BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pada dasarnya membutuhkan barang dan/atau jasa untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam dan dapat
dibedakan atas berbagai macam kebutuhan. Jika dilihat dari tingkatannya, maka
kebutuhan konsumen dapat terbagi menjadi tiga yaitu kebutuhan primer,
sekunder, dan tertier. Selain itu kebutuhan manusia juga dapat dibagi menjadi
kebutuhan jasmani dan rohani. Dengan adanya bermacam-macam dan berbagai
jenis kebutuhan tersebut maka setiap manusia akan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.1
Air merupakan salah satu dari sekian banyak zat yang ada di alam yang
penting bagi kehidupan manusia. Air adalah kebutuhan dasar (primer) yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang menduduki urutan kedua
setelah udara. Kebutuhan masyarakat akan air minum layak dan aman untuk
dikonsumsi semakin meningkat setiap hari sedangkan ketersediaan air layak
minum yang berkualitas dan terjamin dari segi kesehatan semakin sulit
diperoleh. Hal ini juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk yang
meningkat sangat cepat serta kuantitas dan kualitas air tanah yang mengalami
penurunan yang cukup tajam yang dapat disebabkan adanya kerusakan alam
1
dan resiko pencemaran yang semakin tinggi.
Sebagai suatu benda yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka
pengusahaan dan pengelolaan air harus dilakukan oleh negara sehingga
fungsi-fungsi sosial dan fungsi-fungsi pemupukan bagi peningkatan pendapatan negara dapat
tercapai secara beriringan. Demikian juga halnya dalam hal pengusahaan dan
pengelolaan air bersih di Kota Medan, maka penyediaan air bersih tersebut
dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Munum (PDAM) Tirtanadi yang
merupakan suatu perusahaan daerah yang berada di bawah dan dikuasai oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Bagi masyarakat yang ingin berlangganan air bersih khususnya di Kota
Medan harus melakukan kesepakatan dalam perjanjian dengan PDAM
Tirtanadi Medan. Perjanjian tersebut merupakan suatu wujud dimana pihak
PDAM melakukan sambungan agar pelanggan mendapatkan air bersihnya dan
pelanggan berkewajiban membayar debit air yang dipakainya dalam suatu
periode tertentu atau selama 1 bulan). Mengingat air merupakan kebutuhan
pokok dalam kehidupan sehari-hari, memiliki peranan penting untuk
mendukung kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Tersedianya air yang
memadai akan mendorong perkembangan sektor pembangunan di masyarakat.
Program penyediaan air yang dilakukan oleh PDAM mempunyai tujuan untuk
memberikan pelayanan pada masyarakat untuk mendapatkan air bersih yang
sehat dan memadai untuk keperluan rumah tangga maupun industri sehingga
PDAM memiliki tujuan yaitu untuk memberikan pelayanan air bersih
bagi seluruh masyarakat secara adil dan merata secara terus menerus dengan
memenuhi norma pelayanan dan syarat kesehatan serta memantapkan
manajemen perusahaan. Mahmudi menuliskan mengenai kepuasan pelanggan
sektor publik kepuasan pelanggan merupakan salah satu bentuk hasil suatu
pelayanan publik, oleh sebab itu, kepuasan pelanggan dapat dikategorikan
sebagai tujuan tingkat tinggi dalam suatu sistim pengukuran kinerja.2
Keluhan-keluhan terhadap pelayanan PDAM, baik dari pelanggan
maupun calon pelanggannya yang menyebabkan pelanggan menjadi kurang
puas, antara lain kontinitas air yang belum memenuhi target atau standar
pelayanan, lokasi atau tempat pembayaran hanya berada di tempat-tempat
tertentu, serta kecepatan penanganan keluhan yang kurang efektif sehingga
PDAM telah mengupayakan memberikan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan akan air bersih, namun dalam perjalanannya sering mendapat
keluhan dari masyarakat atau pelanggan. Tentang semakin sulitnya untuk
mendapatkan air bersih tampaknya masih menjadi kendala yang sepenuhnya
belum dapat diatasi oleh pemerintah daerah dalam hal ini PDAM. Di satu pihak
permintaan masyarakat akan air bersih semakin meningkat, namun kualitas
pelayanan yang diberikan belum sebanding dengan pemenuhan permintaan
masyarakat tersebut dan pihak lain pelayanan kepada pelanggan yang sudah
terpasang belum optimal.
2
membutuhkan waktu lebih dari yang diharapkan oleh pelanggan.
Penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah seorang
pelanggan tidak puas menjadi pelanggan yang puas. Proses penanganan
keluhan yang efektif mulai identifikasi disertai dengan penentuan sumber yang
menyebabkan pelanggan tidak puas dan mengeluh.
Hak dan kewajiban bertimbal balik dari kedua belah pihak tidak
sedemikian saja terjadi tetapi terlebih dahulu didahului kesepakatan yang
tertuang dalam suatu perjanjian penyambungan air bersih. Sebagai kajian
perdata tentunya konsep-konsep permbuatan perjanjian penyambungan air
bersih tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum yang
diatur dalam Buku III KUH Perdata.
Hubungan perjanjian penyambungan air bersih ini tidak dapat
dipisahkan keberadaannya dengan ketentuan-ketentuan umum tentang
perjanjian sebagaimana diatur di dalam Buku III KUH Perdata. Salah satu
bunyi isi Buku III KUH Perdata Pasal 1320 yaitu :
Untuk sahnya persetujuan-persetujuan diperlukan empat syarat :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.
Dengan adanya bunyi Pasal 1320 KUH Perdata tersebut maka
kesepakatan dalam perjanjian penyambungan air bersih ini tidak terlepas dari
Praktek perjanjian penyambungan air DI PDAM dilakukan secara
sepihak, yang artinya perjanjian tersebut dibuat oleh PDAM semata sedangkan
konsumen tinggal memberikan persetujuannya semata. Perjanjian yang
sedemikian pada dasarnya mengakomodir kepentingan salah satu pihak dan
kurang memberikan perlindungan kepada pihak konsumen. Kesepakatan yang
diketahui oleh konsumen hanya semata-mata untuk mendapatkan air bersih
sedangkan pola dan bentuk perjanjian yang disepakatinya tersebut tidak
diketahuinya. Hal ini menjelaskan konsumen kurang mengetahui hak dan
kewajibannya kepada PDAM secara jelas. Konsumen hanya mengetahui untuk
membayar tagihan penyambungan air bersih dari PDAM. Sedangkan hal-hal
yang terbit dari perjanjian tersebut seperti kurang lancarnya pasokan air,
kualitas mutu air tidak diketahui oleh konsumen.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mengambil judul
“Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Penyambungan Air Pada Pdam Tirtanadi
Medan”.
B. Permasalahan
Setiap pelaksanaan penelitian penting diuraikan permasalahan karena
dengan hal yang demikian dapat diketahui pembatasan dari pelaksanaan
penelitian dan juga pembahasan yang akan dilakukan. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses hukum perjanjian pemasangan air pada PDAM Tirtanadi
2. Bagaimana Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perjanjian Penyambungan
Air pada PDAM Tirtanadi Medan?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam perjanjian penyambungan air pada
PDAM Tirtanadi Medan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses hukum perjanjian pemasangan air pada PDAM
Tirtanadi Medan.
2. Untuk mengetahui Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perjanjian
Penyambungan Air pada PDAM Tirtanadi Medan.
3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa dalam perjanjian penyambungan
air pada PDAM Tirtanadi Medan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang menjadi penulisan dalam hal ini adalah:
a. Secara teoritis untuk menambah literatur tentang hukum perjanjian
khususnya hukum perdata dalam kaitannya dengan perjanjian
penyambungan air minum pada PDAM Tirtanadi Medan.
b. Bagi yang mengetahui/ membaca maka secara praktis ini juga diharapkan
kepada masyarakat dapat mengambil manfaatnya terutama dalam hal
mengetahui dari pelaksanaan penyambungan langsung air minum pada
E. Keaslian Penulisan
Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Terhadap
Perjanjian Penyambungan Air Pada PDAM Tirtanadi Medan” ini merupakan
hasil pemikiran penulis sendiri. Penulisan skripsi ini tidak sama dengan
penulisan skripsi lainnya. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Maksud Metode Penulisan Hukum
Adapun maksud penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
perjanjian penyambungan langsung air minum pada PDAM Tirtanadi
Medan.
2. Jenis dan sifat.
Jenis dan sifat penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi
ini adalah bersifat deksriptif analisis mengarah pada penelitian yuridis
empiris, yaitu suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada
peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain3
3. Metode Pendekatan
ditambah dengan
penelitian lapangan pada PDAM Tirtanadi Medan.
Metode pendekatan penelitian ini diambil berdasarkan data Primer dan data
3
sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan dari penelitian
lapangan di PDAM Tirtanadi Medan. Data sekunder didapatkan melalui:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni
seperti KUH Perdata.
b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian, karya dari kalangan hukum
dan sebagainya.
c. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang mencakup:
1) Bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan
terhadap hukum primer dan sekunder.
2) Bahan-bahan primer, sekunder dan tertier (penunjang) di luar bidang
hukum seperti kamus, insklopedia, majalah, koran, makalah, dan
sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan.
4. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah melalui studi dokumen dengan penelusuran
kepustakaan serta hasil penelitian pada PDAM Tirtanadi Medan yang
dilakukan dengan cara wawancara dan penelitian data.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa Bab, dimana dalam bab
terdiri dari unit-unit bab demi bab. Adapun sistematika penulisan ini dibuat
Bab I. Pendahuluan
Dalam Bab ini akan diuraikan tentang uraian umum seperti
penelitian pada umumnya yaitu, Latar Belakang, Permasalahan,
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan , Metode
Penelitian serta Sistematika Penulisan.
Bab II. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan judul sub bab yaitu: Pengertian dan Jenis
Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian serta Akibat Perjanjian
Bab III. Tinjauan Umum Tentang PDAM Tirtanadi Medan
Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan tentang hal-hal yang
secara umum dibahas mengenai PDAM Tirtanadi Medan, yaitu:
Sejarah PDAM Tirtanadi Medan, Bidang Usaha PDAM Tirtanadi
Medan, Proses Menjadi Pelanggan PDAM Tirtanadi Medan serta
Jumlah Pelanggan PDAM Tirtanadi Medan.
Bab IV. Akibat Hukum Perjanjian Penyambungan Air Pada PDAM
Tirtanadi Medan
Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan terhadap: proses
hukum perjanjian penyambungan air pada PDAM Tirtanadi Medan,
Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perjanjian Penyambungan Air
pada PDAM Tirtanadi Medan serta penyelesaian sengketa dalam
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Bab ini adalah bab penutup, yang merupakan bab terakhir dimana