• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggur Merah AM 6 sumba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Anggur Merah AM 6 sumba"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pembaca yang budiman,

Tentu tidak asing di telinga kita mendengar sebutan Bali adalah Pulau Dewata. Bagaimana dengan sebutan Sumba sebagai pulau para leluhur? Yah, Sumba sudah kita dengar tentang kuda Sandlewoodnya, rumah adat tosi, peradaban megalitik, kerbau dan babi sebagai binatang adat. Budaya Sumba dikenal sangat kuat. Ada juga istilah “angkat Jiwa.”

Dalam pandangan redaksi, Angkat Kembali Jiwanya atau dalam Bahasa Sumba disebut Keketa Baliwa Dewana cocok untuk mengungkapkan perasaan Warga Sumba penerima manfaat Program Desa Mandiri Anggur Merah. Secara umum, masyarakat mengakui besarnya manfaat program untuk penguatan ekonomi mereka. Besarnya manfaat program itu bisa terlihat dari hasil liputan tim, menelusuri Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Tengah kali ini. Adat, Budaya Sumba juga memberi corak lain dalam cerita gagal.

Pemberdayaan mengisyaratkan pentingnya penyadaran di awal program. Kira-kira bahasa kerenya adalah Awarness before Empowering. Jika demikian, cukupkah kehadiran program pemberdayaan lain yang telah hadir menjadi bentuk penyadaran itu? Ataukah program Pemberdayaan Pemerintah Provinsi NTT yang ada juga adalah bentuk penyadaran pentingnya berinvestasi ? Jawaban lengkapnya tentu harus didahului dengan penelitian yang obyektif, ilmiah.

Pembaca yang arif…

Sajian kali ini, tim redaksi mencoba benar-benar menggali manfaat juga mudaratnya program Anggur Merah pada 11 Kecamatan, 59 Desa/Kelurahan penerima yang ada di Sumba Barat dan Sumba Tengah selama Kurun waktu 2011 hingga 2014. Tidak semua desa bisa kami kunjungi. Inilah sajian sekilas tentang cerita, asa dan impian mereka.

Tiga puluh poin rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan dengan empat poin utama kelemahan program anggur merah menjadi acuan peliputan. Tidak saja aparat Bappeda, aparat Desa kami temui. Anggota kelompok, Ketua kelompok, tenaga Pendamping Kelompok Masyakat hingga tokoh masyarakat kami datangi. Banyak cerita sukses juga ada kisah pilu.

Setiap pemimpin telah berupaya dengan cara mereka. Kajian akademik dengan landasan hukum, historis, sosiologis antropolis, normatif juga empirik berusaha terus digali. Kekurangan, pasti ada. Kesalahan, haruslah tentu milik bersama. Upaya koreksi terus dinanti. Menghentikan program bukan kehendak massa. Perbaiki, mari perbaiki. Semoga kerja, karya dan tindakan semua kita memberi nilai tambah.

ASA MEMBUNCAH DI NEGERI MEGALITIK

PELINDUNG Gubernur Nusa Tenggara Timur

Drs. Frans Lebu Raya Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur

Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si Sekretaris Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur Fransiskus Salem, SH, M.Si Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi

Nusa Tenggara Timur Ir. Alexander Sena Kepala Bappeda Provinsi Nusa

Tenggara Timur Ir. Wayan Darmawa, MT

Ketua Pengarah Kepala Biro Humas Setda Provinsi

Nusa Tenggara Timur

(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)

(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)

Wakil Sekretaris Inspektur Pembantu Wilayah I

(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si) (Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)

(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)

PDE Inspektorat

(Tarsisius Apelabi,SE, MM)

Perencana Muda

(Yohanes A. Kore, S.STP)

Fungsional Umum Bappeda

(Maria T.R Parera,S.Si)

Fotografer

(Frits Isak Lake,S.Sos) (Kaletus Melek Moring)

(Eljunai Puay)

Desain Grafis

(Marcurius Bani Haba,SH) (Roland E. Nope, S.AP)

ANGGUR MERAH

(3)

Anak Saya

Harus Sekolah Dokter

Mengapa

Anggur Merah...?

9

12

4

16

18

20

23

28

14

31

Ternak Yang Bersahabat

Dengan Merapu

Bappeda Sumba Barat

PENDAMPING :

Ujung Tombak

Pemberdayaan

Masyarakat

Bappeda Sumba Tengah

Camat Umbu Ratu Nggai

Impian Yang Tercapai

Koperasi Olemila

Dari Si Miskin

Untuk Si Miskin

Harus Dari Diri Sendiri

Mau Maju...

Koperasi Marada Ate

Sukseskan Petani

Suara PKM

25

Malam-Malam Juga Saya Datang

Meninggalkan Kenangan Baik

Pukul Dengan Kalimat

32

30

Kreativitas ala

Desa Anakalang

Kelompok Abunawas

Untuk Ekonomi Rakyat Pedesaan

Sangat Bagus...

34

34

Yuliana Tomico Dapadeda Poety

(4)

Mengapa

sebagai jawaban atas panggilannya menjadi pemimpin. Semua program pembangunan itu muaranya adalah kesejahteraan rakyat.

Kondisi dan konteks sosial masyarakat yang berbeda

menyebabkan disain program itu berbeda setiap pemimpin. Di NTT para gubernur merancang program pembangunan dengan melihat kondisiDan konteks sosial masyarakat NTT pada

Herman Musakabe melanjutkan pembangunan sumber daya manusia yang telah dirintis Fernandez melalui 7 Program Strategis Pembangunan.

Perkuatan pembangunan sumber daya manusia dilanjutkan oleh Piet Tallo pada masanya dengan program Tiga Batu Tungku.

Sama seperti para gubernur terdahulu, ketika Frans Lebu Raya mengambil alih kemudi NTT, pembangunan mulai diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan manusia NTT.

Maka Program Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) dirancang sebagai

pengejawantahan tekad

mengangkat dan meningkatkan setiap zaman melahirkan

orangnya, dan setiap orang lahir pada zamannya.

Gubernur WJ Lalamentik menitikberatkan penataan birokrasi pada masa awal pembentukan propinsi ini.

El Tari mulai memasuki era pembangunan dengan fokus pada pertanian dan perkebunan.

Ben Mboi melanjutkan estafet dengan tetap fokus pada pertanian dan perkebunan.

El Tari dan Ben Mboi sangat sadar, lebih dari 80 persen warga NTT bermata pencaharian petani dan tinggal di desa-desa. Fokus program keduanya cocok dan kena menjawabi konteks dan situasi sosial masyarakat ketika itu.

(5)

Dua tahun setelah menjabat sebagai Gubernur NTT, Frans Lebu Raya yang berpasangan dengan sohib kentalnya Esthon Foenay, melakukan langkah jauh dengan membantu secara

langsung uang tunai Rp 250 juta kepada masyarakat di desa-desa. Terkesan pemerintah tampil seperti sinter klas yang membagi-bagi hadiah kepada masyarakat.

Tetapi sejatinya, bantuan ini merupakan langkah konkrit dan langsung guna membantu

masyarakat keluar dari kubangan kemiskinan.

Maka, desa yang dipilih mendapat bantuan ini melalui kriteria-kriteria tertentu. Lebih dari itu, bantuan ini juga bukan hadiah, tetapi dimaksudkan sebagai modal usaha bagi

masyarakat. Bantuan ini bergulir dari satu kelompok usaha ke

Bak gayung bersambut, DPRD NTT ketika itu setuju dan sepakat dengan pemerintah. Program Desa Mandiri Anggur Merah pun mulai jalan tahun 2011.

Program Desa Mandiri Anggur Merah didukung alokasi dana APBD, yaitu dana segar (fresh money) Rp 250 juta untuk ekonomi produktif, Rp 50 juta untuk pembangunan rumah layak huni, pendamping

Operasional pengendalian pembangunan tingkat desa, kelurahan dan unsur tripika yaitu pemerintah kecamatan didukung Polsek dan Koramil diharapkan dapat menciptakan masyarakat desa/kelurahan maju dan produktif.

Program Desa Mandiri Anggur Merah disinergikan

pelaksanaannya dengan PNPM Mandiri, Program

Pro Rakyat

“Menciptakan masyarakat

desa/kelurahan yang

maju dan produktif”

Pro Rakyat

(6)

Program Hibah Lembaga Internasional, CSR BUMN dan Replikasi Program Desa Mandiri Anggur Merah melalui APBD Kabupaten/Kota serta partisipasi masyarakat pada Gerakan Pulang Kampung (GPK).

Untuk mendukung

pembangunan ekonomi pada lokasi program Desa Mandiri Anggur Merah, maka kemitraan Bank NTT dan Bank mitra lainnya, akan mendorong

kemitraan dengan Koperasi Desa Mandiri Anggur Merah dan Koperasi lainnya.

Optimalisasi strategi pembangunan termasuk

suksesnya pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah merupakan upaya mewujudkan visi pembangunan daerah tahun 2013-2018 yaitu “Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkualitas,

sejahtera, dan Demokratis, dalam Bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia”.

Visi tersebut merupakan harapan bersama untuk dapat

diwujudkan melalui sinergi Investasi pembangunan

pemerintah, masyarakat, swasta, asosiasi profesi, kelembagaan agama dan kelembagaan masyarakat.

Kebijakan program pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi

pembangunan dilaksanakan melalui kebijakan 8 agenda pembangunan, 6 tekad pembangunan dan

Pembangunan Terpadu Desa Mandiri Anggur Merah.

Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga

dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai

berikut :

1.

Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.

2.

Agenda Pembangunan Kesehatan.

3.

Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.

4.

Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.

5.

Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan

Lingkungan Hidup.

6.

Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

7.

Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.

(7)

Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :

1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;

2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;

3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:

1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan; 2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki

persentase rumah tangga miskin tinggi;

3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.

Sasaran

Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan 21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai berikut:

a. Tahun 2011-2013

Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan dialokasikan 1 desa/kelurahan

b. Tahun 2014-2018

Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria sebagai berikut:

- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8 - 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14 - 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20 - 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20

Tujuan Anggur Merah

(8)

Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain : 1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan pemerintahan yang optimal;

2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan, baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa bertanggung jawab;

3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarah-mufakat dan kesetaraan gender;

4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna pembangunan;

5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;

6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan masyarakat;

7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan secara transparan dan dipertanggungjawabkan;

8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan mendasar setiap desa/kelurahan.

Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)

Dibantu PKM

(9)

eterangan di atas terlontar dalam

perbincangan redaksi

K

saat berjumpa dengan Aloysius Seran, Kepala Bappeda Kabupaten Sumba Barat bertempat di ruang kerjanya, Selasa (19/5).

Didampingi Sekretarisnya, G. Umbu Yapu Dapamede, beliau memberi gambaran kendala yang dihadapi terkait pengembalian program pemberdayaan di daerahnya.

“Walau demikian, secara umum, masyarakat Sumba Barat sangat antusias menerima kehadiran

Program Desa/kelurahan di tempat mereka” demikian bebernya.

Dijelaskannya bahwa Tahun 2015 ini mereka mendapatkan sentuhan Program Desa Mandiri Anggur Merah pada 13 Desa/Kelurahan yang tersisa di 6 Kecamatan. Itu artinya, total 74 Desa/Kelurahan yang ada, telah menikmati

“Budaya Sumba terkenal sangat kuat dan diyakini memiliki niliai positif. Tetapi, budaya kurban hewan dapat menjadi kendala pelaksanaan program pemberdayaan seperti ini. Pengembangbiakan ternak (kerbau, babi dan sapi)

menjadi contoh nyata bagaimana budaya memberi pengaruh itu.”

(10)

Mandiri Anggur Merah

dipandang sebagai program hibah.

Persoalan lain yang juga diungkapnya yaitu tentang lemahnya dukungan kepala desa. Beberapa oknum bahkan terindikasi berniat jahat untuk memanfaatkan bantuan yang ada.

langkah pembinaan terus kami lakukan. Dengan keterbatasan perangkat, kami coba bangun

kerjasama dengan aparat keamanan untuk mengatasi masalah yang ada” jelasnya. Pengawasan dan pembinaan terhadap tenaga

Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM),

Diskusi tim peliput bersama Aloysius Seran, Kepala Bappeda Sumba Barat (atas) bersama sekretaris, G. Umbu Yapu Dapamede (bawah) bertempat di ruang kerjanya, Selasa (19/5).

Tingginya antusiasme warga Sumba Barat dapat dilihat pada kelompok-kelompok yang terus bergeliat hingga saat ini.

Waekero dicontohkannya sebagai salah satu

kelurahan yang berhasil. Dengan dana yang diperoleh sebesar Rp.250 juta itu,

mereka telah mampu

mengembalikan hingga Rp. 130 juta.

Sejak Tahun 2012 hingga 2014 kelompok-kelompok tersebut bahkan telah mengorganisir dirinya ke dalam koperasi. Mereka meyakini koperasi sebagai lembaga yang lebih cocok untuk mengembangkan usaha ekonomi rumah tangga mereka.

Secara khusus, beliau menginformasikan bahwa sejak Tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Sumba Barat juga telah melakukan replikasi program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah.

Anggaran Pemerintah Daearah, digunakan untuk menyentuh desa/kelurahan yang belum mendapatkan bantuan.

Walau demikian, diakuinya juga jika masih saja ada kelompok-kelompok yang lalai dengan tanggung jawabnya.

Mereka enggan mengembalikan dana

(11)

Hal ini disebabkan

mekanisme pelaporan

yang langsung kepada

Pemerintah Provinsi. Gaji

mereka pun langsung

bisa ditransfer, saat

selesai membuat laporan

yang tidak ditembuskan

kepada pemerintah

kabupaten.

Untuk hal ini, beliau

menyarankan untuk

lebih melibatkan unsur

kecamatan dan

kelurahan. Perlu

dibangun sinergi yang

lebih baik antar jenjang

pemerintahan.

Sebaiknya, Pemerintah

Daerah, minimal melalui

Bapeeda diberikan

ruang juga untuk

memberikan pembinaan.

Keaktifan pendamping

dapat kami perhatikan

jika mereka diwajibkan

memberikan laporan

terlebih dahulu kepada

pemerintah daerah,

sebelum di teruskan

dengan rekomendasi.

Usulan lainnya, agar

Tim Tripika (Tiga

Pimpinan Kecamatan)

dapat difasilitasi.

Meningat tidak ada

semacam biaya

operasional untuk

aktivitas pembinaan

yang mereka lakukan.

Ibu Agustina Mahemba, memanfaatkan bantuan 2014 sebesar Rp.10 juta untuk usaha kosa-kosan.

Selfius Aka, Ketua Koperasi Simpan Pinjam Dira Tana Jaya, Kelurahan

Ibu Mariana Ngongo dengan Usaha kios, jualan bensin, ternak babi dengan memanfaatkan modal pinjaman sebesar Rp.2 juta Ibu Arince Kariang, usaha tenun ikat, ketika

dikunjungi tim bersama PKM.

Ferdy Wilem Lay (tengah), bantuan Rp.10 jt. Tahun 2015, usaha bengkel.

Ibu Magidedo yang mengusahakan sayur mayur bersama Tita Gani,ST PKM Kelurahan Wee Karou.

(12)

PENDAMPING :

Ujung Tombak

Pemberdayaan

Masyarakat

Program Desa Mandiri Anggur Merah merupakan

model pemberdayaan masyarakat yang sangat bagus karena bertujuan untuk menggali potensi-potensi ekonomi masyarakat desa. Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah mendukung penuh program ini serta mereplikasi program ini,” demikian penegasan awal Kepala Bappeda Sumba

Tengah, Dr. Ir. Martinus Jurumana, saat ditemui tim Buletin Anggur Merah di ruang kerjanya.

Dengan dana Rp. 250 Juta yang langsung ditransfer ke kas desa, masyarakat desa dilatih dan dimotivasi untuk membuat manajemen

keuangan desa. Sehingga ketika dana untuk desa dari pemerintah provinsi mulai

digulirkan, masyarakat desa sudah cukup memiliki

pemahaman tentang cara pengelolaan dana.

Sepanjang

pengamatannya, Dana Program Desa Mandiri Anggur Merah tersebut mengalir ke kelompok-kelompok yang dibentuk masyarakat sendiri. Tidak ada kelompok siluman.

“Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) bukan hanya berperan

untuk menagih dan membuat laporan tentang dana tersebut,

tapi juga harus berkreatifitas dan berinovasi dalam upaya

penyadaran masyarakat”

(13)

Menerus. Di sinilah peran Pendamping Kelompok Masyarakat dibutukan.

“PKM harus mampu

memotivasi masyarakat agar perputaran uang tersebut dapat berjalan baik. Karena itu, perlu upaya penyegaran dan pendampingan terhadap para PKM agar mereka

menemukan kiat-kiat baru dalam pemberdayaan masyarakat,” saran Martinus.

Sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap perguliran dana tersebut, maka pada tanggal 10 setiap bulannya, para PKM

dikumpulkan dan dievalusi kinerja mereka.

Karena para PKM tidak hanya berperan sebagai pendamping kelompok Anggur Merah, tetapi juga menjadi fasilitator

pemberdayaan program-program pemerintah. (Ar)

Ia juga tidak menampik kenyataan bahwasanya kondisi sosial budaya telah turut mempengaruhi

pemanfaatan yang keliru dari dana tersebut.

Misalnya, kelompok yang bergerak di bidang

pengembangan ternak. Mereka terpaksa harus memanfaatkan ternak

peliharaannya untuk urusan adat karena mereka tidak punya ternak lain lagi.

Kesulitan-kesulitan tersebut merupakan tantangan yang membutuhkan perhatian dan pendampingan, baik dari Aparatur Desa, PKM, Pemerintah Kabupaten maupun Provinsi.

Masyarakat harus selalu didorong dan diberi

pencerahan agar menyadari arti dan manfaat bantuan dana Program Desa Mandri Anggur Merah. Mereka butuh pendampingan secara terus-Semua kelompok

masyarakat memiliki usaha yang jelas sebagai sarana pengembangan dan

perguliran dana tersebut. Namun harus diakui bahwa perguliran uang tidak

berjalan dengan cepat dan garis kemiskinan dan berkekurangan dalam banyak hal.

“Dana tersebut sudah mereka kembangkan dan hasilnya mereka sudah peroleh untuk meningkatkan taraf hidup, memenuhi kebutuhan rumah tangga dan menyekolahkan anak-anak mereka. Akibatnya, pengembalian dana tersebut menjadi tersendat” jelas Kepala Bappeda.

(14)

MENTALITAS

HARUS DIUBAH

Tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah juga turut andil dalam

keberhasilan pelaksanaan program D

e

sa Mandiri Anggur M

e

rah

erjalanan dari Waibakul menuju kecamatan Umbu Ratu

P

Nggai merupakan perjalanan yang mengesankan.

Bertemankan sebagian besar naungan pohon pinus di pinggir jalan membuat

perjalanan di bawah terpaan terik matahai yang tajam terasa nyaman.

Kami pun tiba di kantor Camat Umbu Ratu Nggai. Di depan pintu kantor, Umbu K. Pari, STP, Camat Umbu Ratu Nggai menyambut tim

Didampingi dua orang PKM yakni Robinson Ndawa Reha, SH (PKM Desa Tana Mbanas Barat) dan

Dominggus Sayabara ( PKM Desa Ngadu Ulu), Camat Umbu Pari menyampaikan ucapan selamat datang.

“Saya atas nama pribadi dan masyarakat Kecamatan Umbu Ratu Nggai

mengucapkan selamat

datang dan selamat bertugas di wilayah kami” kata Umbu Pari dalam sapaan resmi khas seorang kepala

MASYARAKAT

Umbu K. Pari, STP, Camat Umbu Ratu Nggai

Ia menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi NTT yang telah memperhatikan masyarakat desa yang berada di wilayah kecamatan Umbu Ratu

Nggai. “Program Desa Mandiri Anggur Merah yang dicanangkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat saya. Dengan bantuan program ini, masyarakat dapat

(15)

Dalam agenda pertemuan bulanan bersama para kepala desa dan PKM, ia selalu mengingatkan agar dana Program Desa Mandiri Anggur Merah dapat

digulirkan secara lancar sehingga dapat

mendatangkan manfaat bagi seluruh masyarakat.

“Saya sering berkoordinasi dengan Perangkat Desa dan menghimbau kepada seluruh masyarakat agar menjaga dan menggunakan bantuan dana ini sebagai modal yang berharga dalam membantu perekonomian mereka” jelas Camat Umbu K. Pari.

Namun memang harus diakui bahwa masyarakat kita belum terbiasa dengan model pemberdayaan seperti ini.

“Kualitas sumber daya manusia yang ada di

wilayah kami sangat rendah sehingga pengelolaan bantuan dana yang sudah bergulir belum bisa berjalan sesuai harapan,” jelas sang camat secara gamblang.

Selain itu tingginya kasus pencurian di Sumba Tengah juga menjadi salah satu pemicu terhambatnya

pengembalian dana Anggur Merah. Hal ini sangat

dirasakan oleh kelompok usaha yang bergerak di dicuri orang. Akibatnya pada saat pengembalian mereka sudah tidak punya apa-apa lagi. Perasaan kecewa dan putus asa juga menyebabkan mereka bersikap apatis

terhadap pengembalian dana tersebut,” lanjutnya.

Salah satu hal yang mungkin kelihatannya agak konyol namun sudah

membudaya dalam

masyarakat Sumba adalah soal keakraban masyarakat Sumba dengan hewan ternak. Masyarakat Sumba sangat menyatu dengan hewan piaraannya.

“Hampir seluruh

masyarakat yang berada di Wilayah Kecamatan Umbu Ratu Nggai memiliki karakter yang sama. Kalau sudah menyatu dengan ternak yang dipeliharanya, tidak akan mau menjualnya. Misalnya mereka membeli ternak dari bantuan dana Program Desa Mandiri Anggur Merah,

namum takala ternak

tersebut sudah jinak, mereka tidak akan menjualnya. Hal ini tentu memicu kemacetan dalam pengguliran dana tersebut,” lanjut Pak Camat.

Mentalitas dan budaya masyarakat yang demikian mesti juga menjadi perhatian dari semua pihak termasuk pemerintah. Artinya

pemberdyaaan tidak boleh hanya terpusat pada aspek ekonomi, tetapi juga

diarahkan pada perubahan pola pikir masyarakat.

Ini merupakan tugas yang penting buat tokoh-tokoh masyarakat dan para PKM untuk terus berupaya

mendorong dan memberikan pengertian kepada

masyarakat.

“Pemberdayaan harus dilakukan secara

menyeluruh. Upaya

peningkatan taraf ekonomi masyarakat harus dibarengi dengan upaya penyadaran masyarakat,” saran Camat Umbu Pari di akhir

(16)

Anak Saya

Harus Sekolah Dokter

ngkapan kalimat-kalimat pernyataan di atas mungkin pernah kita dengar. Impian menyekolahkan anak setingi-tingginya,

U

tentu juga menjadi harapan semua orang tua.

Tetapi bagaimana kalau kita mendengarnya dari seorang anak muda yang bekerja

sebagai seorang mekanik di bengkel rumahan?

Dialah, Ferdy Wilem Lay, seorang laki-laki usia 36 Tahun, pemilik bengkel rumahan

di seputaran Kampung Sawah, Waikabubak.

Pemilik “Florin bengkel” itu adalah salah-satu penerima bantuan sebesar Rp.10 juta pada Tahun 2015. Pria muda asal Sabu, dengan pendidikan SMA itu, ternyata memiliki cerita menarik.

Semenjak SD hingga SMP bersekolah di Waingapu. Melanjutkan SMA di Irian

Jaya hingga tamat di Tahun 1997.

Ferdy Wilem Lay, pemilik usaha bengkel “Florin bengkel”

“Biar tidak punya tanah, modal penting. Kalau

kita punya cukup uang, kita bisa sewa tempat

(17)

Selepas itu, ia pun mulai mencoba bekerja di beberapa tempat. Menjadi sopir kendaraan dinas kantoran pernah dilakoninya. Bekerja di bengkel ? Tentu…

Belajar otodidak tentang mesin, diakuinya bermula karena tertarik. Semenjak SMP, Ferdy sudah mulai mengerjakan mesin motor hingga mobil. Ia juga pernah menjadi salah-satu mekanik di Bengkel Lotus Waingapu.

Keyakinannya makin bertambah, setelah memenangkan Lomba Kreativitas Teknologi Tepat Guna Tahun 2012. Lomba yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat itu mengantarnya sebagai seorang juara yang berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp.10 juta.

Inilah modal awalnya memulai usaha yang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang.

“Saat itu, tanah ini adalah sawah. Saya gunakan uang yang saya miliki untuk mengeruknya. Lalu, saya mencoba memulai usaha bengkel” demikian kenangnya.

“Kalau punya niat, pasti bisa! Saya buktikan itu… Mulanya saya hanya memiliki satu buah

kompresor kecil, sekarang saya punya kompresor yang besar. Mulanya saya hanya memiliki satu mesin

penggiling kopi berukuran kecil. Kini, saya punya dua berukuran besar” lanjutnya sambil menunjuk kompresor dan mesin penggiling

padinya.

Saat ini, Ferdy belum

memilki karyawan tetap. Satu orang teman, membantunya untuk menambal ban.

Menurutnya akan sulit memaksakan anak muda sekarang untuk bekerja.

“Biarlah mereka yang ingin belajar saya latih. Mereka yang membantu, saya berikan sedikit uang lelah” begitu ceritanya berniat memotivasi sambil berusaha menambah satu orang lagi tenaga yang membantunya.

Pria beranak dua itu sangat mengagumi figure Alfa Edison. Menurutnya butuh 69 tahun bagi Edison untuk menemukan listrik. Ketika itu, orang mungkin juga menilai Edison sebagai pribadi yang aneh karena niatnya. Sekarang, semua orang memanfaatkan hasil temuannya itu. Begitulah dia berpikir.

“Asal bermodalkan keyakinan, jujur dan tidak meyakiti sesama, saya yakin, usaha saya akan berhasil” demikian pungkasnya

Kompresor besar milik Ferdy Wilem Lay, sengaja dibelinya untuk kebutuhan kendaran-kendaran bertonase besar

(18)

Impian Yang Tercapai

“ Bagi sebagian

besar masyarakat

Sumba, kerbau

adalah simbol

adat. Memiliki

kerbau juga turut

mempengaruhi

status sosial

seseorang dalam

masyarakat”

angan pernah berhenti bermimpi, karena untuk meraih hal-hal-hal besar,

J

kita tidak hanya bertindak, namun juga bermimpi, tak perlu hanya merencanakan tetapi juga meyakini. Kata-kata bijak mendiang Putri Diana mungkin tepat untuk menggambarkan harapan dan impian ibu Sepriana Bomba Lapu yang tak pernah memudar.

Ditemui di rumahnya di Desa Nyadu Ulu, Ibu Sepriana menjelaskan bahwa sejak lama ia sangat mengidam-idamkan untuk memiliki seekor kerbau.

Bukan sesuatu yang salah jika ia bermimpi demikian.

Namun keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan membuat impiannya masih tetap jauh.

“Suami saya hanyalah seorang petani kecil. Tanah kami juga tidak seberapa. Jangankan untuk membeli kerbau, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari saja, hasil dari pertanian yang kami peroleh tidaklah cukup” jelas Ibu Sepriana di awal

percakapan dengan tim buletin Anggur Merah.

Meskipun dalam keadaan sulit, namun ia tetap

(19)

“Saat mendengar ada membentuk kelompok usaha pengembangan kerbau. Akhirnya saya bergabung dengan kelompok peternak babi” jelasnya di depan beberapa anggota kelompok Anggur Merah yang turut bergabung di rumahnya. Meski sedikit kecewa, namun ia tetap memegang teguh harapan dan

keinginannya. Kemudian Ibu Spriana mendapat dana bantuan Anggur Merah dan memelihara seekor babi, namun ia terus berdoa dalam hati agar suatu saat

harapannya itu dapat terwujud.

“Saat melihat

perkembangan babi yang kian hari semakin bertambah besar, saya mulai mencari membayar dana pinjaman serta bunganya, sisanya akan saya pakai untuk membeli seekor kerbau kecil,” jelasnya dengan penuh semangat.

Keajaiban itu akhirnya datang menghampirinya. “Saat akan melego babi yang sudah besar tersebut, seorang tetangga

ditukar dengan kerbau kecil miliknya. Tanpa berpikir panjang serta tidak juga memperhitungkan nilai jual kerbau kecil tersebut, saya langsung mengiyakan tawaran tersebut,”katanya sambil menyeka tetesan air mata karena terharu.

Kerbau tersebut masih dipeliharanya dengan baik. Ia enggan untuk menjual hewan tersebut karena rasa sayangnya untuk berpisah dengan kerbau impiannya itu. Sementara untuk melunasi dana Anggur

Merah, ia membayarnya dari Tokoh Masyarakat Desa Nyadu Ulu menyatakan apresiasinya terhadap Program Desa

Mandiri Anggur Merah. “Program Desa Mandiri Anggur Merah yang dicanangkan Bapak

Gubernur cukup menyentuh sampai masyarakat bawah. Saya menyambut baik program ini semoga dengan adanya dana ini, seluruh masyarakat di desa kami dapat meningkatkan

kehidupan ekonominya yang lebih baik,” jelasnya dengan penuh semangat. (El)

(20)

Koperasi Olemila

“Saya merasa bahwa kondisi masyarakat yang sebagian besar masih dililit kemiskinan tidak boleh terjadi pada masyarakat saya, mengingat keadaan alam desa Ole Ate sungguh menjanjikan. Hamparan pohon kemiri tumbuh subur dan menjadi primadona desa Ole Ate”

Dari Si Miskin

Oktavianus Dowangaliu. Karena Plt. Kades sedang tidak berada di tempat, kami dihantar oleh PKM Desa Ole Ate, Yehhezkiel Dongiloja menyambangi rumah mantan kepala desa Ole Ate itu.

“Kami menerima dana Anggur Merah pada masa kepemimpinan saya sebagai kepala desa yakni pada tahun 2011. Jumlah dana yang begitu yang besar sungguh memeras otak ekstra

terutama berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan dana tersebut. Sebagai kepala desa, saya ingin dana tersebut

sungguh membantu

perekonomian masyarakat di wilayah saya,” jelasnya kepada tim buletin.

Dana sebesar Rp 250 juta menjadi berita gembira bagi masyarakat di daerahnya, tetapi

bagaimana caranya agar dana tersebut sungguh bermanfaat dan berdaya dalam membangkitkan dalam menopang perekonomian keluarga. Karena itu ia berpandangan bahwa dana tersebut tidak boleh diberikan langsung kepada masyarakat.

“Dana tersebut harus digulirkan melalui suatu wadah, agar pengelolaan dana tersebut

dilaksanakan secara bertanggung jawab. Wadah ini juga dapat menjadi sarana dalam

memperkokoh ikatan kebersamaan dan persatuan antar warga masyarakat Ole Ate,”

katanya sambil mengajak kami menikmati teh dan kopi panas yang telah disuguhkan.

Maka setelah melalui perundingan dengan warga Ole Ate, diputuskan bahwa dana tersebut harus dialirkan melalui Koperasi. Warga

masyarakat pun

mempercayakan dirinya untuk menjadi ketua koperasi dana bantuan Anggur Merah tersebut. Awalnya ia menolak jabatan tersebut, namun dorongan dan desakan warganya yang begitu besar membuatnya tidak

Oktavianus Dowangaliu,

(21)

Berdasarkan hasil kesepakatan bersama pula, dibentuk tiga kegiatan yang dijalankan oleh kelompok-kelompok dalam mengembangkan dana bantuan anggur merah yakni kegiatan simpan pinjam, pengembangan usaha kios dan pengembangan usaha komoditi pertanian.

Setahun berjalan, yang tampak cukup

dikatakan berhasil adalah usaha simpan pinjam, karena mereka wajib menyetor setoran awal sebesar Rp. 100 ribu sebagai uang pangkal untuk menjadi anggota dan setiap bulan wajib

menyetor uang simpanan wajib sebesar Rp. 20 ribu. Walaupun hanya sekitar 20 orang

masyarakat yang menjadi anggota kelompok simpan pinjam.

Sementara usaha kios dan pengembangan komoditi mengalami kegagalan. Usaha kios mengalami kegagalan karena berkaitan dengan daya beli masyarakat dan kebiasaan untuk bon

atau hutang sdangkan Mereka wajib

mengembalikan dana tersebut beserta bunganya dalam kurun waktu satu tahun. Di sisi lain, usaha pengembangan komoditi juga tidak berjalan dengan sukses karena kemiri tersebut dijual ke penadah lokal dengan harga yang relatif murah.

Untuk mengatasi hal ini akhirnya diputuskan bahwa untuk pengembangan usaha kios serta komoditi pertanian dananya akan dibatasi dan dialihkan ke usaha simpan pinjam. Dari situlah koperasi mulai digiatkan sebagai satu-satunya kekuatan ekonomi masyarakat. Jumlah anggota koperasi pun mulai

bertambah menjadi 46 orang anggota.

Sang kepala desa pun mulai berpikir lebih lanjut agar koperasi itu memiliki nama dan berbadan hukum. Berdasarkan hasil

kesepakatan seluruh anggota, mereka menamakan koperasi tersebut dengan Koperasi Serba Usaha Oemila.

“Oemila sendiri dalam bahasa kami berarti kawan si miskin. Dengan penamaan itu, Koperasi Serba Usaha Oemila ingin menjadi sahabat bagi masyarakat miskin” urainya dengan bersemangat.

Ditambahkannya pada tahun 2013, Koperasi Serba Usaha resmi mendapat pengakuan dari Dinas Koperasi sebagai salah satu koperasi yang melalui koperasi ini dapat dipinjamkan untuk berbagai usaha yang berkaitan dengan peningkatan taraf hidup anggotanya.

“Sesuai dengan kesepakatan awal para anggota, besarnya bunga koperasi adalah sebesar 2%. Dana itu bahkan bisa dipinjamkan untuk membantu perawatan sakit para

anggotanya. Juga dapat dipergunakan untuk menyekolahkan anak-anak dari para anggota, tercatat sampai dengan tahun 2015 sudah 7 orang anak yang berkuliah yakni 5 orang di Malang dan 2 orang di Kupang. Ketujuh anak anggota ini dikuliahkan dengan dukungan dana yang dipinjam dari Koperasi Serba Usaha Oemila” terangnya.

Ia pun mengajak tim bulletin untuk berjalan ke Pasar Ole Ate yang berjarak sekitar 200 meter dari kediamannya. Gustinus Umbuseri, Pedagang Sembako yang menempati salah satu Lapak di

(22)

pasar Ole Ate menyampaikan rasa terima kasihnya atas dana bantuan Program Desa Mandiri Anggur Merah yang disalurkan melalui Koperasi Serba Usah Ole Mila.

Dengan bantuan dana tersebut ia bisa mengembangkan usaha dagangnya dan

hasilnya bisa ia gunakan untuk menyekolahkan seorang anaknya di Malang.

“Tahun 2015, anak saya akan diwisuda. Terus terang, saya terlambat mengembalikan dana anggur merah karena uang hasil penjualan sembako dipakai untuk mengongkos

perkuliahannya. Saya berjanji begitu anak saya selesai diwisuda, saya akan segera

mengembalikan dana yang dipinjam dari koperasi,” tegasnya kepada tim.

Daud Toda Lani, salah seorang pedagang yang menempati bangunan kios permanen di Pasar Ole Ate juga mengungkapkan rasa terima kasih atas sumbangan dana Anggur Merah.

Dana tersebut sungguh sangat membantu peningkatan taraf hidup keluarganya. Ia bisa menyewa bangunan untuk kios serta membeli barang-barang dagangan. Hasilnya dipakai untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga pada taraf sekolah menengah atas saat ini.

Ia menegaskan bahwa dengan kurangnya atau bahkan tidak adanya akses masyarakat miskin untuk meminjam uang di bank, bantuan

Dana Anggur Merah yang disalurkan melalui koperasi sangat bermanfaat bagi mereka.

Di akhir perbincangan yang menakjubkan bersama ketua Koperasi Serba Usaha Oemila sekadar bercanda. Bapak Oktavianus pun hanya tersenyum malu-malu. koperasi Oemila juga bisa menjadi jembatan buat bapak menuju calon DPRD ya...” canda tim lebih lanjut. Sekali lagi sang mantan kades hanya tersenyum simpul.

Yah, Koperasi memang merupakan wadah ampuh bagi kaum miskin Desa Ole Ate dalam mengatasi kesulitan ekonomi mereka.

Seperti ditegaskan oleh Frierich Wilhelm Raiffeisen (1818-1888), pelopor gerakan Credit Union dan Walikota Flammerfield, ia mengatakan bahwa “kesulitan si miskin hanya dapat diatasi tujuan produktif”.

(23)

Harus Dari Diri S ndiri

e

Mau Maju...

“Semuanya harus ada niat dari sendiri, kalau ada niat pasti ada jalan.

Maju dan merubah hidup itu tak bisa bergantung dari orang lain”

emikian kata-kata motivasi yang dilontarkan ibu

D

Julaiha, Ketua Kelompok Suka Maju Desa Lenang, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, saat ditemui oleh tim peliput.

Ibu dua anak ini

mencontohkan hal tersebut pada dirinya sendiri. Pada awalnya karena ingin

membantu sang suami yang adalah petani dan peternak dalam mencari nafkah, ia

kecila-kecilan di depan rumahnya dengan modal seadanya, sehingga ibu Juliana menyediakan

barang-barang jualan dalam jumlah yang terbatas.

Keuntungan kecil yang didapatnya langsung

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketika mendengar bahwa ada bantuan Desa Mandiri Anggur Merah untuk

membantu usaha

perekonomian masyarakat

Dengan mengajak tiga orang ibu, mereka

membentuk kelompok Suka Maju, dengan jenis usaha penjualan sembako. Bantuan dana yang didapatkan

sebesar Rp. 15 juta. Dengan kucuran dana tersebut, ia mulai merenovasi bangunan sederhana sebagai tempat jualan dan menambah jumlah barang yang dijualnya.

Ia selalu mengingatkan ketiga temannya agar

(24)

keuntungan penjualan untuk melunasi dana anggur mereka beserta bunganya pada tahun 2015 sejumlah Rp. 16.800.000,-.

Sebagai ketua kelompok, Ibu Julaiha menyampaikan terima kasih kepada

pemerintah provinsi atas suntikan dana. “Terima kasih kepada Bapak Gubernur dan wakil Gubernur karena

sudah memperhatikan masyarakat kecil seperti kami. Kami berharap dana tersebut bisa dipinjamkan lagi agar kami dapat

mengembangkan usaha kios lebih besar lagi,”pinta Ibu Lakuritu menjelaskan bahwa dana desa anggur merah sudah berkembang di tengah masyarakat. Masyarakat sangat anstusias ketika menerima dana tersebut pada tahun 2011.

Dana itu dibagikan kepada berbagai jenis kelompok usaha. Ada yang bergerak di belum bisa mengembalikan dana tersebut yakni

kelompok usaha yang bergerak di bidang

pengembangan alat tangkap ikan serta jual beli ikan” kata Thomas saat ditemui tim buletin di pinggiran pantai Lenang.

Melihat kenyataan ini, ia berdiskusi lebih lanjut dengan aparat desa untuk melakukan pola edukasi dan penyadaran demi

menggugah tanggung jawab masyarakat.

Berkat upaya yang tiada henti, pada tahun 2013 terjadi penambahan satu kelompok bergulir dengan dana bantuan sebesar Thomas di akhir percakapan. “Untuk memotivasi

masyarakat agar dana tersebut dapat bergulir lancar maka disepakati adanya sanksi lokal yakni menyita apa saja yang dipunyai oleh anggota

kelompok jika dana tersebut tidak dikembalikan,”jelas pria yang menjabat Plt. Kades Desa Lenang itu.

Antusiasisme warga saat menerima bantuan itu ternyata tidak merambat sampai pada saat

pengembaliannya. Pada saat jatuh tempo, dana

tersebut hanya dikembalikan dalam jumlah yang sedikit.

“Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh anggota kelompok dalam

mengembalikan dana tersebut di antaranya pendapatan masyarakat yang masih sangat rendah, terjadinya rawan pangan, hewan-hewan ternak banyak yang mati karena penyakit.

(25)

Kesulitan-kesulitan yang dialami dapat merangsang daya kreatifitasnya sebagai pendamping. Ia coba menyusun jadwal pertemuan kelompok setiap bulannya, namun sayang anggota kelompok yang hadir dalam pertemuan tersebut hanya satu dua orang saja.

Ia mendatangi rumah-rumah semau anggota kelompok untuk sekadar mengingatkan dan menyadarkan mereka akan kewajiban mereka.

“Pola pemberdayaan yang ingin diwujudkan dalam bantuan Program Desa Mandiri Anggur Merah ini sudah sangat bagus. Artinya

masyarakat adalah subyek yang menentukan perubahan, bantuan hanya merangsang daya kreativitas dan usaha mereka. Namun

memang harus diakui pola pikir masyarakat masih belum beranjak dari pola pikir lama, yang hanya ingin menerima bantuan. Karena itu

edukasi dan penyadaran harus terus dilakukan” jelas sang PKM dengan gaya argumentatifnya. (*)

Terus Berupaya

Dewan (DPRD NTT),

Jangan Stop Program ini

PKM Sumba Barat (seluruhnya)

Semakin banyak pengangguran …

“Program ini mempekerjakan kami sebagai PKM. Jika dihentikan, kami mau ke mana?”

Mateus Ranggudima, PKM Desa Lenang,

Alumni Fisip UNWIRA Kupang

Semua Program Pemberdayaan di sini, dianggap sebagai hibah. Masyarakat menyebutnya dengan istilah “Air Mata SBY, Jokowi dan Air Mata Bapak Gubernur NTT. (*)

Dinas Koperasi Kabupaten Sumba Barat belum terlalu terlibat. Karena itu, mohon agar Dinas Koperasi Provinsi NTT dapat membantu kami dalam hal pembukuan. Walau bukan buku asli. “tolong bantu, karena kami tidak berlatar belakang pendidikan perkoperasian”. (*)

Kesulitan saya karena merupakan PKM pengganti. Tidak ada informasi dan surat

pengunduran diri dari Neniati Bora (PKM sebelumnya). Saya kesulitan mendata kembali karena tidak ada arsip.

Tita Marlina Abdul Gani,ST, PKM Kelurahan Wee Karao

Nuhun Hafid,SE. PKM Desa Lapale

(26)

Demikian ungkapan lugas Demetrius B. Watalika (Metro) yang ingin menyukseskan Program Anggur Merah di daerah dampingannya. “Karena program ini pro poor, pro rakyat. Program ini sangat bagus, harus terus dijalankan, berkelanjutan. Program yang tulus, membangun masyarakat dari sisi penguatan ekonomi. Siapapun yang memimpin daerah ini, program harus terus dilanjutkan, jangan sampai di sini saja. Supaya daerah ini tidak distigma dengan berbagai label negatif dan bisa keluar dari kemiskinan”

tambahnya menyayangkan pendapat para elit yang ingin menghentikan program pemberdayaan ini. Semoga benar... bukan makirri Metro... (*)

Nama : DEMETRIUS B. WATALIKA (Metro) TTL : Kupang, 12 November 1979 Umur : 39 Tahun

Pendidikan : Sarjana ( Teknisk Sipil)

Alamat : Jl. Soekarno, Nomor 8 Desa Dedekaou, Kelurahan Loli, Kabupaten Sumba Barat. Pekerjaan

1. FM PPIP Kabupaten Sumba Barat (2005-2006); 2. Konsultan Dana Dekonsentrasi Dinas Pendidikan

Provinsi NTT (2007);

3. Konsultan Pengawas Jalan Provinsi di Maumere (2008); 4. FM PPIP Kabupaten Nagekeo (2009-2010);

5. FM PPIP Kabupaten Belu (2011);

6. Fasilitator Pamsimas Dana HID World Bank (2012); 7. Tenaga Ahli Program Pemberdayaan PPIP (2013-2014); 8. PKM Anggur Merah, Desa Laboya Bawah dan Desa

Bondosula (2014-sekarang). Status : Menikah

Istri : Arista Ringu Langu Anak

1. Michael Ojan Ringu Watalika 2. Marcelino Pius B. Watalika

Pesan & Kesan :

1. Continue dan Suistanable Program Terus dilanjutkan 2. Agar dirancang juknis yang lebih sistematis sehingga

output program bisa terukur lebih jelas.

3. Perlu mekanisme rewardand punishment kepada desa-desa yang berhasil maupun gagal, sehingga tumbuh motivasi berkoperasi.

Saya Rela Tidak Digaji

“Jika saya berhasil membawa kelompok di dua Desa ini (Desa Laboya Bawah dan Desa Bondosula), saya rela tidak digaji. Demi militansi dan idealisme saya kepada pemberdayaan,

(27)

Saya Merasa... Saya Sukses...

Komentar di atas dilontarkan oleh Dominikus F. Kete,SH (28). Dia adalah salah seorang tenaga Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) yang ditugaskan mendampingi Desa Patiala Dete.

Ukuran keberhasilan yang disampaikannya dengan lantang, menggoda kami untuk terus menelusuri kisahnya. Setidaknya pengembalian dan perguliran desa binaannya mungkin bagus, benarkah ?

Secara resmi Pemerintah Provinsi NTT telah memberikan beberapa indiktor untuk mengukur keberhasilan program. Beberapa ukuran

keberhasilan itu masih sering digunjingkan, debatable.

Beberapa elit, pengamat hingga akademisi bahkan dengan sadar ngece. Mereka

berpendapat jika tidak ada korelasinya dengan

“Kenapa saya berani berkata seperti itu ? Karena saya mampu mengubah pola pikir masyarakat desa. Desa ini pernah menerima bantuan pemberdayaan sejenis

di Tahun 2011. Saat itu tidak ada pengembalian sama sekali. Sekarang ada !”

Terkait berbagai fakta di atas, diusulkannya agar Dinas Koperasi dapat membantu mereka. Perlu dilakukan pelatihan manajemen koperasi khusus bagi Bendahara dan para pengelolanya. Tolong bantu PKM dengan pembukuan.

“Fotocopyan juga baik. Tolong ajar kami, biar kami isi sendiri” akhir, PKM yang selalu tersenyum bersahaja itu.

penurunan angka kemisikinan. Lalu

bagaimanakah kita harus memaknai komentar saudara pendamping yang sering di sapa Edy itu?

Dari wawancara kami terungkap jika Edy mendampingi sebuah Koperasi. Koperasi Simpan Pinjam Merada Ate namanya. Koperasi itu mendapatkan pendampingan sebesar 250 juta rupiah, memanfaatkan bantuan Tahun 2014. Jumlah anggota koperasi sebanyak 56 orang. Pengembalian yang tercatat dalam rekening adalah sebesar Rp.30.489.177,- Saat kunjungan, tim juga diinformasikan tambahan pengembalian sebesar Rp.10.800.000,- yang belum disetor ke rekening koperasi.

Edy adalah seorang lulusan Fakultas Hukum pada salah-satu perguruan tinggi swasta di Kota Kupang. Dia merasa kecewa dengan pembinaan yang dilakukan oleh dinas koperasi setempat.

Barang negara koq diperdagangkan ?

“Belum pernah ada kunjungan aparat dinas koperasi apalagi pelatihan.

Pembukuan koperasi pun

dikeluhkannya, terutama karena harus dibeli di Dinas Koperasi.

Saya merasa tidak puas. Saya anak kemarin. Cukup bantu kami dengan buku-bukunya saja“ demikian celetuknya yang merasa

(28)

Koperasi Marada Ate

Jalanan menanjak, dengan sesekali berkelok

menyakinkan tim redaksi jika Desa Patiala Dete memang berlokasi di tempat yang tinggi.

Pemandangan laut yang sesekali mengintip dari celah-celah pepohonon, sedikit berbukit dan sedikit lahan rata di antara celah-celah perbukitan serta sedikit bebatuan. Dengan kondisi perbukitan,

Di Desa Patiala Dete yang memiliki Koperasi Simpan Pinjam Merada Ate ini, tim bertemu beberapa orang yang sementara berkumpul di rumah Bapak Kepala Desa.

Kepala Desa Patiala Dete : Edu Talo (42)

“Syukur-syukur saya tidak tolak program. Program ini sangat Memudahkan Petani”

Dalam pengolahan lahan di wilayah ini, pada

umumnya penduduk sudah tidak lagi menggunakan pupuk organik dan bergantung pada pupuk kimia dalam pengolahan.

Hingga saat peliputan kami, dana bantuan pada Desa Patiala Dete sedang dalam proses pengembalian. Usaha padi sawah yang digeluti beberapa anggota kelompok baru mulai dikerjakan pada Bulan

Januari hingga Februari 2015. Karenanya, diakui jika masih ada anggota kelompok yang belum bisa mengembalikan bantuan yang diperoleh.

Namun, mereka berjanji untuk menyelesaikan kewajibannya saat musim panen. Bulan Juni dan Juli adalah waktu yang

dimaksud mereka.

Terkonfirmasi oleh Edu Talo, Kepala Desa Patiala Dete, kalau masyarakat desanya pernah trauma dengan program sejenis. Dengan kondisi perbukitan,

Desa Patiala Dete memiliki lahan yang sangat subur dan sangat cocok untuk pengembangan tanaman umur pendek dan umur panjang seperti tanaman jagung, padi ladang, pisang,

(29)

“Secara pribadi saya untung! Setelah menerima bantuan ini, usaha pribadi saya lancar. Bisa beli bibit, pupuk dan obat untuk rawat padi. Lumayan hasilnya” demikian keterangannya untuk

mengelola sawah. Pengembalian Yeremias sedikit mengalami masalah. Ia macet dalam

pengembalian selama dua bulan. Untuk pinjamannya sebesar Rp.8 juta, ia harus mencicil Rp.975.000,-, termasuk simpanan pokok dan simpanan wajib. (Lwl)

dimasksudnya adalah Program Replikai Anggur Merah dengan sumber dana APBD Kabupaten Sumba Barat. Program yang

digulirkan Tahun 2011 ketika itu bermasalah.

“Hal ini memang menjadi tantangan tersendiri,

terutama bagi tenaga

pendamping untuk memulai lembaran baru” demikian jelasnya.

Keterangan lain mengatakan jika pencairan Dana Anggur Merah melalui KSP Marada Ate dilakukan pada tanggal 22 September 2014 lalu. Pencairan tersebut dihadiri juga oleh Danramil

Walakaka, Kapolsek Laboya dan Kepala Desa bersama aparatur Desa Patiala Dete.

Ketua Koperasi Merada Ate : Agustinus Nyoga Numu (54) “Pengembalian dana kelompok koperasi kami memang terkesan macet. Hal itu dikarenakan sebagian besar

anggota koperasi yang ada bekerja sebagai petani. Mereka mengusahakan pertanian sawah. “Masyarakat kami baru bisa membayar saat musim panen” jelasnya.

Sesuai kesepakatan awal rapat koperasi diputuskan beberapa hal yaitu :

Simpanan pokok sebesar Rp.100.000, Simpanan wajib sebesar Rp.10.000/bulan Simpanan sukarela sebesar Rp.5.000,-Tanpa denda keterlambatan

Bunga sebesar 2% untuk setiap bulannya

Pemanfaatn bunga 2 % tersebut adalah : 1,5 % untuk pengurus koperasi dan 0,5 % untuk pemerintah desa setempat.

Anggota yang mengusahakan pertanian telah disepakati jangka waktu pengembalian hingga 3 bulan. Sementara yang

mengusahakan jenis usaha perkiosan bisa dilayani setiap bulan. Modal usaha yang dicairkan untuk desa perkiosan berkisar antara Rp.1 juta hingga Rp.7 juta perorang.

Bendahara Koperasi Merada Ate : Maria L. Mety (28). Salah satu guru Sekolah Dasar Masehi Pegarewa

Agustinus Nyoga Numu,

Ketua Koperasi Merada Ate Sekretaris Koperasi Merada Ate, Yeremias Yegabaya,

Maria L. Mety, Bendahara Koperasi Merada Ate (kanan berbaju merah) bersama anggota kelompok yang hadir

Sekretaris Koperasi Merada Ate : Yeremias Yegabaya (25).

(30)

Malam-Malam Juga Saya Datang

“Jika ada anggota koperasi yang belum meyelesaikan kewajibannya, saya akan ke rumah. Biasanya ada juga yang menghindar, tapi kalau sering-sering berkunjung,

Pasti akan ketemu juga...”

emikian keterangan Bapak Selfius Aka, Ketua Koperasi Simpan pinjam (KSP) Dira Tana Jaya mengisahkan

D

perkembangan koperasi mereka. Cerita di atas merupakan upayanya untuk terus menggugah anggota kelompoknya.

Koperasi yang berada di Kelurahan Dira Tana, Kecamatan Loli itu merupakan salah satu koperasi penerima manfaat Program Pemberdayaan besutan Pemerintah Provinsi NTT.

Ditemui redaksi sore itu, pria bertopi merah itu sedang bersendagurau dengan beberapa anggota kelompoknya. Pria yang bersuara lantang itu, sekilas seperti orang sumba asli, ternyata Pak Selfi kelahiran Alor. Dengan berbagai bahasa lucunya, dia coba

menggoda tim. Kami pun mencoba untuk tidak terpancing, informasi yang valid harus kami dapat. Terkait Koperasi yang juga di beri nama Koperasi Anggur Merah itu, diceritakan mulai berdiri tanggal 24 April 2014.

Pria paruh baya itu ternyata juga adalah seorang pensiunan dari PT. Pos Indonesia Waikabubak. Setidaknya 31 Tahun lamanya bertugas, akhirnya ia menyelesaikan tugasnya sebagai salah satu karyawan PT. Pos pada Tahun 2013.

Karena ketrampilan mengelola koperasi semasa aktif sebagai PNS PT. Pos, anggota kelompoknya mempercayakan sebagai ketua kelompok. Berbekal pengalaman mengelola koperasi itu juga, ia terus berupaya

melembagakan koperasi. Berbekal sikap ramah, penuh humor ala orang sumba, dia memang terlihat dekat dengan anggotanya.

“Bapa tua terlalu lucu. Waktu saya belum selesaikan pinjaman, tiap hari dia datang terus. Kalo tidak pagi, siang atau malam pasti dia muncul. Tapi baik juga, sekarang

Nama : Selfius Aka

TTL : Alor, 7 September 1957 Pendidikan : SMEA 1979

Pekerjaan : Pensiunan PT. Pos Indonesia Tahun 2013 Istri : Dra. Magdalena Fida

Anak : Musa A.P.T Aka Penataran/pelatihan :

- Dikmenpos, Bandung 1981

- Manajemen Usaha, Denpasar 1987

- Audit Internal PT. Pos Indonesia, Bandung 1995 Jabatan : Ketua Koperasi Simpan Pinjam Dira

Tana Jaya Hobi : Bertani Usul/Saran :

- Jika dapat, modal usaha ditingkatkan, dari Rp.250 juta menjadi setidaknya Rp.500 juta.

- Agar dapat diberikan pelatihan, pembinaan dari pemerintah.

Kesan :

Kami sangat senang dengan kunjungan dari Tim Pemerintah Provinsi NTT, karena kami bisa

(31)

Meninggalkan Kenangan Baik

“Visi saya adalah bisa mempekerjakan orang-orang desa. Bagaimana caranya agar desa kami ini memiliki dana segar yang siap berputar. Ini yang mau saya tinggalkan, saat tidak

lagi menjabat sebagai kepala desa.”

egitulah keinginan seorang Jhon B. Pajaga, dialah Kepala Desa Mamodu, Kecamatan Wanokaka. Diceritakan

B

bahwa niatnya untuk memberdayakan masyarakat desa sudah ada sejak lama. Hal itu karena keprihatinannya melihat kondisi masyarakat yang tak berdaya.

Pertama kali gagasan ini mereka diskusikan secara serius di tahun 2011. Setahun lamanya mereka berusaha menyiapkan dana segar di desa mereka. Sampailah mereka pada kesepakatan untuk membentuk koperasi. Koperasi itu mereka beri nama Koperasi Talora. Ketuanya adalah Bapak Jak R. Maru.

Niat kami itu bak gayung bersambut. Kepala Desa berhasil mendapatkan informasi kalau ada dana IDT yang mengendap sebesar Rp.40 juta. Setelah bertemu Bupati kala itu, Jhon menyampaikan niatnya membantu warga desa. Hasil konsultasinya, dana tersebut dibolehkan untuk dijadikan modal usaha masyarakat, asalkan dibentuk dalam koperasi.

Dalam catatan kami, Koperasi tersebut telah dibetuk dengan akta pendirian pada Bulan Desember 2012. Sejak mulai beroperasi pada tanggal 2 Oktober 2014, anggota

kelompoknya terus bertambah. Jika

sebelumnya hanya ada 1 kelompok dengan anggota 85 orang, kini telah bertambah 17 orang anggota. Total 102 orang anggota tersebut, kini mengusahakan kain tenun sumba, ternak dan usaha kios.

Menurut Jak, sang ketua kelompok, kini geliat ekonomi anggotanya mulai terlihat. “Ada peningkatan ekonomi masyarakat, pendidikan anak-anak kami juga tidak lagi menjadi beban” demikian ujarnya semangat.

Beberapa kendala usaha tenunan kain

Nama : Jhon B. Pajaga

TTL : Parinyou, 6 Oktober 1967 Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Kepala Desa Mamodu Pengalaman:

- Kepala Urusan Pemerintahan Desa, Pemerintah Desa Mamodu;

- Ketua Kelompok Tani;

- Ketua Forum Pemerintah Desa (Fordes) Kabupaten Sumba Barat.

Hobi : Bertani Pesan dan Kesan :

Program Anggur Merah yang ada sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin di desa, yang kekurangan modal untuk pengembangan usaha- usaha produktif. etalase/kios sendiri untuk memasarkan kain mereka. Pemasarannya menjadi lebih sulit. Jika harus

(32)

Pukul Dengan Kalimat

“Pelaksanaan program di lapangan memang berbeda.Untuk suksesnya, kita butuh seni. Kadang memang harus mengalah tetapi mengalah bukan berarti kalah. Keras sudah tidak

jamannya lagi. Jadi, kita pukul dengan kata-kata saja.”

emikian jelas Yudas Moto Dimu, Kepala Desa Lapale,

D

Kecamatan Kota tentang gaya kepemimpinannya, membimbing warga desanya. Pendekatan persuasif

menjadi kata kunci baginya. Ia tetap sabar mengajak masyarakat desa

mengembalikan pinjaman mereka. Terungkap dalam pertemuan kami pagi itu Rabu (20/5) jika persoalan pengembalian di desanya sempat mengalami masalah.

Sejak Tahun 2012, desa mereka berjalan tanpa pendampingan. Menurut informasi yang kami peroleh, PKM sebelumnya atas nama Neniati Bora sudah bekerja di salah satu LSM di Sumba Barat Daya.

Hari itu, bersama Djowa Kanisa Didu, Sekretaris Desa Lapale, tim kami diterima di rumah miliknya. Sang kepala desa sudah menjabat sejak 28 Desember 2010,

sedangkan Sekretaris Desa menduduki jabatannya pada Tahun 2013.

Terkonfirmasi jika Desa Lapale baru mengembalikan pinjaman sebesar enam jutaan rupiah. Terdapat 15 kelompok dengan 148

anggota dengan jenis usaha yang berfariasi.

Sebagian besar kelompok mengusahakan jenis ternak sebagaimana usulan dalam proposal mereka. Beberapa kelompok diantaranya

Mengusahakan ternak babi, kambing dan ayam.

Kelompok lainnya

mengusahakan ikan dan usaha berjualan di pasar (papalele). Untuk lengkapnya lihat tabel.

Secara tegas, Kepala Desa Lapale ini mengakui adanya manfaat dari program

pemberdayaan besutan Pemerintah Provinsi NTT itu.

(33)

“Program ini baik bagi masyarakat dan

pengembangan ekeonomi wilayah desa. Persoalannya terletak pada kesadaran penerima program. Bahkan ada beberapa anggota kelompok yang memang tidak mau mengembalikan pinjamannya. Akan tetapi, dengan kehadiran saudara Nuhun (PKM Baru) kami mencoba mendekati anggota kelompok lagi” demikian ungkap Yudas, terkait rendahnya kesadaran

Ada juga bahasa

provokasi yang berkembang di tengah masyarakat Desa Lapale ini. “Ko kami saja tidak setor, kenapa kau sibuk sekali” demikian katanya menirukan.

Untuk anggota masyarakat yang seperti ini, menurutnya memang dibutuhkan

pendekatan tersendiri. Bila perlu, ada kerjasama dengan aparat kamanan untuk menumbuhkan kesadaran mereka. (Lwl)

Masyarakt desanya.

Diiinformasikan juga bahwa sebelumnya (Tahun 2014), pernah berkunjung tim dari Inspektorat Provinsi NTT.

“Masyarakt kami undang untuk membicarakan

persoalan yang ada. Sempat ada persetujuan masyarakat saat itu untuk

mengembalikan pinjaman yang tertunggak. Tetapi setelah itu, hingga saat ini belum ada kemajuan” kata Yudas menerangkan.

Tabel Setoran Kelompok Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat Desa Lapale

Kabupaten Sumba Barat (31 April 2015)

Keterangan :

(34)

6.853.784,-Kreativitas ala

Desa Anakalang

Kelompok Abunawas

iang itu, matahari sedang berada di puncak kekuasaannya saat kami tiba di pelataran Kantor Desa Anakalang.

S

Bangunan permanen yang terletak di pinggir jalan negara itu kelihatannya ramai. Maklum hari itu adalah hari pasar.

Posisi kantor desa yang berhadapan langsung dengan lokasi pasar Anakalang mengakibatkan lalu lintas orang yang keluar masuk kantor juga banyak. Ada yang sekadar berteduh dari kegerahan teriknya matahari serta kepenatan pasar yang tak dapat menampung tumpahan manusia yang tak terbilang

banyaknya. Ada pula yang memang sedang ada keperluan di Kantor Desa itu.

Tak berapa lama setelah mengisi buku tamu, seorang pria setengah bayah menghampiri kami. Dengan ramah ia memperkenalkan dirinya. Dia adalah Umbu Kabalu Daungu yang menjabat sebagai Kaur Pembangunan Desa Anakalang.

Setelah mengetahui maksud dan tujuan kedatangan kami, beliau dengan sangat

menyesal dan meminta maaf karena Kepala Desa Anakalang sementara lagi ke Kota

Kecamatan untuk menghadiri sosialisasi tentang Pengelolaan Dana Desa.

Ia pun coba menghubungi PKM Desa Anakalang, namun tak bisa dihubungi karena kondisi signal di tempat tinggal sang-PKM yang berada di dusun pedalaman lagi tak bersahabat. Kami pun coba bertanya sedikit tentang program Anggur Merah pada Umbu Daungu.

“Saya memohon maaf sebelumnya, saya tak terlalu mengetahui secara pasti tentang jumlah kelompok penerima Dana Anggur merah karena data lebih pastinya ada di Bapak Sekretaris Desa dan Kepala Desa serta PKM. Yang saya tahu bahwa jumlah kelompok penerima dana 250 juta tersebut lebih dari 20-an kelompok,” jelasnya sambil mengunyah sirih pinang.

Ditambahkannya bahwa “dana Anggur Merah yang sudah dikembalikan ke rekening desa pada tahun 2013 sebesar 40-an juta. Usaha kelompok- kelompoknya pun beraneka ragam”.

Ia pun mengakui bahwa pengembalian dana tersebut sedikit tersendat. Salah satu penyebab

terhambatnya perguliran dana ini karena tingginya kasus pencurian di wilayah tersebut. Banyak hewan yang telah hilang karena dicuri, akibatnya anggota kelompok kesulitan untuk mengembalikan dana tersebut.

Dengan ditemani Kaur

(35)

dana bantuan Anggur Merah yakni Ibu Yuliana Rambu Kadunga.

Di temui di lapak jualnnya di Pasar, Ibu Rambu dengan penuh semangat mulai menceritakan guratan hatinya terkait dana Anggur Merah.

“Saya merasa bersyukur karena pemerintah menaruh perhatian terhadap masyarakat kecil seperti kami. Dalam himpitan dan tuntutan ekonomi yang semakin tinggi, bantuan dana Anggur Merah seakan memancing daya kreativitas kami. Sebagai ibu rumah tangga, kami begitu tertekan melihat harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat. Bantuan dana Anggur Merah mendorong kami untuk terlibat dalam memperbaiki ekonomi keluarga, tidak hanya bergantung pada suami saja,” katanya dengan penuh semangat.

Kemudian ia mengajak tim bulletin Anggur Merah untuk melihat usaha ternak babinya di samping rumahnya yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari pasar.

Dalam perjalanan, ia menguraikan sejarah awal terbentuknya kelompok yang mereka beri nama Abunawas. Tahun 2013, mereka megembangkan usaha ternak babi. Tak disangka kelompok mereka dipilih sebagai salah satu kelompok penerima dana bantuan anggur merah dan mendapat dana bantuan sebesar Rp. 20 Juta.

“Untuk kami orang kecil, angka tersebut sangat besar. Kami berenam berembuk lagi tentang bagaimana dana sebesar itu dikelola, siapa yang bertanggung jawab atau menjadi ketua kelompok dan bagaimana mereka harus mengembalikannya?. Teman-teman sepakat memilih saya sebagai ketua dan menyerahkan segala urusan terkait dana ini kepada saya” jelas Ibu Yuliana.

Setelah melihat sejenak 2 ekor ternak babi, Ibu Rambu mulai berkisah lagi tentang dana

“Saya menyadari bahwa tugas dan tanggung jawabnya sebagai ketua bukanlah mudah. Saya harus bisa menempatkan diri sebagai pemimpin sekaligus sebagai penyemangat bagi para ibu-ibu yang lain. Saya pun teringat akan cerita tentang Abunawas yang cerdik dan punya banyak akal. Lalu saya mengusulkan kepada teman-teman agar kelompok kami dinamai

kelompok Abunawas,dan usulan ini disambut baik oleh anggotanya”. terangnya dengan bahasa Indonesia yang cukup baik.

Ia juga menganjurkan kepada

teman-temannya agar kelompok tersebut bukan hanya berbentuk kelompok usaha ekonomi tetapi harus menjadi suatu kelompok yang memiliki ikatan yang mendalam seperti sebuah keluarga.

“Saya merasa perlu ada wadah untuk memperkokoh ikatan antara satu anggota

kelompok dengan anggota lainnya. Selain usaha beternak babi, para anggota kelompok dapat menggunakan sisa dana dari pembelian babi untuk mengembangkan usaha produktif lainnya” urainya saat kami kembali memasuki pasar Anakalang.

“Kami memilih cara untuk memperkuat ikatan kebersamaan antar anggota kelompok dengan mengadakan arisan dua kali seminggu pada hari rabu dan sabtu, sebsar Rp.30 ribu/orang. Dana arisan tidak untuk dibagikan, tapi untuk

dimasukan ke bank dan dijadikan sebagai simpanan kelompok. Simpanan ini akan dipakai untuk mencicil pengembalian dana Anggur Merah. Sampai sekarang kami telah

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan sosial yang telah dijalin Siti Rodliyah ini memiliki peran penting dalam mengenalkannya kepada publik dari seorang dukun bayi menjadi seorang calon

SIUJK Jasa Pelaksana Konstruksi yang masih berlaku; SBU Jasa Pelaksana Konstruksi Untuk Bangunan Pendidikan (BG007) dengan subkualifikasi K1, K2, K3, SITU/Domisili,

[r]

[r]

Jakarta, 2012, h.. tepatnya kejadian-kejadian yang men-datang dapat diramalkan sebelumnya. Pembangunan ekonomi nasional dalam pencapaiannya tidak terlepas dari peran

hukum asing ke dalam suatu negara yang memiliki sistem hukum yang berbeda, yaitu.. masuknya lembaga hukum yang hanya ada pada sistem Common Law ke Indonesia

hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTsN Karangrejo tahun ajaran2. 2010/2011, maka penulis dapat memberikan kesimpulan

Dengan mengacu kepada Sarwono (2006) dan Musick, et.al (2008), maka pengaruh karakteristik perairan terhadap produksi ikan pelagis besar akan dilihat dari hubungan regresi