• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kesiapan Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan Sistem Informasi. diantara Lembaga Keuangan Mikro Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Kesiapan Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan Sistem Informasi. diantara Lembaga Keuangan Mikro Syariah"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pengaruh Kesiapan Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan Sistem Informasi diantara Lembaga Keuangan Mikro Syariah

Skripsi

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Sistem Informasi

Disusun oleh:

LUQMAN ISYRAQI LAZUARDI 1113093000034

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRAK

Luqman Isyraqi Lazuardi – 1113093000034. Pengaruh Kesiapan Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan Sistem Informasi diantara Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Dibawah bimbingan Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis dan A’ang Subyiakto, M.Kom.

Keberhasilan penerapan sistem informasi (SI) dipengaruhi oleh penerimaan sistem tersebut oleh penggunanya. Disisi lain, kesiapan pengguna terhadap penerapan SI akan mempengaruhi penerimaanya. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) saat ini telah memanfaatkan SI, namun tidak berjalan dengan maksimal dan dianggap sebagai permasalahan oleh beberapa peneliti. Hal tersebut menyebabkan terhambatnya kinerja operasional LKMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh kesiapan penerimaan pengguna terhadap penerapan SI pada lingkup LKMS. Model yang digunakan adalah Technology Readiness and Acceptance Model (TRAM). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multi-stage purposive sampling. Proses analisis menggunakan pendekatan Partial Least Square-Structural Equation Model (PLS-SEM) dengan SmartPLS 3.0. Hasilnya, tujuh hipotesis yang diajukan diterima dan tiga lainnya ditolak. Optimisme (optimism) dan inovasi (innovativeness) memiliki pengaruh signifikan untuk mendorong penerapan SI. Di sisi lain, rasa ketidaknyamanan (discomfort) cenderung menjadi penghambat. Pada faktor ketidakamanan (insecurity), tidak ditemukan pengaruh terhadap penerapan SI. Hasil ini bersifat umum berdasarkan berbagai latar belakang pengguna sistem, dan tidak berfokus pada segmentasi kelompok usia, tingkat pendidikan, jabatan, pengalaman bekerja, dan jenis kelamin. Dengan demikian, hasil ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan pemanfaatan SI pada lingkup LKMS, khususnya di Indonesia.

Kata Kunci : Kesiapan Pengguna, Penerimaan Sistem Informasi, Penerapan Sistem Informasi, Partial Least Square-Structural Equation Model.

V Bab + xv Halaman + 106 Halaman + 16 Gambar + 8 Tabel + Daftar Pustaka + Lampiran

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim, puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho dan karunia-Nya. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia.

Alhamdulillah hirabbil alamin, telah terselesaikannya skripsi dengan judul “Pengaruh Kesiapan Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan Sistem Informasi diantara Lembaga Keuangan Mikro Syariah”. Penelitian serta penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang turut memberikan bantuan dalam prosesnya. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi.

3. Ibu Meinarini Catur Utami, MT selaku Sekretaris Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi.

4. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan baik secara moral maupun teknis selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas waktu yang diberikan selama masa bimbingan pengerjaan skripsi ini.

(7)

vii

5. Bapak A’ang Subiyakto, M.Kom sebagai Dosen Pembimbing II yang tidak lelah untuk membimbing, memotivasi, dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk waktu, tenaga, dukungan, arahan, saran, dan kritikan yang membangun agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu kedua orang tuaku yang terkasih, yang telah memberikan dukungan moral dan selalu mendoakan.

8. Aini Tiara, yang telah memberikan doa, dukungan mental, dan telah menemani dan mendengar keluh kesah, serta canda dan tawa dalam menghibur dikala penyelesaian skripsi ini terasa berat.

9. Sahabat KPLK yang telah menemani dan menjadi keluarga hampir 7 tahun lamanya, dengan setia memberikan doa dan semangat serta canda tawa.

10. Laki & BK Squad (Dwi, Toyib, Bani, Adil, Rendra, Ibnu, Iqbal, Sandi, Dante) 11. ISDM Research group dibawah naungan bapak A’ang Subiyakto M.Kom, (Kak

Nana, Hersy, Bella, Prima, Ryo, Tris, Faizal, Putra, Fauzan, dll). Terimakasih karena telah menjadi teman seperjuangan menghadapi skripsi dan saling bahu-membahu.

12. Keluarga besar Sistem Informasi 2013, terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasama selama ini.

13. Pengurus dan Pegawai LKMS yang telah bersedia membantu dengan menjadi responden penelitian skripsi ini.

(8)

viii

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Pendahuluan ... 1

1.2 Latar Belakang ... 1

1.3 Perumusan Masalah... 5

1.4 Tujuan dan Sasaran Penelitian ... 6

1.5 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.6 Metodologi Penelitian ... 8

1.7 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 9

1.8 Manfaat Penelitian... 10

1.9 Conceptual & Operational Definition ... 10

1.10 Sistematika Penulisan ... 11

1.11 Ringkasan ... 12

BAB II : LANDASAN TEORI ... 14

(10)

x

2.2 Sistem Informasi ... 14

2.2.1. Konsep Dasar Sistem Informasi ... 14

2.3 Kesiapan ... 17

2.3.1. Konsep Dasar Kesiapan ... 17

2.3.2. Faktor-Faktor Kesiapan ... 18

2.3.3. Bentuk Kesiapan ... 19

2.4 Technology Readiness ... 19

2.4.1. Technology Readiness Index (TRI) ... 19

2.4.2. Dimensi Technology Readiness Index ... 20

2.4.3. Tingkat Kategori Technology Readiness Index... 21

2.5 Penerimaan Sistem Informasi... 23

2.6 Technology Acceptance Model (TAM) ... 24

2.6.1. Konsep Technology Acceptance Model ... 24

2.7 Technology Readiness and Acceptance Model (TRAM) ... 25

2.7.1. Konsep TRAM ... 25

2.8 Pengukuran, Penilaian, dan Analisis ... 27

2.8.1. Pengertian Pengukuran... 27

2.8.2. Pengertian Penilaian ... 27

2.8.3. Pengertian Analisis... 28

2.9 Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) ... 28

2.9.1. Konsep LKMS ... 28

2.9.2. Jenis LKMS ... 29

2.10 Metode Pengumpulan Data ... 30

(11)

xi

2.10.2. Wawancara ... 31

2.10.3. Kuesioner ... 32

2.10.4. Studi Pustaka ... 33

2.11 Skala Likert ... 33

2.12 Populasi dan Teknik Sampling ... 34

2.12.1. Pengertian Populasi ... 34

2.12.2. Pengertian Sampel ... 34

2.12.3. Jenis-Jenis Sampling ... 34

2.13 Partial Least Square Structural Equetion Modeling (PLS-SEM) ... 36

2.13.1. Konsep PLS-SEM ... 36

2.13.2. Evaluasi Model Pengukuran ... 38

2.13.3. Evaluasi Model Struktural... 39

2.14 Kajian Penelitian Sejenis ... 41

2.14.1. Ringkasan Penelitian Sejenis ... 46

2.15 Model Penelitian ... 51

2.15.1. Penyusunan Model Penelitian ... 51

2.16 Ringkasan ... 56

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 57

3.1 Pendahuluan ... 57

3.2 Pendekatan Penelitian ... 57

3.3 Prosedur Penelitian ... 58

3.4 Sampel Penelitian ... 59

3.5 Instrumen Penelitian ... 60

(12)

xii

3.7 Analisis dan Interpretasi Data ... 64

3.8 Ringkasan ... 65

BAB IV : HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI... 66

4.1 Pendahuluan ... 66

4.2 Hasil Analisis ... 66

4.2.1. Hasil Aalisis Demografis ... 66

4.2.2. Hasil Analisis Pengukuran Model ... 70

4.2.3. Hasil Struktur Model ... 76

4.3 Interpretasi Hasil dan Pembahasan ... 82

4.3.1. Interpretasi Hasil dan Pembahasan Analisis Data Demografis ... 82

4.3.2. Interpretasi Hasil dan Pembahasan Hasil Pengukuran Model ... 83

4.3.3. Interpretasi Hasil dan Pembahasan Hasil Struktural Model ... 84

4.4 Ringkasan ... 92

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Pendahuluan ... 94 5.2 Kesimpulan... 94 5.3 Keterbatasan Penelitian ... 97 5.4 Saran ... 97 5.5 Ringkasan ... 99 DAFTAR PUSTAKA ... 100

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Penelitian ... 9

Gambar 2.1 Komponen Sistem Informasi ... 16

Gambar 2.2 TAM ... 24

Gambar 2.3 TRAM ... 26

Gambar 2.4 LKM ... 29

Gambar 2.5 Komponen PLS-SEM ... 40

Gambar 2.6 Model Penelitian ... 53

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 58

Gambar 4.1 Diagram Jenis Kelamin Responden ... 67

Gambar 4.2 Diagram Usia Responden ... 68

Gambar 4.3 Diagram Pendidikan Responden... 68

Gambar 4.4 Diagram Kemampuan Penggunaan Komputer ... 69

Gambar 4.5 Diagram Pengalaman Kerja ... 70

Gambar 4.6 Hasil Analisis dengan SmartPLS ... 73

Gambar 4.7 Hasil Analisis Path Coefficient ... 81

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Conceptual & Operational Definition ... 10

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 50

Tabel 2.2 Refrensi Indikator ... 53

Tabel 3.1 Indikator dan Pertanyaan ... 60

Tabel 4.1 Hasil Analisis Pengukuran Model ... 74

Tabel 4.2 Discrimant Validity ... 76

Tabel 4.3 Hasil Analisis Struktural Model... 80

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum pelaksanaan penelitian, meliputi: latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, pertanyaan penelitian, metodologi, ruang lingkup dan batasan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan. Sub-bab tersebut selanjutnya akan dipaparkan dalam bab ini dan diakhiri dengan ringkasan bab.

1.2 Latar Belakang

Perkembangan teknologi, khususnya sistem informasi (SI) pada saat ini sudah mengglobal. SI tidak lagi dipandang hanya sebagai pelengkap, tetapi sudah menjadi pendukung utama dalam proses bisnis yang ada pada suatu organisasi (Sutabri, 2012). Penerapan SI pada organisasi didasari oleh kebutuhan informasi yang berkualitas. Dengan adanya informasi yang berkualitas, organisasi akan mampu menciptakan keputusan strategis yang baik agar memperoleh keunggulan kompetitif dalam bersaing (Handayani, 2007).

Pandangan atas pentingnya SI dapat dilihat dari penerapannya di berbagai jenis organisasi seperti perbankan, asuransi, industri manufaktur, pendidikan, perhotelan, dan retail (Sutabri, 2012). Dengan diterapkannya SI pada berbagai jenis organisasi, hal tersebut berpengaruh terhadap beragam jenis SI seperti, sistem infromasi keuangan, sistem informasi akademik, sistem informasi sumber

(16)

2

daya manusia, sistem informasi pemasaran, sistem informasi manufaktur, dan lainnya (Mulyanto, 2009).

Meskipun penerapan SI akan membawa keuntungan bagi organisasi, menurut Subiyakto dan Ahlan (2014) serta Putra et al (2016), organisasi harus terlebih dahulu berhasil dalam menerapkannya. Selanjutnya mereka juga menyatakan bahwa penerapan SI merupakan tantangan bagi organisasi sebelum organisasi tersebut memperoleh manfaatnya. Dampak dari tidak berhasilnya penerapan SI akan menimbulkan kerugian finansial serta dapat mempengaruhi operasional bisnis organisasi tersebut (Xu et al, 2010). Menurut Goodhue (1995), keberhasilan penerapan SI pada organisasi tergantung bagaimana sistem itu dijalankan oleh para pemakainya. Penerapan SI akan menghadapi banyak masalah jika tidak adanya komitmen dari anggota organisasi (Huda et al, 2017). Manusia sebagai pengguna sistem merupakan salah satu bagian penting dalam komponen SI (Mulyanto, 2009; Sutabri, 2012), sehingga pengguna sistem merupakan hal yang harus diperhatikan organisasi dalam penerapan SI. Pendapat lain yang menyatakan hal serupa adalah Nerkar dan Shane (2007) yang mengatakan bahwa dalam proses adopsi SI terdapat beberapa dimensi yang menjadi faktor dan harus diperhatikan seperti inventor, user, legal system, dan institusion.

Fokus terhadap pengguna sistem bukan hanya dikemukakan pada penelitian yang dilakukan Nekrar dan Shane. Parasuraman (2000) berpendapat bahwa langkah pertama yang harus dilakukan dalam implementasi teknologi adalah mengetahui kesiapan pengguna dalam menerima teknologi tersebut. Menurutnya setiap orang bisa menjadi pengguna teknologi, namun cara

(17)

3

mengimplementasikannya tergantung pada derajat kesiapan seseorang dalam menerima teknologi tersebut tersebut. Parasuraman menghasilkan model untuk mengetahui sejauh mana seseorang siap menggunakan sebuah teknologi, yang dinamakan Technology Readiness Index (TRI). Terdapat empat faktor yang dianggap berpengaruh dalam kesiapan menggunakan teknologi yaitu, optimisme (optimism) dan rasa inovatif (innovatifness) sebagai faktor pendorong, selanjutnya, ketidaknyamanan (discomfort), dan rasa tidak aman (insecurity) sebagai faktor penghambat. Parasuraman memberikan tiga kategori pada hasil pengukuran Technology Readiness Index, yaitu Low Technology Readiness, Medium Technology, dan High Technology Readiness.

Dengan didefinisikannya skala tingkat kesiapan pada Technology Readiness Index (TRI), metode ini dapat dipakai oleh segala bentuk organisasi yang sedang atau akan menghadapi isu serupa (Rachmawati, 2010). Disisi lain, walaupun secara umum TRI telah mampu memberikan indeks tingkat kesiapan dalam menerapkan SI/TI, namun belum menjelaskan bagaimana pengaruh tingkat kesiapan pengguna terhadap penerapan SI (Lin et al, 2007). Technology Readiness and Acceptance Model (TRAM) yang dikemukakan oleh Lin et al (2007) adalah model yang diadaptasi dari Technology Readiness Index (TRI) dan Technology Acceptance Model (TAM). Adaptasi TRI dan TAM juga dilakukan oleh penelitian lain untuk mengukur dan menganalisa pengaruh kesiapan pengguna terhadap penerimaan SI pada berbagai objek dan jenis organisasi (Walczuch & Streukens, 2007; Lin et al, 2011; Edrogmus & Esen, 2011; Aisyah et al, 2014; Basgoze, 2015; Hallikainen & Laukkanen, 2016). Dari apa yang telah

(18)

4

dilakukan beberapa penelitian sebelumnya pada beberapa objek penelitian, terdapat perbedaan hasil temuan. Beberapa hasil temuan juga memiliki perbedaan dengan pernyataan Parasuraman terkait dengan faktor pendorong maupun penghambat dalam penerapan SI. Meskipun terdapat beberapa perbedaan, secara garis besar kecenderungan sikap pengguna dalam menggunakan SI akan mencerminkan kesiapan pengguna mampu beradaptasi dalam memanfaatkan SI. Hal itu akan berimplikasi terhadap penerimaan SI, kepuasan pengguna, dan keberhasilan penerapan SI dalam suatu organisasi (Lazuardi, 2013; Hallikainen & Laukkanen, 2016). Dari pernyataan tersebut, disimpulkan bahwa penerapan SI oleh organisasi tidak terlepas dari kesiapan individu pemakai (user) dan penerimaan terhadap sistem itu sendiri.

Sehubungan dengan beberapa penjabaran diatas tentang penerapan sistem informasi, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) turut serta menerapkan SI. Penerapan sistem informasi pada LKMS juga ditujukan dalam membantu proses operasional serta manajerial guna meningkatkan performa serta keunggulan kompetitif (Rusydiana & Devi, 2013). Salah satu contoh bentuk penerapan sistem informasi pada LKMS adalah dengan terdapatnya sistem informasi keuangan syariah seperti AKSIOMA dan Arium sharia banking.

Meskipun penerapan sistem informasi pada LKMS telah dilakukan, beberapa peneliti menyatakan bahwa penerapan sistem informasi dan teknologi informasi pada LKMS tidak berjalan dengan maksimal dan dianggap sebagai permasalahan yang berdampak pada kinjerja organisasi (Nazwirman, 2008; Apriandi & Findi, 2013; Rusydiana & Devi, 2013; Darwanto, 2014; Pramuka et

(19)

5

al, 2015). Jika dihubungkan dengan beberapa penjabaran pada paragraf-paragraf sebelumnya tentang faktor pengguna sistem dengan penerapan SI dapat diasumsikan bahwa tidak maksimalnya penerapan SI pada LKMS tidak terlepas dari kesiapan pemakai dan penerimaan sistem itu sendiri.

Berdasarkan apa yang telah dijabarkan diatas, dapat diambil beberapa poin penting, diantaranya adalah faktor penting pengguna sistem dalam penerapan SI, serta permasalahan penerapan SI pada sektor LKMS yang berdampak pada terhambatnya kinjerja organisasi. Poin penting lainnya adalah masih terdapat peluang untuk melakukan penelitian terkait pengaruh kesiapan penerimaan pengguna terhadap penerapan SI pada objek organisasi yang berbeda dari penelitian sebelumnya dan menggunakan konstruk TRI 2.0. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. Dari apa yang telah dijabarkan pada paragraf-paragraf sebelumya dan poin-poin diatas, hal tersebut menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Pengukuran Pengaruh Kesiapan Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan Sistem Informasi diantara Lembaga Keuangan Mikro Syariah.

1.3 Perumusan Masalah

Seperti halnya organisasi lain, LKMS pada saat ini juga memanfaatkan SI dengan tujuan mendukung proses operasional serta manajerial. Meskipun penerapan SI pada LKMS telah dilakukan, beberapa peneliti menyatakan bahwa penerapan sistem informasi dan teknologi informasi pada LKMS tidak berjalan dengan maksimal dan dianggap sebagai permasalahan yang berdampak pada

(20)

6

terhambatnya kinerja organisasi. Jika dihubungkan dengan beberapa kajian penelitian terdahulu, diasumsikan bahwa tidak maksimalnya penerapan sistem informasi pada LKMS tidak bisa dipisahkan dari kesiapan penerimaan pengguna terhadap penerapan SI. Oleh karena itu, penting untuk diketahuinya pengaruh kesiapan penerimaan pengguna terhadap penerapan sistem informasi pada LKMS. Hal tersebut menarik untuk dilakukannya penelitian terkait pengukuran pengaruh kesiapan penerimaan pengguna terhadap penerapan SI dalam lingkup LKMS.

1.4 Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah :

1) Mengukur pengaruh kesiapan penerimaan pengguna terhadap penerapan sistem informasi.

Merujuk pada tujuan penelitian diatas, sasaran pelaksanaan penelitian ini adalah:

1) Diketahuinya pengaruh kesiapan penerimaan terhadap penerapan sistem informasi pada lingkup LKMS berdasarkan prespektif pengguna sistem dan model penelitian yang digunakan.

1.5 Pertanyaan Penelitian

Merujuk dari tujuan penelitian dan sasaran penelitian, maka dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(21)

7

1) Apakah Optimism (OPT) berpengaruh signifikan positif terhadap Perceived Usefulness (PU)?

2) Apakah Innovatveness (INN) berpengaruh signifikan positif terhadap Perceived Usefulness (PU)?

3) Apakah Discomfort (DIS) berpengaruh signifikan negatif terhadap Perceived Usefulness (PU)?

4) Apakah Insecurity (INS) berpengaruh signifikan negatif terhadap Perceived Usefulness (PU)?

5) Apakah Optimism (OPT) berpengaruh signifikan positif terhadap Perceived Ease of Use (PEU)?

6) Apakah Innovatveness (INN) berpengaruh signifikan positif terhadap Perceived Ease of Use (PEU)?

7) Apakah Discomfort (DIS) berpengaruh signifikan negatif terhadap Perceived Ease of Use (PEU)?

8) Apakah Insecurity (INS) berpengaruh signifikan negatif terhadap Perceived Ease of Use (PEU)?

9) Apakah Perceived Usefulness (PU) berpengaruh signifikan positif terhadap Intention to Use (ITU)?

10) Apakah Perceived Ease of Use (PEU) berpengaruh positif signifikan terhadap Intention to Use (ITU)?

(22)

8 1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : kajian pustaka, perancangan penelitian, pembuatan instrumen penelitian, pengumpulan data, analisis data, interpretasi data, dan pembuatan laporan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan model yang digunakan diadopsi dari Technology Readiness Acceptance Model (TRAM) (Lin et al, 2007). Peneliti menjabarkan 10 hipotesis penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kuesioner yang digunakan dirancang berdasarkan indikator TRI 2.0 dan TAM dengan 5 skala Likert (Likert, 1932; Nazir, 2003). Responden yang terlibat pada penelitian ini adalah pengurus dan pegawai LKMS.

Sampel diambil dengan menggunakan teknik multi-stage purposive sampling (Onwuegbuzie dan Collins, 2007). LKMS yang dipilih adalah LKMS yang telah menerapkan sistem informasi, setelah itu responden yang terlibat harus memiliki pengalaman menggunakan sistem informasi. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan penyebaran langsung yang dikirimkan ke beberapa LKMS di JADETABEK. Selain itu, peneliti juga melakukan studi literatur untuk memperkuat teori-teori yang ada sehingga penelitian ini bersifat ilmiah.

Data kuesioner dikonfersikan menjadi bentuk data digital dengan menggunakan MS. Excel 2010. Pengujian hipotesis serta pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM) dengan software SmartPLS versi 3.0 (Henseler et al., 2009; Urbach & Ahlemann, 2010; Hair et al., 2011; Yamin & Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012; Yuliasari et al., 2014; Wong, 2013; Chinomona & Dubihlela,

(23)

9

2014; Alshibly, 2014; Irawati & Putra, 2015; Subiyakto et al., 2015; Gutierrez et al., 2015; Nugroho et al., 2016). Adapun variabel yang digunakan adalah Optimism (OPT), Innovatveness (INN), Discomfort (DIS), Insecurity (INS), Perceived Usefulness (PU), Perceived Ease of Use (PEU), Intention to Use (ITU).

Gambar 1.1 Model Penelitian (Lin et al, 2007)

1.7 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka penelitian dilakukan dengan batasan masalah sebagai berikut:

1) Sampel yang digunakan merupakan stakeholder Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), yaitu pengurus dan pegawai LKMS di wilayah JADETABEK.

2) Secara teori, penelitian ini menggunakan variabel dari model penelitian Technology Readiness and Acceptance Model (TRAM) yang dikemukakan Lin et al (2007).

3) Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, pengumpulan data utama menggunakan kuesioer yang disebarkan dengan

(24)

10

pengambilan sampel menggunakan teknik multi-stage purposive sampling (Onwuegbuzie & Collins, 2007).

1.8 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak. Manfaat tersebut adalah:

1) Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan refrensi baru dalam penggunaan TRAM pada organisasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah.

2) Secara metodologi, penelitian ini akan menambah refrensi penggunaan metodologi kuantitatif untuk riset pada jurusan Sistem Informasi.

3) Secara praktis, dari hasil ini akan diketahui faktor-faktor kesiapan penerimaan pengguna yang mempengaruhi penerapan SI pada lingkup LKMS. Hal tersebut dapat digunakan sebagai bahan dalam menyusun strategi pengimplementasian sistem informasi berdasarkan faktor-faktor tersebut.

1.9 Conceptual & Operational Definition

Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah penting, diantaranya:

Tabel 1.1 Tabel Conceptual & Operational Definition

(25)

11

Technology Readiness Kecenderungan sikap masyarakat dalam merangkul dan menggunakan teknologi

Technology Acceptance Penerimaan teknologi informasi atau sistem informasi yang merupakan minat ataupun keinginan seseorang dalam menggunakan teknologi informasi untuk tujuan tertentu

Optimism Pandangan optimis dan kepercayaan terhadap penggunaan SI/TI

Innovatveness Kecenderungan untuk mencoba dan melakukan eksplorasi terhadap penggunaan SI/TI

Discomfort Kurangnya penguasaan terhadap penggunaan SI/TI dan merasa ketidaknyamanan terhadap penggunaan SI/TI tersebut

Insecurity Kurangnya kepercayaan terhadap integritas SI/TI sehingga menimbulkan keraguan atas penggunaan teknologi

Perceived Usefulness Persepsi/anggapan pengguna bahwa SI/TI akan berguna dan memberkan manfaat sehingga akan meningkatkan kinerja pekerjaan.

Perceived Ease of Use Persepsi/anggapan atas kemudahan penggunaan SI/TI Intention to Use Minat ataupun keinginan seseorang dalam menggunakan

SI/TI

1.10 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini dengan urutan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, waktu dan tempat penelitian, tahap dan kegiatan laporan serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori yang digunakan dalam menganalisis permasalah yang berhubungan dengan topik yang dibahas.

(26)

12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan metodologi proses pelaksanaan penelitian, mencakup penjelasan-penjelasan tentang pendekatan, prosedur, populasi dan sampel, instrumen, pengumpulan dan pemrosesan data, serta analisis data.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA

Bab ini akan memaparkan analisis data dan hasilnya, interpretasi, dan diskusi hasil penelitian. Selanjutnya, interpretasi dan diskusi dilakukan dengan merujuk kepada basis teori sebelumnya.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran atas hasil pelaksanaan penelitian serta kelanjutan bagi kajian-kajian selanjutnya.

1.11 Ringkasan

Pandangan atas pentingnya SI dapat dilihat dari penerapannya di berbagai jenis organisasi (Sutabri, 2012). Meskipun penerapan SI akan membawa keuntungan, organisasi harus terlebih dahulu berhasil dalam penerapannya (Subiyakto & Ahlan, 2014). Keberhasilan penerapan SI tergantung bagaimana sistem itu dijalankan/diterima pemakainya (Goodhue, 1995). Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) saat ini telah memanfaatkan SI, namun tidak berjalan dengan maksimal dan dianggap sebagai permasalahan oleh beberapa peneliti. Dampaknya akan mempengaruhi kinerja operasional LKMS tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh kesiapan penerimaan pengguna terhadap penerapan SI pada lingkup LKMS. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, dan

(27)

13

model digunakan diadopsi dari Technology Readiness and Acceptance Model (Lin et al). Hasil dari penelitian ini akan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan SI dari perspektif pengguna sistem dan bagaimana pengaruh kesiapan penggunaan sistem informasi terhadap penerimaannya pada lingkup LKMS.

(28)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan

Bab ini mememaparkan tentang teori-teori terkait landasan pelaksanaan penelitian, meliputi konsep SI, konsep kesiapan, teori kesiapann penggunaan SI/TI, teori penerimaan SI/TI, lembaga keuangan mikro syariah, metode pengumpulan data, populasi dan teknik sampling, PLS-SEM, penelitian terdahulu terkait hubungan antara kesiapan pengguna, penerimaan, dan penerapan SI yang menjadi landasan penelitian, dan pemodelan penelitian serta hipotesisnya. Teori-teori tersebut selanjutnya akan dipaparkan dalam bab ini secara berurutan dan diakhiri dengan ringkasan bab.

2.2 Sistem Informasi

2.2.1. Konsep Dasar Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan suatu komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi, dan prosedur kerja yang memproses, menyimpan, menganalisis dan meyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan (Mulyanto, 2009).

Adapun pendapat lain yang mengatakan sistem informasi adalah suatu sistem di dalam organisasi yang membantu kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan

(29)

15

kegiatan strategi organisasi agar dapat menyediakan laporan yang diperlukan oleh pihak luar (Sutabri, 2012).

Berdasarkan dukungan kepada pemakainya, sistem informasi dibagi menjadi (Kusrini, 2007):

1) Transaction Processing System (TPS)

Transaction Processing System adalah sistem informasi yang dikembangkan untuk pemrosesan data – data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis yang bersifat rutinitas.

2) Management Information System (MIS)

Management Information System adalah sistem informasi yang menyajikan laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk analisis dan pengambilan keputusan.

3) Decision Support System (DSS)

Decision Support System adalah pengembangan dari MIS yang dilengkapi dengan kemampuan analisis agar menghasilkan beberapa rekomendasi yang digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

4) Executive Information System (EIS)

Executive Information System membantu eksekutif atau manajemen dalam mengatur interaksi dengan lingkungan eksternal, memberikan informasi yang diperlukan terkait dengan masalah – masalah strategis dan pengambilan keputusan yang tidak terstruktur. EIS biasanya disajikan dalam bentuk grafik dengan

(30)

16

menggunakan data dari Transaction Processing System (TPS) dan Management Information System (MIS).

5) Expert System (ES)

Expert System adalah sistem informasi yang menggunakan ilmu, fakta dan teknik berpikir dalam pengambilan keputusan untuk masalah – masalah yang diselesaikan oleh para ahli untuk bidang tertentu.

6) Office Automation System (OAS)

Office Automation System adalah sistem yang mendukung pekerja data, hanya menganalisis informasi untuk mentransformasikan atau memanipulasi data sebelum disebarkan.

Sebuah sistem informasi mempunyai komponen yang terdiri dari (Kadir, 2003):

Gambar 2.1 Komponen Sistem Informasi (Kadir, 2003)

a. Perangkat keras (hardware)

(31)

17 b. Perangkat lunak (software)

Sekumpulan instruksi yang memungkin perangkat keras untuk dapat memproses data.

c. Prosedur

Sekumpulan aturan yang digunakan untuk mewujudkan pemrosesan data dan pembagkitan keluaran yang dikehendaki. d. Manusia

Semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem informasi, pemrosesan, dan penggunaan keluaran sistem informasi.

e. Basis data

Sekumpulan tabel, hubungan, dan lainnya yang berhubungan dengan penyimpanan data.

f. Jaringan komputer dan komunikasi data

Sistem penghubung yang memungkinkan sumber dipakai secara bersama atau diakses oleh sejumlah pemakai.

2.3 Kesiapan

2.3.1. Konsep Dasar Kesiapan

Menurut Chaplin (2006), kesiapan adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang ditujukan untuk mempraktekkan sesuatu. Pendapat lainnya menyatakan bahwa kesiapan adalah keadaan yang ada pada diri seseorang yang berhubungan dengan tujuan tertentu (Hamalik, 2006). Kesiapan juga dapat

(32)

18

diartikan sebagai keseluruhan kondisi seseorang yang membuat dirinya siap untuk memberikan respon di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi (Slameto, 2010).

Dari beberapa pernyataan diatas, dapat diartikan bahwa kesiapan adalah tingkat suatu keadaan seseorang untuk memberikan respon yang berkaitan dengan tujuan tertentu.

2.3.2. Faktor-Faktor Kesiapan

Menurut Dalyono (2005), faktor yang memperngaruhi kesiapan dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang meliputi:

1) Faktor internal meliputi kondisi kesehatan, intelegensi, minat dan bakat, serta motivasi.

2) Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan, keluarga, dan masyarakat.

Menurut Slameto (2010) kesiapan dipengaruhi beberapa aspek, yaitu: 1) Kondisi Fisik, mental dan emosional

2) Kebutuhan akan hal tertentu, motif dan tujuan.

3) Keterampilan, pengetahuan dan pemahaman lain yang telah dipelajari

(33)

19 2.3.3. Bentuk Kesiapan

Menurut Kuswahyuni (2009) terdapat beberapa bentuk kesiapan, yaitu: 1) Kesiapan Mental

Kesiapan mental adalah kondisi kepribadian seseorang secara menyeluruh. Kondisi mental dibentuk dari tumbuh kembang seseorang semasa hidupnya dan diperkuat dari pengalaman-pengalaman yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Kesiapan Diri

Kesiapan diri adalah terbangunnya kekuatan serta kesanggupan fisik dari seseorang yang berakal sehat sehingga dapat menghadapi keadaan tertentu sesuai tujuannya.

3) Kesiapan Kecerdasan

Kesiapan kecerdasan merupakan kesigapan bertindak dan kapabilitas seseorang dalam memahami. Kemampuan intelegensi, otak dan pikiran dapat membuat seseorang lebih aktif sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

2.4 Technology Readiness

2.4.1. Technology Readiness Index (TRI)

Technology Readiness atau kesiapan penggunaan teknologi merupakan kecenderungan sikap masyarakat dalam merangkul dan menggunakan teknologi baru di rumah dan di tempat kerja (Parasuraman, 2000).

(34)

20

Setiap orang bisa menjadi pengguna teknologi, namun cara mengimplementasikannya tergantung pada derajat kesiapan seseorang dalam menerima teknologi tersebut. Menurut Parasuraman (2000), langkah pertama yang harus dilakukan dalam implementasi teknologi adalah mengetahui kesiapan konsumen dalam menerima teknologi tersebut. Dalam konteks ini, Technology Readiness Index dikembangkan oleh Parasuraman (2000) untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana kesiapan seseorang maupun organisasi untuk mengadopsi sebuah teknologi informasi.

2.4.2. Dimensi Technology Readiness Index

Pada model Technology Readiness Index terdapat empat faktor yang dianggap berpengaruh terhadap kesiapan seseorang dalam mengadopsi teknologi, (Parasuraman, 2000) yaitu :

1) Optimsm (Optimisme) : Optimisme merupakan pandangan optimis seseorang terhadap penggunaan teknologi, dan percaya bahwa teknologi akan memberikan kontrol, peningkatan kinerja, dan efisiensi dalam kehidupan.

2) Innovativeness (Inovatif) : Kecenderungan seseorang untuk mencoba dan melakukan eksplorasi terhadap teknologi terbaru. Pemikiran inovatif akan mempengaruhi seseorang dalam meningkatkan kapabilitas penggunaan teknologi.

3) Discomfort (Ketidaknyamanan) : Ketidaknyamanan menggambarkan kurangnya penguasaan terhadap penggunaan

(35)

21

teknologi sehingga seseorang merasa terbebani terhadap penggunaan teknologi tersebut.

4) Insecurity (Rasa Tidak Aman) : Rasa tidak aman menggambarkan kurangnya kepercayaan seseorang terhadap integritas teknologi seperti keamanan data serta ketersediaan (availability) teknologi sehingga menimbulkan keraguan atas penggunaan teknologi.

Keempat faktor diatas digolongkan menjadi kelompok dimensi sebagai pendorong seseorang dalam kesiapan mengadopsi teknologi yang diwakili oleh optimism dan innovativeness, serta dimensi yang menjadi penghambat dalam kesiapan mengadopsi teknologi yang diwakili oleh discomfort dan insecurity. Kedua dimensi diatas disusun oleh 36 butir pertanyaan/ indikator yang terdiri dari 10 butir pertanyaan untuk Optimism, 7 butir pertanyaan Innovativeness, 10 butir pertanyaan pada Discomfort, dan 9 pertanyaan untuk dimensi Insecurity.

Dalam penelitian lebih lanjut, Parasuraman & Colby (2015) melakukan pembaruan dan penyesuaian terhadap struktur indikator penyusun pertanyaan untuk mengukur TRI. Penyesuaian ini menghasilkan struktur pertanyaan yang lebih ringkas yaitu 16 poin keseluruhan indikator yang dibagi menjadi 4 pada setiap dimensi. Penelitian lanjutan ini dinamakan TRI 2.0.

2.4.3. Tingkat Kategori Technology Readiness Index

Parasuraman (2000) memberikan tiga kategori pada pengukuran Technology Readiness Index, yaitu:

(36)

22

1) High Technology Readiness (TRI > 3.51)

2) Medium Technology Readiness (2.9 =< TRI =< 3.51) 3) Low Technology Readiness (TRI =< 2.89)

Terdapat 5 segmen kategori pengguna SI/TI yang didefiniskan oleh Parasuraman & Colby (2015):

1) Explolers : Memiliki optimisme dan rasa inovatif yang tinggi terhadap teknologi/sistem, sehingga memiliki antusiasme terhadap penggunaan teknologi/sistem informasi.

2) Pioneer : Memiliki optimisme dan rasa inovatif yang tinggi terhadap teknologi/sistem, namun memiliki sikap kritis terhadap penggunaan teknologi/sistem informasi. Hal tersebut menyebabkan pengguna akan selektif dalam penggunaan teknologi/sistem informasi.

3) Paranoids : Memiliki rasa optimis terhadap teknologi/sistem namun memiliki rasa inovatif yang rendah. Pengguna kategori ini memiliki ketidaknyamanan dan keraguan yang tinggi terhadap penggunaan teknologi/sistem. Hal ini menyebabkan rendahnya antusiasme terhadap penggunaan teknologi.

4) Laggards : Memiliki rasa optimis dan rasa inovatif terhadap teknologi/sistem yang rendah. Jenis pegguna seperti ini memiliki ketidaknyamanan dan keraguan yang tinggi terhadap penggunaan

(37)

23

teknologi/sistem. Hal ini menyebabkan penolakan terhadap penggunaan teknologi.

5) Skeptics : Memiliki rasa optimis dan rasa inovatif yang rendah terhadap teknologi/sistem. Jenis pegguna seperti ini juga memiliki ketidaknyamanan dan keraguan yang rendah terhadap penggunaan teknologi/sistem. Pengguna seperti ini akan menerima teknologi/sistem namun tidak memiliki antusiasme terhadap teknologi/sistem.

Pada penjelasan lebih lanjut, diyatakan bahwa segmentasi kategori pengguna SI/TI dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Pengguna dengan usia yang muda dan tingkat pendidikan yang tinggi, cenderung termasuk kategori pengguna explolers dan pioneer, dan segmentasi kategori ini didominasi oleh laki-laki. Pengguna dengan usia yang relatif lebih tua dan tingkat pendidikan yang tinggi, cenderung termasuk kategori paranoids, pengguna segmentasi kategori ini didominasi oleh perempuan. Pengguna dengan usia yang lebih tua atau berusia lanjut dan tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung termasuk kategori laggards dan skeptics.

2.5 Penerimaan Sistem Informasi

Penerimaan pengguna terhadap teknologi informasi atau sistem informasi adalah sebuah kemauan atau minat yang nampak didalam suatu kelompok pengguna

(38)

24

untuk menerapkan sistem teknologi informasi tersebut dalam pekerjaannya (Succi & Walter, 1999).

Teo (2011) menyatakan bahwa penerimaan teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai kesediaan pengguna untuk menggunakan teknologi informasi untuk mendukung tugas yang telah dirancang. Pendapat lain menyatakan bahwa, penerimaan pengguna dapat didefinisikan sebagai keinginan seseorang dalam memanfaatkan teknologi informasi yang didesain untuk tujuan tertentu (Nasir, 2013). Dari pernyatan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan teknologi informasi atau sistem informasi adalah minat ataupun keinginan seseorang dalam menggunakan teknologi informasi untuk tujuan tujuan tertentu.

2.6 Technology Acceptance Model (TAM)

2.6.1. Konsep Technology Acceptance Model

Technology Acceptance Model adalah teori di dalam sistem informasi yang menggambarkan perilaku pengguna teknologi dalam menerima dan menggunakan teknologi baru tersebut (Davis, 1989).

(39)

25

Perilaku pengguna atau minat pengguna dalam menerima dan menggunakan teknologi informasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

1) Perceived Usefulness, didefinisikan sebagai persepsi/anggapan pengguna teknologi percaya bahwa teknologi akan berguna dan memberkan manfaat sehingga akan meningkatkan kinerja pekerjaan.

2) Perceived Ease of Use, didefinisikan sebagai persepsi/anggapan atas penggunaan teknologi akan memberikan kemudahan.

Davis menambahkan bahwa dampak faktor-faktor lain seperti proses pengembangan dan pelatihan, karakteristik sistem dan yang lainnya terhadap minat seseorang dalam menerima sistem informasi (intention to use) akan dimediasi oleh perceived usefulness dan perceived ease of use. Jogiyanto (2007) mengatakan bahwa TAM adalah model yang mampu menjelaskan perilaku pengguna sistem informasi yang berlandaskan persepsi atas kepercayaan, sikap, dan keinginan pengguna terhadap sistem informasi.

2.7 Technology Readiness and Acceptance Model (TRAM)

2.7.1. Konsep TRAM

Technology Readiness and Acceptance Model (TRAM) adalah nama model dikemukakan oleh Lin et al (2007), merupakan perpaduan konsep kesiapan adopsi teknologi Technologi Readiness Index dan konsep penerimaan teknologi Technology Acceptance Model. TRAM digunakan untuk mengetahui pengaruh

(40)

26

kesiapan pengguna SI/TI terhadap penerimaan teknologi informasi atau sistem pada organisasi, hal ini seperti apa yang di nyatakan oleh Davis (1989) bahwa dampak faktor-faktor terhadap minat seseorang dalam menggunakan sistem informasi (intention to use) akan dimediasi oleh perceived usefulness dan perceived ease of use.

Penelitian yang memadukan TRI dan TAM juga dilakukan oleh beberapa peneliti lain (Walchzuch et al, 2007; Lin & Chang, 2011; Edrogmus & Esen, 2011; Aisyah et al, 2014; Basgoze, 2015; Hallikainen & Laukkanen, 2016), meskipun tidak seluruhnya menggunakan nama TRAM untuk penelitiannya, namun terdapat karakteristik model yang serupa yaitu dengan terdapatnya variabel variabel dimensi TRI (optimism, innovativeness, Discomfort, Insecurity) dan dimensi TAM (perceived ease of use, perceived usefulness, intention to use).

(41)

27 2.8 Pengukuran, Penilaian, dan Analisis 2.8.1. Pengertian Pengukuran

Pengukuran adalah pemberian nilai dari suatu obyek, dimana obyek merupakan suatu entitas yang akan diteliti, sedangkan nilai adalah karakteristik dari obyek tersebut. (Jogiyanto, 2008).

Pengukuran adalah suatu proses menjelaskan konsep abstrak menjadi hal-hal yang kongkret. (Prasetyo & Jannah, 2006). Pendapat lain mengatakan bahwa pengukuran merupakan kegiatan membandingkan dengan suatu ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif (Arikunto & Jabar, 2004).

Dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah pemberian suatu karakteristik pada objek tertentu sehingga objek tersebut dapat dibandingkan dengan ukuran tertentu dan dapat dijelaskan secara kongkret.

2.8.2. Pengertian Penilaian

Penilaian adalah bentuk penafsiran data dari hasil pengukuran berdasarkan kriteria atau aturan tertentu (Widoyoko, 2012). Pendapat lain mengatakan bahwa penilaian merupakan pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu pada ukuran tertentu (Djaali & Muljono, 2008).

Menurut Arikunto (2009) Penilaian merupakan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kualitatif.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu penafsiran yang didasari oleh kriteria atau ukuran tertentu dan bersifat kualitatif.

(42)

28 2.8.3. Pengertian Analisis

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sedangkan menurut Sarwono (2006) Analisis merupakan evaluasi dari sebuah situasi dari sebuah permasalahan yang dibahas, termasuk didalamnya peninjauan dari berbagai aspek dan sudut pandang.

Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa Analisis merupakan peninjauan suatu peristiwa dari berbagai sudut pandang untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

2.9 Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) 2.9.1. Konsep LKMS

Lembaga Keuangan Mikro (LKMS) adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha menggunakan prinsip syariah yang tidak semata-mata mencari keuntungan (Rahman & Rahim, 2007).

(43)

29

Gambar 2.4 LKM (OJK, 2015)

2.9.2. Jenis LKMS

Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Indonesia diklasifikasikan menjadi beberapa kategori berdasarkan karakteristiknya masing-masing, seperti jumlah modal dan kredit, sumber pendanaan, badan hukum, izin usaha, dan nasabahnya. Berikut ini tiga kategori Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia:

1) Baitul Maal Wattamwil (BMT)

BMT merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan system syariah yang kegiatannya mengembangkan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan pemberdayaan ekonomi kerakyatan (Raharjo, 1999). Kegiatan operasional BMT adalah simpanan dan pembiayaan serta menghimpun dan menyalurkan dana zakat infaq dan sedekah.

(44)

30 2) Koperasi Syariah

Koperasi syariah biasa disebut Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004, “koperasi yang kegiatan usahanya bergerak d bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah)”. Koperasi syariah memiliki kegiatan yang sama dengan BMT namun tidak disertai penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infaq dan sedekah.

3) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

BPRS adalah bank syariah yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran seperti menerima simpanan dalam bentuk giro.

2.10 Metode Pengumpulan Data 2.10.1.Observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 2003). Adapun menurut Jogiyanto (2008), observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya. Observasi dapat dibedakan menjadi (Sugiyono, 2009):

(45)

31

Dalam kegiatan ini peneliti terlibat langsung dengan objek penelitian dimana peneliti ikut mengerjakan apa yang dilakukan sumber data, dan merasakan seperti apa yang dirasakan objek penelitian. Data yang diperoleh dari observasi ini lebih lengkap dan akurat.

2) Observasi Nonpartisipan

Dalam observasi ini peneliti tidak terlibat langsung dan hanya menjadi pengamat independen.

3) Observasi Terstruktur

Observasi ini dilakukan dengan merancang secara sistematis apa yang akan diamati, tempat penelitian, dan hal lain yang berkaitan dengan objek penelitian.

4) Observasi Tidak Terstruktur

Observasi tidak terstruktur dilakukan apabila peneliti tidak mengetahui sama sekali objek penelitian yang akan diamati, sehingga tidak melakukan persiapan secara sistematis.

2.10.2.Wawancara

Wawancara adalah proses mendapatkan keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Nazir, 2003).

(46)

32

Sugiyono (2009) mengatakan bahwa wawancara merupakan studi pendahuluan yang dilakukan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu:

1) Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur dilakukan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam wawancara ini telah ditentukan pertanyaan secara tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan.

2) Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara dan pertanyaan yang diajukan berupa garis besar permasalahan.

2.10.3.Kuesioner

Kuesioner adalah salah satu intrumen pengumpulan data sebagai alat bantu yang digunakan peneliti dalam kegiatan pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden (Guritno et al, 2011)

Menurut Sekaran (1992) kuesioner adalah daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan di antara variabel, pengalaman atau opini dari responden.

(47)

33 2.10.4.Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan proses umum yang dilakukan untuk mendapatkan teori terlebih dahulu. Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan, analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Studi pustaka dapat dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku, diktat, catatan, makalah dan artikel baik cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan penelitian (Nazir, 2003).

Adapun Jogiyanto (2008) menjelaskan bahwa studi pustaka ialah cara penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku pustaka, dan website tertentu yang dijadikan pendukung dalam penelitian yang dilakukan.

2.11 Skala Likert

Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya (Likert, 1932).

Menurut Djaali (2008) skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena. Skala ini mempunya beberapa butir pertanyaan yang disusun dengan mengacu pada dimensi positif dan negatif sehingga membentuk suatu nilai yang menggambarkan sifat dari individu, seperti pengetahuan, sikap, dan perilaku (Nazir, 2003).

(48)

34 2.12 Populasi dan Teknik Sampling 2.12.1.Pengertian Populasi

Populasi berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk diteliti (Guritno et al, 2011). Pendapat lain mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti (Prasetyo & Jannah, 2006).

Dengan kata lain, populasi adalah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

2.12.2.Pengertian Sampel

Sample merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, oleh karena itu sample harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi. (Bailey, 1994)

Dengan mengambil sampel, peneliti dapat menarik kesimpulan yang akan digeneralisasi terhadap populasi. Penarikan sampel merupakan proses pemilihan sejumlah elemen dari populasi (Guritno et al, 2011).

2.12.3.Jenis-Jenis Sampling

Terdapat dua jenis teknik pengambilann sample, yaitu teknik penarikan sampel probabilita dan teknik penarikan sampel nonprobabilita (Prasetyo & Jannah, 2006).

(49)

35

Teknik penarikan sampel probabilita memberikan peluang kesempatan yang sama kepada elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel. Terdapat tiga metode dalam penarikan sampel probabilita, yaitu:

1) Simple random sampling

Teknik ini merupakan pengambilan sampel populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. 2) Stratified random sampling

Stratified Random Sampling merupakan suatu prosedur penarikan sampel berstrata, yaitu suatu penarikan acak sederhana ditarik dari setiap strata yang kurang lebih sama dalam beberapa karakteristik 3) Cluster sampling

Cluster Sampling merupakan suatu prosedur penarikan sampel probabilitas yang memilih subpopulasi yang disebut cluster. Kemudian, setiap elemen didalam kelompok (cluster tersebut) dipilih sebagai anggota sampel.

Penarikan sampel nonprobabilita memiliki kriteria bahwa elemen populasi memiliki peluang yang berbeda untuk dipilih sebagai sampel, beberapa metode penarikan sampel nonprobabilita adalah sebagai berikut:

1) Convience Sampling

Disebut juga dengan penarikan sampel aksidental. Prosedur penarikan sampel ini adalah dengan langsung mengunjungi lingkup populasi, contoh untuk mendapatkan respon penonton suatu film,

(50)

36

pengambilan sampel ditujukan pada pengunjung bioskop yang telah menonton film.

2) Purpose Sampling

Teknik ini menggunakan kriteria tertentu terhadap sampel, terutama digunakan untuk menentukan responden yang ahli pada bidang tertentu.

3) Quota Sampling

Merupakan penarikan sampel berdasarkan kuota dan memiliki kriteria tertentu.

4) Snowball Sampling

Metode penarikan sampel dimana peneliti menentukan responden berdasarkan rekomendasi responden lain.

2.13 Partial Least Square Structural Equetion Modeling (PLS-SEM) 2.13.1.Konsep PLS-SEM

PLS-SEM merupakan metode analisis yang dapat digunakan pada setiap jenis skala data (nominal, ordinal, interval, dan rasio) serta syarat asumsi yang lebih fleksibel (Yamin & Kurniawan, 2011). PLS dapat juga digunakan untuk tujuan pembuktian/konfirmasi (seperti pengujian hipotesis) dan tujuan eksplorasi.

PLS juga dapat memprediksi apakah terdapat atau tidak terdapat hubungan dan proposisi untuk pengujian. Tujuan utamanya adalah menjelaskan hubungan antar konstruk dan menekankan pengertian tentang nilai hubungan tersebut. Dalam hal ini, hal penting yang harus diperhatikan adalah adanya teori yang

(51)

37

memberikan asumsi untuk menggambarkan model, pemilihan variabel, pendekatan analisis, dan interpretasi hasil.

Ghozali (2006) mengatakan bahwa PLS memiliki beberapa kelebihan yang akan memudahkan peneliti diantaranya adalah, PLS dapat menganalisis model yang kompleks yang dibentuk dari indikator refleksi dan indikator negatif, fleksibilitas algoritma dapat menganalisis banyak indikator, serta dapat menggunakan sampel data yang relatif sedikit (<100).

Beberapa istilah umum yang digunakan pada PLS diantaranya adalah (Hair et al, 1998):

1) Variabel Laten

Konsep yang diukur dengan perkiraan berdasarkan indikator penyusunnya. Indikator penyusun tersebut dinamakan dengan variabel manifest.

2) Variabel Manifes

Variabel manifest adalah nilai observasi pada bagian spesifik yang dipertanyakan, baik dari responden yang menjawab pertanyaan (misalnya, kuesioner) maupun observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dalam format kuesioner, variabel manifes tersebut merupakan item-item pertanyaan dari setiap variabel yang dihipotesiskan

(52)

38 2.13.2.Evaluasi Model Pengukuran

Evaluasi terhadap model pengukuran meliputi pemeriksaan individual item reliability, internal consistency atau construct reliability, average variance extracted, dan discriminant validity. Pengukuran ini dikelompokkan dalam convergent validity. Convergent validity mengukur besarnya korelasi antara konstruk dengan variabel laten.

Dalam evaluasi convergent validity dari pemeriksaan individual item reliability, dapat dilihat dari nilai standardized loading factor. Standardized loading factor menggambarkan besarnya korelasi antara setiap item pengukuran (indikator) dengan konstruknya. Nilai loading factor diatas 0,7 dapat dikatakan ideal, artinya bahwa indikator tersebut dikatakan valid sebagai indikator yang mengukur konstruk jika angkanya anta 0,5 – 0,6 dikatakan cukup (Ghozali, 2016), sedangkan untuk indikator dengan angka 0.4 – 0.5 dapat dipertimbangkan jika nilai composite reliability masih pada batas aman dan indikator dapat dihapus jika hal tersebut meningkatkan nilai composite reliability (Hair et al, 2011).

Selanjutnya melihat internal consistency reliability dari nilai composite reliability. Composite reliability lebih baik dalam mengukur internal consistency dibandingkan cronbach’s alpha dalam model SEM dikarenakan composite reliability tidak mengasumsikan kesamaan boot dari setiap indikator. Cronbach’s alpha cenderung menaksir lebih rendah construct reliability dibandingkan composite reliability. Nilai batas 0,7 ke atas berarti dapat diterima dan diatas 0,8 dan 0,9 berarti sangat memuaskan.

(53)

39

Ukuran lain dari convergent validity adalah nilai average variance extracted (AVE). Nilai ini menggambarkan besaran varian atau keragaman variabel manifes yang dapat dikandung oleh konstruk laten. Nilai AVE minimal 0,5 menunjukan ukuran convergent validity yang baik. Artinya, variabel laten dapat menjelaskan rata-rata lebih dari setengah variance dari indikator-indikatornya.

Discriminant validity dievaluasi melalui cross loading, kemudian membandingkan nilai AVE dengan kuadrat nilai korelasi antar konstruk. Ukuran

cross loading adalah membandingkan korelasi indikator dengan konstruknya dan konstruk blok lainnya. Bila korelasi antara indikator dengan konstruknya lebih tinggi dari korelasi dengan konstruk blok lainnya, hal ini menunjukan konstruk tersebut memprediksi ukuran pada blok mereka dengan lebih baik dari blok lainnya. Ukuran

discriminant validity lainnya adalah bahwa nilai akar AVE harus lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya atau nilai AVE lebih tinggi dari kuadrat korelasi anatara konstruk.

2.13.3. Evaluasi Model Struktural

Ada beberapa tahap untuk mengevaluasi model struktural. Pertama adalah melihat signifikansi hubungan antara konstruk. Hal ini dapat dilihat dari koefisien jalur (path coefficient) yang menggambarkan kekuatan hubungan antara konstruk. Path coefficient (β) diuji dengan nilai ambang batas diatas 0,1 untuk menyatakan bahwa jalur (path) yang dimaksud mempunyai pengaruh di dalam model.

(54)

40 Variabel Laten Variabel Manifest Loading Factor Path Coefficient

Gambar 2.5 Komponen PLS-SEM

Kedua, mengevaluasi nilai R2 (coefficient of determination) untuk menjelaskan varian dari tiap target endogenous variabel dengan standar pengukuran sekitar 0,67 sebagai kuat, sekitar 0,33 moderat, dan 0,19 atau dibawahnya menunjukan tingkat varian yang lemah. Ketiga, melihat nilai t-test dengan metode bootstrapping tingkat signifikansi 5% untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian akan diterima jika memiliki t-test lebih besar dari 1,96.

Keempat, pengujian f 2 (effect size) untuk memprediksi pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam struktur model dengan nilai ambang batas sekitar 0,02 untuk pengaruh kecil, 0,15 untuk menengah, dan 0,35 untuk pengaruh besar. Kelima, menguji Q2 (predictive relevance) dengan metode

(55)

41

blindfolding untuk memberikan bukti bahwa variabel tertentu yang digunakan dalam model mempunyai keterkaitan prediktif (predictive relevance) dengan variabel lainnya dalam model dengan ambang batas pengukuran diatas nol.

Keenam, melakukan pengujian q2 (Relative Impact) masih dengan metode blindfolding untuk mengukur pengaruh sebuah keterkaitan prediktif sebuah variabel tertentu dengan variabel lainnya dengan nilai ambang batas sekitar 0,02 untuk pengaruh kecil, 0,15 untuk pengaruh menengah/sedang, dan 0,35 untuk pengaruh besar.

2.14 Kajian Penelitian Sejenis 1) Walczuch et al (2007)

Penelitian yang dilakukan Walczuch et al (2007) bertujuan untuk mengukur pengaruh kesiapan pegawai terhadap penerimaan teknologi informasi pada lingkup perusahaan jasa. Dimensi kesiapan pengguna diwakili oleh variabel TRI 1.0 (optimism, innovatifness, discomfort, insecurity) yang memiliki 36 indikator dan dimensi penerimaan teknologi diwakili oleh variabel TAM (perceived ease of use, perceived usefulness) yang memiliki 12 indikator (Davis, 1989).

Responden penelitian ini adalah pegawai beberapa perusahaan penyedia jasa keuangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengolahan data menggunakan PLS. Penelitian ini menemukan bahwa optimism dan innovatifness memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap perceived ease of use, hal ini menjunjukan bahwa pegawai yang cenderung memiliki rasa optimis dan inovatif terhadap teknologi akan menganggap bahwa penggunaan

(56)

42

teknologi memberikan kemudahan pada aspek pekerjaan. Hubungan optimism terhadap perceived usefulness memiliki pengaruh positif yang signifikan, sendangkan innovatifness memiliki pengaruh negatif terhadap perceived usefulness. Ditemukannya hasil tersebut berbeda dari asumsi bahwa innovatifness memiliki pengaruh positif terhadap perceived usefulness.

Walczuch et al (2007) menjelaskan bahwa pengguna yang cenderung inovatif akan menjadi lebih kritis terhadap teknologi sehingga memiliki harapan terhadap kinerja teknologi informasi itu sendiri. Penyebab lain yang mungkin mempengaruhi hasil ini adalah software yang menjadi objek pada penelitian ini berbeda pada beberapa responden. Variabel discomfort dan insecurity memiliki pengaruh negatif terhadap perceived ease of use, hal ini menjelaskan bahwa pegawai yang tidak nyaman terhadap penggunaan teknologi informasi cenderung merasa terbebani atas kompleksitas penggunaan teknologi tersebut. Pegawai yang memiliki angka yang tinggi pada variabel insecurity cenderung memiliki keraguan atas keamanan penggunaan teknologi informasi sehingga menganggap penggunaan teknologi tidak mudah.

Discomfort tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perceived usefulness, hal ini menunjukan bahwa pegawai yang tidak merasa nyaman terhadap penggunaan teknologi cenderung tidak memiliki presepsi dan ekspektasi terhadap kegunaan dari teknologi tersebut. Insecurity pengaruh negatif terhadap perceived usefulness yang mengindikasikan bahwa pegawai yang memiliki keraguan dalam menggunakan teknologi beranggapan bahwa teknologi tidak memiliki kegunaan yang berpengaruh pada aspek pekerjaannya.

(57)

43 2) Lin et al (2007)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara kesiapan pengguna dalam mengadopsi sistem online stock trading terhadap penerimaan sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan model yang dihasilkan atas penggabungan TRI dan TAM yang dinamakan Technology Readiness and Acceptance model (TRAM).

Penelitian ini menemukan bahwa variabel optimism dan innovativeness memiliki pengaruh positif terhadap perceived usefulness dan perceived ease of use, yang berarti bahwa hal tersebut berpengaruh dalam mendorong pengguna untuk menerima penerapan sistem informasi. Variabel discomfort dan insecurity memiliki pengaruh negatif terhadap perceived usefulness dan perceived ease of use, yang diartikan sebagai penghambat dalam menerima sebuah sistem.

3) Lin dan Chang (2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh kesiapan pengguna sistem terhadap penerimaan teknologi self-service. Pengukuran yang dilakukan menyangkut 36 indikator TRI 1.0 Parasuraman (2000) dan indikator TAM yang diadaptasi dari Nysveen et al (2005) yang telah menyesuaikan indikator sesuai objek Self Service Technology, namun tidak jauh berbeda dengan apa yang dihasilkan Davis (1989). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kesiapan pengguna teknologi memiliki pengaruh terhadap presepsi kemudahan atas penggunaan teknologi (perceived ease of use) dan presepsi atas manfaat

(58)

44

penggunaan teknologi (perceived usefulness) sehingga mempengaruhi niat dari pengguna untuk terus menggunakan Self Service Technology tersebut.

Terdapat dua kategori pada aspek Technology Readiness dalam mempengaruhi pengguna menerima teknologi yaitu pendorong (optimism, innovatifness) dan penghambat (discomfort, insecurity).

4) Erdogmus dan Esen (2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kesiapan kepala HRD dalam penggunaan teknologi terhadap penerimaan adopsi teknologi pada bidang e-HRM. Indikator pengukuran pada penelitian ini menggunakan model TRI 1.0 Parasuraman (2000) dan TAM Davis (1989). Peneleitian ini menemukan bahwa setiap dimensi pada Technology Readiness memiliki pengaruh yang berbeda terhadap variabel dependen (perceived ease of use, perceived usefulness ). Optimism dan innovativeness memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan discomfort dan insecurity tidak ditemukan pengaruh yang signifikan, hasil ini berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Walczuch et al (2007).

5) Aisyah et al (2014)

Penelitian ini dilakukan utuk mengukur pengaruh kesiapan pelaku UMKM terhadap penerimaan TIK. Indikator pengukuran pada penelitian ini menggunakan model TRI 1.0 Parasuraman (2000) dan TAM Davis (1989). Sampel pada penelitian ini adalah pelaku UMKM yang terdaftar pada Disperindagkop

Gambar

Gambar 1.1 Model Penelitian (Lin et al, 2007)
Tabel 1.1 Tabel Conceptual &amp; Operational Definition
Gambar 2.3 TRAM (Lin et al, 2007)
Gambar 2.4 LKM (OJK, 2015)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Selain dokumen persiapan proyek lainnya (seperti Feasibility Study atau FS), Klien harus mempersiapkan dan mengungkapkan dokumen-dokumen Perlindungan Lingkungan dan Sosial

Untuk mengetahui manakah yang lebih berpengaruh antara kelompok yang diberi perlakuan bermain lempar tangkap bola yang dilanjutkan dengan menggambar atau menggambar

Sedangkan untuk indikator yang ketiga yakni pengendalian diri dengan koefisien regresi 0,353 secara statistis tidak signifikan pada alpha 5% (H2.c: 0,074 &gt;

Hal ini menunjukkan bahwa pada saat uji lentur beban yang diberikan pada penampang baja utuh dari benda uji balok baja kastela tersalurkan sampai ke bawah atau gaya lintang dari

PENAKSIRAN PARAMETER DAN PENGUJIAN HIPOTESIS PADA MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED MULTIVARIATE POISSON INVERSE GAUSSIAN REGRESI (Studi Kasus : Jumlah Kematian Bayi, Balita

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpah rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul :

Abstrak : Permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah apakah dengan penggunaan media Presentase Microsoft Power Point pada mata pembelajaran IPS Terpadu

lingkungan bagi siswa SMK. Literature yang dimaksud terbagi atas tiga bagian yaitu kajian green concrete dengan berbahan dasar potensi lokal, kajian kompetensi