• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN SELULER DAN MOLEKULER PADA NEFROPATI DIABETIK. Evy Sulistyoningrum 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN SELULER DAN MOLEKULER PADA NEFROPATI DIABETIK. Evy Sulistyoningrum 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

514 PERUBAHAN SELULER DAN MOLEKULER PADA NEFROPATI DIABETIK

Evy Sulistyoningrum1

1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

E-mail:evysulistyoningrum@yahoo.com.sg

ABSTRACT

Diabetic nehropathy is the most prevalent complication of diabetes mellitus. Hiperglycemia in diabetes mellitus activates several pathways leading to PKC activation. This activation then induce molecular changes involving many growth factors and cytokines. Various growth factors and cytokines further induce extracellular matrix accumulation and mesangial cell expansion leading to glomerular hypertrophy and sclerosis. This changes affects renal function in filtering albumin and further damage can cause abnormal renal function and lead to renal failure

Key Words: diabetic nephropathy, cellular changes, molecular changes

PENDAHULUAN

Nefropati diabetik (ND)

didefinisikan sebagai sindrom klinis pada

pasien DM yang ditandai dengan

albuminuria menetap > 300 mg/24 jam pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu tiga

sampai enam bulan1 atau penurunan

kecepatan filtrasi glomerulus dan

peningkatan tekanan darah arterial tetapi tanpa penyakit ginjal lainnya atau penyakit

kardiovaskuler2. Kondisi ini merupakan

salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM) yang paling serius dan paling sering menyebabkan gagal ginjal stadium terminal (end stage renal disease) hampir di seluruh

dunia3. Sekitar 40% penderita ESRD adalah

pasien DM dengan komplikasi nefropati

diabetik4. Nefropati diabetik merupakan

komplikasi mikrovaskuler tersering yang terjadi pada penderita DM di Amerika dan

Eropa5. Sekitar 20% sampai 30% penderita

kasus DM akan berkembang menjadi kasus nefropati diabetik. Setelah 20 tahun onset

nefropati, 20% penderita DM akan

mengalami gagal ginjal terminal4. Seiring

dengan meningkatnya prevalensi DM, diperkirakan prevalensi ND pun akan semakin meningkat. Artikel ini akan membahas mengenai perubahan struktural dan fungsional pada nefropati diabetik dan mekanisme molekuler yang mendasarinya.

Perubahan Struktur Ginjal Pada

Nefropati Diabetik

Nefropati diabetik menimbulkan

beberapa kelainan pada struktur histologis ginjal. Karakteristik histologis nefropati diabetik adalah perubahan struktur pada glomerulus. Glomerulus pada keadaan nefropati diabetik mengalami penambahan volume (hipertrofi) yang disebabkan karena

(2)

515 adanya penumpukan matriks ekstraseluler,

penebalan membrana basalis glomerulus,

dan glomerulosklerosis6. Gambaran awal

dari perubahan struktur ginjal diabetik adalah hipertrofi glomerular dan renal.

Perubahan ini akan diikuti dengan

peningkatan ketebalan membrana basalis glomerular, eskpansi mesangial dengan akumulasi protein matriks ekstraselular seperti kolagen, fibronektin dan laminin

disertai proliferasi sel mesangial

intraglomerular7. Nefropati diabetik tingkat

lanjut ditandai dengan glomerulosklerosis

dan fibrosis interstitial8. Glomerulosclerosis

pada ginjal dapat terjadi secara noduler ataupun difus (badan Kiimestiel dan

Wilson) yang ditandai dengan gambaran eosinofilik. pada bagian perifer glomerulus.

Nodulus ini terjadi akibat ekspansi

mesangial dan penebalan membrana basalis pada kapiler sekelilingnya dengan oklusi progresif kapiler glomerulus. Terjadinya glomerulosklerosis mengakibatkan ginjal tidak dapat bekerja sesuai fungsinya, karena jaringan sklerosis ini akan menekan kapiler yang pada keadaan normal kapiler ini berfungsi untuk filtrasi darah menjadi urin sehingga dapat menyebabkan laju fitrasinya

sangat menurun9. Perubahan gambaran

histologis glomerulus pada nefropati

diabetik ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Gambaran glomerulus pada nefropati diabetik10

Keterangan: Glomerulus mengalami sklerosis segmental (A) dengan proliferasi sel mesangial (B) dan ekspansi mesangial difus (C)

Bukti-bukti ilmiah melaporkan peran utama

sel mesangial intraglomeruler pada

kerusakan glomerulus pada nefropati

diabetik. Sel mesangial intraglomeruler

adalah sel epiteloid yang terletak di antara kapiler glomerulus dan berperan sebagai sel penyokong. Sel ini mengalami modifikasi struktur dengan akumulasi granula basofilik

(3)

516 pada sitoplasma. Sel ini juga mempunyai

fungsi menyerupai makrofag karena

mempunyai kemampuan fagositosis11.

Keadaan hiperglikemia pada diabetes akan menginduksi proliferasi dan aktivasi sel mesangial intraglomerular. Aktivasi sel ini akan menyebabkan pelepasan berbagai faktor pertumbuhan seperti TGF-β (Tumor Growth Factor-β), PDGF (Platelet-Derived Growth Factor), CTGF (Connective Tissue Growth Factor, bFGF (basic Fibroblast Growth Factor) dan berbagai sitokin seperti Il-1, TNF-α, komplemen. Pelepasan faktor

pertumbuhan dan sitokin ini akan

menyebabkan akumulasi protein matriks ekstrasel yang bertanggungjawab pada

glomerulosklerosis9.

Perubahan Fisiologi Ginjal Pada

Nefropati Diabetik

Nefropati diabetik juga

menimbulkan abnormalitas fungsi ginjal. Gambaran awal dari perubahan fungsi

ginjal diabetik adalah hiperfiltrasi

glomerular dan peningkatan urinary

albumin excretion (UAE)8. Pada ND, akan

terjadi perubahan ukuran pori dan

penurunan proteoglikan heparan sulfat yang merupakan barier anion pada membran basalis glomerulus. Kondisi ini beserta

pelepasan berbagai stitokin yang

mempengaruhi aliran dan permeabilitas

vaskular menyebabkan penurunan

kemampuan seleksi dalam fungsi

penyaringan glomerulus dan terjadi

mikroalbuminuria7. Kerusakan lanjut

glomerulus mengakibatkan ekskresi protein yang berlebihan serta penurunan fungsi ginjal12.

Hiperfiltrasi pada nefropati dianggap sebagai awal dari mekanisme patogenik dalam laju kerusakan ginjal. Hal ini terjadi pada saat jumlah nefron mengalami pengurangan progresif, glomerulus akan

melakukan kompensasi dengan

meningkatkan filtrasi nefron yang masih sehat dan pada akhirnya nefron yang sehat menjadi sklerosis. Peningkatan laju filtrasi

glomerulus pada nefropati diabetik

kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang tergantung

glukosa, yang diperantarai hormon

vasoaktif, IGF-1 (Insulin Growth Factor-1),

Nitric Oxide, prostaglandin, dan glukagon1.

Kondisi hiperglikemia akan

mengaktifkan Protein Kinase C (PKC) melalui diasilgliserol. Protein Kinase C selanjutnya menstimulasi aktivitas kerja angiotensin sehingga laju filtrasi glomerulus

(LFG) terganggu. Insulin growth factor-1

(IGF-1), VEGF dan endhotelin-1 (ET-1)

memicu hipertrofi tubulus ginjal. Protein Kinase C dapat menstimulasi TNF-α dan NFκB serta meningkatkan aktivitas fibrotik

yaitu CTGF dan TGF-β13. Kedua faktor

fibrosis tersebut akan meningkatkan

proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan

hipertrofi glomerulus dan ekspansi

mesangial. Penurunan fungsi enzim

antioksidan juga diperparah PKC yang menstimulasi pengeluaran sitokin inflamasi

(4)

517 glomerulosklerosis. Kerusakan glomerulus

dan tubulus mengakibatkan ekskresi protein

yang berlebihan (albuminuria dan

proteinuria) serta peningkatan ureum dan kreatinin dalam darah yang pada akhirnya

berujung pada gagal ginjal7.

Pendekatan Molekular Nefropati

Diabetik

Perubahan struktural dan fungsional pada ginjal akibat DM disebabkan karena tingginya kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemia). Hiperglikemia

menyebabkan terjadinya peningkatan

ekspresi GLUT-1 pada sel mesangial dan

glomerulus ginjal sehingga terjadi

peningkatan ambilan glukosa. Beberapa jalur yang telah teridentifikasi menjadi aktif akibat peningkatan ambilan glukosa antara lain: AGEs (Advance Glicosylated End-products) jalur polyol, Renin Angiotensin System (RAS), dan stress oksidatif yang akan mengaktifkan jalur PKC (Protein Kinase C)14.

Hiperglikemia akan menyebabkan peningkatan produk glikosilasi dengan proses non enzimatik yang disebut AGEs (Advanced Glicosylation End Products). Proses ini dapat berlangsung di intraseluler dan ekstraseluler. AGEs intraseluler akan mengaktivasi protein kinase C, MAPK, serta NF-κB. Aktivasi ketiga zat ini akan meningkatkan ekspresi TGF-β pada sel mesangial dan sel endotel glomerulus.

TGF-β akan memacu aktivasi dari connective

tissue growth factor (CTGF). TGF- β dan

CTGF akan memacu sintesis kolagen tipe I dan IV serta peningkatan akumulasi

fibronektin di mesangial14.

Glukosa di ekstraseluler akan

tersintesis menjadi AGEs dan berikatan dengan reseptornya yaitu RAGEs (Receptor for Advanced Glicosylation End Products). Reseptor ini terletak pada membran sel

endotel dan sel mesangial15. Ikatan AGEs

dengan RAGE ini akan menyebabkan

terbentuknya ROS (Reactive Oxygen

Species), penurunan aktivasi eNOS (endothelial Nitrit Oxyde Synthetase), inaktivasi NO (Nitrit Oxide), memacu timbulnya jalur PKC, dan berikatan dengan NF-kB (Nuclear Factor-KappaB) di nukleus sel sehingga meningkatkan transkripsi berbagai protein seperti endothelin, ICAM-1 (Cellular Adhesion Molecule-ICAM-1), VEGF,

IL-1, IL-6, dan TNF-α 15,16 seperti yang

ditampilkan pada Gambar 3. Peningkatan

protein ini akan memacu terjadinya

infiltrasi sel-sel radang seperti makrofag,

monosit, dan leukosit13. Peningkatan sitokin

dan adanya infiltrasi sel radang ini selanjutnya akan menyebabkan terjadinya

abnormalitas pada glomerulus16.

Pembentukan AGEs pada protein seperti kolagen akan membentuk ikatan silang di antara berbagai polipeptida yang dapat

menyebabkan terperangkapnya protein

intersisium dan plasma yang tidak

terglikosilasi. AGEs juga dapat

mempengaruhi struktur dan fungsi kapiler,

termasuk glomerulus ginjal yang

(5)

518 fungsi penyaringan menjadi gagal.AGEs

berikatan dengan reseptor pada berbagai tipe sel misalnya sel endotel, monosit, makrofag, limfosit dan sel mesangial. Pengikatan tersebut menyebabkan berbagai aktivitas biologi termasuk migrasi sel

neutrofil, pengeluaran sitokin, peningkatan

permeabilitas endotel, peningkatan

proliferasi fibroblas serta sintesis matriks ekstraseluler17.

Gambar 2 Mekanisme aktivasi jalur AGEs (Brownlee, 2005)

Hiperglikemia juga dapat

mengakivasi jalur poliol. Jalur poliol ini terjadi melalui dua reaksi, yaitu reduksi glukosa menjadi sorbitol dan oksidasi sorbitol menjadi fruktosa. Reduksi glukosa menjadi sorbitol diperantarai oleh enzim aldosa reduktase dan kofaktor NADPH.

Oksidasi sorbitol menjadi fruktosa

diperantarai oleh enzim sorbitol

dehidrogenase dan kofaktor NAD+.

Penurunan NADPH akan mengakibatkan penurunan produksi NO pada sel endotel, peningkatan produksi prostaglandin E2, dan

peningkatan rasio NADH : NAD+ di sitosol.

Peningkatan rasio ini akan menghambat jalur glukolitik sehingga menyebabkan terjadinya stress oksidatif, peningkatan

sintesis DAG, dan jalur AGEs7.

Aktivasi jalur poliol dan AGEs dapat menstimulasi aktivasi jalur PKC. Aktivasi

PKC akan mengakibatkan penurunan

produksi NO, penurunan produksi eNOS, aktivasi VEGF, TGF-β, PAI-1 (Platelet Activator Inhibitor-1), NF-kB, oksidasi

NADPH, dan peningkatan ekspresi

endothelin serta VEGF. Hal ini

menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah ke ginjal, peningkatan akumulasi

matriks ekstraseluler, penurunan

fibrinolisis, peningkatan produksi dan penurunan permeabilitas vaskuler yang bisa memacu terjadinya kerusakan pada vaskuler

glomerulus18.

Hiperglikemia pada DM juga dapat

memicu peningkatan reactive oxygen

(6)

519 keadaan penurunan fungsi enzim-enzim

antioksidan karena produksi ROS yang berlebihan. Kadar ROS yang berlebihan

menstimulasi pengeluaran sitokin pro

inflamasi. Sitokin pro inflamasi tersebut

adalah interleukin IL-1, IL-6, IL-8, tumor

necrosis factor-α (TNF-α), nuclear factor kappa B (NFκB), monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1),

cellular adhesion molecules (CAMs), nitric oxide (NO), peroksinitrit (ONOO-), connective tissue growth factor (CTGF), dan transforming growth factor-ß (TGF-ß) yang mengakibatkan kerusakan struktural

dan fungsional ginjal13. Peran berbagai jalur

di atas pada tahapan nefropati diabetik sampai gagal ginjal ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema Patogenesis Nefropati Diabetik sampai ESRD7

Keterangan: DAG: Diacyl Gliserol, PKC: Protein Kinase C, VEGF: Vascular Endothelial Growth Factor , ET-1: Endothelin-1, PGE2: Prostaglandin E2, IGF-1: Insulin Growth Factor-1, LFG: Laju Filtrasi Glomerulus, CTGF: Connective Tissue Growth Factor, TGF-β : Transforming Growth Factor-β, ROS: Reactive Oxygen Specie, BUN: Blood Urea Nitrogen

KESIMPULAN

Berbagai Nefropati diabetik

merupakan komplikasi terbanyak dari

diabetes mellitus. Kondisi hiperglikemia

pada diabetes mellitus mendasari

serangkaian proses yang menyebabkan

perubahan struktur glomerulus yang

selanjutnya menyebabkan abnormalitas

fungsi ginjal. Tahap lanjut proses ini adalah gagal ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hendromartono. 2009. Nefropati Diabetik

dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

(7)

520

2. Batuman, V. 2012. Diabetic Nephropathy. Medscape Reference. Diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article/238 946-overview. pada tanggal 15 September 2012

3. Scrijvers BF, Vriese AS, Flyvbjerg A, 2004. From Hyperglycemia to Diabetic Kidney Disease: The Role of Metabolic, Hemodynamic, Intracellular Factors and Growth Factors/Cytokines. Endocrine Reviews 25: 971-1010

4. American Diabetic Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 33: S62-S69

5. Dronavalli, S, Duka, I, Bakris, GL. 2008. The Pathogenesis of Diabetic Nefropathy. Nature Clinical Practice Endocrinology and Metabolism. Vol 4 : 445-452.

6. Scobie, IN. 2007. Atlas of Diabetes Mellitus Third Edition. London : Informa Healthcare

7. Ohshiro, Y, Lee, Y, King, GL. 2005. Mechanism of Diabetic Nephropathy : Role of Protein Kinase-C Activation. Advanced Studies in Medicine. Vol 5(1A) : S5-19.

8. Bloomgarden ZT, 2005, Diabetic Nephropathy. Diabetes Care; 28: 745-51

9. Qian, Y, Feldman, E, Pennathur, S, Kretzler, M, Brosius, FC. 2008. From Fibrosis to Sclerosis: Mechanism of Glomerulosclerosis in Diabetic Nephropathy. Diabetes Journal.,57

10. Tomino, Y. 2012. Lesson from the KK-Ay mouse, a spontaneous animal model for the treatment of human type 2 diabetic nephropathy. Nephro-Urol Mon. 4(3) : 524-9

11. Kierzenbaum, AL. 2007. Histology and Cell Biology, 2nd Edition. Canada: Mosby, Inc., 406

12. Obineche, AN dan Adem, A. 2005. Update in Diabetic Nephropathy. International Journal of Diabetes and Metabolism. Vol 13 : 1-9.

13. Elmarakby, AA. dan Sullivan , JC. 2010. Relationship Between Oxidative Stress and Inflammatory Cytokines. Cardiovascular Therapeutics. Vol 00 : 1–11.

14. Kanwar, YS., Wada, J, Sun, L, Xie, P, Elisabeth,W. 2012. Diabetic Nephropathy : Mechanisms of Renal Disease Progression. Experimental and Biology Medicine. Vol 233 : 4-11.

15. Brownlee, M. 2005. The Pathobiology of Diabetic Complications a Unifying Mechanism. Diabetes. Vol 54 : 1615 – 1625

16. Goh, S dan Cooper, ME. 2008. The Role of Advanced Glycation End Products in Progression and Complications of Diabetes. Journals Clinical Endocrinol Metabolism. Vol 93 : 1143-1152.

17. Tan, AL, Forbes, JM, Cooper, ME. 2007. AGE, RAGE and ROS in diabetic nephropathy. Semin Nephrol 27:130–143

18. Schena, FP dan Gesualdo, L. 2005. Pathogenetic Mechanism of Diabetic Nephropathy. Journal of the American Society of Nephrology. Vol 16 : S30-33.

Gambar

Gambar 1. Gambaran glomerulus pada nefropati diabetik 10
Gambar 2 Mekanisme aktivasi jalur AGEs (Brownlee, 2005)
Gambar 3. Skema Patogenesis Nefropati Diabetik sampai ESRD 7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan negatif dan dan berarti antara Pengetahuan Kewirausahaan (X1) dan Efikasi Diri (X2) dengan Minat Berwirausaha (Y),

Indikasi: digunakan pada pencabutan gigi-gigi posterior rahang bawah, perlu ditambah dengan teknik lain untuk menganestesi mukosa gingiva sisi bukal gigi yang akan

Selanjutnya penulis juga harus merancang database baru yang lebih baik menggunakan MySQL dan database tersebut harus memenuhi requirement baru, yaitu dapat mendukung sistem

Ada beberapa hambatan pelaksaan wakaf uang, seperti yang dikemukakan oleh Handayani (2008) antara lain: (a) masih belum terintegrasinya peraturan teknis pengelolaan wakaf; (b)

Siswa diberi tugas untuk menggambar motif liris/lereng dalam bentuk sederhana berdasarkan contoh pola yang dipasang guru di papan tulis.... Siswa diminta membersihkan

Sebagai wujud komitmen dan dukungan manajemen untuk keamanan keamanan, pengelolaan aset, dan menjaga kepercayaan nasabah serta seiring dengan makin berkembangnya

Berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap responden di daerah penelitian, secara umum tingkat keberdayaan masyarakat yang menjadi anggota kelompok tani Ngudi Makmur Dusun Turgo

Selama proses titrasi berlangsung akan terjadi suatu rentang yang menyatakan reaksi telah selesai disebut titik ekivalen teoritis (stoikiometri) yang berarti bahan