• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Besar Mekflu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Besar Mekflu"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1.1.Latar Belakang Evaluasi volumetris

Evaluasi volumetris Electric  Electric Submersible Submersible PumpPump (ESP) yang dilakukan (ESP) yang dilakukan  pada sumur produksi merupak

 pada sumur produksi merupakan hal penting dalam proses pengembangan hal penting dalam proses pengembangan suatuan suatu lapangan produksi, maka dengan evaluasi ini dapat diketahui apakah pompa lapangan produksi, maka dengan evaluasi ini dapat diketahui apakah pompa yang terpasang tersebut beroperasi sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. yang terpasang tersebut beroperasi sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Memproduksikan minyak pada lapangan tidak terlepas dengan adanya Memproduksikan minyak pada lapangan tidak terlepas dengan adanya  penurunan

 penurunan tekanan tekanan reservoar reservoar sehingga sehingga terjadinya terjadinya penurunan penurunan rate rate produksi,produksi,  penurunan

 penurunan working working fluid fluid level level terhadap terhadap setting setting depth depth pompa, pompa, dan dan juga juga dapatdapat menyebabkan adanya penurunan efisiensi volumetris pompa.

menyebabkan adanya penurunan efisiensi volumetris pompa.

Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengevaluasi Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengevaluasi electric submersible pump yang terpasang pada sumur kajian P-346 yang electric submersible pump yang terpasang pada sumur kajian P-346 yang hasilnya dapat digunakan untuk perencanaan produksi lebih lanjut, dengan hasilnya dapat digunakan untuk perencanaan produksi lebih lanjut, dengan tujuan adalah meningkatkan produktivitas suatu sumur yang ditandai dengan tujuan adalah meningkatkan produktivitas suatu sumur yang ditandai dengan meningkatnya indeks produktivitas dan laju produksi.

meningkatnya indeks produktivitas dan laju produksi.

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka untuk meningkatkan Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka untuk meningkatkan harga volumetris pompa yang telah menurun

harga volumetris pompa yang telah menurun perlu dilakukan disain ulang pompaperlu dilakukan disain ulang pompa dengan cara melakukan kembali pengaturan pump setting depth, total dinamik dengan cara melakukan kembali pengaturan pump setting depth, total dinamik head dan stages pompa sesuai dengan kebutuhan. Pendekatan yang dilakukan head dan stages pompa sesuai dengan kebutuhan. Pendekatan yang dilakukan adalah menentukan besarnya efisiensi volumetris pompa, diperoleh dengan cara adalah menentukan besarnya efisiensi volumetris pompa, diperoleh dengan cara membandingkan antara laju produksi aktual dengan laju produksi teoritis yang membandingkan antara laju produksi aktual dengan laju produksi teoritis yang diberikan oleh pompa terpasang.

diberikan oleh pompa terpasang.

Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan efisiensi volumetris Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan efisiensi volumetris  pompa pada sumur kajian

 pompa pada sumur kajian setelah dilakukan disain setelah dilakukan disain ulang dan mendapatkan lajuulang dan mendapatkan laju  produksi optimum.

 produksi optimum.

1.2.Rumusan Masalah 1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang atau uraian diatas, maka permasalahan bisa di Berdasarkan latar belakang atau uraian diatas, maka permasalahan bisa di rumuskan sebagai berikut:

rumuskan sebagai berikut: 1.

(2)
(3)

2.

2. Bagaimana teknik yang benar dalam merancang dan perhitunganBagaimana teknik yang benar dalam merancang dan perhitungan  pompa submersible ?

 pompa submersible ? 3.

3. Bagaimana cara menganalisis lokasi ?Bagaimana cara menganalisis lokasi ? 1.3.Tujuan

1.3.Tujuan

Tujuan dari perancangan pompa submersible ini adalah Tujuan dari perancangan pompa submersible ini adalah

1.

1. Mengetahui prinsip kerja dari pompa submersible dan manfaatnya.Mengetahui prinsip kerja dari pompa submersible dan manfaatnya. 2.

2. Mengetahui cara merancang sistem submersible yang baik.Mengetahui cara merancang sistem submersible yang baik. 3.

3. Menjadi referensi untuk eksekusi pembuatan submersible.Menjadi referensi untuk eksekusi pembuatan submersible. 1.4.Manfaat

1.4.Manfaat

Manfaat dari perencanaan pompa submersible ini adalah: Manfaat dari perencanaan pompa submersible ini adalah:

1.

1. Mahasiswa mendapat pengetahuan secara riil mengenai pompaMahasiswa mendapat pengetahuan secara riil mengenai pompa submersible, baik prinsip kerja atau lainnya.

submersible, baik prinsip kerja atau lainnya. 2.

2. Mahasiswa mendapat pengalaman merancang sistem submersibleMahasiswa mendapat pengalaman merancang sistem submersible untuk di aplikasikan di daerah

(4)
(5)

2.

2. Bagaimana teknik yang benar dalam merancang dan perhitunganBagaimana teknik yang benar dalam merancang dan perhitungan  pompa submersible ?

 pompa submersible ? 3.

3. Bagaimana cara menganalisis lokasi ?Bagaimana cara menganalisis lokasi ? 1.3.Tujuan

1.3.Tujuan

Tujuan dari perancangan pompa submersible ini adalah Tujuan dari perancangan pompa submersible ini adalah

1.

1. Mengetahui prinsip kerja dari pompa submersible dan manfaatnya.Mengetahui prinsip kerja dari pompa submersible dan manfaatnya. 2.

2. Mengetahui cara merancang sistem submersible yang baik.Mengetahui cara merancang sistem submersible yang baik. 3.

3. Menjadi referensi untuk eksekusi pembuatan submersible.Menjadi referensi untuk eksekusi pembuatan submersible. 1.4.Manfaat

1.4.Manfaat

Manfaat dari perencanaan pompa submersible ini adalah: Manfaat dari perencanaan pompa submersible ini adalah:

1.

1. Mahasiswa mendapat pengetahuan secara riil mengenai pompaMahasiswa mendapat pengetahuan secara riil mengenai pompa submersible, baik prinsip kerja atau lainnya.

submersible, baik prinsip kerja atau lainnya. 2.

2. Mahasiswa mendapat pengalaman merancang sistem submersibleMahasiswa mendapat pengalaman merancang sistem submersible untuk di aplikasikan di daerah

(6)
(7)

BAB II BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

2.1. Sejarah LapanganSejarah Lapangan Pertamina UEP

Pertamina UEP –  –  I Pangkalan Brandan mempunyai dua  I Pangkalan Brandan mempunyai dua lapangan minyaklapangan minyak  pada

 pada cekungan cekungan Sumatera Sumatera Utara, Utara, yaitu yaitu Lapangan Lapangan Rantau Rantau dan dan LapanganLapangan Pangkalan Susu.

Pangkalan Susu.

Lapangan Rantau terletak kira-kira 150 km di sebelah barat laut kota Lapangan Rantau terletak kira-kira 150 km di sebelah barat laut kota medan atau kira-kira 65 km sebelah barat laut kota Pangkalan Brandan. medan atau kira-kira 65 km sebelah barat laut kota Pangkalan Brandan. Lapangan Rantau pertama kali ditemukan oleh BPM pada tahun 1920 dengan Lapangan Rantau pertama kali ditemukan oleh BPM pada tahun 1920 dengan  pengeboran sumur

 pengeboran sumur R-1, struktur Kuala Simpang Barat ( KR-1, struktur Kuala Simpang Barat ( KSB ) adalah salah satuSB ) adalah salah satu dari beberapa struktur penghasil minyak yang ada di

dari beberapa struktur penghasil minyak yang ada di Lapangan Rantau. LetaknyaLapangan Rantau. Letaknya di pinggir kota Kuala Simpang-Aceh Timur, atau lebih kurang 10 km dari kantor di pinggir kota Kuala Simpang-Aceh Timur, atau lebih kurang 10 km dari kantor  pusat Pertamina Lapangan Rantau.

 pusat Pertamina Lapangan Rantau.

2.1.1.

2.1.1. Geologi Geologi RegionalRegional

Cekungan Sumatera Utara terletak diantara Paparan Sunda yang berada Cekungan Sumatera Utara terletak diantara Paparan Sunda yang berada didaerah lepas pantai sebelah Timur Laut dan Pegunungan Barisan yang teletak didaerah lepas pantai sebelah Timur Laut dan Pegunungan Barisan yang teletak di sebelah Barat Daya. Disebelah Barat Laut, cekungan Sumatera Utara dibatasi di sebelah Barat Daya. Disebelah Barat Laut, cekungan Sumatera Utara dibatasi oleh daerah tinggian Samalanga yang letaknya di daerah Aceh Utara.

oleh daerah tinggian Samalanga yang letaknya di daerah Aceh Utara.

Cekugan Sumatera Utara terbentuk pada saat Tersier awal. Cekugan Sumatera Utara terbentuk pada saat Tersier awal. Lapisan-lapisan Tersier bawah terutama terdiri dari pasir kuarsamika berikut beberapa lapisan Tersier bawah terutama terdiri dari pasir kuarsamika berikut beberapa lapisan-lapisan karbonat asal genang laut yang terletak diatas batuan dasar lapisan-lapisan karbonat asal genang laut yang terletak diatas batuan dasar Pratersier. Beberapa bagian cekungan terdiri dari : Depresi Paseh di sebelah Pratersier. Beberapa bagian cekungan terdiri dari : Depresi Paseh di sebelah Utara, Depresi Tamlang dan Depresi Medan.

(8)
(9)

Gambar 2.1. Peta Lokasi Struktur Kuala Simpang Barat

Gambar 2.2. Penampang Cekungan Sumatra Utara.

Selama kala Miosen Tengah, sebagian besar daerah ini digenangi lautan terbuka yang mengakibatkan adanya pengendapan dari serpih Baong yang marine setebal 1500 m.

(10)
(11)

Pada sekitar akhir kala Miosen Tengah, pegunungan Barisan terangkat dan menyalurkan bahan-bahan klastik ke cekungan busur belakang Sumatera Utara dan mengakibatkan terbentuknya formasi Keutapang dan formasi Seurula yang sebagian besar terdiri dari batu pasir dan serpih hasil susut lautan. Pengisian daerah cekungan berakhir pada kala Pliosan atas dengan diendapkannya formasi Julu Rayeu yang terdiri dari lapisan-lapisan terrestrial dan asal danau. Setelah itu, seluruh daerah tersebut dipengaruhi oleh perlipatan Plio-Plistosen yang mengakibatkan adanya konfigurasi struktur dewasa ini. Suatu sesar yang berakar dalam dan mengarah barat laut memotong daerah cekungan ini sehingga menyebabkan bagian-bagian cekungan kelihatannya menurun terhadap bagian  pantai sebelah timur. Batas barat cekungan ini dibentuk oleh kakim Pegunungan

Barisan dan ditandai oleh daerah-daerah sesar bongkah.

2.1.2. Stratigrafi

Secara umum stratigrafi cekungan Sumatera Utara dari tua ke muda terdiri dari : Formasi Prapat, Formasi Bampo, Formasi Belumai, Formasi Baong, Formasi Keutapang, Formasi Seurula, Formasi Julu Rayeu. Kolom stratigrafi Cekungan Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar 2-3

(12)
(13)

2.1.3. Struktur

Cekungan Sumatera Utara mempunyai dua lapangan besar, yaitu Lapangan Pangkalan Susu dan Lapangan Rantau. Lapangan Pangkalan Susu terdiri dari delapan struktur meliputi : Struktur Gebang, Paluh Tabuhan Timur, Paluh Tabuhan Barat, Paluh Tabuhan Tengah, Securai, Besitang, Basilam dan Wampu.

Sedangkan Lapangan Rantau terdiri dari 6 Struktur yaitu : a) Struktur Rantau

Stuktur ini terletak di sebalah barat Kuala Simpang, mempunyai bentuk struktur antiklin dengan kedalaman hidrokarbon antara 240-950 m.

 b) Stuktur Serang Jaya

Struktur ini terletak di sebelah Utara Kuala Dalam, mempunyai bentuk struktur antiklin dengan kedalaman hidrokarbon antara 1030-1230 m.

c) Struktur Kuala Simpang

Struktur ini terletak di sebelah Barat Serang Jaya, mempunyai  bentuk struktur antiklin dengan kedalaman hidrokarbon antara

1330-1340 m.

d) Struktur Kuala Simpang Barat

Struktur ini terletak pada formasi keutapang, mempunyai  bentuk struktur antiklin dengan kedalaman hidrokarbon antara

600-1050 m.

e) Struktur Kuala Dalam

Struktur ini terletak diantara struktur sungai Buluh dan struktur Serang Jaya, lapisan hidrokarbon terdapat pada formasi Keutapang.

f) Struktur Sungai Buluh

Struktur ini menghasilkan Minyak pada formasi Keutapang,  bentuk struktur antiklin dengan kedalaman lapisan antara

(14)
(15)

2.2. Kondisi Geologi Lokal

Struktur KSB ditemukan melalui interpretasi Seismik pada kegiatan eksplorasi tahun 1975-1977. Dari hasil interpretasi seismik dan studi geologi  bawah permukaan,luas struktur KSB diperkirakan ± 9 km2, yang memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Tiga patahan melintang dan dua patahan membujur membagi struktur lapangan ini menjadi lima bagian, yaitu : Block A, B, C1, C2, dan D. Struktur KSB terdiri dari beberapa zone produktif. Zona produktif yang tercakup dalam studi ini adalah 1050 C, 1180 B, 1200 A dan 1300 A. Gambar 2-4 adalah contoh peta Struktur KSB zone 1300 A. Struktur KSB terletak pada formasi Keutapang dengan bentuk struktur antiklin.

2.3. Fluida Reservoir

Minyak yang dihasilkan dari struktur KSB adalah minyak ringan

- API. Minyak ini termasuk dalam kategori sweet crude dengan kadar belerang dibawah 2 %. Dasar rangkaian  pembentuk adalah Naftein Base dan tidak mengandung wax ( paraffin content sangat kecil ). Tekanan jenuh berkisar 0.42 centipoise dan faktor volume formasi  berkisar antara 1.25 sampai 1.5 volume/volume. Specific gravity gas yang

diproduksikan kurang lebih antara 0.85 sampai 0.9. 2.4. Sifat Fisik Batuan

Formasi yang membentuk struktur KSB mempunyai tekanan ov

-  C/100 m untuk kedalaman dibawah 500 m. porositas rata-rata diperkirakan sebesar 23% dan  permeabilitas dalam arah horizontal diperkirakan sebesar 40 mD dan permeabilitas dalam arah vertical diperkirakan sebesar 60-70% dari harga permeabilitas horisontalnya. Batuan formasi yang membentuk struktur KSB sebagian besar berupa  batu pasir sisipan batu lanau di selingi sisipan tipis serpih. Formasi bersifat water

wet dengan sifat-sifat yang memungkinkan timbulnya penurunan permeabilitas serta masalah-masalah kepasiran yang menyertai masalah kenaikan kadar air

(16)
(17)

2.5. Sejarah Pengembangan dan Produksi

Sumur eksplorasi Kuala Simpang Barat-1 ( KSB-1 ) merupakan sumur  pertama yang di bor pada struktur KSB pada tanggal 24 februari 1979, menembus formasi Seurula, Keutapang, dan berhenti beberapa meter dalam formasi Baong pada kedalaman akhir 1232 m. Tujuan pemboran sumur KSB-1 adalah untuk menilai kemungkinan adanya akumulasi hidrokarbon pada la pisan-lapisan batu pasir Keutapang Bawah. Pada pemboran tersebut ternyata pisan-lapisan  batu pasir Keutapang Bawah menunjukkan adanya akumulasi hidrokarbon yang

memiliki prospek untuk dikembangkan.

Sampai saat ini ( Februari 2011 ) Lapangan Rantau dibagi 5 Blok dengan status sebagai berikut :

Blok Oil Suspende Shut- Well Suspende Jumlah

Producer D In Injector d A1 2 2 17 2 2 25 A2 1 1 8 1 3 14 B 1 16 17 C1 2 2 16 3 23 C2 2 16 1 13 32 D1 1 11 6 18 D2 1 16 8 25 D3 1 1 14 5 21 D4 4 20 10 34 E1 1 8 9 E2 1 1 2 Jumla 8 15 143 7 47 220 H

(18)
(19)
(20)
(21)

BAB III TEORI DASAR

Dalam memproduksikan fluida dari formasi produktif dengan pompa  benam listrik sebagai artificial lift, diperlukan pengkaitan secara terpadu antara  parameter reservoar dan produksi dengan pompa benam listrik, sesuai dengan hal tersebut maka dalam bab ini akan dibahas prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi penggunaan pompa benam listrik pada sumur-sumur produksi.

3.1. Produktivitas Formasi

Produktivitas formasi adalah kemampuan suatu formasi untuk memproduksikan fluida yang dikandungnya pada kondisi tekanan tertentu. Pada umumnya sumur-sumur yang baru diketemukan mempunyai tenaga pendorong alamiah yang mampu mengalirkan fluida hidrokarbon dari reservoar ke  permukaan dengan tenaganya sendiri, dengan berjalannya waktu produksi, kemampuan dari formasi untuk mengalirkan fluida tersebut akan mengalami  penurunan, yang besarnya sangat tergantung pada penurunan tekanan reservoar. Parameter yang menyatakan produktivitas formasi adalah  Index  Iroduktivitas(PI) dan Inflow Performance Relationship (IPR).

3.1.1. Index Produktivitas

 Index Produktivitas (PI) merupakan index yang digunakan untuk  menyatakan kemampuan suatu formasi untuk berproduksi pada suatu beda tekanan tertentu atau merupakan perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan formasi produktif pada drawdown yang merupakan beda tekanan dasar sumur saat kondisi statis (Ps) dan saat terjadi aliran (Pwf). PI dituliskan dalam bentuk persamaan :

Q

PI = J = (P− P ) STB/Day/Psi ... (3-1) Swf

Keterngan :

(22)
(23)

Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi Ps-Pwf = draw-down pressure, psi

Jarang fluida formasi satu fasa, bila tekanan reservoar dibawah tekanan bubble point minyak, dimana gas semula larut akan terbebaskan, membuat fluida menjadi dua fasa. Menurut Muskat, bentuk IPR pada kondisi tersebut melengkung, sehingga PI menjadi suatu  perbandingan antara perubahan laju

 produksi dq dengan perubahan tekanan alir dasar sumur, dPwf.

 PI=

q

...

(3-2) dPwf

3.1.2. Inflow Performance Relationship (IPR) 3.1.2.1. Kurva IPR Satu Fasa

Aliran fluida dalam media berpori telah dikemukakan oleh Darcy (1856)

dalam persamaan :

v= q

= −

k dP ... (3-3)

 A µ dL

Persamaan tersebut mencakup beberapa anggapan, diantaranya adalah : a. Aliran mantap

 b. Fluida yang mengalir satu fasa

c. Tidak terjadi reaksi antara batuan dengan fluidanya d. Fluida bersifat incompressible

e. Viskositas fluida yang mengalir konstan f. Kondisi aliran Isotermal

g. Formasi homogen dan arah aliran horizontal

Persamaan diatas selanjutnya dikembangkan untuk kondisi aliran radial, dimana dalam satuan lapangan persamaan tersebut  berbentu :

qO= 0,007082

k o h

(

 Pe

 Pwf

)

... (3-4) µo BOln

(

re/ rw

)

(24)
(25)

Dimana:

q = Laju aliran fluida, bbl/hari

q0 = Laju aliran fluida dipermukaan, STB/hari h = Ketebalan lapisan, ft

k = Permeabilitas batuan, md µ0 = Viscositas minyak, cp

B0 = Faktor volume formasi minyak, bbl/STB Pwf = Tekanan aliran dasaran sumur, psi

Pe = Tekanan formasi pada jarak re, psi re = Jari-jari pengurasan sumur, ft rw = Jari-jari sumur, ft

 persyaratan yang harus dipenuhi untuk menggunakan persamaan (3-4) adalah : a. Fluida berfasa tunggal

 b. Aliran mantap (steady state) c. Formasi homogen, horizontal d. Fluida incompresible

Dengan demikian apabila variabel-variabel dari persamaan (3-4) diketahui, maka produksi (potensi) sumur dapat ditentukan.

3.1.2.2. Kurva IPR Dua Fasa

untuk membuat kurva IPR dimana fluida yang mengalir dua fasa, vogel mengembangkan persamaan hasil regresi yang sederhana dan mudah  pemakaiannya, yaitu : qt  P P 2 = 1 wf wf (3-5) q −0,2 P −0,8 P ... t ,max r r

Selain itu dalam pengembangannya dilakukan anggapan : 1. Reservoar bertenaga dorong gas terlarut

2. Harga skin disekitar lubang bor sama dengan nol 3. Tekanan reservoar di bawah tekanan saturasi (Pb)

(26)
(27)

Langkah 1.

Mempersiapkan data-data penunjang meliputi :

Tekanan Reservoar/Tekanan statis (Ps)

Tekanan alir dasar sumur (Pwf)

Laju Produksi Minyak (Qo) Langkah 2.

Menghitung harga (Pwf /Ps) Langkah 3.

Mensubtitusikan harga (Pwf/Ps) dari langkah 1 dan harga laju produksi (Qo) ke dalam Persamaan (3-5), dan menghitung harga laju produksi maksimum (Qomax), yaitu :

q  Pw  Pwf 2

=1 −0,2 −0,8

Qmax Pr Pr

Langkah 4.

Untuk membuat kurva IPR, anggap beberapa harga Pwf dan menghitung harga Qo, yaitu : Qo = Qomax  Pw  Pwf 2 1 −0,2 −0,8  Ps Ps Langkah 5

Memplot Qo terhadap Pwf pada kertas grafik linier. Kurva yang diperoleh adalah kurva kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur.

3.1.2.3. Kurva IPR Tiga Fasa Metode Pudjo Sukarno

Asumsi yang digunakan metode ini adalah : 1. Faktor skin sama dengan nol

(28)
(29)

2. Minyak, air dan gas berada pada satu lapisan dan mengalir  bersama-sama secara radial.

Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total digunakan parameter ”water cut (WC)”, yaitu perbandingan laju produksi air dengan laju produksi total. Dimana harga water cut dinyatakan dalam persen. Dalam perkembangan kinerja aliran tiga fasa dari formasi produktif ke lubang sumur telah digunakan 7 kelompok data hipotesis reservoar, yang mana untuk masing-masing kelompok dilakukan  perhitungan kurva IPR untuk lima harga water-cut berbeda, yaitu 20%,

40%, 60%, 80% dan 90%.

Dalam metode Pudjo Sukarno membuat persamaan sebagai berikut :

qo Pwf Pwf 2

(3-6) =Ao +A1 +A2 ...

qt,max Pr Pr

Dimana:

An (n=0, 1 dan 2) adalah konstanta persamaan, yang harganya berbeda untuk water cut yang berbeda. ... (3-7)

An = Co + C1 (water cut) + C2 (water cut) 2

Cn (n = 0, 1, dan 2) untuk masing-masing harga An ditunjukkan dalam Tabel III-1, sebagai berikut:

An Co C1 C2

Ao 0,980321 -0,115661.10-1 0,179050.10-4 A1 -0,414360 0,392799.10-2 0,237075.10-5 A2 -0,564870 0,762080.10-2 -0,202079.10-4

Tabel 3.1. Konstanta Cn untuk masing-masing An

Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut dapat dinyatakan sebagai Pwf  / Pr  terhadap WC ( WC @ Pwf  = Pr ) dimana ( WC

@ Pwf  = Pr ) telah ditentukan dengan analisis regresi yang menghasilkan

(30)
(31)

WC

= P 1× Exp

(

 P 2 P wf / P r 

)

...(3-8)

WC@ P WF  = P  R

dimana P1 dan P2 tergantung dari harga water cut. Dari hasil analisis regresi menghasilkan persamaan berikut :

 P 1 = 1606207

ln(WC ) ... (3-9)

 P 2

= −

0,517792 + 0,110604 × ln(WC ) ... (3-10)

dimana water cut dinyatakan dalam persen (%) dan merupakan data uji produksi Prosedur pembuatannya kinerja aliran tiga fasa dari Metode Pudjo Sukarno adalah sebagai berikut :

Langkah 1.

Mempersiapkan data-data penunjang meliputi :

Tekanan Reservoar/Tekanan Statis Sumur 

Tekanan Alir Dasar Sumur 

Laju Produksi Minyak dan Air 

Harga Water Cut (WC) berdasarkan data Uji Produksi (%) Langkah 2.

Penentuan WC@ Pwf ≈ Ps

Menghitung terlebih dahulu harga P1 dan P2 yang diperoleh dari Persamaan

(3-9) dan (3-10). Kemudian hitung harga WC@ Pwf ≈ Ps dengan Persamaan (3

-8). Langkah 3.

Penentuan konstanta A0, A1 dan A2

Berdasarkan harga WC@Pwf≈Ps kemu dian menghitung harga konstanta

tersebut menggunakan Persamaan (3-7) dimana konstanta C0, C1  dan C2 diperoleh dalam Tabel III-1.

Langkah 4.

Penentuan Qt maksimum

Menghitung Qt maksimum dari Persamaan (3-6) dan konstanta A0, A1 dan A2

dari langkah 3. Langkah 5.

Penentuan Laju Produksi Minyak (Qo)

Berdasarkan Qt maksimum langkah 4, kemudian menghitung harga laju produksi minyak qo untuk berbagai harga Pwf.

(32)
(33)

Langkah 6.

Penentuan Laju Produksi Air (Qw)

Menghitung besarnya laju produksi air dari harga Water Cut (WC) pada tekanan alir dasar sumur (Pwf) dengan persamaan :

WC

Qw= ×Qo ... (3-11)

100

WC

Langkah 7.

Membuat tabulasi harga-harga Qw, Qo dan Qt untuk berbagai harga Pwf pada Ps aktual .

Langkah 8.

Membuat grafik hubugan antara Pwf terhadap Qt, dimana Pwf mewakili sumbu y dan Qt mewakili sumbu x.

3.2. Kelakuan Aliran Fluida Dalam Pipa Vertikal

Di lapangan minyak, untuk suatu bottom hole flowing pressure Pwf tertentu, formasi akan memproduksi minyak tertentu dan untuk mengangkat fluida kepermukaan melalui tubing kita harus mengetahui pressure loss akibat aliran fluida didalam tubing. Dengan mengetahui pressure loss tersebut, kita dapat mengetahui tekanan dipermukaan kurang dari tekanan atmosfer fluida tidak akan mengalir kepermukaan dengan rate yang diharapakan.

Friction Loss

Fluida yang mengalir didalam pipa maka akan mengalami tegangan geser (shear stress) pada dinding pipa, sehingga terjadi kehilangan sebagian tenaganya yang sering disebut dengan friction loss. Persamaan gradien tekanan pada umumnya digunakan untuk setiap fluida yang mengalir pada sudut kemiringan  pipa tertentu dinyatakan dengan tiga komponen, yaitu adan ya perubahan energi  potensial (elevasi), adanya gesekan pada dinding pipa dan adanya perubahan

energi kinetik. dP dP + dP Dp (3-12) = ... dL dLel dL  f dL acc

(34)
(35)

dP = g ρsinφ +  f  ρV 2 + ρVdP ... (3-13)  gc 2 g c d  g c dL dL Keterangan

ρ = densitas fluida, lb/cuft V = kecepatan aliran, ft/dt f = Faktor gesekan

d = diameter dalam pipa, inch θ = sudut kemiringan pipa

g = percepata Gravitasi, ft/dt2

gc = faktor konversi

Darcy dan Weisbah’s menghitung kehilangan energi karena gesekan dengan persamaan : h = f  Lv2 (3-14) ... d ⋅ 2 g Keterangan : h = friction loss, ft f = friction factor L = Panjang pipa, ft

V = kecepatan aliran rata-rata dalam pipa, ft/s2

Berdasarkan persamaan diatas, Wiliam – hazen membuat suatu  persamaan empiris untuk friction loss (hf), yaitu :

hf = 2,0830 100 1,85(Q / 34.3)1,85 (3-15) ...  ID 4,8655 C Dimana :

Hf = feet friction loss per 1000 feet

(36)
(37)

Q = laju produksi, bpd

ID = diameter dalam pipa inchi

Berdasarkan persamaan tersebut, William-Hazen membuat rafik friction loss seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Grafik Friction loss William –  Hazen

3.3. Electrical Submersible Pump (ESP)

Pompa benam listrik dibuat atas dasar pompa sentrifugal bertingkat banyak dimana keseluruhan pompa dan motornya ditengelamkan ke dalam cairan. Pompa ini digerakkan dengan motor listrik dibawah permukaan melalui suatu poros motor (shaft) yang memutar pompa, dan akan memutar sudu-sudu (impeller) pompa. Perputaran sudu-sudu itu menimbulkan gaya sentrifugal yang digunakan untuk mendorong fluida ke permukaan.

(38)
(39)

Gambar 3.2 Instalasi Elektric Submersible Pump

Gambar 3.3. Skema Imppeler dan Diffuser 3.3.1. Peralatan Electrical Submersible Pump (ESP)

Peralatan pompa benam listrik dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Peralatan diatas permukaan.

(40)
(41)

3.3.1.1. Peralatan di Atas Permukaan

Peralatan diatas permukaan terdiri atas : Wellhead, Junction Box, Switchboard dan Transformer.

1. Wellhead

Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger khusus yang mempunyai lubang untuk cable pack off atau penetrator. Cable pack off biasanya tahan sampai tekanan 3000 psi. Tubing hanger dilengkapi lubang hidraulic control line, saluran cairan hidraulik untuk menekan subsurface ball valve agar terbuka

Wellhead juga harus dilengkkapi dengan “seal” agar tidak bocor pada lubang kabel dan tulang. Wellhead didesain untuk tahan terhadap tekanan 500 psi sampai 3000  psi. Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Cable Pack-Off pada Tunbing Hanger

2. Junction Box

Junction Box merupakan suatu tempat yang terletak antara switchboard dan wellhead yang berfungsi untuk tempat sambungan kabel atau penghubung kabel yang berasal dari dalam sumur dengan kabel yang berasal dari switchboard. Junction Box juga digunakan untuk melepaskan gas yang ikut dalam kabel agar tidak menimbulkan kebakaran di switchboard. Fungsi dari junction box antara lain :

(42)
(43)

Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi ke permukaan melalui kabel agar terbuang ke atmosfer.

Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel dari switchboard. Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Junction Box

3. Switchboard

Switchboard adalah panel kontrol kerja dipermukaan saat pompa bekerja yang dilengkapi motor controller, overload dan underload protection serta alat  pencatat (recording instrument) yang bisa bekerja secara manual ataupun otomatis bila terjadi penyimpangan. Switcboard dapat digunakan untuk tegangan 4400-4800 volt.

Fungsi utama dari switcbord adalah :

Mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti overload atau underload current.

Auto restart underload pada kondisi intermittent well.

Mendeteksi unbalance voltage.

Switchboard biasanya dilengkapi dengan ampermeter chart yang berfungsi untuk mencatat arus motor versus waktu ketika motor bekerja.

(44)
(45)

4.

4. TransformeTransformerr

Transformer merupakan alat untuk mengubah tegangan listr

Transformer merupakan alat untuk mengubah tegangan listr ik, bisa untukik, bisa untuk menaikkan atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang menaikkan atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang dikelilingi oleh coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun coil dikelilingi oleh coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun coil direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Tegangan input tegangan akan sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Tegangan input transformer biasanya diberikan tinggi agar ampere yang rendah pada jalur transformer biasanya diberikan tinggi agar ampere yang rendah pada jalur transmisi, sehingga tidak dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar. Tegangan transmisi, sehingga tidak dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar. Tegangan input yang tinggi akan diturunkan dengan menggunakan step-down transformer input yang tinggi akan diturunkan dengan menggunakan step-down transformer sampai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh motor.

sampai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh motor. 3.3.1.2.

3.3.1.2. Peralatan Peralatan Bawah PeBawah Permukaanrmukaan

Peralatan dibawah permukaan dari pompa benam listrik terdiri atas Peralatan dibawah permukaan dari pompa benam listrik terdiri atas  pressure testing sensing i

 pressure testing sensing instrument, electric motor, nstrument, electric motor, protector, intake, pump unitprotector, intake, pump unit dan electri cable serta alat penunjang lainnya.

dan electri cable serta alat penunjang lainnya. 1. PSI Unit (Pressure Sensing Instruments) 1. PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)

PSI (Pressure Sensing Instrument) adalah suatu alat yang mencatat tekana dan PSI (Pressure Sensing Instrument) adalah suatu alat yang mencatat tekana dan temperatur sumur. Secara umum

temperatur sumur. Secara umum PSI unit mempunyai 2 komponen pokok, yaitu :PSI unit mempunyai 2 komponen pokok, yaitu : a.

a. PSI Down Hole UnitPSI Down Hole Unit

Dipasang dibawah Motor Type Upper atau Center Tandem, karena alat ini Dipasang dibawah Motor Type Upper atau Center Tandem, karena alat ini dihubungkan pada Wye dari Electric Motor yang seolah-olah merupakan dihubungkan pada Wye dari Electric Motor yang seolah-olah merupakan  bagian dari motor tersebut.

 bagian dari motor tersebut.  b.

 b. PSI Surface ReadoutPSI Surface Readout

Merupakan bagian dari system

Merupakan bagian dari system yang mengontrol kerja Down Hole Unityang mengontrol kerja Down Hole Unit serta menampakkan (Display) informasi yang diambil dari Down Hole serta menampakkan (Display) informasi yang diambil dari Down Hole Unit.

(46)
(47)

Gambar 3.6. Pressure Sensing Instrument Gambar 3.6. Pressure Sensing Instrument 2. Motor (Electric Motor)

2. Motor (Electric Motor)

Jenis motor ESP adalah motor listrik induksi 2 kutub 3 fasa yang diisi Jenis motor ESP adalah motor listrik induksi 2 kutub 3 fasa yang diisi dengan minyak pelumas khusus yang mempunyai tahanan listrik (dielectric dengan minyak pelumas khusus yang mempunyai tahanan listrik (dielectric strength) tinggi. Tenaga listrik untuk motor diberikan dari permukaan mulai kabel strength) tinggi. Tenaga listrik untuk motor diberikan dari permukaan mulai kabel listrik sebagai penghantar ke motor.

listrik sebagai penghantar ke motor. Putaran Motor adalah 3400 RPMPutaran Motor adalah 3400 RPM –  –  3600 RPM 3600 RPM tergantung besarnya frekuensi yang diberikan serta beban yang diberikan oleh tergantung besarnya frekuensi yang diberikan serta beban yang diberikan oleh  pompa saat mengangkat fluida.

 pompa saat mengangkat fluida.

Secara garis besar motor ESP seperti

Secara garis besar motor ESP seperti juga motor listrik yang lainjuga motor listrik yang lain mempunyai dua bagian pokok, yaitu:

mempunyai dua bagian pokok, yaitu:

Rotor (bagian yang berputar)Rotor (bagian yang berputar)

Stator (bagian yang diamStator (bagian yang diam

Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran pada Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran pada rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada ditengahnya akan rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada ditengahnya akan ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar pula ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar pula (poros pompa, intake dan protector).

(poros pompa, intake dan protector).

Untuk jenis motor listrik induksi dikenal putaran medan magnet

Untuk jenis motor listrik induksi dikenal putaran medan magnet yang biasayang biasa disebut

(48)
(49)

diakibatkan oleh beban shaft (shaft load) dan frictions. Putaran motor yang diakibatkan oleh beban shaft (shaft load) dan frictions. Putaran motor yang  biasanya tertera pada nama plate dari pabrik misalnya : 3500 RPM/60

 biasanya tertera pada nama plate dari pabrik misalnya : 3500 RPM/60 HzHz

Panas yang ditimbulkan oleh putaran rotor akan dipindahkan ke housing Panas yang ditimbulkan oleh putaran rotor akan dipindahkan ke housing motor melalui media minyak motor , untuk selanjutnya dibawa ke permukaan oleh motor melalui media minyak motor , untuk selanjutnya dibawa ke permukaan oleh fluida sumur .

fluida sumur .

Fungsi dari minyak tersebut adalah : Fungsi dari minyak tersebut adalah :

Sebagai pelumasSebagai pelumas

Sebagai tahanan (isolasi)Sebagai tahanan (isolasi)

Sebagai media penghantar panas motor Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaranyang ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika motor tersebut sedang bekerja.

rotor ketika motor tersebut sedang bekerja.

Minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya sudah Minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya sudah ditentukan oleh pabrik yaitu berwarna jernih tidak mengandung bahan kimia, ditentukan oleh pabrik yaitu berwarna jernih tidak mengandung bahan kimia, dielectric strength tinggi, lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan akan dielectric strength tinggi, lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan akan mengisi semua celah-celah yang ada dalam motor , yaitu antara rotor dan stator. mengisi semua celah-celah yang ada dalam motor , yaitu antara rotor dan stator. Panas yang ditimbulkan oleh putaran rotor akan dipindahkan ke housing motor Panas yang ditimbulkan oleh putaran rotor akan dipindahkan ke housing motor melalui media minyak motor, untuk selanjutnya dibawa ke

melalui media minyak motor, untuk selanjutnya dibawa ke permukaan oleh fluidapermukaan oleh fluida sumur. Untuk mendapatkan pendinginan yang sempurna maka pemasangan ESP sumur. Untuk mendapatkan pendinginan yang sempurna maka pemasangan ESP unit sangat dianjurkan diatas perforasi untuk memastikan fluida yang masuk ke unit sangat dianjurkan diatas perforasi untuk memastikan fluida yang masuk ke intake melewati seluruh housing motor.

intake melewati seluruh housing motor.

Tetapi ESP karena sesuatu pertimbangan bisa juga dipasang dibawah perforasi Tetapi ESP karena sesuatu pertimbangan bisa juga dipasang dibawah perforasi dengan memakai casing shroud (selubung pelindung) yang digantungkan dibagian dengan memakai casing shroud (selubung pelindung) yang digantungkan dibagian atas intake sampai ke bagian bawah motor. Untuk mendapatkan pendingin yang atas intake sampai ke bagian bawah motor. Untuk mendapatkan pendingin yang  baik,

 baik, pihak pihak pabrik pabrik sudah sudah menentukan menentukan bahwa bahwa kecepatan kecepatan fluida fluida yang yang melewatimelewati motor (Velocity) harus > 1 ft/sec. Kurang dari itu motor akan menjadi panas dan motor (Velocity) harus > 1 ft/sec. Kurang dari itu motor akan menjadi panas dan kemungkinan bisa terbakar.

(50)
(51)

Gambar 3.7. Motor Pompa Benam Listrik  3. Protector

Protector sering juga disebut Seal Section. Alat ini berfungsi untuk menahan masuknya fluida sumur kedalam motor, menahan thrust load yang ditimbulkan oleh pompa pada saat pompa mengangkat cairan, juga untuk menyeimbangkan tekanan yang ada didalam motor dengan tekanan didalam annulus. Secara prinsip  protector mempunyai 4 fungsi utama yaitu:

Untuk mengimbangi tekanan dalam motor dengan tekanan diannulus.

Tempat duduknya thrust bearing untuk meredam gaya axial yang

ditimbulkan oleh pompa.

Menyekat masuknya fluida sumur kedalam motor 

Memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan minyak motor  akibat perubahan temperatur dalam motor pada saat bekerja dan pada saat dimatikan.

(52)
(53)

Secara umum protector mempunyai dua macam type, yaitu : 1. Positive Seal atau Modular Type protector

2. Labyrinth Type Protector

Untuk sumur-sumur miring dengan temperatur > 3000F disarankan menggunakan protector dari jenis seal atau modular type protector.

4. Intake (Gas Separator)

Intake atau Gas separator dipasangkan dibawah pompa dengan cara menyambungkan sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake ada yang dirancang untuk mengurangi volume gas yang masuk ke dalam pompa, disebut dengan gas separator, tetapi ada juga yang tidak. Untuk yang terakhir ini disebut dengan intake saja atau standart intake.

Ada beberapa intake yang diproduksikan oleh reda yang populer dipakai, yaitu :

Standart intake, dipakai untuk sumur dengan GLR rendah. Jumlah gas yang masuk pada intake harus kurang dari 10% sampai dengan 15 % dari total volume fluida. Intake mempunyai lubang untuk masuknya fluida ke pompa, dan dibagian luar dipasang selubung (screen) yang gunanya untuk menyaring partikel masuk ke intake sebelum masuk kedalam pompa.

Rotary Gas Separator dapat memisahkan gas sampai dengan 90%, dan  biasanya dipasang untuk sumur-sumur dengan GLR tinggi. Gas separator  jenis ini tidak direkomendasikan untuk dipasang pada sumur-sumur yang

abrasive.

• Static Gas Separator atau sering disebut reverse gas separator, yang dipakai untuk memisahkan gas hingga 20% dari fluidanya.

(54)
(55)

Gambar 3. 8. Jenis Labyrinth Type Protector

5. Unit Pompa

Unit pompa merupakan Multistage Centrifugal Pump, yang terdiri dari: impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa). Di dalam housing  pompa terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri dari satu impeller dan satu

diffuser. Jumlah stage yang dipasang pada setiap pompa akan dikorelasi langsung dengan Head Capacity dari pompa tersebut. Dalam pemasangannya bisa menggunakan lebih dari satu (tandem) tergantung dari Head Capacity yang dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller merupakan bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam. Seluruh stage disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage dipasang tegak lurus pada poros pompa yang berputar pada housing.

(56)
(57)

Gambar 3.9. Jenis Rotary Gas Separator

Prinsip kerja pompa ini, yaitu fluida yang masuk kedalam pompa melalui intake akan diterima oleh stage paling bawah dari pompa, impeller akan mendorongnya masuk, sebagai akibat proses centrifugal maka fluida akan terlempar keluar dan diterima diffuser. Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses tersebut fluida memiliki energi yang semakin besar dibandingkan pada saat masuknya. Kejadian tersebut terjadi terus-menerus sehingga tekanan head pompa berbanding linier dengan jumlah stages, artinya semakin banyak stages yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk mengangkat fluida.

(58)
(59)

Gambar 3.10. Unit Pompa Benam Listrik

6. Electric Cable

Tenaga listrik untuk menggerakan motor yang berada didasar sumur disuplai oleh kabel yang khusus digunakan untuk pompa ESP. Kabel yang dipakai adalah 3 jenis konduktor. Dilihat dari bentuknya ada dua jenis, yaitu flat cable type dan round cable type. Fungsi kabel tersebut adalah sebagai media  penghantar arus listrik dari switchboard sampai ke motor di dalam sumur. Secara

umum ada 2 jenis /kelas kabel yang lazim digunakan di lapangan, yaitu :

Low temperatur cable, yang biasanya dengan material isolasi nya terdiri dari

 jenis polypropylene ethylene (PPE) atau nitrile. Direkomendasikan untuk

 pemasangan pada sumur-sumur dengan temperatur maximum 205oF

High temperatur cable, banyak dibuat dengan jenis ethylene

 prophylenediene methylene (EPDM). Direkomendasikan untuk

 pemasangan pada sumur-sumur dengan temperatur yang cukup tinggi

(60)
(61)

Kerusakan pada round cable merupakan hal yang sering kali terjadi pada saat menurunkan dan mencabut rangkaian ESP. Untuk menghindari atau memperkecil kemungkinan itu, maka kecepatan string pada saat menurunkan rangkaian tidak boleh melebihi dari 1500 ft / jam dan harus lebih pelan lagi ketika melewati deviated zone atau dog leg.Kabel harus tahan terhadap tegangan tinggi, temperatur, tekanan migrasi gas dan tahan terhadap resapan cairan dari sumur maka kabel harus mempunyai isolasi dan sarung yang baik. Bagian dari kabel  biasanya terdiri dari :

Konduktor (conductor )

Isolasi (Insulation)

Sarung (sheath) Jaket

Gambar 3.11. Kabel 7. Check Valve

Check valve dipasang pada tubing (2-3 joint) diatas pompa. Bertujuan untuk menjaga fluida tetap berada di atas pompa. Check valve tidak dipasang maka kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) ak an melalui pompa yang dapat menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik ke atas, sebab aliran balik (back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan dapat menyebabkan motor terbakar atau rusak. Check valve umumnya digunakan agar tubing tetap terisi penuh dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah supaya fluida tidak turun kebawah.

(62)
(63)

8. Bleeder Valve

Bleeder Valve dipasang satu joint diatas check valve, mempunyai fungsi mencegah minyak keluar pada saat tubing di cabut. Fluida akan keluar melalui  bleeder valve.

9. Centralizer

Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser atau selalu ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.

3.3.2. Karakteristik Kinerja Electrical Submersible Pump (ESP)

Motor Listrik berputar pada kecepatan relatif konstan, memutar pompa (impeller) melewati poros (shaft) yang disambungkan dengan bagian protector. Power disalurkan ke peralatan bawah permukaan melalui kabel lis trik konduktor yang di lem pada tubing, cairan memasuki pompa yang sedang beroperasi.

Kelakuan pompa berada pada harga efisiensi tertinggi apabila hanya cairan yang terproduksi. Tingginya volume gas bebas menyebabkan operasi  pompa tidak efisien.

3.3.2.1. Kurva kelakuan Electrical Submersible Pump (Pump Performance Curve)

Beberapa kinerja dari berbagai pompa dihadirkan dalam bentuk katalog yang diterbitkan oleh produsen. Kurva kinerja dari suatu pompa benam listrik menampilkan hubungan antara : Head capacity, Rate Capity, Horse Power dan

efisiensi pompa yang disebut dengan “Pump Performance Curve”. Kapasitas

 berkaitan dengan volume, laju alir cairan yang diproduksikan, termasuk juga gas  bebas atau gas yang terlarut dalam minyak.

Head pompa benam listrik berkaitan dengan specific gravit y fluida, dimana  jika head diubah menjadi tekanan maka harus dikalikan dengan specific gravity

fluida, maka dapat dinyatakan sebagai berikut :

Tek. Operasi Pompa = (head / stage) x (gradien tekanan fluida) x (jumlah stage) Bila gas dan cairan sedang dipompa, kapasitas dan head per stage juga gradien tekanan fluida berubah sebagaimana tekanan fluida naik dari tekanan

(64)
(65)

intake ke tekanan discharge. Dengan demikian persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut:

d(P) = h (V) + Gf(V)+ d(St)... (3-16)

Dimana :

d(P) = Perubahan tekanan yang dihasilkan pompa h = head per stage, ft/stage

Gf(V) = gradien tekanan fluida, psi/ft d(St) = perubahan jumlah stage

Tanda kurung dalam Persamaan (3-16) merupakan fungsi dari kapasitas (V) dan dinyatakan dlm persamaan : V = qsc x VF (aliran satu fasa). VF merupakan Volume Factor  untuk berbagai tekanan dan temperatur, dan dinyatakan dengan  persamaan:

VF = WC + (1-WC) Bo + [GLR –  (1-WC) Rs] Bg... (3-17)

Tekanan alir dasar sumur (Pwf) diatas harga tekanan gelembung (bubble Point-Pb) bentuk kurva IPR digambarkan dalam persamaan linier :

Qsc = PI (Pr – Pwf)... (3-18)

Gradien tekanan fluida dalam berbagai tekanan dan temperatur dinyatakan dalam persamaan :

Gf(V) = 0,433 x ρ (V) ... (3-19)

ρ (V) = W / 350 ...(3-20) W adalah berat material pada berbagai tekanan dan temperatur, yang mana

sama dengan berat pada kondisi standart. Dituliskan dengan persamaan :

ρ (V) =

q

 sc  ρ fsc ...(3-21) 350 ×V

Mensubtitusikan Persamaan (3-21) kedalam Persamaan (3-19) didapatkan  persamaan sebagai berikut :

0,433q sc× ρ fsc

= ...( - )

350 V

ρfsc adalah berat 1 bbl cairan ditambah gas yang terpompakan (per bbl cairan)

(66)
(67)

ρfsc = (350(WC)

τ

WSC) + [350 (1- WC)

τ

oSC] + (GIP)(GLR) ρgsc...(3-23)

dengan memasukkan Persamaan (3-23) ke Persamaan (3-19) menghasilkan  persamaan :

350 V

d (St) = dP... (3-24) 0,433× qsc × ρ fsc h(V )

Jumlah stage total dari pompa didapat dengan mengintegrasikan persamaan diatas antara tekanan intake (P3) dan tekanan discharge (P2):

 P 2 350  P 2 V d (St)= ∫ dP... (3- P 3 0,433×qsc × ρ fsc P 3 h(V) 25) atau  P 2 V 808.3141 St = dP... (3-26) qsc × ρ fsc P 3 h(V )

3.3.2.2. Brake Horse Power

Kurva kinerja pompa yang ditunjukkan dalam Gambar 3.12 menyatakan horse power per stage yang didasarkan atas specific gravity fluida perhitungan. Dengan demikian horse power dapat dinyatakan didalam persamaan :

HP = (hp per stage) x SGf x stage

Karena Parameter-parameter dipengaruhi oleh kapasitas V, yang berubah antara intake dan tekanan discharge, persamanan diatas menjadi :

d (HP) = hp (V) x

τ

f (V) x d (St)... (3-27)

Dengan mensubtitusikan Persamaan (3-22) dan Persamaan (3-27) ke persamaan diatas maka diperoleh persamaan

1 hp(V) dP

(3-28) d (HP) = ... ...

0,433 h(V )

Total horse power (Hp) yang diperlukan, diperoleh dengan mengintegrasikan persamaan diatas antara tekanan intake (P3) dann tekanan

dicharge (P2):

 P 2 1  P 2 hp(V )

(68)
(69)

atau

1  P 2 hp(V)

HP = dP... (3-30)

0,433 P 3 h(V)

3.3.2.3. Kurva Intake Pompa

Peramalan kurva intake pompa  Electrical Submersible Pump

dipertimbangkan untuk dua hal yaitu :

Memompa cairan

Memompa cairan dan gas

Keduanya diasumsikan bahwa pompa diletakkan didasar sumur dan yang tetap adalah tekanan wellhead dan ukuran tubing. Kasus kedua dianggap semua gas dipompakan bersama-sama cairan. Variabel yang terpengaruh adalah jumlah stages  pompa. Peramalan kurva intake untuk pompa benam listrik adalah untuk kasus yang

kedua.

A. Pompa benam Listrik Memompa Cairan

Karena cairan memiliki sedikit sifat kompresibilitas, volume cairan produksi dapat dikatakan konstan dan sama hingga permukaan (qsc). Dengan demikian head  perstage akan konstan juga dari Persamaan (3-26) dapat diintegrasikan menjadi:

808,3141

S

t = ( P − P  ) ... (3-31)

hx ρ fsc

Atau harga tekanan intake (P3) dapat ditulis :

 ρ fsc xh

 P 3 = P 2

S t ...(3-32)

808,3141

Sedangkan untuk Persamaan (3-30) bila diintegrasikan menjadi :

1 hp

 HP= ( P 2

 P 3 ) ... 3-33

0,433 h

Dengan mensubtitusikan Persmaan (3-32) ke Persamaan (3-33) menjadi :

(70)
(71)

B. Pompa Benam Listrik Memompa Cairan dan Gas

Gas memiliki sifat kompresibilitas yang tinggi, sehingga volume cairan V yang dihasilkan berubah akibat perubahan tekanan dari tekanan intake (P2) sampai tekanan discharge (P3). Faktor volume (VF) antara tekanan intake (P2) sampai tekanan discharge (P3) didapat dari Persamaan (3-60) dan laju alir ditentukan dengan Persamaan (3-5) atau Persamaan (3-6).

3.3.3. Dasar Perhitungan Electrical Submersible Pump

Pada prinsipnya perencanaan atau desain suatu unit pompa benam listrik untuk sumur-sumur dengan WC tinggi adalah sama seperti perencanaan unit pompa  benam listrik biasa, dimana dengan maksimalnya laju produksi yang diinginkan maka maksimal juga produksi air yang terproduksi. Kontrolnya dengan menghitung laju kritis dimana besarnya laju produksi minyak yang diinginkan lebih besar dari laju kritis sehingga terjadi water coning. Produksi tersebut terus dilakukan karena masih bernilai ekonomis dan terjadinya water coning bersifat wajar untuk sumur-sumur tua yang mempunyai water cut yang lebih besar dari 90%.

(72)
(73)

3.3.3.1. Perkiraan Laju Produksi Maksimum

Laju produksi suatu sumur yang diinginkan harus sesuai dengan  produktifitas sumur. Pada umumnya fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur lebih dari satu fasa. Seperti yang telah dijelaskan dalam sub-bab sebelumnya, untuk aliran fluida dua fasa, Vogel membuat grafik kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur berdasarkan data uji produksi.

Sedangkan untuk aliran tiga fasa, yaitu gas, minyak dan air, maka dalam  pengembangan kelakuan aliran tiga fasa dari formasi ke lubang sumur dapat menggunakan analisis regresi dari metode Pudjo Sukarno seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.3.3.2. Pemilihan Ukuran dan Tipe Pompa

Pada umumnya pemilihan tipe pompa didasarkan pada besa rnya rate produksi yang diharapkan pada rate pengangkatan yang sesuai dan ukuran casing (Check clearances). Terproduksinya gas bersama-sama dengan cairan

3.3.3.1. Perkiraan Laju Produksi Maksimum

Laju produksi suatu sumur yang diinginkan harus sesuai dengan  produktifitas sumur. Pada umumnya fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur lebih dari satu fasa. Seperti yang telah dijelaskan dalam sub-bab sebelumnya, untuk aliran fluida dua fasa, Vogel membuat grafik kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur berdasarkan data uji produksi.

Sedangkan untuk aliran tiga fasa, yaitu gas, minyak dan air, maka dalam  pengembangan kelakuan aliran tiga fasa dari formasi ke lubang sumur dapat menggunakan analisis regresi dari metode Pudjo Sukarno seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.3.3.2. Pemilihan Ukuran dan Tipe Pompa

Pada umumnya pemilihan tipe pompa didasarkan pada besarnya rate  produksi yang diharapkan pada rate pengangkatan yang sesuai dan ukuran casing (Check clearances). Terproduksinya gas bersama-sama dengan cairan memberikan pengaruh dalam pemilihan pompa, karena sifat kompresibilitas gas yang tinggi, menyebabkan perbedaan volume fluida yang cukup besar antara intake pompa dan discharge pompa. Hal ini akan mempengaruhi efisiensi pompa

(74)
(75)

3.3.3.3. Perkiraaan Pump Setting Depth.

Perkiraan pump setting depth merupakan suatu batasan umum untuk menentukan letak kedalaman pompa dalam suatu sumur adalah bahwa pompa harus ditenggelamkan didalam fluida sumur. Sebelum perhitungan perkiraan setting depth dilakukan, terlebih dahulu diketahui parameter yang menentukannya, yaitu Static Fluid Level  (SFL) dan Working Fluid Level  (WFL) dimana untuk menentukannya digunakan alat sonolog atau dengan operasi wireline, bila sumur tersebut tidak menggunakan packer.

 A.Static F luid Level

Static fluid level pada sumur dalam keadaan mati (tidak diproduksikan), sehingga tidak ada aliran, maka tekanan didepan perforas i sama dengan tekanan statik sumur. Sehingga kedalaman permukaan fluida di annulus (SFL, ft) adalah:

 Ps  Pc SFL= D mid perf − + (3-35) Gf , feet ... Gf

B. Working F luid Level/Operating F luid Level (WF L, ft)

Bila sumur diproduksikan dengan rate produksi sebesar q (bbl/D, dan tekanan alir dasar sumur adalah Pwf (Psi), maka ketinggian (kedalaman bila diukur dari permukaan) fluida di annulus adalah :

 Pc

= midperf − Pwf + , eet ……… - )

Gf Gf

Dimana :

SFL = Statik Fuid Lefel, ft WFL = Working Fluid Level. Ft Ps = Tekanan Statik, psi

Pwf = Tekanan Alir dasar sumur, psi

q = Rate prouksi, B/D

D = kedalaman sumur, ft

Pc = Tekanan di casing, psi

(76)
(77)

Suction head adalah silinder atau torak yang semula berada dipermukaan cairan (dalam bak) air akan naik mengikuti torak sampai  pada mencapai ketinggian Hs, dimana : Hs = 144× P ... (3-37)  ρ Dimana: Hs = suction head, ft

P = tekanan permukaan cairan, psi

Ρ= densittas fluida, lb/cuft

D.

Kavitasi dan Net Positive Suction Head (NPH S)

Tekanan absolut pada cairan pada suatu titik didalam pompa berada dibawah tekanan saturasi (Pb) pada temperatur cairan, maka gas semula terlarut dalam cairan terbebaskan. Gelembung-gelembung gas ini akan mengalir  bersama-sama dengan cairan sampai pada daerah yang memiliki tekanan tinggi akan dicapai dimana gelembung tadi akan mengecil. Fenomena ini disebut sebagai kavitasi yang dapat menurunkan efisiensi dan merusak pompa.

Kejadian ini berhubungan dengan kondisi penghisapan dan apabila kondisi penghisapan berada diatas Pb, maka kavitasi tidak terjadi. Kondisi minimum yang dikehendaki untuk mencegah kavitasi pada s uatu pompa disebut  Net Positive Suction Head (NPHS). NPHS adalah tekanan absolut diatas tekanan

saturasi yang diperlukan untuk menggerakkan fluida masuk kedalam fluida.

 3.3.3.2.1. Pump Setting Depth Minimum

Pump setting depth minimum merupakan keadaan yang diperlihatkan dalam Gambar 3.13.A. Posisi minimum dalam waktu yang singkat akan terjadi  pump-off, oleh karena ketinggian fluida level diatas pompa relatif sangat kecil

atau pendek sehingga hanya gas yang akan dipompakan. Pada kondisi ini Pump Intake Pressure (PIP) akan menjadi kecil. PIP mencapai dibawah harga Pb, maka akan terjadi penurunan efisiensi volumetris dari pompa (disebabkan terbebasnya

(78)
(79)

PSDmin = WFL +

 Pb

+ P , feet ... (3-38)

Gf Gf

 3.3.3.2.2. Pump Setting Depth Maksimum

Merupakan keadaan yang ditunjukkan oleh Gambar 3.13B.  (Posisi maksimum) juga kedudukan yang kurang menguntungkan. Keadaan ini memungkinkan terjadinya overload, yaitu pengangkatan beban kolom fluida yang terlalu berat. PSD maksimum dapat didefinisikan :

 Pb

 Pc (3-39)  PSDmax= D− Gf , feet ... Gf

Gambar 3.13. Berbagai Posisi Pompa Pada Kedalaman Sumur

3.3.3.2.3. Pump Setting Depth Optimum.

Merupakan kedudukan yang diharapkan dalam perencanaan pompa  benam listrik seperti dalam Gambar 3.13.C (Pompa dalam keadaan optimum) menentukan kedalaman yang optimum tadi (agar tidak terjadi pump-off dan overload serta sesuai dengan kondisi rate yang dikehendaki), maka kapasitas  pompa yang digunakan harus disesuaikan dengan produktivitas sumur. Penentuan PSD optimum ini dipengaruhi oleh terbuka dan tertutupnya casing

(80)
(81)

 pada permukaan dari fluida di annulus. Kejadian ini mempengaruhi besarnya suction head pompa

Untuk casing head tertutup, maka :

Kedalaman pompa optimum = WFL +  PIP − P c...

(3-40) G f

Untuk casing head terbuka, maka :

Kedalaman pompa optimum = WFL +  PIP

 P atm ...(3-41) G f

3.3.3.4. Perkiraan Jumlah Tingkat Pompa

Untuk menghitung jumlah tingkat pompa (stage), sebelumnya dihitung dahuluTotal Dynamic Head  (TDH, ft) pada laju produksi yang diinginkan. Diambil suatu harga rate produksi V, maka h akan berubah pada saat cairan melewati pompa. Persamaan (3-27) dapat digunakan jika variabel V/h(V) dapat dikurangi untukk menyederhanakan fungsi tekanan.

Keberadaan gas dibagian intake pompa dimana tekanan intake dibawah Pb maka Persamaan (3-26) harus dipecah menjadi dua yaitu :

 A

 Pb V

 A

 P 2 V

St =

q

 sc P  3h(V)Gf +

q

 sc Pb h(V)Gf ... (3-42)

Dimana :

A = 808,3141 / ρfsc

Dengan melakukan integrasi numerik, Persamaan (3-42) dapat ditulis dalam bentuk sederhana : Sti n ... (3-43) =

∑ ∆

(Sti) i=1 dimana: n A. P  3 Sti Vi ...(3-44) =∑

q

 sc 1=i hi

Untuk mendapatkan tekanan intake P3.1 maka :

 A.∆ P 3

St1 = St1 = Vi ...(3-45)

q

(82)
(83)

Untuk mendapatkan P3.2 maka :  A.

 P V V St2 3 1 2 = St1 + St2 =

q

 sc + ... (3-46) h1 h2

Untuk mendapatkan P3.n maka :

 A.

 P V V

St2 = St1 3 1 + 2

+ St2+...+ Stn=

q

 sc h1 h2

3.3.3.5. Pemilihan Motor dan Horse Power

Horse power diperoleh dengan cara integrasi Persamaan (3-27) antara tekanan intake dan tekanan discharge. Karena variabel hp (V) / h (V) tidak dapat diurai kebentuk fungsi yang lebih sederhana.

Interval tekanan intake dan tekanan discharge dibagi ke dalam tiap step kenaikan tekanan atau dengan mengambil P3 konstanta, Persamaan (3-27) dapat

ditulis sebagai berikut :

n

 P hp i = 3 ... -0,433 i=1 hi

 P hp i (HP)I = 3 . .. .. .. ... ... .. .. ... .. ... .. .. .. .. ... . (3-49) 0,433 hi

Maka Persamaan (3-29) dapat ditulis kembali menjadi :

n

HP1 =

( HP )i

... .. .. .. ... .. .. .. .. ... .. .. .. .. ... .. .. .. (3-50)

Pemilihan motor baik single motor maupun tandem didasarkan pada tabel yang di sediakan oleh pabrik pembuatnya terlampir. Besarnya horse power yang dibutuhkan motor pada hasil perhitungan tidak tersedia dalam tabel, maka dipilih motor yang memiliki horse power lebih besar yang mendekati.

3.3.3.6. Pemilihan Switchboard dan Transformer

Menentukan switchboard yang akan dipakai perlu diketahui terlebih dahulu  berapa besarnya voltage yang akan bekerja pada switchboard tersebut. Besarnya

tegangan yang bekerja dapat dihitung dari persamaan berikut ini :

(84)
(85)

Keterangan :

Vs = surface voltage, Volt

Vm = motor voltage, volt

Vc = correction voltage, volt

L = Panjang kabel, ft

Voltage drop = kehilangan voltage, volt/100.

Menentukan besarnya tegangan transformer yang diperlukan dihitung dengan persamaan berikut :

T = Vs×Im×1,73, KVA  ... (3-53)

1000 Keterangan :

T = ukuran transformer, KVA Vs = Surface voltage, volt Im = Ampere motor, ampere.

(86)
(87)

BAB IV

EVALUASI DAN PERENCANAAN ULANG

E LE CTRI C SUBMER SIBL E PUMP

( ESP ) DI SUMUR P-346 Evaluasi electric submersible pump (ESP) pada sumur P-346 dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara produktivitas formasi sumur kajian terhadap kapasitas pompa yang sedang digunakan, dengan tujuan meningkatkan efisiensi  pompa agar diperoleh laju produksi optimum yang sesuai dengan produktivitas

formasinya.

4.1. Data dan Evaluasi Di Lapangan Rantau P-346

Berikut adalah perhitungan untuk Sumur P-346 dengan pompa terpasang adalah ESP IND 675 97 stages 49 Hz. Data yang digunakan untuk evaluasi ini diambil pada bulan 23 Maret 2011.

Water-Cut ( WC ) = 90,4 %

Laju Alir Minyak(Qo) = 29,2 BOPD

Laju Alir total (QL) = 305,5 BWPD

Water Specific Gravity (SGw) = 0,904

Oil Specific Gravity (SGo) = 0,076

 API Gravity = 47 °

Static Fluid Level (SFL) = 1427,489 ft

Working Fluid Level (WFL) = 1712,357 ft

Tekanan Tubing = 9,94 Psi

ID Tubing = 1,995 inch

Kedalaman Sumur TVD = 2138,56 ft

Mid Perforasi (Datum) TVD = 2000,8 ft

 Pump Setting Depth (PSD) TVD = 1969,64 ft 4.1.1. Penentuan Specific Gravity  Fluida Campuran

1. Specific gravity air  = Water Cut x SG Air = 0,904 x 1

= 0,904

(88)
(89)

= 0,076

3. SG Fluida Campuran = SG air + SG minyak = 0,904 + 0,076

= 0,980

4. Gradient Fluida (Gf) = SG Fluida Campuran x 0,433 Psi/ft

= 0,980 x 0,433 Psi/ft = 0,424 Psi/ft

4.1.2. Penentuan Tekanan Reservoir (Pr) dan Tekanan Alir Dasar Sumur (Pwf)  Ps Pc 1. SFL = Dmidfer - − Gf Gf Ps = (Dmidfer - SFL) × Gf = (2000,8 - 1427,489) × 0,424 = 243,084 Psi  Pwf Pc 2. WFL = Dmidfer - − Gf Gf Pwf = (Dmidfer –  WFL) × Gf = (2000,8 –  1712,357) × 0,424 = 122,30 Psi

4.1.3. Penentuan

Pump I ntake Pr essure

 (PIP)

1. Perbedaan Kedalaman = Mid Perforasi- Pump Setting Depth

(PSD)

= 2000,8 –  1969,64 = 31,16 ft

2. Perbedaan Tekanan = Perbedaan Kedalaman x Gf = 31,16 x 0,424

= 13,223 psi

3. Pump Intake Pressure = Pwf –  Perbedaan Tekanan = 122,3 –  13,223

(90)
(91)

4.1.4 Penentuan

Total Dynamic Head 

 (TDH)

1. Menentukan Fluid Over Pump (FOP)  Fluid Over Pump(FOP) = PIP/Gf

= 109,077 /0,424 = 257,043 ft 2. Menentukan Vertikal Lift  (HD)

= 1969,64 –  257,043 = 1712,597 ft

3. Menentukan Tubing Friction Loss (HF)

 Friction Loss (F)tubing 2 3/8” (1,995 ID) dengan volume total fluida (Vt) 305,5 bfpd, diperoleh dari Lampiran A adalah 7,75 ft  per 1000 ft.

Tubing Friction Loss = Friction Loss x PSD = 7,75 x 1969,64 = 15,264 ft

4. Menentukan Tubing Head  (HT)

= 9,94 psi/ 0,424 psi/ft = 23,424 ft

5. Menentukan Total Dynamic Head  (TDH) Total  Dynamic Head(TDH) = HD + HF + HT

= 1712,597 + 15,164 + 23,424 = 1751,285 ft

4.1.5. Penentuan Efisiensi Volumetris (%EV)

1. Menentukan Head per stage, (ft/stage) dengan persamaan :

 Head per Stage(feet/stage) =

TDH

Stages

= 1751,285/ 97 = 18,054 ft /stage

2. Berdasarkan Head per stage sebesar 18,054 ft/stage, maka dari lampiran D.1. Grafik Performance Curve untuk tipe ESP

(92)
(93)

IND-675 49 Hz diperoleh harga laju fluida ( Qtheoritical   ) sebesar 437,5 B/D.

3. Menentukan persentase efisiensi volumetris

oactual

s ens o umetr s =Q  x

theoritical

= (305,5/437,5)x 100% = 69,83 %

Pompa Jumlah Pwf TDH Head/ Qaktual Qteoritis EV EP Terpasang Stage (Psi) (feet) Stage (BPD) (BPD) % %

IND-675 97 122,3 1751,285 18,054 305,5 412,5 69,83 46,25

Tabel.IV-1. Hasil Perhitungan Persentase Efisiensi Volumetris (% EV) Sumur P-346

Evaluasi pada electric submersible pump terpasang pada sumur kajian (Sumur P-346) mempunyai harga efisiensi pompa (EP) yang kurang yaitu sebesar 46,25 %, harga efisiensi volumetris pompa tersebut menyebabkan laju produksi yang dihasilkan (actual) tidak sesuai lagi dengan laju produksi yang diinginkan dan laju  produksi ini masih berada dibawah kapasitas produksi pompa yang

direkomendasikan oleh pabrikan pompa. Kondisi ini masih dapat dioptimalkan dengan menggunakan jenis pompa yang sama yaitu IND 675 atau mengganti dengan jenis pompa yang lain dengan penyesuaian jumlah stagenya dan merubah

 pump setting depth berdasarkan laju produksi yang diinginkan untuk mendapatkan laju produksi optimum yang sesuai dengan produktivitas formasinya, maka diperlukan perencanaan ulang terhadap pompa terpasang baik dari tipe, jumlah stage maupun dari PSD-nya.

4.2. Perencanaan Ulang

E lectric Submersible Pump

 sumur P-346

Perencanaan Ulang dilakukan dengan pengaturan dan penyesuaian kembali tipe pompa, jumlah stage, dan pump setting depth untuk mendapatkan laju produksi yang diinginkan sesuai dengan produktivitas formasi, sehingga diperoleh laju  produksi (QL) yang optimum. Dasar perencanaan ulang suatu unit electric

(94)
(95)

ulang terhadap electric submersible pump  untuk  Pump Setting Depth  (PSD)  berubah dengan tipe dan jumlah stage pompa tetap, yang kedua untuk Pump Setting  Depth (PSD) tetap dengan tipe pompa dan jumlah stage berubah dan yang ketiga  perencanaan ulang electric submergible pump untuk Pump Setting  Depth (PSD),

tipe dan jumlah stage pompa berubah.

4.2.1.

Pump Setting Depth

 Berubah dengan Tipe dan Stage Pompa Tetap

Optimasi Pump Setting Depth  (PSD) dilakukan dengan mengubah-ubah kedalaman dari PSD minimum sampai dengan PSD maksimum dimana pada evaluasi tersebut menggunakan tipe dan stage pompa yang terpasang di sumur 346 yaitu dengan menggunakan pompa IND-675 49 Hz 97 stages. Pada sumur P-346 digunakan data-data sebagai berikut :

Water-Cut = 90,4 %

Laju Alir Minyak(Qo) = 29,2 BOPD

Laju Alir total (QL) = 305,5 BFPD

Water Specific Gravity (SGw) = 0,904

Oil Specific Gravity (SGo) = 0,076

API Gravity = 470

Static Fluid Level (SFL) = 1427,489 ft

Working Fluid Level (WFL) = 1712,357 ft

Tekanan Statis (Ps) = 243,084 Psi

Tekanan Alir Dasar Sumur (Pwf) = 122,3 Psi

Tekanan Casing = 0 Psi

Tekanan Tubing = 9,94 Psi

ID Tubing = 1,995 inch

Kedalaman Sumur TVD = 2138,56 ft

Mid Perforasi (Datum) TVD = 2000,8 ft

 Pump Setting Depth (PSD) TVD = 1969,64 ft Adapun langkah-langkahnya adalah :

1. Menentukan Pump Setting Depth Minimum dan Maksimum. PSD min = WFL +  Pc

(96)

Gambar

Gambar 2.1. Peta Lokasi Struktur Kuala Simpang Barat
Tabel 2.1. Status Tiap Blok Lapangan Rantau
Tabel 3.1. Konstanta Cn untuk masing-masing An
Gambar 3.1. Grafik Friction loss William –  Hazen 3.3. Electrical Submersible Pump (ESP)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seorang wanita usia 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan mulut mencong ke kiri dan telinga terasa sakit dan bertambah sakit bila daun telinga bergerak.. Keluar cairan

Permasalahan yang dihadapi tersebut antara lain adalah tidak efisiennya transportasi untuk ekspor di Indonesia, subsidi dari Negara lain kepada industri meubel dan

Pada manusia asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. 4emudian kondisi 64" semakin memperparah kenaikan serum asam urat sehingga kadar asam urat dalam

Uji Berat Lapis Seng Diameter Dimensi massa Kekuatan Regangan Uji Keuletan Fatigue Uji relaksasi Uji sifat Tampak Dimensi dan Toleransi Uji sifat Mekanik Uji tarik Bending Uji

Endraswara (2013:77) menjelaskan bahwa karya sastra dilahirkan tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial masyarakat akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Pada

Aplikasi E­Commerce Sentra Kluster IKM  Sepatu  Di  Kota  Semarang  Sebagai  Media  Promosi  dan  Komunikasi  On­Line  dengan  alamat  web 

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh size perusahaan, tipe industri, basis perusahaan, profitabilitas, leverage , dan likuiditas baik secara

Kegiatan pelatihan penggunaan software Maple dalam meningkatkan pemahaman materi olimpiade sains bagi guru matematika tingkat SMA se Kabupaten Pelalawan ini dapat