• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PANJANG KERJA ANTARA DUA SISTEM ALAT ELEKTRONIK DAN RADIOGRAFIK TERHADAP PANJANG KERJA AKTUAL TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PANJANG KERJA ANTARA DUA SISTEM ALAT ELEKTRONIK DAN RADIOGRAFIK TERHADAP PANJANG KERJA AKTUAL TESIS"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PANJANG KERJA

ANTARA DUA SISTEM ALAT ELEKTRONIK DAN

RADIOGRAFIK TERHADAP PANJANG KERJA AKTUAL

(DESKRIPTIF LABORATORIK)

TESIS

OLIVIA SARI 1006785300

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ILMU KONSERVASI GIGI

JAKARTA NOVEMBER 2012

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PANJANG KERJA

ANTARA DUA SISTEM ALAT ELEKTRONIK DAN

RADIOGRAFIK TERHADAP PANJANG KERJA AKTUAL

(DESKRIPTIF LABORATORIK)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Konservasi Gigi

OLIVIA SARI 1006785300

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ILMU KONSERVASI GIGI

JAKARTA NOVEMBER 2012

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALruAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip mflupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama

NPM

Tanda Tangan

(4)

Telah berhasil dipertahankan

di

hadapan Dewan Penguji

dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan

untuk

memperoleh gelar

Spesialis pada Program Studi Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI Tesis ini diajukan oleh

Nama NPM Program Studi: Judul Tesis Pembimbing 1 Pembimbing 2 Penguji 1 Penguji 2 Penguji 3 Ditetapkan

di

: Jakarta

Tanggal

: 26 November 2012 HALAMAN PENGESAHAN Olivia Sari 1006785300

Ilmu Konservasi Gigi

Perbandingan

Hasil

Pengukuran Panjang

Kerja

Antara Dua Sistem Alat Elektronik Dan Radiografik Terhadap Panjang Kerja

Aktual

Dr.Endang Suprastiwi,drg., SpKG(K)

Dr.Ratna Meidyawati,drg.,SpKG(K)

Nilakesuma Dj auharie,drg.,SpKG(K)

Prof.Dr. Siti Mardewi Soerono Akbar,drg.,SpKG(K)

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil ‘alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang dengan limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Konservasi Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini perkenankan penulis memberikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan selama ini, antara lain:

1. Rektor Universitas Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan spesialis, serta kepada Prof.Bambang Irawan, drg., PhD dan jajarannya selaku Dekan dan Pimpinan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, yang telah memberikan izin kepada saya untuk mengikuti program ini.

2. Dr. Ellyza Herda, drg., MSi selaku Manajer Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dr. Ratna Medyawati, drg., SpKG(K) selaku Koordinator Pendidikan Pasca Sarjana FKG UI, Bambang Nursasongko, drg., SpKG(K) selaku Kepala Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dr. Endang Suprastiwi, drg., SpKG(K) selaku Koordinator Pendidikan Spesialis Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

3. Dr. Endang Suprastiwi, drg., SpKG(K) selaku pembimbing I, yang telah memberikan saran dan masukan sebelum, selama penelitan dan penulisan tesis dan meluangkan waktu untuk mengoreksi serta mendorong penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

4. Dr. Ratna Meidyawati, drg.,Sp.KG(K) selaku pembimbing II, yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran dan masukan sebelum dan selama

(6)

5. Nilakesuma Djauharie, drg., SpKG(K) selaku ketua penguji tesis yang telah memberikan saran/kritik membangun bagi perbaikan tesis, dan memberikan banyak waktu untuk diskusi berbagai kasus selama penulis menjalankan pendidikan

6. Prof. Dr. Siti Mardewi Soerono Akbar, drg.,Sp.KG(K) selaku penguji tesis, yang telah meluangkan waktu untuk membaca tesis ini dan memberikan saran dan masukan berharga untuk perbaikannya.

7. Gatot Sutrisno, drg.,Sp.KG(K) selaku penguji tesis yang telah memberikan saran dan masukan bagi perbaikan tesis ini dan telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan berdiskusi tentang banyak kasus tatalaksana pasien selama penulis menjalani pendidikan.

8. Dr. Anggraeni, drg.SpKG yang memberikan ide awal penelitian ini.

9. Prof.Dr.Narlan Sumawitana, drg.,SpKG(K), Prof. Dr. Safrida Faruk Husein, drg., SpKG(K) Bambang Nursasongko,drg.,SpKG(K), Kamizar,drg.,SpKG(K), Daru Indrawati S, drg.,SpKG(K), Munyati Usman,drg.,SpKG(K), Dr. Dewi Anggraeni Margono, drg., SpKG(K), Dewa Ayu, drg., SpKG, Dini Asrianti, drg., SpKG yang selama ini telah memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan. 10.Karyawan FKG UI, khususnya Bagian Administrasi Pendidikan (Ibu

Daryati), klinik (Pak Moh. Yani, sdr. Erwin Irawan, Pak Rapin) dan Staf Bagian Konservasi Gigi (sdri. Yuli Kuswandani dan sdri. Devi Wulandari), Bagian Perlengkapan (Pak Sukeri) yang telah banyak membantu kelancaran selama masa pendidikan.

11.Pimpinan perpustakaan FKG UI beserta staf (Pak Asep Rahmat Hidayat, Pak M. Enoh, dan Pak Suryanto) yang selalu siap sedia memberikan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialis di FKG UI.

12.Kedua orang tua penulis H. Amrin Mahyudin dan Hj. Suriani Amrin, yang selalu mendoakan, mendukung dan memberi semangat. Juga kepada Kak

(7)

Yosi dan Emil yang turut mendukung serta mendoakan penulis selama menjalani pendidikan spesialis

13.Abdul Aziz Muhtadi. Suami tercinta, sekaligus sahabat yang senantiasa setia mendengarkan kisah suka duka selama menjalani pendidikan, untuk pengertian, dukungan dan doanya selama penulis menjalani pendidikan. 14.Ananda tersayang: Nurul, Muhammad, Ibrahim dan Sulaiman yang

menjadi penyemangat penulis, rela memberikan kebersamaan dengan ibu yang sibuk membuat tugas juga doa-doa selama pendidikan ini

15.Teman-teman PPDGS Konservasi Gigi 2010: Aditya Wisnu Putranto, Andika Damayanti K, Dwi Artharini, M.Furqan Rizal, Ike Dwi Maharti, Itja Risanti, Nurina Anggraeni Pratiwi, Ratna Hardhitari, Rio Suryantoro, Titty Sulianti, Trini Santi Pramudita, Vastya Ihsani, dan Wahyuni Suci Dwiandhany, yang telah bersama-sama melalui pahit manis perjuangan untuk memperoleh gelar Spesialis Konservasi Gigi.

16.Andika Damayanti dan Rio Suryantoro, yang telah berbaik hati meminjamkan alat elektronik pengukur panjang kerjanya.

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan tesis ini.

Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang tak disadari selama menjalani masa pendidikan. Penelitian ini mungkin masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan penelitian dan pengembangan ilmu di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan terutama di bidang konservasi gigi.

(8)

HALA}IAN PERNYATAAN PER*SETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKAI}EMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas bawah ini:

Program Studi: Ilmu Konservasi Gigi

NPM

:1006785300

Indonesia, saya yang bertanda tangan di

Nama : Olivia Sari Jenis

karya

: Tesis

Fakultas

: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen : Ilmu Konservasi Gigi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklu sif (Non-exclusive

Royatty-Free Riglzt) atas karya llmiah saya yang berjudul:

Perbandingan Hasil Pengukuran panjang

Kerja

Antara Dua sistem Alat Elektronik Dan Radiografik Terhadap Panjang Kerja Aktual

beserta perangkat yang ada

(ika

diperlukan). Dengan Hak

Noneksklusif

ini

Universitas Indonesia

berhak Bebas Royaltimenyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pe;nilik Hak Cipta

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal:26 November 2012 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Nama : Olivia Sari

Program Studi : Ilmu Konservasi Gigi

Judul : Perbandingan Hasil Pengukuran Panjang Kerja Antara

Dua Sistem Alat Elektronik Dan Radiografik Terhadap Panjang Kerja Aktual

Latar Belakang: Alat elektronik pengukur panjang kerja multifrekuensi adalah alat mutakhir yang datang setelah alat elektronik dua frekuensi. Tujuan Penelitian: Membandingkan ketepatan hasil pengukuran panjang kerja dua sistem alat elektronik tersebut dan radiografik terhadap panjang kerja aktual.

Metode: Empat puluh gigi anterior rahang atas atau rahang bawah dipotong pada daerah servikal gigi. Dari arah labial, gigi dironsen untuk mengukur panjang kerja radiografik. Kemudian Semua gigi diukur dengan alat elektronik dua frekuensi dan multifrekuensi. Kemudian gigi dibelah dua vertikal dan diukur panjang aktual gigi. Kemudian data dianalisis dengan uji statistik chi-square dan kolmogorov-smirnov. Hasil: Alat elektronik pengukur panjang kerja mempunyai ketepatan lebih baik dari radiografik dengan hasil berbeda bermakna.

Kesimpulan: Alat elektronik memiliki ketepatan lebih baik dari radiografik. Kata kunci: panjang kerja aktual, alat elektronik pengukur panjang kerja

(10)

ABSTRACT

Name : Olivia Sari

Study Programme : Ilmu Konservasi Gigi

Title : Comparative Study of two electronic measuring system

and digital radiographic in determining root canal working length

Background: Multifrequency Electronic root canal length measurement device is the one that comes after two frequencies based device. Objective: To compare the accuracy of the two electronic root canal length measurement device and

radiographic with the actual working length. Methods: Forty maxillary or mandibular anterior extracted teeth were sectioned at the cervical area. All samples were exposed with x-ray to measure radiographic working length. All samples then were measured with two frequencies and multifrequency electronic root canal length measurement device. To confirm the actual length of the teeth all samples were sectioned vertically. Then the data were analyzed by chi-square statistical test and the Kolmogorov-Smirnov. Results: Electronic root canal length measurement devices accuracy are better than radiographic with significantly different results. Conclusion: Electronic device has an accuracy of better than radiographic.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIA.... ...vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT ...ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

DAFTAR SINGKATAN ...xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...3

1.3. Tujuan Penelitian ...4

1.4. Manfaat Penelitian ...4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... .6

2.1. Perawatan Saluran Akar... 6

2.2. Anatomi Foramen Apikal...7

2.3. Teknik-teknik Pengukuran Panjang Kerja ...10

2.4. Radiografik sebagai Metode Pengukur Panjang Kerja...11

2.5. Gambaran Elektrikal Struktur Gigi...12

2.6. Alat Elektronik Pengukur Panjang Kerja...14

2.6.1 Alat Elektronik Berbasis Dua Frekuensi dengan Rasio Impedansi...16

2.6.2 Alat Elektronik Berbasis Multifrekuensi...18

(12)

BAB 3.KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS...21

3.1. Kerangka Konsep...21

3.2. Hipotesis...21

BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian...23 4.2. Tempat Penelitian...23 4.3. Waktu Penelitian...23 4.4. Variabel Penelitian...23 4.5. Definisi Operasional...23 4.6. Sampel Penelitian...25

4.7. Validitas dan Reliabilitas...25

4.8. Bahan dan Alat...26

4.9. Tahapan Kerja...26

4.9.1 Persiapan Sampel...26

4.9.2 Persiapan dan Pengukuran Foto Radiograf...27

4.9.3 Persiapan Penanaman sampel pada tabung...27

4.9.4 Pengukuran Panjang Kerja dengan Alat Elektronik...27

4.9.5 Pengukuran panjang aktual...27

4.9.6 Pengukuran Selisih panjang kerja...28

4.9.7 Analisis Data ...28

4.10 Alur Penelitian ...29

BAB 5 HASIL PENELITIAN ...30

BAB 6 PEMBAHASAN ...32

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN...36

7.1 Kesimpulan ...36

7.2 Saran ...36

DAFTAR PUSTAKA ...37

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Posisi foramen apikal...6

Gambar 2.2. Anatomi apeks akar...8

Gambar 2.3. Topografi konstriksi apikal ... 9

Gambar 2.4. Struktur gigi selama perawatan saluran akar dan konduktivitas listrik...13

Gambar 2.5. Kapasitansi gigi selama perawatan saluran akar...13

Gambar 2.6 Model elektronik gigi yang disederhanakan...14

Gambar 2.7 Skema Kerangka Teori...19

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep ...21

Gambar 4.1. Skema Alur Penelitian...29

Gambar 5.1 Diagram sebaran jumlah sampel pada tiap metode pengukuran panjang kerja dilihat dari panjang aktual(PA) ... 31

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel Uraian variabel penelitian ... 24

Tabel 5.1 Sebaran jumlah dan persentase sampel pada tiap metode pengukuran panjang kerja dilihat dari panjang aktual(PA)... 30

.Tabel 5.2 Uji Kemaknaan perbedaan pengukuran panjang kerja (mm) pada tiga metode pengukuran panjang kerja dengan panjang aktual ... 32

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi gambar pekerjaan penelitian... 40

(14)

Lampiran 3 Rekapitulasi hasil pengukuran panjang kerja dengan metode

(15)

DAFTAR SINGKATAN

PA panjang aktual

akt pengukuran panjang kerja aktual 2f alat elektronik dua frekuensi mf alat elektronik multifrekuensi

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perawatan saluran akar atau disebut pula perawatan endodontik adalah perawatan yang bertujuan untuk mengeliminasi bakteri yang ada di dalam saluran akar, mencegah pertumbuhan kembali mikroorganisme dan residu yang kemungkinan ada di dalam saluran akar. Prinsip utama terapi endodontik meliputi triad endodontik, yang terdiri atas preparasi akses, preparasi saluran akar berupa pembersihan dan pembentukan, dan pengisian saluran akar. Semuanya sangat penting dan saling berhubungan secara berkesinambungan, karena setiap tahap benar-benar harus dilakukan sebaik mungkin untuk mencapai kesembuhan.1

Secara umum disepakati bahwa prosedur perawatan saluran akar harus terbatas dalam sistem saluran akar.2 Keberhasilan bahkan dapat mencapai 90-94% apabila prosedur perawatan saluran akar dan pengisiannya dilakukan dalam sistem saluran akar. Oleh karena itu terminal sistem saluran harus diketahui dengan pasti untuk dapat menentukan panjang kerja dan menentukan batas instrumen yang akan masuk ke dalam saluran akar3

Metode yang sering digunakan untuk mengukur panjang kerja pada saluran akar adalah dengan metode radiografik dan elektronik.4 Radiograf adalah gambar yang dihasilkan pada permukaan radiosensitif, seperti sebuah film fotografi, oleh radiasi terutama oleh sinar-x melewati sebuah objek. Untuk mendapatkan gambaran radiografik diperlukan pesawat rontgen dengan ukuran yang cukup besar. Hasil pengukuran panjang kerja dengan radiograf memiliki keterbatasan karena ada distorsi dan pembesaran, memberikan gambaran dua dimensi dari struktur tiga dimensi sehingga gambar yang tampil kurang representatif.4 Selain itu radiasi sinar-x sendiri dapat membahayakan sel tubuh sehingga sedapat mungkin harus dihindari.5, 6,7Karena keterbatasan hasil metode radiografik maka diciptakan alat elektronik untuk pengukuran pajang kerja. Alat elektronik pengukur panjang kerja saluran akar mempunyai hasil pengukuran

(17)

yang lebih akurat dan jika penggunaannya dikombinasikan dengan hasil radiograf akan memberikan keakuratan yang lebih besar.4, 8

Alat elektronik pengukur panjang kerja digunakan untuk menentukan posisi foramen apikal sehingga dapat menentukan panjang ruang saluran akar. Asumsi fundamental alat elektronik pengukur panjang kerja ialah bahwa jaringan manusia memiliki karakteristik tertentu yang dapat dibuat modelnya dengan kombinasi komponen-komponen listrik. Oleh karena itu, dengan mengukur sifat elektrik yaitu resistensi, impedansi yang serupa sirkuit listrik, sejumlah sifat klinik (seperti posisi file) dapat diambil. Saluran akar yang dikelilingi oleh dentin dan sementum bersifat isolator terhadap arus listrik. Akan tetapi, pada foramen apikal minor, terdapat lubang kecil tempat beradanya bahan konduktif yang terhubung secara elektris dengan ligamen periodonsium sehingga merupakan konduktor bagi arus listrik.

Sejumlah alat elektronik telah dipasarkan sejak tahun 1962, namun demikian sebagian besar pabrik tidak menjelaskan cara kerja alat tersebut secara elektronik. Pemberian nama alat elektronik pengukur panjang kerja ini didasarkan pada generasi berdasarkan waktu dikeluarkannya alat9 atau menurut Nekoofar dkk pengelompokan alat berdasarkan cara kerja alat. Kategorisasi alat berdasarkan cara kerjanya dapat dikelompokkan menjadi alat yang berbasis resistensi, berbasis osilasi frekuensi rendah, berbasis frekuensi tinggi (berbasis kapasitansi), berbasis gradient voltase, berbasis dua frekuensi dengan selisih impedansi, berbasis dua frekuensi dengan rasio impedansi dan berbasis multifrekuensi.

Alat yang banyak digunakan saat ini adalah tipe alat berbasis dua frekuensi dengan rasio impedansi. Prinsip dasar pengoperasian alat dengan dua frekuensi dan membandingkan keduanya dapat menjelaskan mengapa tidak ada perbedaan signifikan dalam kemampuan alat mendeteksi konstriksi apikal pada akar dengan pulpa vital atau pada pulpa nekrosis dan atau berbagai irigan10. Selain itu, hal ini juga bisa menjelaskan mengapa alat ini tidak terpengaruh oleh adanya natrium hipoklorit dalam sistem saluran akar.

(18)

Alat berbasis dua frekuensi dengan rasio impedansi, memiliki keunggulan tidak terganggu adanya cairan elektrolit dalam saluran akar. Menurut penelitian Jenkins&Walker (2001) yang menguji keakuratannya dalam berbagai irigan melaporkan bahwa alat ini mampu mendeteksi foramen apikal ( dalam kisaran 0,4 mm) tanpa terganggu ada adanya cairan irigasi.10 Sedangkan menurut Plotino ketepatan alat ini dalam mengukur panjang kerja masih dalam kisaran + 0,5 mm dari konstriksi apikal.4

Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang kedokteran gigi, teknologi alat berbasis multifrekuensi tercipta untuk melengkapi kekurangan dari teknologi sebelumnya, yaitu alat ukur elektronik berbasis dua frekuensi dengan rasio impedansi. Alat yang menggunakan lima frekuensi berbeda ini akan mengukur kedua komponen ( fase dan amplitudo) impedansi di tiap frekuensi sehingga kemudian dapat diketahui diameter foramen apikal minor (konstriksi apikal). Alat generasi baru tersebut memiliki beberapa keuntungan yaitu lebih akurat pada pengukuran karena mengukur karakteristik impedansi menggunakan lebih dari dua frekuensi Saat ini, bereadar di pasaran alat elektronik berbasis multifrekuensi yang mempunyai harga yang sangat ekonomis. Akan tetapi masih belum banyak informasi mengenai keakuratannya dalam mengukur panjang kerja. Namun pada penelitian Plotino dkk4, 11 menunjukkan bahwa ketepatan alat dengan lima frekuensi adalah 100% kasus sedangkan alat dua frekuensi dengan rasio impedansi ketepatannya dapat mencapai 97,37%.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa pengukuran panjang kerja secara radiografik merupakan metode yang umum dilakukan oleh dokter gigi meskipun metode ini memiliki sejumlah keterbatasan seperti adanya distorsi dan pembesaran dan memberikan gambaran dua dimensi dari struktur tiga dimensi sehingga gambar yang tampil kurang representatif. Sebagai alternatif dapat digunakan alat pengukur panjang kerja elektronik. Alat ukur elektronik yang menggunakan dua frekuensi masih banyak digunakan meskipun ada alat terbaru

(19)

yang mempunyai sistem berbasis multifrekuensi. Dengan demikian maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan nilai pengukuran panjang kerja pada pengukuran antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan alat elektronik berbasis multifrekuensi terhadap panjang aktual?

2. Apakah ada perbedaan nilai pengukuran panjang kerja pada pengukuran antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan radiografik terhadap panjang aktual?

3. Apakah ada perbedaan nilai pengukuran panjang kerja pada pengukuran antara alat elektronik berbasis multifrekuensi dengan radiograf terhadap panjang aktual?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis perbedaan (selisih) pengukuran panjang kerja pada pengukuran antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan alat elektronik berbasis multifrekuensi terhadap panjang aktual 2. Menganalisis perbedaan (selisih) pengukuran panjang kerja pada

pengukuran antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan radiografik terhadap panjang aktual?

3. Menganalisis perbedaan (selisih) pengukuran panjang kerja pada pengukuran antara alat elektronik berbasis multifrekuensi dengan radiograf terhadap panjang aktual?

1.4 Manfaat Penelitian

o Sebagai acuan para endodontis dalam menentukan panjang kerja dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kedokteran gigi.

(20)

o Untuk memberikan informasi ilmiah tentang keakuratan alat elektronik pengukur panjang kerja, jika dibandingkan dengan metode radiografik

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Saluran Akar

Pembuangan seluruh jaringan pulpa, material nekrotik dan mikroorganisme dari saluran akar sangat penting bagi kesuksesan perawatan endodontik. 9. Adanya bakteri dan produknya dalam sistem saluran akar akan menyebabkan periodontitis apikalis. Esensi perawatan endodontik yaitu penghilangan antigen lewat penghilangan infeksi.2 Perawatan saluran bertujuan membuang mikroorganisme dari ruang pulpa dan pengisian kembali sistem saluran akar untuk mencegah reinfeksi. Perawatan endodontik rutin merupakan perawatan yang dapat diperkirakan keberhasilannya, kira-kira 95% untuk kasus pulpitis ireversibel dan dapat hingga 85% pada kasus gigi nekrotik12

Secara umum disepakati bahwa prosedur perawatan saluran akar harus terbatas dalam sistem saluran akar.2Keberhasilan bahkan dapat mencapai 90-94% apabila prosedur perawatan saluran akar dan pengisian saluran akar dilakukan dalam sistem saluran akar. Untuk mencapai tujuan ini, titik ujung sistem saluran akar, terminal saluran harus diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, salah satu perhatian utama pada perawatan saluran akar adalah menentukan seberapa jauh instrumen masuk ke saluran akar dan sampai titik mana preparasi dan pengisian saluran akar berakhir. Menurut Gordon & Chandler titik yang tepat bagi batas pengisian saluran akar adalah pertemuan dentin dan sementum dan tempat bertemunya pulpa dengan membran periodontal. Cementodentinal Junction (CDJ) adalah tanda anatomis dan histologis tempat ligamen periodonsium dimulai dan pulpa berakhir. Teknik preparasi saluran akar bertujuan untuk membuat potensi pertahanan alami antara isi saluran akar dan jaringan apikal. Lokasi anatomis konstriksi apikal tidak dapat ditentukan dengan tepat. Menurut sebuah penelitian SEM jaraknya dapat mencapai 3.8 mm dari apeks anatomis gigi. Karena itu,

(22)

Masalahnya, klinisi menghadapi tantangan bagaimana caranya mengidentifikasi konstriksi apikal dan mempersiapkan tanda ini, yang kemudian disebut dengan panjang kerja perawatan saluran akar dan meraih keberhasilan maksimal. Penelitian epidemiologis membuktikan bahwa prognosis terbaik adalah ketika pengisian akar berkisar 2 mm dari apeks radiografik. Variasi anatomi apeks gigi baik karena usia dan tipe gigi menjadikan pengidentifikasian tersebut lebih sulit ditentukan. Prognosis terbaik perawatan saluran akar adalah instrumentasi yang adekuat dan obturasi yang homogen ke konstriksi apikal. Prognosis terburuk untuk perawatan saluran akar adalah ketika instrumentasi dan pengisian melebihi konstriksi apikal. Prognosis terburuk kedua adalah ketika pengisian kurang berjarak 2 mm lebih dari konstriksi apikal.3

2.2 Anatomi Foramen Apikal

Untuk memahami konsep panjang kerja, diperlukan pemahaman tentang anatomi apeks. Menurut Kuttler, anatomi daerah apeks dapat berubah karena usia.13. Gambar 2.1 menunjukkan konsep apeks gigi (a), apeks pada usia muda (b) dan perubahan apeks karena terjadi deposisi jaringan keras (c)

Gbr 2.1 Posisi foramen apikal (diadaptasi dari Kuttler 1955). a.konsep apeks gigi. b.apeks pada usia muda. c.apeks pada usia lebih lanjut

(23)

Gbr.2. 2 Anatomi apeks akar (diadaptasi dari Kuttler 1955) 1.Apeks 2.Foramen apikal mayor .3.Foramen apikal minor (konstriksi apikal). 4. Jarak apeks ke foramen apikal mayor 5 Jarak antara foramen apikal mayor ke foramen apikal minor (konstriksi apikal)

Secara umum disepakati bahwa ada tiga aspek berbeda pada apeks yang harus diperhatikan. Gbr 2.2 adalah anatomi apeks akar yang terdiri dari apeks gigi (1), foramen apikal mayor(2)} , dan foramen apikal minor (3) atau yang disebut CDJ(Cemento Dentinal Junction) atau konstriksi apikal. Foramen apeks tidak selalu terletak pada apeks anatomis gigi. Foramen saluran akar utama dapat terletak pada salah satu sisi apeks anatomis, kadang-kadang jaraknya dapat mencapai 3 mm pada 50-98% akar.9, 13. Dummer dkk (1984) 14 melaporkan bahwa jarak rata-rata apeks ke foramen mayor (Gbr 2.2, no 4) adalah 0,38 mm dan jarak rata-rata apeks ke konstriksi apikal adalah 0,89 mm. Menurut Kuttler (1955) pusat foramen dapat berdeviasi karena usia yang disebabkan penebalan sementum apikal. Deviasi itu dapat mencapai 76% dari seluruh sampel, terbanyak pada akar mesial molar RB (96%) dan terkecil pada kaninus RB (55%).Deviasi juga terjadi lebih sering pada sampel gigi posterior lebih banyak dibandingkan sampel gigi anterior (masing-masing 81 % dan 66%).15 Jarak rata-rata antara foramen mayor dan apeks anatomis adalah 0,99mm, terbesar pada gigi posterior 1,10 mm dan terkecil pada gigi anterior sebesar 0,73 mm. Jarak rata-rata terbesar ditemukan pada gigi premolar (1,38 mm) dan jarak terkecil ditemukan pada gigi insisif RA (0,54 mm).15

(24)

yang kecil dan kondisi penyembuhan yang optimal.3 9Lokasi konstriksi apikal bervariasi antara satu akar dengan akar yang lain dan hubungannya ke CDJ juga bervariasi dan CDJ sangat tidak beraturan dan dapat lebih tinggi hingga 3 mm pada satu dinding akar, jika dibandingkan dinding sebelahnya.9 Radiografik dapat memberikan perkiraan struktur histologis ini dan meskipun secara klinis memungkinkan, rata-rata digunakan untuk menentukan letak konstriksi apikal dari apeks anatomis atau apeks radiografik yang dapat menyebabkan overfiling atau underfiling.

Menggunakan nilai rata-rata penelitian anatomis dan menggunakan asumsi bahwa CDJ terletak pada konstriksi apikal telah menyebabkan penentuan panjang kerja adalah 1-2 mm lebih pendek dari apeks anatomis seperti terlihat di radiograf. Dummer dkk (1984)14 mengklasifikasikan konstriksi apikal menjadi empat tipe berbeda dan berspekulasi bahwa dengan asumsi ini akan menyebabkan preparasi kurang di tipe B dan preparasi berlebih pada tipe D

Gbr.2.3 Topografi konstriksi apikal (dari Dummer dkk, 1984)

Pengukuran yang didasarkan hanya dari panjang akar radiografis dan bukan dari panjang saluran akan menyebabkan bahan pengisi saluran akar keluar melebihi foramen apikal dan masuk ke jaringan periapeks.16 Fakta ini harus diingat ketika menentukan panjang saluran akar saat melakukan terapi saluran akar. Radiograf dengan pengetahuan anatomis, sensasi taktil dan pengamatan yang tajam untuk cairan jaringan darah pada instrument dan paper point akan membantu memodifikasi jarak.16

(25)

2.3 Teknik-teknik Pengukuran Panjang Kerja

1. Sensasi taktil, meskipun berguna pada tangan yang pengalaman, tetap memiliki keterbatasan. Variasi anatomis lokasi konstriksi apikal , ukuran, tipe gigi dan usia pasien membuat pengukuran panjang kerja tidak reliable. Pada sejumlah kasus, saluran akar, sklerosis atau konstriksi rusak karena resorpsi inflamasi. Seidberg dkk (1975) 9 menemukan bahwa diantara klinisi berpengalaman, hanya 60% yang dapat menunjukkan lokasi konstriksi apikal dengan sensasi taktil9. Persentasenya meningkat sebesar 75% apabila saluran akar telah dilakukan preflaring.9

2. Penentuan panjang kerja dengan radiografik telah digunakan bertahun-tahun dan telah diajadikan standar penentuan panjang kerja. Apeks pada radiografik adalah ujung anatomis akar seperti terlihat pada radiograf, sedangkan foramen apikal adalah daerah di saluran akar tempat saluran meninggalkan permukaan akar, yang berhubungan langsung dengan ligament periodontal. Saat foramen apikal keluar ke sisi akar sebelah bukal atau lingual, foramen apikal menjadi sulit untuk dilihat pada radiograf. Tulang kompak dan struktur anatomis menyebabkan visualisasi file saluran akar tidak mungkin dilihat di apeks. Tumpang tindih zygomatic arch juga dapat mengganggu pembacaan radiograf apeks molar pertama dan kedua atas. Deposisi dentin sekunder dan sementum dapat menggeser konstriksi apikal dari batas yang biasa menyebabkan kesalahan preparasi. Gambar radiograf merupakan gambar dua dimensi dari struktur tiga dimensi sehingga interpretasi gambar radiograf bersifat teknik sensitif.9, 17 Penggunaan radiograf menemui keterbatasan seperti pasien terhadap radiasi, misalnya pada wanita hamil dan pasien pascaterapi radiasi. Penggunaan radiograf pada pengukuran panjang kerja juga dapat menemui kesalahan karena adanya resorpsi akar, misalnya pada resorpsi fisiologis akar gigi sulung atau resorpsi patologis pada kelainan periapeks.18 Seringkali radiograf diagnostik sulit dilakukan pada pasien anak karena

(26)

3. Inovasi dalam perawatan saluran akar adalah berkembang dan diproduksinya alat elektronik untuk mendeteksi ujung terminal saluran akar. Fungsinya berdasrkan fakta bahwa konduktivitas listrik pada jaringan di sekitar apeks akar lebih besar daripada konduktivitas dalam sistem saluran akar, apakah saluran akar itu kering atau terisi cairan nonkonduktif.

4. Inovasi lain pengukuran panjang kerja endodontik adalah Cone-Beam

Computed Tomography (CBCT). Dari pengukuran, CBCT memiliki hasil

pengukuran sama dengan EAL (koefisien korelasi Pearson berkisar 0,904 sampai 0,968). Penelitian prospektif di masa mendatang harus dapat menilai apabila dan kapan radiografi intraoral untuk mengukur panjang kerja dapat dihindari ketika CBCT dapat digunakan.19

2.4 Radiografik Sebagai Metode Pengukur Panjang Kerja

Penggunaan sinar-X merupakan bagian integral kedokteran gigi klinik. Oleh karena itu, radiograf merupakan rujukan bagi dokter gigi sebagai alat diagnostik utama. Secara tradisional, gambar radiografik dihasilkan oleh sinar-x yang melintas sebuah obyek (pasien) dan berinteraksi dengan emulsi fotografik pada sebuah film, yang menghasilkan daerah kehitaman pada film. Film secara bertahap mulai digantikan oleh sensor digital dengan gambar yang ditampilkan dalam komputer. Bagian sensor pada gambar digital yang ditumbuk oleh sinar-x akan tampak hitam pada gambar yang dihasilkan komputer itu. Banyaknya emulsi atau gambar pada monitor komputer yang menghitam itu bergantung pada jumlah sinar-x yang dapat mencapai film atau sensor (reseptor gambar), yaitu tergantung pada densitas obyek. Warna hitam atau radiolusen berarti daerah tersebut ditumbuk sinar X tanpa berhenti sama sekali. Daerah abu-abu menunjukkan bahwa sinar X sempat berhenti untuk beberapa saat. Sedangkan daerah berwarna putih atau radiopak berarti obyek telah berhasil menghentikan tumbukan sinar-x.7

Bentuk, densitas dan ketebalan jaringan pasien, khususnya jaringan keras akan memengaruhi gambaran radiografik. Oleh karena itu, ketika melihat gambar radiograf dua dimensi, klinisi harus mempertimbangkan juga anatomi tiga dimensi

(27)

yang memengaruhi gambar tersebut. Keterbatasan gambar dua dimensi pada radiograf oleh karena itu akan menyebabkan satu bagian akan saling tumpang tindih dengan struktur anatomi lain.

Alat ronsen dental merupakan mesin penghasil sinar-x yang terdiri dari kepala tabung, lengan dan panel kontrol yang kemudian akan diterima oleh reseptor gambar. Reseptor gambar digunakan untuk mengenali sinar x. Ada beberapa jenis reseptor gambar, yaitu film radiografik yang sudah digunakan sejak lama sebagai reseptor gambar dan masih digunakan sampai saat ini dan reseptor digital.7 Secara umum, kualitas gambar yang dihasilkan adalah sama.20 dan telah dibuktikan dalam penelitan Yoshiura dkk, 1998.21 Keuntungan radiografi digital adalah radiasi yang lebih kecil, kecepatan dalam memperoleh gambar, dapat dilakukan peningkatan kualitas gambar, dapat disimpan di komputer dan merupakan sistem yang tidak memerlukan proses kimiawi. Sedangkan kerugiannya adalah biaya tinggi dan kesulitan menyimpan sensor.20

Pada bidang endodontik, radiograf memiliki sejumlah fungsi penting yaitu sebagai alat diagnosis adanya perubahan jaringan keras gigi dan struktur periradikular, penentu jumlah, lokasi, bentuk, ukuran dan arah akar dan saluran akar dan memerkirakan dan memastikan panjang saluran akar.20 Pengukuran panjang kerja pada perawatan endodontik menurut menurut cara radiograf adalah mengurangi 1 mm dari apeks.22

Sedapat mungkin harus didapatkan gambar radiograf yang paling baik. Ada dua teknik yang umum dilakukan untuk memperoleh radiograf pada bidang endodontik, yaitu teknik biseksi dan paralel. Keuntungan teknik paralel adalah visualisasi gambar yang lebih baik dan memungkinkannya diperoleh foto dengan sudut yang sama. Hal ini dapat menjadi pembanding apabila diperlukan radiograf selanjutnya. .20

(28)

Saluran akar dikelilingi oleh dentin dan sementum yang bersifat isolator terhadap arus listrik.Tetapi, pada foramen apikal minor, ada sebuah lubang kecil tempat bahan konduktif dalam saluran akar terhubung secara elektris dengan ligamen periodonsium yang merupakan konduktor bagi arus listrik. Material resistif saluran akar (dentin, jaringan dan cairan) dengan resistivitas khusus membentuk resistor, yang nilainya tergantung pada panjang, area potongan melintang dan resistivitas bahan—bahan tersebut (Gbr 2.4). Apabila sebuah file endodontik masuk menyusuri saluran akar dan mencapai terminal saluran akar, resistensi antara ujung instrumen dan bagian apikal saluran akar turun , karena panjang efektif material resistif dalam saluran akar (l pada gambar 2.4) menurun

Gbr 2.4 Struktur gigi selama perawatan saluran akar dan konduktivitas listrik dan resistensi model.2

Sebagaimana sifat resistif, struktur gigi memiliki juga karakteristik kapasitif. Anggaplah bahwa file, dengan area permukaan spesifik, menjadi satu sisi kapasitor dan material konduktif (dalam hal ini ligamen periodonsium) di luar dentin menjadi lempeng lain kapasitor tersebut. Jaringan dan cairan dalam saluran akar, sementum dan dentin saluran akar dapat dianggap sebagai separator (pemisah) dua lempeng konduktif tersebut dan dapat menentukan konstanta

dielektrik,ε. Struktur ini membentuk kapasitor, namun lebih kompleks dari pada

(29)

Gbr. 2.5 Kapasitansi gigi selama perawatan saluran akar

Gbr.2.6 Model elektronik gigi yang disederhanakan23

Struktur elektrik saluran akar lebih rumit daripada elemen resistif dan kapasitif yang digambarkan di atas dan contoh-contoh tersebut bukan sesuatu yang mudah.23 Meredith& Gulabivala rmengemukakan model sirkuit yang meniru sistem saluran akar dan jaringan periapeks. Mereka menemukan bahwa saluran akar merupakan jaringan elektrik yang kompleks dengan elemen-elemen resistif dan kapasitf. Sirkuit tersebut juga menunjukkan karakteristik impedansi yang memiliki komponen resistif dan kapasitif seri dan paralel dengan model yang disederhanakan seperti di gambar 2.6.

2.6 Alat Elektronik Pengukur Panjang Kerja

Asumsi fundamental alat elektronik pengukur panjang kerja ialah bahwa jaringan manusia memiliki karakteristik tertentu yang dapat dibuat modelnya dengan kombinasi komponen-komponen listrik. Oleh karena itu,

(30)

Custer (1918) memperkenalkan alat listrik untuk menentukan terminal saluran akar yang berdasarkan fakta bahwa konduktivitas listrik jaringan di sekitar apeks akar lebih besar daripada konduktivitas di dalam sistem saluran akar, yang berada di daerah koronal terminal saluran akar. Custer mencatat bahwa perbedaan dalam nilai konduktivitas ini dapat diketahui lebih mudah apabila saluran akar kering atau hanya terisi sedikit cairan semikonduktif seperti alkohol. Dengan kata lain, ia menemukan bahwa resistensi listrik, dekat dengan foramen lebih rendah dari daerah koronal saluran akar. Karena itu Custer meletakkan posisi ‘foramen’ dengan memberikan voltase antara ‘alveolus di depan apeks akar’ dan ‘broach di dalam pulpa’ dan mengukur nilai arus listrik (dengan sebuah milammeter). Pada percobaan pionirnya, menggunakan teknologi saat itu, sirkuit listrik Custer memiliki tiga ‘dry cells’: milammeter, elektroda negatif dan elektroda positif. Ketika sirkuit disambungkan, voltase positif kecil diberikan pada ‘broach’yang kemudian dimasukkan ke dalam ‘pulpa’ dan perlahan dimasukkan ke dalam. Saat ‘broach’ mencapai foramen, sebagai akibat peningkatan konduktivitas listrik, arus listrik bertambah dan sebagai konsekuensi’pergerakan pasti pada jari telunjuk’ ammeter dapat terlihat. Custer (1918) menyimpulkan bahwa pergerakan ini, yang proporsional terhadap arus listrik dan juga konduktivitas elektrik, merupakan panduan yang reliable untuk menunjukkan posisi relatif broach terhadap ‘apical foramen’.Kemudian, Suzuki (1942)23, 24 pada penelitian eksperimentalnya pada iontoforesis di gigi anjing menunjukkan bahwa resistensi listrik antara instrumen saluran akar yang dimasukkan ke dalam saluran dan elektroda yang dikenakan pada membran mukosa mulut menunjukkan nilai konsisten.

Berdasarkan temuan Suzuki, Sunada (1962)25 melaporkan bahwa nilai spesifik resistensi akan menentukan posisi terminal saluran akar. Ia menyatakan bahwa ketika ujung instrumen endodontik mencapai membran periodontal lewat foramen apikal, resistensi apikal antara instrumen dan membran mukosa mulut kira-kira sama dengan 6,5 kΩ. Ia juga menyatakan jika reamer perforasi keluar dinding saluran atau lantai kamar pulpa dan mencapai membran periodontal, resistensi elektrik antara membran mukosa dan membran periodontal terperforasi hampir sama nilainya dengan resistensi yang ditunjukkan pada apeks. Pada penelitian in vivo pertamanya, Sunada (1962) menggunakan mikroammeter

(31)

sederhana untuk mengukur panjang 71 saluran akar. Mikro-ammeter tersebut memiliki dua elektroda, satu melekat pada membran mukosa mulut dan yang lain ke instrumen endodontik yang diposisikan dalam saluran akar; resistensi diukur ketika ujung instrumen endodontik terletak pada apex (panjang gigi sudah diketahui dengan menggunakan kawat yang telah diukur dan sinar-x) resistensi membran periodontal dihitung dengan membagi voltase oleh nilai arus yang diukur alat. Dengan kata lain, dentin, email dan sementum adalah isolator listrik, jaringan lunak termasuk ligament periodontal adalah konduktor. Alat tersebut membentuk sirkuit dalam mulut yang berasal dari alat, berjalan lewat file endodontik lewat probe yang terkait, dan menyusur turun saluran akar keluar foramen dan masuk ke ligament periodontal. Sirkuit berlanjut lewat mukosa mulut pasien dan melengkapi sirkuit dengan berjalan ke clip bibir yang tersambung juga ke alat lewat kawat balik. Sunada (1962) juga melaporkan bahwa usia pasien, tipe atau bentuk gigi dan diameter saluran tidak berpengaruh pada hasil pembacaan alat. Nilai rata-rata resistensi sirkuit antara terminal saluran dan clip bibir adalah 6,5 kΩ.

Sejumlah alat elektronik telah dipasarkan sejak tahun 1962, sayangnya sebagian besar pabrik tidak menjelaskan cara kerja alat tersebut secara elektronik. Pemberian nama alat elektronik pengukur panjang kerja ini didasarkan pada generasi berdasarkan waktu dikeluarkannya alat9 atau menurut Nekoofar dkk pengelompokan alat berdasarkan cara kerja alat.

2.6.1 Alat Elektronik Berbasis Dua Frekuensi dengan Rasio Impedansi

Pada alat ukur elektronik berbasis rasio impedansi, sumber AC adalah lagi sumber dua frekuensi yaitu arus yang terdiri dari dua gelombang sinus dengan frekuensi tinggi dan frekuensi rendah (fH dan fL). Impedansi model diukur pada setiap frekuensi dan posisi file ditentukan dari rasio atara kedua impedansi :

(32)

Kobayashi & Suda 26membuktikan bahwa rasio tersebut memiliki nilai pasti yang ditetukan oleh frekuensi yang digunakan dan bahwa rasio menunjukkan lokasi ujung file dalam saluran akar. Hasil bagi dari dua impedansi nilainya mendekati 1 ketika ujung file tersebut agak jauh dari ujung saluran akar.Ketika file tersebut tidak di foramen apikal minor, jarak atara kedua lempeng kapasitansi model adalah tinggi. Jadi sesuai persamaan pada gambar 2.5, besaran kapasitansi dapat diabaikan. Oleh karena itu, rasio persamaan akan berubah menjadi sebuah rasio dari dua nilai resistensi setara yang cenderung mendekati 1. Tetapi,pada posisi dekat dengan ujung saluran akar, karakteristik kapasitif impedansi mulai muncul. Pengaruh kapasitansi pada impedansi secara keseluruhan adalah proporsional dengan pengukuran seperti yang ditunjukkan pada persamaan di atas. Pada frekuensi tinggi (fH), keseluruhan nilai impedansi akan jauh lebih rendah dari pada

frekuensi rendah (fL). Itu berarti, pada konstriksi apikal rasio cenderung menuju

nilai kecil 26, bagaimanapun, fenomena ini terkait dengan morfologi konstriksi tersebut.

Rasio pada persamaan tidak tergantung akan adanya cairan elektrolit dalam saluran akar. Hal ini karena perubahan bahan elektrolit, yang merupakan perubahan pada konstanta dielektrik (ε pada persamaan di gambar 3), akan memengaruhi seimbang antara pembilang dan penyebut pada persamaan di atas, dan karenanya rasio akhir masih akan tetap konstan. Konsep ini mendasari pengengembangan Root ZX®(J.Morita Co, Kyoto, Jepang), alat ukur elektronik komersial berbasis rasio pertama (Kobayashi 1995). Prinsip dasar pengoperasian alat ini dapat menjelaskan mengapa tidak ada perbedaan signifikan dalam kemampuan alat mendeteksi konstriksi apikal pada akar dengan pulpa vital atau pada pulpa nekrosis (Dunlap dkk 1998 dalam Nekoofar,2006) dan atau berbagai irigan10. Secara keseluruhan, Root ZX® akurat sebesar 82,3% dalam kisaran jarak 0,5 mm dari konstriksi apikal. Selain itu, hal ini juga bisa menjelaskan mengapa alat ini tidak terpengaruh oleh adanya natrium hipoklorit dalam sistem saluran akar26. Ounsi & Naaman (1999)27 dalam sebuah penelitian ex vivo melaporkan bahwa Root ZX tidak mampu mendeteksi konstriksi apikal dan seharusnya hanya digunakan untuk mendeteksi foramen mayor. Hoer dan Attin (2004)28 juga menunjukkan bahwa penggunaaan rasio impedansi tidak menghasilkan ketepatan

(33)

penentuan konstriksi apikal, tetapi hanya di regio antara foramen apikal minor dan mayor. Pada penelitian mereka, penentuan konstriksi apikal dengan tepat hanya berhasil pada 51-64,3% saluran akar, meskipun kemungkinan menentukan area antara foramen apikal minor dan mayor adalah sekitar 81 hingga 82,4% kasus. Tetapi Shabahang dkk 29 menunjukkan bahwa ketika toleransi kesalahan + 0,5 mm, Root ZX® dapat menentukan lokasi foramen pada 96,2% kasus. Menurut Gordon dkk, alat ukur elektronik yang menggunakan dua frekuensi dengan perbandingan impedansi ini masih termasuk dalam generasi ketiga.

2.6.2 Alat Elektronik Berbasis Multifrekuensi

Beberapa upaya dilakukan untuk lebih meningkatkan keakuratan alat ukur elektronik ini. Salah satu konsep lain adalah untuk mengukur karakteristik impedansi menggunakan lebih dari dua frekuensi. Pada Endo Analyzer ®8005 (Analytic Endodontics, Sybron Dental, Orange, CA, USA) dan AFA Apex Finder® 7005(Analytic Endodontics) digunakan 5 frekuensi berbeda dan alat tersebut mengukur komponen-komponen (fase dan amplitudo) impedansi di setiap frekuensi.Gambaran ini kemudian dianalisis dengan sebuah prosedur untuk menentukan lokasi diameter (konstriksi) minor.11 Prinsip alat ini sebetulnya mirip dengan Alat ukur elektronik berbasis rasio impedansi. Alat ini mendeteksi ujung saluran akar dengan menentukan perubahan tiba-tiba pada karakteristik dominan (kapasitif atau resistif) impedansi. Welk dkk (2003) membandingkan keakuratan alat ukur elektronik berbasis rasio impedansi (Root ZX®) dan Endo Analyzer® dan menemukan bawa jarak rata-rata antara ujung saluran akar yang diketahui dengan alat elektronik dan diameter minor adalah 1,03 untuk Endo Analyzer® dan 0,19 mm untuk Root ZX®; kemampuan alat tersebut dalam menentukan lokasi konstriksi apikal adalah berturut-turut 34,4% dan 90,7% kasus. Pommer dkk (2002)30 mengevaluasi efek vitalitas pulpa terhadap keakuratan Apex Finder® 7005 dan melaporkan bahwa perbedaan antara pengukuran pulpa vital dan nekrotik berbeda signifikan dan menyimpulkan bahwa AFA Apex Finder® lebih

(34)

2.7 Kerangka Teori

Berdasarkan uraian di atas disusun kerangka teori sebagai berikut

Gambar 2.7 Skema kerangka teori

Perawatan Saluran Akar

Preparasi Akses Preparasi Saluran Akar -Teknik preparasi -Cairan Irigasi

-Instrumen Preparasi Saluran Akar -Bahan instrumen Preparasi Saluran Akar - Metode pengukuran Panjang Kerja

Pengisian Saluran Akar

- Teknik gutaperca padat - Teknik gutaperca dilunakkan

Metode Pengukuran Panjang Kerja - sensasi taktil - radiografik - konvensional - digital -elektronik - Berbasis resistensi

- Berbasis Osilasi frekuensi rendah - Berbasis frekuensi tinggi - Berbasis 2 frekuensi, perbedaan

impedansi

- Berbasis 2 frekuensi, rasio impedansi

- Multifrekuensi

- Cone Beam Computed Tomography

(35)

Pada perawatan saluran akar berlaku triad endodontik ntuk mencapai keberhasilan perawatan; yaitu preparasi akses, preparasi saluran akar dan pengisian saluran akar. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat preparasi saluran akar yaitu: teknik preparasi, cairan irigasi, instrumen preparasi, bahan instrumen preparasi dan pengukuran panjang kerja.

Beberapa metode yang biasa digunakan dalam mengukur panjang kerja perawatan saluran akar adalah metode sensasi taktil, radiografik, elektronik, dan pemakaian cone beam computed tomography. Dari metode yang ada tersebut, digunakan metode pengukur dengan alat elektronik pengukur panjang kerja yang berbasis dua frekuensi dengan rasio impedansi dan membandingkannya dengan alat yang berbasis multifrekuensi. Pengukuran dengan radiograf juga dilakukan untuk mendukung pengukuran dengan metode elektronik.

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Skema penelitian penentuan panjang kerja

Pengukuran panjang kerja dilakukan dengan dua jenis alat elektronik berbeda sistem kerja, kemudian diukur panjang secara radiograf. Setelah itu dilakukan pengukuran panjang kerja aktual. Semua hasil pengukuran dengan ketiga metode pengukur panjang kerja dikurangi dengan pengukuran panjang kerja aktual disebut selisih panjang kerja

3.2 Hipotesis

1. Tidak terdapat perbedaan hasil pengukuran panjang kerja pada pengukuran antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan alat elektronik berbasis multifrekuensi terhadap panjang kerja aktual

2. Terdapat perbedaan hasil pengukuran panjang kerja pada pengukuran antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan radiografik terhadap panjang kerja aktual

Selisih Panjang kerja Pengukuran panjang kerja

saluran akar:

Alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi

Alat elektronik berbasis multi- frekuensi Radiograf

Panjang kerja

(37)

3. Terdapat perbedaan hasil pengukuran panjang kerja pada pengukuran antara alat elektronik berbasis multifrekuensi dengan radiografik terhadap panjang kerja aktual

(38)

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Deskriptif laboratorik

4.2 Tempat Penelitian

Klinik Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

4.3 Waktu Penelitian

September 2012

4.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas:

Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi

Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik berbasis multifrekuensi Pengukuran panjang kerja secara radiografik

Pengukuran panjang aktual gigi

Variabel terikat: Selisih Panjang kerja

4.5 Definisi Operasional

Deskripsi variabel penelitian (variabel bebas dan variabel terikat) dengan deskripsi, skala, dan cara pengukuran dijelaskan dalam tabel berikut :

(39)

Tabel 4.1 Uraian variabel penelitian

Variabel Deskripsi Skala Cara Pengukuran

Variabel bebas Alat pengukur panjang kerja berbasis dua frekuensi rasio impedansi

Suatu alat elektronik yang mempunyai sistem kerja berbasis dua frekuensi rasio impedansi. Pada penelitian ini digunakan Root ZX. mini.

Numerik File K#15 dimasukkan ke dalam saluran akar sampai tanda 0,0 kemudian ditarik ke tanda 0,5. Nilai pengukuran didapat bila nilai tersebut bertahan hingga + 5 detik.File ditahan di tempatnya menggunakan stopper . Panjang saluran akar diukur menggunakan endoblock. Alat pengukur panjang kerja berbasis multifrekuensi

Suatu alat elektronik untuk mengukur letak konstriksi apikal, menggunakan sistem multifrekuensi. Pada penelitian ini digunakan Woodpex I

Numerik File K#15 dimasukkan ke dalam saluran akar sampai tanda 0,0 kemudian ditarik ke tanda 0,5. Nilai pengukuran didapat bila nilai tersebut bertahan hingga + 5 detik.File ditahan di tempatnya menggunakan stopper . Panjang saluran akar diukur menggunakan

endoblock. panjang kerja

dengan radiograf

panjang kerja yang didapat dengan menggunakan radiografik

Numerik Gigi diletakkan dalam arah labiolingual pada film, difiksasi dengan selotip. Dengan menggunakan film holder, diambil foto radiograf gigi sampel. Setelah ada radiografnya, panjang gigi diukur dari titik acuan ke apeks. Panjang radiograf adalah nilai yang didapat dikurangi 1,0 mm panjang kerja

aktual gigi

panjang kerja yang didapat dengan pemeriksaan visual

Numerik Gigi dibelah dua searah sumbu panjang gigi. Di bawah lup pembesaran 3x diukur panjang gigi dari titik acuan ke konstriksi apikal

(40)

4.6 Sampel Penelitian

Mengacu pada Rules Of Thumb dalam menentukan besar sampel

penelitian, maka pada penelitian ini digunakan 40 gigi ekstraksi manusia sebagai sampel penelitian. Jenis sampel adalah limbah kedokteran gigi berupa gigi anterior rahang atas atau bawah manusia yang telah diekstraksi (etika kedokteran dalam penelitian) dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

• Gigi anterior rahang atas atau rahang bawah

• Gigi dengan jumlah akar 1 dan saluran akar lurus.

• Ujung apeks gigi telah tertutup sempurna dan tidak ada defek pada akar gigi.

Sedangkan kriteria eksklusinya:

• Gigi dengan akar bengkok.

• Gigi dengan akar ganda.

• Gigi dengan penutupan apeks yang belum sempurna dan disertai adanya defek pada permukaan akar.

4.7 Validitas dan Reliabilitas

Dilakukan kalibrasi alat ukur agar hasil yang diperoleh dapat menjadi akurat, kalibrasi pengamat dan operator jika dilakukan oleh lebih dari 1 orang (penyamaan persepsi, teknik pengukuran pada penggunaan alat dan penyesuaian antaroperator dan pengamat). Setelah dilakukan kalibrasi, dilakukan uji coba terlebih dahulu.

Variabel Terikat

Selisih Panjang Kerja

Panjang yang terukur dari konstriksi apikal ke ujung file hasil pengukuran

dengan alat elektronik atau selisih panjang pengukuran radiograf dengan panjang kerja aktual

kategorik Skor selisih panjang kerja - <0,5 mm (lebih pendek dari panjang kerjaaktual - + 0,5 mm (mendekati panjang kerjaaktual) - >0,5 mm (lebih panjang dari panjang kerja aktual)

(41)

Tujuannya agar hasil penelitian memiliki konsistensi yang sama (reliabilitas) antar operator maupun pengamat memiliki kesamaan hasil pengukuran walaupun dilakukan beberapa kali, jika terdapat perbedaan hasil, maka perbedaan tersebut tidak lebih dari 10%. Oleh karena itu sebelum dilakukan penelitian maka uji validitas dan reliabilitas harus dilakukan.

4.8 Bahan dan Alat 4.8.1 Bahan

Gigi anterior permanen rahang atas atau bawah yang telah diekstraksi Larutan salin Natrium Klorida 0,9% (Widatra Bhakti)

Spons

Tabung plastik Kapas steril

File K #10, #15 (Dentsply, Mailefer) Carbarondum disc

4.8.2 Alat

Alat pengukur panjang kerja Root ZX mini( J.Morita Mfg Corp)

Alat pengukur panjang kerja Woodpex I(GuilinWoodpecker Medical Instrument Co.Lt)

Alat Rӧntgen (Soredex) Lup pembesaran 3x Henpis kecepatan tinggi Henpis kecepatan rendah

Komputer dengan perangkat DIGORA® Endoblock (Diadent)

4.9 Tahapan Kerja 4.9.1 Persiapan Sampel

(42)

Gigi-gigi yang telah memenuhi persyaratan inklusi penelitian dipotong tegak lurus sumbu gigi pada daerah servikal dengan menggunakan carbarondum disc dan handpiece low speed. Lalu gigi diberi nomor dan siap untuk diberi perlakuan.

4.9.2 Persiapan dan pengukuran foto radiograf

Seluruh gigi sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi sampel dan dipotong hingga batas serviknya diletakkan pada film dalam arah bukolingual kemudian difiksasi dengan selotip. Dengan film holder, diambil foto radiograf gigi sampel. Film kemudian diolah dengan Digora for Windows versi 2,5

Setelah didapatkan panjang gigi dari titik acuan ke apeks, ditentukan panjang kerja, yaitu dengan mengurangi 1,0 mm dari nilai terukur.

4.9.3 Persiapan penanaman sampel pada tabung

Gigi sampel yang akan diukur panjang salurannya ditanam dalam tabung plastik kecil yang diisi dengan spons dan diisi larutan NaCl 0,9% hingga spons basah

4.9.4 Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik

Seluruh gigi sampel diirigasi dengan larutan NaCl 0,9% kemudian dikeringkan dengan kapas steril. Gigi ditanam dalam spons larutan NaCl 0,9% kemudian klip bibir ditanam pula dalam spons NaCl 0,9% tersebut. Pengukuran panjang kerja dilakukan dengan alat elektronik dua frekuensi rasio impedansi. Setelah file K #15 dijepit dengan file holder, file masuk ke dalam saluran akar sampai terdengar bunyi beep yang menetap sekurangnya lima detik. Pada tanda tersebut dicatat berapa panjang saluran akar gigi tersebut. Pengukuran dilakukan dengan endoblock. Perlakuan yang sama dilakukan juga dengan alat elektronik multifrekuensi.

4.9.5 Pengukuran panjang aktual

Setelah semua gigi sampel diberi perlakuan untuk pengukuran radiografik dan alat elektronik, gigi dibelah longitudinal untuk mengukur panjang kerja aktual

(43)

saluran akar. Panjang kerja aktual saluran akar diukur dari titik acuan ke foramen apikal minor (konstriksi apikal) dengan file K #15. Pengukuran dilakukan dengan endoblock. Pengamatan dilakukan di bawah lup pembesaran 3x.

4.9.6 Pengukuran Selisih Panjang Kerja

Setiap gigi sampel yang telah diukur panjang kerja dengan alat elektronik dua frekuensi, multifrekuensi dan panjang kerja radiograf dibandingkan dengan panjang kerja aktualnya. Caranya adalah dengan mengurangkan Panjang Kerja aktual dengan panjang kerja secara elektronik dan panjang kerja radiograf. Pada akhirnya diperoleh selisih panjang kerja alat elektronik dua frekuensi dengan panjang kerja aktual , selisih panjang kerja alat elektronik multifrekuensi dengan panjang kerja aktual dan panjang kerja radiograf dengan selisih panjang kerja aktual. Hasil positif menunjukkan alat elektronik atau radiograf melebihi panjang kerja aktual. Sebaliknya, hasil negatif menunjukkan pengukuran alat elektronik atau radiograf tidak mencapai panjang kerja aktual

4.9.7 Analisis Data

Dari data yang ada maka hasil penilaian tersebut termasuk dalam skala pengukuran kategorik 3 kelompok tidak berpasangan dengan tipe uji hipotesis komparatif. Untuk menentukan perbedaan antara pengukuran ketiga kelompok uji dilakukan analisis statistik Chi-squaredengan batas kemaknaan p<0,05

(44)

4.10 Alur Penelitian

Gambar 4.1 Skema Alur penelitian

Pemilihan sampel 40 gigi anterior, akar tunggal

Rendam dalam larutan salin

Pengukuran panjang radiografik dengan Digora

Gigi sampel ditempatkan pada tabung plastik kecil yang telah terisi spons dan larutan NaCl 0,9%

Analisis Data

Pengukuran panjang kerja aktual gigi dengan lup pembesaran 3x Gigi dibelah longitudinal untuk mengamati posisi

konstriksi apikal

Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik berbasis multifrekuensi Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik berbasis dua frekuensi

rasio impedansi

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Untuk menilai ketepatan panjang kerja maka panjang kerja aktual digunakan sebagai panjang kerja acuan yang kemudian dihitung selisih pengukuran masing-masing metode pengukuran dengan panjang aktualnya. Hasil uji dari ketiga kelompok dianalisis dengan analisis komparatif chi-square dan untuk uji kemaknaan setiap kelompok dianalisis dengan analisis komparatif kolmogorov-smirnov. Sebaran jumlah dan persentase sampel pengukuran alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi, alat elektronik berbasis multifrekuensi dan pengukuran radiografik dapat dilihat pada tabel 5.1

Keakuratan penentuan lokasi konstriksi apikal dengan alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi terdapat pada sebanyak 20 sampel dari 40 sampel (50%) dan pada alat elektronik berbasis multifrekuensi terdapat sebanyak 19 sampel dari 40 sampel (47,5%) sedangkan pengukuran dengan radiograf hanya 5%.

Tabel 5.1 Sebaran jumlah dan persentase sampel pada tiap metode pengukuran panjang kerja dilihat dari panjang aktual(PA)

Metode Lebih pendek dari PA (<0,5mm)

Mendekati PA ( + 0,5mm )

Lebih panjang dari PA (>0,5 ,mm) Total n % n % n % n % Alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi 1 2,5 20 50 19 47,5 40 100 Alat elektronik berbasis multifrekuensi 3 7,5 19 47,5 18 45 40 100 Radiografik 1 2,5 2 5 37 92,5 40 100 *uji chi-square

(46)

Gambar 5.1 Diagram sebaran jumlah sampel pada tiap metode pengukuran panjang kerja dilihat dari panjang aktual(PA)

Pada table 5.2 Uji statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap 2 kelompok, nilai kemaknaan (p) antara kelompok alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dan alat elektronik berbasis multifrekuensi adalah 1,000 (p>0,05) Hasil tersebut menggambarkan bahwa kedua kelompok tdak mempunyai nilai perbedaan yang bermakna. Sedangkan apabila kedua kelompok alat eketronik dibandingkan dengan radiograf terdapat nilai perbedaan yang bermakna.

Tabel 5.2 Uji Kemaknaan perbedaan pengukuran panjang kerja (mm) pada tiga metode pengukuran panjang kerja dengan panjang aktual

Metode Pengukuran Nilai P

2f vs Mf 1,00

2f vs Radiograf 0,00*

Mf vs Radiograf 0,01*

(47)

BAB 6 PEMBAHASAN

Untuk mempermudah pengujian pada penelitian ini digunakan gigi anterior sebagai sampel karena memiliki akar tunggal dan memungkinkan keseragaman sampel. Agar kondisi sampel sesuai dengan keadaan biologis seperti dalam mulut maka sampel direndam dalam larutan salin. Untuk memudahkan menentukan titik acuan maka sebelum memulai pengukuran gigi sampel dipotong tegak lurus sumbu gigi di daerah servikal.31 Jumlah sampel yang digunakan

mengacu pada Rules of Thumb yang menyarankan penggunaan sampel

sekurangnya 40 sampel. Rules of Thumb adalah metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel pada uji non-parametrik atau uji multivariat, yaitu bila pada sampel tidak diberikan perlakuan. Besar sampel amat bervariasi dengan besar yang memadai berkisar 10-50 kali jumlah variabel bebas. Maka, pada penelitian yang menggunakan empat kelompok variabel bebas, jumlah keseluruhan adalah empat puluh.32

Untuk menggambarkan situasi klinis pada penelitian ini sampel direndam dalam spons dan larutan salin agar memiliki sifat serupa dengan tulang alveolar dan cairannya. 17, 33 Selain itu Huang menyimpulkan bahwa prinsip kerja alat elektronik pengukur panjang kerja adalah pada sifat elektrik gigi. 34 Oleh karena itu sampel harus ditanam dalam medium yang memiliki resistensi elektrik yang serupa dengan periodonsium, meskipun pada sejumlah penelitian lain menggunakan alginate untuk meniru jaringan pendukung gigi17, 18

Pada penelitian ini digunakan konstriksi apikal sebagai acuan pengukuran panjang aktual karena konstriksi apikal merupakan titik ideal batas akhir preparasi dan pengisian saluran akar dan pada pembelahan gigi posisi anatomisnya dapat terlihat.2 Lokasi konstriksi apikal ini kemudian menjadi titik nol untuk mengetahui selisih pengukuran dengan beberapa metode pengukur lain pada penelitian ini, yaitu dua sistem alat elektronik pengukur panjang kerja dan radiografik. Seberapa besar penyimpangan yang terukur dikelompokkan dalam

(48)

tiga skor yaitu skor + 0,5 mm (mendekati PA), skor <0,5mm (lebih pendek dari PA) atau skor > 0,5 mm (lebih panjang dari PA).17

Pengukuran secara radiografik dilakukan dengan teknik paralel, yaitu teknik yang menggunakan film holder dalam pengambilan gambar.Keuntungan teknik paralel adalah visualisasi gambar yang lebih baik dan memungkinkannya diperoleh foto dengan sudut yang sama. Hal ini dapat menjadi pembanding apabila diperlukan radiograf selanjutnya 20 dan pada penelitian ini menjadi teknik untuk penyeragaman sampel.

Pengukuran dengan metode radiograf adalah mengukur jarak antara titik acuan ke apeks. Lokasi konstriksi apikal atau dalam hal ini PA diperoleh dengan mengurangi 1 mm dari nilai terukur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vieyra (2010) yang menyatakan bahwa letak konstriksi apikal ada pada posisi 1 mm dari ujung apeks radiografik.

Pengukuran dengan alat elektronik menggunakan file K nomor 10 atau 15 karena dengan file dengan nomor tersebut peneliti sudah mampu merasakan sensasi taktil maksimum,23 hal ini didukung pula dengan penelitian lain yang menyatakan tidak ada hubungan antara antara ukuran file dengan ketepatan pengukuran alat elektronik. Namun demikian, sebaiknya dipilih file dengan ukuran optimal karena ukuran file yang semakin besar akan menyulitkan akses ke saluran akar.23

Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik diset menggunakan konstriksi apikal sebagai batas apikal pengukuran.11, 31Salah satu masalah menggunakan konstriksi apikal sebagai parameter pengukuran elektronik, menurut sejumlah peneliti, adalah kedalaman struktur tersebut tidaklah seragam dan anatomi daerah apeks bervariasi dari satu apeks ke apeks lain. 31 Pabrik pembuat alat elektronik pengukur panjang kerja selalu menyatakan bahwa alat ini dapat mendeteksi konstriksi abpikal. Kemampuan alat elektronik dua frekuensi rasio impedansi berhasil mengukur panjang gigi dengan keakuratannya sampai dengan 53-74%22atau56,7% menurut penelitian Javidi dkk(2009).35 Alat elektronik pengukur panjang kerja modern (berbasis dua frekuensi maupun multifrekuensi) merupakan alat yang tidak dipengaruhi adanya pulpa, pus atau cairan irigasi. Namun, dari hasil penelitian ini, alat elektronik tidak dapat

(49)

diandalkan seratus persen. Kemungkinan penyebabnya yaitu, bentuk saluran akar dan ukuran foramen apikal.9 Ketiadaan patensi, akumulasi debris dentin dan kalsifikasi dapat memengaruhi keakuratan penentuan panjang kerja dengan alat elektronik. Pembesaran saluran akar yang biasa dilakukan dengan teknik preparasi crown down akan memengaruhi keakuratan. Patensi saluran akar juga memengaruhi keakuratan karena debris dentin akan menghentikan resistensi listrik antara bagian dalam saluran akar dan ligamen periodonsium. Oleh karena itu rekapitulasi dan irigasi akan memberikan keakuratan pembacaan.

Ukuran foramen apikal juga memengaruhi pengukuran panjang kerja. Ukuran apikal besar akan cenderung memberikan pengukuran lebih pendek secara elektronik.9

Pada pengukuran Panjang Aktual diperlukan ketelitian sehingga digunakan dua pengamat untuk memastikan lokasi konstriksi apikal. Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan dengan pembuangan jaringan sepertiga apeks dan pengamatan dengan lup pembesaran 3x. Setelah pengukuran antarpengamat dihitung, hasilnya dirata-rata untuk memperoleh nilai panjang aktual.

Data hasil penelitian diuji dengan uji hipotesis komparatif Chi-square karena skala pengukuran pada penelitian ini adalah kategorik. Dengan uji Chi-square dapat diketahui sebaran data namun uji kemaknaan perbedaan belum dapat dilakukan karena ada nilai expected count kurang dari 5 lebih dari 33% maka uji hipotesis dilakukan dengan uji Kolmogorov smirnov.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat elektronik dua impedansi mencapai ketepatan 50% pada posisi di konstriksi apikal dan multifrekuensi dapat mencapai 47,5% sedangkan radiografik hanya mencapai 5%. Karena beragamnya sumber gigi sampel pada penelitian ini maka variasi sampel cukup beragam dan tidak dapat diketahui umur gigi tersebut saat dicabut. Gigi dengan usia lebih tua telah mengalami penebalan sementum. Akibatnya, ditemui gigi dengan foramen apikal mayor tidak selalu terletak pada apeks dan akan menyebabkan kesalahan dalam menentukan konstriksi apikal pada penggunaan metode radiograf. Hasil

(50)

(2011) yang mengamati ketepatan radiografik digital adalah sebesar 64,9% dengan variasi + 1 mm dari pengukuran aktual atau hanya 2,7% yang persis sama dengan pengukuran aktual apabila menggunakan variasi +0,5 mm. Hasil keakuratan alat elektronik pada penelitian ini pun cukup rendah apabila dibandingkan penelitian dengan alat yang sama. Kemungkinan penyebabnya adalah metode pengukuran panjang aktual yang berbeda. Dengan pembelahan gigi seperti yang dilakukan pada penelitian ini maka lokasi konstriksi apikal diketahui lebih tepat.

Apabila ketiga kelompok dibandingkan maka perbedaan kemaknaan terdapat antara alat elektronik dua frekuensi dengan radiografik dan alat elektronik multifrekuensi dengan radiografik, sedangkan apabila kedua alat elekronik dibandingkan tidak terdapat perbedaan bermakna (tabel 5.2).

(51)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

1. Pengukuran panjang kerja saluran akar dengan kedua jenis alat elektronik menghasilan ketepatan pengukuran sesuai dengan panjang kerja aktual. 2. Panjang kerja saluran akar secara radiografik menunjukkan perbedaan

yang signifikan dengan panjang aktual.

7.2 SARAN

1. Perlu penyamaan persepsi antarpengamat sebelum pemeriksaan panjang aktual, dilanjutkan penyamaan persepsi apabila terjadi perbedaan pengukuran yang terlalu besar antara pengamat kesatu dan kedua

2. Perlu pelebaran saluran akar daerah koronal untuk menghasilkan ketepatan pengukuran alat elektronik lebih baik

3. Perlu penelitian lanjutan alat elektronik pengukur panjang kerja dalam kondisi in vivo

(52)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hession R. Long-term evaluation of endodontic treatment: anatomy,

instrumentation, obturation-- the endodontic practice triad. International Endodontic Journal 1981;14:179-84.

2. Nekoofar M, Ghandi M, Hayes S, Dummer P. The Fundamental operating

principles of electronic root canal length measurement devices. International Endodontic Journal 2006;39:595-609.

3. Ricucci D, Langeland K. Apical limit of root canal instrumentation and

obturation part2. A histological study. International Endodontic Journal 1998;31399-409.

4. Plotino G, Grande N, Brigante L, Lesti B, Somma F. Ex vivo accuracy of three electronic apex locators: Root ZX, Elements Diagnostic Unit and Apex Locator and ProPex. 2006;39:408-14.

5. Nurcandra N. Apa sich manfaat dan bahaya sinar-x di dunia medis??

6. White S, Pharoah MJ. Radiobiology. Oral Radiology: principles and

interpretation6ed. St Louis, Missouri: Mosby Elsevier; 2009. p. 18-30.

7. Whaite E. The biological effects and risks associated with x-rays. Essentials of Dental Radiography and Radiology4th ed. London: Churchill Livingstone Elsevier; 2007. p. 29-33.

8. Dimitrov S, Dimitur R. Sixth Generation Adaptive Apex Locator. Journal of IMAB-Annual Proceeding (Scientific Papers) 2009.

9. Gordon M, Chandler N. Electronic apex locators. International Endodontic

Journal 2004;37:425-37.

10. Jenkins JA, Walker Iii WA, Schindler WG, Flores CM. An In Vitro Evaluation of the Accuracy of the Root ZX in the Presence of Various Irrigants. Journal of Endodontics 2001;27(3):209-11.

11. Welk AR, Baumgartner JC, Marshall JG. An In Vivo Comparison of Two

Frequency-based Electronic Apex Locators. Journal of Endodontics 2003;29(8):497-500.

12. Peters O, Peters C. Cleaning and Shaping of the Root Canal System. In: Cohen S HK, editor. Pathways of the Pulp. 9 ed. St. Louis, Missouri: Mosby; 2006. p. 291.

13. Kuttler Y. Microscopic investigation of root apexes. J Am Dent Assoc

1955;50:544-52.

14. Dummer P, McGinn J, Rees D. The position and topography of the apical canal construction and apical foramen. International Endodontic Journal 1984;17:192-98.

15. Blaskovic-Subat V, Maricic B, Sutalo J. Asymmetry of the root canal foramen. International Endodontic Journal 1992;25:158-64.

16. Ricucci D. Apical Limit of Root Canal Instrumentation and obturation part1. Literature Review. International Endodontic Journal 1998;31:384-93.

Gambar

Gambar 2.7 Skema kerangka teori  Perawatan Saluran Akar
Gambar 3.1 Skema penelitian penentuan panjang kerja
Tabel 4.1 Uraian variabel penelitian
Gambar 4.1 Skema Alur penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan studi kasus pada CV Padilla yang bergerak dalam produksi gym wear dan sport wear, yang bertujuan untuk menganalisis sistem pembelian bahan baku

[r]

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan perencanaan dan simulasi penempatan Menara BTS pada BTS menggunakan metode Quantum-behaved Particle Swarm

Hasil tersebut telah menjawab hipotesis dalam penelitian ini yang sebelumnya telah disebutkan bahwa pemberian treatment berupa pelatihan komunikasi interpersonal

Menurut Akhyar, buku Orientalisme Edward Said telah melahirkan kegelisahan dan kekhawatiran sekaligus pencerahan dalam berbagai disiplin ilmiah seperti cultural studies,

Pada 14 tanaman obat yang diinventarisasi, dilakukan penelusuran pustaka berkaitan dengan informasi tambahan tanaman obat antara lain nama daerah, nama ilmiah,

Izzun Nahdiyah, 08410026, Hubungan antara Body Image dengan Kepuasan Hidup pada Remaja yang Mengalami Obesitas di Komunitas KAGUMI (Ikatan Wanita Gemuk Indonesia),

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.' Tulisan ini mengemukakan hasil