• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencabutan Gigi Molar Satu Permanen Mandibula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pencabutan Gigi Molar Satu Permanen Mandibula"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PEDODONSIA

Pencabutan Gigi Molar Pertama Permanen Mandibula

Disusun Oleh:

Gusnia Ira Hastuti Hutabarat

(04121004048)

Dosen Pembimbing:

drg. Sri Wahyuni

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

Pencabutan Gigi Molar Satu Permanen Mandibula

A. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi :

1. Karies yang meluas

Pada kasus karies yang meluas sehingga menyebabkan kesulitan dalam merestorasi, ekstraksi merupakan pilihan terapi untuk mengurangi kemungkinan meluasnya infeksi ke jaringan lain.

2. Nekrosis pulpa

Untuk mempertahankan gigi pada soketnya, gigi yang nekrosis memerlukan terapi perawatan saluran akar yang relatif memakan waktu lama sehingga beberapa pasien menolak dilakukannya perawatan endodontik. Pada kasus demikian, ekstraksi merupakan terapi pilihan. Demikian pula untuk kasus kegagalan terapi endodontik, di mana terapi endodontik telah dilakukan namun gagal mengurangi rasa sakit atau memberikan

drainage.

3. Penyakit Periodontal yang Parah

Pada kasus periodontitis dengan kehilangan tulang dan mobilitas gigi yang irreversible, ekstraksi merupakan indikasi.

4. Keperluan Orthodontik

Pasien yang akan mendapatkan perawatan orthodontik sering kali dikonsulkan untuk dilakukan ekstraksi pada gigi premolar I atau II dengan tujuan menyediakan ruangan yang cukup untuk gigi.

5. Malposisi gigi

Malposisi gigi yang sering menyebabkan trauma jaringan lunak di sekitarnya merupakan indikasi ekstraksi. Sebagai contoh, gigi molar 3 maksila yang seringkali tumbuh bukoversi sehingga menyebabkan trauma pada mukosa bukal. Malposisi gigi lain yang diindikasikan untuk dilakukan ekstraksi adalah gigi yang mengalami ekstrusi akibat

(3)

kehilangan gigi lawannya dan menyebabkan terlalu kecilnya ruangan bagi gigi artificial apabila akan dilakukan pembuatan prostetik untuk rahang pada regio lawannya.

6. Fraktur gigi

Tidak semua kasus fraktur gigi diindikasikan untuk pencabutan. Namun, untuk kasus fraktur akar terutama kasus fraktur pada 1/3 apikal merupakan indikasi ekstraksi gigi.

7. Ekstraksi Preprostetik

Ekstraksi preprostetik dilakukan apabila gigi mempengaruhi desain dan penempatan protesa, baik gigi tiruan lengkap, sebagian, maupun cekat.

8. Gigi impaksi

Ekstraksi merupakan indikasi bagi gigi yang impaksi dengan alasan dapat mengubah posisi geligi yang lain, melukai jaringan lunak, ataupun mengalami inflamasi.

9. Gigi Supernumerary

Gigi supernumerary yang seringkali impaksi umumnya diekstraksi karena mungkin mengganggu erupsi benih gigi lain di sekitarnya dan memiliki potensi untuk menyebabkan displacement atau resorpsi gigi sekitarnya tersebut.

10. Terapi Preradiasi

Pasien yang akan mendapatkan terapi radiasi untuk tumor di sekitar leher kepala dan memiliki geligi yang mengalami kerusakan perlu mendapatkan terapi preradiasi berupa ekstraksi gigi karena dikhawatirkan gigi pasien akan mengalami osteoradionekrosis pada saat terapi radiasi.

11. Geligi yang terlibat pada fraktur rahang

Ekstraksi geligi yang terlibat pada fraktur rahang dengan keadaan trauma dan luksasi pada sekitar jaringan tulang perlu diekstraksi untuk mencegah infeksi.

(4)

12. Estetik

Pasien dengan staining pada gigi atau fluorosis mungkin menginginkan gigi dengan keluhan tersebut diekstraksi.

13. Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor terakhir yang cukup mempengaruhi indikasi untuk pencabutan. Apabila pasien tidak mau atau tidak mampu untuk melakukan terapi yang dapat mempertahankan keadaan gigi, maka ekstraksi diindikasikan untuk dilakukan pada pasien tersebut.

Kontraindikasi:

Secara umum, kontraindikasi pencabutan gigi dibagi atas kontraindikasi sistemik dan kontraindikasi lokal. Pencabutan gigi menjadi kontraindikasi bagi pasien- pasien dengan kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan bagi pasien sehingga pecabutan gigi harus ditangguhkan sampai pasien mendapatkan terapi tambahan dan dinyatakan terbebas dari kasus lain yang menyebabkan pencabutan tidak dapat dilakukan.

1. Kontraindikasi Sistemik

Kontraindikasi sistemik meliputi kondisi sistemik pasien yang tidak memungkinkan pasien untuk mendapatkan terapi bedah, seperti pasien dengan uncontrolled metabolic

diseases , seperti diabetes yang tidak terkontrol dan penyakit ginjal yang parah. Pasien

dengan leukemia atau limfoma yang tidak terkontrol juga merupakan kontraindikasi untuk ekstraksi gigi karena berpotensi cukup besar untuk mengalami komplikasi infeksi dan perdarahan berat. Pasien dengan penyakit jantung yang tidak terkontrol pun harus menunda ekstraksi giginya hingga penyakit tersebut terkontrol. Begitu pula pada pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol karena dapat menyebabkan perdarahan yang persisten, akut myocardial insuffiensi, dan cerebrovascular accident.

(5)

Kehamilan relatif merupakan kontraindikasi pencabutan. Pencabutan pada wanita hamil dapat dilakukan pada akkhir trimester awal, trimester kedua, dan awal trimester akhir. Namun, tindakan yang lebih ekstensif harus ditunda sampai kelahiran.

Pasien hemophilia atau pasien dengan platelet disorder tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi hingga koagulopati yang diderita dinyatakan sembuh.

2. Kontraindikasi Lokal

Kondisi- kondisi yang termasuk dalam kontraindikasi lokal dari pencabutan gigi adalah: a. Ekstraksi pada area radiasi

b. Gigi pada area tumor malignan

c. Perikoronitis maupun radang akut lainnya d. Gigi dengan abses dentoalveolar.

B. Teknik Anastesi

Anestesi Topikal

Anestesi topikal digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat insersi jarum ke membran mukosa. Selain itu, interaksi operator dengan anak untuk mengalihkan perhatian mereka dan meningkatkan sugestibilitas mereka terhadap kecemasan dapat mengurangi kekurangan dari anestesi topical. Anastesi topical efektif pada permukaan jaringan (kedalaman 2-3 mm).

Bahan anastesi topikal yang dipakai dapat dibagi sebagai berikut : 1. Menurut bentuknya : Cairan, salep, gel

2. Menurut penggunaannya : Spray, dioleskan, ditempelkan

3. Menurut bahan obatnya : Chlor Etil, Xylestesin Ointment, Xylocain Oitment, Xylocain Spray

(6)

4. Anastesi topikal benzokain (masa kerja cepat) dibuat dengan konsentrasi > 20 %, lidokain tersedia dalam bentuk cairan atau salep > 5 % dan dalam bentuk spray dengan konsentrasi > 10%.

Cara melakukan anastesi topikal adalah :

1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal.

2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik (Gambar 5) ± 15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.

3. Pasien bayi dapat menggunakan syring tanpa jarum untuk mengoleskan topikal aplikasi (Gambar 6)

4. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.

Gambar 5. Gunakan cotton bud untuk mengoleskan topikal anastesi pada area yang akan disuntik

(7)

Anestesi topical yang disarankan untuk digunakan yaitu benzocaine yang memiliki rasa yang nyaman bagi anak-anak jumlah yang berlebihan dihindari pada pemberian anestesi topical.

Infiltrasi Lokal pada Membran Mukosa (submucosal injection) 1. Saraf yang teranestesi: ujung cabang saraf terminal

2. Daerah yang teranestesi: terbatas pada tempat di mana larutan anestesi lokal diinjeksikan

3. Pedoman anatomis: tidak ada pedoman khusus karena cairan anestesi diinjeksikan langsung pada tempat yang dituju

4. Indikasi: untuk menganestesi membran mukosa dan jaringan submukosa pada daerah yang akan dilakukan tindakan, misalnya:

a) pada insisi mukosa, gingivektomi, atau eksisi lesi pada jaringan lunak

b) untuk menganestesi gingiva sisi lingual pada pencabutan gigi-gigi anterior rahang bawah untuk menganestesi gingival sisi bukal pada pencabutan gigi-gigi posterior rahang bawah

5. Teknik: jarum ditusukkan pada membran mukosa sampai sedalam jaringan submukosa kemudian cairan anestesi diinjeksikan perlahan-lahan (gambar 1)

6. Gejala subyektif: terasa kebas pada daerah yang dianestesi

Gambar 1. Infiltrasi lokal dengan teknik submucosal injection pada mukosa bukal rahang

bawah (kiri) dan mukosa alveolaris lingual rahang bawah (kanan), jarum ditusukkan pada membran mukosa sedalam jaringan submukosa kemudian cairan anestesi diinjeksikan dengan perlahan-lahan

(8)

Mandibula Anesthesia

Mandibular anesthesia adalah gabungan teknik inferior alveolar nerve block dan lingual

nerve block dalam satu kesatuan prosedur tindakan.

1. Saraf yang teranestesi: nervus alveolaris inferior dan cabang-cabangnya yaitu rami dentalis, nervus mentalis, nervus insisivus dan nervus lingualis beserta cabang-cabangnya.

2. Daerah yang teranestesi: corpus mandibula dan bagian inferior ramus ascendens pada sisi yang dianestesi, seluruh gigi rahang bawah termasuk jaringan penyangga dan

processus alveolaris pada sisi yang dianestesi, mukoperiosteum dan gingiva sisi bukal

atau labial mulai dari foramen mentalis sampai dengan linea mediana, mukosa bibir bawah dan kulit dagu pada sisi yang dianestesi ditambah dengan daerah yang dilayani oleh nervus lingualis yaitu: dua pertiga anterior lidah, mukosa dasar mulut, dan mukosa gingiva dan alveolaris sisi lingual mulai region retromolar sampai dengan linea mediana.

3. Pedoman anatomis: linea oblique externa, linea oblique interna, bagian anterior ramus ascendens, dan coronoid notch.

4. Indikasi: digunakan pada pencabutan gigi-gigi posterior rahang bawah, perlu ditambah dengan teknik lain untuk menganestesi mukosa gingiva sisi bukal gigi yang akan dilakukan pencabutan.

5. Teknik: Jari telunjuk meraba coronoid notch (kiri atas); jarum ditusukkan pada pertengahan ujung jari telunjuk dari arah kontralateral sampai ujung jarum menyentuh tulang (tengah atas); jarum ditarik sedikit kemudian arah syringe diubah sehingga menjadi sejajar dengan gigi-gigi posterior rahang bawah pada sisi yang sama (kanan atas); jarum dimasukkan ke arah posterior sejauh kira-kira 10 mm sambil menyusuri tulang linea oblique interna (kiri bawah); kemudian syringe diubah lagi posisinya dari arah kontralateral (tengah bawah); langkah terakhir jarum dimasukkan lagi ke dalam jaringan sampai ujung jarum terasa menyentuh tulang, jarum ditarik sedikit, dilakukan aspirasi, kemudian cairan anestesi diinjeksikan dengan perlahan-lahan sebanyak 1,0 – 1,5 ml (kanan bawah), setelah itu dilakukan lingual nerve block yaitu dengan menarik jarum kira-kira 10 mm kemudian cairan diinjeksikan perlahan-lahan sebanyak 0,5 ml

(9)

untuk menganestesikan nervus lingualis, setelah selesai jarum ditarik ke luar dari mukosa dengan perlahan-lahan. (Gambar 2)

6. Gejala subyektif: rasa kesemutan pada ujung lidah pada sisi yang dianestesi.

Gambar 2. Lingual nerve block sebagai bagian dari mandibular anesthesia. Setelah inferior alveolar nerve block selesai dilakukan maka jarum selanjutnya ditarik sejauh kira-kira 10 mm, kemudian cairan anestesi diinjeksikan perlahan-lahan untuk menganestesi nervus lingualis

C. Bahan Anestesi (Anestetikum)

Sejumlah anastetikum yang ada dapat bekerja 10 menit – 6 jam, dikenal dengan bahan

Long Acting. Namun anastesi lokal dengan masa kerja panjang (seperti bupivakain) tidak

direkomendasikan untuk pasien anak terutama dengan gangguan mental. Hal ini berkaitan dengan masa kerja yang panjang karena dapat menambah resiko injuri pada jaringan lunak.

Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan epinephrine (adrenaline). Lidocaine 2 % dan epinephrine 1 : 80.000 merupakan pilihan utama (kecuali bila ada alergi). Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif dibandingkan dengan adrenalin. Epinephrin dapat menurunkan perdarahan pada regio injeksi.

Contoh bahan anastetikum :

1. Lidocaine (Xylocaine) HCl 2 % dengan epinephrine 1 : 100.000

(10)

3. Prilocaine (Citanest Forte) HCl 4 % dengan epinephrine 1 : 200.000

4. Hal yang penting bagi drg ketika akan menganastesi pasien anak adalah dosis. Dosis yang diperkenankan adalah berdasarkan berat badan anak (tabel). Tabel 1 : Dosis anastesi lokal maksimum yang direkomendasikan (Malamed)

Pemilihan syringe dan jarum

Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan dilakukan. Jarum suntik pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran (sesuai standar American Dental Association = ADA) ; panjang (32 mm), pendek (20 mm, dan superpendek (10 mm).

Petunjuk :

1. Dalam pelaksanaan anastesi lokal pada gigi, dokter gigi harus menggunakan syringe sesuai standar ADA.

(11)

2. Jarum pendek dapat digunakan untuk beberapa injeksi pada jaringan lunak yang tipis, jarum panjang digunakan untuk injeksi yang lebih dalam.

3. Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah patahnya jarum. 4. Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relative pendek,

dipasangkan pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai (disposable) untuk menjamin ketajaman dan sterilisasinya. Penggunaan jarum berulang dapat sebagai transfer penyakit. 5. Citojet dapat digunakan untuk injeksi intraligamen.

D. Instrumen Pencabutan Gigi

Tang

1. Desain tang : Desain yang umum dari tang dilengkapi dengan pegangan, engsel dan paruh. Pegangan bisa horizontal dan vertikal. Tang horizontal tersedia untuk rahang bawah dan rahang atas sedangkan desain vertikal hanya untuk rahang bawah saja. Tang horizontal dimodifikasi dengan pegangan lurus atau melengkung dan kadang diperlengkapi dengan suatu ring pada salah satu sisi pegangan. Paruh merupakan bagian kerja dari tang dibuat dengan berbagai macam desain. Klasifikasi tang yang pertama didasarkan pada kesimetrisan paruh. Paruh yang simetris adalah yang

(12)

universal yaitu tang yang bisa digunakan untuk mencabut gigi kanan ataupun gigi kiri pada suatu rahang (hanya RA/RB). Lebar paruh yang lebih lebar digunakan untuk gigi molar. Angulasi paruh terhadap pegangan menunjukkan fungsinya, yang mempunyai sudut hampir 90 derajat terhadap pegangan digunakan untuk rahang bawah.

2. Jenis tang untuk Molar Satu Rahang Bawah

 Tang #17 didesain untuk pencabutan gigi molar rahang bawah. Paruhnya simetris dengan tonjolan bagian tengah atau ujung pada masing-masing paruh , yang ditujukan agar mencengkeram bifurkasi atau groove akar bukal atau lingual. Ujung tersebut apabila dikembinasikan dengan peruh yang lebar akan memberikan adaptasi, molar yang lebih baik (permukaan lebih luas) dibandingkan dengan tang #151. Tang lain yang sering digunakan untuk rahang bawah #23 (cow horn). Paruhnnya simetris dan berbentuk seperti tanduk konus, yang didesain untuk beradaptasi dengan baik di bifurkasi gigi molar. Tang ini digunakan dengan tekanan menutup yang kuat dan kontinu yang dikombinasikan dengan tekanan ke arah bukal dan lingual.

 Tang #151, tang mandibula mempunyai paruh yang hamper membentuk sudut 900

dengan pegangan. Tang #151 dulu didesain untuk gigi premolar bawah tetapi mellaui pengalaman, bentuk universal ini (bisa untuk kanan atau kiri) menjadi murni digunakan untuk pencabutan gigi bawah termasuk seluruh molar bawah.

(13)

Selain instrumen tang, dalam ekstraksi gigi untuk anak anak juga menggunakan alat bantu seperti bend atau elevator, dan beberapa instrumen standar untuk pemeriksaan seperti : - Kaca mulut - Sonde - Pinset - Injektor - Ekskavator - Cotton roll

- Betadine cane yg diisi betadin - Dan lain lain.

Beberapa alat yang harus dipersiapkan sebelum pencabutan gigi pada anak

E. Metode Pencabutan Gigi

Gigi yang erupsi bisa diekstraksi dengan salah satu dari dua teknik utama, yaitu tertutup dan terbuka. Teknik tertutup juga dikenal sebagai teknik simple forceps. Teknik terbuka dikenal juga sebagai teknik operasi atau flap. Teknik yang benar seharusnya menghasilkan ekstraksi yang atraumatik, dan sebaliknya pada teknik operasi yang telah dapat mengakibatkan ekstraksi yang traumatik.

(14)

Teknik apapun yang dipilih, ada tiga syarat utama yang diperlukan untuk mendapatkan ekstraksi yang baik yatu:

1. Akses dan dan visualisasi pada daerah yang akan di ekstraksi 2. Jalur yang tidak terhalang unuk mengekstraksi gigi

3. Penggunaan gigi tenaga yang terkontrol

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika ekstraksi antara lain:

1. Posisi saat ekstraksi

a. Untuk ekstraksi gigi maxilla, dental chair diposisikan sekitar 60 derajat terhadap lantai

b. Selama ekstraksi pada kuadran maxilla sebelah kanan, kepala pasien seharusnya mengarah ke operator, sehingga akses yang cukup dan visualisasi bisa didapatkan c. Untuk ekstraksi gigi anterior maxilla, kepala pasien harus diposisikan lurus kedepan d. Pada ekstraksi kuadran maxilla sebelah kiri, kepala pasien hanya sedikit diarahkan ke

operator.

e. Untuk ekstraksi mandibula, pasien harus diposisikan lebih tegak lurus sehingga ketika mulut dibuka, occlusal plane sejajar dengan lantai

f. Posisi kursi harus lebih rendah dari pada posisi kursi saat ekstraksi gigi permanen, dan lengan operator pada sudut 120 derajat pada siku.

(15)

Gambar

A. Posisi ekstraksi gigi-gigi rahang atas

B. Posisi ekstraksi gigi-gigi rahang bawah kuadran kiri C. Posisi ekstraksi gigi-gigi bawah kuadran kanan

2. Peran non-working hand

a. Membantu melindungi gigi sekitarnya dari foeceps

b. Membantu menstabilkan posisi kepala pasien selama proses ekstraksi

c. Memiliki peran penting pada saat ekstraksi gigi mandibula karena tangan kiri menyokong dan menstabilkan posisi rahang bawah ketika ekstraksi dilakukan.

(16)

Pencabutan Intra Alveolar

Pencabutan intra alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga di sebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian besar kasus pencabutan gigi.

Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah berpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kea rah buko-lingual atau buko-palatal dengan maksud menggerakkan gigi dari socketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari.

Pencabutan Trans Alveolar

Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode intra alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan dengan metode trans alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut metode terbuka atau metode surgical yang digunakan pada kasus-kasus:

- Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alveolar - Gigi yang mengalami hypersementosis atau ankylosis

- Gigi yang mengalami germinasi atau dilacerasi

- Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris.

(17)

Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans alveolar harus dibuat secermat mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Masing-masing kasus membutuhkan perencanaan yang berbeda yang disesuaikan dengan keadaan dari setiap kasus.

Secara garis besarnya, komponen penting dalam perencanaan adalah bentuk flap mukoperiostal, cara yang digunakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi dari socketnya, seberapa banyak pengambilan tulang yang diperlukan.

Selain itu dua metode diatas, dalam melakukan pencabutan gigi kita perlu memperhatikan tekanannya. Tekanan lateral permulaan untuk pencabutan gigi molar adalah kearah lingual. Tulang bukal yang tebal menghalangi gerakan ke bukal dan pada awal pencabutan gerak ini hanya mengimbangi tekanan lingual yang lebih efektif. Gigi molar sering dikeluarkan kearah lingual.

F. Komplikasi dan Penanggulangan Pencabutan Gigi

1. Kegagalan anastesi.

Kegagalan anastesi biasanya berhubungan dengan teknik anastesi yang salah atau dosis obat anastesi tidak cukup.

Kegagalan pencabutan gigi.

Bila gigi gagal dicabut dengan menggunakan aplikasi tang atau elevator dengan tekanan yang cukup maka instrumen tersebut harus dikesampingkan dan dicari sebab kesulitan. Pada kebanyakan kasus lebih mudah dicabut dengan tindakan pembedahan.

2. Fraktur mahkota gigi.

Tindakan penanggulangannya dapat dilakukan dengan memberitahukan kepada pasien bahwa ada gigi yang tertinggal kemudian dicari penyebabnya secara klinis dengan melalui bantuan radiografi. Pemeriksaan dengan radiografi dilakukan untuk memperoleh petunjuk yang berguna untuk mengidentifikasi ukuran dan posisi fraktur gigi yang tertinggal. Selanjutnya operator mempersiapkan. Namun hal ini sering juga disebabkan

(18)

oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang diaplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar atau masa akar gigi, atau dengan sumbu panjang tang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Tindakan penanggulangannya dapat dilakukan dengan memberitahukan kepada pasien bahwa ada gigi yang tertinggal kemudian dicari penyebabnya secara klinis dengan melalui bantuan radiografi.Pemeriksaan dengan radiografi dilakukan untuk memperoleh petunjuk yang berguna untuk mengidentifikasi ukuran dan posisi fraktur gigi yang tertinggal. Selanjutnya operator mempersiapkan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan pencabutan dan menginformasikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk tindakan tersebut. Sedangkan metode yang digunakan bisa dengan cara membelah bifurkasi (metode tertutup) atau dengan dengan pembedahan melalui pembukaan flap (metode terbuka).

3. Dry Socket

Komplikasi ini jarang terjadi karena vaskularisasi pada anak cukup baik, bila terjadi di bawah umur 10 tahun mungkin ada gangguan sistemik seperti pada penderita anemia, defisiensi vitamin, gangguan nutrisi atau terdapat infeksi. Cara penanggulangannya bila terjadi dry socket adalah ditujukan untuk menghilangkan sakit dan mempercepat penyembuhan. Soket harus diirigasi dengan larutan normal saline hangat dan semua bekuan darah degenerasi dikuret. Tulang yang tajam dihaluskan dengan bone file/knabel tang kemudian diberi resep antibiotika dan analgetika yang adekuat.

4. Perdarahan

Hal ini mungkin terjadi bila anak menderita penyakit darah atau kemungkinan ada sisa akar atau tulang yang menyebabkan iritasi terhadap jaringan.Perembesan darah secara konstan selama pencabutan gigi dapat diatasi dengan aplikasi gulungan tampon atau dengan penggunaan suction. Perdarahan yang lebih parah dapat diatasi dengan pemberian tampon yang diberi larutan adrenalin : aqua bidest 1 : 1000 dan dibiarkan selama 2 menit dalam soket. Perdarahan yang disebabkan pembuluh darah besar jarang terjadi dan bila ini terjadi maka pembuluh darah tersebut harus ditarik dan dijepit dengan arteri klem kemudian dijahit/cauter. Perdarahan pasca operasi dapat terjadi karena pasien tidak mematuhi instruksi atau sebab lain yang harus segera ditemukan. Cara penanggulangan komplikasi seperti pada kebanyakan kasus disarankan untuk melakukan penjahitan pada muko periosteal, jahitan horizontal terputus paling cocok dan untuk tujuan ini harus

(19)

diletakkan pada soket sesegera mungkin. Tujuan dari penjahitan ini adalah bukan untuk menutup soket tetapi untuk mendekatkan jaringan lunak diatas soket untuk mengencangkan muko perioteal yang menutupi tulang sehingga menjadi iakemik. Karena pada kebanyakan kasus perdarahan tidak timbul dari soket tetapi berasal dari jaringan lunak yang berada disekitarnya, selanjutnyapasien diinstruksikan untuk menggigit tampon selama 5 menit setelah penjahitan. Bila perdarahan belum teratasi maka kedalam soket gigi dapat dimasukkan preparat foam gelatin atau fibrin (surgicel, kalsium alginat) setelah itu pasien disuruh menggigit tampon dan kemudian dievaluasi kembali dan bila tetap tidak dapat diatasi sebaiknya segera dirujuk ke Rumah sakit terdekat untuk memperoleh perawatan lebih intensif lagi.

6. Infeksi.

Penyebab yang sering terjadi pembengkakan pasca operasi adalah infeksi pada daerah bekas pencabutan karena masuknya mikroorganisme yang patogen. Bila terdapat pus dan fluktuasi positif harus harus dilakukan insisi dan drainase serta pemberian antibiotika yang adekuat. Sedang jika infeksi cukup parah atau telah meluas ke submaxilla dan sublingual sebaiknya segera dirujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas Bedah Mulut.

7. Trismus.

Trismus dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan membuka mulut akibat spasme otot. Keadaan ini dapat disebabkan edema pasca operasi, pembentukan hematoma atau peradangan jaringan lunak. Pasien dengan arthritia traumatik sendi temporo mandibular joint juga dapat memiliki keterbatasan membuka mulut (gerakan mandibula). Terapi trismus bervariasi tergantung penyebabnya. Kompres panas/penyinaran dengan solux atau kumur-kumur dengan normal saline hangat dapat mengurangi rasa sakit padakasus ringan, tapi pada kasus lain kadang-kadang diperlukan pemberian antibiotika, anti inflamasi atau analgetika yang mengandung muscle relaxan, neurotropik vitamin atau dirujuk kepada spesialis bedah mulut ahli temporo mandibular joint untuk mengurangi gejalanya.

(20)

G. Instruksi Pasca Pencabutan Gigi

1. Mengigit tampon selama 30 menit, tetapi jangan dikunyah. 2. Tidak menggunakan sedotan pada saat minum setelah 24 jam.

3. Menggosok gigi setiap hari, tetapi tidak menggunakan mouthwash pada hari pencabutan.

4. Meminum obat analgesic jika terasa sakit.

5. Jika nyeri meningkat setelah 48 jam atau perdarahan abnormal terjadi segera hubungi dokter.

6. Untuk mencegah perdarahan dan pembengkakan, posisi kepala lebih ditinggikan saat tidur.

7. Jangan meludah, karena meludah dapt menyebabkan perdarahan. 8. Jika perdarahan terjadi lagi, pasang kembali lagi tampon.

9. Es dapat digunakan setelah pencabutan untuk mengurangi pembengkakan. 10. Makan dan minum seperti biasa.

H. Obat-obat Pasca Pencabutan

1. Obat Analgesik

PARACETAMOL 500MG

Golongan : Generik

Indikasi : Menghilangkan rasa sakit & penurun panas. Kontraindikasi : Gagal ginjal & hati.

Perhatian : Pasien alkoholik.

Efek samping : Reaksi kulit, hematologis, reaksi alergi yang lain. Kemasan : Kotak isi 100 tablet.

Dosis : - Dewasa : 3-4 kali sehari :1-2 tablet

- Anak : 6-12 tahun : ½ - 1 tablet tiap 4 - 6 jam. - Anak : 2-5 tahun : ¼ - ½ tablet tiap 4 - 6 jam

(21)

PARACETAMOL 120 mg/ 5ml SIRUP

Indikasi : Mengurangi rasa sakit kepala,sakit gigi dan menurunkan panas. Efek samping : Reaksi hipersensitif, dosis tinggi merusak hati.

Dosis : 0 – 1 tahun : ½ sendok takar (2,5 ml) / 3 – 4 kali sehari 1 – 2 tahun : 1 sendok takar (5 ml) / 3 – 4 kali sehari 2 – 6 tahun : 1 – 2 sendok takar (5-10 ml) / 3 – 4 kali sehari 6 – 9 tahun : 2 – 3 sendok takar (10-15 ml) / 3 – 4 kali sehari 9 – 12 tahun: 3 – 4 sendok takar (15-20 ml) / 3 – 4 kali sehari

Kemasan : Botol 60 ml.

2. Obat antibiotik

AMOXICILLIN

Komposisi : - Tiap kapsul mengandung Amoxicillin Anhidrat 250 mg

- Tiap kaplet mengandung Amoxicillin Anhidrat 500 mg

Cara kerja obat :

Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positif dan beberapa gram negatif yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin antara lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta laktamase.

Indikasi :

Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positif dan gram negatif yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik, pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak.

(22)

Dosis :

Disesuaikan dengan jenis dan beratnya infeksi

- Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3 dosis.

- Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500 mg dalam dosis terbagi, diberikan tiap 8 jam sebelum makan.

- Pada infeksi yang lebih berat digunakan dosis yang lebih besar atau menurut petunjuk dokter.

- Untuk gangguan ginjal dengan kreatinin klirens 10 ml/menit, dosis tidak boleh lebih dari 500 mg tiap 12 jam.

- Untuk gonorhea yang tidak terkomplikasi - Dewasa : 3 gram Amoxicillin dosis tunggal.

- Anak-anak pra pubertas : 50 mg/kg BB Amoxicillin + 25 mg /kg BB Probenecid diberikan bersama dalam dosis tunggal.

Peringatan dan perhatian :

- Penggunaan dosis tinggi dalam jangka lama dapat menimbulkan super infeksi (biasanya disebabkan Enterobacter, Pseudomonas, S. aureus, Candida) terutama pada saluran gastro intestinal.

- Pemakaian pada wanita hamil belum diketahui keamanannya dengan pasti. - Hati - hati pemberian pada wanita menyusui karena dapat menyebabkan

sensitifitas pada bayi.

- Pada kasus gonorhea : hati-hati penggunaan pada anak-anak karena probenecid dikontra-indikasikan untuk anak-anak dibawah 2 tahun.

- Pengobatan dengan Amoxicillin dalam jangka waktu yang lama harus disertai dengan pemeriksaan terhadap fungsi ginjal, hati dan darah.

Efek samping :

- Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urticaria, ruam kulit, angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan stomatitis.

- Kemungkinan reaksi anafilaksi.

(23)

Kontraindikasi :

- Penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin dan turunannya.

- Bayi baru lahir dimana ibunya hipersensitif terhadap Penicillin atau turunannya. - Jangan digunakan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang sendi karena

Amoxicillin oral tidak menembus ke dalam cairan cerebrospinal atau sinovial. Interaksi Obat :

- Probenecid memperiambat ekskresi Amoxicillin

- Penggunaan bersama-sama allopurinol dapat meningkatkan terjadinya reaksi kulit. Cara Penyimpanan :

Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

Kemasan :

- Amoxicillin kapsul 250 mg dus 10 strip @ 10 kapsul No. Reg. GKL 0007113501 A1 - Amoxicillin kapiet 500 mg dus 10 strip @ 10 kaplet No. Reg. GKL 0007113604 A1

(24)

SOAL

1. Jenis tang yang digunakan untuk mencabut gigi molar mandibula adalah …. a. Tang # 151

b. Tang # 15 c. Tang #22 d. Tang #124

2. Saraf yang dituju pada teknik anestesi mandibula adalah …. a. N. palatinus mayor

b. N. alveolaris superior anterior c. N. alveolaris superior medius

d. N. alveolaris inferior dan N. lingualis

3. Bahan anestesi yang paling sering digunakan adalah ….

a. Prilocaine (Citanest Forte) HCl 4 % dengan epinephrine 1 : 200.000

b. Mepicaine (Carbocaine) HCl 2 % dengan levanordefrin (Neo-cobefrin) 1 : 20.000. c. Lidocaine (Xylocaine) HCl 2 % dengan epinephrine 1 : 100.000

Gambar

Gambar 5. Gunakan cotton bud untuk mengoleskan topikal anastesi pada area yang akan disuntik
Gambar  1.  Infiltrasi  lokal  dengan  teknik  submucosal  injection  pada  mukosa  bukal  rahang  bawah  (kiri)  dan  mukosa  alveolaris  lingual  rahang  bawah  (kanan),  jarum  ditusukkan  pada  membran mukosa sedalam jaringan submukosa kemudian cairan
Gambar  2.  Lingual  nerve  block  sebagai  bagian  dari  mandibular  anesthesia.  Setelah  inferior  alveolar  nerve  block  selesai  dilakukan  maka  jarum  selanjutnya  ditarik  sejauh  kira-kira  10  mm,  kemudian  cairan  anestesi  diinjeksikan  perla
Tabel 1 : Dosis anastesi lokal maksimum yang direkomendasikan (Malamed)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat variasi jumlah orifisi baik mesial maupun distal pada gigi molar satu mandibula permanen. Untuk melihat hubungan antara jumlah akar gigi molar

Dari hasil penelitian prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011 diperoleh sebanyak

Tabel 1: Rata-rata perbedaan panjang gigi molar pertama rahang bawah sebelum perawatan dan setelah perawatan ortodonti baik pada kasus pencabutan atau tanpa pencabutan

Tabel 1: Rata-rata perbedaan panjang gigi molar pertama rahang bawah sebelum perawatan dan setelah perawatan ortodonti baik pada kasus pencabutan atau tanpa pencabutan

Crossbite posterior adalah hubungan bukolingual yang abnormal antara satu atau lebih gigi posterior rahang atas dengan satu atau lebih gigi posterior rahang

Dalam penelitian tersebut, anak dari Bapak/Ibu akan saya lakukan pemeriksaan rongga mulut secara langsung dan akan dilakukan pencetakan gigi rahang atas dan rahang bawah

antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi.. Kata kunci : Orifisi gigi, jumlah orifisi gigi, jumlah akar gigi, gigi

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Panjang Saluran Akar Gigi Molar Pertama Permanen Rahang Bawah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran