• Tidak ada hasil yang ditemukan

Slide Ppn Terbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Slide Ppn Terbaru"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

UU No. 42 TH 2000

TENTANG

PERUBAHAN KETIGA

ATAS

UU No. 8 TH 1983

TENTANG

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

(PPN) & PAJAK PENJUALAN atas

(2)

U N D A N G-U N D A N G PER - MEN KEUANGAN PER – DIRJEN PAJAK

UU No. UU No. 4242 TAHUN 200 TAHUN 20099 TENTANG PERUBAHAN KETIGA

ATAS UU NO. 8 TAHUN 1983 TENTANG PPN & PPn BM

- PASAL 4A TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YG TIDAK DIKENAKAN PPN.

- PASAL 8A TENTANG KELOMPOK BKP YANG TERGOLONG MEWAH YANG DIKENAKAN PPnBM

- PASAL 16B TENTANG IMPOR/PENYERAHAN BKP & JKP TERTENTU, PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD TERTENTU DAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN YANG PPN-NYA TIDAK DIPUNGUT ATAU DIBEBASKAN.

NOMOR-38/PMK.03/2010;

NOMOR-40/PMK.03/2010; NOMOR-65/PMK.03/2010; NOMOR 75/PMK-03/2010; NOMOR 79/PMK.03/2010

NOMOR-10/PJ/2010; NOMOR-13/PJ/2010; NOMOR-14/PJ/2010; DAN NOMOR-15/PJ/2010.

DASAR HUKUM

PPN DAN PPnBM

(3)

LATAR BELAKANG PERUBAHAN UU

PPN

PERKEMBANGAN EKONOMI YG SANGAT DINAMIS, NASIONAL,

REGIONAL DAN INTERNASIONAL, TRANSAKSI BISNIS, PERUBAHAN POLA KONSUMSI MASY. RESTITUSI PENGUSAHA YG MELAKUKAN EKSPOR JKP

DAN BKP TDK BERWUJUD DAN MEMBERI RESTITUSI PPN ATAS PEMBELIAN BARANG OLEH TURIS ASING

UU PPN TH 2000 BELUM DAPAT MENINGKATKAN : • KEPATUHAN WP, • KEPASTIAN HUKUM, • KEADILAN, DAN • KESEDERHANAAN SISTEM SASARAN PERUBAHAN UU PPN TH 2009 ADALAH UNTUK : - Penyederhanaan sistem

- Mengurangi biaya kepatuhan

- Meningkatkan kepatuhan WP

- Mengamankan penerimaan pajak

- Mengurangi distorsi dan

peningkatan kegiatan ekonomi

(4)

PPN ADALAH PAJAK ATAS KONSUMSI BARANG

ATAU JASA

DI DALAM DAERAH PABEAN

- ORANG PRIBADI; ATAU OLEH -

BADAN;

PENGERTIAN UMUM

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

(PPN)

(5)

CIRI KHAS PPN

FAKTUR PAJAK MERUPAKAN BUKTI PUNGUTAN PPN 1. PENGENAAN PPN DILAKSANAKAN

BERDASARKAN SISTEM FAKTUR 2. SETIAP TERJADINYA PENYERAHAN

BKP/JKP, WAJIB DIBUATKAN

FAKTUR PAJAK

FAKTUR PAJAK BAGI PENJUAL

MERUPAKAN BUKTI

PAJAK KELUARAN

FAKTUR PAJAK BAGI PEMBELI

MERUPAKAN BUKTI

(6)

DAERAH PABEAN

Ps. 1 angka 1

WILAYAH RI YANG DI DALAMNYA BERLAKU UU No. 11 Th 1994 TENTANG KE PABEANAN

DARAT

PERAIRAN

RUANG UDARA

DI ATASNYA

TEMPAT-TEMPAT TERTENTU

DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

LANDAS KONTINEN

MELIPUTI WILAYAH

(7)

BARANG

BERWUJUD

BARANG

TIDAK BERWUJUD

B A R A N G

Ps. 1 angka 2

BARANG

BERGERAK

BARANG

TIDAK BERGERAK

CONTOH :

HAK ATAS MEREK DAGANG

HAK PATEN

HAK CIPTA

BARANG ADALAH

(8)

PENYERAHAN

BKP

Ps. 1 angka 4

PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK

ADALAH :

ADALAH :

SETIAP KEGIATAN PENYERAHAN

SETIAP KEGIATAN PENYERAHAN

BARANG KENA PAJAK

BARANG KENA PAJAK

(9)

BARANG KENA PAJAK

(BKP)

Ps. 1 angka 3

BARANG

BERWUJUD YANG MENURUT SIFAT

ATAU HUKUMNYA DAPAT BERUPA

BARANG

BERGERAK ATAU

BARANG

TIDAK

BERGERAK, DAN

BARANG

TIDAK BERWUJUD, ANTARA LAIN :

HAK ATAS MEREK DAGANG, HAK OKTOROI,

HAK CIPTA & HAK PATEN

YANG DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN

UU PPN

(10)

J A S A

Ps. 1 angka 5

SETIAP KEGIATAN PELAYANAN BERDASARKAN

SUATU PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM YANG

MENYEBABKAN

SUATU BARANG; FASILITAS; KEMUDAHAN; HAK

TERSEDIA UNTUK DIPAKAI

JASA YG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN

BARANG KARENA PESANAN ATAU PERMINTAAN DGN BAHAN & ATAS PETUNJUK DARI PEMESAN

(11)

PEMANFAATAN

JKP DAN BKP

TIDAK BERWUJUD

DARI LUAR

DAERAH PABEAN

Ps. 1 angka 8 & 10

SETIAP KEGIATAN PEMANFAATAN

JKP

DARI

LUAR

DAERAH PABEAN

DI DALAM

DAERAH PABEAN

Ps. 1 angka 8

SETIAP KEGIATAN PEMANFAATAN

BKP

TIDAK

BERWUJUD DARI LUAR

DAERAH PABEAN

KARENA SUATU PERJANJIAN DI DALAM

DAERAH PABEAN

Ps. 1 angka 10

(12)

JASA KENA PAJAK

(JKP)

Ps. 1 angka 6

SETIAP KEGIATAN PELAYANAN BERDASARKAN SUATU PERIKATAN /PERBUATAN HUKUM YG MENYEBABKAN SUATU BARANG/FASILITAS/ KEMUDAHAN

/HAK TERSEDIA UNTUK DIPAKAI,

TERMASUK JASA YG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN BARANG KARENA PESANAN ATAU PERMINTAAN DGN BAHAN

DAN/ATAU PETUNJUK DARI PEMESAN

YANG DIKENAKAN PAJAK

BERDASARKAN

UU PPN

(13)

PENYERAHAN

JASA KENA PAJAK

Ps. 1 angka

7

SETIAP KEGIATAN PEMBERIAN

JASA KENA PAJAK

TERMASUK

PEMAKAIAN SENDIRI

JKP

PEMBERIAN CUMA-CUMA

JKP

(14)

IMPOR

( Ps. 1 angka 9 )

ADALAH SETIAP KEGIATAN MEMASUKKAN BARANG

DARI LUAR DAERAH PABEAN KE DLM DAERAH PABEAN

PERDAGANGAN

( Ps. 1 angka 12 )

ADALAH KEGIATAN USAHA MEMBELI & MENJUAL BRG, TERMASUK KEGIATAN TUKAR MENUKAR BRG TANPA MENGUBAH

BENTUK ATAU SIFATNYA

EKSPOR

( Ps. 1 angka 11)

ADALAH SETIAP KEGIATAN MENGELUARKAN BARANG KENA

PAJAK DARI DLM DAERAH PABEAN KE LUAR DAERAH PABEAN

IMPOR, EKSPOR DAN PERDAGANGAN

Ps. 1 angka 9, 11, 12

(15)

B A D A N

Ps. 1 angka 13

SEKUMPULAN ORANG DAN / ATAU MODAL YANG MERUPAKAN KESATUAN

BAIK YANG MELAKUKAN USAHA MAUPUN YANG TIDAK

MELAKUKAN USAHA

MELIPUTI : PERSEROAN TERBATAS;

PERSEROAN KOMANDITER; PERSEROAN LAINNYA;

BUMN / BUMD; FIRMA, KONGSI; KOPERASI; DANA

PENSIUN; PERSEKUTUAN; PERKUMPULAN; YAYASAN; ORGANISASI MASSA; ORGANISASI SOSPOL ATAU

ORGANISASI LAINNYA; LEMBAGA DAN BADAN LAINNYA TERMASUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DAN BUT.

(16)

YANG DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN

UU PPN

PENGUSAHA KENA PAJAK

(PKP)

Ps. 1 angka 15

YANG MELAKUKAN PENYERAHAN

BKP

/

JKP

TIDAK TERMASUK

PENGUSAHA

KECIL, KECUALI

PENGUSAHA

KECIL YANG MEMILIH UNTUK

DIKUKUHKAN SEBAGAI

PKP

(17)

PENGUSAHA

Ps. 1 angka 14

ORANG PRIBADI

BADAN

DALAM KEGIATAN USAHA ATAU

PEKERJAANNYA

-

- MENGHASILKAN

BARANG

;

- MENGIMPOR

BARANG

;

- MENGEKSPOR

BARANG

;

- MELAKUKAN USAHA

PERDAGANGAN

;

- MELAKUKAN USAHA

JASA

;

- MEMANFAATKAN

BARANG

TIDAK

BERWUJUD /

JASA

DARI LUAR

(18)

MENGHASILKAN

Ps. 1 angka 16

B.

B. KEGIATAN MENGOLAH SUMBER DAYA

ALAM

A.

A. KEGIATAN MENGOLAH

MELALUI PROSES

MENGUBAH BENTUK

ATAU SIFAT SUATU

BARANG

DARI BENTUK

ASLINYA

C.

C. MENYURUH ORANG PRIBADI ATAU BADAN LAIN MELAKUKAN KEGIATAN TERSEBUT PADA HURUF A DAN B DI ATAS

MENJADI

BARANG

BARU

MEMPUNYAI DAYA GUNA BARU

(19)

DASAR PENGENAAN PAJAK

(DPP)

Ps. 1 angka 17

PENGGANTIAN

NILAI IMPOR

NILAI EKSPOR

NILAI LAIN YG

DITETAPKAN

OLEH MEN KEU

HARGA JUAL

YANG DIPAKAI

SEBAGAI DASAR

UNTUK

MENGHITUNG

PAJAK YANG

TERUTANG

(20)

HARGA JUAL

Ps. 1 angka 18

PPN YG DIPUNGUT MENURUT UU PPN

& POTONGAN HARGA YG DICANTUMKAN DLM

FAKTUR PAJAK

NILAI BERUPA UANG

NILAI BERUPA UANG

SEMUA BIAYA

YG DIMINTA ATAU SEHARUSNYA DIMINTA OLEH PENJUAL KARENA PENYERAHAN BKP TIDAK TERMASU K TERMASU K

(21)

NILAI IMPOR

Ps. 1 angka 20

PAJAK YG DIPUNGUT MENURUT UU PPN & PPnBM

NILAI BERUPA UANG

YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGAN BEA MASUK DITAMBAH PUNGUTAN

LAINNYA YG DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN KETENTUAN DLM PER-UU-AN MENGENAI

KEPABEANAN DAN CUKAI

UNTUK IMPOR BKP

TIDAK TERMASUK

(22)

NILAI LAIN SEBAGAI

DASAR PENGENAAN PAJAK

Ps. 1 angka 17 . Jo.

PER-75/PMK.03/2010

DLM HAL HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN SUKAR DITETAPKAN, MENTERI KEUANGAN DAPAT MENENTUKAN NILAI LAIN SEBAGAI

DASAR PENGENAAN PAJAK

NILAI LAIN YANG DITETAPKAN MENTERI

KEUANGAN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK, ADALAH :

1. UNTUK PEMAKAIAN SENDIRI DAN PEMBERIAN CUMA-CUMA ATAS BKP DAN/ATAU JKP ADALAH HARGA JUAL ATAU

PENGGANTIAN SETELAH DIKURANGI LABA KOTOR; 2. UNTUK PENYERAHAN MEDIA REKAMAN SUARA ATAU

GAMBAR ADALAH PERKIRAAN HARGA JUAL RATA-RATA; 3. UNTUK PENYERAHAN FILM CERITA ADALAH PERKIRAAN

(23)

NILAI LAIN SEBAGAI

NILAI LAIN SEBAGAI

DASAR PENGENAAN PAJAK

DASAR PENGENAAN PAJAK

Ps. 1 angka 17 Jo. PER-75/PMK.03/2010

Ps. 1 angka 17 Jo. PER-75/PMK.03/2010

4. UNTUK PENYERAHAN PRODUK HASIL TEMBAKAU ADALAH SEBESAR

HARGA JUAL ECERAN;

5. UNTUK BKP BERUPA PERSEDIAAN DAN/ATAU AKTIVA YG MENURUT

TUJUAN SEMULA TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN YG MASIH

TERSISA PADA SAAT PEMBUBARAN PERUSAHAAN, ADALAH HARGA PASAR WAJAR;

6. UNTUK PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU SEBALIK

NYA DAN/ATAU PENYERAHAN BKP ANTAR CABANG, ADALAH HARGA POKOK PENJUALAN ATAU HARGA PEROLEHAN;

7. UNTUK PENYERAHAN BKP MELALUI PEDAGANG PERANTARA ADALAH

HARGA YG DISEPAKATI ANTARA PEDAGANG PERANTARA DENGAN PEMBELI;

(24)

8. UNTUK PENYERAHAN BKP MELALUI JURU LELANG ADALAH HARGA

LELANG;

9. UNTUK PENYERAHAN JASA PENGIRIMAN PAKET ADALAH 10% DARI

JUMLAH YANG DITAGIH ATAU YANG SEHARUSNYA DITAGIH;

10. UNTUK PENYERAHAN JASA BIRO PERJALANAN ATAU JASA BIRO

PARIWISATA ADALAH 10% DARI JUMLAH TAGIHAN ATAU YANG SEHARUSNYA DITAGIH.

CATATAN :

PAJAK MASUKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYERAHAN JASA OLEH PENGUSAHA JASA PENGIRIMAN PAKET DAN OLEH PENGUSAHA JASA BIRO PERJALANAN ATAU JASA BIRO PARIWISATA, TIDAK DAPAT DIKREDITKAN.

NILAI LAIN SEBAGAI

NILAI LAIN SEBAGAI

DASAR PENGENAAN PAJAK

DASAR PENGENAAN PAJAK

Ps. 1 angka 17 Jo. PER-75/PMK.03/2010

Ps. 1 angka 17 Jo. PER-75/PMK.03/2010

(25)

PEMBELI DAN

PENERIMA JASA

Ps. 1 angka 21 & 22

ORANG PRIBADI

YANG MENERIMA ATAU SEHARUSNYA

MENERIMA PENYERAHAN

BKP

/

JKP

YANG MEMBAYAR ATAU SEHARUSNYA

MEMBAYAR HARGA BKP ATAU PENGGANTIAN ATAS JKP TSB.

&

(26)

FAKTUR PAJAK

Ps. 1 angka 23 jo. PER-13/PJ./2010

BUKTI PUNGUTAN PAJAK YG

DIBUAT OLEH :

PENYERAHAN

BKP

/

JKP

IMPOR

BKP

DJBC

PKP

KARENA KARENA

(27)

PENGGANTIAN

Ps. 1 angka 19 jo. PER-13/PJ./2010

PPN YG DIPUNGUT MENURUT UU PPN & POTONGAN HARGA

YG DICANTUMKAN DLM FAKTUR PAJAK

NILAI BERUPA UANG

SEMUA BIAYA YG DIMINTA ATAU SEHARUSNYA DIMINTA OLEH PEMBERI JASA

KARENA PENYERAHAN JKP, EKSPOR JKP ATAU EKSPOR BKP TDK BERWUJUD

TIDAK TERM ASUK

TERMASU K

(28)

KEWAJIBAN MEMBUAT

FAKTUR PAJAK

Ps. 13 ayat (1), (1a), (2) dan (2a)

PKP WAJIB MEMBUAT

FAKTUR PAJAK UNTUK SETIAP : PENYERAHAN BKP/ JKPEKSPOR BKP TDK BERWUJUDEKSPOR JASA Ps. 13 ayat (1) MENYIMPANG DARI KETENTUAN TSB. PKP DAPAT MEMBUAT SATU FAKTUR PAJAK

(FAKTUR PAJAK GABUNGAN) MELIPUTI SELURUH PENYERAHAN YG DILAKUKAN

KEPADA PEMBELI BKP/JKP YG SAMA SELAMA SEBULAN TAKWIM DAN HRS DIBUAT PALING LAMA PD AKHIR BLN PENY.

Ps. 13 ayat (2) dan (2a)

FAKTUR PAJAK DIBUAT

PADA SAAT : (PS. 13 AYAT (1a)

1. PENYERAHAN BKP/JKP

2. PENERIMAAN PEMBAYARAN DLM HAL PENERIMAAN PEM BAYARAN TERJADI SBLM PENYERAHAN BKP/JKP

3. PENERIMAAN PEMBAYARAN TERMIN DLM HAL PENYERA HAN SBGN TAHAP PEKERJ. 4. SAAT LAIN YG DIATUR

(29)

FAKTUR PAJAK

Ps. 13 ayat (5)

HARUS DICANTUMKAN PALING SEDIKIT :

NAMA, ALAMAT, NPWP YANG MENYERAHKAN BKP /JKP

NAMA, ALAMAT, NPWP PEMBELI BKP / PENERIMA JKP

JENIS BARANG / JASA, JUMLAH HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN & POTONGAN HARGA

PPN dan PPnBM YG DIPUNGUT

KODE, NO. SERI & TGL. PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

NAMA & TANDA TANGAN YG BERHAK MENANDATANGANI FAKTUR PAJAK

FAKTUR PAJAK HARUS DIISI DENGAN LENGKAP, JELAS, DAN BENAR BAIK FORMAL MAUPUN MATERIAL & DITANDATANGANI

OLEH PEJABAT YANG DITUNJUK OLEH PKP UNTUK MENANDATANGANINYA

(30)

SAAT PEMBUATAN, BENTUK DAN UKURAN FAKTUR PAJAK

Ps. 13 (8) jo. PER-38/PMK.03/2010 jo PER- 13/PJ./2010 SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK SELAMBAT

LAMBATNYA PADA :

a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak; b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran

terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;

c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau

d. saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

(31)

BENTUK, UKURAN FORMULIR DAN PENGADAAN

BENTUK, UKURAN FORMULIR DAN PENGADAAN

FAKTUR PAJAK

FAKTUR PAJAK

(1)

(1) Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan disesuaikan dengan kepentingan Pengusaha Kena Pajak.

kepentingan Pengusaha Kena Pajak.

(2)

(2) Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak sebagaimana Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dimaksud pada ayat (1) dapatdapat dibuat sebagaimana contoh dibuat sebagaimana contoh pada Lampiran IA dan Lampiran IB Peraturan Direktur

pada Lampiran IA dan Lampiran IB Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ./2010, tanggal 24 Maret 2010. Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ./2010, tanggal 24 Maret 2010. (3)

(3) Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) Kena Pajak.Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang peruntukannya masing-masing sebagai berikut : rangkap yang peruntukannya masing-masing sebagai berikut : a.

a. Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli Barang Kena Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak.

Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. b.

b. Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha Kena Pajak yang Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak.

menerbitkan Faktur Pajak. (4)

(4) Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih baDalam hal Faktur Pajak dibuat lebih bannyayakk yang ditetapkan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka harus dinyatakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka harus dinyatakan secara jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yang secara jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan.

(32)

DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU YANG KEDUDUKANNYA

DIPERLAKUKAN SEBAGAI FAKTUR PAJAK

Ps. 13 ayat (6) JO.

PER-10/PJ/2010, TANGGAL 9 Maret 2010

Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

huruf a sampai dengan huruf h paling sedikit harus

memuat :

a. Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau

penyerahan;

b. Nama pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa

Kena Pajak;

c. Jumlah satuan barang apabila ada;

d. Dasar Pengenaan Pajak;dane.Jumlah Pajak yang terutang

kecuali dalam hal ekspor.

DOKUMEN YG KEDUDUKANNYA DIPERLAKUKAN SEBAGAI FAKTUR PAJAK SBB. ………….

(33)

DOKUMEN YG KEDUDUKANNYA DIPERLAKUKAN SEBAGAI

FAKTUR PAJAK ADALAH

a.

a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan

persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang

Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;

tersebut; b.

b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh Bulog/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;

oleh Bulog/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu; c.

c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak;

Bahan Bakar Minyak; d.

d. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi;

telekomunikasi; e.

e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;

(34)

DOKUMEN YG KEDUDUKANNYA DIPERLAKUKAN SEBAGAI

FAKTUR PAJAK ADALAH

f.

f. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;

kepelabuhanan; g.

g. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik;Tanda pembayaran atau kuitansi listrik; h.

h. Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu Berwujud yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Jasa kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Jasa

Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, untuk ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, untuk ekspor Jasa

Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; i.

i. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan Surat Setoran Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti

pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut,

untuk impor Barang Kena Pajak;dan untuk impor Barang Kena Pajak;dan j.

j. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak

dari luar daerah Pabean. dari luar daerah Pabean.

(35)

ORANG PRIBADI / BADAN YG TIDAK DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

DILARANG MEMBUAT FAKTUR PAJAK

DLM HAL FAKTUR PAJAK TELAH DIBUAT PAJAK YG TERCANTUM DLM FAKTUR PAJAK

HARUS DISETORKAN KAS NEGARA KE

LARANGAN MEMBUAT

FAKTUR PAJAK

Ps. 14 ayat (1), (2)

(36)

HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN

HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN

DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/

DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/

2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK

2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK

1.

1.

Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib menerbitkan Faktur

Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib menerbitkan Faktur

Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau

Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau

Jasa Kena Pajak.

Jasa Kena Pajak.

2.

2.

Faktur Pajak harus dibuat pada :

Faktur Pajak harus dibuat pada :

- saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa

- saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa

Kena Pajak;

Kena Pajak;

- saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan

- saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan

pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena

pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena

Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;

Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;

- saat penerimaan pembayaran termin dalam hal

- saat penerimaan pembayaran termin dalam hal

penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau

penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau

- saat PKP menyampaikan tagihan kepada Bendahara

- saat PKP menyampaikan tagihan kepada Bendahara

Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

(37)

HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN

HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN

DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/

DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/

2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK

2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK

3.

3.

Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada

Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada

akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa

akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa

Kena Pajak.

Kena Pajak.

4.

4.

Faktur Penjualan yang memuat keterangan sesuai

Faktur Penjualan yang memuat keterangan sesuai

dengan keterangan dalam Faktur Pajak sebagaimana

dengan keterangan dalam Faktur Pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Nomor

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang

8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang

dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN), dan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN), dan

pengisiannya sesuai dengan Tata Cara Pengisian

pengisiannya sesuai dengan Tata Cara Pengisian

Keterangan pada Faktur Pajak,

Keterangan pada Faktur Pajak,

dipersamakan dengan

dipersamakan dengan

Faktur Pajak.

(38)

HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN

HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN

DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/

DALAM PER-38/PMK.03.2010, PER-13/PJ/

2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK

2010, SE-42/PJ/2010 TTG FAKTUR PAJAK

5.

5.

Bentuk dan ukuran Formulir Faktur Pajak disesuaikan

Bentuk dan ukuran Formulir Faktur Pajak disesuaikan

dengan kepentingan PKP dan pengadaan formulir Faktur

dengan kepentingan PKP dan pengadaan formulir Faktur

Pajak dilakukan sendiri oleh PKP.

Pajak dilakukan sendiri oleh PKP.

6.

6.

Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas, benar dan

Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas, benar dan

sesuai dengan keterangan sebagaimana dimaksud dalam

sesuai dengan keterangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (5) UU PPN, serta ditandatangani oleh

Pasal 13 ayat (5) UU PPN, serta ditandatangani oleh

pejabat/ kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani

pejabat/ kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani

Faktur Pajak. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap

Faktur Pajak. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap

dan benar dan/atau tidak ditandatangani merupakan

dan benar dan/atau tidak ditandatangani merupakan

Faktur Pajak cacat.

(39)

KODE DAN NO. SERI FAKTUR PAJAK

KODE DAN NO. SERI FAKTUR PAJAK

a.

a.

PKP hanya mengisi Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

PKP hanya mengisi Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

sesuai dengan ketentuan Kesalahan dalam pengisian

sesuai dengan ketentuan Kesalahan dalam pengisian

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak akan mengakibatkan

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak akan mengakibatkan

Faktur Pajak tersebut menjadi cacat;

Faktur Pajak tersebut menjadi cacat;

b.

b.

Kode Cabang hanya digunakan oleh PKP yang telah

Kode Cabang hanya digunakan oleh PKP yang telah

mendapat ijin Pemusatan PPN terutang namun sistem

mendapat ijin Pemusatan PPN terutang namun sistem

penerbitan Faktur Pajak-nya belum on line;

penerbitan Faktur Pajak-nya belum on line;

c.

c.

Peruntukan Kode Cabang tidak boleh diubah. Kode

Peruntukan Kode Cabang tidak boleh diubah. Kode

Cabang yang sudah dihentikan penggunaannya tidak

Cabang yang sudah dihentikan penggunaannya tidak

boleh digunakan kembali;

boleh digunakan kembali;

d.

d.

Nomor Urut dibuat secara berurutan, tanpa perlu dibeda

Nomor Urut dibuat secara berurutan, tanpa perlu dibeda

kan antara Kode Transaksi, Kode Status dan mata uang

kan antara Kode Transaksi, Kode Status dan mata uang

yang digunakan serta Faktur Pajak yang tidak diisi secara

yang digunakan serta Faktur Pajak yang tidak diisi secara

lengkap (eks Faktur Pajak Sederhana);

(40)

KEWAJIBAN PENYAMPAIAN

KEWAJIBAN PENYAMPAIAN

PEMBERITAHUAN TERTULIS

PEMBERITAHUAN TERTULIS

KEPADA KEPALA KPP

KEPADA KEPALA KPP

a.

a.

Surat pemberitahuan nama pejabat atau kuasa yang

Surat pemberitahuan nama pejabat atau kuasa yang

ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak yang

ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak yang

dilengkapi dengan contoh spesimen tanda tangan pejabat

dilengkapi dengan contoh spesimen tanda tangan pejabat

atau kuasa yang ditunjuk termasuk bila ada perubahan/

atau kuasa yang ditunjuk termasuk bila ada perubahan/

penggantian pejabat atau kuasa yang ditunjuk untuk

penggantian pejabat atau kuasa yang ditunjuk untuk

menandatangani Faktur Pajak.

menandatangani Faktur Pajak.

b.

b.

Surat pemberitahuan penggunaan Kode Cabang pada

Surat pemberitahuan penggunaan Kode Cabang pada

Faktur Pajak termasuk penambahan atau penghentian

Faktur Pajak termasuk penambahan atau penghentian

penggunaan Kode Cabang;

penggunaan Kode Cabang;

c.

c.

Surat Pemberitahuan penggunaan Nomor Urut 00000001

Surat Pemberitahuan penggunaan Nomor Urut 00000001

yang kedua pada tahun berjalan (Faktur Pajak yang

yang kedua pada tahun berjalan (Faktur Pajak yang

diterbitkan telah mencapai nomor urut 99999999).

(41)

BATAS WAKTU PENYAMPAIAN

BATAS WAKTU PENYAMPAIAN

PEMBERITAHUAN TERTULIS

PEMBERITAHUAN TERTULIS

KEPADA KEPALA KPP

KEPADA KEPALA KPP

a.

a.

Surat pemberitahuan nama dan spesimen tanda tangan

Surat pemberitahuan nama dan spesimen tanda tangan

pejabat atau kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani

pejabat atau kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani

Faktur Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah

Faktur Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah

pejabat atau kuasa yang ditunjuk mulai menandatangani

pejabat atau kuasa yang ditunjuk mulai menandatangani

Faktur Pajak;

Faktur Pajak;

b.

b.

Surat pemberitahuan penggunaan Kode Cabang pada

Surat pemberitahuan penggunaan Kode Cabang pada

Faktur Pajak termasuk penambahan Kode Cabang paling

Faktur Pajak termasuk penambahan Kode Cabang paling

lama akhir bulan berikutnya setelah Kode Cabang mulai

lama akhir bulan berikutnya setelah Kode Cabang mulai

digunakan;

digunakan;

c.

c.

Surat Pemberitahuan penggunaan Nomor Urut 00000001

Surat Pemberitahuan penggunaan Nomor Urut 00000001

yang kedua pada tahun berjalan paling lama akhir bulan

yang kedua pada tahun berjalan paling lama akhir bulan

berikutnya setelah Nomor Urut 00000001 yang kedua

berikutnya setelah Nomor Urut 00000001 yang kedua

digunakan.

(42)

FAKTUR PAJAK DIANGGAP CACAT

FAKTUR PAJAK DIANGGAP CACAT

DAN PERLAKUAN KHUSUS PKP PE

DAN PERLAKUAN KHUSUS PKP PE

1.

1. PKP yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau PKP yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau

menyampaikan pemberitahuan tetapi melebihi batas waktu menyampaikan pemberitahuan tetapi melebihi batas waktu maka Faktur Pajak yang diterbitkan sampai dengan surat maka Faktur Pajak yang diterbitkan sampai dengan surat pemberitahuan diterima dianggap Faktur Pajak cacat.

pemberitahuan diterima dianggap Faktur Pajak cacat.

2.

2. Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak

cacat tidak dapat dikreditkan dan PKP yang menerbitkan Faktur cacat tidak dapat dikreditkan dan PKP yang menerbitkan Faktur Pajak cacat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan

Pajak cacat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 14 UU KUP.

ketentuan dalam Pasal 14 UU KUP. DAN DAN

1.

1. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, khusus untuk PKP Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, khusus untuk PKP

Pedagang Eceran (PKP PE) diberikan kemudahan untuk

Pedagang Eceran (PKP PE) diberikan kemudahan untuk

menggunakan kode dan nomor seri khusus sebagai pengganti

menggunakan kode dan nomor seri khusus sebagai pengganti

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak.

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak.

2.

2. Kode dan nomor seri khusus tersebut ditentukan sendiri oleh Kode dan nomor seri khusus tersebut ditentukan sendiri oleh

PKP PE dapat berupa nomor invoice atau nomor struk

PKP PE dapat berupa nomor invoice atau nomor struk

penjualan, sebagaimana yang saat ini telah dipergunakan.

(43)

PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA

PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA

SE-56/PJ/2010

SE-56/PJ/2010

1.

1.

Faktur Pajak Lama adalah formulir Faktur Pajak Standar

Faktur Pajak Lama adalah formulir Faktur Pajak Standar

yg terlanjur dicetak dan belum digunakan PKP pada

yg terlanjur dicetak dan belum digunakan PKP pada

saat PER-13/PJ/2010 berlaku;

saat PER-13/PJ/2010 berlaku;

2.

2.

Formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan

Formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan

PKP dan dpt dibuat sesuai contoh Lamp 1A dan 1B;

PKP dan dpt dibuat sesuai contoh Lamp 1A dan 1B;

3.

3.

Faktur Pajak Lama masih dpt digunakan oleh PKP

Faktur Pajak Lama masih dpt digunakan oleh PKP

sampai habis dan tetap dianggap sah sepanjang

sampai habis dan tetap dianggap sah sepanjang

memenuhi ketentuan formal dan material;

memenuhi ketentuan formal dan material;

4.

4.

Atas Faktur Pajak yg diterbitkan sbgmn angka 3 di atas

Atas Faktur Pajak yg diterbitkan sbgmn angka 3 di atas

tetap dpt dikreditkan oleh pembeli sepanjang memenuhi

tetap dpt dikreditkan oleh pembeli sepanjang memenuhi

sbg PM yg dpt dikreditkan sesuai ketentuan berlaku;

sbg PM yg dpt dikreditkan sesuai ketentuan berlaku;

5.

5.

No. Urut pada kode dan nomor seri FP melanjutkan No.

No. Urut pada kode dan nomor seri FP melanjutkan No.

Urut yg tlh digunakan PKP sblm berlaku peraturan baru.

(44)

PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA

PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA

SE-56/PJ/2010

SE-56/PJ/2010

6.

6.

Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak dibuat sesuai

Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak dibuat sesuai

dengan kepentingan dan kebutuhan Pengusaha Kena

dengan kepentingan dan kebutuhan Pengusaha Kena

Pajak, tidak harus sama dengan contoh pada Lampiran

Pajak, tidak harus sama dengan contoh pada Lampiran

1A dan 1B, PER-13/PJ.2010;

1A dan 1B, PER-13/PJ.2010;

7.

7.

Invoice yang memenuhi Pasal 13 ayat (5) UU Nomor 8

Invoice yang memenuhi Pasal 13 ayat (5) UU Nomor 8

Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang

Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang

dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan UU Nomor 42 Tahun 2009, dipersamakan

dengan UU Nomor 42 Tahun 2009, dipersamakan

dengan Faktur Pajak.

(45)

PAJAK MASUKAN

Ps. 1 angka 24

PPN YG SEHARUSNYA SUDAH DIBAYAR OLEH PKP PEROLEHAN BKP DAN/ATAU JKP PENERIMAAN JKP PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD PEMANFAATAN JKP IMPOR BKP

LUAR

DAERAH

PABEAN

D A R I

KARENA

(46)

PAJAK KELUARAN

Ps. 1 angka 25

PPN YANG TERUTANG YANG WAJIB

DIPUNGUT OLEH

PKP

PENYERAHAN

BKP

/

JKP

, ATAU

KARENA EKSPOR

BKP

BERWUJUD, EKSPOR BKP

TIDAK BERWUJUD DAN EKSPOR JKP

(47)

NILAI EKSPOR

Ps. 1 angka 26

NILAI BERUPA UANG

SEMUA BIAYA YANG DIMINTA

ATAU SEHARUSNYA DIMINTA

TERMASUK

EKSPORTIR

(48)

PENGKREDITAN

PAJAK MASUKAN

Ps. 9 ayat (2), (2a), (2b), (3), (4)

PM DIKREDITKAN DGN PK DALAM MASA PAJAK YG SAMA

Ps. 9 (2), (2b) DAN HRS MENGG. FP Ps. 13 (5) DAN Ps 13. (9)

PK

>

PM

PK

<

PM

SELISIH DIBAYAR OLEH PKP

Ps. 9 (3)

SELISIH DAPAT DI KOMPENSASI KE MASA PAJAK BERIKUTNYA

Ps. 9 (4)

BAGI PKP YG BELUM BERPRODUKSI SEHINGGA BELUM MELAKUKAN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK, PM

(49)

PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pasal 9 ayat (4a)

Atas kelebihan Pajak Masukan

sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) dapat diajukan permohonan

pengembalian pada akhir tahun

buku, atau saat Wajib Pajak melaku

kan pengakhiran usaha (bubar).

(50)

PERMOHONAN PENGEMBALIAN

PADA SETIAP MASA PAJAK

Pasal 9 ayat (4b)

1.

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

2.

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak kepada

Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;

3.

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak

Pertambahan Nilainya tidak dipungut;

(51)

PERMOHONAN PENGEMBALIAN

PADA SETIAP MASA PAJAK

Pasal 9 ayat (4b)

4.

4.

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;

ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;

5.

5.

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau

ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau

6.

6.

Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum

Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum

berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat

berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat

(2a).

(52)

PENGKREDITAN

PAJAK MASUKAN

DLM SUATU

MASA PAJAK

DALAM HAL

PKP

MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK

DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK

Ps. 9 ayat (5), (6) TERUTANG PAJAK TIDAK TERUTANG PAJAK PM = TIDAK DPT DIKREDITKAN PM DAPAT DIKETAHUI DG PASTI DARI PEMBUKUAN PM TIDAK DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI PM YG TERKAIT DG PENYERAHAN YANG TERUTANG PPN

DAPAT DIKREDITKAN (Ps. 9 ayat 5)

PM YG DAPAT

DIKREDITKAN DIHITUNG DG PEDOMAN YG DITETAPKAN

OLEH MENKEU (Ps. 9 ayat 6)

(53)

CONTOH PENGKREDITAN

PM

DLM SUATU MASA PAJAK

DLM HAL

PKP

MELAKUKAN PENYERAHAN YG

TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YG TIDAK

TERUTANG PAJAK

Ps. 9 ayat (5)

PM YG DPT DIKREDITKAN ADALAH PM YG

BERKENAAN DG PENYERAHAN YG TERUTANG PPN DALAM HAL PENYERAHAN TERUTANG PAJAK,

PM DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI DARI

PEMBUKUAN PKP

CONTOH :

PKP MELAKUKAN BEBERAPA MACAM PENYERAHAN :

a. PENYERAHAN TERUTANG PPN = Rp. 35.000.000 PAJAK KELUARAN = Rp. 3.500.000

b. PENYERAHAN TDK terutang pajak = Rp. 15.000.000 c. PAJAK KELUARAN = Rp. Nihil

PAJAK MASUKAN YG DIBAYAR ATAS PEROLEHAN :

BKP/JKP YG BERKAITAN DGN KESELURUHAN PENYERAHAN = Rp. 2.500.000

PM YG BERKAITAN DGN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK TDK DIKETAHUI DGN PASTI

DGN DEMIKIAN PM SEBESAR Rp. 2.500.000 TDK SELURUHNYA DPT DIKREDITKAN DGN PK Rp. 3.500.000 BESARNYA PM YG DPT DIKREDITKAN DIATUR DGN PEDOMAN BERDASARKAN PERMENKEU.

(54)

KEGIATAN USAHA TERTENTU

Pasal 9 ayat (7) JO. 79-2010

KEGIATAN USAHA TERTENTU ADALAH

KEGIATAN UASAHA YANG SEMATA-MATA

MELAKUKAN :

PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR BEKAS

SECARA ECERAN

(55)

BESARNYA PAJAK MASUKAN

BESARNYA PAJAK MASUKAN

YANG DAPAT DIKREDITKAN

YANG DAPAT DIKREDITKAN

1.

1.

90% dari Pajak Keluaran, dalam hal

90% dari Pajak Keluaran, dalam hal

Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerah

Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerah

an kendaraan bermotor bekas secara eceran.

an kendaraan bermotor bekas secara eceran.

2.

2.

80% dari Pajak Keluaran, dalam hal

80% dari Pajak Keluaran, dalam hal

Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerah

Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerah

an emas perhiasan secara eceran.

an emas perhiasan secara eceran.

CATATAN :

CATATAN :

Pajak Keluaran dihitung berdasarkan :

Pajak Keluaran dihitung berdasarkan :

10% x

10% x

DPP

DPP

Dasar Pengenaan Pajak adalah

Dasar Pengenaan Pajak adalah

Peredaran

Peredaran

Usaha

(56)

PPN YANG WAJIB DISETOR OLEH

PPN YANG WAJIB DISETOR OLEH

PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU

PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU

Pasal 5, PMK 79-2010

Pasal 5, PMK 79-2010

1.

1.

PPN = 1% x DPP

PPN = 1% x DPP

(Bagi PKP yang melakukan penyerahan

(Bagi PKP yang melakukan penyerahan

kendaraan bermotor secara eceran)

kendaraan bermotor secara eceran)

2.

2.

PPN = 2% x DPP

PPN = 2% x DPP

(Bagi PKP yang melakukan penyerahan emas

(Bagi PKP yang melakukan penyerahan emas

perhiasan secara eceran)

perhiasan secara eceran)

CATATAN :

CATATAN :

PKP yang menggunakan pedoman ini tdk dapat

PKP yang menggunakan pedoman ini tdk dapat

membebankan PPN sebagai biaya dalam

membebankan PPN sebagai biaya dalam

penghitungan PPh.

(57)

PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU YANG

PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU YANG

BERALIH USAHA PADA SUATU MASA

BERALIH USAHA PADA SUATU MASA

Pasal 7 ayat (2), PMK 79-2010

Pasal 7 ayat (2), PMK 79-2010

1. PKP dapat menghitung besarnya Pajak Masukan yg dapat

dikreditkan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan atau menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran apabila peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi Rp 1.800.000.000 (satu miliar delapan ratusjuta rupiah);

2. Pengusaha Kena Pajak wajib menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran

apabila peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun buku di atas Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah),

Terhitung sejak Masa Pajak saat PKP tdk melakukan

Terhitung sejak Masa Pajak saat PKP tdk melakukan

kegiatan usaha tertentu

(58)

PM

TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

Ps. 9 ayat (8)

PENGELUARAN

4. PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN

JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

5. PEROLEHAN BKP/JKP YANG FAKTUR PAJAKNYA TIDAK MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (5) ATAU AYAT (9)

ATAU TIDK MENCANTUMKAN NAMA, ALAMAT, NPWP PEMBELI BKP/JKP 2. PEROLEHAN BKP/JKP YG TDK MEMPUNYAI HUBUNGAN

LANGSUNG DG KEGIATAN USAHA

3. PEROLEHAN & PEMELIHARAAN KENDARAAN BERMOTOR SEDAN DAN STATION WAGON KECUALI MERUPAKAN

BARANG DAGANGAN ATAU DISEWAKAN

1. PEROLEHAN BKP/JKP SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

ATAS

(59)

PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

Ps. 9 ayat (8)

Ps. 9 ayat (8)

6. PEMANFAATAN BKPTDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN YG FAKTUR PAJAK

NYA TDK MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (6)

7. PEROLEHAN BKP/JKPYG PM-NYA DITAGIH DG PENERBITAN KETETAPAN PAJAK

8. PEROLEHAN BKP/JKP YG PM-NYA TIDAK DILAPORKAN DLM SPT MASA PPN YG DIKETEMUKAN PD WAKTU DILAKU

KAN PEMERIKSAAN

9. PEROLEHAN BKP SELAIN BARANG MODAL ATAU JKP SEBELUM PENGUSAHA KENA PAJAK BERPRODUKSI.

(60)

SELAMBAT-LAMBATNYA TIGA BULAN SETELAH

BERAKHIRNYA MASA PAJAK

PM YANG DAPAT DIKREDITKAN

TETAPI BELUM DIKREDITKAN DG PK

PADA MASA PAJAK YG SAMA

Ps. 9 ayat (9)

DAPAT DIKREDITKAN PADA MASA PAJAK BERIKUTNYA

APABILA JANGKA WAKTU TSB. DILAMPAUI

PENGKREDITAN PM DAPAT DILAKUKAN MELALUI PEMBETULAN SPT MASA PPN YBS

SEPANJANG PM TSB. BELUM DIBEBANKAN SBG BIAYA ATAU BELUM DIKAPITALISASIKAN DGN HARGA PEROLEHAN BKP/JKP YBS.

(61)

PENGURANGAN PPN DAN PPnBM ATAS BKP

YANG DIKEMBALIKAN DAN PPN ATAS

JKP YANG DIBATALKAN

PER-65/PMK.03/2010

RETUR BKPRETUR BKP

Mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas Barang Mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual dan Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual dan mengurangi:

mengurangi: a.

a. Pajak Masukan dari PKP Pembeli, dalam hal Pajak Pajak Masukan dari PKP Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas BKP yang dikembalikan telah

Masukan atas BKP yang dikembalikan telah dikreditkan; dikreditkan; b.

b. Biaya atau harta bagi PKP Pembeli, dalam hal pajak atas Biaya atau harta bagi PKP Pembeli, dalam hal pajak atas BKP yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan

BKP yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan

dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan

(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau c.

c. Biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan PKP dalam hal Biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan PKP dalam hal PPN atau PPN dan PPnBM atas BKP yang dikembalikan

PPN atau PPN dan PPnBM atas BKP yang dikembalikan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah

tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah

ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.

(62)

PENGURANGAN PPN DAN PPnBM ATAS BKP

YANG DIKEMBALIKAN DAN PPN ATAS

JKP YANG DIBATALKAN

PER-65/PMK.03/2010

RETUR JKPRETUR JKP

Mengurangi Pajak Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Mengurangi Pajak Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak dan mengurangi:

Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak dan mengurangi: a.

a. Pajak Masukan dari PKP Penerima Jasa, dalam hal Pajak Pajak Masukan dari PKP Penerima Jasa, dalam hal Pajak Masukan atas JKP yang dibatalkan telah dikreditkan;

Masukan atas JKP yang dibatalkan telah dikreditkan; b.

b. Biaya atau harta bagi PKP Penerima Jasa, dalam hal PPN Biaya atau harta bagi PKP Penerima Jasa, dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut tidak dikreditkan dan

atas JKP yang dibatalkan tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau c.

c. Biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan PKP Biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan PKP dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut telah

dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan

dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut. (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.

(63)

RETUR DIANGGAP TDK TERJADI

RETUR DIANGGAP TDK TERJADI

Pengembalian Barang Kena Pajak

Pengembalian Barang Kena Pajak

dianggap tidak terjadi dalam hal Barang

dianggap tidak terjadi dalam hal Barang

Kena Pajak yang dikembalikan

Kena Pajak yang dikembalikan

diganti

diganti

dengan Barang Kena Pajak yang sama,

dengan Barang Kena Pajak yang sama,

baik dalam jumlah fisik, jenis maupun

baik dalam jumlah fisik, jenis maupun

harganya.

(64)

NOTA RETUR PALING SEDIKIT

NOTA RETUR PALING SEDIKIT

HARUS MENCANTUMKAN

HARUS MENCANTUMKAN

a.

a.

nomor urut nota retur;

nomor urut nota retur;

b.

b.

nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang

nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang

Kena Pajak yang dikembalikan;

Kena Pajak yang dikembalikan;

c.

c.

nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;

nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;

d.

d.

nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha

nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha

Kena Pajak Penjual;

Kena Pajak Penjual;

e.

e.

jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang

jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang

dikembalikan;

dikembalikan;

f.

f.

Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang

Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang

dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak

Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak

yang tergolong mewah yang dikembalikan;

yang tergolong mewah yang dikembalikan;

g.

g.

tanggal pembuatan nota retur; dan

tanggal pembuatan nota retur; dan

h.

h.

nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani

nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani

nota retur.

(65)

PEMUNGUT PPN

Ps. 16A

YANG DITUNJUK OLEH MENTERI KEUANGAN

MEMUNGUT MELAPORKAN MENYETOR PAJAK YG TERUTANG OLEH PKP ATAS PENYERAHAN BKP/ JKP KEPADA PEMUNGUT PPN UNTUK

BENDAHARA/INSTANSI PEMERINTAH

KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

(66)

TIDAK DIPUNGUT ATAU

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

Ps. 16 B ayat (1) (Ketentuan Khusus)

PAJAK TERUTANG TIDAK DIPUNGUT SEBAGIAN/SELURUHNYA, UNTUK

SEMENTARA/SELAMANYA

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK

PEMANFAATAN JKP TERTENTU DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DLM DAERAH PABEAN

PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD TERTENTU DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DLM DAERAHPABEAN

IMPOR BKP TERTENTU

PENYERAHAN BKP /JKP TERTENTU

KEGIATAN DI KAWASAN TERTENTU ATAU

TEMPAT TERTENTU DI DALAM DAERAH PABEAN

(67)

PENYERAHAN BKP/JKP

KEPADA PEMUNGUT PPN

Ps. 16 A (Ketentuan Khusus)

ATAS PENYERAHAN BKP/JKP KEPADA

PEMUNGUT PPN

DILAPORKAN DISETOR DIPUNGUT

PPN YANG TERUTANG

PEMUNGUT PPN O L E H

TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPN YANG TERUTANG DIATUR DGN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

(68)

PM ATAS PPN TERUTANG

TIDAK DIPUNGUT

Ps. 16 B ayat (2) (Ketentuan Khusus)

PAJAK MASUKAN YANG DIBAYAR UNTUK PEROLEHAN BKP /JKP

DAPAT DIKREDITKAN

(69)

PM ATAS PPN DIBEBASKAN

Ps. 16 B ayat (3)

(Ketentuan Khusus)

FASILITAS PEMBEBASAN PENGENAAN PPN, MENGAKIBATKAN TIDAK ADANYA PAJAK KELUARAN

PAJAK MASUKAN YANG DIBAYAR UNTUK PEROLEHAN BKP /JKP

TIDAK DAPAT DIKREDITKAN YANG ATAS PENYERAHANNYA

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

(70)

TERMASUK DALAM

PENGERTIAN PENYERAHAN BKP

Pasal 1A ayat (1)

PENYERAHAN HAK ATAS BKP KARENA SUATU PERJANJIAN, MIS : JUAL BELI, TUKAR MENUKAR, JUAL BELI DENGAN ANGSURAN

PENGALIHAN BKP OLEH KARENA SUATU PERJANJIAN SEWA BELI, ATAU PERJANJIAN LEASING DGN HAK OPSI

PENYERAHAN BKP KEPADA PEDAGANG PERANTARA (KOMISIONER), ATAU MELALUI JURU LELANG

PEMAKAIAN SENDIRI & PEMBERIAN CUMA-CUMA ATAS BKP, SEPERTI PEMBERIAN CONTOH BARANG UNTUK PROMOSI KEPADA RELASI ATAU

PEMBELI

PERSEDIAAN BKP & AKTIVA YG MENURUT TUJUAN SEMULA TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN YG MASIH TERSISA PADA SAAT PEMBUBARAN

PERUSAHAAN, SEPANJANG PPN ATAS PEROLEHAN AKTIVA TSB. MENURUT KETENTUAN DAPAT DIKREDITKAN

PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU SEBALIKNYA & PENYERAHAN BKP ANTAR CABANG

PENYERAHAN BKP SECARA KONSINYASI ADALAH :

(71)

TIDAK TERMASUK DALAM

PENGERTIAN PENYERAHAN BKP

Ps.1 A ayat (2)

PENYERAHAN BKP KEPADA MAKELAR SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM KUHD (PEDAGANG PERANTARA YANG DIANGKAT OLEH PRESIDEN ATAU OLEH PEJABAT YANG BERWENANG, UNTUK MENYELENGGARAKAN PERUSAHAAN ATAU MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MENDAPAT UPAH

ATAU PROVISI ATAS AMANAT DAN ATAS NAMA ORANG LAIN YANG DENGAN MEREKA TIDAK TERDAPAT HUBUNGAN KERJA)

PENYERAHAN BKP UNTUK JAMINAN UTANG PIUTANG

PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU SEBALIKNYA & PENYERAHAN ANTAR CABANG, DALAM HAL PKP TELAH MEMPEROLEH IJIN PEMUSATAN TEMPAT PAJAK TERUTANG

DARI DIREKTUR JENDERAL PAJAK

(72)

PADA SAAT PENYERAHAN BKP/JKP DILAKUKAN

HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN SEBAGAI DPP DIHITUNG ATAS DASAR HARGA PASAR WAJAR

MAKA

DALAM HAL HARGA JUAL/PENGGANTIAN LEBIH RENDAH DARI HARGA PASAR WAJAR KARENA PENGARUH

HUBUNGAN ISTIMEWA

HUBUNGAN ISTIMEWA

Ps. 2 ayat (1)

(73)

HUBUNGAN ISTIMEWA DIANGGAP ADA

DALAM HAL

Ps. 2 ayat (2)

1. FAKTOR KEPEMILIKAN ATAU PENYERTAAN LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG SEBESAR 25% ATAU LEBIH PADA PENGUSAHA LAINNYA, ATAU HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHA DENGAN

PENYERTAAN 25% ATAU LEBIH

3. FAKTOR HUBUNGAN KELUARGA, SEDARAH DAN SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT DAN KESAMPING SATU DERAJAT

2. FAKTOR PENGUASAAN MELALUI MANAJEMEN ATAU PENGGUNAAN TEKNOLOGI

HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN YANG MENJADI DASAR PENGENAAN PAJAK DITEKAN LEBIH RENDAH DARI

HARGA PASAR WAJAR

(74)

CONTOH FAKTOR

KEPEMILIKAN / PENYERTAAN

(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)

PT A PT D PT B PT C > 25 % P T L P T L P L P L > 50 % > 50 % P T L

PTL = PENYERTAAN TIDAK LANGSUNG PL = PENYERTAAN LANGSUNG

(75)

CONTOH FAKTOR

PENGUASAAN MANAJEMEN

DAN TEKNOLOGI

(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)

CONTOH :

- PT. A SELAKU PERUSAHAAN REAL ESTAT MENEMPATKAN TENAGA AHLI PEMASARANNYA PADA PT. B YANG JUGA PERUSAHAAN REAL ESTAT.

- ANTARA PT. A DENGAN PT. B DIANGGAP TELAH TERJADI HUBUNGA ISTIMEWA

APABILA LEBIH DARI SATU ATAU BEBERAPA PERUSAHAAN

BERADA DI BAWAH PENGUASAAN PENGUSAHA YANG SAMA DALAM BIDANG MANAGEMEN DAN TEKNOLOGI, MAKA DIANGGAP ADA

(76)

CONTOH FAKTOR

HUBUNGAN KELUARGA

(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)

10 KE SAM PING IPAR PKP 10 KE SAM PING 10 KE ATAS 10 KE ATAS AYAH + IBU MERTUA PKP SAUDARA KANDUNG 10 KE BAWAH 10 KE BAWAH ANAK KANDUNG ANAK TIRI PKP SEDARAH SEMENDA PKP + ISTRI SEMENDA SEDARAH

(77)

JENIS BARANG YANG TIDAK

DIKENAKAN PPN

Ps. 4 A ayat (2)

BARANG - BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG SANGAT DIBUTUHKAN OLEH RAKYAT BANYAK, SEPERTI BERAS & GABAH, JAGUNG, SAGU, KEDELAI,

GARAM DAGING, TELUR, SUSU, BUAH2AN, SAYUR2AN

MAKANAN DAN MINUMAN YG DISAJIKAN DI HOTEL, RUMAH MAKAN, WARUNG DAN SEJENISNYA BAIK YG DIKONSUMSI DITEMPAT TERMASUK MAKANAN & MINUMAN

YG DISERAHKAN OLEH USAHA JASA BOGA ATAU KATERING

UANG, EMAS BATANGAN, DAN SURAT-SURAT BERHARGA

BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN YANG DIAMBIL LANGSUNG DARI SUMBERNYA SEPERTI MINYAK MENTAH (crude oil), GAS BUMI,

PANAS BUMI, BATUBARA, ASBES, PASIR DAN KERIKIL, BIJI BESI/TIMAH/EMAS

JENIS BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN

DIDASARKAN ATAS KELOMPOK BARANG SBB :

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian PPN menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di

TATA CARA PENUNJUKAN PEMUNGUT, PEMUNGUTAN, DAN PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK BERWUJUD DAN/ATAU JASA KENA PAJAK DARI

22 Mujiharto Ketua Divisi Profesi MTKI Pengawas Div.. Pengelolaan

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

41 Tahun 2004 tidak terpenuhi yaitu : Wakaf dengan wasiat baik secara lisan maupun secara tertulis hanya dapat dilakukan apabila disaksikan oleh paling sedikit 2

sekolah dasar di Singapura melalui kontak pribadi para peneliti yang kemudian diisi secara anonim. Sebanyak 85 kuesioner dikembalikan dengan data yang dapat

Bentuk terapi ARV/HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) dalam upaya pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi adalah penggunaan obat antiretroviral jangka