• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERSEPSI

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan peran (Rakhmat, 2005).

Persepsi itu bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam individu, maka persepsi dapat dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsikan stimulus, hasil dari persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya yang sangat subjektif (Roger 1965 dalam Walgito, 2002).

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Siagian (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

2. Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang, benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi

(2)

persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut mempengaruhi persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan lain-lain dari sasaran persepsi.

3. Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul. Sementara menurut Walgito (2002) dalam persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus mempunyai arti individu yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu :

1. Adanya objek yang diamati

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera atau reseptor

Alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensori.

(3)

3. Adanya perhatian

Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam suatu persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk persepsi.

2.2 PENGERTIAN IBU (WANITA)

Sosok ibu adalah pusat hidup rumah tangga, pemimpin dan pencipta kebahagian anggota keluarga. Sosok ibu bertanggungjawab menjaga dan memperhatikan kebutuhan anak, mengelola kehidupan rumah tangga, memikirkan keadaan ekonomi dan makanan anak-anaknya, memberi teladan akhlak, serta mencurahkan kasih sayang bagi kebahagian sang anak (Tarbiyah, 2009).

2.3 KONSEP KELUARGA 2.3.1 Defenisi Keluarga

Menurut Friedman 1998 (dalam Setiadi, 2008) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama, dengan keterikatan aturan dan emosional dari individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

2.3.2 Karakteristik Keluarga

a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

(4)

b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.

d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

2.3.3 Tipe Keluarga

Menurut Setiadi (2008) tipe keluarga yaitu :

1. Secara Tradisionil keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

2. Secara Modern, berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga adalah :

a. Tradisional Nuclear, keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

(5)

b. Reconstituted Nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami-isteri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaaan dari perkawinan lama maupun dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

c. Niddle Age / Aging Couple, suami pencari uang isteri dirumah / kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

d. Dyadic Nuclear, suami isteri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.

e. Single Parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangan dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah. f. Dual Carrier, yaitu suami isteri atau keduanya orang karier dan tanpa

anak.

g. Commuter Married, suami isteri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

h. Single Adult, wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

i. Three Generation, yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

j. Institusional, yaitu anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

(6)

k. Communal, yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage, yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. m. Unmarried parent and child, yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak

dikehendaki, anak-anaknya diadopsi.

n. Cohibing Coiple, yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

o. Gay and Lesbian Family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

2.3.4 Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2008), struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam :

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

(7)

c. Matrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah.

e. Keluarga kawin adalah hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau isteri.

2.3.5 Fungsi Pokok Keluarga

1. Friedman (1998) fungsi keluarga yaitu :

a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meniggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk mamenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

(8)

e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

2. UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 fungsi keluarga adalah : a. Fungsi keagamaan

- Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga.

- Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga.

- Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran agama.

- Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat.

- Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

b. Fungsi budaya

- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.

- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.

(9)

- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.

- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

- Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.

c. Fungsi cinta kasih

- Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus-menerus.

- Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.

- Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

- Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

d. Fungsi perlindungan

- Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

(10)

- Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

- Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

e. Fungsi reproduksi

- Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya. - Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga

dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

- Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.

- Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

f. Fungsi sosialisasi

- Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama. - Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai

pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

- Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan

(11)

mental), yang tidak, kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.

- Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

g. Fungsi ekonomi

- Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.

- Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

- Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.

- Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

h. Fungsi pelestarian lingkungan

- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga.

- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan ekstern keluarga.

(12)

- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

2.4 Keluarga Sejahtera

Keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Mungit, 1996 dalam Setiadi, 2008).

Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasinya dimasyarakat, serta memperhatikan perkembangan Negara Indonesia menuju Negara Industri, maka Negara Indonesia menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera. Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap, yaitu :

1. Keluarga Pra Sejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal (kebutuhan dasar belum seluruhya terpenuhi) yaitu :

a. Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing anggota keluarga.

(13)

b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih. c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk

aktivitas dirumah, bekerja, sekolah dan bepergian. d. Lantai rumah terluas bukan lantai tanah.

e. Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar 1 sampai dengan 5 telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologisnya belum terpenuhi yaitu :

a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

b. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan daging/ikan/telur.

c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru pertahun.

d. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap penghuni rumah.

e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat. f. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun keatas berpenghasilan

(14)

g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10 – 60 tahun bisa baca tulis huruf latin.

h. Seluruh anak berusia 5 – 15 tahun bersekolah pada saat ini.

i. Bila anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

3. Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembanganya, seperti untuk kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. Pada keluarga sejahtera II, kebutuhan fisik dan sosial psikologisnya telah terpenuhi (1-14 terpenuhi), namun kebutuhan pengembangan belum sepenuhnya terpenuhi antara lain :

a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

b. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga. c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan

itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga. d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang satu kali

per enam bulan.

f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio / TV / majalah.

g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transprotasi sesuai kondisi daerah.

(15)

4. Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologisnya dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Pada keluarga sejahtera III, kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah terpenuhi (1-21 terpenuhi), namun keperdulian sosial belum terpenuhi, yaitu :

a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil. b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat. 5. Keluarga Sejahtera III Plus

Keluarga sejahtera III Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan telah terpenuhi serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi (1-23 terpenuhi).

2.5 Ibu Dalam Menciptakan Ketahanan Keluarga Berdasarkan Fungsi Keluarga

Dalam Wiwik (2007) mengatakan bahwa ibu dalam menciptakan ketahanan keluarga berdasarkan fungsi keluarga yaitu :

(16)

1. Fungsi keagamaan, ibu adalah contoh panutan bagi anak-anaknya. Ketekunan ibu dalam beribadah, membawa pengaruh sangat besar bagi anak-anaknya termasuk sikap dan perilaku sehari-hari yang sesuai dengan norma agama.

2. Fungsi budaya, ibu adalah contoh ideal perilaku sosial budaya yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Cara bertutur kata, bersikap, berpakaian dan bertindak yang sesuai budaya timur menjadi sesuai yang wajib dimiliki oleh seorang ibu, agar anak-anaknya juga bisa melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa dengan penuh rasa bangga.

3. Fungsi cinta kasih, ibu adalah pelopor utama dalam keluarga yang memberikan kasih sayang yang ikhlas pada anak-anak dan suami. Ibu selalu memberi nasehat yang baik dalam hubungan anak dengan anak, anak dengan orang tua, serta hubungan dengan tetangga dan kerabat, sehingga keluarga menjadi wadah utama berseminya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.

4. Fungsi melindungi, ibu selalu berusaha menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi seluruh anak-anaknya, sehingga anak merasa nyaman dan betah tinggal dirumah.

5. Fungsi reproduksi, ibu menjadi penopang utama dalam pengaturan jumlah anak dan jarak kelahiran. Sebagian besar ibu ikhlas menggunakan alat kontrasepsi, agar kelahirannya dapat dikendalikan sehingga tidak memiliki terlalu banyak anak. Ibu juga selalu memberi nasehat putra-putrinya pandai-pandai dalam bergaul dan menjaga

(17)

kesehatan reproduksi remajanya sehingga tidak terjadi kehamilan remaja atau kehamilan sebelum menikah.

6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan, ibu menjadi kunci utama dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Ibu pula yang membina anak-anaknya agar memiliki jiwa sosial yang tinggi, baik dalam pergaulan dan pandai dalam menempatkan diri dalam lingkungan sosialnya. Sehingga anak-anaknya mampu berinteraksi secara baik dengan teman, tetangga atau masyarakat sekitar.

7. Fungsi ekonomi, banyak ibu sekarang ini menjadi penyangga kedua ekonomi keluarga. Tidak sedikit pula ibu yang memiliki penghasilan lebih besar dari suami, terlebih bila ibu seorang wanita karier yang sukses.

8. Fungsi pembinaan lingkungan, ibu selalu mengajarkan anak untuk mampu menciptakan lingkungan yang sejuk dan penuh dengan kenyamanan. Ia selalu mendorong anak-anaknya untuk selalu menjaga kebersihan, membuang sampah pada tempatnya, memelihara tanaman hias, atau memanfaatkan kebun dan pekarangan untuk ditanami sayur mayur, tanaman obat dan sebagainya.

2.6 Modernisasi Bagi Kehidupan Wanita / Ibu

Dalam Harman (1980), seorang ahli antropologi dari Harvard University, Cambridge bernama Alex Inkeles, mengadakan penelitian mendalam dan berhasil merumuskan pengertian "modern".

(18)

Istilah "moderen" itu sendiri mengkait pada banyak hal dan mempunyai banyak konotasi pula. Istilah tersebut bukan hanya untuk orang, tetapi juga untuk bangsa, sistem politik, ekonomi, kota, lembaga seperti sekolah atau rumah sakit, rumah tinggal, pakaian dan cara berperilaku. Salah satu analisis dalam studi tentang modernisasi memberikan tekanan pola-pola organisasi,dan analisis yang lain memberikan penekanan pada kebudayaan dan idealisasi. Pendekatan pertama memberi warna pada bagaimana melakukan pengorganisasian dan bertindak, sedang pendekatan yang kedua memberi warna pada cara berpikir dan perasaan. Atau dengan kata lain, yang pertama mengarah pada aspek-aspek sosiologi dan politik, sedangkan yang kedua pada sosiologi dan psikologi.

Pendekatan sosio-psikologik moderen mengutamakan proses perubahan dalam menangkap atau memahami, mengekspresikan dan menilai. Dengan demikian maka moderen didefinisikan sebagai suatu kecenderungan individu dalam bertindak dengan cara-cara tertentu. Dengan batasan tersebut maka "moderen" tidak hanya terdapat dalam masyarakat industrialisasi, tetapi di dalam masyarakat primitifpun ada kemungkinan untuk bertindak moderen. Proses modernisasi dapat lebih mengenai individu ataupun institusi. Kenyataan yang ada adalah bahwa akibat dari industrialisasi, telah mengakibatkan sesuatu yang tidak mungkin dielakkan yaitu berubahnya struktur organisasi (keluarga, sosial, budaya dan kemasyarakatan), sekaligus individu.

(19)

Dengan adanya perubahan yang ada pada organisasi dan individu tersebut, peran wanita menjadi berubah pula. Dalam keberadaannya, peran wanita dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu peran terhadap atau peran mengenai dirinya sendiri, dan peran terhadap lingkungannya.

1. Peran mengenai dirinya sendiri berkenaan dengan tuntutan atau kebutuhannya. Sebagai akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi, wanita dihadapkan pada berbagai produk kemajuan. Apabila orang-orang lain telah memanfaatkan adanya kemajuan, maka wanita mempunyai kebutuhan yang meningkat pula. Menurut Maslow, manusia mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi agar dapat diterima oleh kelompoknya. Manifestasi dari pemenuhan kebutuhan ini, wanita melakukan hal-hal yang dulu tidak pernah dilakukan, misalnya pergi ke salon kecantikan, membuat baju dengan model yang "in" dari waktu ke waktu, mengikuti kursus atau pendidikan tambahan, dan lain-lain tindakan yang berguna bagi dan untuk pemenuhan kebutuhannya. Pengambilan peran tersebut mempunyai dampak positif maupun negatif bagi dirinya sendiri, dan kadang-kadang juga bagi orang lain.

2. Peran terhadap lingkungan yang diambil atau terpaksa harus diambil karena orang-orang lain (terutama yang menjadi tanggungjawabnya) atau lingkungannya menuntut diri wanita untuk melakukannya. Contohnya banyak, antara lain bila adik atau anaknya minta diantar berbelanja, (meskipun sebetulnya ia malas untuk itu), menghadiri pertemuan di kampung, berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti atau gotongroyong sampai diskusi ilmiah, dan sebagainya yang alasannya demi kepentingan orang lain ataupun

(20)

juga bagi kepentingan dirinya sendiri agar tidak mendapat nama tidak baik di masyarakat.

David A. Schultz mengatakan bahwa peran wanita dalam keluarga banyak disebabkan karena tuntutan faktor luar. Menurut ahli tersebut selanjutnya karena industrialisasi misalnya telah mengubah pola kebutuhan untuk keluarga (TV parabola, perabot model baru) dan kebutuhan individu dalam keluarga (alat transportasi, kosmetika, buku-buku dan sebagainya).

2.7 Alternatif Strategi Untuk Menghadapi Modernisasi

Dalam Harman (2009), menurut Alex Inkeles manusia moderen adalah manusia yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya kesediaan pada dirinya untuk menerima pengalaman baru serta keterbukaannya menerima inovasi (pembaharuan) dan perubahan.

2. Adanya kemauan untuk menggunakan informasi dalam lingkup luas untuk menyelesaikan multi masalah, disesuaikan dengan persoalan yang timbul bukan hanya dalam lingkungan dan waktu mendesak tetapi juga di luar itu. Orientasi pemikiran orang itu lebih demokratis.

3. Adanya pemikiran terhadap masa kini dan masa mendatang (berpikir untuk jangka panjang), bukan tercekam pada masa 1alu. Dengan demikian manusia moderen ingin disiplin, mentaati jadwal, sesuatu yang pasti.

(21)

4. Manusia moderen bekerja menurut rencana (planning). Semakin moderen seseorang maka orang tersebut akan semakin mencintai pekerjaan dengan perencanaan dan pengorganisasian ide serta tindakan secara matang. 5. Efficacy. Manusia moderen percaya bahwa siapa saja mampu belajar,

menguasai lingkungan agar mendukung dirinya dalam mencapai tujuan. Dengan demikian cara berpikir orang moderen positivistik.

6. Manusia moderen percaya dan yakin bahwa orang-orang atau institusi yang ada di lingkungannya dapat diajak berpartitipasi bersamanya. Dengan demikian maka keberhasilan usaha bukan tergantung dari kualitas dan karakter seseorang, tetapi karena pendekatan yang digunakan oleh manusia untuk mengarahkan.

7. Manusia moderen adalah manusia yang menyadari akan martabat atau kedudukan, baik dirinya maupun orang lain, sehingga akan memberikan penghargaan yang sesuai dengannya.

8. Manusia moderen akan lebih percaya pada hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi.

9. Manusia moderen lebih menyadari akan keadilan pembagian. Dengan demikian manusia moderen akan bersedia menerima bahwa perolehan pembagian selalu disesuaikan dengan seberapa ia memberikan andil, bukan dari tinjauan lain.

Apabila wanita memiliki seluruh atau sebagian dari ciri-ciri manusia moderen yang disebutkan, maka mereka akan mampu menghadapi tantangan modernisasi. Tindakan mereka akan sinkron dengan tuntutannya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian singkat di atas dan dengan mengetahui akan pentingnya pemilihan strategi pembelajaran serta media yang digunakan dalam proses pembelajaran, maka peneliti

Untuk mendapatkan fitur-fitur CRM yang tepat di suatu organisansi, secara khusus untuk sebuah rumah sakit, perlu untuk dilakukan analisis yang menyeluruh dengan

Adalah wajar apabila permintaan peninjauan kembali terhadap putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum oleh terpidana atau ahli warisnya dikecualikan

Tujuan dan manfaat pendidikan dan pelatihan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan dan pelatihan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan,

Perbandingan ini tidak bermaksud menyatakan bahwa yang ilmiah lebih tinggi daripada yang naluriah, atau bahwa yang naluriah lebih benar daripada yang ilmiah, karena

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas dan untuk memperjelas arah penelitian, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada

RPJPD Kabupaten Purbalingga disusun dengan memperhatikan RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa Tengah serta memperhatikan dokumen perencanaan lainnya seperti Rencana Tata Ruang

Dengan adanya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Cipta Karya diharapkan Kabupaten dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk