UU No. 42 TH 2000
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA
ATAS
UU No. 8 TH 1983
TENTANG
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN) & PAJAK PENJUALAN atas
U N D A N G-U N D A N G PER - MEN KEUANGAN PER – DIRJEN PAJAK
UU No. UU No. 4242 TAHUN 200 TAHUN 20099 TENTANG PERUBAHAN KETIGA
ATAS UU NO. 8 TAHUN 1983 TENTANG PPN & PPn BM
- PASAL 4A TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YG TIDAK DIKENAKAN PPN.
- PASAL 8A TENTANG KELOMPOK BKP YANG TERGOLONG MEWAH YANG DIKENAKAN PPnBM
- PASAL 16B TENTANG IMPOR/PENYERAHAN BKP & JKP TERTENTU, PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD TERTENTU DAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN YANG PPN-NYA TIDAK DIPUNGUT ATAU DIBEBASKAN.
NOMOR-38/PMK.03/2010;
NOMOR-40/PMK.03/2010; NOMOR-65/PMK.03/2010; NOMOR 75/PMK-03/2010; NOMOR 79/PMK.03/2010
NOMOR-10/PJ/2010; NOMOR-13/PJ/2010; NOMOR-14/PJ/2010; DAN NOMOR-15/PJ/2010.
DASAR HUKUM
PPN DAN PPnBM
LATAR BELAKANG PERUBAHAN UU
PPN
•PERKEMBANGAN EKONOMI YG SANGAT DINAMIS, NASIONAL,REGIONAL DAN INTERNASIONAL, TRANSAKSI BISNIS, PERUBAHAN POLA KONSUMSI MASY. RESTITUSI PENGUSAHA YG MELAKUKAN EKSPOR JKP
DAN BKP TDK BERWUJUD DAN MEMBERI RESTITUSI PPN ATAS PEMBELIAN BARANG OLEH TURIS ASING
UU PPN TH 2000 BELUM DAPAT MENINGKATKAN : • KEPATUHAN WP, • KEPASTIAN HUKUM, • KEADILAN, DAN • KESEDERHANAAN SISTEM SASARAN PERUBAHAN UU PPN TH 2009 ADALAH UNTUK : - Penyederhanaan sistem
- Mengurangi biaya kepatuhan
- Meningkatkan kepatuhan WP
- Mengamankan penerimaan pajak
- Mengurangi distorsi dan
peningkatan kegiatan ekonomi
PPN ADALAH PAJAK ATAS KONSUMSI BARANG
ATAU JASA
DI DALAM DAERAH PABEAN
- ORANG PRIBADI; ATAU OLEH -
BADAN;
PENGERTIAN UMUM
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN)
CIRI KHAS PPN
FAKTUR PAJAK MERUPAKAN BUKTI PUNGUTAN PPN 1. PENGENAAN PPN DILAKSANAKAN
BERDASARKAN SISTEM FAKTUR 2. SETIAP TERJADINYA PENYERAHAN
BKP/JKP, WAJIB DIBUATKAN
FAKTUR PAJAK
FAKTUR PAJAK BAGI PENJUAL
MERUPAKAN BUKTI
PAJAK KELUARAN
FAKTUR PAJAK BAGI PEMBELI
MERUPAKAN BUKTI
DAERAH PABEAN
Ps. 1 angka 1
WILAYAH RI YANG DI DALAMNYA BERLAKU UU No. 11 Th 1994 TENTANG KE PABEANAN
DARAT
PERAIRAN
RUANG UDARA
DI ATASNYA
TEMPAT-TEMPAT TERTENTU
DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
LANDAS KONTINEN
MELIPUTI WILAYAH
BARANG
BERWUJUD
BARANG
TIDAK BERWUJUD
B A R A N G
Ps. 1 angka 2
BARANG
BERGERAK
BARANG
TIDAK BERGERAK
CONTOH :
•
HAK ATAS MEREK DAGANG
•
HAK PATEN
•
HAK CIPTA
BARANG ADALAH
PENYERAHAN
BKP
Ps. 1 angka 4
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
ADALAH :
ADALAH :
SETIAP KEGIATAN PENYERAHAN
SETIAP KEGIATAN PENYERAHAN
BARANG KENA PAJAK
BARANG KENA PAJAK
BARANG KENA PAJAK
(BKP)
Ps. 1 angka 3
•
BARANG
BERWUJUD YANG MENURUT SIFAT
ATAU HUKUMNYA DAPAT BERUPA
BARANG
BERGERAK ATAU
BARANG
TIDAK
BERGERAK, DAN
•
BARANG
TIDAK BERWUJUD, ANTARA LAIN :
HAK ATAS MEREK DAGANG, HAK OKTOROI,
HAK CIPTA & HAK PATEN
YANG DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN
UU PPN
J A S A
Ps. 1 angka 5
SETIAP KEGIATAN PELAYANAN BERDASARKAN
SUATU PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM YANG
MENYEBABKAN
SUATU BARANG; FASILITAS; KEMUDAHAN; HAK
TERSEDIA UNTUK DIPAKAI
JASA YG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN
BARANG KARENA PESANAN ATAU PERMINTAAN DGN BAHAN & ATAS PETUNJUK DARI PEMESAN
PEMANFAATAN
JKP DAN BKP
TIDAK BERWUJUD
DARI LUAR
DAERAH PABEAN
Ps. 1 angka 8 & 10
SETIAP KEGIATAN PEMANFAATAN
JKP
DARI
LUAR
DAERAH PABEAN
DI DALAM
DAERAH PABEAN
Ps. 1 angka 8
SETIAP KEGIATAN PEMANFAATAN
BKP
TIDAK
BERWUJUD DARI LUAR
DAERAH PABEAN
KARENA SUATU PERJANJIAN DI DALAM
DAERAH PABEAN
Ps. 1 angka 10
JASA KENA PAJAK
(JKP)
Ps. 1 angka 6
SETIAP KEGIATAN PELAYANAN BERDASARKAN SUATU PERIKATAN /PERBUATAN HUKUM YG MENYEBABKAN SUATU BARANG/FASILITAS/ KEMUDAHAN
/HAK TERSEDIA UNTUK DIPAKAI,
TERMASUK JASA YG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN BARANG KARENA PESANAN ATAU PERMINTAAN DGN BAHAN
DAN/ATAU PETUNJUK DARI PEMESAN
YANG DIKENAKAN PAJAK
BERDASARKAN
UU PPN
PENYERAHAN
JASA KENA PAJAK
Ps. 1 angka
7
SETIAP KEGIATAN PEMBERIAN
JASA KENA PAJAK
TERMASUK
PEMAKAIAN SENDIRI
JKP
PEMBERIAN CUMA-CUMA
JKP
IMPOR
( Ps. 1 angka 9 )
ADALAH SETIAP KEGIATAN MEMASUKKAN BARANG
DARI LUAR DAERAH PABEAN KE DLM DAERAH PABEAN
PERDAGANGAN
( Ps. 1 angka 12 )
ADALAH KEGIATAN USAHA MEMBELI & MENJUAL BRG, TERMASUK KEGIATAN TUKAR MENUKAR BRG TANPA MENGUBAH
BENTUK ATAU SIFATNYA
EKSPOR
( Ps. 1 angka 11)
ADALAH SETIAP KEGIATAN MENGELUARKAN BARANG KENA
PAJAK DARI DLM DAERAH PABEAN KE LUAR DAERAH PABEAN
IMPOR, EKSPOR DAN PERDAGANGAN
Ps. 1 angka 9, 11, 12
B A D A N
Ps. 1 angka 13
SEKUMPULAN ORANG DAN / ATAU MODAL YANG MERUPAKAN KESATUAN
BAIK YANG MELAKUKAN USAHA MAUPUN YANG TIDAK
MELAKUKAN USAHA
MELIPUTI : PERSEROAN TERBATAS;
PERSEROAN KOMANDITER; PERSEROAN LAINNYA;
BUMN / BUMD; FIRMA, KONGSI; KOPERASI; DANA
PENSIUN; PERSEKUTUAN; PERKUMPULAN; YAYASAN; ORGANISASI MASSA; ORGANISASI SOSPOL ATAU
ORGANISASI LAINNYA; LEMBAGA DAN BADAN LAINNYA TERMASUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DAN BUT.
YANG DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN
UU PPN
PENGUSAHA KENA PAJAK
(PKP)
Ps. 1 angka 15
YANG MELAKUKAN PENYERAHAN
BKP
/
JKP
TIDAK TERMASUK
PENGUSAHA
KECIL, KECUALI
PENGUSAHA
KECIL YANG MEMILIH UNTUK
DIKUKUHKAN SEBAGAI
PKP
PENGUSAHA
Ps. 1 angka 14
ORANG PRIBADI
BADAN
DALAM KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJAANNYA
-
- MENGHASILKAN
BARANG
;
- MENGIMPOR
BARANG
;
- MENGEKSPOR
BARANG
;
- MELAKUKAN USAHA
PERDAGANGAN
;
- MELAKUKAN USAHA
JASA
;
- MEMANFAATKAN
BARANG
TIDAK
BERWUJUD /
JASA
DARI LUAR
MENGHASILKAN
Ps. 1 angka 16
B.
B. KEGIATAN MENGOLAH SUMBER DAYA
ALAM
A.
A. KEGIATAN MENGOLAH
MELALUI PROSES
MENGUBAH BENTUK
ATAU SIFAT SUATU
BARANG
DARI BENTUK
ASLINYA
C.
C. MENYURUH ORANG PRIBADI ATAU BADAN LAIN MELAKUKAN KEGIATAN TERSEBUT PADA HURUF A DAN B DI ATAS
MENJADI
BARANG
BARU
MEMPUNYAI DAYA GUNA BARUDASAR PENGENAAN PAJAK
(DPP)
Ps. 1 angka 17
PENGGANTIAN
NILAI IMPOR
NILAI EKSPOR
NILAI LAIN YG
DITETAPKAN
OLEH MEN KEU
HARGA JUAL
YANG DIPAKAI
SEBAGAI DASAR
UNTUK
MENGHITUNG
PAJAK YANG
TERUTANG
HARGA JUAL
Ps. 1 angka 18
PPN YG DIPUNGUT MENURUT UU PPN
& POTONGAN HARGA YG DICANTUMKAN DLM
FAKTUR PAJAK
NILAI BERUPA UANG
NILAI BERUPA UANG
SEMUA BIAYA
YG DIMINTA ATAU SEHARUSNYA DIMINTA OLEH PENJUAL KARENA PENYERAHAN BKP TIDAK TERMASU K TERMASU K
NILAI IMPOR
Ps. 1 angka 20
PAJAK YG DIPUNGUT MENURUT UU PPN & PPnBM
NILAI BERUPA UANG
YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGAN BEA MASUK DITAMBAH PUNGUTAN
LAINNYA YG DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN KETENTUAN DLM PER-UU-AN MENGENAI
KEPABEANAN DAN CUKAI
UNTUK IMPOR BKP
TIDAK TERMASUK
NILAI LAIN SEBAGAI
DASAR PENGENAAN PAJAK
Ps. 1 angka 17 . Jo.
PER-75/PMK.03/2010
DLM HAL HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN SUKAR DITETAPKAN, MENTERI KEUANGAN DAPAT MENENTUKAN NILAI LAIN SEBAGAI
DASAR PENGENAAN PAJAK
NILAI LAIN YANG DITETAPKAN MENTERI
KEUANGAN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK, ADALAH :
1. UNTUK PEMAKAIAN SENDIRI DAN PEMBERIAN CUMA-CUMA ATAS BKP DAN/ATAU JKP ADALAH HARGA JUAL ATAU
PENGGANTIAN SETELAH DIKURANGI LABA KOTOR; 2. UNTUK PENYERAHAN MEDIA REKAMAN SUARA ATAU
GAMBAR ADALAH PERKIRAAN HARGA JUAL RATA-RATA; 3. UNTUK PENYERAHAN FILM CERITA ADALAH PERKIRAAN
NILAI LAIN SEBAGAI
NILAI LAIN SEBAGAI
DASAR PENGENAAN PAJAK
DASAR PENGENAAN PAJAK
Ps. 1 angka 17 Jo. PER-75/PMK.03/2010
Ps. 1 angka 17 Jo. PER-75/PMK.03/2010
4. UNTUK PENYERAHAN PRODUK HASIL TEMBAKAU ADALAH SEBESAR
HARGA JUAL ECERAN;
5. UNTUK BKP BERUPA PERSEDIAAN DAN/ATAU AKTIVA YG MENURUT
TUJUAN SEMULA TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN YG MASIH
TERSISA PADA SAAT PEMBUBARAN PERUSAHAAN, ADALAH HARGA PASAR WAJAR;
6. UNTUK PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU SEBALIK
NYA DAN/ATAU PENYERAHAN BKP ANTAR CABANG, ADALAH HARGA POKOK PENJUALAN ATAU HARGA PEROLEHAN;
7. UNTUK PENYERAHAN BKP MELALUI PEDAGANG PERANTARA ADALAH
HARGA YG DISEPAKATI ANTARA PEDAGANG PERANTARA DENGAN PEMBELI;
8. UNTUK PENYERAHAN BKP MELALUI JURU LELANG ADALAH HARGA
LELANG;
9. UNTUK PENYERAHAN JASA PENGIRIMAN PAKET ADALAH 10% DARI
JUMLAH YANG DITAGIH ATAU YANG SEHARUSNYA DITAGIH;
10. UNTUK PENYERAHAN JASA BIRO PERJALANAN ATAU JASA BIRO
PARIWISATA ADALAH 10% DARI JUMLAH TAGIHAN ATAU YANG SEHARUSNYA DITAGIH.
CATATAN :
PAJAK MASUKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYERAHAN JASA OLEH PENGUSAHA JASA PENGIRIMAN PAKET DAN OLEH PENGUSAHA JASA BIRO PERJALANAN ATAU JASA BIRO PARIWISATA, TIDAK DAPAT DIKREDITKAN.
NILAI LAIN SEBAGAI
NILAI LAIN SEBAGAI
DASAR PENGENAAN PAJAK
DASAR PENGENAAN PAJAK
Ps. 1 angka 17 Jo. PER-75/PMK.03/2010
Ps. 1 angka 17 Jo. PER-75/PMK.03/2010
PEMBELI DAN
PENERIMA JASA
Ps. 1 angka 21 & 22
ORANG PRIBADI
YANG MENERIMA ATAU SEHARUSNYA
MENERIMA PENYERAHAN
BKP
/
JKP
YANG MEMBAYAR ATAU SEHARUSNYA
MEMBAYAR HARGA BKP ATAU PENGGANTIAN ATAS JKP TSB.
&
FAKTUR PAJAK
Ps. 1 angka 23 jo. PER-13/PJ./2010
BUKTI PUNGUTAN PAJAK YG
DIBUAT OLEH :
PENYERAHAN
BKP
/
JKP
IMPOR
BKP
DJBC
PKP
KARENA KARENAPENGGANTIAN
Ps. 1 angka 19 jo. PER-13/PJ./2010
PPN YG DIPUNGUT MENURUT UU PPN & POTONGAN HARGA
YG DICANTUMKAN DLM FAKTUR PAJAK
NILAI BERUPA UANG
SEMUA BIAYA YG DIMINTA ATAU SEHARUSNYA DIMINTA OLEH PEMBERI JASA
KARENA PENYERAHAN JKP, EKSPOR JKP ATAU EKSPOR BKP TDK BERWUJUD
TIDAK TERM ASUK
TERMASU K
KEWAJIBAN MEMBUAT
FAKTUR PAJAK
Ps. 13 ayat (1), (1a), (2) dan (2a)
PKP WAJIB MEMBUAT
FAKTUR PAJAK UNTUK SETIAP : • PENYERAHAN BKP/ JKP • EKSPOR BKP TDK BERWUJUD • EKSPOR JASA Ps. 13 ayat (1) MENYIMPANG DARI KETENTUAN TSB. PKP DAPAT MEMBUAT SATU FAKTUR PAJAK
(FAKTUR PAJAK GABUNGAN) MELIPUTI SELURUH PENYERAHAN YG DILAKUKAN
KEPADA PEMBELI BKP/JKP YG SAMA SELAMA SEBULAN TAKWIM DAN HRS DIBUAT PALING LAMA PD AKHIR BLN PENY.
Ps. 13 ayat (2) dan (2a)
FAKTUR PAJAK DIBUAT
PADA SAAT : (PS. 13 AYAT (1a)
1. PENYERAHAN BKP/JKP
2. PENERIMAAN PEMBAYARAN DLM HAL PENERIMAAN PEM BAYARAN TERJADI SBLM PENYERAHAN BKP/JKP
3. PENERIMAAN PEMBAYARAN TERMIN DLM HAL PENYERA HAN SBGN TAHAP PEKERJ. 4. SAAT LAIN YG DIATUR
FAKTUR PAJAK
Ps. 13 ayat (5)
HARUS DICANTUMKAN PALING SEDIKIT :
NAMA, ALAMAT, NPWP YANG MENYERAHKAN BKP /JKP
NAMA, ALAMAT, NPWP PEMBELI BKP / PENERIMA JKP
JENIS BARANG / JASA, JUMLAH HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN & POTONGAN HARGA
PPN dan PPnBM YG DIPUNGUT
KODE, NO. SERI & TGL. PEMBUATAN FAKTUR PAJAK
NAMA & TANDA TANGAN YG BERHAK MENANDATANGANI FAKTUR PAJAK
FAKTUR PAJAK HARUS DIISI DENGAN LENGKAP, JELAS, DAN BENAR BAIK FORMAL MAUPUN MATERIAL & DITANDATANGANI
OLEH PEJABAT YANG DITUNJUK OLEH PKP UNTUK MENANDATANGANINYA
SAAT PEMBUATAN, BENTUK DAN UKURAN FAKTUR PAJAK
Ps. 13 (8) jo. PER-38/PMK.03/2010 jo PER- 13/PJ./2010 SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK SELAMBAT
LAMBATNYA PADA :
a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak; b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
d. saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
BENTUK, UKURAN FORMULIR DAN PENGADAAN
BENTUK, UKURAN FORMULIR DAN PENGADAAN
FAKTUR PAJAK
FAKTUR PAJAK
(1)
(1) Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan disesuaikan dengan kepentingan Pengusaha Kena Pajak.
kepentingan Pengusaha Kena Pajak.
(2)
(2) Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak sebagaimana Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) dapatdapat dibuat sebagaimana contoh dibuat sebagaimana contoh pada Lampiran IA dan Lampiran IB Peraturan Direktur
pada Lampiran IA dan Lampiran IB Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ./2010, tanggal 24 Maret 2010. Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ./2010, tanggal 24 Maret 2010. (3)
(3) Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) Kena Pajak.Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang peruntukannya masing-masing sebagai berikut : rangkap yang peruntukannya masing-masing sebagai berikut : a.
a. Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli Barang Kena Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak.
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. b.
b. Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha Kena Pajak yang Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak.
menerbitkan Faktur Pajak. (4)
(4) Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih baDalam hal Faktur Pajak dibuat lebih bannyayakk yang ditetapkan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka harus dinyatakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka harus dinyatakan secara jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yang secara jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan.
DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU YANG KEDUDUKANNYA
DIPERLAKUKAN SEBAGAI FAKTUR PAJAK
Ps. 13 ayat (6) JO.PER-10/PJ/2010, TANGGAL 9 Maret 2010
Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
huruf a sampai dengan huruf h paling sedikit harus
memuat :
a. Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau
penyerahan;
b. Nama pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa
Kena Pajak;
c. Jumlah satuan barang apabila ada;
d. Dasar Pengenaan Pajak;dane.Jumlah Pajak yang terutang
kecuali dalam hal ekspor.
DOKUMEN YG KEDUDUKANNYA DIPERLAKUKAN SEBAGAI FAKTUR PAJAK SBB. ………….
DOKUMEN YG KEDUDUKANNYA DIPERLAKUKAN SEBAGAI
FAKTUR PAJAK ADALAH
a.
a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan
persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang
Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;
tersebut; b.
b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh Bulog/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
oleh Bulog/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu; c.
c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak;
Bahan Bakar Minyak; d.
d. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi;
telekomunikasi; e.
e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
DOKUMEN YG KEDUDUKANNYA DIPERLAKUKAN SEBAGAI
FAKTUR PAJAK ADALAH
f.
f. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
kepelabuhanan; g.
g. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik;Tanda pembayaran atau kuitansi listrik; h.
h. Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu Berwujud yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Jasa kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Jasa
Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, untuk ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, untuk ekspor Jasa
Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; i.
i. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan Surat Setoran Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti
pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut,
untuk impor Barang Kena Pajak;dan untuk impor Barang Kena Pajak;dan j.
j. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak
dari luar daerah Pabean. dari luar daerah Pabean.
ORANG PRIBADI / BADAN YG TIDAK DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
DILARANG MEMBUAT FAKTUR PAJAK
DLM HAL FAKTUR PAJAK TELAH DIBUAT PAJAK YG TERCANTUM DLM FAKTUR PAJAK
HARUS DISETORKAN KAS NEGARA KE
LARANGAN MEMBUAT
FAKTUR PAJAK
Ps. 14 ayat (1), (2)
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/
DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/
2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK
2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK
1.
1.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib menerbitkan Faktur
Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib menerbitkan Faktur
Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau
Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak.
Jasa Kena Pajak.
2.
2.
Faktur Pajak harus dibuat pada :
Faktur Pajak harus dibuat pada :
- saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
- saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak;
Kena Pajak;
- saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
- saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena
pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
- saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
- saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
- saat PKP menyampaikan tagihan kepada Bendahara
- saat PKP menyampaikan tagihan kepada Bendahara
Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/
DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/
2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK
2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK
3.
3.
Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada
Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada
akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak.
Kena Pajak.
4.
4.
Faktur Penjualan yang memuat keterangan sesuai
Faktur Penjualan yang memuat keterangan sesuai
dengan keterangan dalam Faktur Pajak sebagaimana
dengan keterangan dalam Faktur Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Nomor
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN), dan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN), dan
pengisiannya sesuai dengan Tata Cara Pengisian
pengisiannya sesuai dengan Tata Cara Pengisian
Keterangan pada Faktur Pajak,
Keterangan pada Faktur Pajak,
dipersamakan dengan
dipersamakan dengan
Faktur Pajak.
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/
DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/
2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK
2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK
5.
5.
Bentuk dan ukuran Formulir Faktur Pajak disesuaikan
Bentuk dan ukuran Formulir Faktur Pajak disesuaikan
dengan kepentingan PKP dan pengadaan formulir Faktur
dengan kepentingan PKP dan pengadaan formulir Faktur
Pajak dilakukan sendiri oleh PKP.
Pajak dilakukan sendiri oleh PKP.
6.
6.
Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas, benar dan
Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas, benar dan
sesuai dengan keterangan sebagaimana dimaksud dalam
sesuai dengan keterangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) UU PPN, serta ditandatangani oleh
Pasal 13 ayat (5) UU PPN, serta ditandatangani oleh
pejabat/ kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani
pejabat/ kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani
Faktur Pajak. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap
Faktur Pajak. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap
dan benar dan/atau tidak ditandatangani merupakan
dan benar dan/atau tidak ditandatangani merupakan
Faktur Pajak cacat.
KODE DAN NO. SERI FAKTUR PAJAK
KODE DAN NO. SERI FAKTUR PAJAK
a.
a.
PKP hanya mengisi Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
PKP hanya mengisi Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
sesuai dengan ketentuan Kesalahan dalam pengisian
sesuai dengan ketentuan Kesalahan dalam pengisian
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak akan mengakibatkan
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak akan mengakibatkan
Faktur Pajak tersebut menjadi cacat;
Faktur Pajak tersebut menjadi cacat;
b.
b.
Kode Cabang hanya digunakan oleh PKP yang telah
Kode Cabang hanya digunakan oleh PKP yang telah
mendapat ijin Pemusatan PPN terutang namun sistem
mendapat ijin Pemusatan PPN terutang namun sistem
penerbitan Faktur Pajak-nya belum on line;
penerbitan Faktur Pajak-nya belum on line;
c.
c.
Peruntukan Kode Cabang tidak boleh diubah. Kode
Peruntukan Kode Cabang tidak boleh diubah. Kode
Cabang yang sudah dihentikan penggunaannya tidak
Cabang yang sudah dihentikan penggunaannya tidak
boleh digunakan kembali;
boleh digunakan kembali;
d.
d.
Nomor Urut dibuat secara berurutan, tanpa perlu dibeda
Nomor Urut dibuat secara berurutan, tanpa perlu dibeda
kan antara Kode Transaksi, Kode Status dan mata uang
kan antara Kode Transaksi, Kode Status dan mata uang
yang digunakan serta Faktur Pajak yang tidak diisi secara
yang digunakan serta Faktur Pajak yang tidak diisi secara
lengkap (eks Faktur Pajak Sederhana);
KEWAJIBAN PENYAMPAIAN
KEWAJIBAN PENYAMPAIAN
PEMBERITAHUAN TERTULIS
PEMBERITAHUAN TERTULIS
KEPADA KEPALA KPP
KEPADA KEPALA KPP
a.
a.
Surat pemberitahuan nama pejabat atau kuasa yang
Surat pemberitahuan nama pejabat atau kuasa yang
ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak yang
ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak yang
dilengkapi dengan contoh spesimen tanda tangan pejabat
dilengkapi dengan contoh spesimen tanda tangan pejabat
atau kuasa yang ditunjuk termasuk bila ada perubahan/
atau kuasa yang ditunjuk termasuk bila ada perubahan/
penggantian pejabat atau kuasa yang ditunjuk untuk
penggantian pejabat atau kuasa yang ditunjuk untuk
menandatangani Faktur Pajak.
menandatangani Faktur Pajak.
b.
b.
Surat pemberitahuan penggunaan Kode Cabang pada
Surat pemberitahuan penggunaan Kode Cabang pada
Faktur Pajak termasuk penambahan atau penghentian
Faktur Pajak termasuk penambahan atau penghentian
penggunaan Kode Cabang;
penggunaan Kode Cabang;
c.
c.
Surat Pemberitahuan penggunaan Nomor Urut 00000001
Surat Pemberitahuan penggunaan Nomor Urut 00000001
yang kedua pada tahun berjalan (Faktur Pajak yang
yang kedua pada tahun berjalan (Faktur Pajak yang
diterbitkan telah mencapai nomor urut 99999999).
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN
PEMBERITAHUAN TERTULIS
PEMBERITAHUAN TERTULIS
KEPADA KEPALA KPP
KEPADA KEPALA KPP
a.
a.
Surat pemberitahuan nama dan spesimen tanda tangan
Surat pemberitahuan nama dan spesimen tanda tangan
pejabat atau kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani
pejabat atau kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani
Faktur Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Faktur Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah
pejabat atau kuasa yang ditunjuk mulai menandatangani
pejabat atau kuasa yang ditunjuk mulai menandatangani
Faktur Pajak;
Faktur Pajak;
b.
b.
Surat pemberitahuan penggunaan Kode Cabang pada
Surat pemberitahuan penggunaan Kode Cabang pada
Faktur Pajak termasuk penambahan Kode Cabang paling
Faktur Pajak termasuk penambahan Kode Cabang paling
lama akhir bulan berikutnya setelah Kode Cabang mulai
lama akhir bulan berikutnya setelah Kode Cabang mulai
digunakan;
digunakan;
c.
c.
Surat Pemberitahuan penggunaan Nomor Urut 00000001
Surat Pemberitahuan penggunaan Nomor Urut 00000001
yang kedua pada tahun berjalan paling lama akhir bulan
yang kedua pada tahun berjalan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Nomor Urut 00000001 yang kedua
berikutnya setelah Nomor Urut 00000001 yang kedua
digunakan.
FAKTUR PAJAK DIANGGAP CACAT
FAKTUR PAJAK DIANGGAP CACAT
DAN PERLAKUAN KHUSUS PKP PE
DAN PERLAKUAN KHUSUS PKP PE
1.
1. PKP yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau PKP yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
menyampaikan pemberitahuan tetapi melebihi batas waktu menyampaikan pemberitahuan tetapi melebihi batas waktu maka Faktur Pajak yang diterbitkan sampai dengan surat maka Faktur Pajak yang diterbitkan sampai dengan surat pemberitahuan diterima dianggap Faktur Pajak cacat.
pemberitahuan diterima dianggap Faktur Pajak cacat.
2.
2. Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak
cacat tidak dapat dikreditkan dan PKP yang menerbitkan Faktur cacat tidak dapat dikreditkan dan PKP yang menerbitkan Faktur Pajak cacat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan
Pajak cacat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 14 UU KUP.
ketentuan dalam Pasal 14 UU KUP. DAN DAN
1.
1. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, khusus untuk PKP Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, khusus untuk PKP
Pedagang Eceran (PKP PE) diberikan kemudahan untuk
Pedagang Eceran (PKP PE) diberikan kemudahan untuk
menggunakan kode dan nomor seri khusus sebagai pengganti
menggunakan kode dan nomor seri khusus sebagai pengganti
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak.
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak.
2.
2. Kode dan nomor seri khusus tersebut ditentukan sendiri oleh Kode dan nomor seri khusus tersebut ditentukan sendiri oleh
PKP PE dapat berupa nomor invoice atau nomor struk
PKP PE dapat berupa nomor invoice atau nomor struk
penjualan, sebagaimana yang saat ini telah dipergunakan.
PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA
PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA
SE-56/PJ/2010
SE-56/PJ/2010
1.
1.
Faktur Pajak Lama adalah formulir Faktur Pajak Standar
Faktur Pajak Lama adalah formulir Faktur Pajak Standar
yg terlanjur dicetak dan belum digunakan PKP pada
yg terlanjur dicetak dan belum digunakan PKP pada
saat PER-13/PJ/2010 berlaku;
saat PER-13/PJ/2010 berlaku;
2.
2.
Formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan
Formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan
PKP dan dpt dibuat sesuai contoh Lamp 1A dan 1B;
PKP dan dpt dibuat sesuai contoh Lamp 1A dan 1B;
3.
3.
Faktur Pajak Lama masih dpt digunakan oleh PKP
Faktur Pajak Lama masih dpt digunakan oleh PKP
sampai habis dan tetap dianggap sah sepanjang
sampai habis dan tetap dianggap sah sepanjang
memenuhi ketentuan formal dan material;
memenuhi ketentuan formal dan material;
4.
4.
Atas Faktur Pajak yg diterbitkan sbgmn angka 3 di atas
Atas Faktur Pajak yg diterbitkan sbgmn angka 3 di atas
tetap dpt dikreditkan oleh pembeli sepanjang memenuhi
tetap dpt dikreditkan oleh pembeli sepanjang memenuhi
sbg PM yg dpt dikreditkan sesuai ketentuan berlaku;
sbg PM yg dpt dikreditkan sesuai ketentuan berlaku;
5.
5.
No. Urut pada kode dan nomor seri FP melanjutkan No.
No. Urut pada kode dan nomor seri FP melanjutkan No.
Urut yg tlh digunakan PKP sblm berlaku peraturan baru.
PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA
PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA
SE-56/PJ/2010
SE-56/PJ/2010
6.
6.
Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak dibuat sesuai
Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak dibuat sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhan Pengusaha Kena
dengan kepentingan dan kebutuhan Pengusaha Kena
Pajak, tidak harus sama dengan contoh pada Lampiran
Pajak, tidak harus sama dengan contoh pada Lampiran
1A dan 1B, PER-13/PJ.2010;
1A dan 1B, PER-13/PJ.2010;
7.
7.
Invoice yang memenuhi Pasal 13 ayat (5) UU Nomor 8
Invoice yang memenuhi Pasal 13 ayat (5) UU Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan UU Nomor 42 Tahun 2009, dipersamakan
dengan UU Nomor 42 Tahun 2009, dipersamakan
dengan Faktur Pajak.
PAJAK MASUKAN
Ps. 1 angka 24
PPN YG SEHARUSNYA SUDAH DIBAYAR OLEH PKP PEROLEHAN BKP DAN/ATAU JKP PENERIMAAN JKP PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD PEMANFAATAN JKP IMPOR BKPLUAR
DAERAH
PABEAN
D A R IKARENA
PAJAK KELUARAN
Ps. 1 angka 25
PPN YANG TERUTANG YANG WAJIB
DIPUNGUT OLEH
PKP
PENYERAHAN
BKP
/
JKP
, ATAU
KARENA EKSPOR
BKP
BERWUJUD, EKSPOR BKP
TIDAK BERWUJUD DAN EKSPOR JKP
NILAI EKSPOR
Ps. 1 angka 26
NILAI BERUPA UANG
SEMUA BIAYA YANG DIMINTA
ATAU SEHARUSNYA DIMINTA
TERMASUK
EKSPORTIR
PENGKREDITAN
PAJAK MASUKAN
Ps. 9 ayat (2), (2a), (2b), (3), (4)
PM DIKREDITKAN DGN PK DALAM MASA PAJAK YG SAMA
Ps. 9 (2), (2b) DAN HRS MENGG. FP Ps. 13 (5) DAN Ps 13. (9)
PK
>
PM
PK
<
PM
SELISIH DIBAYAR OLEH PKP
Ps. 9 (3)
SELISIH DAPAT DI KOMPENSASI KE MASA PAJAK BERIKUTNYA
Ps. 9 (4)
BAGI PKP YG BELUM BERPRODUKSI SEHINGGA BELUM MELAKUKAN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK, PM
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Pasal 9 ayat (4a)
Atas kelebihan Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dapat diajukan permohonan
pengembalian pada akhir tahun
buku, atau saat Wajib Pajak melaku
kan pengakhiran usaha (bubar).
PERMOHONAN PENGEMBALIAN
PADA SETIAP MASA PAJAK
Pasal 9 ayat (4b)
1.
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
2.
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;
3.
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak
Pertambahan Nilainya tidak dipungut;
PERMOHONAN PENGEMBALIAN
PADA SETIAP MASA PAJAK
Pasal 9 ayat (4b)
4.
4.
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
5.
5.
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau
ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau
6.
6.
Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum
Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum
berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat
berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2a).
PENGKREDITAN
PAJAK MASUKAN
DLM SUATU
MASA PAJAK
DALAM HAL
PKP
MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK
DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK
Ps. 9 ayat (5), (6) TERUTANG PAJAK TIDAK TERUTANG PAJAK PM = TIDAK DPT DIKREDITKAN PM DAPAT DIKETAHUI DG PASTI DARI PEMBUKUAN PM TIDAK DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI PM YG TERKAIT DG PENYERAHAN YANG TERUTANG PPN
DAPAT DIKREDITKAN (Ps. 9 ayat 5)
PM YG DAPAT
DIKREDITKAN DIHITUNG DG PEDOMAN YG DITETAPKAN
OLEH MENKEU (Ps. 9 ayat 6)
CONTOH PENGKREDITAN
PM
DLM SUATU MASA PAJAK
DLM HAL
PKP
MELAKUKAN PENYERAHAN YG
TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YG TIDAK
TERUTANG PAJAK
Ps. 9 ayat (5)
PM YG DPT DIKREDITKAN ADALAH PM YG
BERKENAAN DG PENYERAHAN YG TERUTANG PPN DALAM HAL PENYERAHAN TERUTANG PAJAK,
PM DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI DARI
PEMBUKUAN PKP
CONTOH :
PKP MELAKUKAN BEBERAPA MACAM PENYERAHAN :
a. PENYERAHAN TERUTANG PPN = Rp. 35.000.000 PAJAK KELUARAN = Rp. 3.500.000
b. PENYERAHAN TDK terutang pajak = Rp. 15.000.000 c. PAJAK KELUARAN = Rp. Nihil
PAJAK MASUKAN YG DIBAYAR ATAS PEROLEHAN :
BKP/JKP YG BERKAITAN DGN KESELURUHAN PENYERAHAN = Rp. 2.500.000
PM YG BERKAITAN DGN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK TDK DIKETAHUI DGN PASTI
DGN DEMIKIAN PM SEBESAR Rp. 2.500.000 TDK SELURUHNYA DPT DIKREDITKAN DGN PK Rp. 3.500.000 BESARNYA PM YG DPT DIKREDITKAN DIATUR DGN PEDOMAN BERDASARKAN PERMENKEU.
KEGIATAN USAHA TERTENTU
Pasal 9 ayat (7) JO. 79-2010
KEGIATAN USAHA TERTENTU ADALAH
KEGIATAN UASAHA YANG SEMATA-MATA
MELAKUKAN :
PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR BEKAS
SECARA ECERAN
BESARNYA PAJAK MASUKAN
BESARNYA PAJAK MASUKAN
YANG DAPAT DIKREDITKAN
YANG DAPAT DIKREDITKAN
1.
1.
90% dari Pajak Keluaran, dalam hal
90% dari Pajak Keluaran, dalam hal
Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerah
Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerah
an kendaraan bermotor bekas secara eceran.
an kendaraan bermotor bekas secara eceran.
2.
2.
80% dari Pajak Keluaran, dalam hal
80% dari Pajak Keluaran, dalam hal
Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerah
Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerah
an emas perhiasan secara eceran.
an emas perhiasan secara eceran.
CATATAN :
CATATAN :
Pajak Keluaran dihitung berdasarkan :
Pajak Keluaran dihitung berdasarkan :
10% x
10% x
DPP
DPP
Dasar Pengenaan Pajak adalah
Dasar Pengenaan Pajak adalah
Peredaran
Peredaran
Usaha
PPN YANG WAJIB DISETOR OLEH
PPN YANG WAJIB DISETOR OLEH
PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU
PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU
Pasal 5, PMK 79-2010
Pasal 5, PMK 79-2010
1.
1.
PPN = 1% x DPP
PPN = 1% x DPP
(Bagi PKP yang melakukan penyerahan
(Bagi PKP yang melakukan penyerahan
kendaraan bermotor secara eceran)
kendaraan bermotor secara eceran)
2.
2.
PPN = 2% x DPP
PPN = 2% x DPP
(Bagi PKP yang melakukan penyerahan emas
(Bagi PKP yang melakukan penyerahan emas
perhiasan secara eceran)
perhiasan secara eceran)
CATATAN :
CATATAN :
PKP yang menggunakan pedoman ini tdk dapat
PKP yang menggunakan pedoman ini tdk dapat
membebankan PPN sebagai biaya dalam
membebankan PPN sebagai biaya dalam
penghitungan PPh.
PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU YANG
PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU YANG
BERALIH USAHA PADA SUATU MASA
BERALIH USAHA PADA SUATU MASA
Pasal 7 ayat (2), PMK 79-2010
Pasal 7 ayat (2), PMK 79-2010
1. PKP dapat menghitung besarnya Pajak Masukan yg dapat
dikreditkan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan atau menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran apabila peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi Rp 1.800.000.000 (satu miliar delapan ratusjuta rupiah);
2. Pengusaha Kena Pajak wajib menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran
apabila peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun buku di atas Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah),
Terhitung sejak Masa Pajak saat PKP tdk melakukan
Terhitung sejak Masa Pajak saat PKP tdk melakukan
kegiatan usaha tertentu
PM
TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
Ps. 9 ayat (8)
PENGELUARAN
4. PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN
JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
5. PEROLEHAN BKP/JKP YANG FAKTUR PAJAKNYA TIDAK MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (5) ATAU AYAT (9)
ATAU TIDK MENCANTUMKAN NAMA, ALAMAT, NPWP PEMBELI BKP/JKP 2. PEROLEHAN BKP/JKP YG TDK MEMPUNYAI HUBUNGAN
LANGSUNG DG KEGIATAN USAHA
3. PEROLEHAN & PEMELIHARAAN KENDARAAN BERMOTOR SEDAN DAN STATION WAGON KECUALI MERUPAKAN
BARANG DAGANGAN ATAU DISEWAKAN
1. PEROLEHAN BKP/JKP SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
ATAS
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
Ps. 9 ayat (8)
Ps. 9 ayat (8)
6. PEMANFAATAN BKPTDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN YG FAKTUR PAJAK
NYA TDK MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (6)
7. PEROLEHAN BKP/JKPYG PM-NYA DITAGIH DG PENERBITAN KETETAPAN PAJAK
8. PEROLEHAN BKP/JKP YG PM-NYA TIDAK DILAPORKAN DLM SPT MASA PPN YG DIKETEMUKAN PD WAKTU DILAKU
KAN PEMERIKSAAN
9. PEROLEHAN BKP SELAIN BARANG MODAL ATAU JKP SEBELUM PENGUSAHA KENA PAJAK BERPRODUKSI.
SELAMBAT-LAMBATNYA TIGA BULAN SETELAH
BERAKHIRNYA MASA PAJAK
PM YANG DAPAT DIKREDITKAN
TETAPI BELUM DIKREDITKAN DG PK
PADA MASA PAJAK YG SAMA
Ps. 9 ayat (9)
DAPAT DIKREDITKAN PADA MASA PAJAK BERIKUTNYA
APABILA JANGKA WAKTU TSB. DILAMPAUI
PENGKREDITAN PM DAPAT DILAKUKAN MELALUI PEMBETULAN SPT MASA PPN YBS
SEPANJANG PM TSB. BELUM DIBEBANKAN SBG BIAYA ATAU BELUM DIKAPITALISASIKAN DGN HARGA PEROLEHAN BKP/JKP YBS.
PENGURANGAN PPN DAN PPnBM ATAS BKP
YANG DIKEMBALIKAN DAN PPN ATAS
JKP YANG DIBATALKAN
PER-65/PMK.03/2010
RETUR BKPRETUR BKP
Mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas Barang Mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual dan Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual dan mengurangi:
mengurangi: a.
a. Pajak Masukan dari PKP Pembeli, dalam hal Pajak Pajak Masukan dari PKP Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas BKP yang dikembalikan telah
Masukan atas BKP yang dikembalikan telah dikreditkan; dikreditkan; b.
b. Biaya atau harta bagi PKP Pembeli, dalam hal pajak atas Biaya atau harta bagi PKP Pembeli, dalam hal pajak atas BKP yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan
BKP yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau c.
c. Biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan PKP dalam hal Biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan PKP dalam hal PPN atau PPN dan PPnBM atas BKP yang dikembalikan
PPN atau PPN dan PPnBM atas BKP yang dikembalikan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah
tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.
PENGURANGAN PPN DAN PPnBM ATAS BKP
YANG DIKEMBALIKAN DAN PPN ATAS
JKP YANG DIBATALKAN
PER-65/PMK.03/2010
RETUR JKPRETUR JKP
Mengurangi Pajak Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Mengurangi Pajak Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak dan mengurangi:
Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak dan mengurangi: a.
a. Pajak Masukan dari PKP Penerima Jasa, dalam hal Pajak Pajak Masukan dari PKP Penerima Jasa, dalam hal Pajak Masukan atas JKP yang dibatalkan telah dikreditkan;
Masukan atas JKP yang dibatalkan telah dikreditkan; b.
b. Biaya atau harta bagi PKP Penerima Jasa, dalam hal PPN Biaya atau harta bagi PKP Penerima Jasa, dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut tidak dikreditkan dan
atas JKP yang dibatalkan tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau c.
c. Biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan PKP Biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan PKP dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut telah
dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut. (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.
RETUR DIANGGAP TDK TERJADI
RETUR DIANGGAP TDK TERJADI
Pengembalian Barang Kena Pajak
Pengembalian Barang Kena Pajak
dianggap tidak terjadi dalam hal Barang
dianggap tidak terjadi dalam hal Barang
Kena Pajak yang dikembalikan
Kena Pajak yang dikembalikan
diganti
diganti
dengan Barang Kena Pajak yang sama,
dengan Barang Kena Pajak yang sama,
baik dalam jumlah fisik, jenis maupun
baik dalam jumlah fisik, jenis maupun
harganya.
NOTA RETUR PALING SEDIKIT
NOTA RETUR PALING SEDIKIT
HARUS MENCANTUMKAN
HARUS MENCANTUMKAN
a.
a.
nomor urut nota retur;
nomor urut nota retur;
b.
b.
nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang
nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang
Kena Pajak yang dikembalikan;
Kena Pajak yang dikembalikan;
c.
c.
nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;
nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;
d.
d.
nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha
nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha
Kena Pajak Penjual;
Kena Pajak Penjual;
e.
e.
jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang
jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang
dikembalikan;
dikembalikan;
f.
f.
Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang
Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang
dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak
yang tergolong mewah yang dikembalikan;
yang tergolong mewah yang dikembalikan;
g.
g.
tanggal pembuatan nota retur; dan
tanggal pembuatan nota retur; dan
h.
h.
nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani
nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani
nota retur.
PEMUNGUT PPN
Ps. 16A
YANG DITUNJUK OLEH MENTERI KEUANGAN
MEMUNGUT MELAPORKAN MENYETOR PAJAK YG TERUTANG OLEH PKP ATAS PENYERAHAN BKP/ JKP KEPADA PEMUNGUT PPN UNTUK
•
BENDAHARA/INSTANSI PEMERINTAH
•
KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA
TIDAK DIPUNGUT ATAU
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN
Ps. 16 B ayat (1) (Ketentuan Khusus)
PAJAK TERUTANG TIDAK DIPUNGUT SEBAGIAN/SELURUHNYA, UNTUK
SEMENTARA/SELAMANYA
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK
PEMANFAATAN JKP TERTENTU DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DLM DAERAH PABEAN
PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD TERTENTU DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DLM DAERAHPABEAN
IMPOR BKP TERTENTU
PENYERAHAN BKP /JKP TERTENTU
KEGIATAN DI KAWASAN TERTENTU ATAU
TEMPAT TERTENTU DI DALAM DAERAH PABEAN
PENYERAHAN BKP/JKP
KEPADA PEMUNGUT PPN
Ps. 16 A (Ketentuan Khusus)
ATAS PENYERAHAN BKP/JKP KEPADA
PEMUNGUT PPN
DILAPORKAN DISETOR DIPUNGUTPPN YANG TERUTANG
PEMUNGUT PPN O L E HTATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPN YANG TERUTANG DIATUR DGN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
PM ATAS PPN TERUTANG
TIDAK DIPUNGUT
Ps. 16 B ayat (2) (Ketentuan Khusus)
PAJAK MASUKAN YANG DIBAYAR UNTUK PEROLEHAN BKP /JKP
DAPAT DIKREDITKAN
PM ATAS PPN DIBEBASKAN
Ps. 16 B ayat (3)
(Ketentuan Khusus)
FASILITAS PEMBEBASAN PENGENAAN PPN, MENGAKIBATKAN TIDAK ADANYA PAJAK KELUARAN
PAJAK MASUKAN YANG DIBAYAR UNTUK PEROLEHAN BKP /JKP
TIDAK DAPAT DIKREDITKAN YANG ATAS PENYERAHANNYA
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN
TERMASUK DALAM
PENGERTIAN PENYERAHAN BKP
Pasal 1A ayat (1)
PENYERAHAN HAK ATAS BKP KARENA SUATU PERJANJIAN, MIS : JUAL BELI, TUKAR MENUKAR, JUAL BELI DENGAN ANGSURAN
PENGALIHAN BKP OLEH KARENA SUATU PERJANJIAN SEWA BELI, ATAU PERJANJIAN LEASING DGN HAK OPSI
PENYERAHAN BKP KEPADA PEDAGANG PERANTARA (KOMISIONER), ATAU MELALUI JURU LELANG
PEMAKAIAN SENDIRI & PEMBERIAN CUMA-CUMA ATAS BKP, SEPERTI PEMBERIAN CONTOH BARANG UNTUK PROMOSI KEPADA RELASI ATAU
PEMBELI
PERSEDIAAN BKP & AKTIVA YG MENURUT TUJUAN SEMULA TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN YG MASIH TERSISA PADA SAAT PEMBUBARAN
PERUSAHAAN, SEPANJANG PPN ATAS PEROLEHAN AKTIVA TSB. MENURUT KETENTUAN DAPAT DIKREDITKAN
PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU SEBALIKNYA & PENYERAHAN BKP ANTAR CABANG
PENYERAHAN BKP SECARA KONSINYASI ADALAH :
TIDAK TERMASUK DALAM
PENGERTIAN PENYERAHAN BKP
Ps.1 A ayat (2)
PENYERAHAN BKP KEPADA MAKELAR SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM KUHD (PEDAGANG PERANTARA YANG DIANGKAT OLEH PRESIDEN ATAU OLEH PEJABAT YANG BERWENANG, UNTUK MENYELENGGARAKAN PERUSAHAAN ATAU MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MENDAPAT UPAH
ATAU PROVISI ATAS AMANAT DAN ATAS NAMA ORANG LAIN YANG DENGAN MEREKA TIDAK TERDAPAT HUBUNGAN KERJA)
PENYERAHAN BKP UNTUK JAMINAN UTANG PIUTANG
PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU SEBALIKNYA & PENYERAHAN ANTAR CABANG, DALAM HAL PKP TELAH MEMPEROLEH IJIN PEMUSATAN TEMPAT PAJAK TERUTANG
DARI DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PADA SAAT PENYERAHAN BKP/JKP DILAKUKAN
HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN SEBAGAI DPP DIHITUNG ATAS DASAR HARGA PASAR WAJAR
MAKA
DALAM HAL HARGA JUAL/PENGGANTIAN LEBIH RENDAH DARI HARGA PASAR WAJAR KARENA PENGARUH
HUBUNGAN ISTIMEWA
HUBUNGAN ISTIMEWA
Ps. 2 ayat (1)
HUBUNGAN ISTIMEWA DIANGGAP ADA
DALAM HAL
Ps. 2 ayat (2)
1. FAKTOR KEPEMILIKAN ATAU PENYERTAAN LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG SEBESAR 25% ATAU LEBIH PADA PENGUSAHA LAINNYA, ATAU HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHA DENGAN
PENYERTAAN 25% ATAU LEBIH
3. FAKTOR HUBUNGAN KELUARGA, SEDARAH DAN SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT DAN KESAMPING SATU DERAJAT
2. FAKTOR PENGUASAAN MELALUI MANAJEMEN ATAU PENGGUNAAN TEKNOLOGI
HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN YANG MENJADI DASAR PENGENAAN PAJAK DITEKAN LEBIH RENDAH DARI
HARGA PASAR WAJAR
CONTOH FAKTOR
KEPEMILIKAN / PENYERTAAN
(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)
PT A PT D PT B PT C > 25 % P T L P T L P L P L > 50 % > 50 % P T L
PTL = PENYERTAAN TIDAK LANGSUNG PL = PENYERTAAN LANGSUNG
CONTOH FAKTOR
PENGUASAAN MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI
(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)
CONTOH :
- PT. A SELAKU PERUSAHAAN REAL ESTAT MENEMPATKAN TENAGA AHLI PEMASARANNYA PADA PT. B YANG JUGA PERUSAHAAN REAL ESTAT.
- ANTARA PT. A DENGAN PT. B DIANGGAP TELAH TERJADI HUBUNGA ISTIMEWA
APABILA LEBIH DARI SATU ATAU BEBERAPA PERUSAHAAN
BERADA DI BAWAH PENGUASAAN PENGUSAHA YANG SAMA DALAM BIDANG MANAGEMEN DAN TEKNOLOGI, MAKA DIANGGAP ADA
CONTOH FAKTOR
HUBUNGAN KELUARGA
(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)
10 KE SAM PING IPAR PKP 10 KE SAM PING 10 KE ATAS 10 KE ATAS AYAH + IBU MERTUA PKP SAUDARA KANDUNG 10 KE BAWAH 10 KE BAWAH ANAK KANDUNG ANAK TIRI PKP SEDARAH SEMENDA PKP + ISTRI SEMENDA SEDARAH
JENIS BARANG YANG TIDAK
DIKENAKAN PPN
Ps. 4 A ayat (2)
BARANG - BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG SANGAT DIBUTUHKAN OLEH RAKYAT BANYAK, SEPERTI BERAS & GABAH, JAGUNG, SAGU, KEDELAI,
GARAM DAGING, TELUR, SUSU, BUAH2AN, SAYUR2AN
MAKANAN DAN MINUMAN YG DISAJIKAN DI HOTEL, RUMAH MAKAN, WARUNG DAN SEJENISNYA BAIK YG DIKONSUMSI DITEMPAT TERMASUK MAKANAN & MINUMAN
YG DISERAHKAN OLEH USAHA JASA BOGA ATAU KATERING
UANG, EMAS BATANGAN, DAN SURAT-SURAT BERHARGA
BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN YANG DIAMBIL LANGSUNG DARI SUMBERNYA SEPERTI MINYAK MENTAH (crude oil), GAS BUMI,
PANAS BUMI, BATUBARA, ASBES, PASIR DAN KERIKIL, BIJI BESI/TIMAH/EMAS