• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Di Medan (In Vitro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Di Medan (In Vitro)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

JUMLAH ORIFISI GIGI MOLAR SATU MANDIBULA

PERMANEN DI MEDAN (IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

JOSEPH DEDE HARTANTA GINTING

NIM: 100600042

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2014

Joseph Dede Hartanta Ginting

Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

viii + 47 halaman

Perawatan saluran akar sering mengalami kegagalan, yang umumnya

disebabkan oleh ketidakmampuan dokter gigi dalam menemukan orifisi dari saluran

akar gigi. Menemukan orifisi saluran akar gigi bukanlah hal yang mudah, khususnya

pada gigi yang telah direstorasi berulang, karies, dan gigi yang telah dirawat saluran

akarny, dimana anatomi normalnya telah disamarkan oleh perubahan yang terjadi

berupa kalsifikasi pada kamar pulpa. Gigi molar satu mandibula permanen dapat

memiliki jumlah orifisi yang beranekaragam dari dua hingga lima orifisi. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui vatiasi jumlah orifisi, baik di mesial, maupun

distal gigi molar satu mandibula permanen, serta untuk melihat hubungan antara

jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi. Jenis

penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional.

Sampel yang digunakan adalah 25 gigi molar satu mandibula permanen (kiri dan

kanan). Penelitian ini dilakukan dengan memotong gigi secara horizontal pada titik

terendah cemento enamel junction, ekstirpasi saluran akar, dan pengamatan dengan

kaca pembesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi jumlah orifisi gigi molar

satu mandibula permanen yang ditemukan adalah orifisi dua (44%), tiga (48%), dan

empat (8%). Variasi jumlah orifisi mesial adalah orifisi satu (44%) dan dua (56%).

Variasi jumlah orifis distal adalah orifisi satu (92%) dan dua (8%). Tidak ada

(3)

orifisi (P=0,289). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

variasi jumlah orifisi pada gigi molar satu mandibula permanen. Tidak ada hubungan

antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi.

Kata kunci : Orifisi gigi, jumlah orifisi gigi, jumlah akar gigi, gigi molar satu

mandibula permanen

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Juni 2014

Pembimbing: Tanda tangan

1. Rehulina Ginting, drg., M.Si

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 3 Juli 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Rehulina Ginting, drg., M.Si

ANGGOTA : 1. Yendriwati, drg., M.Kes

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karuniaNya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rehulina Ginting, drg., Msi.,

selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan masukan, bimbingan, arahan, saran, waktu yang sangat berguna dalam

meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Pada

kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp. Ort, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi USU.

2. Seluruh staf pengajar Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi

USU yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian

skripsi.

3. Staf Departemen Biologi Oral, khususnya Kak Ngaisah dan Kak Dani yang

telah membantu dalam hal administrasi penulis sehingga skripsi ini selesai.

4. Prof. Trimurni Abidin, drg. M.Kes, Sp.KG(K) selaku Dosen Pembimbing

Akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani

pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi USU atas bimbingan yang

telah diberikan selama penulis menjalani kuliah.

6. Bu Maya dan dr. Juliandi Harahap, MA yang telah memberikan waktu dan

bimbingan dalam rancangan penelitian dan pengolahan data.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayah Sarjana Ginting dan Ibu

Anilonna Panjaitan yang selalu memberikan semangat, nasehat, kesabaran, doa, kasih

(7)

menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada

abang dan adik tersayang Yosua Ginting dan Monica Ginting serta kakek dan nenek

tercinta Paksana Ginting, Taty Karniati, AHM Panjaitan dan Tiodor br Hutapea untuk

semua doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya

10. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Cynthia, Dea, Nurul, Ivan, Brian,

Vincent, Beactris, Jessica, Aryani yang telah bersedia meluangkan waktu dalam

membantu penelitian. Serta teman-teman yang membuat skripsi di Departemen

Biologi Oral yaitu May, Yosua, Cindy, Michelle, Aryani, Bang Wanda, Colvin, dan

Ervi yang telah memberikan semangat tiada henti kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan

skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan mahasiswa.

Medan, ………… 2014 Penulis,

(………..) Joseph Dede Hartanta Ginting

(8)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

(9)

2.4.6 Saluran Kanal Aksesori ... 11

2.5 Kalsifikasi Pulpa ... 12

2.6 Gigi Molar Satu Permanen ... 12

2.6.1 Gigi Molar Satu Maksila Permanen ... 13

2.6.2 Gigi Molar Satu Mandibula Permanen... 14

2.7 Kerangka Teori ... 17

2.8 Kerangka Konsep ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 22

3.6 Definisi Operasional... 23

3.7 Bahan dan Alat Penelitian ... 24

3.7.1 Bahan Penelitian... 24

3.7.2 Alat Penelitian ... 24

3.8 Prosedur Penelitian... 26

3.9 Pengolahan dan Analisa Data... 31

3.10 Kerangka Penelitian ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

BAB V PEMBAHASAN ... 38

(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen ... 35

2 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Mesial Gigi Molar Satu

Mandibula Permanen ... 36

3 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Distal Gigi Molar Satu

Mandibula Permanen ... 36

4 Uju Korelasi Hubungan Jumlah Akar Dengan Jumlah Orifisi Gigi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Anatomi gigi ... 6

2 Komponen saluran akar gigi ... 8

3 Jumlah orifisi pada gigi mandibula ... 8

4 Orifisi terletak pada floor wall junction ... 10

5 Orifisi terletak pada sudut antara lantai kamar pulpa dan FWJ ... 10

6 Orifisi terletak pada developmental root fusion line ... 11

7 Hukum kesimetrisan letak orifisi gigi ... 11

8 Anatomi gigi molar satu maksila permanen ... 13

9 Anatomi gigi molar satu mandibula permanen ... 14

10 Variasi jumlah orifisi molar satu mandibula permanen ... 15

11 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ... 25

12 Pembersihan sampel gigi dengna bur sikat dan bubuk pumice ... 26

13 Pencucian sampel gigi dibawah air mengalir ... 26

14 Perendaman gigi didalam NaOCl 5,25% ... 27

15 Pengamatan dan pencatatan jumlah akar gigi ... 27

16 Penandaan sampel gigi dengan pensil... 28

17 Sampel gigi yang sudah ditanam ... 28

18 Pemotongan sampel dengan menggunakan bur disc ... 29

19 Irigasi NaOCl kedalam kamar pulpa... 29

20 Pencarian orifisi dengan eksplorer endodontik ... 30

21 Pencarian orifisi dengan gates glidden bur ... 30

(13)

23 Pengamatan jumlah orifisi dengan menggunakan kaca pembesar ... 31

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Skema alur pikir

2 Tabel hasil pengamatan gigi molar satu mandibula permanen

3 Tabel gambar hasil penelitian

4 Hasil statistik penelitian

(15)

Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2014

Joseph Dede Hartanta Ginting

Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

viii + 47 halaman

Perawatan saluran akar sering mengalami kegagalan, yang umumnya

disebabkan oleh ketidakmampuan dokter gigi dalam menemukan orifisi dari saluran

akar gigi. Menemukan orifisi saluran akar gigi bukanlah hal yang mudah, khususnya

pada gigi yang telah direstorasi berulang, karies, dan gigi yang telah dirawat saluran

akarny, dimana anatomi normalnya telah disamarkan oleh perubahan yang terjadi

berupa kalsifikasi pada kamar pulpa. Gigi molar satu mandibula permanen dapat

memiliki jumlah orifisi yang beranekaragam dari dua hingga lima orifisi. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui vatiasi jumlah orifisi, baik di mesial, maupun

distal gigi molar satu mandibula permanen, serta untuk melihat hubungan antara

jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi. Jenis

penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional.

Sampel yang digunakan adalah 25 gigi molar satu mandibula permanen (kiri dan

kanan). Penelitian ini dilakukan dengan memotong gigi secara horizontal pada titik

terendah cemento enamel junction, ekstirpasi saluran akar, dan pengamatan dengan

kaca pembesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi jumlah orifisi gigi molar

satu mandibula permanen yang ditemukan adalah orifisi dua (44%), tiga (48%), dan

empat (8%). Variasi jumlah orifisi mesial adalah orifisi satu (44%) dan dua (56%).

Variasi jumlah orifis distal adalah orifisi satu (92%) dan dua (8%). Tidak ada

(16)

orifisi (P=0,289). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

variasi jumlah orifisi pada gigi molar satu mandibula permanen. Tidak ada hubungan

antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi.

Kata kunci : Orifisi gigi, jumlah orifisi gigi, jumlah akar gigi, gigi molar satu

mandibula permanen

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, terjadi perubahan terhadap strategi perawatan gigi dimana pasien

dan klinisi lebih berminat untuk mempertahankan gigi dengan perawatan konservatif

dan menjadikan ekstraksi gigi sebagai pilihan terakhir dalam perawatan.1

Perawatan endodonti atau perawatan saluran akar adalah prosedur perawatan

secara kimia dan mekanis yang dapat diterima secara biologis pada saluran akar

untuk mengeliminasi penyakit pulpa dan periradikular serta untuk mempromosikan

penyembuhan dan perbaikan jaringan radikular. Perawatan saluran akar memiliki

tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga sering terjadi kegagalan dalam perawatan.2,3

Penelitian Tavares dkk (2009) pada 1035 gigi yang telah dirawat saluran akar

di Perancis menunjukkan bahwa tingkat kegagalan perawatan saluran akar mencapai

34%. Kegagalan dalam perawatan endodonti dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu : pembersihan dan pengisian yang tidak adekuat pada saluran akar, restorasi

mahkota yang tidak memadai, serta pengetahuan yang tidak adekuat mengenai

anatomi saluran akar yang dapat menyebabkan adanya saluran akar yang tidak

terawat dalam perawatan endodonti. 4,5 Penelitian Hoen dkk (2002) pada 1100 kasus

perawatan endodonti yang mengalami kegagalan menunjukkan bahwa 42% dari

penyebab kegagalan disebabkan oleh adanya saluran akar yang tidak terawat.6 Dalam

melakukan perawatan endodonti, jumlah dan letak dari orifisi saluran akar pada gigi

yang akan dirawat tidak dapat diprediksi, khususnya pada gigi yang telah direstorasi

berulang kali, karies, dan gigi yang telah dipreparasi saluran akarnya, dimana anatomi

normal dari gigi telah tersamarkan oleh perubahan yang terjadi, seperti :

pembentukan dentin sekunder dan tersier.6,7

Penelitian Ahmed, dkk (2009) menyatakan bahwa gigi yang paling sering

mendapat perawatan endodonti adalah gigi molar satu mandibula, karena gigi molar

(18)

dan memiliki variasi anatomis yang beranekaragam.8 Secara umum, gigi molar satu

mandibula memiliki dua akar , dengan satu saluran akar di akar distal dan dua saluran

akar pada akar mesial, akan tetapi berbagai variasi anatomis dapat dijumpai pada gigi

ini, khususnya variasi dalam hal jumlah dari orifisi saluran akarnya. Ahmed, dkk

(2013) pada penelitiannya di India menunjukkan bahwa dapat terjadi variasi jumlah

orifisi saluran akar yang beranekaragam pada gigi molar satu mandibula

permanen.9,10,11

Kurangnya pengetahuan mengenai variasi jumlah dari orifisi saluran akar dapat

mengakibatkan terjadinya peningkatan resiko kegagalan perawatan saluran akar

khususnya pada gigi molar satu mandibula permanen.8 Oleh karena itu, dibutuhkan

pengetahuan yang adekuat mengenai variasi jumlah dari orifisi saluran akar gigi ini

untuk mendukung keberhasilan dalam perawatan endodonti secara visual.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian jumlah

orifisi gigi molar satu mandibula permanen.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Berapakah jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen di Medan ?

2. Berapakah jumlah orifisi mesial gigi molar satu mandibula permanen di

Medan ?

3. Berapakah jumlah orifisi distal gigi molar satu mandibula permanen di Medan?

4. Apakah terdapat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula

permanen dengan jumlah orifisi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu

tujuan umum dan khusus :

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk melihat variasi orifisi gigi molar

(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus, yaitu :

1. Untuk melihat variasi jumlah orifisi mesial pada gigi molar satu

mandibula permanen di Medan.

2. Untuk melihat variasi jumlah orifisi distal pada gigi molar satu mandibula

permanen di Medan.

3. Untuk melihat hubungan jumlah akar gigi molar satu mandibula

permanen dengan jumlah orifisi.

1.4 Hipotesa Penelitian

Ada hubungan jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah

orifisi

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran

gigi, khususnya dibidang biologi oral dan ilmu konservasi gigi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Sebagai informasi mengenai jumlah orifisi gigi molar satu mandibula di Medan

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi Gigi

Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral.

Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi

kedalam jaringan mesenkim disekitar maksila dan mandibula yang kemudian akan

membentuk benih gigi.12

Benih gigi kemudian akan melalui tahap perkembangan yang disebut tahap

bud, pada tahap ini terjadi perkembangan sel epitel yang dikelilingi oleh sel

mesenkim. Secara bertahap sel epitel yang berbentuk bulat ini semakin membesar

hingga memperoleh bentuk permukaan yang cekung yang merupakan pertanda

dimulainya tahap perkembangan selanjutnya, yaitu tahap cap. Pada tahap cap sel

epitel berkembang menjadi organ enamel dan sel mesenkim berkembang menjadi

papila dental yang akan berkembang menjadi pulpa, jaringan yang mengelilingi

kedua struktur ini disebut folikel dental. Folikel dental nantinya akan berkembang

menjadi sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar.12

Setelah tahap cap gigi memasuki tahap morfodiferensisasi dan

histodiferensiasi yang disebut tahap bell, pada tahap ini enamel organ telah

berdifferensiasi menjadi sel epitel enamel dalam yang mengelilingi organ enamel dan

sel epitel enamel luar yang akan berkembang menjadi ameloblas yang membentuk

enamel pada mahkota gigi, sedangkan papila dental berkembang membentuk pulpa

dan odontoblas yang akan berkembang lebih lanjut menjadi dentin.12

2.2 Pembentukan Akar

Seiring dengan pembentukan mahkota, terjadi proliferasi sel yang berlanjut pada bagian servikal atau dasar dari organ enamel, dimana sel epitel enamel luar dan

dalam bergabung dan membentuk sarung akar. Ketika mahkota selesai terbentuk, sel

(21)

sarung epitel akar atau sering disebut juga sarung akar hertwig’s, yang

perkembangannya akan menentukan panjang, kelengkungan, ketebalan serta jumlah

dari akar gigi. 12

Seiring pembentukan dentin pada bagian akar, sarung akar mendeposit

sementum intermediat , kemudian sarung akar memecah dan membentuk epithelial

rest, yang kemudian berpindah ke daerah folikular. Di daerah folikular sel mesenkim

dari folikel gigi bergerak diantara epithelial rest kearah permukaan akar gigi,

kemudian berdifferensiasi menjadi sementoblas dan mulai mensekresi sementoid

pada permukaan dari sementum intermediat. Sementoid adalah sementum yang

belum terkalsifikasi yang nantinya akan berkalsifikasi menjadi sementum.12

2.3 Anatomi Gigi

Berdasarkan anatomi eksternalnya, gigi dibagi atas tiga bagian, yaitu :

mahkota, servikal gigi/cemento enamel junction, dan akar gigi. Mahkota gigi adalah

bagian gigi yang dapat dilihat pada rongga mulut yang dilapisi oleh enamel. Gigi

geligi memiliki bentuk mahkota yang beranekaragam, sesuai dengan fungsinya di

dalam rongga mulut.13

Secara histologis, lapisan gigi tersusun atas empat jaringan utama : enamel,

dentin, sementum, dan pulpa. Enamel, dentin, dan sementum merupakan jaringan

keras gigi yang mengandung mineral dan material inorganik, sedangkan pulpa

merupakan jaringan lunak yang mengandung jaringan ikat, jaringan saraf dan

pembuluh darah.14 Berbeda dengan mahkota gigi, Akar gigi adalah bagian dari gigi

yang diselimuti oleh sementum.13

Enamel adalah jaringan bewarna putih dan merupakan jaringan paling keras

pada tubuh manusia yang melindungi permukaan eksternal dari mahkota anatomis

gigi. Sementum adalah jaringan keras yang menyelimuti akar gigi, dan memiliki

ketebalan yang sama dengan tulang. Dentin adalah jaringan keras bewarna kuning

yang berada dibawah lapisan enamel dan sementum, yang menyusun sebagian besar

dari mahkota dan akar gigi (gambar 1). Ditengah-tengah dentin terdapat jaringan

(22)

yang disebut pulpa (gambar 1). Dentin dan pulpa tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang, kecuali pada gigi yang telah dipotong, dipreparasi, ataupun mengalami

karies yang dalam.13,14

Berdasarkan waktu pembentukannya didalam gigi, dentin dibagi menjadi tiga

jenis, yaitu : dentin primer, dentin sekunder, dan dentin tersier. Dentin primer adalah

dentin yang terbentuk didalam gigi sebelum foramen apikal terbentuk sempurna.

Dentin sekunder adalah dentin yang terbentuk didalam gigi setelah foramen apikal

terbentuk sempurna, dan pembentukannya berlanjut seumur hidup. Dentin tersier

adalah dentin yang terbentuk pada daerah tertentu sebagai respon terhadap injuri pada

dentin yang terpapar pada daerah tersebut.13 Pembentukan dentin sekunder dan dentin

tersier dapat menyebabkan volume kamar pulpa semakin mengecil dan pencarian

orifisi saluran akar menjadi semakin sulit.15

Gambar 1. Anatomi gigi.16

2.4 Komponen Saluran Akar Gigi

Ruang pulpa dibagi menjadi dua bagian, yaitu pulpa korona (kamar pulpa)

dan pulpa akar (saluran akar). Gambaran lainnya adalah tanduk pulpa, orifisi , saluran

akar aksesoris (lateral), dan foramen apikalis.9

Seiring dengan bertambahnya usia, volume ruang pulpa semakin berkurang

(23)

secara perlahan-lahan, dan meningkat setelah usia 35-40 tahun. Deposit dentin

sekunder dapat menutupi orifisi saluran akar, sehingga menyebabkan pencarian

orifisi saluran akar menjadi lebih sulit.15

2.4.1 Tanduk Pulpa

Tanduk pulpa adalah proyeksi kecil dari jaringan pulpa vital yang berada tepat

dibawah cusp atau developmental lobe.17 Walaupun tanduk pulpa berbeda ketinggian

dan lokasinya, tanduk pulpa tunggal cenderung berhubungan dengan tiap tonjol gigi

posterior, sementara tanduk pulpa mesial dan distal cenderung terletak pada insisivus.

Secara umum, tanduk pulpa gigi berusia muda terletak paling tinggi, tetapi pada gigi

yang berusia lebih tua ketinggiannya menurun ke arah margin servikal .9

2.4.2 Kamar Pulpa

Kamar pulpa adalah ruangan di dalam gigi yang berisi pulpa dan dikelilingi

oleh dentin. (gambar 3).17 Bentuk kamar pulpa, baik dalam arah longitudinal maupun

dalam dimensi potongan melintangnya, bergantung pada bentuk mahkota; konfigurasi

ini bervariasi sesuai proses penuaan dan/atau iritasi yang mengenainya.9 Pada dasar

kamar pulpa terdapat orifisi yang merupakan jalan masuk kedalam saluran akar.7

2.4.3 Saluran Akar

Saluran akar adalah saluran utama yang berada didalam akar gigi yang berisi

jaringan pulpa. Saluran akar berada sepanjang akar, dimulai sebagai orifisi berbentuk

corong dan keluar sebagai foramen apikalis (gambar 3).9

Bentuk saluran akar bervariasi sesuai dengan bentuk, lengkung, dan besarnya

akar. Ketidakteraturan dan penyimpangan pada anatomis saluran akar adalah hal yang

(24)

Gambar 2. Komponen saluran akar gigi.18

2.4.3.1 Orifisi Saluran Akar

Orifisi saluran akar adalah lubang jalan masuk ke dalam saluran akar.18 Orifisi

merupakan bagian paling atas dari saluran akar gigi, yang dijadikan indikator oleh

dokter gigi dalam mencari saluran akar gigi. Dalam melakukan perawatan saluran

akar, dokter gigi harus mampu menemukan seluruh orifisi untuk mencegah adanya

saluran akar yang tidak terawat, selain itu orifisi saluran akar juga menjadi penentu

dari batas perluasan dari outline form eksternal dari preparasi kavitas pada perawatan

saluran akar.

(25)

Dalam mengidentifikasi jumlah serta letak dari orifisi saluran akar pada gigi

molar mandibula, dapat digunakan hukum anatomis sebagai berikut :

1.Hukum lokasi orifisi 1 : Orifisi dari saluran akar selalu terletak pada floor-

wall junction (gambar 4).

2.Hukum lokasi orifisi 2 : Orifisi dari saluran akar terletak pada sudut yang

dibentuk pada floor-wall junction (gambar 5).

3.Hukum lokasi orifisi 3 : Orifisi dari saluran akar terletak pada terminus dari

developmental root fusion line (gambar 6).

4.Hukum simetris I : Orifisi saluran akar memiliki jarak yang sama dari

garis yang ditarik dari arah mesial-distal sepanjang

lantai kamar pulpa (gambar 7).

5.Hukum simetris 2 : Orifisi dari dari saluran akar terletak pada garis yang

tegak lurus dengan garis yang ditarik dari arah

mesi-distal sepanjang bagian tengah dari lantai kamar

pulpa (gambar 7).

Hukum kesimetrisan dan hukum lokasi orifisi dapat digunakan untuk

mengidentifikasi jumlah dan posisi dari orifisi saluran akar pada gigi, karena

seluruh orifisi hanya dapat ditemukan disepanjang floor-wall junction , dengan

menggunakan hukum lokasi orifisi kedua lokasi pasti dari orifisi saluran akar dapat

ditemukan; sudut vertikal dari bentuk geometrik lantai ruang pulpa yang gelap dapat

(26)

Gambar 4. Orifisi (OL) terletak pada floor-wall junction (FWJ).9

(27)

Gambar 6. Orifisi terletak pada development root fusion line (DRFL).9

Gambar 7. Hukum kesimetrisan letak orofisi gigi.9

2.4.4 Saluran Kanal Aksesori

Saluran kanal aksesori (lateral) adalah cabang lateral dari saluran akar utama

yang membentuk hubungan antara pulpa dan periodonsium (gambar 2). Saluran akar

ini mengandung jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf serta dapat dijumpai di

(28)

dijumpai di sepertiga apeks dan pada gigi posterior. Dengan kata lain, semakin ke

apeks dan semakin ke posterior letak giginya, semakin besar kemungkinan

terdapatnya saluran akar aksesori pada gigi tersebut. 9

2.5 Kalsifikasi Pulpa

Kalsifikasi pulpa adalah proses deposisi substansi yang terkalsifikasi didalam pulpa gigi yang disebabkan oleh proses mineralisasi karena pengaruh berbagai iritan

dan deposisi dari dentin karena proses penuaan. Kalsifikasi pulpa dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu : usia, kekuatan mastikasi , dan iritan jangka panjang

seperti karies yang dalam.15,21,22

Seiring bertambahnya usia, terjadi pengurangan ukuran pulpa gigi karena

deposisi dari dentin sekunder dan dentin tersier. Deposisi dentin sekunder merupakan

bagian dari proses penuaan yang terjadi secara perlahan dan bertahap sepanjang hidup

manusia dan semakin meningkat laju pembentukannya pada usia 35-40 tahun. Lokasi

dari deposit dentin sekunder pada pulpa yang terkalsifikasi ditentukan oleh arah

datangnya tekanan pengunyahan pada gigi tersebut. 15,21

Pada gigi yang terpapar iritan jangka panjang, seperti karies yang dalam, atrisi

maupun tekanan pengunyahan yang berlebih, akan terjadi pembentukan dentin yang

terlokalisir sesuai dengan arah datangnya iritan tersebut, dentin yang terbentuk

disebut dengan dentin tersier atau dentin reparatif. Pembentukan dentin reparatif

bersama dengan dentin sekunder dapat menyebabkan perawatan saluran akar menjadi

semakin sulit, karena pada gigi yang terkalsifikasi ruang pulpa semakin kecil dan

orifisi dapat menjadi tidak terlihat dan semakin sulit untuk ditemukan.15,22

2.6 Gigi Molar Satu Permanen

Gigi molar permanen adalah gigi permanen yang terletak paling posterior dan

memiliki ukuran paling besar diantara seluruh gigi permanen. Gigi molar umumnya

memiliki akar jamak, dimana gigi molar maksila umumnya memiliki tiga akar,

(29)

2.6.1 Gigi Molar Satu Maksila Permanen

Gigi molar satu maksila permanen adalah gigi yang pertama erupsi dan

memiliki ukuran terbesar di rahang atas. Gigi ini memiliki bentuk oklusal yang

rhomboid dan memiliki empat cusp fungsional, dua cusp dibagian bukal (mesiobukal

dan distobukal) dan dua di bagian palatinal (mesiopalatal dan distopalatal) (gambar 8).

Gigi ini umumnya memiliki tiga akar yang terletak di bagian mesiobukal, distobukal,

dan palatal (gambar 8).23

(30)

2.6.2 Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Gigi molar satu mandibula permanen merupakan gigi yang paling sering

direstorasi, dan mendapat perawatan saluran akar. Gigi ini merupakan gigi permanen

yang pertama erupsi di rongga mulut, yaitu pada usia 6-7 tahun.23

Mahkota dari gigi ini memiliki lima cusp fungsional; tiga cusp di bagian bukal

(mesiobukal, distobukal, dan distal) dan dua cusp di bagian lingual (mesiolingual dan

distolingual) (gambar 9). Cusp mesiobukal merupakan cusp yang memiliki ukuran

paling besar dan lebar pada gigi ini.18

(31)

Secara umum, gigi molar satu mandibula memiliki dua akar (gambar 9), satu

di bagian mesial dan satu di distal. Akar mesial pada gigi ini memiliki ukuran yang

lebih lebar dan melengkung ke arah mesial dari garis servikal hingga sepertiga akar,

kemudian melengkung ke arah distal hingga apeks gigi. Gigi molar satu mandibula

permanen juga memiliki variasi jumlah akar yang beranekaragam, dimana dapat

dijumpai jumlah akar lebih dari dua, seperti : akar distal yang bercabang menjadi dua,

ataupun adanya akar tambahan di bagian distolingual yang disebut radix

entomolaris.18,23

Gigi molar satu mandibula umumnya memiliki tiga saluran akar; dua saluran

akar di akar mesial dan satu saluran akar besar berbentuk oval di bagian distal. Pada

akar mesial terdapat saluran akar mesiobukal dan mesiolingual, akan tetapi terkadang

dapat terjadi variasi dimana ditemukan saluran akar tambahan diantaranya yang

disebut saluran akar mesial tengah dengan insidensi hingga 15%. 25

Orifisi dari saluran akar mesial umumnya terpisah satu sama lain dan

dihubungkan oleh developmental groove. Orifisi mesiobukal umumnya berada

dibawah cusp mesiobukal, orifisi mesiolingual terletak pada bagian lingual dari

groove utama, jika terdapat saluran akar mesial tengah, orifisi dari saluran akar ini

terletak pada groove diantara orifisi mesiobukal dan mesiolingual. 26

Jika hanya ditemukan satu saluran akar distal, orifisi nya berbentuk oval dan

terletak pada bagian distal dari groove bukal, meskipun umumnya hanya terdapat satu

saluran akar distal, praktisi tetap harus mencari dengan asumsi adanya saluran akar

tambahan, karena meskipun jarang, dapat terjadi variasi dimana terdapat orifisi

(32)
(33)
(34)

2.8 Kerangka Konsep

Data persentase jumlah orifisi saluran akar pada gigi molar satu

(35)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan

pendekatan cross-sectional yang dimana setiap sampel diperiksa satu kali pada suatu

saat tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi Oral Fakultas

Kedokteran Gigi USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah dua

bulan yaitu bulan Maret sampai April 2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen

yang sudah diekstraksi.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula

yang sudah diekstraksi dan diperoleh dari beberapa tempat praktek dokter gigi dan

(36)

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive

sampling. Consecutive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang sesuai

dengan kriteria pemilihan hingga jumlah sampel terpenuhi.

3.3.2.1 Besar Sampel

Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan banyaknya sampel pada

penelitian ini adalah:22

Besar sampel =

Zα = Derajat kepercayaan penelitian sebelumnya (95% = 1,96)

P = Proporsi penelitian sebelumnya (66 % = 0,66)

Q = 1- P (1-0,66 = 0,34)

D = limit error atau presisi absolut (20%)

Maka, banyak sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

n=

=

=

(37)

Jadi banyaknya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini 22 gigi.

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Gigi molar satu mandibula permanen dengan fraktur pada sepertiga

apikal.

2. Gigi molar satu mandibula permanen dengan karies mencapai enamel.

3. Gigi molar satu mandibula permanen dengan atrisi mencapai enamel.

4. Gigi molar satu mandibula permanen dengan abrasi mencapai enamel

5. Gigi molar satu mandibula permanen dengan restorasi tambalan mencapai

enamel.

3.4.2 Kriteria Eksklusi :

1. Gigi pasca perawatan endodonti.

2. Gigi dengan atrisi patologis.

3. Gigi dengan karies profunda.

4. Gigi yang telah ditrepanasi.

5. Gigi yang telah direstorasi crown dan onlay.

6. Gigi dengan kelainan gigi bawaan seperti mikrodontia dan makrodontia.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah orifisi gigi molar satu

(38)

3.5.3 Variabel Terkendali 1. Teknik pemotongan gigi

2. Teknik ekstirpasi saluran akar (teknik standardized)

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Genetik

• Teknik pemotongan gigi

• Teknik ekstirpasi saluran akar ( teknik standardized)

Variabel Tidak Terkendali :

• Genetik

• Suku

• Jenis kelamin

(39)

3.6 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini yaitu :

1. Gigi molar satu mandibula adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada

urutan keenam dihitung dari garis tengah wajah pada rahang bawah baik kiri

maupun kanan, memiliki lima cusp yaitu cusp mesiobukal, mesiolingual,

distolingual, distobukal, dan distal.

2. Orifisi Saluran akar adalah lubang jalan masuk ke dalam saluran akar.

3. Dentin sekunder adalah dentin yang terbentuk didalam gigi setelah foramen apikal

terbentuk sempurna, dan pembentukannya berlanjut seumur hidup.

4. Dentin tersier adalah dentin yang terbentuk pada daerah tertentu sebagai respon

terhadap injuri pada dentin yang terpapar pada daerah tersebut.

5. Karies superfisial adalah karies yang hanya mengenai enamel gigi.

6. Karies profunda adalah karies yang mencapai pulpa

7. Fraktur gigi adalah terputusnya kontinuitas jaringan gigi yang umumnya

disebabkan oleh trauma.

8. Kalsifikasi pulpa adalah proses kalsifikasi yang terjadi didalam pulpa yang

disebabkan oleh proses mineralisasi sebagai respon terhadap iritan dan proses

penuaan.

9. Abrasi gigi adalah hilangnya struktur gigi akibat keausan mekanik yang abnormal.

10.Atrisi gigi adalah ausnya permukaan gigi akibat kontak yang terjadi antar gigi

maupun antara gigi dengan tambalan karena gerakan pengunyahan.

11.Pumice adalah bahan polish kedokteran gigi yang berbentuk bubuk yang

(40)

3.7 Bahan dan Alat Penelitian 3.7.1 Bahan Penelitian

a. Gigi molar satu mandibula permanen sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

b. Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5,25% ( Baycline, PT. Johnson Home Hygine

Product, Indonesia)

c. Tissue

3.7.2 Alat Penelitan

a. Bur diamond bentuk disc (Microdont, Brazil)

b. Gates glidden bur (Sendoline, Swedia)

c. Bur sikat (dentsply, Amerika)

d. Masker

e. Eksplorer Endodonti (Dentica, Pakistan)

f. Sarung tangan

g. Pinset (Dentica, Pakistan)

h. Jarum Ekstirpasi (IMD, Amerika)

i. Micromotor (Strong, Korea)

j. Spuit 1,5cc (Terumo, Indonesia)

k. Wadah perendaman

(41)

Gambar 11. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian; Mikromotor, strong korea (A), Jarum ekstirpasi (Nerve Broach), IMD-Amerika (B), spuit, terumo-Indonesia (C), Wadah penanaman (D), Kaca Pembesar, Joyko-Cina.

A B

C D

(42)

3.8 Prosedur Penelitian

A. Tahap Pembersihan sampel gigi

• Sampel gigi dibersihkan menggunakan bur sikat dan bubuk pumice (gambar 12).

• Sampel gigi dicuci dibawah air mengalir (gambar 13).

• Sampel gigi dikeringkan dengan tissue.

Gambar 12. Pembersihan sampel gigi dengan bur sikat dan bubuk pumice (dokumentasi).

(43)

B. Tahap Perendaman Sampel Gigi

• Sampel Gigi direndam dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% selama satu jam untuk menghilangkan jaringan yang tersisa

(gambar 14).

• Sampel gigi dicuci dibawah air mengalir.

• Sampel gigi dikeringkan dengan tissue.

Gambar 14. Perendaman sampel gigi didalam NaOCl 5,25% (dokumentasi).

C. Tahap Pengamatan dan Pencatatan Jumlah Akar Sampel Gigi

• Sampel gigi diamati dan dicatat jumlah akarnya (gambar 15).

(44)

D. Tahap Penandaan Sampel Gigi

• Tarik garis horizontal pada setengah apikal gigi untuk panduan dalam penanaman gigi dengan menggunakan pensil (gambar 16).

• Tarik garis horizontal pada titik terendah cemento enamel junction sampel gigi untuk panduan dalam pemotongan gigi dengan

menggunakan pensil (gambar 16).

Gambar 16. Penandaan sampel gigi dengan pensil (dokumentasi).

E. Tahap Penanaman Sampel Gigi

• Aduk dental stone dengan menggunakan rubber bowl dan spatel.

• Tuangkan adonan dental stone kedalam wadah.

• Tanam sampel gigi hingga batas yang telah ditentukan (gambar 17).

(45)

F. Tahap Pemotongan Sampel Gigi

• Potong sampel gigi dengan menggunakan bur disc pada garis yang telah ditentukan (gambar 18).

Gambar 18. Pemotongan sampel dengan menggunakan bur disc (dokumentasi).

G. Tahap Pencarian Orifisi Gigi

• Irigasi ruang pulpa dengan larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% untuk membersihkan debris yang tersisa (gambar 19).

• Keringkan dengan menggunakan pus-pus.

• Lakukan pencarian orifisi dengan menggunakan eksplorer endodonti (gambar 20).

• Jika terjadi kalsifikasi dapat digunakan gates glidden bur (gambar 21).

(46)

Gambar 20. Pencarian orifisi saluran akar gigi dengan eksplorer endodontik (dokumentasi).

Gambar 21. Pencarian orifisi dengan gates glidden bur (dokumentasi).

H. Tahap Ekstirpasi Sampel Gigi

• Ekstirpasi saluran akar yang ditemukan dengan teknik standardized menggunakan file endodonti nomor 15.

• Irigasi saluran akar dengan larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25%

• Ekstirpasi saluran akar dengan file endodonti yang lebih besar

(47)

Gambar 22. Ekstirpasi saluran akar gigi (dokumentasi).

I. Tahap Pengamatan dan Pencatatan Hasil Pengamatan Sampel Gigi

• Amati jumlah orifisi yang telah ditemukan dengan menggunakan kaca pembesar (gambar 23).

• Catat hasil pengamatan pada tabel yang disediakan.

Gambar 23. Pengamatan jumlah orifisi dengan menggunakan kaca pembesar (dokumentasi).

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara komputerisasi dengan

menggunakan program spss versi 17. Pelaporan data penelitian adalah dengan

memaparkan hasil pengamatan jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula

(48)

3.10 Kerangka Penelitian

I. Tahap Pembersihan Gigi dan Pengamatan Jumlah Akar

II. Tahap Penanaman Gigi

III. Tahap Pemotongan gigi

Penanaman gigi kedalam wadah berisi dental stone Pengamatan jumlah akar gigi

Cuci dan keringkan

Rendam dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% Molar Satu Mandibula

Rendam Dalam Larutan Saline (NaCl) 0,9%

Bersihkan dengan menggunakan bur sikat (Dentsply, Amerika)

Cuci dibawah air mengalir

(49)

IV. Tahap Ekstirpasi Saluran Akar

V. Tahap Pengamatan

Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 5,25%

Amati jumlah dari orifisi yang telah ditemukan dengan kaca pembesar (Joyko, Cina)

Potong sampel gigi dengan bur disc (Microdont, Brazil) pada garis yang telah dibuat dari arah mesial-distal.

Cari orifisi dengan explorer endodonti ( Dentica, Pakistan) atau gates glidden bur (Sendoline, Swedia)

Ekstirpasi saluran akar dengan teknik standardized menggunakan file endodonti (IMD, Amerika)

Pencatatan hasil pengamatan.

(50)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi jumlah orifisi gigi molar

satu mandibula permanen. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan

rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

hingga Mei 2014. Subjek yang diteliti adalah sebanyak 25 sampel gigi molar satu

mandibula permanen yang sesuai dengan kriterian inklusi dan eksklusi. Sampel

merupakan gigi molar satu mandibula permanen yang telah dicabut, tanpa informasi

umur, jenis kelamin, dan suku, karena sampel diperoleh berdasarkan gigi yang telah

terkumpul di puskesmas dan praktek dokter gigi di kota Medan tanpa pencatatan

informasi sebelumnya. Jumlah sampel yang digunakan terdiri dari 17 gigi molar satu

mandibula kiri dan 8 gigi molar satu mandibula kanan, dengan satu sampel gigi

memiliki fraktur pada 1/3 apikal.

Sampel yang akan diteliti dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan

bubuk pumis dan bur sikat, kemudian dicuci dibawah air mengalir, selanjutnya

sampel yang telah dibersihkan direndam didalam larutan NaOCl 5,25% dan kembali

dicuci dibawah air mengalir. Sampel yang telah dibersihkan kemudian ditandai,

kemudian ditanam kedalam wadah berisi dental stone.7 Setelah dental stone

mengeras, sampel gigi dipotong pada garis yang telah dibuat pada batas terendah dari

cemento enamel junction dan diirigasi dengan larutan NaOCl 5,25% untuk

membersihkan debris sisa pemotongan, kemudian dikeringkan dengan menggunakan

pus-pus.7 Setelah ruang pulpa dikeringkan, dilakukan pencarian orifisi dengan

menggunakan sonde lurus dan gates glidden bur. Orifisi yang telah ditemukan

kemudian diekstirpasi dengan menggunakan file endodonti hingga file nomor 40 dan

diamati dengan menggunakan kaca pembesar. Hasil pengamatan yang diperoleh

kemudian dicatat didalam tabel pengamatan yang telah disediakan.7 Data hasil

pengamatan kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan program

(51)

4.1 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah orifisi gigi molar satu

mandibula permanen pada sampel penelitian ini ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen.

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 25 sampel gigi, variasi jumlah orifisi

dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi tiga (48%), diikuti oleh jumlah orifisi

dua (44%), dan jumlah orifisi empat (8%). Variasi jumlah orifisi tiga terdiri dari 32%

molar satu mandibula permanen kiri dan 16% kanan. Variasi jumlah orifisi dua terdiri

dari 32% molar satu mandibula permanen kiri dan 12% kanan. Variasi jumlah orifisi

empat terdiri dari 4% molar satu mandibula kiri dan 4% kanan. Pada penelitian ini

tidak ditemukan gigi molar satu mandibula permanen dengan variasi jumlah orifisi

lima.

4.2 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Mesial Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah orifisi mesial gigi

(52)

Tabel 2. Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Mesial Gigi Molar Satu Mandibula

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 25 sampel gigi, variasi jumlah orifisi mesial

dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi dua (56%), diikuti oleh jumlah orifisi

satu (44%). Variasi jumlah orifisi dua terdiri dari 36% molar satu mandibula

permanen kiri dan 20% kanan. Variasi jumlah orifisi satu terdiri dari 32% molar satu

mandibula permanen kiri dan 12% kanan. Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi

molar satu mandibula permanen dengan variasi jumlah orifisi mesial tiga.

4.3 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Distal Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah orifisi distal gigi

molar satu mandibula permanen pada sampel penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Distal Gigi Molar Satu Mandibula

(53)

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 25 sampel gigi, variasi jumlah orifisi distal

dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi satu (92%), diikuti oleh jumlah orifisi

dua (8%). Variasi jumlah orifisi satu terdiri dari 64% molar satu mandibula permanen

kiri dan 28% kanan. Variasi jumlah orifisi dua terdiri dari 4% molar satu mandibula

permanen kiri dan 4% kanan. Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi molar satu

mandibula permanen dengan variasi jumlah orifisi distal tiga.

4.4 Hubungan Jumlah Akar dengan Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen.

Berdasarkan Pengamatan yang telah dilakukan, hubungan jumlah akar dengan

jumlah orifisi dari gigi molar satu mandibula permanen pada sampel penelitian ini

ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Uji Korelasi Hubungan Jumlah Akar Dan Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu

Mandibula Permanen.

Molar Satu Mandibula

Permanen

Jumlah

Akar Jumlah Orifisi Total

(%)

Hasil analisa data menggunakan uji spearman menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah

(54)

BAB 5

PEMBAHASAN

Perawatan saluran akar memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, Tavares dkk

pada tahun 2009 di Perancis menyatakan bahwa tingkat kegagalan dalam perawatan

saluran akar mencapai 34%. Kegagalan dalam perawatan saluran akar dapat

disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: pembersihan dan pengisian saluran akar

yang tidak adekuat, restorasi mahkota gigi yang tidak adekuat, serta sulitnya

menemukan orifisi gigi secara klinis.2,3,4,5

Hoen dkk pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 42% dari 1100 perawatan

endodonti yang gagal disebabkan oleh adanya saluran akar yang tidak terawat. Hal

ini dapat terjadi, karena saat melakukan perawatan saluran akar, jumlah dan letak

dari orifisi saluran akar tidak dapat diprediksi, khususnya pada gigi yang telah

direstorasi berulang kali, karies, dan gigi telah dipreparasi saluran akarnya, dimana

anatomi normal dari gigi telah tersamarkan oleh perubahan yang terjadi, seperti :

pembentukan dentin tersier dan sekunder. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan

dan informasi yang adekuat mengenai variasi jumlah orifisi dari gigi untuk

mendukung keberhasilan dari perawatan saluran akar gigi.6,7

Penelitian Tareen, dkk (2012) pada 290 gigi yang membutuhkan perawatan

endodonti, menunjukkan bahwa gigi yang paling sering mendapat perawatan

endodonti adalah gigi molar satu mandibula permanen (22,75%) , karena gigi ini

adalah gigi yang memiliki durasi paling lama di rongga mulut. Secara umum gigi

molar satu mandibula permanen memiliki dua akar di mesial dan distal, dengan dua

saluran akar pada akar mesial dan satu saluran akar pada akar distal, akan tetapi

dapat terjadi berbagai variasi anatomis pada gigi ini, khususnya dalam hal jumlah

dari orifisi saluran akarnya. Pada umumnya gigi ini memiliki tiga orifisi, dua orifisi

pada akar mesial dan satu orifisi pada akar distal, akan tetapi dapat terjadi variasi

jumlah yang beranekaragam pada gigi ini. Penelitian Ahmed, dkk (2013) pada 100

(55)

pada gigi molar satu mandibula permanen dapat bervariasi hingga lima orifisi dalam

satu gigi. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan yang adekuat mengenai variasi

jumlah orifisi saluran akar pada gigi molar satu mandibula permanen untuk

mendukung keberhasilan dalam melakukan tindakan perawatan saluran akar pada

gigi ini.8,9,10

Berdasarkan hal diatas, penelitian ini dilakuan dengan tujuan untuk melihat

variasi jumlah dari orifisi saluran akar pada gigi molar satu mandibula permanen.

5.1 Variasi Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Keberhasilan dalam melakukan perawatan saluran akar ditentukan oleh

kemampuan dokter gigi dalam menemukan dan merawat seluruh saluran akar yang

ada didalam gigi. Saluran akar gigi terdiri dari : orifisi saluran akar gigi yang terletak

di bagian paling atas dari komponen saluran akar, yang berbentuk lubang dan

merupakan jalan masuk kedalam saluran akar, saluran akar gigi, dan foramen apikal

yang terletak pada bagian paling bawah dari saluran akar (gambar 2). Oleh sebab itu

untuk dapat merawat seluruh saluran akar gigi, dokter gigi harus terlebih dahulu

menemukan seluruh orifisi dari saluran akar gigi.5,7,27

Jumlah orifisi dari gigi sangat beranekaragam dan tidak dapat bervariasi

jumlahnya pada setiap individu. Gigi molar satu mandibula adalah gigi yang paling

sering mendapat perawatan endodonti dan memiliki jumlah orifisi yang bervariasi.

Secara umum literatur menunjukkan bahwa orifisi saluran akar gigi ini berjumlah

tiga hingga empat buah, akan tetapi Ahmed, dkk (2013) pada penelitiannya di India

menunjukkan bahwa, dapat terjadi variasi yang beraneka ragam dalam hal jumlah

orifisi pada gigi ini, dari jumlah orifisi tiga hingga lima dalam satu gigi. 24,25,26 Pada

penelitian ini variasi jumlah orifisi yang ditemukan adalah jumlah orifisi dua, jumlah

orifisi tiga, dan jumlah orifisi empat. Tidak dijumpai gigi molar satu mandibula

permanen dengan jumlah orifisi lima (tabel 1)5,18,26,28,29

Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 25 gigi molar satu

mandibula permanen yang diperoleh dari puskesmas dan praktek dokter gigi di kota

(56)

gigi molar satu mandibula permanen kanan (32%) (tabel 1), yang sesuai kriteria

inklusi dan eksklusi, karena pada gigi ini belum terjadi perubahan terhadap anatomi

dari komponen saluran akar; seperti kalsifikasi yang disebabkan oleh pembentukan

dentin sekunder pada proses penuaan, maupun pembentukan dentin tersier sebagai

respon terhadap trauma. Pada penelitian ini diambil gigi dari kedua regio karena

sulitnya memperoleh sampel yang seragam dan sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi.

Pada hasil penelitian ini (tabel 1) dapat dilihat variasi jumlah orifisi dengan

frekuensi tertinggi adalah gigi molar satu mandibula permanen dengan tiga orifisi

(48%), diikuti oleh jumlah orifisi dua (44%), dan jumlah orifisi empat (8%). Hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Ahmed, dkk. (2013) di

Mumbai India, dimana diperoleh variasi jumlah orifisi dengan frekuensi tertinggi

adalah jumlah orifisi tiga (66%), diikuti oleh jumlah orifisi empat (30%), dan jumlah

orifisi lima (4%).

Akar mesial dari gigi molar satu mandibula permanen umumnya memiliki

orifisi berjumlah dua buah, akan tetapi beberapa laporan kasus menunjukkan bahwa

dapat terjadi variasi yang beranekaragam hingga empat jumlah orifisi dalam satu

akar mesial. 5,18,25,27 Pada penelitian ini variasi jumlah orifisi mesial yang ditemukan

adalah jumlah orifisi mesial satu dan jumlah orifisi mesial dua.

Pada penelitian ini (tabel 2) variasi jumlah orifisi mesial gigi molar satu

mandibula permanen dengan frekuensi tertinggi adalah gigi molar satu mandibula

permanen dengan dua orifisi pada akar mesial (56%), diikuti oleh satu orifisi (44%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Zaatar, dkk. (1998) di Kuwait,

dimana dijumpai persentase gigi dengan jumlah orifisi mesial dua sebanyak 63,3%

dan jumlah orifisi mesial satu sebanyak 34,7%. Pada penelitian ini tidak ditemukan

gigi molar satu mandibula dengan tiga orifisi mesial, meskipun Ahmed, dkk. (2013)

menunjukkan bahwa persentase variasi dari gigi molar satu mandibula permanen

mencapai 15%.26,27,28

Akar distal umumnya memiliki satu orifisi, yang berada di tengah akar distal,

(57)

yang beranekaragam pada akar gigi ini dimana ditemukan variasi hingga tiga orifisi

dalam satu akar distal.5,26,28,29,30

Pada penelitian ini (tabel 3) variasi jumlah orifisi pada akar distal dengan

frekuensi tertinggi pada penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen

dengan satu orifisi distal (92%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh

Pattanshetti, dkk (2008) di Kuwait dimana ditemukan variasi jumlah orifisi saluran

akar pada akar distal dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi satu dengan

persentase sebesar 95,5%. 26

Pada penelitian ini juga ditemukan gigi molar satu mandibula dengan dua

orifisi distal dengan persentase yang jauh lebih sedikit, yaitu sebesar 8% (tabel 3),

berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Ahmed, dkk (2013) di India dimana

ditemukan gigi molar satu mandibula dengan dua orifisi distal mencapai 23%. Pada

penelitian ini tidak ditemukan gigi molar satu mandibula dengan jumlah orifisi distal

tiga, seperti yang ditemukan pada beberapa laporan kasus. 27,28,29,30

Perbedaan variasi jumlah orifisi yang ditemukan pada penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh divergensi ras, dimana pada penelitan

sebelumnya oleh Ahmed, dkk. (2013) penelitian dilakukan pada populasi di India,

sedangkan penelitian ini dilakukan pada populasi di Indonesia, dimana sebelumnya

belum pernah dilakukan penelitian mengenai jumlah orifisi di Indonesia. Chourasia,

dkk. (2012) pada penelitiannya di India menyatakan bahwa populasi di India

cenderung memiliki persentase kemunculan jumlah saluran akar empat yang lebih

tinggi (36%).28,29

Perbedaan persentase variasi jumlah orifisi gigi molar satu mandibula

permanen pada penelitian ini dan penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh

perbedaan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian, dimana penelitian

sebelumnya menggunakan jumlah sampel sebanyak 100 gigi molar satu mandibula,

sedangkan pada penelitian ini menggunakan 25 gigi molar satu mandibula, tanpa

mempertimbangkan suku, jenis kelamin, dan genetik. Oleh sebab itu, dapat

dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor-faktor yang dapat

(58)

Uji korelasi Spearman jumlah akar dengan jumlah orifisi gigi molar satu

mandibula permanen pada penelitian ini (tabel 4) menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara jumlah akar dengan jumlah orifisi gigi molar satu mandibula

permanen (p>0,05) (H0 ditolak), dimana dari 25 sampel gigi molar satu mandibula

permanen dengan akar dua yang diteliti, ditemukan jumlah orifisi dengan variasi

yang beraneka ragam. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dari akar gigi tidak

menentukan jumlah orifisi yang terdapat didalam gigi tersebut, oleh sebab itu jumlah

akar gigi tidak dapat dijadikan pedoman dalam menentukan variasi jumlah orifisi

yang terdapat didalam gigi tersebut.

Jumlah dari orifisi saluran akar gigi sering diidentikkan dengan jumlah dari

saluran akar gigi, akan tetapi American Association of Endodontics (2010)

menyatakan bahwa jumlah dari orifisi tidak selalu sama dengan jumlah dari saluran

akar yang terdapat dibawahnya, dimana dapat ditemukan lebih dari satu saluran akar

pada satu orifisi. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan terhadap saluran

akar gigi, oleh sebab itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara

jumlah orifisi gigi dengan jumlah dari saluran akar gigi, dapat dilakukan penelitian

lebih lanjut.31

Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak metode yang dapat

digunakan untuk mengamati anatomi orifisi saluran akar gigi, salah satunya adalah

dengan menggunakan radiografi. Salah satu teknik radiografi yang dapat digunakan

untuk mengamati anatomi saluran akar adalah CBCT ( Cone Beam Computed

Tomography). Penggunaan CBCT menghasilkan gambaran radiografi dengan

resolusi ketajaman gambar yang tinggi, sehingga memungkinkan pengamatan yang

(59)

Gambar 24. Hasil penggunaan CBCT untuk melihat jumlah orifisi gigi.33

Dengan menggunakan CBCT, dokter gigi dapat mengetahui jumlah orifisi

dari gigi yang akan dirawat sebelum melakukan perawatan endodonti pada gigi

tersebut.32,33 Dengan mengetahui jumlah dan lokasi dari orifisi saluran akar dari gigi

yang akan dirawat, dokter gigi dapat merawat seluruh saluran akar dengan lebih

efisien dan akurat, dan mencegah adanya saluran akar yang terlewat dalam

(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Variasi jumlah orifisi pada gigi molar satu mandibula permanen

adalah variasi jumlah orifisi dua (44%), jumlah orifisi tiga (48%), dan jumlah orifisi

empat (8%), tidak dijumpai variasi jumlah orifisi lima.

2. Variasi jumlah orifisi mesial pada gigi molar satu mandibula

permanen adalah variasi jumlah orifisi satu (44%) dan jumlah orifisi dua (56%), tidak

dijumpai variasi jumlah orifisi mesial tiga.

3. Variasi jumlah orifisi distal pada gigi molar satu mandibula permanen

adalah jumlah orifisi satu (92%) dan jumlah orifisi dua (8%), tidak dijumpai variasi

jumlah orifisi distal tiga.

4. Tidak ada hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula

permanen dengan jumlah orifisi (P=0,289).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan hal-hal sebagai

berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi jumlah orifisi

gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah sampel yang lebih banyak

dengan menggunakan Cone Beam Computed Tomography (CBCT).

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh jenis

kelamin, gen, dan suku terhadap jumlah orifisi gigi molar satu mandibula

(61)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tareen SU, Quareshi A, Rehman S. Frequency and distribution of teeth

requiring endodontic treatment in patients attending a free dental camp in

peshawar. JKCD 2012; 3: 7.

2. Chng HK, Chen NN, Koh ET, Lam EC, Lim KC, Sum CP. Guidelines for root

canal treatment. SDJ 2004; 26: 60.

3. Tavares PB, Bonte E, Boukpessi T, Siqueira JF, Lasfargues JJ. Prevalence of

apical periodontitis in root canal-treated teeth from the urban french

population: influence of the quality of root canal fillings and coronal

restorations. JOE 2009; 35: 811

4. Khan M, Rehman K, Saleem M. Causes of edodontic treatment failure – a

study. Pakistan Oral Dent Jr 2010; 30: 232-6.

5. Cantatore G, Berutti E, Castellucci A. Missed anatomy : frequency and

clinical impact. Endod Topics 2009; 15: 3, 12-3, 20-7.

6. Hoen MM, Pink FE. Contemporary endodontics retreatments : an analysis

based on clinical treatment findings. JOE 2002; 28: 835.

7. Krasner P. Rankow HJ. Anatomy of pulp-chamber floor. Jendodon 2004; 30:

5-10.

8. Ahmed H, Sadaf D, Rahman M. Frequency and distribution of endodontically

treated teeth. JCPSP 2009; 19: 606.

9. Welton RE, Torabinejad M. Prinsip & praktik ilmu endodonsia. Alih Bahasa.

Sumawinata N. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008: 33-4, 194-5,

220, 614-6.

10.Ballullaya SV, Vemuri S, Kumar PR. Variable permanent mandibular first

molar: review of literature. J Conserv Dent 2013; 1-2.

11.Ahmed SA, Pawar MG. An in vivo study of variations in canal anatomy of

maxillary and mandibular first molar using surgical operating microscope.

(62)

12.Avery JK, Chiego DJ. Essentials of oral histology and embryology : a clinical

approach. Missouri: Mosby, 2006: 64-75.

13.Short MJ, Goldstein DL. Head, Neck & Dental Anatomy. Canada: Delmar,

2002: 24-8.

14.Woelfel JB, Scheld RC. Dental Anatomy : its relevance to dentistry. Maryland:

Lippincott Williams & Wilkins, 2002: 81-2.

15.Mahajan P, Monga P, Bahunguna N, Bajaj N. Principles of calcified canals.

IJDS 2010 ; 2: 3-5.

16.Tewari S, Garg A, Garg N. Textbook of endodontics. 2nd. New Delhi: Jaypee,

2010 : 47.

17.Babbush CA, Fehrenbach MJ, Emmons M, Nunez DW. Mosby’s dental

dictionary. 2nd. Missouri: Mosby, 2008: 107, 321.

18.Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 10th. , Missouri: Mosby,

2011: 138.

19.Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Alih Bahasa. Sumawinata N.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 218.

20.Carrotte P. Endodontics: part 4 morphology of the root canal system. British

Dental Journal. 2004: 379-83.

21.Segner S, Cobankara FK, Akgunlu F. Calcifications of the pulp chamber :

prevalence and implicated factor. J Clin Oral Invest 2009; 13: 209-15.

22.Haque S, Hossain MZ. Pulp Calcification: case reports with difficult

endodontic problem. City Dental College J 2012; 9: 19-22.

23.Balogh MB, Fehrenbach MJ. Dental embryology, histology, and anatomy.

2nd. Missouri: Elsevier, 2006: 305-8.

24.Fehrenbach MJ. Dental anatomy coloring book. Missouri: Elsevier, 2008:

145-9.

25.Poorni S, Kumar RA, Indira R. Canal complexity of a mandibular first molar:

J Conserv Dent 2009; 37-40.

26.Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 9th. Missouri: Mosby, 2009:

(63)

27.Margarit R, Andrei OC. Anatomical variations of mandibular first molar and

their implications in endodontic treatment. Rom J Morphol Embryol 2011;

1389-92.

28. Ahmed SA, Pawar MG. An in vivo study of variations in the canal anatomy

of maxillary and mandibular first molar using surgical operating microscope.

WJD 2013; 47-54.

29.Chourasia H, Meshram GK, Warhadpande M, Dakshindas D. Root canal

morphology of mandibular first permanent molars in an indian population. Int

Jour Dent 2012; 1-5.

30.Razmi H, Shokouhinejad N, Hooshyar M. An in vitro study of the number of

distal roots and canals in mandibular first molars in iranian population. IEJ

2008; 126-8.

31.American Association of Endodontics. Access Opening and canal location.

Endodontics : Colleagues for Excellence 2010: 1-6

32.American Association of Endodontics. Cone Beam Computed Tomography

in Endodontics. Endodontics : Colleagues for Excellence 2011: 1-6

33. Pablo OV, dkk. CBCT study of root canal morphology of mandibular first

(64)

Lampiran 1

Skema Alur Pikir

1. Perawatan endodonti atau perawatan saluran akar adalah prosedur perawatan secara

kimia dan mekanis yang dapat diterima secara biologis pada saluran akar untuk mengeliminasi penyakit pulpa dan periradikular serta untuk mempromosikan penyembuhan dan perbaikan jaringan radikular. (Chng H, dkk 2004)

2. Perawatan saluran akar memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga sering

terjadi kegagalan dalam perawatan. (Tavares, dkk 2009)

3. Kegagalan dalam perawatan endodonti dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu : pembersihan dan pengisian yang tidak adekuat dari saluran akar, restorasi mahkota yang tidak memadai, serta pengetahuan yang tidak adekuat mengenai anatomi saluran akar. (Cantatore G, dkk 2009, Khan M, dkk 2010)

4. 42% dari kegagalan perawatan endodonti disebabkan oleh adanya saluran akar yang

tidak terawat. (Hoen,dkk 2002)

5. Jumlah dari orifisi sakuran akar gigi tidak dapat diprediksi, khususnya pada gigi

yang telah direstorasi berulang, karies.dan gigi yang telah dipreparasi saluran akarnya, dimana anatomi normal dari gigi telah disamarkan oleh kalsifikasi. (Krasner, dkk 2004)

6. Gigi yang paling sering mendapat perawatan endodonti adalah gigi molar satu

mandibula, karena gigi molar satu mandibula adalah gigi yang memiliki durasi paling lama didalam rongga mulut dan memiliki variasi anatomis yang beranekaragam (Ahmed,dkk 2009)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti variasi jumlah orofisi

dari gigi molar satu mandibula permanen. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh

(65)

Masalah

1. Berapakah jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula

permanen ?

2. Berapakah jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula

permanen ?

3. Berapakah jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula

permanen ?

4. Apakah terdapat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi ?

Tujuan

1. Untuk melihat variasi jumlah orifisi baik mesial maupun distal pada gigi molar satu mandibula permanen

2. Untuk melihat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula

permanen dengan jumlah orifisi

Manfaat

1. Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan

kedokteran gigi, khususnya dibidang biologi oral dan ilmu konservasi gigi.

2. Sebagai informasi mengenai variasi jumlah orifisi saluran akar gigi

(66)
(67)

Lampiran 2

Tabel Hasil Pengamatan Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

No. Sampel

Molar Satu Mandibula

(68)

11. Sampel 11

12. Sampel 12

13. Sampel 13

14. Sampel 14

15. Sampel 15

16. Sampel 16

17. Sampel 17

18. Sampel 18

19. Sampel 19

20. Sampel 20

21. Sampel 21

22. Sampel 22

23. Sampel 23

24. Sampel 24

(69)

KETERANGAN :

A. Gigi molar satu mandibula permanen dengan tiga orofisi. (M = Mesial, D = Distal) B. Gigi molar satu mandibula permanen dengan empat orofisi. (M = Mesial, D = Distal)

C.Gigi molar satu mandibula permanen dengan dua akar. (M = Mesial, D = Distal) D.Gigi molar saru mandibula permanen dengan tiga akar. (M = Mesial, D = Distal)

A B

(70)

Lampiran 3

Tabel Gambar Hasil Penelitian

Tabel Gambar Hasil Penelitian Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Kiri

No Sampel Pengamatan

(71)

5. Sampel 6

3

6. Sampel

7

2

7. Sampel

9

2

8. Sampel

10

3

9. Sampel

11

3

10. Sampel 12

(72)

11. Sampel 13

2

12. Sampel 16

3

13. Sampel 17

3

14. Sampel 19

2

15. Sampel 21

4

16. Sampel 22

(73)

17. Sampel 23

2

Tabel Gambar Hasil Penelitian Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Kanan

No Sampel Pengamatan

(74)

5. Sampel 18

2

6. Sampel

20

3

7. Sampel

24

3

8. Sampel

25

(75)

Lampiran 4

Normal Parametersa,b Mean 2.04 2.64

Std. Deviation .200 .638

Kolmogorov-Smirnov Z 2.696 1.411

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .037

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Correlations Spearman's rho Jumlah Akar Molar

(76)

Gambar

Gambar Halaman
Gambar 1. Anatomi gigi.16
Gambar 2. Komponen   saluran   akar   gigi.18
Gambar 4. Orifisi (OL) terletak pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3 : Resorpsi pada permukaan distal akar gigi molar dua desidui akibat gigi molar pertama permanen kanan maksila erupsi ektopik.. gigi molar

Ernawati Lubis : Tinjauan Radiologis Kista Paradental Pada Gigi Molar Mandibula, 2000... Ernawati Lubis : Tinjauan Radiologis Kista Paradental Pada Gigi Molar

Tujuan penelitian untuk mendapatkan data kondisi gigi molar satu permanen non vital serta pilihan rencana perawatan yang dilakukan untuk gigi molar satu permanen non vital pada

Gulabivala (2001) melakukan penelitian terhadap gigi molar mandibula dan mengungkapkan tujuh konfigurasi tambahan.Tipe I: tiga saluran akar yang terpisah dari

Dari 164 pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula di BP-RSGM Manado pada tahun 2012 tersebut jumlah pasien yang paling banyak melakukan pencabutan gigi molar

Berdasarkan data pengukuran saluran akar gigi molar pertama permanen rahang bawah pada lampiran B diperoleh data rata-rata panjang saluran akar mesial pada sampel

Hasil analisis data penelitian ini yaitu ada hubungan antara pengetahuan siswa tentang gigi molar satu permanen dengan karies molar satu permanen pada siswa kelas VIII

Berkebalikan dari distal crown tipping, perbaikan inklinasi gigi molar dengan mesial root tipping dapat menyebabkan pengurangan celah di mesial gigi molar yang mengalami