• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Manufaktur

Sistem manufaktur adalah : penerapan proses fisik dan kimia untuk

mengubah geometri, sifat-sifat, dan atau merubah suatu penampilan atau bentuk

suatu material awal dalam pembuatan komponen atau produk termasuk juga

aktifitas penggabungan komponen untuk membuat produk rakitan.

Gambar 2.1 : Bagan Proses Manufaktur Manufacturing system Automation and control technologies Material handling technologies Quality control system Manufacturing support system Factory level Enterprise level fasilities Production system Manufacturing support

(2)

2.1.1 Komponen Pokok Sistem Manufaktur

A. Mesin produksi :

Berfungsi untuk melaksanakan proses operasi permesinan yang

memberikan nilai tambah pada material atau barang setengah jadi hingga

terbentuk produk akhir yang bernilai tambah.

1. Manually Operated

Mesin bekerja menggunakan tenaga motor yang dikendalikan oleh

manusia.

Contoh Mesin bubut, gergaji, bor, dll.

2. Semi automated

Mesin bekerja berdasarkan kendali program. Manusia diperlukan

untuk membantu proses loading/unloading setiap siklus kerja.

Contoh : Mesin CNC.

3. Fully automated

Mesin mampu bekerja mandiri lebih dari satu siklus kerja.

Contoh : Mesin Injection Moulding. Mesin ini mampu bekerja mandiri

menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak. Manusia diperlukan

saat terjadi hambatan proses operasi.

B. Sistem material handling :

Berfungsi untuk memindahkan material dari satu posisi ke posisi lain

(3)

1. Loading and Unloading : Memasukkan benda kerja kedalam mesin

produksi dan mengeluarkannya saat selesai proses.

2. Positioning : Menempatkan benda kerja pada posisi siap operasi dan

memasang benda kerja pada Workhead mesin. Biasanya ditambahkan

sebuah Workholder ( pemegang benda kerja ).

3. Transporting : Memindahkan benda kerja diantara stasiun kerja dalam

sistem banyak stasiun kerja.

4. Temporary Storage : Memberikan jaminan operasi mesin dari

kelangkaan benda kerja.

Gambar 2.2 : Bagan proses routing material  Variable Routing

 Fixed routing

WS1

WS4 WS5 WS6

WS2 WS3

Work Unit Completed

(4)

C. Sistem komputer pengendali :

Berfungsi untuk mengendalikan fungsi peralatan yang terotomasi

atau yang semi terotomasi dan juga untuk mengkoordinasikan dengan

kegiatan manajemen.

1. Mengkomunikasikan Instruksi Kerja : Proses pengerjaan atau proses

perakitan tertentu untuk benda kerja tertentu perlu dikomunikasikan

2. Mengunduh Part Program : Utamanya pada mesin CNC

3. Pengendali Sistem Material Handling : Agar stasiun kerja bisa sinkron

4. Penjadwalan Produksi

5. Diagnosa Kegagalan

6. Monitoring Keselamatan Kerja

7. Pengendalian Kualitas

8. Pengelolaan Operasi secara keseluruhan

D. Sumber Daya Manusia :

Berfungsi sebagai pelaku proses pengendali baik manual maupun

yang terotomasi. Berikut fungsi SDM dalam industri :

1. Melaksanakan proses penambahan nilai

2. Sebagai Direct Labor

3. Melaksanakan kerja manual

4. Mengendalikan mesin

5. Melaksanakan Loading and unloading

(5)

7. Membuat program komputer pengendali

8. Perawatan dan penggantian

2.1.2 Klasifikasi Sistem Manufaktur

Tabel 2.1 : Klasifikasi sistem manufaktur

Faktor Alternatif

Tipe Operasi  Operasi Pengerjaan

 Operasi Perakitan

Jumlah Stasiun Kerja  Stasiun Tunggal (Type IM, IA)  Stasiun Banyak

 Variabel routing (Type IIM, IIA)  Fixed Routing (Type IIIM, IIIA)

Tingkat Otomasi  Manual (Type IM, IIM, IIIM)

 Semi-automated (Type IIH, IIIH)  Fully automated (Type IIA, IIIA) Variasi

Komponen/Produk

 Identik (Single Model = S)  Bervariasi (Mixed Model = X)  Batch Model = B

(6)

2.1.3 Tipe Operasi

Secara umum ada 2 kategori : Operasi Perakitan dan Operasi Pengerjaan.

a. Operasi Pengerjaan 1. Proses pembahanan 2. Proses pemotongan 3. Proses konstruksi 4. Dll b. Operasi Perakitan 1. Pengeleman 2. Penyekrupan 3. Finishing 4. Dll

Komponen dapat digolongkan kedalam kelompok rotasional dan

non-rotasional yang akan sangat menentukan jenis operasi proses yang diperlukan.

2.1.4 Tipe Stasiun Kerja

a. Tipe I : Stasiun Tunggal,

n = 1 bisa jadi manual, semi automated atau fully automated.

b. Tipe II : Stasiun Banyak dengan rute berubah-ubah,

n > 1; proses layout.

c. Type III : Stasiun Banyak dengan rute tetap,

(7)

2.1.5 Tingkat Otomasi

Manning level (M) identik dengan tingkat otomasi sistem manufaktur.

Gambar 2.3 : Tingkat otomasi produksi

a. Manning level (M) identik dengan tingkat otomasi sistem manufaktur

b. M = 1 ; 1 pekerja 1 stasiun kerja

c. M = 0,25 ; 1 pekerja 4 stasiun kerja

d. M = 2 ; 2 pekerja 1 stasiun kerja

Manual

Otomasi

M

≥ 1

(8)

2.1.6 Sistem Manufakturing A A A A Work in Work out Tipe III A M in out Work flow Tipe I M A in out Work flow Tipe 1 A M Work in Work out M M M Tipe II M A Work in Work out A A A Tipe II A M M M M Work in Work out Tipe III M A M A Work in Work out Tipe III H M Tipe II H Work in Work out A A M M

(9)

2.1.7 Variasi Komponen

a. Sebuah sistem manufaktur bisa jadi mampu mengerjakan:

1. Beda jenis atau warna

2. Beda komponen

3. Beda ukuran

4. Beda geometri komponen mesin

b. Single Model disimbolkan S, tidak punya variasi produk, tidak

diperlukan flexibilitas sistem manufaktur.

c. Batch Model disimbolkan B, model sama dalam satu batch, beda

dalam lain batch, diperlukan fleksibilitas yang cukup.

d. Mixed Model disimbolkan X, Produk sangat bervariasi, diperlukan

fleksibilitas yang tinggi.

2.1.8 Fleksibilitas Sistem Manufakturing

Memungkinkan Sistem Manufaktur Mixed Model mengerjakan variasi

komponen / produk tanpa penghentian. Kemampuan yang harus dimiliki :

a. Identifikasi perbedaan variasi produk

b. Penggantian instruksi kerja

c. Penggantian set-up peralatan

2.2 Analisa Kelayakan Investasi

Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan

(10)

indeks (PI). Dasar perhitungan metode payback period (PP), net present value

(NPV) dan profitabilitas indeks (PI) adalah aliran kas (cash flow),sedangkan

dasar perhitungan dalam metode Average Rate of Return (ARR) adalah

keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (reported accounting

income).

2.3 Metode Payback Period (PP)

Payback period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung

lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah

diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh

proyek investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama,

maka payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi

jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung payback period adalah sebagai

berikut:

payback period (PP) =

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan payback period

adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika payback period lebih

pendek dibandingkan periode payback maximum.Sebaliknya, jika payback period

(PP) suatu investasi lebih panjang daripada periode payback maximum, maka

(11)

investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternative

investasi maka untuk menentukan alternative terbaik dilakukan pemilihan

investasi yang mempunyai payback period yang paling pendek.

Dengan melihat kelebihan dan kekurangan pada metode Payback Period, maka metode tersebut cocok digunakan jika dalam kondisi:

a. Kecepatan informasi atau estimasi nilai pengembalian investasi sangat penting

b. Ketepatan penghitungan tidak begitu penting

c. Risiko dimasa yang akan datang diperkirakan cukup tinggi.

2.4 Metode Present Worth Analysis

Present worth analysis (analisis nilai sekarang) didasarkan pada konsep

ekuivalensi dimana semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan

terhadap titik waktu sekarang pada suatu tingkat pengembalian minimum yang

diinginkan (minimumattractiverateofreturn–MARR).

Usia pakai berbagai alternatif yang akan dibandingkan dan periode analisis

yang akan digunakan bisa berada dalam situasi:

1. Usia pakai sama dengan periode analisis

2. Usia pakai berbeda dengan periode analisis

3. Periode analisis tak terhingga

(12)

Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung Net Present Value

(NPV) dari masing-masing alternatif. NPV diperoleh menggunakan persamaan:

NPV=PWpendapatan–PWpengeluaran

Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai NPV ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima. Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu

alternatif, maka alternatif dengan NPV terbesar merupakan alternatif yang paling

menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat

independent, dipilih semua alternatif yang memiliki NPV ≥ 0.

2.5 Metode Net Present Value (NPV)

Metode net present value (NPV) digunakan untuk mengurangi

kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode payback period. Metode net

present value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan

nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari

biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Oleh karena itu, untuk melakukan

perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas

keluar awal (initial cash outflow), aliran kas masuk bersih dimasa yang akan

datang (future net cash inflows), dan rate of return minimum yang diinginkan.

Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil

yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return minimum yang diinginkan.

Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih

rendah dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan, maka investasi

harus ditolak.

(13)

Rumus untuk menghitung net present value adalah:

Apabila setiap tahun investasi menghasilkan proceeds yang sama

besarnya, maka net present value (NPV) dapat dihitung dengan menggunakan

bantuan tabel present value (PV) annuity.

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode net present

value (NPV) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak, jika net

present value (NPV) lebih besar dari nol atau bernilai positif. Sebaliknya, jika net

present value (NPV) suatu investasi lebih kecil dari nol atau bernilai negatif maka

investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif

investasi maka untuk alternatif investasi yang terbaik dipilih dengan cara

menentukan alternative investasi yang mempunyai net present value (NPV)yang

paling besar.

2.6 Metode Annual Cash Flow Analysis

Annual worth analysis (analisis nilai tahunan) didasarkan pada konsep

ekuivalen dimana semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan

dalam sederetan nilai tahunan yang sama besar pada suatu tingkat pengembalian

minimum yang diinginkan (minimum attractive rate of return – MARR).

Net Present Value (NPV) = At

(1+ k)t

t=0 n

å

(14)

Hasil AW alternatif sama dengan PW dan FW, dimana AW = PW(A/P,i,n) dan

AW = FW(A/F,i,n). Dengan demikian, AW dari setiap alternatif dapat dihitung

juga dari nilai-nilai ekuivalen lainnya. Nilai AW alternatif diperoleh dari

persamaan:

AW = R – E – CR

Dimana:

R = Revenues (penghasilan atau penghematan ekuivalen tahunana)

E = Expence (pengeluaran ekuivalen tahunan)

CR = Capital recovery (pengembalian modal)

Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai AW ≥ 0 maka alternatif

tersebut layak diterima. Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu

alternatif, maka alternatif dengan NPV terbesar merupakan alternatif yang paling

menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat

independent, dipilih semua alternatife yang memiliki AW ≥ 0.

Capital recovery suatu alternatif ialah nilai seragam tahunan yang

ekuivalen dengan modal yang diinvestasikan. Beberapa persamaan yang dapat

digunakan untuk menghitung CR adalah:

CR = I(A/P,i,n) – S(A/F,i,n)

CR = (I – S)(A/F,i,n) + I(i)

(15)

Dimana:

I = investasi awal alternative

S = nilai sisa di akhir usia pakai

n = usia pakai alternatif

2.7 Metode Profitabilitas Index (PI)

Metode profitabilitas indeks (PI) atau sering disebut dengan desirabilty

index (DI) merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai

sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (proceeds) dengan nilai

sekarang investasi (outlays).

Rumus yang digunakan untuk menghitung profitabilitas indeks (PI) adalah

sebagai berikut:

Keterangan :

R = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dan proceeds

sama dengan P.V, dari capital outlays

At = Cashflow untuk periode t

N = Periode terakhir dimana cash flow diharapka Outlays Proceeds = (PI) Index ity Profitabil 10

(16)

Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun,

maka seperti halnya dalam metode net present value (NPV) untuk menghitung

dengan profitabilitas indeks (PI), harus menghitung present value dari Proceeds

setiap tahunnya terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah

present value dari keseluruhan proceeds yang diharapkan dari investasi.

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode

profitabilitas indeks (PI) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak

jika profitabilitas indeks (PI) lebih besar dari satu.Sebaliknya, jika profitabilitas

indeks (PI) suatu investasi lebih kecil dari satu maka investasi tersebut dinyatakan

tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka alternatif investasi

terbaik ditentukan dengan cara memilih alternatif investasi yang mempunyai

profitabilitas indeks (PI) yang paling besar.

2.8 Metode Internal Rate of Return (IRR)

Metode internal rate of return (IRR) pada dasarnya merupakan metode

untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value

dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi

proyek.Maka pada prinsipnya metode ini digunakan untuk menghitung besarnya

rate of return yang sebenarnya. Pada dasarnya internal rate of return harus dicari

dengan caratrial and error.

Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut:

(17)

Keterangan :

R = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dan proceeds

sama dengan P.V, dari capital outlays

At = Cashflow untuk periode t

N = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan

Jika initial cash flow terjadi pada waktu 0 maka persamaannya dapat

dinyatakan sebagai berikut:

Selanjutnya, dengan mengadakan interpolasi dari 2 tingkat bunga yang

dipilih secara coba-coba r-nya dapat dihitung seperti cara tersebut di atas.

Dengan rumus IRR seperti tersebut di atas maka langkah-langkah yang

harus dilakukan untuk menghitung nilai IRR adalah sebagai berikut:

Menghitung present value dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan

tingkat bunga yang dipilih secara apriori.

Membandingkan hasil perhitungan present value dari proceeds dengan

jumlah present value dari investasi (outlays).Jika present value dari proceeds At (1+r)1 é ë ê ù û ú t=0 n

å

=0 A0 = A1 (1+ r)+ A2 (1+ r)2 + ... + An (1+ r)n

(18)

lebih tinggi dibandingkan jumlah present value dari investasi (outlays) maka

tingkat bunga yang lebih tinggi harus digunakan. Sebaliknya, jika present value

dari proceeds lebih kecil dari present value dari investasi outlays-nya maka

tingkat bunga yang lebih rendah harus digunakan.

Ulangi langkah ketiga hingga menemukan tingkat bunga yang dapat

menjadikan present value dari proceedssama besarnya dengan present value dari

outlays-nya.

Pada tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari

proceedssama besarnya dengan present value dari outlay-nya, Net Present Value

(NPV) dari usul investasi tersebut adalah Rp 0 (nol) atau mendekati nol.

Besarnya tingkat bunga tersebut menggambarkan besarnya IRR dari usul

investasi tersebut.

Ada dua permasalahan dalam menghitung IRR, yaitu aliran kas masuk

sama untuk setiap periode dan aliran kas masuk yang tidak sama untuk setiap

periode.Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode IRR

adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari

tingkat keuntungan yang dikehendaki.Sebaliknya, jika IRR suatu investasi lebih

kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka investasi tersebut

dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka pilih

alternatif investasi terbaik dengan memilih alternatif investasi yang mempunyai

(19)

2.9 Effective Interest Rate

Effective interest rate, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

berarti suku bunga efektif, merupakan salah satu metode amortisasi yang

digunakan dalam penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

50/55. Sebenarnya istilah effective interest rate tidak terbatas pada metode

amortisasi saja, namun dalam tulisan ini saya akan membatasi penggunaannya

dalam perhitungan jadwal amortisasi.

Metode amortisasi effective interest rate digunakan pada aset keuangan yang

memiliki jadwal arus kas (estimated cash flow).

Simbol-simbol :

I = suku bunga tiap periode

n = jangka waktu / umur teknis

P = jumlah uang sekarang (present worth)

F = jumlah uang mendatang (future worth)

A = pembayaran seri merata(anuitas)

G = pembayaran secara gradien

Hubungan antara P, F dan A sebagai fungsi dari i dan n adalah :

A. Pembayaran Tunggal

1. Faktor jumlah bergabung

Misal sekarang ada uang sejumlah P dan diinvestasikan dengan suku

bunga tiap tahun, diperoleh :

(20)

atau nilai P akan ekuivalen dengan P (1 + i)n setelah n tahun, yakni:

F = P (1 + i)n = P (F/P , i% , n)

(F/P , i% , n) = (1 + i) disebut faktor jumlah bergabung

2. Faktor jumlah sekarang

Dari rumus P = F (1 +i) – n = F (P/F.i %,n)

(P/F,i %, n) = (1 + i)- n disebut faktor jumlah sekarang.

B. Pembayaran Seri Merata

1. Faktor terpendam (sinking fund factor)

F

A A A AA

0 1 2 3 n-1 n

F = F(A/F,i%,n), disebut faktor terpendam.

(21)

2. Faktor Pengembalian Modal (Capital recovery factor)

P

A A A A

0 1 2 3 n

P ekuivalen dengan A

A = P(A/F,i%,n), disebut faktor pengembalian modal.

3. Faktor jumlah bergabung

F = A (F/A, i %, n), disebut faktor jumlah bergabung.

4. Faktor jumlah sekarang (untuk pembayaran seri merata).

P = A(P/A, i %, n) disebut faktor jumlah sekarang

C. Pembayaran seri tidak merata

(n-1)G

P 1G 2G 3G

0 1 2 3

(22)

1. Faktor konversi gradien untuk pembayaran seri merata

A = G(A/G, i %, n) disebut faktor konversi gradien untuk pembayaran seri

merata

2. Faktor konversi gradien untuk nilai uang sekarang

P = G(P/G, i %, n) = (A/G, i %, n) (P/A, i %, n) disebut faktor konversi

gradien untuk nilai uang sekarang.

2.10 Metode Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit cost ratio adalah perbandingan nilai ekuivalen semua manfaat

terhadap nilai ekuivalen semua biaya. Perhitungan nilai ekuivalen dapat

dilakukan menggunakan salah satu dari analisis nilai sekarang, nilai pada waktu

yang datang atau nilai tahunan.

2.11 Analisa Data Kelayakan Investasi

Analisa data yang digunakan untuk melakukan analisis pada aspek

keuangan adalah analisis kuantitatif, dengan menggunakan analisis kemampuan

pemenuhan kebutuhan permodalan dan analisis kelayakan investasi, seperti

Payback Period (PP),Net Present Value (NPV), Profitability Indeks (PI), Internal

Rate of Return (IRR), Average Rate of Return (ARR) dan Benefit Cost Ratio

(BCR).

B /C

=

PW

manfaat

PW

biaya

=

FW

manfaat

FW

biaya

=

AW

manfaat

AW

biaya

(23)

Kriteria kelayakan kemampuan kebutuhan permodalan adalah dengan

membandingkan antara besarnya kebutuhan permodalan dengan kemampuan

untuk menyediakan permodalan.

Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan kemampuan menyediakan

permodalan jika pelaku bisnis mampu menyediakan permodalan yang lebih besar

atau sama dengan kebutuhan permodalan.

Kriteria penerimaan investasi untuk masing-masing rasio kelayakan

investasi adalah sebagai berikut:

Payback Period (PP), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Payback

Period (PP) lebih cepat dibandingkan dengan payback minimum. Sebaliknya,

jika Payback Period (PP) lebih lama dari payback minimum maka investasi

tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.

PP < payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan layak.

PP ≥ payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.

Net Present Value (NPV), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Net

Present Value (NPV) lebih besar dari 0 (nol) atau bernilai positif. Sebaliknya,

jika nilai Net Present Value (NPV) lebih kecil dari 0 (nol) atau bernilai negatif

maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Suatu ide bisnis

yang memiliki nilai Net Present Value lebih kecil dari 0 (nol) atau negatif berarti

seluruh pendapatan yang diterima dari ide bisnis tersebut belum mampu menutup

(24)

NPV > 0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan layak.

NPV ≤ 0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.

Profitability Indeks (PI), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai

Profitability Indeks (PI) lebih besar dari 1 (satu). Sebaliknya, jika Profitability

Indeks (PI) lebih kecil dari 1 maka rencana proyek tersebut dinyatakan tidak

layak untuk dijalankan. Suatu rencana proyek yang memiliki nilai Profitability

Indeks (PI) lebih kecil dari 1 berarti pendapatan tersebut tidak dapat menutup

biaya yang harus dikeluarkan.

PI > 1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan layak.

PI ≤ 1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.

Internal Rate of Return (IRR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai

Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat keuntungan yang

dikehendaki. Sebaliknya, jika Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari

tingkat keuntungan yang dikehendaki maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak

layak untuk dijalankan.

IRR > tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan

layak.

IRR ≤ tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan

(25)

Tingkat keuntungan yang dikehendaki dapat digunakan sebagai bunga

simpanan tertinggi yang dapat diperoleh.Suatu ide bisnis yang memiliki nilai

Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang

dikehendaki berarti bahwa pendapatan tersebut dinilai tidak efisien karena masih

lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang semestinya diperoleh jika biaya

tersebut disimpan di bank.

Average Rate of Return (ARR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika

nilai Average Rate of Return (ARR) lebih besar dari minimum accounting rate of

return yang dikehendaki. Sebaliknya, jika Average Rate of Return (ARR) lebih

kecil dari tingkat minimum accounting rate of return yang dikehendaki maka ide

bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.

ARR < minimum accounting rate of return yang dikehendaki, maka ide

bisnis dinyatakan tidak layak.

ARR ≥ minimum accounting rate of return yang dikehendaki, maka ide

bisnis dinyatakanlayak.

Benefit Cost Ratio (BCR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai

BCR lebih besar dari 1 (satu). Sebaliknya, jika nilai BCR lebih kecil dari 1 (satu)

maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.

Kriteria pengambilan keputusan:

a. Alternatif tunggal

(26)

Jika nilai B/C < 1, makaide bisnis dinyatakan tidak layak.

b. Beberapa alternatif (incremental)

Jika nilai B/C ≥ 1 (alternatif terpilih: biaya yang lebih besar) Jika nilai B/C < 1(alternatif terpilih: biaya yang lebih kecil)

Gambar

Tabel 2.1 : Klasifikasi sistem manufaktur
Gambar 2.3 : Tingkat otomasi produksi
Gambar 2.4 : Sistem manufaktur dalam produksi

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan aliran kas usaha budi daya Lidah Buaya berdasarkan petani lahan pekarangan rumah atau di pot dan petani lahan terlantar dari 6 KUB petani Lidah

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta, prevalensi siswa yang memiliki status gizi lebih (overweight dan obesitas) di SMA Negeri

For instructions on signing up for EC2 and setting up the shell parameters, see the Running Spark on EC2 with the scripts section in Chapter 1 , Installing Spark and Setting

Tugas individu meliputi pekerjaan rumah (PR) yang terdiri dari dua jenis, yaitu praktik dan persiapan. Sedangkan untuk tugas kelompok meliputi permainan, pemecahan masalah

Salah satu kelemahan penting dari versi sebelumnya, bagaimanapun, adalah kurangnya dukyngan untuk beberapa saat tilesets pemetaan, meninggalkan pemain dengan

lebih tinggi dibandingkan pendidikan sampel secara proposional, yaitu.. Masih ditemukan pada umumnya pendatang yang mencari beberapa daerah yang belum pekerjaan

Sembuh: pasien dinyatakan sembuh bila telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap, dan pemeriksaan dahak (follow up) hasilnya negatif pada akhir pengobatan dan pada satu

1) Hipotesis diterima, jika F hitung &gt; F tabel, apabila perbandingan tepung beras ketan putih dan tepung beras ketan hitam dan konsentrasi murbei serta interaksinya