• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SOS 1006012 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SOS 1006012 Chapter1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak

hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh

terhadap keluarganya, bangsanya, dan juga agamanya. Sistem pendidikan di

Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 UU Nomor 20

tahun 2003 fungsi pendidikan adalah:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Madrasah/pesantren selama ini diakui telah mampu memberikan

pembinaan dan pendidikan bagi para santri untuk menyadari sepenuhnya atas

kedudukannya sebagai manusia, makhluk utama yang harus menguasai alam

sekelilingnya. Sebagaimana dikatakan oleh Sukamto (1999, hlm. 12) bahwa

“Pesantren waktu itu mendapat pengaruh dan penghargaan besar yang mampu

mempengaruhi seluruh lapisan kehidupan masyarakat”. Hasil pembinaan madrasah/pesantren juga membuktikan bahwa para santri mempunyai pendidikan

yang bernilai sosial. Selain akademis, keberhasilan pesantren dalam bidang

pembinaan bangsa ini didorong oleh adanya potensi besar yang dimiliki oleh

pesantren yakni potensi pengembangan masyarakat dan potensi pendidikan

keagamaan. Kehadiran para alim ulama atau orang yang paham agama dewasa ini

sangat dibutuhkan baik itu di desa maupun di kota.

Pada masa sekarang ini, perilaku anak sekolah sudah banyak yang keluar

dari batasan norma. Hal ini dikarenakan proses kemajuan zaman dan juga

(2)

para orang tua yang mempunyai anak usia sekolah. Dalam dunia yang mengalami

perubahan cepat, memang tidak bisa dihindarkan bahwa tingkah laku sebagian

remaja mengalami ketidaktentuan saat mereka mencari identitas. Ia mengalami

pertentangan nilai-nilai dan harapan-harapan yang akibatnya lebih mempersulit

dirinya yang sekaligus mengubah perannya. Pada masa remaja tentunya

merupakan masa yang sulit untuk menanamkan kesadaran dalam beragama,

bahkan Hartinah (2008, hlm. 206) mengatakan bahwa, “Kualitas kesadaran beragama remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman

keagamaannya yang diterima sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga”.

Maka salah satu alternatifnya untuk mengembangkan kesadaran beragama remaja

itu adalah dengan menyekolahkannya ke pesantren.

Kehidupan santri pada masa kini telah diuji dengan berbagai hal yang

menyebabkan menurunnya minat santri dalam belajar atau menurunnya penjiwaan

dirinya sebagai santri. Pengaruh kuat globalisasi seakan menarik santri untuk

mengajak ke dunia luar sana melalui berbagai media massa, media komunikasi,

kelompok sosial, dan lain-lain. Pengaruh seperti inilah yang dinilai santri

merupakan kehidupan modern dan dianggap mengikuti zaman, karena pada

dasarnya santri zaman sekarang tidak ingin disebut kuno, terlebih dengan

statusnya sebagai santri. Kelompok sosial dalam bergaul pun menjadi pihak yang

dianggap paling mempengaruhi kehidupan santri masa kini, terutama dalam

membentuk gaya hidupnya. Kelompok sosial yang baik tentu akan memberi efek

baik pula, tetapi jika bergaul dengan kelompok sosial yang buruk maka jangan

salah, doktrin-doktrin sesuatu yang buruk pun akan terjadi.

Semua orang bersepakat bahwa kehidupan sosial tidaklah bersifat statis,

melainkan selalu berubah secara dinamis. Hal inilah yang disebut dengan

perubahan sosial, dimana perubahan sosial tidak akan terlepas dari kehidupan

manusia. Hal ini dijelaskan pula oleh Narwoko dan Suyanto (2007. hlm. 363)

yang menyebutkan bahwa “Perubahan sosial itu merujuk kepada perubahan suatu fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat

(3)

aspek, tanpa terkecuali ke dalam kehidupan para santri yang notabene merupakan

pelajar di pesantren. Dalam kehidupan sebuah pesantren pada dasarnya

masyarakat beranggapan bahwa dinamika kehidupannya bersifat tradisional

dengan mengedepankan asas keislaman dan menjaga nilai-nilai kesopanan.

Dengan demikian segala macam norma yang ada di masyarakat bisa dihormati

oleh para santri yang menimba ilmu di pesantren. Tetapi kembali lagi bahwa

dunia ini terus berkembang, dengan mengembangkan berbagai aspek tanpa

terkecuali. Begitupun dengan kehidupan para santri, yang pada akhirnya akan

terkena dampak dari kemajuan zaman, baik itu dalam hal perilaku, mode pakaian,

gaya berbicara, ataupun tatakrama yang semua itu bisa digabungkan dalam istilah

gaya hidup.

Gaya hidup sudah menjadi sebuah pola kehidupan tersendiri bagi seorang

manusia. Pengertian dari istilah gaya hidup itu sendiri menurut Kotler (tersedia di

http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/18/gaya-hidup/) adalah “Pola

hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya.

Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Begitupun hal nya dengan santri yang

mempunyai gaya hidup tersendiri, ada sebuah ciri khas tersendiri dalam gaya

hidup santri yang menjadi indentitasnya. Sebagian besar anggapan masyarakat

mengenai santri bahwa yang menjadi nilai lebih dari santri itu sendiri adalah

adanya penanaman nilai dan akhlak secara mendalam. Dengan demikian

diharapkan sikap dan akhlak santri tersebut bisa mencerminkan seorang muslim

yang taat kepada agama, orang tua, dan juga norma-norma sosial yang berlaku di

lingkungannya.

Pada masa sekarang gaya hidup santri sudah sedikit bergeser dari gaya

hidup santri zaman dahulu. Adanya perbedaan ini dikarenakan faktor perubahan

sosial juga yang tidak akan bisa lepas dari kehidupan manusia. Perubahan sosial

ini juga berdampak kepada santri dengan merubah berbagai ciri khas yang sudah

(4)

yang bukan seorang santri, kemajuan zaman sudah merubah karakter santri yang

sesungguhnya. Timbulnya hal ini tentu tidak lepas dari pengaruh luar, salah

satunya adalah dari pergaulan.

Gaya hidup santri pada saat ini tidak mencerminkan kesederhanaan seperti

ajaran kiainya ataupun asatidznya. Dalam berperilaku mereka sudah jarang

menghiraukan norma dan nilai yang dianut di pesantren dan hidup lazimnya

orang-orang yang bukan lulusan pesantren. Belum lagi, santri yang sudah lulus

kemudian bekerja secara serabutan dan beralih-alih demi mencapai kepentingan

instan. Mereka tidak lagi bekerja dengan idealisme, tetapi pragmatis. Maka dari

fenomena seperti itu, tak heran ada gerutuan ataupun celoteh-celoteh dari

masyarakat, jangankan menjadi teladan, seorang santri malah menjadi bahan

umpatan.

Fakta tersebut memang ada, apalagi jika melihat perubahan sosial karena

perkembangan zaman. Tetapi, perlu digaris bawahi bahwa anggapan seperti ini

tidak terjadi dan mengeneralisasi kepada seluruh santri, tetapi hanya terlihat

cukup mengemuka dan merata mulai kota hingga daerah. Sudah ada celotehan di

kalangan masyarakat bahwa sekarang ini tidak ada bedanya antara mereka yang

pernah mengenyam pendidikan agama dan yang tidak. Mereka yang tidak punya

basis keilmuan agama tampil dengan cemerlang, berakhlak baik, dan ketika

menjadi pemimpin terlihat benar-benar amanah, merakyat, dan bekerja dengan

baik.

Sebagai seorang manusia, tentu tidak akan pernah terlepas dengan yang

namanya kelompok sosial. Menurut Narwoko dan Suyanto (2007, hlm. 23)

menyebutkan,“… hidup manusia selalu tergantung dengan manusia lainnya dalam memenuhi ketiga hajat hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya

kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia, karena

manusia tidak dapat hidup secara mandiri.” Para santri tidak berbeda halnya

dengan anak-anak remaja pada umumnya, mereka mempunyai teman bermain

sebagai kelompok sosial mereka. Hal ini mereka butuhkan sebagai identitas dari

(5)

kelompok sosial yang baik, sesuai dan sejalan dengan latar belakang pendidikan,

itu belum bisa dibuktikan. Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian santri

mempunyai kelompok sosial yang berbeda dari kehidupannya di pesantren.

Pengaruh peer group sangat signifikan bagi perkembangan seorang remaja,

termasuk santri, jika kelompoknya mempunyai gaya hidup yang baik, maka akan

baik pula anggota kelompok tersebut, namun sebaliknya juga jika kelompoknya

mempunyai gaya hidup yang jelek maka akan jelek pula perilaku anggotanya. Hal

seperti inilah yang bisa menimbulkan gaya hidup santri yang bukan layaknya

seperti seorang santri yang semestinya. Dengan fenomena seperti itu,

dikhawatirkan nanti ”dunia santri” mendapat stigma yang miring. Dampaknya,

alih-alih para orang tua menginginkan anaknya menjadi ahli agama, untuk

menyekolahkan di sekolah agama atau pesantren saja mereka enggan.

Yang menjadi objek penelitian adalah Pesantren Persatuan Islam 16

Cipada, yang merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang mengusung

pendidikan Islam modern. Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada adalah sebuah

pesantren yang terletak di RT. 01 RW. 01 desa Cipada kecamatan Cikalongwetan

Kabupaten Bandung Barat. Pesantren ini merupakan satu-satunya lembaga

pesantren yang ada di desa Cipada. Tingkat sasaran peserta didiknya adalah

kalangan anak-anak setingkat SMP dan SMA atau biasa disebut tingkat

Tsanawiyah dan tingkat Aliyah. Para peserta didik atau santri yang belajar di

pesantren tersebut adalah warga kalangan sekitar yang tidak jauh dari lokasi

pesantren.

Sebelum berkembangnya arus modernisasi ke daerah sekitar pesantren

Persis 16 Cipada, kehidupan santri pun masih menjaga nilai-nilai yang diajarkan

di pesantren. Gaya hidup layaknya seorang santri menjadi kebanggaan tersendiri

ketika dia bersekolah di pesantren. Tetapi memang pada dasarnya perubahan

sosial akan selalu terjadi, tak terkecuali ke dalam pesantren. Gaya hidup santri

generasi sekarang sudah berbeda dari yang dulu. Jika dilihat, sedikit sulit untuk

membedakan antara siswa sekolah umum dengan santri dalam hal gaya hidup.

(6)

pesantren, agama, maupun norma yang berlaku pun sudah mulai bergeser

mengikuti arus zaman. Tetapi kembali lagi bahwa fenomena ini tidak

mengeneralisasi atau mencakup keseluruhan dari santri.

Hasil penelitian dari Nurdiansyah (2011) dengan judul Kajian tentang Pola

Pendidikan di Pesantren dalam Membentuk Karakter Santri di Era Globalisasi

(Studi Deskriptif Analitis di Pondok Pesantren Modern Mathla’ul Huda). Dalam

penelitiannya dia menyebutkan bahwa sikap dan perilaku santri pesantren tersebut

hingga saat ini tetap terjaga dengan baik, artinya sikap dan perilaku sehari-hari

masih berada dalam koridor dan batas-batas agama, seperti ibadah tepat waktu,

cara bergaul antara santriwan dan santriwati yang tidak berlebihan, para santri

yang begitu menghormati para asatidz dan ustadzah serta perilaku-perilaku lain

yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal tersebut karena pondok

pesantren tersebut memiliki kebijakan untuk membatasi para santrinya di dalam

lingkungan pesantren.

Adapun penelitian yang menjelaskan mengenai pergaulan kelompok sosial

dari Yunita Pratiwi (2008) dengan judul Pengaruh Kelompok Teman Sebaya

Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa di Sekolah (Studi Deskriptif Analitik

Terhadap Siswa Kelas XI SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung). Dalam

penelitiannya dia menyebutkan bahwa terdapat beberapa kelompok teman sebaya

tertentu yang memang berpengaruh terhadap perilaku menyimpang siswa di

sekolah, khususnya perilaku menyimpang yang bersifat amoral/asusila.

Penelitian di pesantren Persis pun pernah dilakukan oleh Rokayah (2012)

dengan judul Sistem Pendidikan Islam Pesantren PERSIS (Studi Deskriptif di

Pesantren Persatuan Islam Pajagalan Bandung). Dalam penelitiannya pun, beliau

hanya menjelaskan seputar sistem dan konsep pendidikan yang ada di pesantren

Persis, dia menyatakan bahwa sistem pendidikan pesantren sangat penting untuk

diteliti, sehingga akan adanya suatu fakta dan data yang dapat dijadikan gambaran

umum kekhasan serta kekhususan pesantren Persis, yang dapat menjadi

(7)

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu, dapat ditemukan hasil bahwa

pesantren pada hakikatnya adalah lembaga untuk menanamkan ilmu keagamaan

sekaligus ilmu umum kepada para santri, di samping itu ada pula pengembangan

karakter dan juga pembinaan akhlak santri agar sesuai dengan tuntunan agama.

Tetapi dengan demikian belum ada penelitian yang mengkaji mengenai gaya

hidup dari santri sebagai akibat dari pergaulan dengan kelompok sosialnya. Oleh

karena itu penulis mengadakan penelitian mengenai Peranan Kelompok Sosial

Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada

Kecamatan Cikalongwetan dengan tujuan untuk mengetahui dan memperkaya

pengetahuan mengenai gaya hidup santri zaman sekarang yang dipengaruhi

pergaulan dengan kelompok sosialnya.

Yang menjadi alasan rasional penulis dalam penelitian ini adalah adanya

kelompok-kelompok sosial dalam kehidupan santri di pesantren Persis 16 Cipada

yang mempunyai nilai dan norma yang dianut bersama dalam kelompoknya.

Terdapat bermacam-macam kelompok sosial yang dibentuk para santri, baik itu

berupa kelompok formal yang dimana sengaja dibentuk oleh pesantren untuk

menampung kegiatan para santri ataupun kelompok informal yang merupakan

kelompok pertemanan para santri. Berbagai macam dan tipe kelompok

pertemanan santri hadir di pesantren ini, ada kelompok yang selalu menampilkan

tata kelakuan dan gaya hidup yang sesuai diajarkan oleh agama dan pesantren, dan

ada pula kelompok yang di mana nilai dan norma yang dianut dalam kelompok

tersebut tidak sesuai dengan kaidah Islam dan pesantren. Tentu anggapan tersebut

tidak bisa digeneralisasikan atau dilabelkan terhadap semua kelompok sosial

santri pesantren Persis 16 Cipada, tetapi tentunya selalu ada kelompok sosial yang

menghiraukan dan melencengkan kaidah dan statusnya sebagai santri. Fenomena

yang terlihat saat ini ada sebagian kelompok santri yang memang berperilaku

tidak sesuai sebagaimana halnya seorang santri, baik itu dalam hal berbicara,

tatakrama, tata kelakuan, berpakaian, konsumerisme, dan lain-lain. Disini penulis

ingin meniliti hal tersebut dari sudut peranan kelompok sosialnya dalam

(8)

pembinaan karakter santri itu sendiri, dan juga sebagai masukan bagi pesantren

dalam membina akhlak dan perilaku para santrinya. Inilah yang menjadi alasan

rasional penulis dalam menyusun penelitian ini, dimana sebagian besar

masyarakat mengharapkan suatu hal yang positif dari seorang santri, maka peran

kelompok sosial menjadi poin khusus dalam membentuk gaya hidup santri

tersebut disamping peranan pesantren yang menjadi sebuah lembaga yang

memiliki peranan penting dalam pembinaan santri. Dengan demikian peranan

kelompok sosial dalam kehidupan santri begitu kuat, apakah santri dalam

kelompok sosialnya tersebut mau dibawa ke arah yang benar atau malah

kelompok sosialnya tersebut membawa ke arah yang salah.

Jika hal ini sudah menjadi realita dan juga tidak menutup kemungkinan

sampai ke masyarakat, maka dikhawatirkan eksistensi pesantren bisa goyah.

Bahkan bisa mencoreng nama baik pesantren jika gaya hidup santri sudah keluar

dari hakikat santri pada umumnya, tak terkecuali bagi para santri pesantren Persis

16 Cipada. Dimana dalam hal ini pergaulan santri dengan kelompok sosialnya

menjadi hal yang penting. Peran dari kelompok sosialnya akan begitu kuat

memengaruhi gaya hidup santri. Apakah santri yang ikut dalam kelompok

sosialnya itu sudah benar ataukah terjerembab ke dalam kelompok sosial yang

salah, dikhawatirkan apabila santri salah bergaul dengan memilih kelompok sosial

yang salah, maka akan ada doktrin-doktrin negatif bagi santri yang bertentangan

dengan apa yang diajarkan di pesantren. Dengan demikian, yang menarik dari hal

ini adalah mengetahui seperti apa pergaulan para santri, baik itu di dalam maupun

di luar pesantren. Kemudian juga akan digali seperti apakah upaya yang dilakukan

pesantren dalam membina santri agar mempunyai gaya hidup yang sesuai dengan

hakikat santri. Di sinilah akan menjadi sebuah tantangan dimana diharapkan peran

penting dari pesantren dalam membina pola perilaku santri agar tidak melenceng

dari nilai keislaman dan norma/ nilai yang berlaku.

Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, maka penulis tertarik untuk

(9)

Membentuk Gaya Hidup Santri (Studi Deskriptif di Pesantren Persatuan Islam 16

Cipada Kecamatan Cikalongwetan)”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Melihat dari adanya latar belakang di atas maka penulis membuat rincian

permasalahan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,

maka secara umum rumusan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

merumuskan masalah mengenai bagaimana Peranan Kelompok Sosial dalam

Membentuk Gaya Hidup Santri.

Secara khusus pertanyaan dalam penelitian ini tersusun dalam rumusan

yang masalah yang telah dirinci, rincian rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran kelompok sosial yang terdapat di pesantren

Persis 16 Cipada ?

2. Bagaimanakah interaksi santri dalam kelompok sosialnya ?

3. Bagaimanakah gaya hidup santri pesantren Persatuan Islam 16 Cipada saat

ini sebagai hasil dari interaksi dengan kelompok sosialnya ?

4. Bagaimanakah sistem pendidikan di pesantren Persatuan Islam 16 Cipada

dan upaya yang dilakukan pesantren dalam membina santri ?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

mendapatkan gambaran mengenai Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk

Gaya Hidup Santri.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab susunan judul

dan rumusan masalah yang telah terbentuk. Berdasarkan rumusan masalah di atas

dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu:

1. Memperoleh informasi mengenai gambaran kelompok sosial yang terdapat

(10)

2. Memperoleh informasi mengenai interaksi santri dalam kelompok

sosialnya.

3. Memperoleh informasi mengenai gaya hidup santri pada saat ini sebagai

hasil dari interaksi dengan kelompok sosialnya.

4. Memperoleh informasi mengenai sistem pendidikan di pesantren

Persatuan Islam 16 Cipada dan upaya yang dilakukan pesantren dalam

membina santri.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk perkembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan pada umumnya dan khususnya bermanfaat

dalam kehidupan sosial yang tercipta di pesantren tersebut.

Selain itu secara rinci hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1) Bagi Universitas Pendidikan Indonesia

Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian

selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan

tentang Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri.

2) Bagi Lembaga Pesantren

Dengan mengetahui Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya

Hidup Santri, maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam

rangka pembinaan dan pengembangan lembaga yang bersangkutan.

3) Bagi Guru/ Asatidz

Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi belajar

mengajar serta mutu pengajaran. Dengan mengetahui Peranan Kelompok Sosial

dalam Membentuk Gaya Hidup Santri, maka guru dapat menyesuaikan proses

pembinaan para santri serta proses belajar mengajar yang diciptakan.

(11)

Dengan mengetahui Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya

Hidup Santri, maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk

menyesuaikan cara belajar sehingga dapat diperoleh perilaku dan akhlak seorang

santri yang memuaskan.

5) Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang

menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang

lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1) BAB I Pendahuluan

Pendahuluan adalah bagian awal yang terdapat dalam skripsi ini yang

berisi: latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

2) BAB II Kajian Pustaka

Dalam pembahasan di bab II ini merupakan kajian pustaka yang

mendukung kajian dari penelitian yang dilaksanakan dan terbagi menjadi

beberapa sub bab, yang meliputi: tinjauan tentang kelompok sosial, tinjauan

tentang gaya hidup, tinjauan tentang pesantren, tinjauan tentang pendidikan Islam.

3) BAB III Metode Penelitian

Dalam pembahasan di bab III ini akan menjelaskan mengenai metodologi

yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode Deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

(12)

Pada bab ini merupakan bab yang berisikan mengenai hasil deskripsi

penelitian dan pembahasan penelitian yang dilakukan berdasarkan tahap yang

telah ditentukan. Dalam penelitian yang dilaksanakan ini pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam pembahasan ini juga

dikaitkan dengan teori-teori yang telah dibahas pada bab II.

5) BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

Pada pembahasan bab V ini dipaparkan mengenai simpulan dari

keseluruhan proses penelitian serta apa implikasi dan rekomendasi kepada pihak

terkait dari penelitian ini. Kesimpulan harus menjawab keseluruhan dari rumusan

Referensi

Dokumen terkait

 pada tahapan auction yang sudah aktif, maka dapat diproses dengan klik pada akan muncul seperti pada gambar dibawah ini.

Oleh karena itu dengan adanya program e-commerce online yang dibuat dengan PHP 4.0.5 dan MySQL ini diharapkan dapat mempermudah konsumen untuk memperoleh barang yang dibutuhkan

[r]

Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan. ditemukan data objektif meliputi tidak memiliki teman dekat,

Komputer sebagai alat hitung dan alat komunikasi yang cepat, sangat membantu untuk melaksankan pekerjaan pekerjaan yang dahulu terasa membosankan menjadi pekerjaan yang

Konsep Diri dan Mekanisme Koping dalam Aplikasi

Keluarga berusaha mengajak klien agar dapat menyampaikan perasaan yang dirasakan klien.. Keluarga mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan yang

Mengenal Bhuana Agung dan Bhuana Alit dengan kompetensi dasar mampu: menyebutkan unsur-unsur Bhuana Agung dan Bhuana Alit menyebutkan persamaan dan perbedaan Bhuana Agung dan