Indonesia menganut nilai-nilai demokrasi dalam pemerintahannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya keleluasaan kepada masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam pemerintahan dengan cara memberikan hak kepada setiap warga negara untuk dapat memilih dan dipilih. Oleh karena itu hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni pada pasal 28D ayat (3): setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
Selain itu dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM (Hak Asasi Manusia) yakni pada pasal 43 juga dijelaskan mengenai hak setiap warga negara Indonesia untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Adapun isi dari pasal 43 UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia adalah sebagai berikut: (1) Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan
umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau dengan perantaraan wakil yang dipilihnya, dengan bebas, menurut cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap jabatan pemerintahan. Dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah dijelaskan mengenai syarat-syarat dari calon kepala daerah dan wakil kepala daerah termasuk mengenai pemilihan gubernur. Oleh sebab itu semua warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan tersebut dapat dipilih sebagai calon kepala daerah maupun wakilnya termasuk warga negara Indonesia yang berprofesi sebagai artis. Namun kenyataannya yang terjadi atas pencalonan artis adalah
menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat. Di kubu masyarakat yang pro, mereka sangat mendukung sepenuhnya tindakan artis yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah dan meyakini artis tersebut mampu memimpin daerahnya dengan baik. Sedangkan, di kubu masyarakat yang kontra kurang memberikan kepercayaan dan cenderung meragukan kemampuan artis karena mereka beranggapan bahwa artis hanya memanfaatkan popularitasnya sebagai artis dalam memperoleh suara rakyat tanpa memperhatikan kemampuannya dalam kancah politik.
Pro dan kontra tesebut dapat kita lihat dalam kehidupan yang lalu sebagai contoh ketika Rano Karno yang berasal dari kalangan artis kini telah menjadi Wakil Gubernur Banten atas kepercayaan masyarakat terhadap kemampuanya yang sebelumnya telah menjadi Wakil Bupati Tanggerang. Berbeda dengan kisah Rano Karno, kisah pencalonan Ayu Azhari sebagai Wakil Bupati Sukabumi tidak terlalu didukung oleh masyarakat dikarenakan sosoknya sebagai artis lebih dikenal banyak sisi negatifnya. Sulthan (2010, hlm. 69). berpendapat bahwa:
Citra yang melekat pada diri seseorang/organisasi merupakan intangible asset yang harus dibangun secara terus menerus. Citra yang baik akan memberi nilai positif, sebaliknya citra yang buruk akan menurunkan reputasi organisasi. Pembentukan reputasi yang baik tidak akan berhasil jika kandidat tidak memiliki reputasi.
Mengenai hal ini Nursal juga menjelaskan bahwa “Kualitas pemimpin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam keputusan memilih” (Alie, 2013, hlm. 26). Oleh karena itu kualitas pemimpin daerah yang memiliki citra yang positif di masyarakat merupakan kriteria yang paling penting dalam memikat hati para calon pemilih. Masyarakat bahkan menomor duakan latar belakang pekerjaan yang dimiliki calon pemimpin tersebut. Masyarakat sangat terbuka menerima figur pemimpin dari kalangan mana saja baik pengusaha, politisi, akademisi maupun artis.
dikenal masyarakat sebagai figur seorang artis daripada figur politisi. Calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat yang profesinya berlatar belakang artis adalah Deddy Mizwar, Dede Yusuf, dan Rieke Dyah Pitaloka. Rieke Dyah Pitaloka didukung oleh Partai PDI Perjuangan sebagai calon gubernur Jawa Barat, kemudian Dede Yusuf didukung oleh Partai Demokrat, PAN, Gerindra dan PKB. Sedangkan Deddy Mizwar didukung oleh Partai PKS, Hanura, PPP dan Partai Bulan Bintang. Dari ketiga calon tersebut Rieke Dyah Pitaloka dan Dede Yusuf lebih dahulu terjun dalam dunia politik dan memiliki pengalaman daripada Deddy Mizwar.
Akan tetapi, pengalaman yang dimiliki Rieke dan Dede Yusuf dalam dunia politik terkalahkan dengan Deddy Mizwar yang telah resmi menjadi wakil gubernur mendampingi Gubernur Ahmad Heryawan. Terpilihnya Deddy Mizwar sebagai wakil gubernur Jawa Barat 2013 memberikan kesan kepada kita bahwa pada saat ini masyarakat memiliki preferensi yang berbeda dalam menilai kriteria calon pemimpin daerahnya yang tidak hanya melihat dari sisi pengalamannya saja dalam dunia perpolitikan dan popularitas keartisannya.
Terpilihnya Deddy Mizwar sebagai wakil gubernur menjadi sejarah bagi Jawa Barat yang telah dua kali memiliki wakil gubernur dari kalangan artis, karena sebelumnya wakil gubernur Jawa Barat dipegang oleh Dede Yusuf. Corner dan Pels (Ghazali, 2011, hlm. 281) menyatakan bahwa: “Gaya politik mutakhir, khususnya dengan pemilihan langsung, akan terkait dengan 3 C: Consumerism, Celebrity, Cinicysm”.
Pendapat Corner dan Pels diatas benar-benar menyiratkan apa yang terjadi di Jawa Barat pada saat ini dimana masyarakat melaksanakan gaya politik mutakhir yang ditunjukan dengan preferensi yang berbeda dalam memilih pemimpin dibandingkan dengan pemilihan-pemilihan yang lalu.
Untuk menarik minat calon pemilih, partai politik juga tidak hanya memasarkan platform partai dan sejumlah janji-janji politik selama kampanye. Akan tetapi, juga memasarkan tokoh-tokoh partai sebagai bagian integral dari produk politik. Sejumlah tokoh yang dipandang memiliki karisma tinggi digunakan sebagai ikon partai untuk menarik perhatian calon pemilih.
Pendapat diatas semakin memberikan pemahaman bahwa tokoh partai yang dijadikan ikon partai politik dalam menarik perhatian calon pemilih tidak hanya mencakup tokoh-tokoh yang sudah lama berkecimpung dalam dunia politik di partai yang bersangkutan, tokoh partai tersebut dapat berasal dari kalangan artis sebagaimana yang terjadi pada pemilihan calon gubenur dan wakil gubernur Jawa Barat.
Pemaparan diatas membuat benak kita bertanya apakah pengangkatan figur artis sebagai calon kepala daerah atau wakil kepala daerah dapat mempengaruhi preferensi politik masyarakat Jawa Barat?. Untuk itu, dalam mencari jawaban tersebut peneliti sangat tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Figur Artis terhadap Preferensi Masyarakat Jawa Barat pada Pilgub Jabar 2013. (Studi Deskriptif pada Masyarakat Kota Bandung)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dikemukakan pertanyaan sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh figur artis terhadap preferensi politik masyarakat Kota Bandung dalam Pilgub Jabar 2013?
2. Apakah ada hubungan antara popularitas figur artis terhadap preferensi politik masyarakat Kota Bandung dalam Pilgub Jabar 2013?
3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi preferensi masyarakat Kota Bandung dalam Pilgub Jabar 2013?
1. Variabel bebas (x)
Variabel bebas ini juga variabel pengaruh. Sebab variabel ini menerangkan tentang hubungan dengan fenomena yang diamati atau dikontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu; figur artis dengan indikator: seseorang calon gubernur atau wakil gubernur Jabar yang pekerjaannya berlatarbelakang dunia keartisan atau entertain, dikenal masyarakat sebagai seniman yang berkarya melalui media televisi atau perfilman.
2. Variabel terikat (y)
Variabel terikat ini juga disebut variabel terpengaruh artinya variabel terikat akan berubah karakteristiknya tergantung pada perubahan yang terjadi pada variabel bebas. variabel bebas dalam penelitian ini yaitu; preferensi masyarakat. Preferensi masyarakat disini adalah sikap yang terjadi setelah melihat figur artis yang menjadi calon gubernur dan wakil gubernur Jabar dengan indikator: perasaan suka atau tertarik, berkaitan penilaian masyarakat, dan kecenderungan memilih.
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui sejauh mana preferensi masyarakat Kota Bandung dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat pada tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh figur artis terhadap preferensi politik masyarakat Kota Bandung dalam Pilgub Jabar 2013.
b. Untuk mengetahui hubungan antara popularitas figur artis terhadap preferensi politik masyarakat Kota Bandung dalam Pilgub Jabar 2013.
c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi preferensi masyarakat Kota Bandung dalam Pilgub Jabar 2013.
1. Manfaat Secara Teoretis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh figur artis terhadap preferensi masyarakat Kota Bandung pada pemilihan gubernur Jawa Barat tahun 2013. Lalu sebagai pengembangan keilmuan PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang memberikan pendidikan politik masyarakat untuk memiliki preferensi politik yang baik.
2. Manfaat Secara Praktis.
a. Sebagai sarana menambah wawasan penulis terhadap bidang studi yang ditekuninya pada jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan preferensi politik masyarakat Kota Bandung.
c. Sebagai sarana untuk membentuk preferensi politik yang bijaksana bagi masyarakat terhadap calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi merupakan rincian mengenai susunan dari setiap bab dan sub-bab yang ada dalam penulisan skripsi secara keseluruhan. Adapun skripsi ini terdiri atas bab satu sampai dengan bab lima. Susunan dari setiap bab adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab satu sebagai pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
Bab II Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
Bab tiga berisi penjelasan mengenai pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian secara rinci, termasuk lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data seperti kuesioner (angket), observasi, dokumentasi, wawancara serta analisis data: reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab empat berisi hasil penelitian dan pembahasan akan dipaparkan mengenai deskripsi lokasi penelitian, deskripsi data hasil penelitian, serta pembahasan dari analisis data yang ditemukan peneliti di lapangan.
Bab V Kesimpulan dan Saran