• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Ekspresi CREM (C-AMP Responsive Element Modulator ) Testis dan Motilitas Spermatozoa pada Tikus Jantan ( Rattus norvegicus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Ekspresi CREM (C-AMP Responsive Element Modulator ) Testis dan Motilitas Spermatozoa pada Tikus Jantan ( Rattus norvegicus"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Ekspresi CREM (C-AMP Responsive Element Modulator) Testis dan Motilitas Spermatozoa pada Tikus Jantan (Rattus norvegicus) Pasca

Paparan Laserpunktur

Study Of Testis CREM (C-AMP Responsive Element Modulator) Expression And Spermatozoa Motility In Male Rats (Rattus norvegicus)

Laserpuncture Post-Exposure l

Mar’atus Sakinah, Aulanni’am,dan Pungky Slamet W.K.

Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya

Maratussakinah634@gmail.com

ABSTRAK

Laserpunktur merupakan suatu teknik stimulasi pada titik akupunktur dengan menggunakan sinar laser sebagai alat yang mempunyai efek stimulator. Laser berkekuatan rendah yang digunakan untuk laserpunktur (5 mW sampai 30 mW) terbukti dapat meningkatkan aktifitas jaringan seperti peningkatan hormon dan enzim jaringan. Laserpunktur memiliki manfaat salah satunya digunakan untuk meningkatkan fertilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paparan laserpunktur dapat meningkatkan fertilitas dengan melihat peningkatan ekspresi CREM (cAMP-Responsive Elemen Modulator) testis dan motilitas spermatozoa. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus Rattus nurvegicus yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A sebagai kontrol negatif dan kelompok B sebagai kontrol positif diberi paparan laserpunktur pada 6 titik akupunktur dexter dan sinister yang terbagi 2 titik BL 22 atau

sanjiaoshu, 2 titik BL 23 atau shenshu dan 2 titik GV 4 atau mingmeng dengan dosis paparan 15 detik/titik. Penentuan ekspresi CREM diamati dengan metode imunohistokimia dan pengamatan motilitas spermatozoa dilakukan menggunakan mikroskop Olympus BX51 menggunakan metode Hag & Toelihere (2000). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0,05) antar perlakuan terhadap peningkatan ekspresi CREM. Nilai ekspresi CREM kelompok A dan B berturut-turut adalah 0,8 ± 0,1% dan 2,5 ± 0,2%. Induksi laserpunktur pada titik reproduksi tikus jantan (Rattus norvegicus)) meningkatkan meningkatkan 68% ekspresi CREM (cAMP-Responsive Elemen Modulator ) dan motilitas spermatozoa.

(2)

ABSTRACT

Laserpunktur is a stimulation technique on the acupuncture points using laser as a stimulating tool. Low powered lasers used for laserpuncture (5 mW to 30 mW) have proven to improve network activity such as increased tissue hormones and enzymes. Laserpuncture have the benefits which one of them is used to increase fertility. The purpose of this study was to determine that the exposure of laserpuncture can improve fertility measured by the increase in the expression of CREM (cAMP-responsive Element Modulator) testes and sperm motility. Rats used in this study were Rattus nurvegicus which are divided into two groups: group A as a negative control and group B as a positive control were given laserpuncture exposure acupuncture points on 6 dexter and sinister which consisted of 2 BL 22 point or sanjiaoshu, 2 BL 23 points or Shenshu and 2 GV 4 point or mingmeng with exposure dose as much as 15 sec/point. Determination of CREM expression was observed by immunohistochemical technigue and observation of sperm motility was performed using a Olympus BX51 microscope based on Hag & Toelihere method (2000). The results showed a significant difference (P <0.05) between the treatment of the increased expression of CREM. CREM expression value in group A and B were 0.8 ± 0.1% and 2.5 ± 0.2% respectively. Induction laserpunktur at the point of reproductions of male rats (Rattus norvegicus) increases expression of CREM (cAMP-responsive Element Modulator) by 68% and increase the motility of spermatozoa.

Key words:Laserpuncture, CREM, Spermatozoa Motility. 1. PENDAHULUAN

Anjing ras merupakan hewan

kesayangan yang banyak memiliki

keunggulan misalnya sebagai anjing penjaga dan anjing kontes (Natasaputra, 2005). Keunggulan dan sifat yang dimiliki anjing ras ini menyebabkan permintaan masyarakat meningkat meningkat dan para breeder

anjing berupaya untuk memenuhi

permintaan tersebut dengan kualitas genetik unggul yang menjadi harapan kelompok penggemar anjing. Saat ini para breeder

kesulitan untuk mendapat pejantan unggul, sehingga perlu dilakukan optimalisasi pengolahan semen namun untuk menggertak birahi pada anjing ternyata belum banyak dilakukan terutama menggunakan teknologi laserpunktur.

Terapi akupunktur merupakan metode terapi dari China yang menggunakan jarum untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Penggunaan jarum dalam metode

akupunktur memiliki kekurangan yaitu merasakan sakit pada saat di terapi. Teknologi LASER (Light Amplification by

Stimulated Emission of Radiation) untuk

memberikan rangsangan pada titik

akupuntur (laserpunktur) mulai banyak dikembangkan (Adikara, 2001). Sinar laser dijadikan alternatif untuk stimulasi dalam akupunktur karena cahaya gelombang pendek dihasilkan oleh suatu proses stimulasi radiasi melalui sistem semi-konduktor dan karakteristik dari sinar laser menyebabkan timbulnya daya stimulasi terhadap sel-sel pada titik akupunktur menjadi kuat (Herdis, 2005).

Laserpunktur merupakan teknik

stimulasi pada titik akupunktur dengan menggunakan laser sebagai alat yang mempunyai efek stimulator. Aplikasi laserpunktur untuk sinkronisasi estrus telah dilaporkan pada sapi (Susan, 2001) dan

kerbau (Guntoro dan Yasa, 2002).

Teknologi laserpunktur pada titik-titik reproduksi terbukti dapat meningkatkan libido pejantan domba Garut, gertak birahi pada kerbau (Herdis, 2010; Guntoro dkk , 2002). Selain itu teknologi laserpunktur

diyakini dapat meningkatkan proses

(3)

Proses spermatogenesis erat

hubungannya dengan ekspesi CREM

(cAMP-Responsive Elemen Modulator).

CREM berperan penting dalam

perkembangan dan maturasi spermatid. Mekanisme CREM dalam perkembangan spermatid yaitu CREM berikatan dengan cAMP respon elements (CREs). Ikatan tersebut akan memodulasi transkiripsi cAMP responsive genes dan meregulasi gen pada spermatid (Aulanni’am, 2011). Ekspresi CREM secara tidak langsung mempengaruhi kualitas spermatozoa yaitu

salah satunya terhadap motilitas

spermatozoa (Aoki et al., 2006)

Paparan laserpunktur pada penelitian ini menggunakan hewan model tikus (

Rattus norvegicus) jantan sebagai pengkajian awal teknologi laserpunktur yang nantinya akan diterapkan pada anjing ras jantan. Pemilihan tikus juga didasarkan pada usia dewasa kelamin yang lebih cepat dan perkawinan yang tidak tergantung musim sehingga lebih efisien (Kusumawati, 2004). Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan mempelajari ekspresi CREM (cAMP responsive elemnt modulator) dan motilitas spermatozoa.

2. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juni-Desember 2013 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang serta Laboratorium Patologi Rumah Sakit Dr. Soetomo, Surabaya.

Hewan dan Bahan Uji

Hewan coba yang digunakan adalah tikus (Rattus norvegicus) jantan Strain

Wistar umur 12-13 minggu dengan berat badan 150 gram dengan 28 ekor tikus yang diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan

Percobaan (UPHP) Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Penggunaan hewan coba dalam penelitian ini telah mendapatkan sertifikat laik etik oleh Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya No. 170-KEP-UB. Jenis laser yang digunakan untuk alat laserpunktur adalah jenis soft laser Helium-Neon (He-Ne) dengan spesifikasi memiliki daya 5 mW dan panjang gelombang 632,8 nm serta memiliki luas luaran sianar 0,2 cm2.

Induksi Laserpunktur

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan menggunkan uji t independent ( tidak berpasangan). Perlakuan terdiri dari 2 kelompok yaitu : kelompok kontol dan kelompok perlakuan yang di

induksi laserpunktur pada 6 titik

akunpunktur yaitu, terbagi dalam 2 titik akupunktur BL 22 atau sanjiaoshu (antara

processus transversus vertebralis lumbalis

2-3) dexter dan sinester, 2 titik akupunktur BL 23 atau shenshu (antara processus transversus vertebralis lumbalis 3-4) dexter

dan sinester, 2 titik akupunktur GV 4 atau

mingmeng (dorsal persendian processus tranversus vertebralis lumbalis 4-5) dexter

dan sinester. Jumlah sampel atau ulangan masing-masing perlakuan 14 ekor tikus.

Parameter yang diamati

Parameter yang diamati ini adalah ekspresi CREM (c-AMP responsive element modulator) dan motilitas spermatozoa pada tikus jantan (rattus nurvegicus) pasca paparan leserpuntur. Pengukuran ekspresi

CREM (c-AMP responsive element

modulator) menggunakan metode

pewaranan Imunohistokimia dan motilitas spermatozoa menggunkan Metode penilain motilitas spermatozoa dilakukan dengan metode Hag & Toelihere (1997).

(4)

Analisa data

Analisa data dilakukan menggunakan

softwere SPSS rev.16,0. Uji ekspresi CREM (c-AMP responsive element modulator) menggunakan Uji T independent dan uji motilitas spermatozoa menggunakan uji

Mann Whitney.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitin CREM

Hasil pengamatan immunohistokimia

terhadap ekspresi CREM

(cAMP-Responsive Elemen Modulator) pada testis tikus (Rattus norvegikus) jantan hasil paparan laserpunktur ditunjukkan dengan peningkatan luas area yang warna coklat seperti yang terlihat pada Gambar 1. Pada kelompok (B) yang diberi perlakuan paparan laserpunktur mengalami peningkatan luas area yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol negative (A). Pengamatan ekspresi CREM dilakukan dengan software Axio Vision.

Gambar 1 Gambaran imunohistokimia ekspresi CREM pada testis Tikus (Rattus norvegicus) Jantan.

Keterangan : pembesaran 400x, tanda panah menunjukkan ekspresi CREM

Gambar 1 (A) menunjukkan

gambaran imunohstokimia ekspresi CREM testis dalam keadaan normal, dimana pada kondisi normal ekspesi CREM juga terdapat pada testis. Pada gambar 1 (B) menunjukkan peningkatan luas area ekspersi CREM . Peningkatan luas area ekspresi CREM

diyakini karena adanya paparan laserpunktur yang menimbulkan daya stimulasi yang spontan dan cepat melalui jalur saraf.

Table 1 Jumlah Presentase Rata-rata Luas Area Ekspresi CREM

Kelompok Tikus Jumlah Rata-rata Ekspresi CREM (%) ± SD A (Tikus Kontrol) 0,8 ± 0,1 B (Tikus Induksi Laserpunktur) 2,5 ± 0,2

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok B yang memiliki rata-rata luas area sebesar 0,8±0,1 % menunjukkan peningkatan rata-rata luas area ekspresi

CREM apabila dibandingkan dengan

kelompok kontrol negatif yang memiliki rata-rata luas area sebesar 2,5±0,2 %. Hasil analisis lanjutan dengan uji T tidak berpasangan (Independent sample T test), menunjukan bahwa pada kelompok B peningkatan sebesar 68% ekspresi CREM yang signifikan (P<0,05) apabila dibandingkan dengan kelompok A.

Paparan sinar laser yang diberikan pada enam titik akupunktur BL 22 atau

sanjiaoshu, BL 23 atau shenshu, GV 4 atau

mingmeng menimbulkan energi gelombang elektromagnetik dari sinar laser yang menembus jaringan kulit dan mengenai ujung saraf perifer akan diterima oleh sel signaling serta berikatan dengan reseptor pada membran sel membentuk komplek ligand-reseptor (Palaniapan, 2010).

Reseptor yang teraktivasi akan mengaktifkan Protein G sub unit α sebagai penghantar signal melintasi membran plasma dari luar sel ke dalam sel (Cummings et al., 2006). Protein G sub unit α kemudian akan mengalami fosforilasi untuk mengaktifkan Enzim Fosfolipase C (PLC) di membran plasma, sehingga Enzim Fosfolipase C selanjutnya menghidrolisa

(5)

Fosfatidil Inositol Bisfosfat (PIP2) menjadi Inositol Trifosfat (IP3) dan Diasil Griserol

(DAG). Keduanya berperan dalam

transduksi signal sebagai second messenger. Selanjutnya, IP3 akan berikatan dengan

reseptor spesifik pada Retikulum

Endoplasmik (RE) yang terkait dengan kanal Ca2+ memicu pelepasan Ca2+ dari RE ke sitosol sehingga meningkatkan kadar Ca2+ intraseluler. Aktivasi reseptor melalui jalur fosfolipase, diperoleh beberapa second messenger, yaitu DAG, IP3 dan Ca2+. DAG bersama-sama dengan Ca2+ mengaktivasi protein kinase C (PKC). PKC berperan dalam sintesis gen-gen tertentu. Ca2+ intraseluler akan mengaktivasi calcineurin. Calcineurin bersama dengan PKC berperan

dalam signaling dalam pelepasan

neurotransmiter. Jalur aktivitas seluler akibat induksi laserpunktur seperti tersebut ini dikenal sebagai jalur metabotropic (Kusuma, 2013).

Paparan laserpunktur pada titik reproduksi dapat melalui jalur ionotropik, paparan sinar laser laserpunktur mengenai titik reproduksi akan merubah gelombang elektromagnetik menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik menyebabkan depolarisasi membran sel syaraf. Membran sel syaraf kemudian merespon dengan terbukanya saluran ion. Ca2+ ektraseluler akan masuk melalui calcium sensing receptor (CaSR) atau melalui voltage-gated Ca2+ channels ( VGCC). Masuknya Ca2+ ektraseluler ini kemudian bertemu dengan gelembung-gelembung sinaptik dan membran terbuka untuk melepaskan neurotransmiter ke celah sinaptik dengan cara eksositosis selanjutnya ditangkap oleh reseptor postsinap, yang kemudian berperan dalam signaling yaitu melanjutkan sinyal listrik dari presinap menuju postsinap sampai akhirnya menuju otak (Kusuma, 2013). Di otak kemudian menimbulkan reaksi berantai seperti merangasang calcineurin dan PKC untuk

mengaktifkan enzym Glutamic acid

decarboxylase (GAD). Aktifnya GAD ini akan merangsang neuron GABAergic untuk mensintesis GABA (Kusuma, 2013). GABA kemudian langsung menyampaikan pesan melalui adanya kontak neuron GABAergik dan neuron GnRH yang memungkinkan terjadinya pelepasan GnRH di hipotalamus. Sehingga produk dari neuron GABAergik berupa GABA memiliki efek stimulasi pada

pelepasan hormon gonadotropin dari

hipofisa (Kah et al., 1992; Sloley et al., 1992; Trudeau et al., 1993a,b ; Trudeau et al, 2000; Popesku et al., 2008).

GnRH yang di sekresikan akan menstimulasi pituitari anterior untuk meningkatkan sekresi hormon gonadotropin, berupa Luteinizing Hormone (LH) dan

Folicle Stimulating Hormone (FSH). LH

yang dihasilkan akan menstimulasi

peningkatan jumlah sel leydig pada testis

dan berikatan Luteinizing Hormone

Receptor (LH-R) untuk mengaktifkan cyclic adenosine monophosphate (cAMP) sehingga

menstimulus produksi testosteron

(Rathgeber, 2007). FSH yang disekresikan oleh pituitari anterior akan meningkatkan jumlah sel sertoli pada testis. FSH dengan

Folicle Stimulating Hormone-Receptor

(FSH-R) yang berperan sebagai proliferasi dan perkembangan sel sertoli (Darnell, et

al., 2000). FSH dan FSH-R akan

menyebabkan aktifasi pathway cAMP-PKA sehingga menstimulasi regulasi ekspresi

CREM (cAMP-Responsif Elemen

Modulator).

CREM merupakan kunci regulator

molekular terhadap seluruh stadium

spermatogenesis (Don dan Stelzer, 2002) dan meregulasi ekspresi sejumlah gen post-meiosis penting, seperti protein transisi dan protamin (Sassone-Corsi, 1998). CREM merupakan faktor transkripsi yang berperan

penting pada spermatogenesis dan

berinteraksi secara nyata didalam spermatid dan sel sertoli.

(6)

Jumlah sel sertoli yang meningkat akan mempengaruhi peningkatan produksi ABP sebagai sumber nutrisi dalam proses spermatogenesis. Androgen Binding Protein

(ABP) sebagai sumber nutrisi dalam proses maturasi sel diproduksi oleh sel sertoli. ABP dalam jumlah yang melimpah digunakan

dalam proses spermatogenesis untuk

meningkatkan jumlah sel spermatozoa yang dihasilkan pada kondisi mature yang tampak dari peningkatan motilitas. Faktor

transkripsi CREM berperan terhadap

motilitas dan viabilitas spermatozoa. Peningkatan motilitas spermatozoa akan menyebabkan spermatozoa mampu bergerak dalam saluran reproduksi betina untuk

mencapai sel telur sehingga dapat

membuahi.

3.2Hasil Penelitin motilitas spermatozoa

Motilitas merupakan suatu kemampuan spermatozoa untuk bergerak secara progresif dan dapat dijadikan acuan dalam penilaian kualitas semen. Motilitas spermatozoa ini

berasal dari gerakan mendorong

spermatozoa pada bagian ekor yang

menyerupai gerakan cambuk. Hasil

pengamatan motilitas spermatozo tikus

tanpa perlakuan dan pasca paparan

laserpunktur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Pengamatan Motiitas Spermatozoa Penilain Kelompok Tikus 0 1 2 3 4 5 A (Tikus Kotrol) - - - 25 - - B (tikus paparan laserpunktur) - - - - 23 2

Hasil pengamatan menggunakan

mikroskop cahaya membuktikan bahwa paparan laserpunktur dengan energi 0,375

joule/titik mampu meningkatkan motilitas spermatozoa pada tikus. Penilain motilitas

spermatozoa yang dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan metode Hag & Toelihere (1997). Hasil analisa lanjutan dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa kelompok B terdapat peningkatan motilitas spermatozoa yang signifikan (P<0,05) dibandingkan kelompok A.

Pergerakan spermatozoa

membutuhkan sejumlah energi ATP yang digunakan untuk menggerakan ekor. ATP yang diperlukan berasal dari protein-protein yang dihasilkan oleh ABP. Androgen Binding Protein (ABP) sebagai sumber nutrisi dalam proses maturasi sel diproduksi oleh sel sertoli (Greenspan et al., 1994).

Jumlah sel sertoli yang meningkat

pasca paparan laserpunktur akan

mempengaruhi peningkatan produksi ABP sebagai sumber nutrisi dalam proses spermatogenesis. ABP dalam jumlah yang

melimpah digunakan dalam proses

spermatogenesis untuk meningkatkan

jumlah sel spermatozoa yang dihasilkan pada kondisi mature.

Sel mengeluarkan energi

metabotropik dalam bentuk ATP dihidrolisis menjadi adenosine difosfat (ADP) dan fosfat organik.

ATP + H2O ADP + Pi + H+

Sebagaian besar ATP dibentuk pada oksidasi dengan cara fosforilasi oksidasi mitokondria. Fosforilasi oksidatif adalah suatu proses ATP yang tejadi dalam

mitokondria, ATP yang disentesis

dibebaskan ke dalam matriks mitokondria. Mitokondria pada spermatozoa terletak pada bagian tengah spermatozoa. Mitokondria yang tersusun heliks bertanggung jawab

menyediakan energi bagi motilitas

spermatozoa (Hirata et al., 2002). Energi yang dihasilkan ini digunakan sel untuk homeostatis, regulasi, pembelahan, motilitas

(7)

dan kematian (Wallace, 1999; St. John et al.,

2005; May Panloup et al., 2006). Gangguan pada fungsi respirasi mitokondria dapat menyebabkan menurunnya motilitas dan fertilitas (spiropoulus et al., 2002). Motilitas spermatozoa merupakan salah satu indikator fertilitas hewan jantan.

4. KESIMPULAN

Induksi laserpunktur pada titik reproduksi tikus jantan (Rattus norvegicus)) dapat meningkatkan meningkatkan 68% ekspresi CREM (cAMP-Responsive Elemen Modulator ) dan motilitas spermatozoa dibandingkan dengan kelompok kontrol.

UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Pungky Slamet WK., Msi yang telah memberi ijin menggunakan alat laserpunktur.

DAFTAR PUSTAKA

Adikara, Rts. 2001. Teknologi Laserpunktur Pada Ternak. Pusat Penelitian

Bioenergi Lembaga Penelitian

Universitas Airlangga. Surabaya.

Adikara, Rts. 1994. Aplikasi Teknologi Akupunktur Untuk Bioteknologi Peternakan Dalam Usaha Peningkatan Pertubuhan Ternak Sapi Potong Meridian Indonesia Jurnal Of Acupuncture. I: 15-23.

Ana L. M., Liliane F. I. S., Batista A O, G Claudia, C Fabiana M., José G Franco Ricardo L. R. B and R. Juliana, 2010.

Motile sperm organelle morphology examination (MSOME): intervariation study of normal sperm and sperm with large nuclear vacuoles. Reprod. Biol. Endocrinol: 8;56.

Aoki VW, DT Carrel dan L Liu. 2005. Identification And Evaluation Of A Novel Sperma Protamin Abnormality in a Population Of Infertle Male. Human Reproduction, 20(5): 1298-1306.

Armitage, D. 2004. Rattus Norvegicus. Animal Diversity Web. University Of Michigan Of Zoology.

Aulanni’am. 2011. Inhibin B: Struktur Dan Karakter Biokimiawi Sebagai Kandidat Kontrasepsi Pria. Pusat Penerbitan Dan Percetakan Unair. Surabaya.

A.Peri dan M. Serio, 2000. The CREM System in human spermatogenesis.

Journal of endocrinological investigation, 23: 578-583.

Bearden, H. J, J. W. Fuquay, and S. T.

Willard. 2004. Applied Animal

Reproduction. 6th ed. New Jersey: Prentice Hall. Upper Saddle, New Jersey.

Beeser, G.M., and G.F. Cahill. 2002.

Endocrinology Second Edition. WB Saunders Company. US.

Behr, R., and G Weinbauer, F. (2001) Camp Responsive Element Modulator (Crem): An Essential Facto.

Blendy, J. A., Kaestner, K. H., Weinbauer, G. F., Nieschlag, E., and Schutz, G. 1996. Severe Impairment Of Spermatogenesis In Mice Lacking The Crem Gene. Nature (London) 380, 162– 165.

Bourgeron, T. 2000. Mitochondrial function and male fertility. Results Probl. Cell Differ. 28: 187-210.

(8)

Carrell DT and L. Li, 2001. Altered Protamin 2 Expression Is Ncommon In Donors Of Known Fertility, But Common Omong Men With Poor Fertilizing Capacity, And May Reflect Other Abnormalities Of Spermiognesis.

J. Androl, 22: 604-610.

Carolina, V. M. 2005. Rat Dissection Guide. Biologycal Supply Company. Prague.

Corsi-Sassone, P., S. Foulkes., Lalli, E., and Molina, C. A. N., 1993 Inducibility And Negative Autoregulation Of Crem: An Alternative Promoter Directs The Expression.

Cummings, T.M., and S. Lindley. 2006.

Essentials of Western Veterinary Accupuncture. Blackwell Publishing Ltd. Oxford.

Cui, Y., Z. Chen, and J. Sha. 2006. Effects of reproductive hormones on spermatogenesis. ZhongHua Nan Ke Xui. 10(5):465-467.

Elzanaty, S., J. Richthoff, J. Malm, and A. Giwercman. 2002. The impact of epididymal and accessory sex gland function on sperm motility. Human Reproduction. 17(11):2904-2911.

Delmas V, Van der Hoorn F, B.B. Mellstrom, Jegou and P. Sassone-corsi. 1993. Indiktion of CREM Activator Proteins in Spermatid: Down-Stream Tagets and implication for Haploid

germ Call Differentation. Mol

Endocrinol, 7: 1502-1514

Darnell, J., and D. Baltimore. 2000.

Moleculer Cell Biology Fourth Edition.

Am Books. Sci.

Donald’s, Mc. 2003. Veterinary

Endocrinology and Reproduction Fifth Edition. Lowa State Press. Lowa.

GF Weinbauer, K Steger, I Kleiner, M

Bergmann dan R Berh. 2004.

Expression of Aktifator of CREM in the Testis (ACT) During Normal and Impaired Spermatogenesis: Corelation with CREM expression. Molecular human reproduction, 10(2): 129-135.

Grasspan, F.S., and J.D. Baxter. 2000.

Endokrinologi Dasar dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

Guntoro, S., dan N. Suyasa. 2000.

Superovulasi Dengan Teknik Laserpunktur Pada Kambing Peranakan Etawa. Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar.

Guntoro. 2002. Aplikasi Teknologi

Laserpunktur Untuk Gertak Birahi Pada Kerbau. Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar.

Hardjat No. T. 2001. Dasar- Dasar Laserpunktur. Seminar Persatuan Akupunturis Seluruh Indonesia (Paksi) 9-10 Juni 2001. Jakarta.

Hardijanto T, T.Sardjito, T. Hernawati , S. Susilowati dan T.W.Suprayogi. 2010.

Ilmu Inseminasi Buatan. Airlangga University Press. Surabaya.

Hartono. 1988. Histologi Veteriner Jilid II, Organologi. Laboratorium Histologi, Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor: Bogor.

(9)

Herdis, M. Surachman, dan I. Kusuma. 2001. Inseminasi Buatan Teknologi Tepat Guna Solusi Dalam Meningkatkan Populasi Ternak Akibat Krisis Ekonomo. Prosiding. Teknologi Untuk Negeri 2001. Jakarta, 19-20 Maret 2001. Badan Pngkajian Dan Penerapan Teknologi.7-11.

Herdis. 2005. Optimalisasi Insemenasi Buatan Melalui Aplikasi Teknologi Laserpunktur Pada Domba Garut (Ovis Aries). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusuma, P.S.W. 2000. Pengaruh

Penembakan Soft Laser He-Ne Terhadap Siklus Reproduksi Ikan Nila

[Thesis]. Program Pascasarjana

Universitas Airlangga.

Herdis. 2010. Aplikasi Teknologi

Laserpunktur dalam Meningkatkan Libido Pejantan Domba Garut (Ovis aries). Pusat Teknologi Produksi Pertanian. Jakarta.

Holstein AF, M. Davidoff and Schulze W. 2003. Understanding spermatogenesis is a prerequisite for treatment. Reprod Biol Endocrinol 1:107.

Klide, A.M., and H. KungShiu. 1977.

Veterinary Accupuncture. University of Pennsylvania Press. Pennsylvania.

Kusuma, P.S.W. 2000. Pengaruh

Penembakan Soft Laser He-Ne Terhadap Siklus Reproduksi Ikan Nila

[Thesis]. Program Pascasarjana

Universitas Airlangga.

Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Lin J., W. W. Chan, L. and S. Wu. 2001.

Acupuncture For Reproduction In

Cattle. Di Dalam: Schoaen A. M. Veterinary Acupunctureancient Art To Modernt Medicine. Ed Ke-2. St Louis: Mosby Hlm 565-573.

P. Sassone-Corsi, Monaco. L, F. Nantel, N. S. Foulkes, D. Masquilier, Lemeur, M., Henriksen, K. Dierich, and A. Parvinen, M. 1996. Spermiogenesis Deficiency And Germ-Cell Apoptosis In Crem-Mutant Mice. Nature (London) 380, 159–162.

May Panloup P, Chretien MF, Savagner F, Vasseur C, Jean M, Malthiery Y. and Reynier P. 2003. Increased sperm mitochondrial DNA content in male infertility. Hum Reprod 18(3):550-556.

Meachem, S.J. and E. Nieschlag. 2001.

Inhibin B in Male Reproduction : Patho-physiology and Clinical Relevance. Journal Endocrinology, 145 : 561-571.

Miligan, G. 1994. Signal transduction. A practical Approach. New York. Edited by Rickwood D. Oxford University Press : 167-179.

Natasaputra I. 2005. Golden Retriever. Penebar Swadaya, Jakarta.

Palaniapan, R. 2010. Biological Signal Analysis. Ventus Publishing. London.

Prihatno, S.A. 2004. Infertilitas dan Sterilitas. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rathgeber, R. 2007. Equine Acupuncture.

The Blood-Horse Inc. Usa.

Spiropoulos J., Turnbull DM., and PF. Chinnery. 2002. Can mitochondrial

(10)

DNA mutations cause sperm dysfunction. Hum Reprod 8(8):719-721 St. John JC, RP. Jokhi and CLR. Barratt.

2005. The impact of mitochondrial genetics on male infertility. Int. J. Androl 28:65-73.

Susan G. 2001. Veterinary Acupuncture, Ancient Art To Modern Medicine Second Edition. St Louis. Mosby. 53-78.

Susan G . 2001. Global Acupuncture Reseach : Previously Ultrnslated Studies. Di Dalam: Schoen A.M. Veterinary Acupuncture, Ancient Art To Modern Medicine. Edke-2. St Louis. 53-57.

Toelihere, M.R. 1997. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Walker, W., and Cheng. 2005. FSH and Testosteron Signaling in Sertoli Cell.

Reproduction, 130: 15-28.

Yasa, R. 2003. Penggunaan Laserpunktur Untuk Singkronisasi Estrus Pada Fase Lutealpada Kambing Peranakan Etawa (Pe) Thesis. Yogyakarta. Program Pascasarjana. Univrsitas Gajah Mada.

Yusuf, M. 2012. Ilmu Reproduksi Ternak. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanudin. Makasar.

Gambar

Gambar  1  (A)  menunjukkan  gambaran  imunohstokimia  ekspresi  CREM  testis  dalam  keadaan  normal,  dimana  pada  kondisi normal ekspesi CREM juga terdapat  pada testis
Tabel  2  Hasil  Pengamatan  Motiitas  Spermatozoa   Penilain  Kelompok  Tikus  0  1  2  3  4  5  A  (Tikus  Kotrol)  -  -  -  25  -  -  B  (tikus  paparan  laserpunktur)  -  -  -  -  23  2

Referensi

Dokumen terkait

Dimana terdiri dari 4 lapisan, yaitu lapisan overburden, lapisan clay caps, lapisan recharge area + lapisan reservoir (berada pada lapisan yang sama), dan lapisan basement dengan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kusta pasca kemoprofilaksis yaitu tingkat pendidikan rendah, lama kontak ≥1 tahun, status gizi buruk, kondisi

Dengan dilaksanakannya Lomba Desain di Kabupaten Magetan Tahun 2016 ini diharapkan akan muncul kreatifitas dibidang arsitektur perancangan yang bisa memberi manfaat

Yang tampak pada tayangan tersebut adalah unsur materialisme cenderung dikedepankan dengan penonjolan sisi kepemilikan materi, kesuksesan dan kekuasaan seseorang.. Begitu pula

Mengamati sebagai langkah awal dalam metode ilmiah, sehingga langkah selanjutnya sangat ditentukan dari kegiatan ini, maka perlu diketahui hambatan guru dalam

Dari hal-hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki self-efficacy tinggi memiliki ciri-ciri, antara lain : dapat menangani secara efektif situasi

Jadi pelaksanaan audit medis dapat dilakukan oleh Komite Medis, Sub Komite (Panitia) Peningkatan Mutu Medis atau Sub Komite (Panitia) Audit Medis. Mengingat audit medis sangat

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah restauran yang bertemakan sambal, kebiasaan mengkonsumsi sambal, motivasi, dan persepsi klaim mengenai produk cabai dan