• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENA KARYANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENA KARYANTO"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

(Oryza sativa L.)

DENA KARYANTO

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

DENA KARYANTO. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.), di Desa Cihideung Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor. Dibimbing oleh SUWARNO dan BUDI NUGROHO.

Lahan sawah di Indonesia saat ini telah mengalami degradasi, salah satunya adalah penurunan kandungan bahan organik. Penurunan bahan organik ini dikarenakan petani beralih menggunakan pupuk anorganik tanpa diimbangi dengan penambahan bahan organik yang cukup. Salah satu cara agar dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman serta kelestarian lingkungan adalah melalui sistem hara terpadu yang memadukan antara pupuk organik dengan pupuk anorganik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pupuk organik pada tanaman padi.

Penelitian ini terdiri dari percobaan lapang dan analisis tanah dan tanaman di laboratorium. Percobaan lapang dilakukan di lahan sawah yang terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal dengan 10 perlakuan yaitu N,P,K (standar), pupuk organik plus (POP), 1/3 N,P,K + POP, 2/3 N,P,K + POP, N,P,K + POP, 1/3 N,P,K + ½ POP, 1/3 N,P,K + ¾ POP, 1/3 N,P,K + 5/4 POP, 2/3 N,P,K + ½ POP dan Kontrol dengan 3 ulangan dan ditempatkan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Variabel yang diamati yaitu : pertumbuhan tanaman (jumlah anakan dan tinggi tanaman), produksi, dan unsur N-total, P & K-tersedia dalam tanah pasca panen serta unsur N, P, K tanaman. Data dianalisis dengan uji Analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjutan berganda Duncan bila perlakuan berbeda nyata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk anorganik (N,P,K) nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi; sedangkan perlakuan pupuk POP tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi. Perlakuan N,P,K + POP nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan N,P,K (standar). Perlakuan 1/3 N,P,K yang ditambahkan ½ POP, ¾ POP, 1 POP, dan 5/4 POP serta 2/3 N,P,K yang ditambahkan 1 POP dan ½ POP berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi. POP juga belum dapat menggantikan kekurangan pupuk N,P,K pada perlakuan-perlakuan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penambahan pupuk POP tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi padi sawah varietas Ciherang.

Kata Kunci : Pupuk anorganik, Pupuk Organik Plus, Pertumbuhan dan Produksi padi

(3)

SUMMARY

DENA KARYANTO, Effect of Organic and Inorganic Fertilizer on Growth and Yield of Paddy Rice (Oryza sativa L.) in Cihideung Udik Village, Ciampea Subdistrict, Bogor District. Under guidance of SUWARNO and BUDI NUGROHO.

Rice fields in Indonesia today has degraded, one of which is a decrease in organic matter content. The decrease is due to the use of organic material by farmers switch to use inorganic fertilizers without offset by the addition of sufficient organic material. One way to improve soil and crop productivity and environmental sustainability is through an integrated system that combines the nutrients of organic fertilizers with inorganic fertilizer. Therefore, research is needed to determine the effect of organic fertilizer in rice plants.

The study consisted of a field experiment and analysis of soil and plants in the laboratory. Field experiment was conducted in paddy fields located in the Cihideung Udik Village, Ciampea Subdistrict, Bogor District. This experiment was a single factor experiment with 10 treatments. N, P, K (standard), plus organic fertilizer (POP), 1/3 N, P, K + POP, 2/3 N, P, K + POP, N, P, K + POP, 1/3 N, P, K POP + ½, 1/3 N, P, K + ¾ POP, 1/3 N, P, K + 1 ¼ POP, 2/3 N, P, K + ½ POP and Control with 3 replications at arranged in Randomized Complete Block Design (RCBD). Observed variables were : plant growth (number of tillers and plant height), yield, and the elements of N-total, available P & K in the soil after harvest as well as plant content of N, P, K. Data were analyzed with analysis variance and proceeded with DMRT if the treatments were significantly different.

The results showed that treatment of inorganic fertilizer (N, P, K) significantly increased the growth and yield of rice, whereas POP fertilizer treatments did not significantly affect the growth and yield. Treatment of standard + POP significantly increase the growth and yield of rice, but the growth and yield little bit lower compared with standard. Treatment 1/3 N, P, K added POP ½, ¾ POP, POP 1, and 5/4 POP and 2/3 N, P, K added 1 POP , ½ POP and significantly influenced the growth and yield of rice, but POP fertilizer addition did not significantly improve the growth and yield. POP also has not been able to replace the shortage of fertilizer N, P, K in the treatments, although given in various doses. Thus, it can be concluded that the addition of fertilizer POP does not significantly affect plant growth and yield of rice Ciherang varieties.

Keywords: Inorganic fertilizer, Plus organic fertilizer (POP), paddy rice growth and yield

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

(Oryza sativa L.)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DENA KARYANTO A14052918

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah

(Oryza sativa L.). Nama : Dena Karyanto NIM : A14052918

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Suwarno, M.Sc. Dr. Ir. Budi Nugroho, M.Si. NIP : 19621120 198811 1 001 NIP : 19601021 198703 1 001

Mengetahui : Ketua Departemen,

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. NIP : 19621113 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 20 September 1987 dari Ayahanda Nurhamid R dan Ibunda Kaswati. Penulis merupakan anak ke tujuh dari sembilan bersaudara.

Jenjang pendidikan Penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 4 Tigaraksa dan lulus pada tahun 1999. Tahun 2002 Penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 1 Tigaraksa dan lulus dari SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2005. Pada tahun yang sama Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis diterima di Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan pada tahun 2006.

Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor Penulis aktif di beberapa organisasi yaitu Lembaga Dakwah Kampus Al-Hurriyyah tahun 2005-2006, Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian tahun 2007, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian tahun 2008 dan LDF Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) Fakultas Pertanian tahun 2007-2008. Penulis juga aktif di berbagai organisasi di luar kampus serta aktif mengikuti seminar dan menjadi panitia berbagai kegiatan seperti masa pngenalan kampus dan fakultas. Selain itu, Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Agama Islam tahun 2008.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Alloh SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Atas selesainya skripsi ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Suwarno, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Budi Nugroho, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr. Ir. Komaruddin idris selaku dosen pembimbing akademik yang telah bersedia menjadi dosen penguji dalam sidang tugas akhir Penulis. 3. Kedua orang tua, kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan

semangat dan dukungannya yang penuh cinta kepada penulis.

4. Staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

5. Teman-teman Faperta seperjuangan yang telah membantu, Donnie, Toni, Rahadian, Aliya, Ikhsan, Dindin, Aulia, Akber, Yoki, Rendy, wawan, cahyo dan Ute, semoga ikatan persahabatan ini akan terus terjaga.

6. Seluruh rekan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah yang telah membantu saat proses penelitian.

7. Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam proses pelaksanaan penelitian ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan serta bermanfaat untuk semua yang membacanya.

Bogor, Februari 2011 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ………... ix DAFTAR LAMPIRAN ……….………... xi I. PENDAHULUAN ………... 1 1. 1. Latar Belakang …….………... 1 1. 2. Tujuan ……….……….. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ……….……….. 3

2. 1. Karakteristik Tanah Sawah ………...……… 3

2. 2. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang……… 4

2. 3. Karakteristik Pupuk Organik ……… 5

2. 4. Karakteristik Nitrogen Tanah dan Tanaman ………. 6

2. 5. Karakteristik Fosfor Tanah dan Tanaman ……… 7

2. 6. Karakteristik Kalium Tanah dan Tanaman …….……….. 9

III. BAHAN DAN METODE ………....…… 11

3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian …...……… 11

3. 2. Bahan dan Alat ………. 11

3. 3. Metode Penelitian ………. 11

3. 4. Analisis Tanah dan Tanaman………...……….…… 16

3. 5. Analisis Statistik ………...……… 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………...……… 17

4. 1. Kondisi Lahan ……….……….. 17

4. 2. Pengaruh Penggunaan POP terhadap Pertumbuhan Tanaman …. 18 4. 3. Pengaruh Penggunaan POP terhadap Bobot Gabah Panen……... 21

4. 4. Pengaruh Penggunaan POP terhadap Sifat Kimia Tanah dan Tanaman ……….………..… 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………...………. 26

5. 1. Kesimpulan ……….….. 26

5. 2. Saran ……….……… 26

DAFTAR PUSTAKA ………...………....……….. 27

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1 Jenis dan Dosis Pupuk yang Diberikan pada Setiap Perlakuan...…….. 12

2 Waktu Pemberian Pupuk……….…. 13

3 Sifat-sifat Tanah Sawah Desa Cihideung Udik sebelum Percobaan………... 17 4 Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik

Terhadap Tinggi, Anakan Maksimum dan Anakan Produktif

Tanaman Padi……….……… 18

5 Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Bobot Gabah Panen... 21 6 Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik

terhadap Kadar N-total, P & K-tersedia Pasca Panen dalam

Tanah……….. 23

7 Pengaruh Penggunaan Pupuk (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Kadar N, P dan K Tanaman... 24

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Ciri Padi Varietas Ciherang (BBPADI, 2010) ...………...………... 30 2 Denah Unit Percobaan …………...………... 31 3 Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Tanah Berdasarkan PPT

1983 (dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka)……….. 32 4 Hasil Analisis Komposisi Kimia Pupuk Organik (POP)………….. 32 5 Petak Sawah Percobaan ………...………. 33 6 Hasil Perhitungan Rataan Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik

(POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Tinggi Tanaman Padi 3

MST-10 MST……… 34

7 Hasil Perhitungan Rataan Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Jumlah Anakan Padi 3 MST-10 MST dan Anakan Produktif……….………... 37 8 Hasil Perhitungan Rataan Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik

(POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Kadar N-total, P & K-tersedia pasca Panen dalam Tanah…….………... 46 9 Hasil Perhitungan Rataan Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik

(POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Kadar N-total, P total & K

total Tanaman……… 41

10 Hasil Perhitungan Rataan Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Bobot Gabah Panen………. 42 11 Analisis Ragam Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan

Pupuk Anorganik terhadap Tinggi Tanaman padi 3 MST-10

MST………... 45

12 Analisis Ragam Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Jumlah Anakan Tanaman Padi 3 MST-10 MST dan Anakan Produktif ……… 46 13 Analisis Ragam Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan

Pupuk Anorganik terhadap Bobot Gabah Panen ………. 47 14 Analisis Ragam Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan

Pupuk Anorganik terhadap kadar N-total, P & K tersedia Pasca

(11)

15 Analisis Ragam Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap kadar N-total, P-total dan K-total

dalam Tanaman ……… 49

(12)

I.

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga permintaan terhadap beras cenderung semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tingginya kebutuhan terhadap beras membuat kebutuhan terhadap lahan pertanian padi khususnya sawah yang produktif juga tinggi.

Keberlanjutan produksi pertanian tergantung pada pemupukan yang intensif dan berkelanjutan. Akan tetapi, penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan hara, penipisan unsur mikro, terganggunya aktivitas mikroba tanah, serta penurunan produktivitas pertanian padi dalam jangka panjang.

Penggunaan pupuk anorganik secara besar-besaran sangat mempengaruhi kesuburan tanah. Disamping sifat unggul pupuk anorganik dalam kecepatan melepaskan hara, pupuk tersebut juga mempunyai kelemahan yaitu meningkatkan kemasaman tanah dan mengubah struktur tanah menjadi kurang baik jika digunakan secara berkesinambungan tanpa dibarengi dengan penambahan bahan organik.

Lahan pertanian yang berkurang kualitasnya, salah satunya adalah karena berkurangnya asupan C-organik atau bahan organik dalam tanah sawah. Kandungan bahan organik sangatlah penting bagi tanah sawah karena sangat vital untuk kehidupan makhluk hidup termasuk organisme yang hidup di tanah sawah. Penambahan C-organik atau bahan organik dapat meningkatkan aktivitas organisme yang berada di tanah sawah dan menjaga kesuburan serta kesehatan kehidupan tanah.

Solusi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas lahan sangat banyak. Salah satunya yaitu dengan menggunakan pupuk organik yang digunakan bersamaan dengan pupuk anorganik. Dalam permentan NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 tentang pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan/atau kotoran hewan yang telah melalui proses

(13)

rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami dan/atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Anonim, 2010). Menurut Simanungkalit dan Suriadikarta (2006) pupuk organik merupakan bahan penambah C-organik atau bahan organik yang memiliki fungsi memperbaiki kesuburan fisik tanah agar strukturnya baik. Adanya pemberian pupuk organik disamping pupuk anorganik diharapkan diperoleh produksi yang memuaskan petani dengan tanpa menghilangkan kandungan bahan organik yang tersedia dalam tanah.

Salah satu pupuk organik pabrikan adalah Pupuk Organik Plus (POP). Pupuk Organik Plus (POP) merupakan pupuk organik yang dipabrikasi yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan dan produksi padi, khususnya di lahan sawah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah.

1. 2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah (Oryza sativa. L.).

(14)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Karakteristik Tanah Sawah

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum sepeti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya (Hardjowigeno, Subagyo, dan Rayes, 2004).

Tanah sawah mempunyai ciri tersendiri bila dibandingkan dengan tanah untuk budidaya tanaman lain. Hal tersebut berkaitan dengan proses penyawahan yang dilakukan dengan penggenangan dan pelumpuran. Proses pelumpuran dapat didefinisikan sebagai penghancuran agregat tanah menjadi lumpur yang sama rata, yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan mekanis terhadap tanah pada kondisi basah (Sanchez, 1993).

Penggenangan dan pelumpuran pada kondisi tergenang, menyebabkan tanah terdispersi dan penghancuran agregat akan semakin intensif pada saat dibajak, digaru, dan dilumpurkan (Sharma dan De Datta, 1985). Pelumpuran dapat menurunkan permeabilitas tanah, semakin intensif tanah dilumpurkan maka permeabilitas tanah semakin menurun.

Menurut Sudadi (2001), cara pengelolaan tanah sawah yang khas yaitu adanya kondisi tergenang pada sebagian besar periode pertanaman mengakibatkan terjadinya proses genesis dan terbentuknya morfologi, sifat fisik, kimia, biologi, dan mikrobiologi yang berbeda dengan tanah-tanah lain yang digunakan untuk tanaman lahan kering.

Pengaruh penggenangan dan pengolahan tanah sawah dalam keadaan tergenang dapat menyebabkan perubahan sifat tanah (morfologi, fisik, kimia, dan biologi) sehingga berbeda dengan sifat tanah asalnya (Sanchez, 1993).

Tingkat pelumpuran tergantung kepada jenis dan pengelolaan. Pada tanah-tanah yang banyak mengandung liat relatif mudah dilumpurkan, sebaliknya pada tanah-tanah bertekstur kasar. Tanah-tanah dengan liat monmorolinit lebih mudah dilumpurkan daripada kaolinit ataupun oksida-oksida. Tanah-tanah yang paling mudah dilumpurkan adalah tanah-tanah dengan kejenuhan Na tinggi, sedangkan

(15)

tanah-tanah dengan bahan organik relatif tinggi dan tanah-tanah yang banyak mengandung oksida Al dan Fe lebih sulit untuk dilumpurkan (Anwar dan Sudadi, 2007).

2. 2. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang

Berdasarkan klasifikasinya (Anonimous, 2010), padi (Oryza sativa. L.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Monokotil

Sub kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.

Berdasarkan Lampiran 1, padi varietas Ciherang merupakan padi yang termasuk ke dalam golongan padi cere (padi indica). Panen pada umur 116-125 hari. Bentuk tanaman tegak dan mempunyai tinggi tanaman antara 107-115 cm. Tanaman padi ini bisa mempunyai jumlah anakan antara 14-17. Syarat tumbuh padi ini adalah pada ketinggian di bawah 500 m dpl. Tahan terhadap serangan hama wereng coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap serangan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV (BBPADI, 2010).

Potensi produksi padi sawah varietas Ciherang berkisar antara 5-8.5 t/ha. Bentuk gabahnya panjang dan ramping dan warnanya kuning bersih. Gabahnya tidak mudah rontok, dengan tingkat kerontokan dan kerebahan sedang. Padi sawah varietas Ciherang menghasilkan beras dengan kadar amilosa 23% dan bila telah dimasak, memiliki tekstur nasi yang pulen (BBPADI, 2010).

(16)

2. 3. Karakteristik Pupuk Organik

Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik maupun kimia secara tidak sebanding dengan bahan organik yang terdapat dalam tanah. Setengah dari kapasitas tukar kation tanah biasanya berasal dari bahan organik dan merupakan pemantap agregat tanah. Selanjutnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro yang berkegiatan di dalam tanah (Soepardi, 1983).

Pupuk Organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman (Simanungkalit dan Suriadikarta, 2006). Dalam permentan, pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan/atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami dan/atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Anonimous, 2010).

Menurut Simanungkalit dan Suriadikarta (2006), definisi tersebut menunjukan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik.

Golongan pupuk yang termasuk pupuk organik adalah semua sisa bahan-bahan tanaman, pupuk hijau dan kotoran hewan. Pupuk ini sebelum dapat tersedia bagi tanaman mengalami proses pembusukan/penghancuran terlebih dahulu. Pupuk organik ini mempunyai kandungan hara yang rendah dan dipergunakan terutama untuk kesuburan fisik tanah supaya gembur (strukturnya baik) (Anonimous, 1983).

Pupuk organik yang dapat digunakan seperti pupuk kimia adalah kompos, pupuk kandang, azola, pupuk hijau, limbah industri, limbah perkotaan, termasuk limbah rumah tangga. Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik, ialah : (i) kandungan unsur hara rendah dan sangat bervariasi, (ii) penyediaan hara terjadi secara lambat, (iii) menyediakan hara dalam jumlah terbatas (Sutanto, 2002).

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, berangkasan, bongkol jagujng, bagas tebu dan sabut kelapa),

(17)

limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal dari pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya (Simanungkalit dan Suriadikarta, 2006).

Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan ketahanan pangan. Oleh karena itu, sistem hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik atau pupuk hayati dan pupuk anorganik dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kelestarian lingkungan perlu digalakkan. Hanya dengan cara ini keberlanjutan produksi tanaman dan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan (Simanungkalit dan Suriadikarta, 2006).

2. 4. Karakteristik Nitrogen Tanah dan Tanaman

Sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N organik maka pelapukan N organik merupakan proses yang menjadikan N tersedia bagi tanaman. Pelapukan merupakan proses biokimia kompleks yang membebaskan karbondioksida. Akhirnya nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik, ammonium ini dioksidasikan menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat. Kedua proses terakhir disebut nitrifikasi, sedangkan yang pertama disebut mineralisasi

(Soepardi, 1983).

Sebagian besar N tanah berupa N organik baik yang terdapat dalam bahan organik tanah maupun fiksasi N oleh mikroba tanah dan hanya sebagian kecil (2-5%) berupa N anorganik yaitu NH4+ dan NO3- serta sedikit NO2-. Pada tanah

tergenang, N merupakan hara yang tidak stabil karena adanya proses mineralisasi bahan organik oleh mikroba tanah tertentu (Prasetyo et al., 2004).

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat, dan dengan demikian merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan (Sarief, 1986).

Nitrogen adalah hara utama tanaman, merupakan komponen asam amino, asam nuklead, nudeotida, klorofil, enzim, dan hormon. N mendorong pertumbuhan tanaman yang cepat dan memperbaiki tingkat hasil dan kualitas gabah melalui peningkatan jumlah anakan, pengembangan luas daun,

(18)

pembentukan gabah, pengisian gabah, dan sintesis protein. N sangat mobile di dalam tanaman dan tanah (IRRI, 2006).

Peranan utama N bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, N pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya adalah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga, 2006).

Tanaman yang kurang memperoleh nitrogen, tumbuh kerdil dan sistem perakarannya terbatas. Daun menjadi kuning atau hijau kekuningan dan cenderung rontok (senesens), sedangkan jika nitrogen diberikan berlebih akan mengakibatkan kerugian berupa : (1) memperlambat pematangan dengan membantu pertumbuhan vegetatif yang tetap hijau walaupun masa masak sudah waktunya; (2) melunakkan jerami dan menyebabkan tanaman mudah rebah; (3) meurunkan kualitas; (4) Dalam beberapa hal dapat melemahkan tanaman terhadap serangan penyakit dan hama (Soepardi, 1983).

2. 5. Karakteristik Fosfor Tanah dan Tanaman

Fosfor tanah apabila berada dalam bentuk organik, maka pelapukan akan membebaskannya menjadi bentuk anorganik. Tersedianya fosfor dari mineral fosfor sangat sulit. Bentuk fosfor anorganik dalam tanah sedikit dan sukar larut dalam air. Walaupun dibantu oleh karbon dioksida serta akar tanaman berada dekat dengan mineral fosfat tersebut, tanaman itu belum tentu dapat menyerapnya dengan mudah. Ini disebabkan karena pelarutan fosfat sangat lambat (Soepardi, 1983).

Jumlah fosfat yang tersedia di tanah-tanah pertanian biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya pada tanah-tanah yang tidak diusahakan. Hal ini karena unsur ini tidak tercuci (residunya tinggi), sedangkan yang hilang melalui produksi tanaman sangat kecil (Leiwakabessy, Wahjudin, dan Suwarno, 2003).

Tanaman memerlukan P pada semua tingkat pertumbuhan terutama pada awal pertumbuhuan. Fosfor umumnya diserap tanaman sebagai orto fosfat primer (H2PO4-) atau sekunder (HPO4-). Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk

(19)

itu, fosfor berfungsi sebagai bahan untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernafasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji, dan buah (Lingga, 2006).

Fosfor merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi kekurangan fosfor maka fosfor di dalam jaringan tua diangkat ke bagian-bagian meristem yang sedang aktif. Akan tetapi, oleh karena kekurangan unsur ini menghambat seluruh pertumbuhan tanaman, maka gejala yang jelas pada daun jarang terlihat (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Peranan fosfat adalah sangat khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fosfat atau radikal fosforil di dalam sel-sel tanaman diangkat ke golongan aseptor melalui suatu reaksi yang disebut fosforilisasi sehingga reaktivitas dari suatu zat bertambah. Fosforilisasi akan mengurangi energi aktivitas dari penghalang (barrier) di dalam sel tanaman sehingga memungkinkan semua reaksi-reaksi kimia di dalam proses biologi berlangsung sempurna dan dipercepat. Perubahan fosfat di dalam tanaman terjadi di dalam tiga tahap. Pada tahap pertama fosfat anorganik diabsorpsi dan bereaksi dengan molekul atau radikal organik. Pada tahap kedua terjadi proses transfosforilisasi dimana golongan fosforil dirubah menjadi molekul-molekul lain. Dan pada tahap ketiga, fosfat atau pirofosfat dibebaskan dari “intermediated phosphorylated” oleh

proses hodrolisa ataupun melalui substitusi radikal organik. Sumber energi utama untuk perubahan fosfat ke dalam berbagai bentuk kombinasi organik adalah energi potensial oksidasi-reduksi yang dihasilkan dalam proses metabolisme oksidatif (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Secara detail fungsi fosfor dalam pertumbuhan sukar di utarakan, namun demikian fungsi-fungsi utama fosfor dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut : (1) memacu terbentuknya bunga, bulir pada malai; (2) menurunkan aborsitas; (3) perkembangan akar halus dan akar rambut; (4) memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah; (5) memperbaiki kualitas gabah. Sedangkan jika kekurangan akan menyebabkan tanaman pertumbuhannya kerdil, jumlah anakannya sedikit, daun meruncing berwarna hijau gelap (Rauf, Syamsuddin, dan Sihombing, 2000).

(20)

Menurut Sanchez (1993) kekerapan dan intensitas tanggapan tanaman padi terhadap pemupukan fosfor lebih kecil dibandingkan tanaman serealia lainnya. Ada berbagai penyebab untuk keadaan ini. Meningkatnya ketersedian fosfor dalam larutan tanah karena penggenangan sering sedemikian besarnya sehingga pemupukan fosfor bagi padi sawah tidak diperlukan lagi, sedangkan tanaman aerob yang ditanam pada tanah yang sama memerlukan tambahan fosfor untuk memperoleh hasil yang tinggi.

2. 5. Karakteristik Kalium Tanah dan Tanaman

Kalium hampir semuanya dijumpai dalam bentuk mineral yang kompleks. Bentuk tersebut tidak tahan terhadap pengaruh air yang mengandung karbon dioksida atau asam lainnya. Mudah tidaknya kalium dibebaskan bergantung dari mineral apa dan tingkat kehancuran. Kalium yang dibebaskan melalui reaksi kimia akan diserap tanaman, hilang bersama air drainase atau dijerap oleh koloid tanah yang bermuatan negatif. Sebagian kecil dari kalium dalam tanah terjerap pada permukaan koloid tanah. Kation-kation itu mudah dilepaskan ke larutan tanah melalui pertukaran kation (Soepardi, 1983).

Kandungan K dalam tanah jauh lebih banyak dari unsur-unsur hara yang lain kecuali Si dan Fe. Kadar K dalam tanah biasanya berkisar antara 0.5-2.5 persen dengan rata-rata 1.2 persen tergantung keadaan mineral cadangan dan tingkat pelapukan. Tanah-tanah organik mempunyai kandungan yang paling rendah, biasanya kurang dari 0.03 % K (Leiwakabessy et al., 2003).

Kalium tanah berasal dari dekomposisi mineral primer yang mengandung K seperti K-feldspar (orthoklas dan mikrolin, KAlSi3O8), KAl3Si3O10(OH)2. Biotit

K (Mg, Fe)AlSi3O10(OH)2 dan flogopit KMg2Al2Si3O10(OH)2. Ketersediaan K

dari mineral primer ini sangat kecil dan urutan ketersediannya adalah biotit>muskovit>feldsfar (Leiwakabessy et al., 2003).

Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan menunjukan gejala kekurangan apabila kebutuhannya tidak tercukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman (Leiwakabessy et al., 2003).

(21)

Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Dengan adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan: (1) ketegaran tanaman terjamin; (2) merangsang pertumbuhan akar; (3) tanaman lebih tahan terhadap hama penyakit; (4) memperbaiki kualitas bulir; (5) dapat mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh fosfor; (6) mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat tertentu. Kekurangan kalium akan menyebabkan: (1) pertumbuhan kecil; (2) daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya; (3) menghambat pembentukan hidrat arang pada biji; (4) permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak merata; (5) munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna hijau gelap. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat menurun, kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktifitas fotosintesis terganggu (Rauf et al., 2000).

Menurut Lingga (2006), faedah utama kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan memperkuat tubuh tanaman, agar daun, bunga dan buah, tidak mudah gugur. Selain itu, kalium juga sebagai sumber kekuatan bagi tanaman menghadapi kekeringan dan penyakit.

(22)

III. BAHAN DAN METODE

3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman di Laboratorium. Percobaan lapangan dilaksanakan di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Analisis sifat kimia tanah dan analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3. 2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan percobaan sebanyak 30 petak dengan luas masing-masing petak 20 m2 yang dilengkapi dengan saluran irigasi dan drainase, benih padi varietas Ciherang, pupuk urea, pupuk SP-18, pupuk KCl, POP, insektisida (Virtako, Rijoutin, Decis, Furadan dan

sidamentrin), Score (fungisida), Deuxlocide (pestisida keong) dan bahan-bahan kimia untuk analisis N, P, K tanah dan tanaman di Laboratorium.

Alat-alat yang digunakan antara lain adalah : alat-alat untuk budidaya, cangkul, garpu, sabit, plat nama, ajir, papan perontok padi, terpal, karung, mistar, alat tulis, timbangan 15 kg, timbangan digital, oven, alat-alat laboratorium, Spektrofotometer, plastik pembungkus tanah dan alat lain yang dibutuhkan dalam penelitian.

3. 3. Metode Penelitian 3. 3. 1. Rancangan Penelitian

Percobaan lapangan merupakan percobaan faktor tunggal dengan 10 perlakuan {Kontrol, N,P,K (standar), POP, 1/3 N,P,K + POP, 2/3 N,P,K + POP, N,P,K + POP, 1/3 N,P,K + ½ POP, 1/3 N,P,K + ¾ POP, 1/3 N,P,K + 1 ¼ POP, 2/3 N,P,K + ½ POP} dan 3 ulangan yang ditempatkan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Model matematik rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut :

(23)

Үij = µ + τi + βj + εij

3. 3. 2. Rancangan Perlakuan

Tabel 1 menunjukkan jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada perlakuan per hektar. Perlakuan kontrol tidak diberikan pupuk. Perlakuan pemupukan dosis standar untuk tanaman padi adalah 250 kg Urea, 300 kg SP 18 dan 150 kg KCL. Perlakuan POP diberikan 1 dosis pupuk POP tanpa diberikan pupuk anorganik (urea, SP-18, dan KCl). Perlakuan 2/3 N,P,K diberikan 2/3 dosis pupuk anorganik serta ditambahkan 1 dosis POP dan ½ dosis POP. Perlakuan 1/3 N,P,K diberikan dosis pupuk sebanyak 1/3 dosis pupuk anorganik serta diberikan ½, ¾, 1, dan 5/4 POP.

Tabel 1. Jenis dan Dosis Pupuk yang Diberikan pada Setiap Perlakuan.

Perlakuan POP Urea SP 18 KCL

……….(Kg/ha)….……… 1. Kontrol 0 0 0 0 2. N,P,K (standar) 0 250 300 150 3. POP 600 0 0 0 4. 1/3 N,P,K + POP 600 83 100 50 5. 2/3 N,P,K + POP 600 167 200 100 6. N,P,K + POP 600 250 300 150 7. 1/3 N,P,K + ½ POP 300 83 100 50 8. 1/3 N,P,K+ ¾ POP 450 83 100 50 9. 1/3 N,P,K + 1 ¼ POP 750 83 100 50 10. 2/3 N,P,K+½ POP 300 167 200 100

Үij = Nilai pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh kelompok ke-i

βj = Pengaruh perlakuan ke-j

(24)

3. 3. 3. Pelaksanaan Penelitian di Lapangan a. Pengolahan Tanah

Persiapan lahan meliputi pengolahan tanah dan pelumpuran. Pengolahan tanah dilaksanakan 2 minggu sebelum penanaman. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul dan garpu. Petakan percobaan dibuat sebanyak 30 petak dengan ukuran 4 x 5 meter serta memiliki saluran air masuk dan keluar yang terpisah satu dengan lainnya (Lampiran 2).

Sebelum dilakukan penyemaian, maka dilakukan terlebih dahulu perendaman benih selama satu malam dengan air, kemudian diperam selama 2 hari sehingga benih mulai berkecambah. Penyemaian dilakukan di sekitar lahan pertanaman padi. Setelah benih padi disemai selama 24 hari dalam petakan persemaian, maka bibit padi siap untuk ditanam pada petakan sawah perlakuan. Petakan sawah percobaan dapat di lihat pada Lampiran 5.

b. Pemupukan

Sebelum sawah ditanami bibit padi, petakan sawah yang diberi perlakuan POP (Tabel 1) terlebih dahulu secara merata dan dicampurkan ke dalam tanah dengan menggunakan cangkul. Setelah diberi pupuk POP, petakan sawah didiamkan selama satu hari.

Tabel 2. Waktu Pemberian Pupuk.

Perlakuan waktu (HST)

Standar

Urea (1/3 dari dosis setiap perlakuan) 0, 21, 35

SP 18 0

KCl (1/2 dari dosis setiap perlakuan) 0, 35

POP (semua perlakuan) sebelum tanam

Pemupukan N,P,K standar dilakukan sesuai dengan perlakuan (Tabel 1). Pupuk urea sepertiga dari dosis setiap perlakuan diberikan pada saat tanam, sepertiga dosis pada saat 21 HST, dan sepertiga lagi diberikan pada saat 35 HST. Pupuk SP 18 diberikan seluruhnya pada saat tanam. Sedangkan untuk pupuk KCl

(25)

dari dosis pada setiap perlakuan diberikan pada saat tanam dan setengah bagian lagi diberikan pada saat 35 HST. Waktu pemberian pupuk dapat dilihat pada Tabel 2.

c. Pemeliharaan Tanaman

Penanaman bibit padi yang telah berumur 24 hari dilakukan sehari setelah pemberian pupuk POP. Sebelumnya, sawah digarisi dengan caplak dengan ukuran kotak 25 x 25 cm. Bibit padi yang ditanam sebanyak dua bibit per lubang tanam dan masing-masing bibit ditanam mengikuti alur caplak. Penyulaman dilakukan pada umur 0-4 MST (Minggu Setelah Tanam). Penyulaman dilakukan dengan cara menanam bibit baru dengan umur yang sama. Setelah umur padi mencapai 2 MST lebih, dipilih tanaman padi untuk dijadikan tanaman sampel sebanyak 10 rumpun tanaman per petak.

Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik yaitu dengan mencabut gulma secara manual dengan menggunakan tangan. Sedangkan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi dibasmi dengan menggunakan pestisida dengan cara disemprot. Hama yang menyerang padi pada umur 0-5 MST seperti keong dan penggerek batang dibasmi dengan pestisida keong (Deuxlocide), dan insektisida (Virtako). Hama dan penyakit yang menyerang padi pada umur 5-12 MST seperti belalang, walang sangit dan Cercospora oryzae dibasmi dengan insektisida (Decis dan Sidamentrin) dan fungisida (Rizoutin)

Pengaturan air selalu dijaga agar selalu tergenang kontinu dengan ketinggian sekitar 5 cm. Pengaturan air seperti pengeringan dan pengairan pun dilakukan.

d. Pengamatan Variabel Agronomis

Pengamatan variabel agronomis tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali yaitu pada 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 MST (Minggu Setelah Tanam). Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman yang dipilih secara acak pada setiap petak percobaan. Variabel pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan. Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi pada fase vegetatif. Sedangkan jumlah anakan diukur dengan menghitung semua

(26)

anakan pada rumpun tanaman contoh. Setelah itu dihitung jumlah anakan produktif yaitu jumlah anakan yang menghasilkan malai padi per rumpun tanaman contoh.

e. Pengambilan sampel tanaman

Pengambilan contoh tanaman dilakukan pada saat tanaman padi akan mengeluarkan malai (bunting/fase awal pertumbuhan generatif). Bagian tanaman yang diambil adalah satu helai daun ketiga pada 25 rumpun tanaman di setiap petakan. Kemudian dibilas dengan menggunakan aquadest dan dimasukan ke dalam kantung. Setelah itu, dioven pada suhu 60 derajat Celsius selama 3 hari. Setelah dioven, bagian tanaman tersebut (daun) dihaluskan sampai menjadi bubuk dan selanjutnya dilakukan analisis tanaman (analisis N, P, dan K tanaman) dengan metode pengabuan basah.

f. Panen

Panen padi dilakukan setelah tanaman berumur 123 hari. Setelah dipanen, masing-masing tanaman contoh disatukan dan diukur bobotnya. Untuk tanaman padi per petak diambil padi mulai dari baris ketiga. Padi dirontokan dengan cara manual yaitu dengan memukulkan padi pada papan atau batu. Gabah yang dirontokkan pasca panen ini disebut dengan gabah kering panen (GKP). Bobot GKP ini langsung ditimbang di lapangan. Setelah itu gabah tanaman contoh per petak dikeringkan di oven 65 derajat selama 3 hari untuk mendapatkan gabah kering giling (GKG). Setelah itu padi dipisahkan antara padi bernas dengan padi hampa dengan cara ditampi, kemudian diukur masing-masing bobotnya dan didapat bobot gabah hampa dan bobot gabah bernas.

g. Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit setelah panen pada kedalaman 0-20 cm. Tanah diambil pada 4 titik pengambilan secara diagonal tiap petakan. Sampel tanah dibungkus dengan menggunakan plastik bening. Kemudian sampel tanah dibawa ke Laboratorium untuk dikering-udarakan. Selanjutnya

(27)

contoh tanah dihaluskan untuk analisis laboratorium. Setelah itu ditetapkan kadar air tanahnya.

3. 3. Analisis Tanah dan Tanaman

Analisis tanah dan tanaman yang dilakukan sebagai analisis untuk mengetahui kondisi kesuburan tanah dan juga kadar hara tanaman. Analisis mencakup sifat kimia tanah yang meliputi N-total tanah, P dan K tersedia dalam tanah pasca panen dan kadar hara N, P, K tanaman.

3. 4. Analisis Statistik

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang ditetapkan dilakukan analisis ragam. Apabila bersifat nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5 %.

(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Kondisi Lahan

4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan

Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut termasuk ke dalam Inceptisol. Berdasarkan analisis tanah sebelum penelitian (Tabel 3) dan kriteria penilain tanah pada PPT (1983) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) (Lampiran 3) diketahui bahwa nilai pH tanah adalah 6.30 atau termasuk agak masam, kandungan C-organik tergolong rendah yaitu 1.67%, N-total tergolong rendah yaitu 0.17%, kandungan P-tersedia (P-bray) tergolong sangat rendah yaitu 9.0 ppm, K-tersedia tergolong sedang yaitu 0.35 me/100g, Ca tergolong sedang yaitu 4.40 me/100g, Mg tergolong tinggi yaitu 2.46 me/100g, Na tergolong sedang yaitu 0.46 me/100g, KTK tergolong rendah yaitu 13.33 me/100g, dan kejenuhan basa tergolong sedang yaitu 57.54% .

Tabel 3. Sifat-sifat Tanah Sawah Desa Cihideung Udik Sebelum Percobaan.

Sifat Tanah Metode Ekstraksi Nilai Hasil penilaian

pH H2O 6.30 Agak masam

pH KCl 5.20

C-org (%) W & B 1.67 Rendah

N-total (%) Kjeldahl 0.17 Rendah

P2O5 (ppm) Bray 1 9.00 Sangat rendah

KTK (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 13.33 Rendah

K (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 0.35 Sedang

Ca (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 4.40 Rendah

Mg (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 2.46 Tinggi

Na (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 0.46 Sedang

KB (%) 57.54 Tinggi

Al N KCl tr

H N KCl 0.04

Fe 0.05 N HCl 19.20

Tekstur Liat berdebu

(%)

Pasir 8.41

Debu 42.87

(29)

4. 2. Pengaruh Penggunaan POP terhadap Pertumbuhan Tanaman 4. 2. 1. Tinggi Tanaman

Tabel 4 menunjukkan hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap rata-rata tinggi tanaman dari umur 3 MST sampai 10 MST. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman mulai terlihat pada saat 3 MST. Pengaruh nyata perlakuan terhadap tinggi tanaman juga terjadi pada 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 MST (Lampiran 11). Perbedaan nyata dengan kontrol pada tinggi tanaman umur 3 MST hanya terlihat pada perlakuan N,P,K + POP dan 2/3 N,P,K + ½ POP.

Tabel 4. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Anorganik terhadap Tinggi, Anakan Maksimum dan Anakan Produktif Tanaman Padi.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α 0.05 berdasarkan uji Duncan.

Pada umur 10 MST (minggu terjadinya tinggi tanaman maksimum), POP tidak berbeda nyata dengan kontrol. Penambahan dosis POP pada perlakuan yang menggunakan 1/3 N,P,K dan 2/3 N,P,K tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi ditemukan pada perlakuan N,P,K (standar) dan terendah pada perlakuan POP (Tabel 4). Tinggi

Perlakuan Tinggi tanaman (10 MST) jumlah anakan Anakan maksimum Anakan produktif (cm) ……….….(batang/rumpun)...……... Kontrol 74.95a 15ab 8a N,P,K (standar) 96.51e 21cd 12 c POP 75.32a 15a 8 a 1/3 N,P,K + POP 86.53bc 20bcd 9ab 2/3 N,P,K + POP 91.20cd 22d 11 bc N,P,K + POP 94.62de 22d 11 bc 1/3 N,P,K+ ½ POP 82.76b 19abcd 9 ab 1/3 N,P,K+ ¾ POP 84.00b 16abc 8a 1/3 N,P,K+1 ¼ POP 83.59b 18abcd 9 ab 2/3 N,P,K+ ½ POP 94.52de 20cd 10 ab

(30)

tanaman maksimum perlakuan POP tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan nyata lebih rendah dibandingkan tinggi tanaman perlakuan N,P,K (standar).

4. 2. 2. Jumlah Anakan

Tabel 4 menyajikan hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan. Pengaruh nyata perlakuan terhadap jumlah anakan mulai terlihat pada saat 4 MST. Pengaruh nyata perlakuan terhadap jumlah anakan juga terjadi pada saat 5, 6, 7, 8 dan 9 MST (Lampiran 12). Sedangkan pada saat 10 MST, pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan tidak berpengaruh nyata.

Anakan maksimum dicapai pada saat 7 MST (Lampiran 7). Pada saat anakan maksimum terjadi, perlakuan POP tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol maupun perlakuan 1/3 N,P,K yang dipadukan dengan ½ POP, ¾ POP, 1 POP, dan 5/4 POP (Tabel 4); dan nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan N,P,K (standar) dan perlakuan 2/3 N,P,K yang dikombinasikan dengan ½ POP dan 1 POP. Jumlah anakan maksimum tertinggi terjadi pada perlakuan N,P,K + POP, sedangkan terendah pada perlakuan POP (Tabel 4).

Tanaman padi mulai mengeluarkan malai ketika berumur 10 MST. Anakan produktif diukur pada saat anakan tanaman telah mengeluarkan malai seluruhnya atau pada saat 12 MST. Jumlah anakan produktif yang tertinggi ditemukan pada perlakuan N,P,K (standar) yaitu sebesar 12 batang. Anakan produktif perlakuan N,P,K (standar) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan POP, perlakuan yang menggunakan 1/3 N,P,K, perlakuan 2/3 N,P,K + ½ POP dan perlakuan kontrol. Jumlah anakan produktif pada perlakuan POP, dengan 1/3 N,P,K, 2/3 N,P,K + ½ POP, tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.

Berdasarkan BBPADI (2010) potensi jumlah anakan produktif padi varietas Ciherang yaitu 14-17 batang, sedangkan jumlah anakan produktif tertinggi pada perlakuan yang dikombinasikan dengan pupuk POP hanya mencapai 11 batang. Jumlah anakan produktif antara perlakuan POP dengan kontrol relatif sama. Dengan demikian, perlakuan POP dan perlakuan yang dikombinasikan dengan POP tidak berpengaruh besar pada jumlah anakan produktif padi.

(31)

Anakan produktif perlakuan POP dan perlakuan lainnya yang dikombinasikan dengan POP lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan N,P,K (standar); begitupun tinggi tanamannya lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan N,P,K (standar). Jumlah anakan yang mati pada perlakuan POP dan perlakuan lainnya yang dikombinasikan dengan POP lebih besar dari perlakuan N,P,K (standar). Hal ini menunjukkan tanaman tak terpenuhi kebutuhan haranya melalui pupuk POP.

Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik, ialah : (i) kandungan unsur hara rendah dan sangat bervariasi, (ii) penyediaan hara terjadi secara lambat, (iii) menyediakan hara dalam jumlah terbatas (Sutanto, 2002). Jika dilihat dari hasil analisis komposisi kimia pupuk POP (Lampiran 4), hara yang diberikan dari pupuk POP per kilogramnya sebanyak 3.17% N (19.02 kg N/ha), 0.5% P (3 kg P/ha), dan 1.2% K (7.2 kg K/ha). Sedangkan hara yang diberikan pada pupuk N, P, dan K yaitu 115 kg N/ha, 23.57 kg P/ha, 74.68 kg K/ha. Unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium yang diberikan POP relatif kecil, sehingga tanaman pada POP dan perlakuan lainnya yang dikombinasikan dengan POP tidak terpenuhi kebutuhan unsur haranya, kecuali perlakuan N,P,K + POP.

Tanaman yang kurang memperoleh N tumbuh kerdil dan daun menjadi kuning atau hijau kekuningan (Soepardi, 1983). Pertumbuhan tanaman padi pada perlakuan POP tumbuh kerdil dan warna daunnya agak kuning, berbeda dengan pertumbuhan tanaman padi pada perlakuan N,P,K (standar) yang lebih tinggi dan warna daunnya lebih hijau (Lampiran 16). Hal ini diduga tanaman mengalami kekurangan unsur hara N. Menurut Lingga (2006), peranan utama N bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan. Selain itu, N pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis.

Kekurangan kalium akan menyebabkan pertumbuhan yang kerdil pada tanaman (Rauf, Syamsuddin, dan Sihombing, 2000). Akibat defisiensi K pada perlakuan POP, tanaman pada perlakuan POP mengalami pertumbuhan yang kerdil. Pada perlakuan yang menggunakan 1/3 N,P,K dan 2/3 N,P,K, pertumbuhan tanaman tidak mengalami kekerdilan seperti pada perlakuan POP, namun tinggi

(32)

tanamannya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan N,P,K + POP (Lampiran 6).

4. 3. Pengaruh Penggunaan POP terhadap Bobot Gabah Panen

Tabel 5 menunjukkan hasil bobot gabah dari setiap perlakuan dalam ton per hektar (ton/ha). Bobot gabah kering panen (GKP) dan bobot gabah kering giling (GKG) perlakuan POP dan perlakuan yang menggunakan 1/3 N,P,K dan 2/3 N,P,K, nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan pupuk N,P,K (standar). Penambahan POP pada perlakuan yang menggunakan 1/3 N,P,K (1/3 N,P,K + ½ POP, 1/3 N,P,K + ¾ POP, dan 1/3 N,P,K + 5/4 POP) tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot GKP dan GKG. Sama halnya dengan perlakuan yang menggunakan 2/3 N,P,K yang ditambahkan 1 POP dan ½ POP, tidak berpengaruh nyata meningkatkan bobot GKP dan GKG tanaman padi, dan nyata lebih rendah dibanding bobot GKP dan GKG N,P,K (standar). Bobot GKP dan GKG perlakuan POP tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, dan nyata lebih rendah dibanding perlakuan N,P,K (standar) (Lampiran 14).

Tabel 5. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Bobot Gabah Panen.

Perlakuan (ton/ha) % Bernas % Hampa (ton/ha) % hasil GKP GKG BKGB BKGH Kontrol 3.38a 3.05a 93.77 6.23 2.85a 0.19a 100.00a N,P,K (Standar) 6.66e 6.20e 91.36 8.64 5.66d 0.54e 203.53e POP 3.55a 3.35a 94.82 5.18 3.18a 0.17a 109.86a 1/3 N,P,K + POP 5.32c 4.95c 92.48 7.52 4.58c 0.37bcd 162.56c 2/3 N,P,K + POP 5.96d 5.39d 91.37 8.63 4.93c 0.46de 177.02d N,P,K + POP 6.39de 6.03e 91.40 8.60 5.52d 0.52e 197.97e 1/3 N,P,K + ½ POP 4.53b 4.11b 92.91 7.09 3.82b 0.29ab 134.83b 1/3 N,P,K + ¾ POP 4.68b 4.14b 92.61 7.39 3.84b 0.31abc 135.98b 1/3 N,P,K + 5/4 POP 4.68b 4.08b 92.72 7.28 4.09b 0.29ab 133.88b 2/3 N,P,K + ½ POP 5.97d 5.43d 91.78 8.22 4.95c 0.45cde 177.10d

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α 0.05 berdasarkan uji Duncan.

GKG : Gabah Kering Giling

BKGB : Bobot Kering Gabah Bernas BKGH : Bobot Kering Gabah Hampa

(33)

Perlakuan yang menggunakan pupuk POP dan perlakuan N,P,K (standar) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase gabah bernas dan gabah hampa dan berpengaruh nyata terhadap persen hasil (Tabel 5). Persen hasil adalah persentase yang didapat dari membandingkan petak percobaan dengan petak kontrol. Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot gabah perlakuan N,P,K (standar) lebih tinggi 103.53% (203.53-100 / persen hasil percobaan dikurangi persen hasil kontrol) dari bobot gabah perlakuan kontrol dan perlakuan N,P,K + POP memiliki persen hasil lebih tinggi 97.97% dari bobot gabah kontrol; sedangkan bobot gabah perlakuan POP hanya lebih tinggi 9.86 % dari bobot gabah perlakuan kontrol. Perlakuan yang menggunakan 1/3 N,P,K, persen hasilnya lebih tinggi 33.88-62.56 % dari bobot gabah perlakuan kontrol; perlakuan yang menggunakan 2/3 N,P,K, persen hasilnya lebih tinggi 77.02-77.10 % dari bobot gabah perlakuan kontrol.

Lampiran 13 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap Bobot Kering Gabah Bernas (BKGB). Berdasarkan Tabel 5, nilai tertinggi BKGB terdapat pada perlakuan N,P,K (standar) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan N,P,K + POP. Sedangkan perlakuan kontrol memiliki nilai BKGB terendah dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan POP. Perlakuan kontrol dan POP nyata lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan dengan menggunakan 1/3 N,P,K dengan penambahan POP berapapun relatif tidak berbeda nyata satu dengan lainnya, namun nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan N,P,K (standar), perlakuan N,P,K + POP, dan perlakuan yang menggunakan 2/3 N,P,K. Demikian juga terjadi pada perlakuan yang menggunakan 2/3 N,P,K.

Pengaruh nyata perlakuan terjadi pula terhadap Bobot Kering Gabah Hampa (BKGH) (Lampiran 13). Nilai tertinggi BKGH terdapat pada perlakuan N,P,K yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan N,P,K + POP. Sedangkan nilai terendah BKGH terdapat pada perlakuan POP, dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, 1/3 N,P,K + ½ POP, 1/3 N,P,K + ¾ POP, 1/3 N,P,K + 5/4 POP dan nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan 1/3 N,P,K + POP, 2/3 N,P,K + POP, 2/3 N,P,K + ½ POP, N,P,K + POP, dan N,P,K (standar).

Potensi produksi dari padi varietas Ciherang mencapai 5-8.5 ton/ha GKG (BBPADI, 2007). Selisih produksi padi antara perlakuan POP dengan perlakuan

(34)

N,P,K (standar), maupun dengan potensi produksi padi varietas Ciherang cukup tinggi (berkisar antara 2-3 ton dan 4-5 ton). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kekurangan hara pada padi yang menggunakan pupuk POP seperti telah dipaparkan sebelumnya (halaman 20). Menurut Brady dan Weil (2002) nitrogen penting untuk pembentukan karbohidrat dalam tanaman, sehingga produksi padi yang menggunakan POP lebih rendah dibanding perlakuan N,P,K (standar). Proses metabolisme yang berkaitan dengan pembentukan dan pengisian gabah padi dapat berjalan dengan baik, apabila kebutuhan akan N, P, dan K terpenuhi. Bobot GKG pada perlakuan yang menggunakan pupuk POP relatif rendah, menunjukkan padi mengalami defisiensi hara N dan K. Menurut Leiwakabessy dan sutandi (2004) semakin tinggi tingkat produksi, maka semakin tinggi hara yang dibutuhkan. Dengan kata lain, rendahnya produksi padi pada perlakuan yang menggunakan pupuk POP menunjukkan rendahnya jumlah hara POP dari kadar dan dosis yang diberikan melalui pupuk tersebut.

4. 4. Pengaruh Dosis Pupuk Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Tanaman Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah (PPT, (1983)) status hara Nitrogen total tanah pasca panen (Tabel 6) berstatus rendah yaitu antara 0.1 %-0.2 %. Perlakuan pupuk standar dan POP tidak berpengaruh nyata terhadap Nitrogen total pasca panen, dengan kisaran jumlahnya 0.11 %- 0.16 % (Lampiran 14).

Tabel 6. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Kadar N-total, P & K-tersedia Pasca Panen dalam Tanah. Perlakuan N-total (%) P-Tersedia (ppm) K-tersedia (me/100 g) Kontrol 0.15 8.45 0.03 N,P,K (Standar) 0.13 6.78 0.03 POP 0.12 12.99 0.05 1/3 N,P,K + POP 0.15 4.01 0.06 2/3 N,P,K + POP 0.14 9.91 0.04 N,P,K + POP 0.13 9.13 0.03 1/3 N,P,K + ½ POP 0.14 13.55 0.03 1/3 N,P,K + ¾ POP 0.11 6.30 0.03 1/3 N,P,K + 5/4 POP 0.15 8.11 0.06 2/3 N,P,K + ½ POP 0.16 9.12 0.04

(35)

Perlakuan pupuk standar dan POP tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah P-tersedia dalam tanah pasca panen. Status hara P-tersedia dalam tanah pasca panen menunjukan status yang sedang-tinggi yaitu antara 8 ppm-10 ppm (kisaran P2O5 = 16 ppm-25 ppm dan 26 ppm-35 ppm). Kisaran jumlah P-tersedia

dalam tanah pasca panen yaitu berkisar antara 8.45 ppm-13.55 ppm (P2O5 = 15.5

ppm-31.2 ppm). Status hara P-tersedia yang menunjukan status yang tinggi hanya pada perlakuan POP dan 1/3 N,P,K + ½ POP. Perlakuan dosis pupuk standar dengan POP juga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah K-tersedia dalam tanah pasca panen dimana jumlahnya berkisar antara 0.03 me/100 gram-0.06 me/100 gram.

Tabel 7. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Kadar N, P dan K Tanaman.

Perlakuan Kadar N Kadar P Kadar K

(%) Kontrol 1.29 0.17 1.34 NPK (Standar) 1.88 0.12 1.80 POP 1.38 0.12 1.44 1/3 NPK + POP 1.51 0.10 1.50 2/3 NPK + POP 1.55 0.12 1.48 NPK + POP 1.55 0.11 1.54 1/3 NPK + ½ POP 1.41 0.13 1.51 1/3 NPK + ¾ POP 1.44 0.18 1.36 1/3 NPK + 5/4 POP 1.51 0.12 1.61 2/3 NPK + ½ POP 1.67 0.11 1.65

Kadar nitrogen dalam tanaman (Tabel 7), perlakuan pupuk N,P,K (standar) dan perlakuan POP menunjukkan berpengaruh tidak nyata. Kadar Nitrogen dalam tanaman berkisar antara 1.29 %-1.88 %. Perlakuan pupuk N,P,K (standar) dan POP juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar P dan K tanaman. Kadar P dalam tanaman berkisar antara 0.10 %-0.18 %, sedangkan kadar K dalam tanaman berkisar antara 1.34 %- 1.80 %.

Perlakuan N,P,K (standar) merupakan perlakauan yang paling signifikan terhadap variabel pertumbuhan tanaman dan variabel produksi tanaman dibandingkan perlakuan yang lainnya. Jika dilihat pada Tabel 7, perlakuan N,P,K

(36)

(standar) merupakan perlakuan yang memiliki kadar N dan K tanaman tertinggi dan cukup, karena kecukupan hara tanaman padi untuk nitrogen sekitar 1.59 % dan kalium 1.26 % (Anonimous, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan N dan K tanaman pada perlakuan N,P,K (standar) terpenuhi, sedangkan pada perlakuan yang menggunakan POP hampir semuanya mengalami kekurangan unsur N dan K.

(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan tanaman dan produksi padi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis pupuk anorganik N,P,K berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi varietas Ciherang. Namun, pemberian pupuk POP tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi. Pertumbuhan tanaman dan produksi padi pada perlakuan N,P,K + POP tidak berbeda nyata dengan perlakuan N,P,K (standar).

Pengaruh tidak nyata POP dalam berbagai dosis terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi padi juga terlihat pada perlakuan 1/3 N,P,K yang menggunakan ½ POP, ¾ POP, 1 POP, 5/4 POP dan 2/3 N,P,K yang menggunakan ½ POP dan 1 POP. Pemberian POP pada berbagai dosis tersebut tidak dapat menggantikan kekurangan pupuk N,P,K pada perlakuan 1/3 N,P,K dan 2/3 N,P,K. Pemberian pupuk anorganik N,P,K dan POP tidak berpengaruh terhadap kadar serapan hara dalam tanaman dan kadar N-total, serta P dan K tersedia tanah setelah panen.

5. 2. Saran

Penambahan pupuk organik plus (POP) pada pertanian yang menggunakan pupuk anorganik belum bisa meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah. Untuk itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pupuk organik plus (POP) yang diperlukan agar didapat dosis yang optimal untuk digunakan pada pertanian padi sawah.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1983. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, dan Sayur-Sayuran. Satuan Pengendali BIMAS, Jakarta.

Anonimous. 2010. Klasifikasi Padi.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=926. [19 Agustus 2010]. Anonimous. 2010. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Pupuk

Organik. http://nasih.wordpress.com/2010/06/07/permentan-no-28-th-2009-pupuk-organikpupukhayati-dan-pembenahtanah/. [diakses 23 feb 2011].

Anonimous. 2011. Kadar Hara dan Serapan Hara Tanaman Padi.

http://www.scribd.com/doc/49635428/kadar-dan-serapan-hara-tanaman. [diakses 9 Nopember 2011].

Anwar S dan Sudadi U. 2007. Kimia Tanah. Bagian Kimia dan Kesuburan Tanah, Dept. ITSL IPB, Bogor.

BBPADI. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Brady, NC, Weil RR. 2002. The Nature and Properties of Solis. 13th ed. Pearson Education, Inc. New Jersey, USA.

Hardjowigeno S, Subagyo H, Rayes ML. 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Gadjah mada university press, UGM, Yogyakarta.

[IRRI] Internasional Rice Research Institute. 2006. Nutrient Management. http://www.knowledgebank.irri.org/indonesia/docs/Nutrient%20manage ment.pdf. [diakses 23 Februari 2011].

Leiwakabessy FM, Wahjudin UM, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah IPB, Bogor.

Leiwakabessy FM, Sutandi A. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah IPB, Bogor.

Lingga P. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Matjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. IPB Press, Bogor.

(39)

Prasetyo BH, Sri Adiningsih J, Kasdi S, Simanungkalit RDM. 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Rauf AW, Syamsuddin T, Sihombing SR. 2000. Peranan Pupuk NPK pada Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Sanchez PA. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika Jilid 2. Amir Hamzah

(penerjemah). ITB, Bandung.

Sarief S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Cetakan kedua. Pustaka Buana, Bandung.

Sharma PK, De Datta SK. 1985. Effects of puddling on soil physical properties and processes. P. 217-234. In Soil Physics and Rice. Internasional Rice Research Institute, Los Banos, Philippines.

Simanungkalit RDM, Suriadikarta. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sutanto R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.

Sudadi U. 2001. Bahan Kuliah Tanah Sawah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.

(40)
(41)

Lampiran 1. Ciri Padi Varietas Ciherang (BBPADI, 2010). Nama Varietas : Ciherang

Tahun dilepas : 2000

Tetua : IR18349-53-1-3-1-3/2* IR19661-131-3-1-3//4*IR64 Rataan hasil : 5-7 ton/ha

Pemulia : Tarjat Tjubarjat, Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Aan A. Daradjat

Nomor pedigri : S3383-1D-Pn-41-3-1 Golongan : Cere

Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 107-115 cm Anakan produktif : 14-17 batang Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Putih Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Bobot 1000 butir : 27-28 gram Kadar amilosa : 23 % Ketahanan Terhadap

Hama

:

Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Ketahanan Terhadap

Penyakit :

Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV

Anjuran tanam : Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl.

Rata-rata produksi : 6-7 ton/ha Potensi Hasil : 5 - 8,5 ton/ha

(42)

31 2/3 NPK + ½ POP NPK + POP POP NPK 1/3 NPK + 5/4POP 1/3 NPK + ½ POP 1/3 NPK + ¾ POP kontrol 1/3 NPK + POP 2/3 NPK + POP 1/3 NPK + ¾ POP 1/3 NPK + POP POP 2/3 NPK + POP 2/3 NPK + ½ POP kontrol 1/3 NPK + 5/4POP NPK + POP NPK 1/3 NPK + ½ POP POP 1/3 NPK + POP NPK + POP NPK 2/3 NPK + ½ POP 2/3 NPK + POP 1/3 NPK + ½ POP kontrol 1/3 NPK + 5/4POP 1/3 NPK + ¾ POP S

Keterangan : = aliran air irigasi = aliran air drainase = air masuk petakan = air keluar petakan

Lampiran 2. Denah Unit Percobaan.

Ulangan 1

Ulangan 2

(43)

Lampiran 3. Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Tanah Berdasarkan PPT 1983 (dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)).

Sifat Tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi C (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 1,01-5,00 > 5,00 N (%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75 Nisbah C/N < 5 5-10 11-15 16-25 > 25 P2O5 Bray 1 (ppm) < 10 10-15 16-25 26-35 > 35 KTK (me/100g) < 5 5-16 17-24 25-40 > 40 K (me/100g) < 0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 > 1,0 Ca (me/100g) < 2 2-5 6-10 11-20 > 20 Mg (me/100g) < 0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 > 8,0 Na (me/100g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 > 1,0 KB (%) < 20 21-35 36-50 51-70 > 70 Reaksi Tanah (pH H2O)

Sangat Masam Masam Agak

Masam Netral

Agak

Alkalis Alkalis < 4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5

Lampiran 4. Hasil Analisis Komposisi Kimia Pupuk Organik (POP).

Komponen kadar Kadar air (%) 40.16 C (%) 13.65 N (%) 3.17 P (%) 0.5 K (%) 1.2 Ca (%) 2.39 Mg (%) 1.86 Fe (%) 24.52 Cu (ppm) 105 Zn (ppm) 130 Mn (%) 1.9 kadar abu (%) 76.47 Pb (ppm) 12.5 Cd (ppm) 0.5 Cr (ppm) 195.0 Hg (ppb) 82.5

(44)
(45)

34 Lampiran 6. Hasil Perhitungan Rataan Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik (POP) dan Pupuk Anorganik terhadap Tinggi

Tanaman Padi 3 MST-10 MST.

Ulangan

Perlakuan

Rataan Kontrol Standar POP 1/3NPK

+ POP 2/3NPK + POP NPK + POP 1/3NPK + 1/2POP 1/3NPK + 3/4POP 1/3NPK + 5/4POP 2/3NPK + 1/2POP 3 MST ………...……….……..………...…(cm)...………... I 33.0 37.4 36.1 36.2 39.9 36.8 33.8 32.8 35.2 42.1 II 36.4 36.0 33.8 37.6 35.1 39.3 33.5 34.7 35.8 37.6 III 37.5 39.8 38.5 39.9 40.3 41.9 39.3 38.8 38.7 40.8 Rata-rata Perlakuan 35.63 37.73 36.13 37.90 38.43 39.33 35.53 35.43 36.57 40.17 37.29 4 MST ……….……..………...…(cm)……...……… I 41.6 49.8 46.1 45.1 50.7 47.5 44.0 42.5 46.0 53.5 II 42.7 44.5 42.3 44.2 43.4 48.3 41.5 42.4 42.3 45.2 III 46.3 49.0 46.4 49.6 49.6 49.7 44.6 46.9 46.4 50.6 Rata-rata Perlakuan 43.53 47.78 44.94 46.29 47.91 48.54 43.37 43.94 44.89 49.76 46.09 5 MST ……….……..………...(cm)...……… I 47.8 57.9 52.7 52.2 59.2 52.6 49.7 51.8 53.0 59.3 II 51.0 55.1 49.7 53.4 52.3 56.8 51.6 50.4 50.7 55.5 III 53.3 57.8 52.7 57.1 59.5 59.8 52.7 52.3 52.2 56.5 Rata-rata Perlakuan 50.69 56.91 51.70 54.24 56.99 56.38 51.32 51.47 51.96 57.11 53.88

(46)

35 Lanjutan

Ulangan

Perlakuan

Rataan Kontrol Standar POP 1/3NPK

+ POP 2/3NPK + POP NPK + POP 1/3NPK + 1/2POP 1/3NPK + 3/4POP 1/3NPK + 5/4POP 2/3NPK + 1/2POP 6 MST ………...……….……..………...…(cm)...………... I 53.1 66.2 58.0 59.0 64.6 59.2 56.1 58.9 59.9 64.2 II 58.4 66.7 56.2 62.0 61.1 68.4 58.8 56.9 56.3 63.3 III 58.7 63.7 56.6 64.2 66.1 65.0 58.5 59.8 55.6 61.0 Rata-rata Perlakuan 56.74 65.54 56.91 61.71 63.93 64.21 57.81 58.55 57.27 62.81 60.55 7 MST ……….……..………...…(cm)……...……… I 57.3 71.9 61.5 67.0 72.4 68.5 62.2 64.9 67.2 69.6 II 61.3 73.8 60.0 67.2 67.3 74.3 62.5 63.7 61.5 70.3 III 61.4 72.6 61.1 69.8 72.1 70.6 64.0 65.1 62.3 67.1 Rata-rata Perlakuan 59.97 72.78 60.86 67.97 70.62 71.12 62.88 64.55 63.64 68.98 66.34 8 MST ……….……..………...(cm)...……… I 59.7 80.8 65.3 74.1 79.9 79.3 69.5 72.6 73.7 78.7 II 67.0 84.3 63.3 73.8 75.7 83.0 69.6 72.3 71.3 79.2 III 65.8 81.4 65.3 76.4 79.1 79.4 71.0 71.7 71.2 75.6 Rata-rata Perlakuan 64.14 82.17 64.60 74.77 78.20 80.56 69.99 72.20 72.06 77.82 73.65

Gambar

Tabel  1  menunjukkan  jenis  dan  dosis  pupuk  yang  diberikan  pada  perlakuan  per  hektar
Tabel  3.  Sifat-sifat  Tanah  Sawah  Desa  Cihideung  Udik  Sebelum  Percobaan.
Tabel  5  menunjukkan  hasil  bobot  gabah  dari  setiap  perlakuan  dalam  ton  per  hektar  (ton/ha)
Tabel  6.  Pengaruh  Penggunaan  Pupuk  Organik  (POP)  dan  Pupuk  Anorganik terhadap Kadar N-total, P &amp; K-tersedia Pasca Panen  dalam Tanah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pasal 12B ini, perbuatan penerimaan gratifikasi oleh Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang dianggap sebagai perbuatan suap apabila pemberian tersebut

Dari hasil jawaban responden untuk variabel Rekrutmen (X1) masih banyak responden yang menjawab ragu-ragu dengan total 49 responden untuk pernyataan “Proses

implementasi Desa Maju Reforma Agraria (Damara) di Kulonbambang Kabupaten Blitar yang dilakukan oleh KPA dan Pawartaku sudah memenuhi unsur-unsur dalam tahapan

kepada polisi karena telah mengamputasi kaki yang salah dari seorang pasien pada suatu prosedur emergensi. Hal lain yang sempat menjadi perhatian peneliti mengenai

x Retak sambungan bahu perkerasan, retak memanjang, umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat disebabkan kondisi drainase dibawah bahu jalan lebih

Apabila dikaitkan dengan target Renstra Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, dimana target pada tahun 2018 sebesar 89,78% sedangkan capaian sampai tahun ini sebesar

Gambar 6., menunjukkan pola indeks pengangkatan atau Surface Lifted Index ( SLI ) yang terjadi di wilayah Jawa Barat pada tanggal 22 Desember 1998 menunjukkan kesesuaian dengan

Capron dan Hulldan (1999) mendefinisikan sumber daya sebagai sejumlah pengetahuan, aset fisik, manusia, dan faktor-faktor berwujud dan tidak berwujud lainnya yang dimiliki