• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.2.1 Sk Pelayanan Farmasi Baru Bgt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "8.2.1 Sk Pelayanan Farmasi Baru Bgt"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PUSKESMAS TIGARAKSA

Jl. Kongsi No. 12 Telp. (021) 5992170 Kode Pos 15720

KEPUTUSAN

KEPALA PUSKESMAS TIGARAKSA NOMOR : .../.../.../2016

TENTANG

PELAYANAN FARMASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA PUSKESMAS TIGARAKSA,

Menimbang : a. bahwa untuk menunjang layanan klinis di Puskesmas, maka perlu didukung oleh pelayanan farmasi yang baik.

b. bahwa untuk menunjang pelayanan farmasi yang baik di Puskesmas Tigaraksa diperlukan adanya kebijakan tentang pelayanan farmasi selama enam hari dalam seminggu pada Puskesmas Tigaraksa.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Tigaraksa tentang Pelayanan Farmasi

Mengingat : 1. UU Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063;

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit; 3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas

(2)

Kebijakan Dasar Puskesmas;

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.922 tahun 2008 tentang Obat dan Perbekalan Kesehatan.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TIGARAKSA TENTANG PELAYANAN FARMASI

Kesatu : Pelayanan farmasi Puskesmas Tigaraksa sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.. Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari

terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : ………. pada tanggal : ……….

Kepala Puskesmas Tigaraksa

Farah Segeir

LAMPIRAN KEPUTUSAN PUSKESMAS TIGARAKSA NOMOR :…./…/…/

(3)

PELAYANAN FARMASI

A PENGERTIAN

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara berkesinambungan. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat.

B TUJUAN

Tujuan dilaksanakannya pelayanan farmasi di Puskesmas Tigaraksa adalah agar: 1 Kebutuhan masyarakat dalam hal ini pasien dapat terlayani secara optimal.

2 Terdapat mekanisme pelayanan yang jelas dan teratur dalam melaksanakan pelayanan farmasi.

C SISTEM PELAYANAN

Dalam pelaksanaannya petugas harus:

1 Menulis obat yang dikeluarkan dari kamar obat pada resep pasien. 2 Memberi etiket pada obat yang diresepkan.

3 Menuliskan perintah pemakaian obat pada etiket atau plastik resep.

4 Memberikan obat kepada pasien dengan disertai penjelasan cara penggunaan dan efek samping obat.

(4)

5 Memastikan pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan. 6 Ikut menjaga dan memastikan keamanan obat di kamar obat

(5)

D MENILAI, MENGENDALIKAN PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT

Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan pengendalian obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar, yang terdiri dari:

1 Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan seluruh unit pelayanan.

2 Menentukan:

- Stok optimum

- Stok pengaman/penyangga (bufferstock) 3 Menentukan waktu tunggu.

Pengendalian obat terdiri dari: 1 Pengendalian Persediaan

Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau jika dimungkinkan memesan, maka dapat dihitung jumlah obat yang dapat dipesan dengan rumus :

Q = SK + SP (WT x D) – SS

Keterangan:

Q = jumlah obat yang dipesan SK = stok kerja

SP = stok pengaman WT = waktu tunggu SS = sisa stok

D = pemakaian rata – rata per minggu/ per bulan

Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal – hal yang perlu diperhatikan adalah:

a Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.

b Melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang apabila terdapat pemakaian yang melebihi rencana.

c Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala Puskesmas tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih mempunyai persediaan banyak.

(6)

Pemeriksaan Besar (pencacahan) dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara kartu stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat. Pemeriksaan ini dilakukan setiap bulan.

2 Pengendalian Penggunaan

Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.

Pengendalian penggunaan meliputi: a Prosentase penggunaan antibiotik. b Prosentase penggunaan injeksi. c Prosentase rata – rata jumlah R/.

d Prosentase Obat penggunaan obat generik. e Kesesuaian dengan Pedoman.

E JAM BUKA PELAYANAN FARMASI (Apotik)

Pelayanan farmasi di Puskesmas Tigaraksa buka 6 hari dalam seminggu (Senin-Sabtu) Jam buka pelayanan farmasi di Puskesmas Tigaraksa :

Senin-Kamis = 08.00 – 13.00 WIB. Jumat-Sabtu = 08.00 – 11.00 WIB

F PETUGAS YANG BERHAK MEMBERIKAN RESEP OBAT, OBAT-OBATAN PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA

1 Semua kegiatan pengobatan dan penulisan resep di Puskesmas Tigaraksa dilaksanakan oleh dokter/dokter gigi sesuai kompetensinya dengan persyaratan sebagai berikut: a Memiliki Surat Tanda Registrasi.

b Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter/Dokter gigi di Puskesmas Tigaraksa. Penyerahan psikotropika oleh dokter dilaksanakan dalam hal :

a. menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan; b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat;

c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

2 Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di bidang pengobatan karena sesuatu hal (misal: menghadiri rapat), maka tugas pengobatan dan pemberian resep didelegasikan kepada petugas pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang farmasi, yaitu perawat/perawat gigi/bidan yang bertugas pada hari itu.

(7)

3 Petugas yang berhak memberikan resep di kamar obat adalah petugas yang memiliki kompetensi di bidang farmasi, yaitu:

a Apoteker

(8)

G PETUGAS YANG BERHAK MENYEDIAKAN OBAT

Penyediaan obat dan Pengelolaan Obat di Puskesmas Tigaraksa dilaksanakan oleh: 1Apoteker sesuai kompetensinya.

2Asisten Apoteker sesuai kompetensinya, apabila tenaga Apoteker tidak ada.

3Petugas kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang farmasi, yaitu: Perawat/Perawat gigi/Bidan.

4Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyedian obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang untuk melaksanakan tugas manajemen kefarmasian

H PELATIHAN PETUGAS PENYEDIA OBAT YANG TIDAK SESUAI SYARAT

Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyedian obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh penanggung jawab pengelola obat Puskesmas untuk melaksanakan tugas penyediaan obat.

Pelatihan yang diberikan meliputi: 1 Jenis obat dan penggolongannya 2 Cara membaca resep

3 Cara pemakaian dan aturan pakai obat 4 Efek samping obat

5 Penyampaian informasi cara pemakaian dan aturan pakai obat kepada pasien 6 Cara merekap resep harian

I PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT 1. PERESEPAN

a. Penulisan Resep

Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter, dokter gigi, dan praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola obat di Puskesmas Tigaraksa untuk menyediakan atau membuatkan obat dan menyerahkannya kepada pasien. Resep merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter, penyedia

(9)

obat dan pasien (pengguna obat). Isi resep merupakan refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu, agar obat berhasil, resep harus rasional.

Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu: 1) Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya. 2) Tepat indikasi penyakit.

3) Tepat pemilihan obat. 4) Tepat dosis.

5) Tepat cara pemberian obat. 6) Tepat pasien.

Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah digunakan sebagai bahasa ilmu kesehatan karena bahasa latin tidak mengalami perubahan (statis), sehingga resep obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir.

Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Tigaraksa harus tercantum:

1) Tanggal penulisan resep. 2) Nama pasien.

3) Umur pasien. 4) Alamat pasien. 5) Diagnosis penyakit.

6) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.

7) Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral.

8) Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral pada kolom suntikan.

9) Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep.

10) Tanda seru dan paraf penulis resep untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimum.

11) Kode pasien Umum, Askes dan Askes PNS. b. Penyiapan Obat

Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau praktisi lain yang berizin harus memahami isi resep dan memperhatikan:

1) Nama obat

2) Jenis dan bentuk sediaan obat 3) Nama dan umur pasien 4) Dosis

5) Cara pemakaian dan aturan pemberian

6) Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas

7) Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang dimaksud tidak tersedia

(10)

8) Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari tempatnya 9) Pemasangan etiket / label obat pada kemasan obat

c. Penyerahan Obat

Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau praktisi lain yang berizin harus memperhatikan:

1) Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep 2) Pemberian obat melalui loket

3) Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien

4) Pemberian informasi tentang cara pemakaian, aturan pakai dan efek samping obat kepada pasien atau keluarga pasien.

2. PEMESANAN OBAT

Sumber penyediaan obat di Puskesmas Tigaraksa berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas Tigaraksa adalah obat – obat yang tercantum dalam DOEN yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di Puskesmas Tigaraksa diajukan oleh Kepala Puskesmas Tigaraksa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.

Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas Tigaraksa sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah Kecamatan Tigaraksa.

Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain: a Menentukan jenis permintaan obat

1) Permintaan Rutin

Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang untuk Puskesmas Tigaraksa.

2) Permintaan Khusus

Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila:

 kebutuhan meningkat

 terjadi kekosongan

 ada KLB atau Bencana

b Menentukan jumlah permintaan obat Data yang diperlukan antara lain:

1) Data pemakaian obat periode sebelumnya. 2) Jumlah kunjungan resep.

3) Jadwal distribusi obat dari Gudang Farmasi Kabupaten Tangerang. 4) Sisa Stok.

(11)

c Menghitung kebutuhan obat dengan cara:

Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada periode sebelumnya.

SO = SK + SWK + SWT + SP

Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Permintaan = SO - SS Keterangan:

SO= Stok Optimum

SK= Stok Kerja (stok pada periode berjalan)

SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time) SP = Stok Penyangga

SS = Sisa Stok

Stok Kerja Pemakaian rata – rata periode distribusi. Waktu

Kekosongan Lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari.

Waktu Tunggu Dihitung mulai dari permintaan obat oleh Puskesmas Tigaraksa sampai dengan penerimaan obat di Puskesmas Tigaraksa. Stok Penyangga Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan

kunjungan, keterlambatan kedatangan obat. Besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Sisa Stok Sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas Tigaraksa pada

akhir periode distribusi.

Stok Optimum Stok ideal yang harus tersedia dalam waktu periode tertentu agar tidak terjadi kekosongan.

3. PENGELOLAAN OBAT

Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan.

Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan: a perencanaan dan permintaan,

b penerimaan,

c penyimpanan dan distribusi, d pencatatan dan pelaporan serta

(12)

J PENANGANAN OBAT KEDALUWARSA / RUSAK

Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat rusak/kadaluwarsa.

Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah – langkah yang harus dilakukan adalah:

1. Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak dalam gudang obat.

2. Obat yang rusak/kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada Kartu Stok oleh petugas pengelola obat.

3. Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas.

4. Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

K PENYIMPANAN OBAT

Penyimpanan Obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Penyimpanan Obat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. bentuk dan jenis sediaan;

2. stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban); 3. mudah atau tidaknya meledak/terbakar; dan

4. narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.

L PENANGANAN OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA

Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat rusak/kadaluwarsa.

Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah – langkah yang harus dilakukan adalah:

1. Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak dalam gudang obat.

2. Obat yang rusak/kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada Kartu Stok oleh petugas pengelola obat.

(13)

3. Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas.

4. Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

5. Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas.

6. Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

M PENCATATAN, PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT

(ESO)

Merupakan kegiatan pencatatan, pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

Tujuan:

1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang.

2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudahsangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:

a. Mencatat laporan adanya efek samping obat. b. Menganalisis laporan efek samping Obat.

c. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggimengalami efek samping Obat.

d. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO). e. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Faktor yang perlu diperhatikan:

 Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

h. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2) Seksi Pengelolaan Pupuk Pestisida dan Pembiayaan Pertanian Seksi

1) Struktur ruang Kabupaten / kota yang telah terbentuk (kawasan terbangun); 2) Pola jaringan infrastruktur utama yang telah ada (khususnya jaringan jalan). 3) Potensi dan

Manajer Investasi dapat menghitung sendiri Nilai Pasar Wajar dari Efek tersebut dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab berdasarkan metode yang menggunakan asas konservatif dan

Rencana jangka panjang dari kegiatan pengabdian masyarakat ini melalui kegiatan pelatihan untuk peningkatan rasa ingin tahu kemampuan keterampilan serta semangat belajar

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan kadar garam yang semakin tinggi pada daging kerbau mempengaruhi konsentrasi serta profil protein hal ini

Indonesia sebagai negara yang besar baik dari luas, jumlah penduduk maupun keragaman sumber daya alam yang dimiliki, jika meninjau dari teori RBV seharusnya

Pengujian pengaruh logam Pb terhadap kada klorofil dilakukan menggunakan uji kenormalan, uji homogenitas dan uji hipotetsi (ANAVA) dua arah. Uji hipotesis

instalasi pada wilayah RW 03 ini hanya digunakan beberapa bangunan saja, karena kualitas air limbah dapat diturunkan atau diremoval sesuai dengan baku mutu yang