• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Koperasi PDAM Tirtanadi Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Koperasi PDAM Tirtanadi Medan."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

PADA KOPERASI PDAM TIRTANADI MEDAN

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

RENHARD. SIMANJUNTAK NIM : 030903027

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH

GELAR SARJANA (S-1) ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

Halaman BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Paradigma Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1.Persepsi Masyarakat ... 11

2.1.1. Pengertian Persepsi Masyarakat ... 11

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat . 12 2.2. Kualitas Pelayanan Publik ... 13

2.2.1 Pengertian Pelayanan Publik ... 13

2.2.2 Sendi Pelayanan Publik ... 15

2.2.3 Faktor Pendukung dan Hambatan dalam Pelayanan……..17

2.2.4 Bentuk Pelayanan ... 18

2.2.5 Aktivitas Manajemen Pelayanan Umum ... 19

2.2.6 Penyelenggaraan manajemen Pelayanan ... 20

(3)

2.3 Pelanggan ... 22

2.3.1 Pengertian Pelanggan……….22

2.3.2 Kepuasan Pelanggan………..23

2.3.3 Memuaskan Kebutuhan Pelanggan ... 25

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1. Bentuk Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Tempat Penelitian ... 27

3.3. Satuan Kajian (unit of analysis) ... 27

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5. Teknik Analisa Data ... 29

BAB IV :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 30

4.1 Sejarah Penagihan Rekening Air di Koperasi PDAM Tirtanadi Cabang Utama Medan. ... 30

4.2 Visi dan Misi PDAM Tirtanadi ... 31

4.3. Struktur Organisasi Koperasi PDAM Tirtanadi ... 31

BAB V :ANALISA DAN INTERPRETASI DATA ... 41

5.1. Pelayanan yang Sama dan Merata ... 41

5.2 Pelayanan yang Tepat Waktu……… 46

5.3 Pelayanan yang Ramah………..50

5.4 Pelayanan yang Mudah Dalam Setiap Pengurusan Masalah .... 56

5.5 Pelayanan Gratis ... 60

(4)

BAB VI :PENUTUP ... 66

6.1.KESIMPULAN ... 66

6.2.SARAN-SARAN ... 68

DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, 2003, Pelayanan Prima Perpajakan, Jakarta : Rineka Cipta.

Bungin, Burhan, 2001, Metodologi Penelitian Sosial ( Format-format Kuantitatif dan Kualitatif ), Surabaya : Airlangga University Press.

Harsojo, 1997, Pengantar Antropologi, Bandung : Bina Cipta.

Ibrahim, MHR, 1997, BUMN dan Kepentingan Umum, Bandung : Cipta Aditya Bakti Indrawijaya, I, Adam, 2000, Perilaku Organisasi, Bandung : Sinar Baru Algensindo. Moenir, H.A.S, 1992, Manajemen Pelayanan di Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara. Moleong, J. Lexy, 1993, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya. Robbins, Stephen, P, 2001, Perilaku Organisasi, Jakarta : Prenhalindo.

Singarimbun, Masri, 1995, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES.

Supranto, J, 2001, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Jakarta : Rineka Cipta. Sunu, Pramudya, 1999, Peran SDM Dalam Menerapkan ISO 900, Jakarta : Gramedia Syahril, H.AS, 1991, Analisa Kebijakan Negara, Jakarta : Gramedia.

Thoha, Miftah, 1998, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Tjiptono Fandy, 1996, Manajemen Jasa, Yogyakarta : Andi. Wirawan, Sarlito,1995, Psikologi Lingkungan, Jakarta : Grassindo.

(6)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA KOPERASI PDAM TIRTANADI MEDAN

Nama : Renhard. Simanjuntak

NIM : 030903027

Dosen pembimbing : Prof. DR. Erika Revida, M.Si

Dengan bergulirnya pelaksanaan otonomi daerah, maka setiap daerah harus dapat mengakumulasi keinginan masyarakat agar dapat memberikan kontribusi pada PAD dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat secara maksimal yang beorientasi pada kepentingan masyarakat. Sehubungan dengan hal ini, Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirtanadi adalah suatu perusahaan daerah milik provinsi Sumatera Utara yang menyediakan air bersih yang telah memenuhi standar kesehatan dan mengelola air limbah dengan tingkat kualitas pelayanan prima yang dapat dijangkau masyarakat guna mewujudkan lingkungan sehat. Dalam hal penagihan rekening air, PDAM Tirtanadi menyerahkan proses penagihan kepada koperasi selaku anak perusahaan PDAM Tirtanadi.

Untuk membatasi ruang lingkup ini maka dirumuskan masalah penelitian yakni bagaimana persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik pada koperasi PDAM Tirtanadi Medan. Dimana menurut Moenir ( 1992 : 41-45 ), pelayanan prima yang diinginkan oleh masyarakat dapat dilihat dari adanya pelayanan yang sama dan merata, pelayanan tepat waktu, pelayanan yang mudah dalam setiap pengurusan, pelayanan yang ramah, pelayanan gratis, pelayanan yang jujur. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan pulik yang diberikan oleh pegawai koperasi PDAM Tirtanadi, untuk mengetahui pola pelaksanaan pelayanan pulik pada koperasi PDAM Tirtanadi, untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh karyawan koperasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis data kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah organisasi data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa tanggapan pelanggan terhadap pelayanan publik di koperasi PDAM Tirtanadi Medan dapat dikatakan belum sempurna terlaksana sesuai dengan wujud pelayanan prima. Hal ini dapat terlihat dari belum terlaksananya pelayanan yang mudah dalam setiap pengurusan masalah dan tidak terdapat adanya pelayanan gratis seperti biaya kertas, fotokopi dan lain sebagainya di koperasi PDAM Tirtanadi. Pengurusan masalah tidak dilakukan di koperasi tapi di lakukan di kantor pusat yaitu di PDAM Tirtanadi Medan, sehingga menyebabkan pelanggan enggan berurusan bila ada masalah karena mereka menganggap prosesnya terlalu lama ditanggapi dan urusannya akan berbelit-belit.

(7)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA KOPERASI PDAM TIRTANADI MEDAN

Nama : Renhard. Simanjuntak

NIM : 030903027

Dosen pembimbing : Prof. DR. Erika Revida, M.Si

Dengan bergulirnya pelaksanaan otonomi daerah, maka setiap daerah harus dapat mengakumulasi keinginan masyarakat agar dapat memberikan kontribusi pada PAD dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat secara maksimal yang beorientasi pada kepentingan masyarakat. Sehubungan dengan hal ini, Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirtanadi adalah suatu perusahaan daerah milik provinsi Sumatera Utara yang menyediakan air bersih yang telah memenuhi standar kesehatan dan mengelola air limbah dengan tingkat kualitas pelayanan prima yang dapat dijangkau masyarakat guna mewujudkan lingkungan sehat. Dalam hal penagihan rekening air, PDAM Tirtanadi menyerahkan proses penagihan kepada koperasi selaku anak perusahaan PDAM Tirtanadi.

Untuk membatasi ruang lingkup ini maka dirumuskan masalah penelitian yakni bagaimana persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik pada koperasi PDAM Tirtanadi Medan. Dimana menurut Moenir ( 1992 : 41-45 ), pelayanan prima yang diinginkan oleh masyarakat dapat dilihat dari adanya pelayanan yang sama dan merata, pelayanan tepat waktu, pelayanan yang mudah dalam setiap pengurusan, pelayanan yang ramah, pelayanan gratis, pelayanan yang jujur. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan pulik yang diberikan oleh pegawai koperasi PDAM Tirtanadi, untuk mengetahui pola pelaksanaan pelayanan pulik pada koperasi PDAM Tirtanadi, untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh karyawan koperasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis data kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah organisasi data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa tanggapan pelanggan terhadap pelayanan publik di koperasi PDAM Tirtanadi Medan dapat dikatakan belum sempurna terlaksana sesuai dengan wujud pelayanan prima. Hal ini dapat terlihat dari belum terlaksananya pelayanan yang mudah dalam setiap pengurusan masalah dan tidak terdapat adanya pelayanan gratis seperti biaya kertas, fotokopi dan lain sebagainya di koperasi PDAM Tirtanadi. Pengurusan masalah tidak dilakukan di koperasi tapi di lakukan di kantor pusat yaitu di PDAM Tirtanadi Medan, sehingga menyebabkan pelanggan enggan berurusan bila ada masalah karena mereka menganggap prosesnya terlalu lama ditanggapi dan urusannya akan berbelit-belit.

(8)

BAB. I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Menjelang berakhirnya tahun 2000 dan memasuki tahun 2001, sistem

pemerintahan dengan otonomi daerah mulai direalisasikan. Konsep dasarnya adalah

memberikan wewenang kepada daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

pembangunan daerahnya masing-masing sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Atau

dapat diartikan bahwa, pembangunan daerah sebagian besar merupakan wewenang

daerah dan dilaksanakan sendiri oleh daerah ( Pemda ) secara otonomi. Dalam hal ini

setiap daerah harus dapat mengakumulasi keinginan masyarakat agar dapat memberikan

kontribusi pada PAD dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat secara

maksimal yang berorientasi pada kepentingan masyarakat.

Kebijakan nasional tentang otonomi daerah yang dititik beratkan pada kabupaten

dan kota memberi kesempatan kepada daerah untuk dapat memanfaatkan potensi daerah

serta dapat mendekatkan birokrasi dengan masyarakat melalui rumusan kebijakan yang

diinginkan masyarakat.

Tuntutan peningkatan sumber daya yang berkualitas semakin dirasakan,

mengingat kota Medan merupakan pintu gerbang aktivitas perdagangan dan jasa yang

berimplikasi kepada peningkatan pelayanan publik. Kondisi geografis yang cukup

strategis tersebut merupakan tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi Pemerintah

Kota Medan sehingga perlu mengikutsertakan seluruh potensi masyarakat agar berperan

(9)

Salah satu dari filosofi otonomi daerah sebenarnya adalah semakin mendekatkan

pelayanan kepada masyarakat, oleh karenanya untuk dapat memberikan pelayanan yang

baik kepada masyarakat selayaknya perlu diketahui terlebih dahulu persoalan-persoalan

yang dihadapi oleh masyarakat. Ketika persoalan dalam masyarakat sudah dapat

diinventarisir dan dilakukan analisis maka strategi untuk mengatasi permasalahan

tersebut akan semakin jelas dan konkrit dampaknya bagi masyarakat.

Pelayanan publik merupakan isu yang selalu menjadi perhatian apalagi bila ini

dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan, kepentingan masyarakat, kemudahan dan

kenyamanan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam memperoleh pelayanan.

Setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh organisasi pemerintahan

dalam hal pelayanan, pastilah menimbulkan suatu respon dari masyarakat, baik itu berupa

respon positif maupun respon negatif. Sehingga respon yang diberikan oleh masyarakat

tersebut merupakan persepsi masyarakat.

Aparat pemerintah selaku abdi masyarakat mempunyai kewajiban untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Oleh sebab itu, untuk

terciptanya hubungan yang baik antara aparat pemerintah dan masyarakat, maka

dibutuhkan kerjasama yang baik pula diantara keduanya.

Dengan demikian apabila pelayanan dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka

masyarakat akan berpandangan dan berpersepsi yang baik pula terhadap tugas dari aparat

pemerintah. Sebab dengan pelayanan yang efektif dan efisien maka akan berdampak

kepada kepuasan dari pelanggan yang menggunakan jasa instansi tersebut, sehingga

kinerja dari aparat atau pegawai dapat dinilai positif oleh masyarakat. Dan selanjutnya

(10)

pelayanan apapun, karena mereka merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh pihak

pegawai kepada masyarakat.

Namun sebaliknya, apabila aparat atau pegawai tidak dapat bekerja secara

produktif, tidak efektif dan efisien, prosedural yang selalu berbelit-belit, pelayanan yang

kurang memuaskan, maka dapat menimbulkan persepsi yang negatif dari masyarakat dan

mengakibatkan citra instansi tersebut buruk di lingkungan masyarakat sehingga

masyarakat enggan untuk berurusan dengan instansi tersebut dan bahkan masyarakat

selaku pelanggan akan berpindah kepada perusahaan jasa lainnya dan menjadi pelanggan

pihak pesaing karena merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.

Sehubungan dengan hal ini, Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirtanadi

adalah suatu perusahaan daerah milik Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang

menyediakan air bersih yang telah memenuhi standar kesehatan dan mengelola air limbah

dengan tingkat kualitas pelayanan prima yang dapat dijangkau masyarakat guna

mewujudkan lingkungan yang sehat. Kualitas yang dihasilkan PDAM Tirtanadi telah

memenuhi standard air minum Indonesia sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pendistribusiannya kepada para pelanggan telah

dapat berlangsung selama 24 jam non stop. PDAM Tirtanadi pada saat ini telah memiliki

9 kantor cabang yang berlokasi di 3 daerah Tingkat II yaitu Kota Medan, Kabupaten Deli

Serdang dan Kabupaten Karo.

Dalam hal penagihan rekening air, PDAM Tirtanadi menyerahkan proses

penagihan tersebut kepada Koperasi selaku anak perusahaan PDAM Tirtanadi dimana

(11)

Cabang Utama Medan, Cabang Medan Denai, Cabang Sunggal, Cabang Padang Bulan,

Cabang Deli Tua dan lain-lain

Dalam bidang pelayanan kepada pelanggan, diketahui bahwa pelayanan dapat

berjalan dengan baik, dimana manajemen serta sistem kerja telah terlaksana dan tertata

dengan sempurna. Hal ini dapat dilihat dari pelayanan dalam pembayaran rekening air,

dimana Koperasi PDAM Tirtanadi Cabang Utama Medan telah memberikan pelayanan

yang terbaik kepada pelanggan seperti penagihan rekening air yang dilakukan oleh

petugas / kolektor ke rumah-rumah pelanggan.

Apabila pelanggan tidak berada dirumah sewaktu pegawai menagih rekening air,

maka pegawai akan mencoba lagi untuk mendatangi kembali rumah pelanggan yang

sedang tidak berada di tempat sewaktu penagihan oleh petugas rekening air. Pegawai

biasanya tetap bersedia untuk berulangkali melakukan penagihan ke rumah-rumah dan

apabila pelanggan tetap tidak berada di tempat maka kolektor akan berhenti melakukan

penagihan karena keterbatasan waktu yang dimiliki dan masih banyak lagi rumah-rumah

pelanggan yang belum ditagih oleh kolektor. Sehingga dalam hal ini pihak Koperasi

membuka loket pelayanan untuk pembayaran rekening air bagi pelanggan yang terlambat

membayar rekening air atau dikarenakan ada sesuatu hal sehingga pelanggan diwajibkan

langsung untuk membayar rekening air tersebut di loket-loket yang telah ditentukan

diantaranya adalah Koperasi PDAM Tirtanadi Cabang Utama Medan.

Pelayanan yang dilakukan ini bertujuan untuk memberi kemudahan kepada

pelanggan agar pelanggan tidak lagi datang ke loket-loket untuk membayar rekening air

sebagaimana yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan jasa lainnya seperti : Telkom,

(12)

PDAM Tirtanadi Cabang Utama Medan, memberikan pelayanan kepada

pelanggan dalam hal pembayaran rekening air untuk wilayah Sisingamangaraja, Brigjen

Katamso, Ir. Juanda, Mongonsidi, Titi Kuning dan wilayah sekitarnya yang telah

ditetapkan berdasarkan wilayah.

Selain itu dapat juga dilihat dari sistem kerja dan sistem informasi manajemen

yang telah menggunakan kemajuan teknologi yakni komputerisasi dan pencetakan

rekening yang pada mulanya memakai mesin ketik kemudian beralih dengan

menggunakan komputer. Pada waktu proses pembayaran, rekening telah tercetak

sehingga pelanggan tidak lagi harus menunggu dalam mencetak rekening. Oleh sebab itu

dapat dikatakan bahwa pihak koperasi PDAM Tirtanadi khususnya bidang pelayanan

penagihan rekening air pelanggan sudah berjalan dengan baik dan hal tersebut merupakan

suatu bentuk pelayanan yang memberikan kemudahan pada pelanggan.

Tetapi dalam kenyataannya masih saja terdapat keluhan-keluhan dari masyarakat

atau pelanggan yang merasa tidak puas terhadap kualitas pelayanan yang diberikan

koperasi PDAM Tirtanadi cabang utama Medan. Dimana pelanggan masih mengalami

kesulitan bila setiap menghadapi masalah rekening air atau pembayaran rekening air

sebab karyawan di koperasi PDAM Tirtanadi cabang utama Medan tidak dapat

membantu dalam hal perpanjangan tangan dalam mengurus masalah yang dihadapi oleh

pelanggan, sehingga menyebabkan pelanggan enggan berurusan bila ada masalah karena

mereka menganggap jika mengurus masalah prosesnya terlalu lama ditanggapi dan

membutuhkan biaya dalam penyelesaian masalah.

Penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan

(13)

dimulai dengan mengidentifikasi penentuan sumber yang menyebabkan pelanggan

mengeluh dan merasa tidak puas.

Pada kenyataannya juga sering terjadi kesenjangan antara mutu yang diharapkan

dengan mutu yang dilaksanakan sehingga dukungan dan kepercayaan masyarakat /

pelanggan belum maksimal. Ketidakpuasan konsumen dapat mengakibatkan konsumen

berperilaku negatif, seperti adanya tunggakan rekening pembayaran, penyegelan water

meter, pemutusan sambungan rumah karena kelalaian membayar.

Dengan rendahnya mutu kualitas pelayanan masyarakat yang dilakukan aparat

pemerintah selama ini menjadi tantangan yang sangat krusial untuk sesegera mungkin

dilakukan perubahan.

Dalam hal ini karyawan yang ada di koperasi PDAM Tirtanadi dalam melayani

masyarakat atau pelanggan harus mengacu pada pelayanan prima yang sesuai dengan

keinginan pelanggan yaitu pelayanan yang jujur, pelayanan yang sama dan merata, tepat

waktu, pelayanan yang gratis, pelayanan yang mudah dalam setiap pengurusan masalah

dan pelayanan yang ramah.

Atas dasar keterangan yang dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik pada Koperasi

PDAM Tirtanadi Cabang Utama Medan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka

peneliti membuat suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana

Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Publik pada Koperasi PDAM Tirtanadi

(14)

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan

pulik yang diberikan oleh pegawai Koperasi PDAM Tirtanadi Cabang Utama

Medan

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan pulik pada Koperasi PDAM Tirtanadi

Cabang Utama Medan

3. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh karyawan

koperasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik di Koperasi PDAM

Tirtanadi Cabang Utama Medan.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian tentang persepsi

masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik ( tanggapan pelanggan dalam

membayar rekening air ), khususnya bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara

di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan

bagi Koperasi PDAM Tirtanadi Cabang Utama Medan untuk informasi dalam

pengambilan kebijakan agar dapat mengoptimalkan pelayanan publik

3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber pengalaman dan

literature yang kapabel bagi peneliti berikutnya untuk perbandingan dalam

meneliti tentang kualitas pelayanan publik pada Koperasi PDAM Tirtanadi

(15)

5. Paradigma Penelitian

Paradigma, menurut Bogdan dan Biklen dalam J.Lexy Moleong ( 1993 : 32 )

adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau

proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.

Dasar teoritis penelitian kualitatif bertumpu pada paradigma fenomenologi yaitu

berusaha memahami subjek dari segi pandangan mereka sendiri. Jadi intinya ia tidak saja

melihat teori-teori yang sudah ada tetapi melihat apa yang mau dikaji.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu

proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat perseptornya.

Dengan demikian tampak bahwa persepsi masyarakat adalah hasil pengamatan langsung

dari masyarakat terhadap objek melalui alat-alat indera.

Paradigma pelayanan publik maksudnya adalah konsepsi yang dapat mendasari

seseorang untuk merefleksikan keyakinannya dalam memberikan pelayanan kepada

pelanggannya, sehingga pelanggan yang dilayani tidak lagi menyatakan bahwa pelayanan

aparatur / petugas dalam melayani pelanggan selama masih bisa dipersulit kenapa

dipermudah, kalau masih bisa dibayar kenapa gratis dan lain-lain.

Uraian ini menunjukkan bahwa selama ini aparatur / petugas dalam melayani

masyarakat atau pelanggan belum mengacu pada pelayanan yang sesuai dengan

keinginan pelanggan yaitu pelayanan yang cepat, pelayanan yang sama dan merata, tepat,

akurat, mudah dan pelayanan yang ramah. Kepuasan pelanggan / masyarakat dapat

dicapai apabila aparatur atau petugas yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung

dalam pelayanan dapat mengerti dan menghayati serta berkeinginan untuk melaksanakan

(16)

prima, karena itu petugas pelayanan dituntut untuk menciptakan citra positif di mata

pelanggan. Prinsip yang tidak boleh ditinggalkan dalam pelayanan prima adalah apa yang

terbaik bagi konsumen, itulah yang terbaik bagi semua orang sepanjang mengacu pada

standar.

Dengan berkembangnya kehidupan manusia maka tuntutan akan pelayanan publik

semakin meningkat pula. Masyarakat tidak hanya mengharapkan terpenuhinya

kebutuhan, tetapi lebih dari itu, yaitu kualitas pelayanan yang dapat memberikan

kepuasan kepada pelanggannya. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan

untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan.

Pengertian kualitas pelayanan mengandung banyak penafsiran dan arti, menurut

Supranto ( 2001 : 228 ) kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan

sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik.

Pengertian pelayanan menurut Moenir ( 1992 : 26 ) adalah kegiatan yang

dilakukan oleh seorang, sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui

sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kepuasan orang lain sesuai

dengan haknya.

Dari defenisi yang telah diuraikan diatas maka peneliti menarik kesimpulan

bahwa kualitas pelayanan merupakan interaksi dinamis yang merupakan serangkaian

proses meliputi pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dilayani secara

berkesinambungan.

Jadi teori yang digunakan peneliti sebagai pegangan untuk melakukan penelitian

adalah teori menurut Moenir ( 1992 : 27 ) dalam hal pemberian pelayanan prima kepada

(17)

itu sendiri sehingga masyarakat merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh pihak

yang melayani.

Moenir ( 1992 : 41-45 ), menyatakan bahwa masyarakat merupakan pihak yang

ingin memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan, dimana pelayanan prima yang

secara umum diinginkan oleh masyarakat dapat dilihat dari :

 Pelayanan yang sama dan merata, adalah tidak adanya diskriminasi yang diberikan aparat kepada semua masyarakat

 Pelayanan tepat waktu, adalah pelaksanaan pelayanan umum yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang ditetapkan

 Pelayanan yang mudah dalam setiap pengurusan, adalah prosedur atau tata cara pelayanan umum diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan. Sekali pelanggan mengurus masalah maka didapat jasa pelayanan yang lengkap dan tidak perlu lagi menyempurnakan kebutuhan itu kepihak lainnya.

 Pelayanan yang ramah, adalah pelayanan yang menunjukkan pada sikap, tingkah laku serta tutur kata yang sopan sewaktu melayani.

 Pelayanan gratis, adalah memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu atau untaian kata lain yang semacam mengarah kepada permintaan sesuatu baik untuk alasan dinas seperti pembelian kertas, ganti ongkos foto copy atau cetak.

(18)

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

1 Persepsi Masyarakat

1.1 Pengertian Persepsi Masyarakat

Seorang pakar organisasi bernama Robbins ( 2001 : 88 ) mengungkapkan bahwa

Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dengan mana individu-individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada

lingkungan mereka.

Sejalan dari defenisi diatas, seorang ahli yang bernama Thoha ( 1998 : 23 ) ,

mengungkapkan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami

oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat

penglihatan maupun pendengaran.

Wirawan ( 1995 : 77 ), menjelaskan bahwa proses pandangan merupakan hasil

hubungan antar manusia dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam alam

kesadaran ( kognisi ) yang dipengaruhi memori tentang pengalaman masa lampau, minat,

sikap, intelegensi, dimana hasil atau penelitian terhadap apa yang diinderakan akan

mempengaruhi tingkah laku.

Defenisi persepsi juga diartikan oleh Indrawijaya ( 2000 : 45 ), sebagai suatu

penerimaan yang baik atau pengambilan inisiatif dari proses komunikasi.

Maka dari beberapa defenisi diatas secara umum, peneliti membuat kesimpulan

tentang persepsi adalah penafsiran berdasarkan data-data yang diperoleh dari lingkungan

(19)

Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat adalah sekelompok manusia yang

hidup dalam satu kesatuan dalam tatanan sosial masyarakat. Lebih lanjut adalah pendapat

yang dikemukakan oleh Ralph Linton dalam Harsojo ( 1997 : 144 ) menyatakan bahwa

masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja

sama sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya

sebagai kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Dari defenisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa masyarakat merupakan

sekelompok manusia yang hidup secara bersama-sama dan saling berhubungan. Artinya

bahwa setiap individu manusia yang satu sadar akan adanya individu yang lain dan

memperhatikan kehadiran individu tersebut.

Bila dikombinasikan antara persepsi dan masyarakat maka penulis memberikan

defenisi bahwa persepsi masyarakat adalah sebuah proses dimana sekelompok individu

yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu, memberikan tanggapan terhadap

hal-hal yang dianggap menarik dari lingkungan tempat tinggal mereka.

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat

Robbins ( 2001 : 89 ) mengemukakan bahwasanya ada 3 faktor yang dapat

mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu :

1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu

2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip

3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.

(20)

2. Kualitas Pelayanan Publik

2.1. Pengertian Pelayanan Publik

Motif dari Administrasi Negara adalah pemberian servis yang efisien, ekonomis

dan efektif pada setiap masyarakat yang dilayani. Dalam memahami arti kata pelayanan

maka terlebih dahulu harus dipahami defenisi dari pelayanan itu sendiri.

Moenir ( 1992 : 26 ), mendefenisikan pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan

oleh seorang, sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem,

prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kepuasan orang lain sesuai dengan

haknya.

Dari defenisi tersebut dinyatakan bahwa pelayanan merupakan serangkaian

langkah kerja yang dilakukan oleh sekelompok orang guna memberikan rasa kepuasan

kepada orang lain.

Sedangkan publik menurut Moenir ( 1992 : 2 ) adalah kepentingan umum yang

mengarah kepada kepentingan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masing-masing

individu yang terikat oleh kesamaan cita-cita, tujuan dan bekerja sama dalam pencapaian

tujuan.

Dari kedua defenisi kata diatas yakni Pelayanan dan Publik, maka dapat

digabungkan menjadi satu kalimat yang membentuk satu defenisi pelayanan publik yaitu

suatu rangkaian kerja atau kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada

masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu dalam

rangka memberikan kepuasan kepada orang lain.

Berbicara tentang pelayanan, kita mengenal adanya “ Pelayanan Prima ” dimana

(21)

masyarakat ( pelanggan ) dengan memperhatikan unsur-unsur dari pelayanan prima itu

sendiri, sehingga masyarakat merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh pihak yang

melayani.

Sejalan dengan hal diatas, Boediono ( 2003 : 62 ) menyatakan bahwa pelayanan

prima adalah pelayanan bermutu yang dapat meningkatkan keprimaan yaitu dengan cara :

1. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum

2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna

3. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam membangun serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Syahril ( 1991 : 156 ) mengemukakan bahwa pelayanan yang dapat memberikan

kepuasan pada masyarakat mengandung 3 unsur :

1. Terdapatnya pelayanan yang sama dan merata, tidak adanya diskriminasi yang diberikan aparat kepada semua masyarakat. Pelayanan tidak menganak tirikan dan menganak emaskan keluarga, pangkat, suku, bangsa, agama dan tanpa memandang status ekonomi. Hal ini membutuhkan kejujuran dan tenggang rasa 2. Pelayanan yang diberikan harus tepat waktu, pelayanan yang diberikan aparat

yang mengulur waktu dengan berbagai alasan merupakan tindakan yang dapat mengecewakan masyarakat. Mereka yang membutuhkan secepat mungkin diselesaikan akan mengeluh kalau tidak segera dilayani, lagi pula jika mereka mengulur waktu tentunya merupakan beban untuk tahap selanjutnya karena seiring dengan makin banyaknya tugas yang harus diselesaikan

3. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan, hal ini berarti pegawai harus selalu siap untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan. Pegawai tidak harus terikat peraturan yang berlaku bila masyarakat membutuhkan bantuan di luar jam dinas. Dengan demikian aparat dituntut untuk mampu dan wajib memberikan pelayanan yang diharapkan masyarakat.

Moenir ( 1992 : 41-45 ), menyatakan bahwa masyarakat merupakan pihak yang

ingin memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan, maka wujud pelayanan yang

(22)

1. Pelayanan yang sama dan merata, adalah tidak adanya diskriminasi yang diberikan aparat kepada semua masyarakat

2. Pelayanan tepat waktu, adalah pelaksanaan pelayanan umum yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang ditetapkan

3. Pelayanan yang mudah dalam setiap pengurusan, adalah prosedur atau tata cara pelayanan umum diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan. Sekali pelanggan mengurus masalah maka didapat jasa pelayanan yang lengkap dan tidak perlu lagi menyempurnakan kebutuhan itu kepihak lainnya.

4. Pelayanan yang ramah, adalah pelayanan yang menunjukkan pada sikap, tingkah laku serta tutur kata yang sopan sewaktu melayani.

5. Pelayanan gratis, adalah memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu atau untaian kata lain yang semacam mengarah kepada permintaan sesuatu baik untuk alasan dinas seperti pembelian kertas, ganti ongkos foto copy atau cetak.

6. Pelayanan yang jujur adalah pelayanan yang bersifat jujur dimana pegawai harus memberikan penjelasan yang sejujur-jujurnya, jangan merasa berjasa dalam memberikan pelayanan agar tidak timbul keinginan untuk mengharap imbalan dari masyarakat

Sehingga bila wujud pelayanan dapat berjalan atau terlaksana, oleh Moenir ( 1992

: 45 ) menyatakan bahwa masyarakat akan berpersepsi sebagai berikut :

1. Masyarakat menghargai kepada korps pegawai yang bertugas di bidang pelayanan umum

2. Masyarakat terdorong mematuhi aturan dengan penuh kesadaran dan tanpa prasangka buruk

3. Ada rasa bangga pada masyarakat atas karya korps pegawai dibidang layanan umum, meskipun di lain pihak ada yang merasa ruang geraknya dipersempit karena tidak dapat lagi mempermainkan mereka

4. Kelambatan yang biasa ditemui dapat dihindarkan dan ditiadakan

5. Karena adanya kelancaran dibidang pelayanan umum, gairah dan inisiatif masyarakat akan meningkat, yang akan meningkat pula usaha pengembangan dan Ipoleksosbud masyarakat ke arah tercapainya masyarakat adil dan makmur berlandaskan Pancasila.

2.2 Sendi Pelayanan Publik

Di dalam pelaksanaannya, pemerintah sebagai pelayanan baik kepentingan

masyarakat dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan

(23)

Sebagaimana yang digariskan pada keputusan Menpan No. 81 tahun 1993 tentang

pedoman Tata laksana Pelayanan Umum dikatakan bahwa pelayanan umum mengandung

sendi :

1. Kesederhanaan, dalam arti prosedur atau tata cara pelayanan umum diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan

2. Kejelasan dan kepastian, dalam arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur baik teknis maupun administrasi, umur kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum, rincian biaya atau tarif pelayanan umum, jadwal waktu memberikan penjelasan umum, hak dan kewajiban baik bagi pemberi maupun penerima pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan atau kelengkapan sebagai alasan umum memastikan pemprosesan pelayanan umum

3. Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum

4. Keterbukaan, dalam arti prosedur atau tata cara, persyaratan satuan kerja pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta atau tidak diminta

5. Efisiensi, dalam arti persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan umum yang diberikan, dicegah adanya penanggulangan pemenuhan kelengkapan persyaratan dalam proses pelayanannya

6. Keadilan yang merata dalam arti cakupan jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlukan secara adil

7. Ekonomis, dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan : nilai barang atau jasa pelayanan dan tidak menuntut biaya yang tinggi diluar jangkauan, kohasi dan kemampuan masyarakat untuk membayar secara umum, peraturan perundang-undangan yang berlaku 8. Ketepatan waktu, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan

dalam kurun waktu yang ditetapkan.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Boediono ( 2003 : 63 ) mengatakan

pelayanan umum harus dilaksanakan dalam suatu rangkaian terpadu yang bersifat :

1. Pelayanan umum yang sederhana, bahwasanya pelayanan umum itu prima bila dalam pelaksanaannya tidak menyulitkan, tidak bertele-tele dan tidak mencari kesempatan dalam kesempitan

(24)

berjasa dalam memberikan pelayanan agar tidak timbul keinginan untuk mengharap imbalan dari masyarakat

3. Pelayanan umum yang lancar, yaitu diperlukannya prosedur yang tidak berbelit-belit dan pegawai harus ikhlas dalam melakukan pelayanan sepenuh hati

4. Pelayanan umum yang dapat menyajikan secara tepat yaitu tepat dengan maksud dan sasarannya, tepat waktu, tepat jawabannya dan tepat dalam memenuhi janji 5. Pelayanan umum yang lengkap, maksudnya tersedianya apa-apa yang diperlukan

oleh masyarakat dan mendapat jasa pelayanan yang lengkap

6. Pelayanan umum yang wajar, yang artinya tidak ditambah-tambah menjadi pelayanan yang bergaya mewah sehingga memberatkan pelanggan

7. Pelayanan umum yang terjangkau, merupakan uang retribusi yang dapat dijangkau oleh masyarakat dengan tidak mengada-ngada.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan prosedur pelayanan yang

prima, maka akan tercipta suatu kerja sama yang baik antara pelanggan selaku pihak yang

dilayani dengan pegawai selaku pihak yang melayani serta akan terwujud hubungan yang

harmonis diantara keduanya sehingga akan berdampak positif kepada instansi

pemerintahan karena dengan terjalinnya hubungan yang harmonis tersebut maka

pelanggan akan selalu senang bila berurusan dengan instansi tersebut dan akan merasa

puas atas pelayanan yang diberikan oleh pihak instansi.

2.3 Faktor Pendukung dan Hambatan Dalam Pelayanan

Menurut Moenir ( 1992 : 124 ), ada enam faktor pendukung dalam pelayanan

yakni :

1. Faktor kesadaran yang meliputi kesadaran pegawai pada segala tingkat yang menjadi tanggung jawabnya yang akan membawa dampak yang positif terhadap organisasi

2. Faktor aturan, aturan bersifat mutlak agar organisasi dan pekerjaan dapat berjalan teratur dan terarah

3. Faktor organisasi, merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan dalam usaha pencapaian tujuan

4. Faktor pendapatan, pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan

5. Faktor keterampilan petugas, merupakan kemampuan dan keterampilan petugas dalam melaksanakan pekerjaan

(25)

Adapun yang menjadi faktor hambatan dalam pelayanan menurut Yamit ( 2001 :

32 ), adalah :

1. Kurangnya otoritas yang diberikan kepada bawahan

2. Terlalu birokrasi sehingga lamban dalam menanggapi keluhan konsumen 3. Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada ijin dari atasan 4. Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberi jalan keluar yang baik

5. Petugas sering tidak ada di tempat pada waktu jam kerja sehingga sulit untuk dihubungi

6. Banyak interest pribadi 7. Budaya tip

8. Aturan main yang tidak terbuka dan tidak jelas

9. Kurang profesional ( kurang terampil menguasai bidangnya ) 10.Disiplin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu

11.Tidak ada keselarasan antar bagian dalam memberikan layanan 12.Kurang kontrol sehingga petugas agak nakal

13.Ada diskriminasi dalam memberikan layanan

14.Belum ada sistem informasi manajemen yang terintegrasi.

Keseluruhan faktor penghambat dalam pelayanan tersebut diatas dapat dijadikan

dasar bagi manajer untuk meningkatkan atau memperbaiki pelayanan agar dapat

mengurangi bahkan menghilangkan kesenjangan yang terjadi antara pihak perusahaan

dengan pelanggan.

2.4 Bentuk Pelayanan

Menurut Moenir (1992 : 190 ) mengatakan bahwa pelayanan umum yang

dilakukan oleh siapapun, bentuknya tidak terlepas dari tiga macam yaitu :

1. Layanan secara lisan, layanan secara lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat ( HUMAS ) bidang pelayanan informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan dan keterangan kepada siapapun yang memerlukan agar setiap layanan berhasil sesuai dengan yang diharapkan maka perlu diperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan yakni, dengan memahami benar masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya, mampu memberikan penjelasan tentang apa yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan pelanggan

(26)

karena faktor biaya agar layanan dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani perlu diperhatikan faktor kecepatan baik dalam pengolahan masalah-masalah maupun proses penyelesaiannya ( pengetikan, penandatanganan dan pengiriman kepada yang bersangkutan )

3. Layanan dengan perbuatan, pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan 70 – 80 % dilakukan oleh petugas tingkat menengah dan bawah. Karena itu faktor keahlian dan keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil pekerjaan

2.5 Aktivitas Manajemen Pelayanan Umum

Aktivitas manajemen yang dimaksud dalam uraian ini adalah aktivitas yang

dilakukan oleh manajemen dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Uraian

dari segi aktivitas ini diambil karena disinilah letak dinamikanya manajemen, terutama

jika dihubungkan dengan kegiatan pelayanan yang menjadi pokok bahasan. Layanan

haruslah aktif dan dinamis, karena dalam layanan pada dasarnya manusialah yang

menjadi sasaran baik secara perorangan maupun berkelompok dalam bentuk badan /

organisasi. Dengan menyadari aktivitas yang harus ditangani oleh manajemen, maka

dapat diharapkan ada dinamika dalam proses manajemen.

Arti aktivitas menurut George S.Odiorne dalam Moenir ( 1992 : 163 ) adalah

usaha atau proses dengan menggunakan keahlian dan teknik yang dapat mengubah bahan

menjadi sesuatu, baik dalam wujud barang maupun jasa yang bermanfaat. Bahasan

manajemen dari segi aktivitas dihubungkan dengan fungsi pelayanan yang didasarkan

pada pengamatan empiris dalam praktek sehari-hari.

Menurut Moenir ( 1992 : 164 ) aktivitas manajemen yang menonjol diantara

aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah :

1. Aktivitas menetapkan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan organisasi 2. Menetapkan cara yang tepat

(27)

2.6 Penyelenggaraan Manajemen Pelayanan

Seperti telah diulas pada bab uraian terdahulu bahwa pelayanan adalah suatu

proses. Jadi manajemen pelayanan adalah manajemen proses yaitu, sisi manajemen yang

mengatur dan mengendalikan proses layanan agar mekanisme kegiatan pelayanan dapat

berjalan tertib, lancar, tepat mengenai sasaran dan memuaskan bagi pihak yang harus

dilayani. Kriteria terakhir inilah yang menjadi ukuran bagi keberhasilan fungsi layanan.

Memang hasil akhir tugas pelayanan akan dinikmati oleh orang, baik secara berhadapan

muka langsung maupun melalui sarana hubungan jarak jauh ( telepon, telegram, telex,

faxcimile, dll ).

Moenir mengatakan bahwa setiap proses mempunyai 4 unsur ( 1992 : 186 ), yaitu

1) Maksud tujuan ; 2) Sistem / Prosedur ; 3) Kegiatan dan 4) Pelaksana. Dari keempat

unsur tersebut, semuanya merupakan proses yang harus dijalankan oleh setiap instansi

pemerintah agar manajemen pelayanan dapat tertata dengan baik dan berjalan dengan

lancar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2.7 Kualitas Jasa Pelayanan

Bagian yang paling rumit dari pelayanan adalah kualitas yang sangat dipengaruhi

oleh harapan konsumen. Kualitas dapat dilihat sebagai suatu kelemahan kalau konsumen

mempunyai harapan yang terlalu tinggi, walaupun dengan suatu pelayanan yang baik.

Namun demikian, pada kenyataannya masih terdapat beberapa defenisi jasa pelayanan

yang sering disebut sebagai jasa pelayanan umum ( public utilities ), di Indonesia seperti :

Perusahaan telekomunikasi, perusahaan air minum, perusahaan pos dan giro dan

(28)

Wyckoff dalam Yamit ( 2001 : 22 ), mendefenisikan bahwa jasa pelayanan adalah

sekelompok manfaat yang berdaya guna baik secara eksplisit maupun implisit atas

kemudahan untuk mendapatkan barang maupun jasa pelayanan.

Hal ini diperjelas oleh Collier dalam Yamit ( 2001 : 22 ) mengatakan jasa

pelayanan lebih menekankan pada kata pelanggan, pelayanan, kualitas dan level atau

tingkat, dimana pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas pelayanan

merupakan cara terbaik yang konsisten untuk dapat mempertemukan harapan konsumen

dan sistem kinerja cara pelayanan.

Dari defenisi kualitas jasa pelayanan diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan

yang terbaik dengan tingkat kualitas yang tinggi dapat tercapai dengan memperbaiki

pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kinerja pelayanan baik

pelayanan internal maupun standar pelayanan eksternal.

Kualitas jasa pelayanan dapat dilihat dari kesenjangan yang timbul dalam proses

pelayanan yang berlangsung, dimana hal ini merupakan suatu bentuk pelayanan yang

dapat memberikan harapan yang terbaik kepada konsumen / pelanggan ketika proses

pemberian layanan. Apabila kesenjangan ini tidak dapat diatasi maka akan berakibat

kepada menurunnya tingkat kualitas pelayanan kepada konsumen. Jadi kualitas jasa

pelayanan dapat tergambar dari terciptanya harapan konsumen terhadap standar

pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan.

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi

pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut

(29)

Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka

kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih

rendah dari pada yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan

demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam

memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.

Kualitas jasa pelayanan, oleh Parasuraman dkk dalam Yamit (2001 : 25 ) dapat

dibedakan ke dalam 2 kelompok yaitu :

1. Kesenjangan yang muncul dari dalam perusahaan

2. Kesenjangan yang muncul dari luar perusahaan.

3. Pelanggan

3.1 Pengertian Pelanggan

Orientasi dalam melayani pelanggan disebabkan karena asset terbesar birokrasi

adalah pelanggan bukan bangunan, bukan peralatan, bukan modal dan bukan dana atau

konsultan maupun karyawan.

Lele dan Sheth dalam Boediono ( 2003 : 35 ) mengatakan bahwa pelanggan

adalah raja. Dengan demikian pelanggan merupakan sesuatu yang unik dan wajib

mendapatkan perhatian dan kepedulian secara sungguh-sungguh dalam hal organisasi

berorientasi kepada pelanggan sehingga mampu bertahan pada era persaingan mutu yang

semakin lama semakin marak.

Secara tradisional pelanggan diartikan orang yang membeli dan menggunakan

(30)

yang bergerak dibidang jasa, oleh sebab itu pelanggan merupakan orang yang

menggunakan jasa pelayanan.

3.2 Kepuasan Pelanggan

Tidak ada gunanya menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas kalau tidak

dapat menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Mempertahankan pelanggan berarti

mengharapkan pelanggan melakukan pembelian ulang atas produk dan jasa pada saat

kebutuhan yang sama muncul dikemudian hari.

Konsumen yang melakukan pembelian ulang atas produk dan jasa yang dihasilkan

perusahaan adalah pelanggan dalam arti yang sebenarnya. Untuk menciptakan pembelian

ulang suatu barang tentu perusahaan harus memberikan kepuasan pada pelanggan. Hal ini

menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan hanya dapat diperoleh kalau perusahaan

memperhatikan apa yang diinginkan oleh pelanggan.

Semua usaha yang dilakukan perusahaan diarahkan untuk menciptakan dan

meningkatkan kepuasan pelanggan. Tidak mungkin orang akan melakukan pembelian

ulang produk kalau pelanggan tidak merasa puas dengan apa yang mereka terima. Tidak

ada gunanya mengubah desain produk dan desain proses kalau bukan ditujukan untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan. Dari pernyataan diatas nampak bahwa kepuasan

pelanggan merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan untuk

bertahan dalam persaingan yang semakin tinggi.

Untuk mendefenisikan kepuasan pelanggan tidaklah mudah, karena pelanggan

memiliki berbagai macam karakteristik baik pengetahuan, kelas sosial, pengalaman,

pendapatan maupun harapan. Misalnya seorang pelanggan baru ingin mencoba

(31)

pelanggan tersebut pasti memiliki harapan bahwa ia akan dilayani secara baik,

pelayannya ramah, cepat tanggap dan masakan yang dicobanya enak.

Jika harapan pelanggan ini sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakannya,

bahkan mungkin apa yang dialami dan dirasakan melebihi harapannya sudah dapat

dipastikan pelanggan tersebut akan merasa puas.

Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan dapat

didefenisikan oleh Yamit ( 2001 : 78 ) adalah hasil yang dirasakan atas penggunaan

produk dan jasa apakah sama atau melebihi harapan yang diinginkan.

Dari defenisi kepuasan pelanggan tersebut, perusahaan harus berusaha

mengetahui apa yang diharapkan pelanggan dari jasa yang dihasilkan. Harapan pelanggan

dapat diidentifikasi secara tepat apabila perusahaan mengerti persepsi pelanggan terhadap

kepuasan. Mengetahui persepsi terhadap kepuasan sangatlah penting, agar tidak terjadi

kesenjangan persepsi antara perusahaan dengan pelanggan.

Persepsi pelanggan terhadap kepuasan merupakan penilaian subjektif dari hasil

yang diperolehnya. Harapan pelanggan merupakan referensi standar kinerja pelayanan

dan sering kali diformulasikan berdasarkan keyakinan pelanggan tentang apa yang akan

terjadi.

Faktor utama yang harus dilakukan untuk membentuk fokus kepada pelanggan

adalah perusahaan harus menempatkan karyawan untuk berinteraksi secara langsung

dengan pelanggan dan memberikan kebebasan kepada karyawan untuk melakukan

tindakan yang diperlukan dalam rangka memuaskan pelanggan.

Menurut Sunu ( 1999 : 127 ) tingkat kepuasan adalah perbedaan antara daya guna

(32)

kepuasan yaitu : a) Tidak puas, dimana kondisi daya guna produk atau jasa lebih rendah

dari harapan ; b) Puas, bila kondisi daya guna produk / jasa sama dengan harapan ; c)

Sangat puas, bila daya guna produk / jasa melebihi harapan pelanggan.

3.3 Memuaskan Kebutuhan Pelanggan

Memuaskan kebutuhan pelanggan adalah keinginan setiap perusahaan. Selain

menjadi faktor penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, memuaskan kebutuhan

pelanggan dapat meningkatkan keunggulan dalam persaingan. Pelanggan yang puas

terhadap produk dan jasa pelayanan cenderung untuk membeli kembali produk dan

menggunakan kembali jasa pada saat kebutuhan yang sama muncul kembali dikemudian

hari. Hal ini berarti kepuasan merupakan faktor kunci bagi pelanggan dalam melakukan

pembelian ulang yang merupakan porsi terbesar dari volume penjualan perusahaan.

Yamit ( 2001 : 94 ) mengatakan bahwa untuk dapat memuaskan kebutuhan

pelanggan perusahaan dapat melakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan, mencari tahu kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat dilakukan dengan mengetahui motif pelanggan dalam membeli suatu produk atau jasa, perlu disadari bahwa tidak semua pelanggan mau dan mampu secara terbuka mengungkapkan motif pembelian suatu produk atau jasa sebab dengan mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggan atas suatu produk atau jasa akan memudahkan perusahaan dalam mengkomunikasikan produk kepada sasaran pelanggan

2. Mengetahui proses pengambilan keputusan dalam membeli, dengan mengetahui tipe pengambilan keputusan pelanggan dalam membeli produk maka perusahaan dapat memprediksi faktor yang mempengaruhi pelanggan dalam memutuskan pembelian dan memilih cara pelayanan pelanggan yang tepat

3. Membangun citra perusahaan, perusahaan perlu memperhatikan proses informasi yang membentuk persepsi pelanggan terhadap produk perusahaan, persepsi positif atau negatif sangat bergantung pada informasi yang diterima pelanggan atas produk yang dihasilkan perusahaan

(33)

Memuaskan kebutuhan pelanggan dapat terealisasi jika perusahaan menjadikan

kepuasan kebutuhan pelanggan sebagai strategi bisnis yang berkelanjutan dan bukan

hanya kebijakan sesaat. Memberikan kepuasan pelanggan yang berkelanjutan tidak hanya

kepada pelanggan eksternal tetapi juga kepada pelanggan internal atau para karyawan.

Menurut Kotler yang dikutip Tjiptono (1996:148) terdapat empat metode untuk

mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut :

1. Sistem keluhan dan saran, artinya setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka.

2. Survei kepuasan pelanggan, artinya kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode survei, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi. Dengan melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan sekaligus juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.

3. Ghost shopping, artinya metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang (Ghost sopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan / pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing.

4. Ghost sopper, menyampaikan temuan-temuan mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut.

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Bentuk Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah Metode deskriptif dengan analisis

data kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

/ melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya.

Menurut Bungin ( 2007 : 6 ) tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai

tahapan berpikir kritis – ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara

induktif yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial melalui

pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan

teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu.

2. Lokasi dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada Koperasi PDAM Tirtanadi cabang

utama Medan yang bertempat di Jl. Petani No.1 Sisingamangaraja Medan serta didukung

oleh data yang diperoleh dari masyarakat selaku pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang

Utama Medan.

3. Satuan Kajian ( Unit Of Analysis )

Pada penelitian ini yang menjadi satuan kajian ( unit of Analysis ) adalah pegawai

koperasi PDAM Tirtanadi Cabang Utama Medan serta pelanggan PDAM Tirtanadi

cabang utama Medan.

Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian

(35)

digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, maka dalam penelitian ini

peneliti menggunakan informan kunci dan informan biasa.

Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan

yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan

dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja.

Atas dasar pertimbangan maka ditentukanlah informan kunci penelitian yaitu :

 Manager Penagihan Rekening Air sebanyak 1 orang

 Kasir Loket Utama Medan sebanyak 1 orang

Sementara untuk memperkaya data yang akan diolah, maka diambil juga informan

biasa sebanyak 10 orang dari masyarakat yang menerima pelayanan pada Koperasi

PDAM Tirtanadi cabang utama Medan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Studi lapangan yaitu :

 Observasi adalah pengamatan secara langsung dari objek yang diteliti di

lapangan dalam hal tanggapan pelanggan dalam membayar rekening air dan

pelayanan publik.

 Wawancara, merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan

wawancara ( tanya jawab ) secara lisan pada dua orang atau lebih dalam

menggali informasi dengan tatap muka secara langsung untuk memperoleh

keterangan dari masyarakat yang berperan dalam masalah yang diteliti.

Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yaitu

(36)

2. Studi Kepustakaan yaitu dengan mengambil data, laporan, buku-buku, karya ilmiah,

artikel yang memiliki relevansi dengan masalah yang sedang diteliti.

3. Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada di lokasi

penelitian, dokumen, peraturan-peraturan, perundang-undangan serta sumber-sumber

lain yang relevan dengan objek penelitian.

5. Teknik Analisa Data

Dengan demikian teknik analisa data yang digunakan adalah :

1. Organisasi data

Merupakan deskripsi dalam bentuk narasi yang disusun secara logis dan

sistematis sehingga mudah dipahami.

2. Reduksi data

Bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, dan membuang

hal-hal yang tidak penting sehingga simpulan penelitian dapat dilaksanakan. Jadi laporan

lapangan sebagai bahan “ mentah ” disingkatkan, disusun lebih sistematis, sehingga lebih

mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang

hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang

diperoleh bila diperlukan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan merupakan hasil akhir dari reduksi data dan penyajian data.

Kesimpulan penelitian perlu diverifikasi agar mantap dan benar-benar bisa

(37)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Penagihan Rekening Air di Koperasi PDAM Tirtanadi Cabang Utama

Medan

Pada awalnya penagihan rekening air minum pelanggan di PDAM Tirtanadi

ditagih langsung oleh perusahaan. Dalam hal ini pelanggan membayar langsung ke kantor

PDAM Tirtanadi. Untuk pelanggan yang menunggak maka penagihannya dilaksanakan

oleh layanan kerumah-rumah pelanggan.

Kemudian pada tahun 1987 penagihan rekening air diserahkan kepada pihak

ketiga ( rekanan ), dalam hal ini CV. Multi Jasa. Oleh Multi Jasa mereka menagih

langsung kerumah-rumah pelanggan dan bagi pelanggan yang menunggak atau beberapa

kali ditagih kerumah namun orangnya tidak berada di rumah maka pembayarannya

dilakukan di loket-loket pembayaran yang telah ditetapkan oleh CV. Multi Jasa. Sebagai

cuntoh pelanggan di wilayah Jl. Sisingamangaraja, Brigjen Katamso dan lain-lain ditagih

pembayarannya di loket Jl Halat.

Sejak tahun 2002 penagihan rekening air diambil alih oleh PDAM dan diserahkan

pelaksanaannya kepada Koperasi karyawan tirtanadi. Sistem yang dijalankan oleh

Koperasi karyawan tirtanadi tidak jauh beda dengan sistem penagihan oleh CV. Multi

Jasa. Seluruh karyawan CV. Multi Jasa direkrut menjadi pegawai Koperasi karyawan

PDAM Tirtanadi.

Bagi pelanggan yang belum membayar rekening air dikarenakan pada waktu itu

(38)

telah ditentukan, maka pelanggan dapat membayar rekening air tersebut di loket

pelayanan cabang utama Medan yang telah ditentukan oleh koperasi PDAM Tirtanadi

tepatnya di Jl. Petani No.1 Sisingamangaraja Medan.

2. Visi dan Misi PDAM Tirtanadi

Adapun Visi Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirtanadi adalah sebagai

PDAM yang akan dikenal sebagai penyedia air minum dan pengelola air limbah terbaik

di Indonesia dengan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat di Provinsi

Sumatera Utara.

Sedangkan Misi PDAM Tirtanadi adalah sebagai Perusahaan Daerah Air Minum

milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara adalah perusahaan penyedia air minum dan

pengelola air limbah yang mengutamakan kepuasan pelanggan dan sebagai salah satu

sumber Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, untuk itu PDAM

Tirtanadi menyediakan air bersih yang memenuhi standar kesehatan dan mengelola air

limbah dengan tingkat kualitas pelayanan prima yang dapat dijangkau masyarakat guna

mewujudkan lingkungan yang sehat sehingga menjadi PDAM terbaik di Indonesia.

3. Struktur Organisasi Koperasi PDAM Tirtanadi

3.1 Manager

Membawahi :

a) Kepala seksi usaha

b) Kepala seksi penagihan rekening air

c) Kepala seksi pembukuan

(39)

Tugas-tugas :

a) Mengkoordinir, menyusun rencana kerja dan anggaran masing-masing seksi yang

berada dibawahnya.

b) Mengikuti rapat pembahasan dan penyelesaian rencana kerja dan anggaran

masing-masing seksi secara keseluruhan dengan pengurus Koperasi Tirtanadi.

c) Menyusun perencanaan strategis untuk pengembangan usaha yang baru

d) Melaksanakan rencana kerja dan anggaran yang disetujui Rapat anggota selanjutnya

membuat laporan kepada pengurus Koperasi Tirtanadi

e) Memimpin dan mengkoordinir rapat dengan SDM di bawahnya dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari.

f) Membuat nota dinas, penempatan dan mutasi SDM, surat pemberitahuan,

pengumuman, surat keputusan yang berkaitan dengan aktivitas Koperasi Tirtanadi

melalui persetujuan Ketua Koperasi Tirtanadi

g) Mengajukan, mengangkat, mempromosikan dan memberhentikan SDM di bawahnya

dengan diketahui oleh Ketua Koperasi Tirtanadi.

h) Membuat laporan keuangan bulanan dan tahunan

i) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ketua sesuai dengan hirarki tentang

langkah-langkah penambahan pendapatan yang perlu diambil

j) Melaksanakan tugas-tugas lain dari pengurus Koperasi Tirtanadi sesuai dengan tugas

dan wewenang yang diberikan.

Wewenang :

(40)

b) Atas dasar persetujuan tertulis dari Pengurus Koperasi Tirtanadi, dapat

menandatangani surat-surat berharga tertentu

c) Membuat dan mengendalikan administrasi terhadap uang dan barang-barang

berharga secara tertib dan teratur sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang

berlaku

d) Mengatur dan melaksanakan pengamanan atas pelaksanaan tugas dan wewenang

yang telah ditetapkan.

Tanggung Jawab :

a) Bertanggung jawab kepada Pengurus Koperasi Tirtanadi atas pelaksanaan tugas dan

wewenang yang telah ditetapkan

b) Secara pribadi bertanggung jawab sepenuhnya atas hal-hal yang dilakukan diluar

tugas dan wewenang yang telah ditetapkan

c) Bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian dari

pelaksanaan tugas-tugas dan wewenang yang telah ditetapkan.

3.2 Kepala Seksi Penagihan Rekening Air

Membawahi :

a) Kepala Sub Seksi Administrasi dan Keuangan

b) Kepala Sub Seksi Operasional

c) Kepala Sub Seksi Personalia

d) Kepala Sub Seksi Pengawasan

(41)

Tugas-tugas :

a) Mengkoordinir dan membuat rencana kerja dan anggaran Seksi Penagihan Rekening

Air

b) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait yang berhubungan dengan tugas

Seksi Penagihan Rekening Air

c) Membuat administrasi dan mengambil rekening air dari PDAM Tirtanadi yang akan

ditagih

d) Melaksanakan dan mengendalikan proses penagihan rekening air dan tagihan lainnya

dengan tertib, lancar dengan mengikuti pedoman yang berlaku

e) Membuat administrasi pengembalian rekening air yang tidak tertagih kepada PDAM

Tirtanadi

f) Membuat sistem dan melaksanakan penyetoran hasil tagihan rekening air setiap hari

ke Bank sesuai dengan pedoman yang berlaku

g) Melaksanakan penagihan fee atas prestasi penagihan rekening air dilengkapi dengan

dokumen pendukung kepada PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara

h) Membuat dan melaksanakan jadwal penagihan rekening air per kawasan menurut

jumlah petugas yang bergilir.

i) Membuat laporan harian, bulanan atas penagihan rekening air

j) Membuat berita acara serah terima rekening air dengan kepala Sub Seksi Operasional

k) Memberikan saran dan pertimbangan kepada manager sesuai dengan hierarki tentang

langkah-langkah penambahan dan pendapatan yang perlu diambil

(42)

m) Melaksanakan tugas-tugas lain dari manager sesuai dengan tugas dan wewenang yang

diberikan.

Wewenang :

Mengatur dan memberdayakan SDM Seksi Penagihan Rekening Air.

Tanggung Jawab :

a) Bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian dari

pelaksanaan tugas-tugas dan wewenang yang telah ditetapkan

b) Bertanggung Jawab kepada manager atas pelaksanaan tugas-tugas dan wewenang

yang telah ditetapkan.

3.3 Kepala Sub Seksi Operasional

Membawahi :

a) Kepala Loket Utama

b) Kepala Loket Halat

c) Kepala Loket Medan Denai

d) Kepala Loket Sunggal

e) Kepala Loket Padang Bulan

Tugas-tugas :

a) Menyusun rencana kerja dan anggaran Sub Seksi Operasional

b) Membuat berita acara serah terima rekening air dengan Kepala Loket

c) Mendistribusikan rekening kepada masing-masing loket

d) Menerima penilaian atas prestasi karyawan dan kolektor

(43)

f) Melaksanakan tugas-tugas lain dari Kepala Seksi Penagihan Rekening Air sesuai

dengan tugas-tugas dan wewenang yang diberikan

Wewenang :

Mengatur dan memberdayakan SDM Sub Seksi Operasional

Tanggung Jawab :

a) Bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian dari

pelaksanaan tugas-tugas dan wewenang yang telah ditetapkan

b) Bertanggung Jawab kepada Kepala Seksi Penagihan Rekening Air atas pelaksanaan

tugas-tugas dan wewenang di Sub Seksi Operasional

3.4 Kepala Sub Seksi Personalia

Tugas-tugas :

a) Menyusun rencana kerja dan anggaran Sub Seksi Personalia

b) Membuat dan mengusulkan pembayaran gaji, prestasi dan dana kesejahteraan lainnya

c) Mengajukan dan menyelenggarakan penyegaran jasmani dan rohani SDM

d) Mengajukan dan melaksanakan seleksi ( penerimaan ), sanksi dan pemberhentian

SDM

e) Mempersiapkan program pendidikan dan latihan kualitas SDM

f) Membuat dan mengendalikan sistem administrasi Sub Seksi Personalia

g) Mengatur, mengendalikan dan menyelenggarakan daftar kehadiran SDM sesuai

dengan ketentuan yang berlaku

h) Mengatur ketertiban dan kebersihan lingkungan kerja.

i) Melaksanakan tugas-tugas lain dari Kepala Seksi Penagihan Rekening Air sesuai

(44)

Wewenang :

Mengatur dan memberdayakan SDM Sub Seksi Personalia

Tanggung Jawab :

a) Bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian dari

pelaksanaan tugas-tugas dan wewenang yang telah ditetapkan

b) Bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Penagihan Rekening Air atas pelaksanaan

tugas-tugas dan wewenang di Sub Seksi Personalia.

3.5 Kepala Sub Seksi Pengawasan

Tugas-tugas :

a) Menyusun rencana kerja dan anggaran Sub Seksi Pengawasan

b) Melaksanakan pengawasan atas kelancaran penagihan rekening air dan

penyetorannya setiap hari di semua loket dan kantor pusat

c) Membuat dan mengendalikan sistem administrasi Sub Seksi Pengawasan

d) Mengawasi pelaksanaan opname fisik rekening air

e) Mengawasi fisik rekening air di semua loket dan kantor pusat

f) Melaksanakan tugas-tugas lain dari Kepala Seksi Penagihan Rekening Air sesuai

dengan tugas dan wewenang yang diberikan

Wewenang :

Mengatur dan memberdayakan SDM Sub Seksi Pengawasan.

Tanggung Jawab :

a) Bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian dari

(45)

b) Bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Penagihan Rekening Air atas pelaksanaan

tugas-tugas dan wewenang di Sub Seksi Pengawasan

3.6 Kepala Loket Utama

Tugas-tugas :

a) Menyusun rencana kerja dan anggaran loket utama

b) Menerima rekening air dari Kepala Sub Seksi Operasional

c) Menyerahkan hasil tagihan rekening dan rekening tidak tertagih kepada Kepala Sub

Seksi Operasional

d) Menyampaikan laporan harian dan bulanan kepada Kepala Sub Seksi Operasional

e) Melakukan dan mengendalikan pembukuan, sortir, jurnal dan pendistribusian

rekening yang diterima maupun yang akan dikembalikan

f) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Sub Seksi Operasional sesuai

dengan lingkup tugasnya.

g) Membuat dan mengendalikan sistem administrasi loket utama

h) Mengawasi ketertiban, keamanan, kebersihan kepada seluruh pegawai di loketnya dan

lingkungannya.

Wewenang :

Mengatur dan memberdayakan SDM loket utama serta membuat penilaian prestasi

kolektor.

Tanggung jawab :

a) Bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian dari

Referensi

Dokumen terkait

pelanggan menyatakan ’setuju’ prosedur pelayanan yang diterapkan kepada pelanggan sudah sesuai dengan ketentuan perusahaan di PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul, dan

Mei Christiani S.: Analisa laporan keuangan pada PDAM Tirtanadi Medan, 2004... Mei Christiani S.: Analisa laporan keuangan pada PDAM Tirtanadi Medan,

Fahmi Driyanto Srg: Akuntansi Piutang pada PDAM Tirtanadi Medan, 2005... Fahmi Driyanto Srg: Akuntansi Piutang pada PDAM Tirtanadi

Penelitian ini bertujuan (a) untuk mengetahui bagaimana latar belakang dan proses berdirinya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Kota Medan (b) untuk mengetahui

Oleh karena itu berdasarkan data diatas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pelanggan setuju dengan harga yang diberikan PDAM Tirtanadi Cabang Medan Kota karena dianggap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi dan disiplin kerja terhadap prestasi kerja pegawai PDAM Tirtanadi Pusat Kota Medan.. Jenis penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi dan disiplin kerja terhadap prestasi kerja pegawai PDAM Tirtanadi Pusat Kota Medan.. Jenis penelitian ini

Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan berdasarkan tingkat kepentingan