• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 33

BAB IV

PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

Undang-Undang Dasar 1945, mengamanatkan kepada pemerintah untuk mewujudkan kemakmuran setiap warga negara tanpa memandang perbedaan etnis, gender, dan wilayah, untuk mengukur pencapaian keberhasilan pembangunan kesejahteraan masyarakat dimanifestasikan dalam bentuk indeks pembangunan manusia (IPM) yang merupakan pengukuran perbandingan nilai harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup layak. IPM dapat digunakan untuk mengklasfikasikan apakah suatu wilayah dikatagorikan maju, berkembang, atau terbelakang, dan digunakan untuk mengukur pengaruh dari kebijakan pembangunan terhadap kualitas hidup.

Adanya komitmen pemerintah Kabupaten Subang yang kuat untuk mengubah paradigma pembangunan dengan lebih mengutamakan pada manusia, tercermin dengan ditetapkannya Program Akselerasi pencapaian IPM. Hal ini memberikan harapan bagi segera terwujudnya kemajuan pembangunan manusia baik lahir maupun bathin secara menyeluruh di Kabupaten Subang.

Berikut gambaran perjalanan capaian pembangunan manusia di Kabupaten Subang dipaparkan bagaimana posisi IPM di tingkat kecamatan tahun 2011.

(2)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 34

4.1. Letak Geografis Kecamatan

Secara geografis Kabupaten Subang terletak di Jawa Barat bagian utara, karakteristik sosial budaya masyarakat antar kecamatan cukup beragam. Kondisi ini erat kaitannya dengan tofologi wilayah tempat domiosili penduduk yang sangat berbeda. Penduduk yang berdomisili di kecamatan-kecamatan bagian selatan wilayah Kabupaten Subang (sebesar 23,63 persen luas wilayah) menempati daerah pegunungan. Bagi yang berada di kecamatan pada bagian tengah yang merupakan bagian terbesar ( 48,37 persen) menempati daerah pedataran. Dan 28,00 persen dari luas wilayah berada di sekitar pantai dan ditempati oleh 29,89 persen penduduk Kabupaten Subang.

Dengan perbedaan geografis dan sosial budaya penduduknya, maka permasalahan indikator IPM dihadapi setiap kecamatan mempunyai perbedaan. Pada bidang kesehatan, permasalahan-permasalahan yang ada disinyalir terkait dengan pola hidup bersih dan sehat, terutama dalam kesehatan lingkungan. Akses terhadap sarana pendidikan serta budaya masyarakat yang berbeda di daerah pegunungan, pendataran, dan pantai cukup berpengaruh terhadap pencapaian indikator di bidang pendidikan. Kondisi geografis dan sumber daya alam mempengaruhi jenis mata pencaharian, dan lapangan usaha masyarakat. Selain itu, distribusi barang/jasa juga sangat berpengaruh terhadao harga konsumen sehingga akhirnya berpengaruh kepada kemampuan daya beli.

(3)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 35

Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan dan Katagori Wilayah

Tahun 2011

Daerah Kecamatan WIlayah Luas Wilayah %

Jumlah Penduduk % Wilayah Pegunungan 1.Sagalaherang 50,45 23,63 29 183 19,19 2.Serangpanjang 51,79 24 535 3.Jalancagak 40,86 42 912 4.Ciater 53,86 28 032 5.Cisalak 79,41 39 112 6.Kasomalang 39,44 40 400 7.Tanjungsiang 75,32 43 155 8.Cijambe 93,63 38 963 Pedataran 1.Cibogo 53,71 48,37 41 577 50,92 2.Subang 54,00 123 208 3.Kalijati 98,04 61 070 4.Dawuan 82,98 38 595 5.Cipeundeuy 92,66 45 719 6.Pabuaran 65,43 60 646 7.Purwadadi 89,93 59 050 8.Cikaum 92,80 46 841 9.Pagaden 44,44 59 910 10.Pagaden Barat 48,25 34 221 11.Cipunagara 100,73 60 177 12.Compreng 63,86 44 382 13.Binong 50,98 43 459 14.Tambakdahan 54,58 40 915 Pantai 1.Patokbeusi 80,62 28,00 78 337 29,89 2.Ciasem 110,49 103 630 3.Pamanukan 48,81 56 052 4.Sukasari 51,79 40 151 5.Pusakanagara 53,29 38 768 6.Pusakajaya 59,46 45 241 7.Legonkulon 73,00 22 024 8.Blanakan 97,15 61 879 Kabupaten Subang 2.051,76 100,00 1 492 144 100,00

(4)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 36

Gambar 4.1.

(5)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 37

4.2. Pencapaian IPM per Kecamatan.

Pencapaian IPM Kabupaten Subang dalam kurun waktu 2008 - 2011 mengalami kenaikan, tampaknya berbagai program pembangunan setelah badai krisis ekonomi di medio 1997 yang begitu dasyat merontokkan perekonomian Indonesia mulai berdampak positif terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat, terutama komitmen Pemerintah Daerah dalam mendongkrak tingkat kesejahteraan masyarakat melalui program akselerasi peningkatan pencapaian IPM. Tercatat dampak akselerasi terhadap peningkatan IPM pada tahun 2011 berhasil menaikan angka IPM sebesar 0,99 point yaitu menjadi 71,42 persen.

Jika kita telaah capaian IPM per kecamatan yang telah dihitung pertama kali pada tahun 2006 dapat dijadikan kondisi awal (base line). Meskipuin tidak mutlak, angka IPM per kecamatan tahun 2011 dapat memberikan gambaran terhadap perubahan kualitas hasil pembangunan manusia yang telah dilaksanakan di setiap kecamatan, walaupun jumlah kecamatan pada tahun 2006 masih 22 kecamatan dan tahun 2011 sudah 30 kecamatan. Dengan adanya kondisi awal setiap kecamatan yang sangat berbeda (dipengaruhi perkembangan pada masa lalu), maka untuk mengevaluasi indikator IPM lebih bijaksana apabila dilihat dari trend kenaikan/penurunan yang terjadi pada setiap komponennya.

Dalam mengevaluasi kinerja suatu program diperlukan pemahaman yang sama, bahwa tidak setiap program yang telah selesai dilaksanakan akan seketika mempengaruhi peningkatan IPM. Sebab seperti telah dikemukakan diatas bahwa peningkatan sebagian besar komponen IPM merupakan akibat dari suatu proses pembangunan jangka panjang (kecuali salah satu komponen

(6)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 38

pendidikan). Sebagai contoh, peningkatan pendapatan rumah tangga melalui usahanya yang berkembang, belum tentu langsung meningkatkan daya beli apabila rumah tangga tersebut tidak mengalami perbaikan pola konsumsinya. Disamping itu pengaruh ekonomi makro (salah satunya inflasi) juga berpengaruh terhadap melemahnya daya beli. Maka perubahan yang berdampak kepada pola hidup yang menjadi lebih baiklah yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan IPM.

Gamparan perkembangan indeks pembangunan manusia masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.2. Pada tahun 2011 ada 16 kecamatan telah berada pada posisi di atas angka IPM Kabupaten (71,42) atau sebesar 53,33 persen. Posisi urutan teratas adalah Kecamatan Subang (75,65), Kecamatan Pamanukan (74,35) dan Kecamatan Kalijati (74,08) sedangkan kecamatan yang paling terendah adalah Kecamatan Compreng (68,58).

Berbagai upaya telah ditempuh dalam memacu angka IPM baik melalui peningkatan kualitas serta penambahan jumlah sarana maupun pembebasan pungutan biaya untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dengan berbagai program (BOS, keaksaraan fungsional dan pendidikan luar sekolah, pelayanan kesehatan gratis, dsb). Meskipun di beberapa wilayah dirasa belum optimal pelaksanaan dari program-program pembangunan tersebut sehingga masih membutuhkan perhatian yang lebih guna mempertajam hasil yang ingin dicapai. Sedangkan pada komponen daya beli sendiri pengaruh kondisi pasar nasional maupun regional serta stabilitas ekonomi mempunyai pengaruh yang cukup besar walaupun Pemerintah Daerah melakukan intervensi.

(7)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 39

Tabel 4.2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun 2011

No. Kecamatan IPM Tahun 2011

[1] [2] [3] 01. Sagalaherang 70,94 02. Serangpanjang 70,01 03. Jalancagak 73,68 04. Ciater 72,61 05. Cisalak 73,08 06. Kasomalang 71,71 07. Tanjungsiang 72,38 08. Cijambe 72,45 09. Cibogo 71,66 10. Subang 75,67 11. Kalijati 74,08 12. Dawuan 71,30 13. Cipeundeuy 71,39 14. Pabuaran 70,28 15. Patokbeusi 71,52 16. Purwadadi 71,30 17. Cikaum 70,94 18. Pagaden 72,03 19. Pagaden Barat 70,92 20. Cipunagara 70,31 21. Compreng 68,58 22. Binong 70,73 23. Tambakdahan 70,00 24. Ciasem 72,03 25. Pamanukan 74,35 26. Sukasari 72,37 27. Pusakanagara 70,43 28. Pusakajaya 69,59 29. Legonkulon 71,63 30. Blanakan 73,51 Kabupaten Subang 71,42

(8)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 40

Berkaitan dengan indikator kesehatan dan pendidikan merupakan komponen yang kontribusinya sulit untuk dipacu untuk menghasilkan peningkatan yang sifatnya spontan dan dapat dirasakan dalam waktu dekat. Peningkatan yang terjadi, seperti telah diungkapkan, tidak terlepas dari pondasi pembangunan yang telah diletakkan sebelumnya serta sifatnya relatif lebih stabil dan mudah mengalami kejenuhan apabila telah mencapai derajat tertentu. Semisal, Untuk melihat lebih jauh hasil yang telah dicapai pada proses pembangunan manusia di Kabupaten Subang, perlu kiranya kita telaah satu per satu kemajuan yang didapat untuk masing-masing komponen. 60,00 62,00 64,00 66,00 68,00 70,00 72,00 74,00 76,00 IPM S a g a lah e ra n g S e ra n g p a n jan g J a lan c a g a k C iat e r C is a lak K a s o malan g Tan jun g s ian g C ija mbe C ibo g o S u b a n g K a lijat i D a w u a n C ipe u n d e u y P a b u a ra n P a to k b e u s i P u rw a d a d i C ik a u m P a g a d e n P a g a d e n B rt C ipu n a g a ra C o mpr e n g B ino n g Tamb a k d a h a n C ias e m P a man u k a n S u k a s a ri P u s k a n a g a ra P u s a k a jay a L e g o n k u lon B lan a k a n Grafik 4.1.

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2011

60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 IPM S a g a la h e ra n g J a la n c a g a k C is a la k T a n ju n g s ia n g C ija m b e C ib o g o S u b a n g K a lij a ti C ip e u n d e u y P a b u a ra n P a to k b e u s i P u rw a d a d i C ik a u m P a g a d e n C ip u n a g a ra C o m p re n g B in o n g C ia s e m P a m a n u k a n P u s a k a n a g a ra L e g o n k u lo n B la n a k a n Grafik 4.1.

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2006

(9)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 41

4.3. Pencapaian IPM Dibidang Kesehatan.

Di Kabupaten Subang pencapaian angka harapan hidup (AHHo) sejak tahun 2008 – 2011 cenderung mengalami kenaikan namun demikian belum begitu menggembirakan, kenaikan empat tahun terakhir hanya sekitar 0,55 point, apabila melihat potensi yang ada kenaikannya bisa lebih besar lagi mengingat ketersedian sarana dan prasarana kesehatan relatif menyebar ke seluruh wilayah. Namun yang menjadi pertanyaan apakah kesadaran masyarakat untuk peningkatan mutu kesehatan sudah memadai, ditenggarai penyebab kurang mengembirakan pertumbuhan AHHo tersebut adalah faktor lemahnya kesadaran masyarakat, masih sering diartikan bahwa “kesehatan” dan “pelayanan kesehatan” untuk masyarakat adalah semata-mata pelayanan “Rumah Sakit” atau “Puskesmas” yang sarat dengan orang sakit. Belum terbayang oleh sebagian masyarakat bahwa sesungguhnya dasar-dasar kesehatan itu adalah mencuci tangan sebelum makan, sikat gigi setiap hari, gizi yang baik, air bersih dengan sanitasi lingkungan yang baik, udara bersih (Farid Anfasa Moeloek, 2003).

Berdasarkan Survei IPM 2011, capaian angka harapan hidup Kabupaten Subang mencapai sebesar 69,42. Tampaknya masih perlu ditingkatkan upaya yang bersifat komprehensif dan lintas sektor, agar perbaikan derajat kesehatan yang direfleksikan secara nyata melalui penurunan angka kematian bayi secara baik dapat terwujud di masa mendatang.

Faktor utama yang besar pengaruhnya terhadap peningkatan derajat kesehatan adalah upaya menurunkan tingkat kematian bayi dan balita secara bertahap harus terus menjadi prioritas, begitu pula penanganan status gizi pada balita dari waktu ke waktu agar terus

(10)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 42

ditingkatkan, dengan tidak mengabaikan program-program lain yang bersentuhan langsung dengan perbaikan derajat kesehatan. Selain berpengaruh pada pencapaian derajat kesehatan, faktor kurangnya gizi juga menyebabkan anak sulit tumbuh kembang yang menyebabkan sulitnya mengikuti pelajaran dengan baik.

Tingkat kesehatan bayi juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan lingkungan dan kesehatan ibu. Tidak sedikit anak yang mengalami lahir dengan berat badan rendah karena dilahirkan oleh ibu yang menderita kekurangan gizi. Dimana anak-anak yang mengalami kondisi tersebut membutuhkan penanganan serius sebab mereka terancam untuk mengalami tumbuh kembang yang lambat serta kecerdasan rendah. Anak-anak yang berpotensi mangalami hal tersebut utamanya yang berasal dari keluarga tidak mampu.

Melihat kondisi yang ada, derajat kesehatan yang di atas angka kabupaten baru 11 kecamatan (36,67 persen). Peringkat tertinggi adalah kecamatan Jalancagak sebesar (70,38 tahun) dan Kecamatan Pagaden (70,33 tahun) , sedangkan yang berada pada urutan paling bawah adalah kecamatan Pusakanagara sebesar (65,54).

(11)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 43

Tabel 4.3 : Angka Harapan Hidup Usia 0 (AHHo) Tahun Di Kabupaten Subang menurut Kecamatan

Tahun 2011.

No. Kecamatan

Angka Harapan Hidup Usia 0 (AHHo) Tahun Tahun 2011 [1] [2] [3] 01. Sagalaherang 68,44 02. Serangpanjang 67,84 03. Jalancagak 70,38 04. Ciater 69,72 05. Cisalak 69,16 06. Kasomalang 67,86 07. Tanjungsiang 69,55 08. Cijambe 69,79 09. Cibogo 67,83 10. Subang 69,32 11. Kalijati 69,22 12. Dawuan 68,40 13. Cipeundeuy 68,87 14. Pabuaran 69,89 15. Patokbeusi 68,72 16. Purwadadi 69,86 17. Cikaum 68,98 18. Pagaden 70,33 19. Pagaden Barat 69,92 20. Cipunagara 69,44 21. Compreng 68,98 22. Binong 68,97 23. Tambakdahan 68,66 24. Ciasem 67,83 25. Pamanukan 69,67 26. Sukasari 69,03 27. Pusakanagara 65,54 28. Pusakajaya 65,78 29. Legonkulon 69,88 30. Blanakan 67,59 Kabupaten Subang 69,42

(12)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 44

Yang perlu digali lebih mendalam adalah permasalahan yang terjadi di kecamatan- kecamatan yang dimana pencapaian harapan hidupnya masih relatif rendah. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan pelayanan tenaga kesehatan dalam proses persalinan, peningkatan cakupan

63,00 64,00 65,00 66,00 67,00 68,00 69,00 70,00 71,00 AHHo S a g a lah e ra n g S e ra n g p a n jan J a lan c a g a k C iat e r C is a lak K a s o malan g Tan jun g s ian g C ija mbe C ibo g o S u b a n g K a lijat i D a w u a n C ipe u n d e u y P a b u a ra n P a to k b e u s i P u rw a d a d i C ik a u m P a g a d e n P a g a d e n B a ra t C ipu n a g a ra C o mpr e n g B ino n g Tamb a k d a h a n C ias e m P a man u k a n S u k a s a ri P u s a k a n a g a ra P u s a k a jay a L e g o n k u lon B lan a k a n Grafik 4.2.

Angka Harapan Hidup Usia 0 Tahun

di Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2011

(13)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 45

kunjungan balita ke posyandu, penanganan kasus

kegawatdaruratan ibu dan anak, serta peningkatan sarana kesehatan dasar.

4.4. Pencapaian IPM Dibidang Pendidikan.

Pembangunan di bidang pendidikan masih menghadapi tiga permasalahan mendasar yaitu belum meratanya pelayanan pendidikan, masih rendahnya kualitas, dan belum optimal pengelolaan pendidikan. Kebijakan mengalokasikan anggaran 20 persen dari APBD harus segera diwujudkan disertai dengan kesiapan dari seluruh stake holders untuk mengelola pendidikan denga profesional, adil dan bertanggungjawab.

Peningkatan angka rata-rata lama sekolah dan menurunan serta pencegahan angka rawan putus sekolah harus terus diupayakan dan menjadi prioritas disertai dengan peningkatan kualitas gedung-gedung sekolah dan memudahkan akses masyarakat untuk tetap bersekolah sebagai upaya meningkatkan partisipasi sekolah secara berkelanjutan. Sebab dengan komposisi penduduk yang relatif besar di usia muda diperlukan persiapan sarana penunjang pendidikan yang memadai, utamanya ditujukan bagi penduduk usia 10-14 tahun yang masih relatif besar.

Peningkatan indeks pendidikan (yang ditunjang oleh angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) kurun waktu lima tahun terakhir relatif cukup baik, ini merupakan keberhasilan perencanaan pembangunan tahun-tahun sebelumnya. Yang perlu terus diupayakan adalah memelihara upaya-upaya positif yang telah dirintis serta lebih mempertajam sehingga dapat dihasilkan capaian yang lebih baik. Jika aspek pendidikan tidak ditangani secara baik

(14)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 46

dan lebih dini, dikhawatirkan pada rentang waktu 3-5 tahun ke depan akan berdampak pada pencapaian angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.

Sebagai gambaran bahwasanya tingkat pendidikan penduduk dewasa (15 tahun ke atas) Kabupaten Subang mengalami perkembangan relatif terus membaik selama periode tahun 2008-2011 tercermin pada semakin dapat diturunkannya jumlah penduduk dewasa yang buta huruf serta lamanya mengenyam pendidikan formal yang semakin meningkat. Pada tahun 2008 capaian Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Subang yaitu sebesar 92,38 persen dan terus mengalami peningkatan yang nyata dari tahun ke tahun hingga mencapai 92,58 persen pada tahun 2011, atau mengalami peningkatan sebesar 0,20 persen selama kurun waktu 2008-2011. Begitu pula dengan rata-rata lama sekolah yang juga menunjukkan peningkatan, meskipun masih relatif kecil, dalam kurun waktu 4 tahun yaitu sebesar 0,52 tahun. Rata-rata lama sekolah penduduk dewasa Kabupaten Subang yaitu sebesar (6,60 tahun) pada 2008 dan terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 7,12 tahun pada 2011.

Relatif rendahnya peningkatan pencapaian rata-rata lama sekolah dimungkinan karena masih cukup besarnya penduduk dewasa Kabupaten Subang yang tingkat pendidikannya tidak tamat pendidikan dasar, sehingga meskipun partisipasi sekolah penduduk usia muda sudah sedemikian dipacu peningkatannya namun belum terasa hasilnya secara nyata. Perlu kiranya disusun intervensi strategis dalam upaya menaikkan kualitas SDM dari sisi pendidikan, khususnya bagi mereka yang telah putus sekolah sejak kurun waktu 5-10 tahun yang lalu. Program pendidikan dasar 9 tahun

(15)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 47

seyogyanya juga diupayakan lebih serius bagi penduduk putus sekolah yang belum mengenyam pendidikan dasar maupun menengah pertama meskipun usianya telah beranjak dewasa. Salah satu jalan keluarnya adalah dengan lebih mengoptimalkan pemanfaatan pendidikan luar sekolah (PLS) seperti, program Paket A, B dan C dan keaksaraan fungsional.

Kondisi tingkat pendidikan menurut kecamatan, apabila dibandingkan dengan daerah pedataran dan pantai, angka melek huruf di daerah pegunungan relatif lebih baik. Seluruh kecamatan di daerah pegunungan mempunyai angka melek huruf di atas angka kabupaten. Serta ada kecenderungan semakin mendekati daerah pantai dan kecamatan yang letaknya agak menjorok dari jalur transportasi, mempunyai angka buta huruf yang lebih besar dibandingkan angka buta huruf lainnya.

Dari Tabel berikut diperlihatkan bahwa kecamatan yang mempunyai angka melek huruf tertinggi adalah Kecamatan Pamanukan (99,91), Jalancagak (96,97%), dan Cisalak (95,93%). Sedangkan permasalahan buta huruf dialami oleh Kecamatan Compreng yang angka melek huruf-nya hanya mencapai 83,06 persen, disusul oleh Kecamatan Pusakajaya dan Pabuaran dengan angka melek huruf masing-masing mencapai 87,05 persen dan 87,11 persen. Selengkapnya dapat diperhatikan pada grafik berikut ini:

(16)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 48

Tabel 4.4 : Angka Melek Huruf (AMH) penduduk Dewasa Di Kabupaten Subang menurut Kecamatan

Tahun 2011.

No. Kecamatan

Angka Melek Huruf (AMH) Tahun 2011 [1] [2] [3] 01. Sagalaherang 94,24 02. Serangpanjang 92,47 03. Jalancagak 96,97 04. Ciater 95,56 05. Cisalak 95,93 06. Kasomalang 94,65 07. Tanjungsiang 94,91 08. Cijambe 93,38 09. Cibogo 93,82 10. Subang 95,78 11. Kalijati 94,93 12. Dawuan 92,89 13. Cipeundeuy 92,60 14. Pabuaran 87,11 15. Patokbeusi 94,98 16. Purwadadi 91,97 17. Cikaum 87,95 18. Pagaden 91,11 19. Pagaden Barat 90,57 20. Cipunagara 91,29 21. Compreng 83,06 22. Binong 88,46 23. Tambakdahan 88,93 24. Ciasem 92,63 25. Pamanukan 99,91 26. Sukasari 88,87 27. Pusakanagara 88,12 28. Pusakajaya 87,05 29. Legonkulon 94,09 30. Blanakan 87,23 Kabupaten Subang 92,58

(17)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 49

Komponen IPM bidang pendidikan lainnya adalah Rata-rata lama Sekolah (RLS). Kondisi rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Subang per kecamatan tergambarkan dengan Tabel rata-rata lama sekolah sebagai berikut:

75 80 85 90 95 100 AMH S a g a lah e ra n g S e ra n g p a n jan J a lan c a g a k C iat e r C is a lak K a s o malan g Tan jun g s ian g C ija mbe C ibo g o S u b a n g K a lijat i D a w u a n C ipe u n d e u y P a b u a ra n P a to k b e u s i P u rw a d a d i C ik a u m P a g a d e n P a g a d e n B a ra t C ipu n a g a ra C o mpr e n g B ino n g Tamb a k d a h a n C ias e m P a man u k a n S u k a s a ri P u s a k a n a g a ra P u s a k a jay a L e g o n k u lon B lan a k a n Grafik 4.3.

Angka Melek Huruf Penduduk Dewasa Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2011

(18)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 50

Tabel 4.5 : Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk Dewasa Di Kabupaten Subang menurut Kecamatan

Tahun 2011.

No. Kecamatan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 2011

[1] [2] [3] 01. Sagalaherang 7,18 02. Serangpanjang 7,04 03. Jalancagak 7,72 04. Ciater 6,93 05. Cisalak 7,88 06. Kasomalang 7,56 07. Tanjungsiang 7,25 08. Cijambe 7,44 09. Cibogo 7,80 10. Subang 8,41 11. Kalijati 7,66 12. Dawuan 6,75 13. Cipeundeuy 6,45 14. Pabuaran 7,03 15. Patokbeusi 6,68 16. Purwadadi 7,21 17. Cikaum 6,41 18. Pagaden 6,92 19. Pagaden Barat 6,47 20. Cipunagara 6,38 21. Compreng 6,47 22. Binong 6,86 23. Tambakdahan 6,53 24. Ciasem 8,17 25. Pamanukan 7,08 26. Sukasari 7,11 27. Pusakanagara 6,93 28. Pusakajaya 6,85 29. Legonkulon 6,12 30. Blanakan 6,99 Kabupaten Subang 7,12

(19)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 51

Penduduk dengan tingkat pendidikan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya adalah di ibu kota kabupaten yaitu Kecamatan Subang ( 8,41 tahun) serta di kecamatan-kecamatan yang mempunyai institusi khusus seperti Kecamatan Ciasem (8,17 tahun) terdapat Balai penelitian tanaman

5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 RLS S a g a lah e ra n g S e ra n g p a n jan J a lan c a g a k C iat e r C is a lak K a s o malan g Tan jun g s ian g C ija mbe C ibo g o S u b a n g K a lijat i D a w u a n C ipe u n d e u y P a b u a ra n P a to k b e u s i P u rw a d a d i C ik a u m P a g a d e n P a g a d e n B a ra t C ipu n a g a ra C o mpr e n g B ino n g Tamb a k d a h a n C ias e m P a man u k a n S u k a s a ri P u s a k a n a g a ra P u s a k a jay a L e g o n k u lon B lan a k a n Grafik 4.4.

Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Dewasa Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2011

RLS Kabupaten = 7,12 tahun

(20)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 52

pangan, Kecamatan Cisalak (7,88 tahun) mempunyai konsentrasi pondok pesantren, dan Kecamatan Jalancagak (7,72 tahun). Hal ini dapat dimengerti, sebab Kabupaten Subang merupakan pertanian dengan sebaran pusat perekonomian hanya berada di beberapa titik saja. Penduduk dengan tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi akan berusaha mencari lapangan usaha yang sesuai dengan tingkat pendidikan/ijazah yang dimilikinya. Peluang ini untuk mencari lapangan usaha tersebut biasanya terdapat di ibukota pemerintahan. Disamping itu, jenjang pendidikan menengah dan tinggi juga terkonsentrasi di Kecamatan Subang, sehingga banyak siswa dari seluruh pelosok di Kabupaten Subang yang ingin melajutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi berpindah domisili ke Kecamatan Subang. Karena adanya kondisi tersebut, maka rata-rata lama sekolah penduduk Kecamatan Subang mencapai 8,41 tahun (setara dengan tamat kelas 2 SLTP).

Dari garfik sebelumnya (Grafik 4.4) kembali terlihat bahwa rata-rata sekolah kecamatan-kecamatan yang berada di daerah pegunungan umumnya lebih baik dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan di daerah pedataran dan pantai. Bahkan kecamatan-kecamatan yang berada di daerah pedataran dan pantai, hampir keseluruhan mempunyai rata-rata lama sekolah di bawah angka kabupaten. Fenomena ini perlu kajian yang lebih mendalam untuk perencanaan pembangunan di bidang pendidikan, sebagai upaya mendukung akselerasi pencapaian IPM di tingkat kecamatan.

Permasalahan rendahnya tingkat pendidikan harus dapat teridentifikasi dengan baik, sehingga dapat menjawab apakah benar terpengaruh oleh ketersediaan sarana/layanan pendidikan?

(21)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 53

masalah ekonomi akibat mahalnya biaya pendidikan? Atau masalah sosial budaya lainnya?

4.5. Pencapaian IPM Dibidang Daya Beli.

Kemampuan daya beli merupakan indikator yang tidak berdiri sendiri tetapi terkait dengan kondisi perekonomian secara makro, baik makronasioanal maupun makrointernasional, misalnya guncangan harga bahan bakar minyak (BBM), memberikan pengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Subang dengan kenaikan BBM jelas mempengaruhi sekali kepada kemampuan daya beli masyarakat karena melambungnya harga-harga kebutuhan pokok, faktor lain yang mempengaruhi daya beli adalah pendapatan masyarakat itu sendiri. Berbicara masalah pendapatan terbentang sederet permasalahan yang terkait dengan tingginya angka pengangguran, jumlah penduduk miskin, iklim investasi dan rendahnya tingkat pendidikan. Pendek kata indikator daya beli tidak tunggal karena sangat tergantung kepada kondisi perekonomian, sehingga indikator daya beli relatif sulit untuk diintervensi.

Dibandingkan dengan kondisi IPM di bidang kesehatan dan pendidikan, kondisi dibidang daya beli kecamatan-kecamatan di daerah pedataran dan pantai mempunyai pola yang berbeda. Ada kecenderungan daya beli di daerah pantai dan pedataran memiliki daya beli yang lebih besar di bandingkan dengan daerah pegunungan.

(22)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 54

Tabel 4.6 : Daya Beli Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten SubangTahun 2011.

No. Kecamatan

Daya Beli (rupiah/kapita/tahun Tahun 2011 [1] [2] [4] 01. Sagalaherang 626.75 02. Serangpanjang 625.43 03. Jalancagak 635.18 04. Ciater 637.82 05. Cisalak 637.73 06. Kasomalang 636.12 07. Tanjungsiang 634.80 08. Cijambe 636.53 09. Cibogo 635.66 10. Subang 665.47 11. Kalijati 655.28 12. Dawuan 639.73 13. Cipeundeuy 641.22 14. Pabuaran 629.64 15. Patokbeusi 634.86 16. Purwadadi 627.41 17. Cikaum 648.32 18. Pagaden 638.76 19. Pagaden Barat 633.14 20. Cipunagara 627.56 21. Compreng 631.22 22. Binong 639.99 23. Tambakdahan 634.46 24. Ciasem 640.38 25. Pamanukan 658.59 26. Sukasari 637.21 27. Pusakanagara 638.89 28. Pusakajaya 627.05 29. Legonkulon 630.98 30. Blanakan 663.52 Kabupaten Subang 631,29

(23)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 55

Data menunjukkan, sebagian besar kecamatan di daerah pantai memiliki daya beli di atas angka rata-rata kabupaten. Namun secara umum, kondisi daya beli kecamatan berada pada kisaran daya beli kabupaten yang telah mencapai Rp.631.290,- perkapita/tahun.

Kecamatan Subang mempunyai daya beli tertinggi, disusul oleh Kecamatan Blanakan, Pamanukan dan Kalijati. Besaran daya beli masing masing kecamatan tersebut adalah 665,47; 663,52; 658,59 dan 655,28 ribu rupiah per kapita/tahun. Sedangkan kecamatan-kecamatan dengan tingkat daya beli yang berada di bawah rata-rata adalah Kecamatan Serangpanjang (Rp.625.430} dan Sagalaherang (Rp.626.750-), Pusakajaya (Rp.627.050,-), . Relatif lambatnya peningkatan kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Subang dewasa ini, kemungkinan lebih disebabkan oleh faktor eksternal seperti belum mantapnya kebijakan makro ekonomi regional maupun nasional yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat yang berdampak terhadap ketatnya perkembangan daya beli masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Subang untuk meningkatkan komponen daya beli mesti menyiapkan strategi dan kebijakan yang berpihak pada masyarakat, seperti menyiapkan program ketahanan pangan secara berkelanjutan, mempertahankan kemampuan daya beli masyarakat miskin dan tertinggal, langkah-langkah pemerintah pusat dalam mengembangkan subsidi langsung tunai dapat pula dioptimalkan karena terbukti efektif menghindari merosotnya kemampuan daya beli masyarakat secara luas, walaupun dalam beberapa sisi direview agar berhasil dan tepat guna dalam mendongkrak daya beli masyarakat.

(24)

IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 56 450.000 500.000 550.000 600.000 650.000 700.000 Daya Beli S a g a lah e ra n g S e ra n g p a n jan J a lan c a g a k C iat e r C is a lak K a s o malan g Tan jun g s ian g C ija mbe C ibo g o S u b a n g K a lijat i D a w u a n C ipe u n d e u y P a b u a ra n P a to k b e u s i P u rw a d a d i C ik a u m P a g a d e n P a g a d e n B a ra t C ipu n a g a ra C o mpr e n g B ino n g Tamb a k d a h a n C ias e m P a man u k a n S u k a s a ri P u s a k a n a g a ra P u s a k a jay a L e g o n k u lon B lan a k a n Grafik 4.5.

Daya Beli Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Preference mapping ditujukan untuk melihat penilaian yang menonjol pada lempok durian yang dilihat dari hubungan data kesukaan konsumen dengan karakteristik sensori

“Jika seseorang perempuan yang berkahwin dengan seseorang lelaki melahirkan seorang anak lebih daripada enam bulan qamariah dari tarikh perkahwinannya itu atau

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan 1) bentuk penerimaan dan penolakan masyarakat Gedongkuning RT 07 RW 08 terhadap mantan pengguna NARKOBA

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok unggul, sedang dan asor pada materi perpindahan panas

METODOLOGI Pendapatan Kesehatan Pendidika n Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Konsumsi riil per kapita Indeks Melek Huruf Indeks

Perkembangan individu dari masa kanak-kanak, kemudian remaja, lalu dewasa turut mempengaruhi sebuah keluarga, ketidak cocokan dalam berkeluarga acapkali terjadi

Dengan demikian, dalam perekonomian komando, pemerintah merupakan pemegang pengambilan keputusan secara sentral yang menjawab masalah-masalah ekonomi utama

kualitas airtanah di wilayah pesisir Parangtritis Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta (Zein, 2012); penelitian pengaruh tingkat kepadatan permukiman