terdapat juga di perkotaan.
Daerah perkotaan merupakan konsentrasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi
dan sosial serta administrasi pemerintahan yang terletak strategis sehingga masyarakat
yang tinggal di perkotaan dapat lebih mudah menjangkau akses dan fasilitas tersebut.
Kemudahan akses yang diberikan juga memiliki kecendrungan yaitu pada
pembangunan fisik yang semakin pesat sehingga menyebabkan terjadinya arus
urbanisasi di kota.
Hampir seluruh pembangunan yang dilakukan justru membuat kemiskinan
terjadi dimana-mana. Hubungan lain antara pembangunan dengan gejala kemiskinan
adalah terciptanya orang miskin baru oleh implementasi pembangunan proyek-proyek
besar seperti waduk, pabrik, dan lain sebagainya. Lapisan dan kelompok yang
tergusur oleh realisasi pembangunan proyek-proyek besar dapat jatuh miskin secara
berangsur-angsur ataupun secara langsung jika kompensasi yang diberikan tidak
memadai atau tidak mengembangkan mata pencaharian (Mardimin, 1996: 49)
Di Indonesia, dalam setahun tahun terakhir Badan Pusat Statistik
mengumumkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga Maret 2011
tercatat sebanyak 30,02 juta orang atau 12,49 persen dari total penduduk. Angka
tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia hanya turun
Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang atau 13,33 persen. Selama periode Maret
2010-Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,05 juta
orang (dari 11,10 juta orang pada Maret 2010 menjadi 11,05 juta orang pada Maret
2011). Sementara, di daerah pedesaan berkurang sekitar 0,95 juta orang dari 19,93
juta orang pada Maret 2010 menjadi 18,97 juta orang pada Maret
2011
Pembangunan saat ini kurang memperhatikan aspek kemasyarakatan dan
kemanusiaan, selain itu pembangunan yang terjadi pada saat ini hanya memberikan
prioritas pada pemenuhan fisik dan ekonomis. Distribusi pembangunan yang tidak
adil juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kemiskinan. Menurut Susanto,
pembangunan masyarakat dapat dilihat dari perubahan dalam masyarakat yang dapat
berdampak kemajuan (progres) maupun kemunduruan (regress), maka perubahan dalam pembangunan diharapkan berdampak kemajuan. Salah satu yang dapat kita
jadikan indikator dalam melihat pembangunan tersebut, apabila terjadi peningkatan
dalam taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat. Gambaran sederhana untuk
mengetahui peningkatan kesejahteraan adalah dengan melihat apakah perubahan
tersebut dapat berdampak pada semakin banyak terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
Semakin banyak kebutuhan yang dapat terpenuhi merupakan indikasi semakin
meningkat kesejahteraan atau taraf hidup masyarakatnya (Soetomo, 2008:14).
Jumlah penduduk yang semakin mendekati garis kemiskinan , membuat
pemerintah menciptakan berbagai macam program pembangunan untuk mengurangi
angka kemiskinan khususnya di perkotaan. Namun, program pembangunan yang telah
dibuat belum menunjukkan hasil yang optimal. Berbagai program kemiskinan yang
tidak secara keseluruhan memberantas kemiskinan, selain itu program kemiskinan
tersebut bersifat sektoral, dan charity. Dalam kenyataannya program yang dibuat oleh pemerintah sering kali menghasilkan kondisi yang kurang menguntungkan bagi
masyarakat misal hal yang sering terjadi adalah salah sasaran, terciptanya benih-benih
fragmentasi sosial, dan melemahkan kapital sosial yang ada di masyaraka (
gotong-royong, kepedulian, musyawarah, keswadayaan dll).
Rendahnya capital social (modal sosial) pada gilirannya juga akan mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian
kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalan kemiskinan yang terjadi
secara bersama-sama. Kondisi modal sosial masyarakat yang melemah serta mundur
tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari para
pemangku kepentingan yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan
tidak memiliki tanggung jawab (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan,
2010: 4)
Salah satu upaya peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya
masyarakat miskin adalah melalui pengembangan dunia usaha mikro dengan
mengedepankan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Karena dengan
mengembangkan usaha, masyarakat memperoleh penghasilan yang mampu
mendorong pemenuhan kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarga. Namun, yang
menjadi kendala dalam mengembangkan usaha mereka adalah kurangnya
pengetahuan tentang kewirausahaan serta kendala dalam hal mendapatkan modal dan
kurangnya memadainya modal yang mereka miliki. Walau sebenarnya terdapat badan
usaha permodalan yang dikelola oleh negara maupun pihak swasta yang berbadan
hukum, seperti bank dan koperasi, yang memberi peluang modal bagi pertumbuhan
memperoleh modal tersebut. Khususnya bagi warga miskin. Kesulitan memperoleh
modal itu disebabkan kurangnya akses dan potensi yang dimiliki masyarakat,
sehingga kelengkapan dan persyaratan yang mutlak tidak dapat terpenuhi, seperti
agunan berupa dokumen, surat kepemilikan tanah, barang berharga dan lain-lain.
Kesulitan untuk memperoleh akses tersebut merupakan salah satu penyebab
mengapa tingkat kesejahteraan atau pendapatan masyarakat miskin tetap rendah. Oleh
sebab itu, dalam sebuah program yang akan dalam pelaksanaannya harus lebih
mengutamakan swakelola, dalam pengertiannya masyarakat lokal mendapat peluang
yang seluas-luasnya untuk mengelola kegiatan yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhannya. Sehingga mereka dapat dengan mudah mengakses fasilitas yang dibuat
untuk mereka. Selain itu, perencanaan yang dipakai adalah “bottom-up planning”
atau perencanaan pembangunan yang disusun dari bawah ke atas. Dengan pendekatan
yang bottom-up maka rencana pembangunan meliputi program dan proyek yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini masyarakat lokal akan
dilibatkan dalam penyusunan rencana pembangunan (Adisasmita, 2006:4)
Program-program pembangunan masyarakat harus dibuat sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat. Perencana yang akan membuat
program-program pembangunan harus benar-benar menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Karena pada saat ini banyak program yang dibuat oleh pemerintah
tidak melakukan analisis terhadap kebutuhan masyarakat sehingga pada
pelaksanaannya sering mendapatkan masalah salah satunya adalah salah sasaran.
Analisis yang dilakukan tidak hanya membuat daftar keinginan yang sifatnya hanya
sesaat, tetapi perlu dilakukan suatu analisis yang mendalam untuk dapat mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga jika masyarakat dilibatkan dalam
tersebut adalah milik mereka. Oleh karena itu, sebaiknya pembangunan masyarakat
harus mengandung partisipasi dan rasa memiliki terhadap program yang akan
dilaksanakan, dan harus mengandung unsur pemberdayaan masyarakat.
Salah satu program yang sebelumnya dibuat oleh pemerintah untuk dapat
menanggulangi kemiskinan yang ada di perkotaan adalah P2KP ( Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan). Program penanggulangan Kemiskinian
Perkotaan atau sering disebut P2KP dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu
upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah
dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Namun, sejak tahun 2007
P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri hal ini dikarenakan perkembangan yang positif dari P2KP. Tahun 2008
secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan), tujuan dari PNPM Mandiri Perrkotaan ini
adalah untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) sehingga tercapai
pengurangan penduduk miskin (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan,
2010: 3)
Kota Medan merupakan merupakan salah satu yang menjadi sasaran dari
PNPM Mandiri Perkotaan. Di kota Medan terdapat 149 kelurahan yang menerima
program ini, dan dibagi ke dalam 4 kategori kelurahan yaitu, kelurahan 2006 yang
terdiri dari 38 kelurahan, kelurahan 2007 terdiri dari 57 kelurahan, kelurahan 2008
terdiri dari 28 kelurahan, dan kelurahan 2009 yang terdiri dari 26 kelurahan. Salah
satu dari 149 kelurahan tersebut adalah kelurahan Karang Berombak Kecamatan
Kelurahan Karang Berombak termasuk kelurahan dalam kategori kelurahan
2007 yang menerima program PNPM Mandiri Perkotaan. Dana BLM yang diterima
oleh masyarakat kelurahan Karang Berombak merupakan bentuk bantuan dana yang
sifatnya stimulan yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dan
berlatih dengan melaksanakan suatu kegiatan. Penggunanan dana BLM ini salah
satunya adalah untuk kegiatan ekonomi yang termasuk di dalamnya adalah pinjaman
dana bergulir. Manfaat pinjaman dana bergulir ini adalah untuk meningkatkan
pendapatan individu/keluraga maupun kelompok dan sekaligus membangun modal
sosial.
Pada awalnya kelurahan Karang Berombak menerima modal awal untuk
pinjaman dana bergulir adalah Rp 49 juta pada februari 2010 dan awalnya ada 20
KSM, dimana besar pinjaman awal Rp500.000 per-anggota. Di bulan Agustus 2011
ada penambahan modal sebesar Rp 15 juta sehingga modal yang diberikan sekarang
adalah Rp 64 juta (modal I + modal II). Bulan September 2011 terdapat 68 KSM yang
menerima pinjaman bergulir, 35 KSM yang masih aktif, dan 33 KSM yang sudah
lunas. Sebelum ada penambahan modal, besar pinjaman yang diterima oleh semua
KSM sudah ada penambahan sebesar Rp 5 juta untuk 1 KSM , dimana masing-masing
anggota KSM menerima Rp 1 juta. Pinjaman yang diberikan kepada mereka
dipergunakan untuk membuka usaha atau mengembangkan usaha mereka seperti
ternak jangkrik, usaha kelontong, atau pengumpul barang bekas.
Jika dilihat dari kegiatan pinjaman dana bergulir yang ada selama ini maka
masalah yang sering timbul adalah dalam hal pengembalian pinjaman. Anggota tidak
mau membayar atau tidak dapat membayar pengembalian pinjaman sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat diawal perjanjian. Namun tidak semua kelurahan
pengembalian pinjaman 100% yang artinya bahwa pengembalian yang dilakukan oleh
angggota selalu tepat waktu dan dispilin dalam pengembaliannya. Walaupun sudah
ada penambahan modal tetap saja tingkat pengembaliannya 100%.
Berdasarkan kasus yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai masalah tersebut melalui penelitian yang hasilnya
dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “ Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di
Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat”
1.2 Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana
Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan
Medan Barat”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas
Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan
menambah teori dalam rangka perbaikan model dan sistem dalam pelaksanaan
pinjaman dana bergulir di PNPM-Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak
Kecamatan Medan Barat.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan secara garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam 6
(enam) bab, dengan urutan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat pnelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam
penelitian ini, yaitu efektivitas, dana bergulir, dan PNPM Mandiri
Perkotaan, kerangka pikir, defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang deskripsi lokasi penelitian yang
berhubungan dengan objek yang akan diteliti.
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai uraian data yang
diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab terakhir dari penulisan ini yang berisikan kesimpulan
dan saran-saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas
2.1.1 Pengertian Efektivitas
Suatu organisasi secara keseluruhannya dalam kaitannya dengan efektivitas
adalah mencapai tujuan organisasi. Jika tiap-tiap individu berperilaku atau bekerja
efektif dalam mencapai tujuannya, maka kelompok dimana ia menjadi anggota juga
efektif dalam mencapai tujuan, organisasi itu juga efektif mencapai tujuan. Efektivitas
berbeda dengan efesiensi. Efesiensi adalah pengorbanan untuk mencapai tujuan.
Dimana semakin kecil pengorbanannya dalam mencapai tujuan, maka dikatakan
semakin efesiensi. Sedangkan Efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan
(organisasi) dapat dicapai ( Sigit, 2003: 1 ).
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam
jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan
sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas merupakan suatu
ukuran yang dapat menunjukkan suatu program tersebut berhasil atau tidak.
Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah
ditetapkan ( Siagian, 2001: 24)
Suatu efektivitas dilihat berdasarkan pencapain hasil atau pencapaian dari
suatu tujuan. Efektivitas berfokus kepada outcome (hasil) dari suatu program atau kegiatan, yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Dalam teori sistem, suatu organisasi dipandang sebagai satu dari
sejumlah elemen yang saling tergantung. Aliran input dan output merupakan titik awal dalam menggambarkan suatu organisasi. Dengan istilah yang sederhana,
memproses input dan mengembalikannya dalam bentuk yang telah diubah atau output
(Ivancevich dkk, 2006 :23)
Efektivitas organisasi merupakan suatu konsep meyeluruh yang menyertakan
sejumlah konsep komponen. Konsep efektivitas organisasi tergantung pada teori
sistem yaitu dimensi waktu yang juga penting. Dua kesimpulan utama dari teori
sistem adalah : (1) kriteria efektivitas harus merefleksikan keseluruhan siklus
input-proses-output, bukan hanya output, dan (2) kriteria efektivitas harus merefleksikan
hubungan antara organisasi dan lingkungan luarnya
Berdasarkan teori sistem, suatu organisasi merupakan elemen sebuah sistem
yang lebih besar yaitu lingkungan. Dengan berlalunya waktu, setiap organisasi
mengambil, memproses, dan mengembalikan sumber daya ke lingkungan. Kriteria
utama dari efektivitas organisasi adalah apakah organisasi tersebut bertahan dengan
lingkungannya.
Sehubungan dari penjelasan tersebut maka efektivitas adalah menggambarkan
seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna daripada suatu
organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas,
kuantitas, dampak dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu
organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya.
2.1.2 Kriteria Efektivitas Organisasi
Konsep mengenai efektivitas organisasi selain disandarkan pada teori sistem,
tetapi perlu ditambahkan dengan sesuatu yang baru yaitu pada dimensi waktu.
Hubungan antara kriteria efektivitas dan dimensi waktu dapat dijelaskan sebagai
1. Produksi
Produksi menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah
dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan
2. Efesiensi
Konsep efesiensi didefenisikan sebagai angka perbandingan antara output dan
input. Ukuran efesiensi harus dinyatakan dalam perbandingan, antara keuntungan dan
biaya atau dengan waktu atau output yang merupaka bentuk umum dari ukuran ini.
3. Kepuasan
Konsep kepuasan mendefenisikan penekanan pada perhatian yang menguntungkan
bagi anggota organisasi maupun pelanggannya. Artinya bahwa organisasi harus
mampu memberikan kepuasan kepada kebutuhan para anggota.
4. Adaptasi
Kemampuan beradaptasi diartikan dengan sampai seberapa organisasi mampu
menanggapi perubahan intren dan ekstren. Jika organisasi tidak dapat menyesuaikan
diri , maka kelangsungan hidupnya akan terancam, namun adaptasi tidak memiliki
ukuran yang pasti dan nyata. Dapat dijelaskan, apabila tiba waktunya untuk
mengadakan penyesuaian dikarenakan adanya fenomena-fenomena tertentu, maka
organisasi harus dapat menyesuaikan diri.
5. Perkembangan
Organisasi harus mengembangkan diri agar tetap hidup atau berjaya untuk jangka
panjang. Efektivitas dengan pertimbangannya, maka efektivitas dapat dibagi menjadi
efektivitas jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Keseimbangan optimal
adalah keseimbangan dari pencapaian hubungan yang wajar antara kriteria-kriteria itu
dalam periode waktu tertentu
2.2 Pinjaman Dana Bergulir
2.2.1 Pengertian Pinjaman Dana Bergulir
Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat
melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi yang
dikenal dengan Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan
Pinjaman Bergulir, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat
miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana BKM/UPK berada dengan ketentuan
dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur ketentuan pokok
untuk pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir, namun keputusan untuk
melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga masyarakat setempat.
Secara umum Pinjaman bergulir adalah pinjaman dalam PNPM Mandiri
Perkotaan yang diberikan kepada masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
(Pinjaman Dana Bergulir Pelatihan Khusus, 2010: 5)
Beberapa pertimbangan PNPM Mandiri Perkotaan menggunakan kegiatan
pinjaman bergulir :
1. Tersedianya akses dan jasa layanan keuangan yang berkelanjutan telah
terbukti merupakan salah satu alat efektif untuk membantu rumah tangga
miskin dalam meningkatkan pendapatan dan kekayaannya.
2. Akses rumah tangga miskin ke jasa layanan keuangan formal masih sangat
rendah, sekitar 29 juta rumah tangga miskin masih belum mendapatkan akses
ke lembaga keuangan
3. Pinjaman bergulir PNPM Mandiri perkotaan memiliki peluang dapat
menjangkau sekitar 2,5 juta rumah tangga miskin yang sama sekali belum
4. Permintaan pinjaman dana bergulir pada rencana pronangkis masyarakat masih
tinggi.
5. Pemutusan pendampingan yang telah berjalan selama ini bila tanpa disertai
kinerja yang memadai akan merusak budaya meminjam dan jaminan sosial
yang ada di masyarakat (Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir
2010:2).
Pinjaman dana bergulir berasal dari modal stimulan dana BLM (Bantuan
Langsung Masyarakat) yang disalurkan melalui UPK ( Unit Pengelola Keuangan)
kepada masyarakat miskin di kelurahan/desa sebagai salah satu program yang
disediakan oleh PNPM Mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin.
Pinjaman dana bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari
berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Memperhatikan dari
hal tersebut di atas, maka pembuatan peraturan yang mengatur tentang pengelolaan
dana pinjaman bergulir di samping harus memenuhi beberapa asas. Asas tersebut
yaitu:
1. Asas Kesetiakawanan
Mengandung maksud bahwa program dana pinjaman bergulir harus dilandasi
oleh kepedulian sosial untuk membantu orang, usaha kecil, menengah,
koperasi, yang membutuhkan pertolongan dengan empati dan kasih sayang
2. Asas Keadilan
Mengandung maksud bahwa dalam penyelenggaraan dana pinjaman bergulir
harus menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan
keseimbangan antara hak dan kewajiban
Mengandung maksud bahwa dalam program dana pinjaman bergulir bergulir
harus memberi manfaat bagi peningkatan kualitas hidup warga negara.
4. Asas Kemitraan
Mengandung maksud dalam menyalurkan dana pinjaman bergulir diperlukan
kemitraan antara Pemerintah dan masyarakat, Pemerintah sebagai penanggung
jawab dan masyarakat sebagai mitra Pemerintah untuk mencapai peningkatan
kesejahteraan sosial.
5. Asas Keterpaduan
Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir harus
mengintegrasikan berbagai komponen yang terkait sehingga dapat berjalan
secara terkoordinir dan sinergis.
6. Asas Akuntanbilitas
Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Asas Keterbukaan
Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir harus
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang terkait dengan program dana pinjaman bergulir.
8. Asas Partisipasi
Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir adalah dalam
setiap program dana pinjaman bergulir harus melibatkan seluruh komponen
9. Asas Profesional
Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir adalah dalam
setiap program dana pinjaman bergulir kepada masyarakat agar dilandasi
dengan profesionalisme sesuai dengan lingkup tugasnya dan dilaksanakan
seoptimal mungkin.
10.Asas Berkelanjutan
Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir adalah dalam
program dana pinjaman bergulir dilaksanakan secara berkesinambungan,
sehingga tercapai kemandirian
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
daripada pinjaman dana bergulir adalah untuk menyediakan akses layanan keuangan
kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk
memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal
mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar. Meskipun demikian, PNPM
bukanlah program keuangan mikro, dan tidak akan pernah menjadi lembaga keuangan
mikro.
Program keuangan mikro bukan hanya pemberian pinjaman saja akan tetapi
banyak jasa keuangan lainnya yang perlu disediakan. Peran PNPM hanya membangun
dasar-dasar solusi yang berkelanjutan untuk jasa pinjaman dan non pinjaman di
tingkat kelurahan. PNPM Mandiri Perkotaan dijadikan momen untuk tahap
konsolidasi kegiatan keuangan mikro. Oleh sebab itu, dalam tahap ini perlu diciptakan
Keswadayaan Masyarakat), masyarakat sendiri harus terlibat dalam keputusan untuk
menentukan masa depan UPK.
2.2.2 Sasaran, Pendekatan, dan Prinsip dari Pinjaman Dana Bergulir Adapun sasaran, pendekatan dan, prinsip pinjaman dana bergulir adalah :
2.2.2.1 Sasaran
Sasaran utama pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir adalah rumah tangga
miskin di wilayah desa/kelurahan dimana BKM berada, khususnya warga miskin
yang sudah tercantum dalam daftar warga miskin (hasil Pemetaan Swadaya /PS-2).
Indikator tercapainya sasaran tersebut, meliputi :
1. Peminjan dari tumah tangga miskin yang telah diidentifikasi dalam PJM
(Perencanaan Jangka Menegah ) Pronangkis dan telah terdaftar dalam daftar
warga miskin (PS-2).
2. Minimum 30 % peminjam adalah perempuan
3. Para peminjam dari rumah tangga miskin tersebut telah bergabung dalam
KSM, khusus untuk kegiatan ini beranggotakan 5 orang.
4. Akses pinjaman bagi KSM peminjam yang kinerja pengembaliannya bagus,
terjamin kelanjutannya baik melalui dana BLM, maupun melalui dana hasil
channeling dan kebijakan pinjaman yang jelas.
2.2.2.2 Pendekatan Yang Dipakai dalam Pinjamana Dana Bergulir
Pendekatan yang digunakan atau dipakai dalam pinjaman dana bergulir adalah
dengan mengarahkan kegiatan pinjaman bergulir sebagai akses pinjaman masyarakat
miskin yang saat ini belum mempunyai akses pinjaman ke lembaga keuangan lain
1. Kegiatan pinjaman bergulir dilaksanakan ditingkat kelurahan, dikelola secara
profesional untuk menjaga keberlangsungan akses pinjaman bagi masyarakat
miskin.
2. Transparansi atas pengelolaan dan kinerja UPK serta monitoring partisipasi
oleh warga masyarakat sebagai wujud pertanggungjawaban pengelolaan dana
masyarakat .
3. Penyediaan akses pinjaman yang jumlahnya maupun tingkat bunganya hanya
menarik bagi kelompok masyarakat miskin.
4. Menggunakan sistem tanggung renteng kelompok sebagai alat kontrol
pengelola (UPK) maupun kelompok peminjam (KSM)
5. Meningkatkan kapasitas kewirausahaan masyarakat melalui pelatihan ekonomi
rumah tangga, kewirausahaan dan pembukuan sederhana.
2.2.2.3 Prinsip Pinjaman Dana Bergulir
Beberapa prinsip dasar dalam pemberian pinjaman bergulir yang perlu
mendapat perhatian dari BKM / UPK antara lain adalah:
1. Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan pinjaman bergulir adalah milik
masyarakat kelurahan/desa sasaran dan bukan milik perorangan;
2. Tujuan dipilihnya kegiatan pinjaman bergulir adalah dalam rangka membantu
program penanggulangan kemiskinan dan oleh karenanya harus menjangkau
warga masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran utama PNPM Mandiri
Perkotaan
3. Pengelolaan pinjaman bergulir berorientasi kepada proses pembelajaran untuk
penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan
4. Pengelolaan pinjaman bergulir dipisahkan antara BKM sebagai representasi
dari warga masyarakat pemilik modal dengan UPK sebagai pengelola kegiatan
pinjaman bergulir yang bertanggungjawab langsung kepada BKM
5. Prosedur serta keputusan pemberian pinjaman harus mengikuti prosedur
pemberian pinjaman bergulir standar yang ditetapkan
6. Manajer dan Petugas UPK harus orang yang mempunyai kemampuan dan
telah memperoleh sertifikat pelatihan dasar yang diadakan oleh PNPM
Mandiri Perkotaan.
7. UPK telah mempunyai sistem pembukuan yang standar dan sistem pelaporan
keuangan yang memadai.
8. UPK mendapat pengawasan, baik oleh BKM melalui Pengawas UPK maupun
Konsultan Pelaksana Wilayah (KMW) melalui tenaga ahli dan fasilitator, atau
pihak yang ditunjuk proyek (Pedoman Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir.
2010: 5)
2.3 Ketentuan Dasar Pinjaman Dana Bergulir
Agar pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu dibuat aturan dasar untuk Pinjaman
Bergulir, antara lain mengenai kelayakan lembaga pengelola pinjaman bergulir,
kelayakan peminjam, Dana Pinjaman, Pelayanan Pinjaman Bergulir dan
Pendampingannya. Masing-masing aturan dasar tersebut adalah sebagaimana uraian
berikut :
1. Kelayakan Lembaga Pengelola Pinjaman Bergulir
Lembaga yang langsung mengelola kegiatan Pinjaman Bergulir adalah Unit
Pengelola yang berada dibawah BKM. Dua unit pengelola lainnya adalah Unit
Pengelola Lingkungan (UPL) dan Unit Pengelola Sosial (UPS).
[image:33.595.97.487.167.451.2]Struktur lengkap BKM sebagai berikut:
Gambar 2.1 Struktur Organisasi BKM
LKM
)
(sumber: Pedoman Pelaksanaan Pinjaman Bergulir, 2010:7)
Sekretariat
Unit Pengelola Sosial Unit Pengelola
Keuangan Unit Pengelola
Lingkungan
Pengawas BKM
STRUKTUR ORGANISASI UPK Gambar 2.2 Struktur Organisasi UPK
Pinjaman dana bergulir dikelola oleh UPK-BKM yang telah memenuhi
sayarat-sayarat sebagiaman yang telah ditentukan dalam siklus pembentukan
BKM/UPK.
2. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
BKM yang akan mengelola kegiatan Pinjaman Bergulir harus memenuhi
persyaratan minimal sebagai berikut :
1. BKM telah terbentuk secara sah sesuai ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan dan
memiliki Anggaran Dasar yang di dalamnya antara lain menyatakan bahwa:
1) Kegiatan Pinjaman Bergulir akan dijalankan sebagai salah satu alat
penanggulangan kemiskinan di wilayahnya
2) Dana Pinjaman Bergulir hanya diperuntukkan untuk kegiatan Pinjaman
Bergulir saja
3) Pendapatan UPK hanya untuk membiayai kegiatan operasional UPK dan tidak
dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lainnya, termasuk biaya BKM
dan Pengawas. Pengawas hanya bisa dibiayai dari Laba bersih tahunan UPK. Petugas
Pinjaman
Pembuku Kasir
MANAJER UPK
2. BKM telah mengangkat Pengawas UPK (2–3 orang) dan petugas UPK (minimal 2
orang). Semua telah memperoleh pelatihan dari PNPM Mandiri Perkotaan dan
telah memiliki uraian tugas dan tanggung jawab.
3. BKM dengan persetujuan masyarakat telah membuat aturan dasar Pinjaman
Bergulir yang memuat kriteria KSM dan anggotanya yang boleh menerima
pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman
dan sistem angsuran pinjaman serta ketentuan mengenai tanggung renteng anggota
KSM.
4. Untuk kelurahan/desa lama (yang telah menjalankan P2KP) :
1) Kinerja pinjaman bergulir yang dijalankan mencapai kriteria memuaskan;
peminjam berisiko (LAR) <10%, pinjaman berisiko (PAR) <10%, ratio
pendapatan biaya (CCr) > 125% dan hasil investasi (ROI) >10%.
5. Bersedia melakukan perbaikan kelembagaan antara lain:
1) Membentuk pengawas UPK
2) BKM telah menerima pelatihan dari PNPM Mandiri Perkotaan
3) Telah memiliki rekening atas nama BKM dengan kewenangan
4) menandatangani 3 orang.
a. Pengawas UPK
Pengawas UPK yang bertugas mengawasi kegiatan UPK dalam mengelola
Pinjaman Bergulir telah memenuhi kriteria minimal antara lain :
1) Telah diangkat oleh BKM dengan persetujuan masyarakat sebanyak 2-3 orang,
2) Telah memiliki uraian tugas yang mencakup tugas dan tanggung jawab
pengawas.
3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM Mandiri
Perkotaan.
c. Unit Pengelola Keuangan (UPK)
Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang akan mengelola dana Pinjaman Bergulir
telah memenuhi kriteria minimal sebagai berikut :
1) Telah diangkat oleh BKM sebanyak minimal 2 orang (ideal 4 orang)
2) Telah memiliki uraian tugas dan tanggung jawab
3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM Mandiri
Perkotaan
4) Telah memahami aturan dasar Pinjaman Bergulir
5) Telah memiliki rekening atas nama UPK/BKM dengan kewenangan
penandatangan 3 orang
6) Telah memiliki Sistem Pembukuan yang berlaku di PNPM Mandiri
Perkotaan
2.4 Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Dana Bergulir
Dalam kegiatan pinjaman dana bergulir ditentukan ketentuan umum/skim
dalam memperoleh pinjaman dana bergulir dan ketentuan umum tersebut harus
dipatuhi oleh si calon penerima manfaat atau calon peminjam. Dan ketentuan umum
1. Peminjaman adalah warga miskin yang tergabung dalam Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) dengan anggota minimal 5 orang diantaranya 30% nya
adalah wanita.
2. Tujuan pinjaman untuk mengembangkan usaha yang tidak melanggar
ketentuan (undang-undang). Tidak diperkenankan membiayai untuk
menunjang kepentingan militer atau politik
3. Besarnya pinjaman pertama maksimal Rp. 500.000,- per orang dan untuk
pinjaman selanjutnya maksimum Rp. 2.000.000,- tergantung pada riwayat
pembayaran pinjaman sebelumnya.
4. Jasa pinjaman ditetapkan antara 1,5% - 3% per bulan dari pokok pinjaman
semula.
5. Jangka waktu pinjaman maksimum 12 bulan disesuaikan dengan kegiatan
usaha peminjam.
6. Peminjam hanya dapat meminjam maksimum 4 kali pinjaman.
7. Angsuran pinjaman maksimal bulanan.
8. Pembayaran angsuran dilakukan bulanan.
Sumber dana yang dipakai dalam kegiatan pinjaman dana bergulir ini berasal
dari : (1) Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), yang merupakan sumber dana
utama, (2) Dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), (3) Dana
yang berasal dari pihak Swasta, (4) Dana dari swadaya masyarakat, (5) Dana dari
sumber lainnya
Dana dari sumber lain berupa channeling atau pinjaman dari Lembaga
Keuangan formal baik bank maupun koperasi di sekitar lokasi BKM berada. Tujuan
dana chanelling atau pinjaman tersebut adalah untuk menyediakan akses pinjaman
jumlah pinjaman (telah mencapai Rp 2.000.000,) atau dari sisi frekuensi peminjaman
(sudah mencapai 4 kali pinjam). Diharapkan dengan dana channeling maupun
pinjaman dari Lembaga Keuangan formal tersebut nantinya KSM dan anggotanya
dapat memperoleh akses pinjaman lebih lanjut dari lembaga tersebut.
2.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan 2.5.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan
Salah satu langkah strategis dari pemerintah untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin adalah melalui program PNPM Mandiri Perkotaan. Dimana PNPM
Mandiri Perkotaan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan
penguatan peran pemerintah daerah dan mengapresiasi dan mendukung kemandirian
masyarakat. Sehingga PNPM Madiri Perkotaan adalah program nasional dalam wujud
kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan
prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk
mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan
kemiskinan yang berkelanjutan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan
berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan
kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar
dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan
Visi dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah masyarakat yang berdaya mampu
menjalin sinergi dengan pemerintah daerah serta kelompok peduli masyarakat
setempat dalam rangka menanggulangi kemiskinan dengan efektif, mandiri, dan
berkelanjutan. Sedangkan misi PNPM Mandiri Perkotaan adalah memberdayakan
masyarakat perkotaan, terutama masyarakat miskin, untuk menjalin kerjasama
sinergis dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli lokal dalam upaya
penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas, penyediaan sumber
daya, dan melembagakan budaya kemitraan antara pelaku pembangunan.
2.5.2 Dasar Hukum
Sebagai salah satu Program Inti dari PNPM Mandiri, maka dasar hukum
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah merujuk kepada Dasar Hukum PNPM
Mandiri, sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri,
Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, 2010: 10)
2.5.3 Tujuan PNPM
Tujuan umum PNPM yang telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu”
Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara
mandiri”. Dengan demikian secara khusus tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah “
Masyarakat di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial ekonomi dan
tata kepemerintahan lokal”
2.5.4 Sasaran PNPM
Sasaran dari PNPM adalah :
1. Terbangunnya Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang dipercaya,
aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan
berkembangnya partisipasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka
pengembangan lingkungan pemukiman yang sehat
2. Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah (PJM) Pronangkis sebagai wadah
untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan
yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat
dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, dan
berkelanjutan.
3. Terbangunnya forum BKM tingkat kecamatan dan kota/kabupaten untuk
mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah.
4. Terwujudnya kontribusi pendanaan dari Pemerintah Kota/ Kabupaten dalam
PNPM Mandiri Perkotaan sesuai dengan kapasitas fiskal daerah.
2.5.5 Prinsip PNPM
Secara umum prinsip, PNPM Mandiri Perkotaan menganut dengan apa yang
sudah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri yaitu :
1. Bertumpu pada pembangunan manusia.
2. Berorientasi pada masyarakat miskin.
3. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses pengambilan
keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan
4. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM, masyarakat memiliki kewenangan
secara mandiri dan partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan
pembangunan secara swakelola.
5. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan
kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai
dengan kapasitasnya.
6. Kesetaraan dan Keadilan Gender.
7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembagunan dilakukan secara
musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan
masyarakat miskin.
8. Tranparansi dan akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai
terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga
pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.
9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan
kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara
optimal berbagai sumber daya yang terbatas.
10.Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalan penanggulangan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar
pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
11.Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tetapi
12.Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM
harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola oleh
masyarakat.
2.6 Pembangunan Sosial
Program pengentasan kemiskinan yang dibuat oleh pemerintah selalu
berkaitan dengan pembangunan sosial. Hal ini dikarenakan dalam suatu program
pengentasan kemiskinan diharapkan dapat meningkatkan pembangunan sosial di suatu
negara. Pembangunan sosial berarti bukan semata memiliki makna sebagai
pembangunan yang menghasilkan suatu objek fisik yang bersifat kebendaan, tetapi
lebih diartikan dalam aspek manusianya.
Sumarno Nugroho menggunakan pengertian pembangunan sosial yang
diambil dari rumusan Pre-Conference Working Party dari Internasional Conference
of Social Welfare. Dalam rumusan tersebut pembangunan sosial diartikan sebagai
aspek keseluruhan pembangunan yang berhubungan dengan relasi-relasi sosial,
sistem-sistem sosial dan nilai-nilai yang berhubungan dengan hal itu (Soetomo, 2008
:312)
Dari pengertian di atas maka dalam hal ini pembangunan sosial dituntut untuk
menempatkan pembangunan sosial sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional. Oleh sebab itu, munculnya aspek sosial sebagai salah satu aspek dalam
pembangunan nasional di samping aspek-aspek yang lain seperti ekonomi dan politik.
Menurut Midgley (dalam Soetomo, 2008: 314), yang menyebutkan bahwa
pembangunan sosial yang terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat sebagai suatu kebutuhan, dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling
Sebagai upaya untuk memenuhi kondisi kehidupan yang sesuai dengan harkat
dan martabat manusia dan hak asasi manusia, pemenuhan kebutuhan dapat
dirumuskan secara berjenjang. Kondisi kehidupan suatu masyarakat dapat dikatakan
sejahtera apabila semakin banyak kebutuhan yang terpenuhi. Dalam hal ini kebutuhan
yang dimaksud adalah dalam pengertian yang luas tidak hanya terbatas secara fisik
tetapi juga non fisik. Jika dikaitkan dengan pembangunan sosial maka prioritas
pembangunan sosial diberikan kepada kelompok masyarakat yang belum mampu
memenuhi kebutuhan dasar mereka. Oleh karena itu, pembangunan sosial merupakan
suatu strategi dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh suatu kelompok
masyarakat yang tidak atau belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya tersebut.
Pembangunan yang terjadi diperkotaan juga dapat membuat masalah
kemiskinan yang yang ada di perkotaan semakin kompleks. Daerah perkotaan
merupakan konsentrasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial serta
adminitrasi pemerintahan yang terletak pada lahan perkantoran yang relatif terbatas,
meskipun daerah perkotaan mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi,
ketersediaan prasarana dan sarana, fasilitas pelayanan ekonomi dan sosial serta
berbagai kemudahan lain yang lebih luas, tetapi terdapat kecendrungan bahwa
pembangunan fisik semakin pesat (Adisasmita, 2006: 2)
Kemiskinan yang saat ini terjadi tidak hanya menyangkut hak untuk
pemenuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan. Tetapi, kemiskinan juga berarti
akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh
kebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain: ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan
modal. Selain itu, kondisi kelembagaan pimpinan masyarakat yang tidak mengakar
dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi
kemiskinan akan tumbuh subur dalam situasi dimana prilaku/sikap dan cara pandang
(paradigma) masyarakat yang belum berdaya (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan, 2010: 5)
Pembangunan sosial juga dikaitkan dengan kesejahteraan dan keadilan sosial.
Pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan dirumuskan sebagai berisi
sejumlah besar program yang akan mengantarkan pembangunan kepada sebagian
besar masyarakat melalui peningakatan akses kepada pelayanan publik dan
penyuluhan. Dan selanjutnya menyalurkan komponen paket program tersebut kepada
kelompok masyarakat yang dianggap memiliki atau menyandang masalah dalam
pemenuhan kesejahteraan. Pembangunan sosial lebih diarahkan kepada pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan cepat. Sehingga hal tersebut dapat mendorong
perkembangan perekonomian di suatu negara.
Dalam suatu pelaksanaan pembangunan yang dikaitkan dengan kesejahteraan
sosial maka implikasi yang lebih lanjut adalah bahwa kebutuhan-kebutuhan sosial
akan terpenuhi dengan sendirinya sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat
baik yang berada di desa taupun yang di kota. Dengan pendapatan yang meningkat
dari masyarakat maka mereka akan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Pembangunan sosial dimaksudkan sebagai suatu strategi yang ditujukan
suatu strategi yang ditujukan kepada masyarakat yang memiliki kondisi kehidupan
yang tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Sebagai suatu strategi pembangunan maka konsep ini lebih ditekankan adalah
penyaluran berbagai program secara cepat dan langsung kepada sasaran, sehingga
dapat mengentaskan mereka dari kondisi kemiskinan. Dengan demikian minimal
mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Sebagai suatu strategi pembangunan
memiliki kehidupan yang layak termasuk kebutuhan dasarnya melalui proses dan
mekanisme dalam kehidupan sosial yang berlangsung.
Pembangunan akan menemui gejala kemiskinan begitu pembangunan tersebut
diimplementasikan. Pembangunan yang tidak memperhitungkan bahwa masyarakat
yang akan dibangun itu berbeda keadaannya, akan membawa akibat yang lebih berat
bagi warga/lapisan masyarakat miskin. Begitu upaya pembangunan
diimplementasikan, kemampuan warga masyarakat untuk merespon tawaran
pembangunan semakin terlihat tidak sama. Pembangunan yang tidak memperhatikan
keadaan masyarakat yang berbeda-beda itu akan mengakibatkan ketertinggalan
lapisan miskin oleh pembangunan (Mardimin, 1996: 48)
Suatu konsep pembangunan yang menekankan pada aspek manusia dan
masyarakat adalah mengenai pemahaman tentang suatu proses perubahan . Perubahan
di dalam masyarakat dapat dilihat dari dampak yang dihasilkannya yaitu suatu
kemunduran (regress) ataupun kemajuan (progress). Sehingga pembangunan diharapkan dapat menuju ke dalam suatu kemajuan. Semakin banyak kebutuhan yang
terpenuhi maka semakin meningkat kesejahteraann atau taraf tingkat kesejahteraan
masyarakat. Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dibutuhkan suatu proses
perubahan dalam berbagai dimensi yang menyesuaikan dengan dimensi kesejahteraan
yang diharapkan.
2.7 Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat (community development) adalah suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas
pemerintah, guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural masyarakat atau
kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional. Dan inti dari
pengembangan masyarakat adalah bagaimana individu,kelompok atau komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk
masa depan sesuai dengan keinginan mereka
(Soetomo, 2008: 79).
Dengan adanya community development diharapkan berbagai proses untuk meningkatkan kondisi kehidupan yang memberikan fokus perhatian pada suatu
komunitas sebagai suatu kesatuan masyarakat, guna merealisasikan tujuan yang
diharapkan. Sebagaimana dalam kehidupan komunitas terdapat beberapa karakteristik
yang penting, yaitu asas resiprositas dan ikatan lokalitas serta adanya kehidupan sosial
yang terorganisasi. Berbasis asas tersebut, dalam suatu komunitas terdapat jaringan
interaksi dan relasi sosial yang cukup kohesif, serta masing-masing warga memiliki
perasaan dan kesadaran sebagai bagian dari kehidupan bersama, sehingga mempunyai
ikatan yang kuat terhadap komunitasnya. Sebagai suatu strategi pembangunan
masyarakat perkembangan community development lebih menekankan pada swadaya atau self help.
Dipandang dari terminologi yang digunakan, konsep community development
juga sering mengandung potensi kontradiksi. Hal ini disebabkan karena dalam konsep
community terkandung tiga elemen penting yaitu lokalitas, kehidupan sosial yang
terorganisasi dan solidaritas sosial. Di lain pihak konsep development terkandung unsur perubahan sosial yaitu kondisi sosial ekonomi.
2.8 Kerangka Pemikiran
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia,
ketidakberdayaan masyarakat miskin untuk mendapatkan akses yang dapat
menjangkau mereka. Pembangunan pada saat ini telah membawa banyak perubahan
dalam berbagai aspek di masyarakat, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan.
Perubahan tersebut membawa dampak tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tapi
juga sistem nilai dalam tatanan kehidupan sosial bermasyarakat. Namun perubahan
yang diciptakan oleh pembangunan membawa dampak yang lebih kompleks, karena
ternyata telah melahirkan keterbelakangan dan kemiskinan dalam masyarakat. Dari
salah satu alasan tersebut, sehingga muncul program dari pemerintah bernama PNPM
Mandiri Perkotaan.
PNPM Mandiri Perkotaan merupakan salah satu program pemerintah untuk
dapat mengurangi tingkat kemiskinan secara efektif, mandiri, dan berkelanjutan.
Salah satu upaya untuk menanggulangi kemiskinan yang dipakai oleh PNPM Mandiri
Perkotaan adalah melalui pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pengembangan
infrastruktur, sosial, dan ekonomi (tridaya). Kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh
PNPM adalah pinjaman dana bergulir.
Pinjaman dana bergulir merupakan pinjaman yang berasal dari dari modal
stimulan dana BLM yang disalurkan oleh UPK (Unit Pengelola Keuangan) kepada
masyarakat miskin di kelurahan/desa yang disediakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Melalui pinjaman dana bergulir yang
diberikan diharapakan masyarakat miskin dapat meningkatkan perekonomian
keluarga mereka.
Sebelum dana bergulir ini diberikan kepada masyarakat miskin, dana bergulir
yang berasal dari dana BLM diberikan kepada BKM setelah itu disalurkan kepada
Dari kegiatan pinjaman dana bergulir ini diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Untuk melihat keefektifan kegiatan pinjaman dana bergulir ini, maka dapat
dilihat dari 4 ukuran efektivitas suatu program dalam mencapai suatu keberhasilan
dan dalam pencapaian tujuan, yaitu :
1. Kualitas, yaitu bagaimana anggota KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat)
mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan akses pinjaman bergulir.
2. Kuantitas, yaitu dilihat dari modal yang dipinjamkan oleh BKM kepada KSM.
3. Dampak, yaitu bagaimana pengaruh pinjaman bergulir terhadap peningkatan
ekonomi rumah tangga setiap anggota KSM
4. Waktu, yaitu dilihat dari ketepatan anggota KSM dalam pengembalian
pinjaman dana bergulir.
Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dilihat dari
BAGAN ALIR PEMIKIRAN
KEMISKINAN
PNPM Mandiri Perkotaan
BKM
KSM
BLM
Pinjaman Dana Bergulir Tujuan: Menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka
Efektivitas Pinjaman Dana Bergulir:
1. Kualitas 2. Kuantitas
3. Dampak
4. Waktu
Efektif
2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.9.1 Defenisi Konsep
Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan
dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal-hal yang sejenis. Konsep
diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan
sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi
tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat
mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:12)
Untuk mendapatkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai
variabel-variabel yang akan diteliti dalam defenisi konsep yang digunakan dalam pengertian
ini adalah:
1. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan suatu program
berhasil atau tidak dalam pencapaian tujuan.
2. Pinjaman dana bergulir merupakan pinjaman yang diberikan kepada
masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
3. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat yang
tinggal di suatu lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan
suatu tindakan sosial untuk mengubah situasi di lingkungan mereka.
4. PNPM Mandiri Perkotaan merupakan suatu program yang dibuat oleh
2.9.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau
operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya
dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian
dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari
konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009:120)
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian
ini, maka diukur melalui indikator-indikator. Adapun yang menjadi indikator dalam
penelitian ini adalah:
1. Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir dapat dilihat melalui 4
indikator yaitu:
a. Kualitas, yaitu dilihat dari kemudahan anggota mendapatkan akses
pinjaman. Misal apakah pelayanan yang diberikan BKM kepada KSM
sudah memenuhi syarat seperti dalam proses pemberdayaan yang
dilakukan BKM kepada KSM seperti, bimbingan dalam hal pembuatan
proposal kelayakan usaha.
b. Kuantitas, yaitu dilihat dari modal yang dipinjamkan kepada KSM oleh
BKM dan dari jenis usaha yang dijalankan oleh anggota KSM.
b.1 Efektif jika, modal yang diberikan oleh UPK-BKM kepada setiap
anggota KSM