JUMLAH ORIFISI GIGI MOLAR SATU MANDIBULA
PERMANEN DI MEDAN (IN VITRO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
JOSEPH DEDE HARTANTA GINTING
NIM: 100600042
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kedokteran Gigi
Bagian Biologi Oral
Tahun 2014
Joseph Dede Hartanta Ginting
Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen
viii + 47 halaman
Perawatan saluran akar sering mengalami kegagalan, yang umumnya
disebabkan oleh ketidakmampuan dokter gigi dalam menemukan orifisi dari saluran
akar gigi. Menemukan orifisi saluran akar gigi bukanlah hal yang mudah, khususnya
pada gigi yang telah direstorasi berulang, karies, dan gigi yang telah dirawat saluran
akarny, dimana anatomi normalnya telah disamarkan oleh perubahan yang terjadi
berupa kalsifikasi pada kamar pulpa. Gigi molar satu mandibula permanen dapat
memiliki jumlah orifisi yang beranekaragam dari dua hingga lima orifisi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui vatiasi jumlah orifisi, baik di mesial, maupun
distal gigi molar satu mandibula permanen, serta untuk melihat hubungan antara
jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional.
Sampel yang digunakan adalah 25 gigi molar satu mandibula permanen (kiri dan
kanan). Penelitian ini dilakukan dengan memotong gigi secara horizontal pada titik
terendah cemento enamel junction, ekstirpasi saluran akar, dan pengamatan dengan
kaca pembesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi jumlah orifisi gigi molar
satu mandibula permanen yang ditemukan adalah orifisi dua (44%), tiga (48%), dan
empat (8%). Variasi jumlah orifisi mesial adalah orifisi satu (44%) dan dua (56%).
Variasi jumlah orifis distal adalah orifisi satu (92%) dan dua (8%). Tidak ada
orifisi (P=0,289). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
variasi jumlah orifisi pada gigi molar satu mandibula permanen. Tidak ada hubungan
antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi.
Kata kunci : Orifisi gigi, jumlah orifisi gigi, jumlah akar gigi, gigi molar satu
mandibula permanen
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, Juni 2014
Pembimbing: Tanda tangan
1. Rehulina Ginting, drg., M.Si
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 3 Juli 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Rehulina Ginting, drg., M.Si
ANGGOTA : 1. Yendriwati, drg., M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rehulina Ginting, drg., Msi.,
selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan masukan, bimbingan, arahan, saran, waktu yang sangat berguna dalam
meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Pada
kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., Sp. Ort, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi USU.
2. Seluruh staf pengajar Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi
USU yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian
skripsi.
3. Staf Departemen Biologi Oral, khususnya Kak Ngaisah dan Kak Dani yang
telah membantu dalam hal administrasi penulis sehingga skripsi ini selesai.
4. Prof. Trimurni Abidin, drg. M.Kes, Sp.KG(K) selaku Dosen Pembimbing
Akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.
5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi USU atas bimbingan yang
telah diberikan selama penulis menjalani kuliah.
6. Bu Maya dan dr. Juliandi Harahap, MA yang telah memberikan waktu dan
bimbingan dalam rancangan penelitian dan pengolahan data.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayah Sarjana Ginting dan Ibu
Anilonna Panjaitan yang selalu memberikan semangat, nasehat, kesabaran, doa, kasih
menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
abang dan adik tersayang Yosua Ginting dan Monica Ginting serta kakek dan nenek
tercinta Paksana Ginting, Taty Karniati, AHM Panjaitan dan Tiodor br Hutapea untuk
semua doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya
10. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Cynthia, Dea, Nurul, Ivan, Brian,
Vincent, Beactris, Jessica, Aryani yang telah bersedia meluangkan waktu dalam
membantu penelitian. Serta teman-teman yang membuat skripsi di Departemen
Biologi Oral yaitu May, Yosua, Cindy, Michelle, Aryani, Bang Wanda, Colvin, dan
Ervi yang telah memberikan semangat tiada henti kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan
skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan mahasiswa.
Medan, ………… 2014 Penulis,
(………..) Joseph Dede Hartanta Ginting
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
2.4.6 Saluran Kanal Aksesori ... 11
2.5 Kalsifikasi Pulpa ... 12
2.6 Gigi Molar Satu Permanen ... 12
2.6.1 Gigi Molar Satu Maksila Permanen ... 13
2.6.2 Gigi Molar Satu Mandibula Permanen... 14
2.7 Kerangka Teori ... 17
2.8 Kerangka Konsep ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 22
3.6 Definisi Operasional... 23
3.7 Bahan dan Alat Penelitian ... 24
3.7.1 Bahan Penelitian... 24
3.7.2 Alat Penelitian ... 24
3.8 Prosedur Penelitian... 26
3.9 Pengolahan dan Analisa Data... 31
3.10 Kerangka Penelitian ... 22
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34
BAB V PEMBAHASAN ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen ... 35
2 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Mesial Gigi Molar Satu
Mandibula Permanen ... 36
3 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Distal Gigi Molar Satu
Mandibula Permanen ... 36
4 Uju Korelasi Hubungan Jumlah Akar Dengan Jumlah Orifisi Gigi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Anatomi gigi ... 6
2 Komponen saluran akar gigi ... 8
3 Jumlah orifisi pada gigi mandibula ... 8
4 Orifisi terletak pada floor wall junction ... 10
5 Orifisi terletak pada sudut antara lantai kamar pulpa dan FWJ ... 10
6 Orifisi terletak pada developmental root fusion line ... 11
7 Hukum kesimetrisan letak orifisi gigi ... 11
8 Anatomi gigi molar satu maksila permanen ... 13
9 Anatomi gigi molar satu mandibula permanen ... 14
10 Variasi jumlah orifisi molar satu mandibula permanen ... 15
11 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ... 25
12 Pembersihan sampel gigi dengna bur sikat dan bubuk pumice ... 26
13 Pencucian sampel gigi dibawah air mengalir ... 26
14 Perendaman gigi didalam NaOCl 5,25% ... 27
15 Pengamatan dan pencatatan jumlah akar gigi ... 27
16 Penandaan sampel gigi dengan pensil... 28
17 Sampel gigi yang sudah ditanam ... 28
18 Pemotongan sampel dengan menggunakan bur disc ... 29
19 Irigasi NaOCl kedalam kamar pulpa... 29
20 Pencarian orifisi dengan eksplorer endodontik ... 30
21 Pencarian orifisi dengan gates glidden bur ... 30
23 Pengamatan jumlah orifisi dengan menggunakan kaca pembesar ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Skema alur pikir
2 Tabel hasil pengamatan gigi molar satu mandibula permanen
3 Tabel gambar hasil penelitian
4 Hasil statistik penelitian
Kedokteran Gigi
Bagian Biologi Oral
Tahun 2014
Joseph Dede Hartanta Ginting
Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen
viii + 47 halaman
Perawatan saluran akar sering mengalami kegagalan, yang umumnya
disebabkan oleh ketidakmampuan dokter gigi dalam menemukan orifisi dari saluran
akar gigi. Menemukan orifisi saluran akar gigi bukanlah hal yang mudah, khususnya
pada gigi yang telah direstorasi berulang, karies, dan gigi yang telah dirawat saluran
akarny, dimana anatomi normalnya telah disamarkan oleh perubahan yang terjadi
berupa kalsifikasi pada kamar pulpa. Gigi molar satu mandibula permanen dapat
memiliki jumlah orifisi yang beranekaragam dari dua hingga lima orifisi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui vatiasi jumlah orifisi, baik di mesial, maupun
distal gigi molar satu mandibula permanen, serta untuk melihat hubungan antara
jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional.
Sampel yang digunakan adalah 25 gigi molar satu mandibula permanen (kiri dan
kanan). Penelitian ini dilakukan dengan memotong gigi secara horizontal pada titik
terendah cemento enamel junction, ekstirpasi saluran akar, dan pengamatan dengan
kaca pembesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi jumlah orifisi gigi molar
satu mandibula permanen yang ditemukan adalah orifisi dua (44%), tiga (48%), dan
empat (8%). Variasi jumlah orifisi mesial adalah orifisi satu (44%) dan dua (56%).
Variasi jumlah orifis distal adalah orifisi satu (92%) dan dua (8%). Tidak ada
orifisi (P=0,289). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
variasi jumlah orifisi pada gigi molar satu mandibula permanen. Tidak ada hubungan
antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi.
Kata kunci : Orifisi gigi, jumlah orifisi gigi, jumlah akar gigi, gigi molar satu
mandibula permanen
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini, terjadi perubahan terhadap strategi perawatan gigi dimana pasien
dan klinisi lebih berminat untuk mempertahankan gigi dengan perawatan konservatif
dan menjadikan ekstraksi gigi sebagai pilihan terakhir dalam perawatan.1
Perawatan endodonti atau perawatan saluran akar adalah prosedur perawatan
secara kimia dan mekanis yang dapat diterima secara biologis pada saluran akar
untuk mengeliminasi penyakit pulpa dan periradikular serta untuk mempromosikan
penyembuhan dan perbaikan jaringan radikular. Perawatan saluran akar memiliki
tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga sering terjadi kegagalan dalam perawatan.2,3
Penelitian Tavares dkk (2009) pada 1035 gigi yang telah dirawat saluran akar
di Perancis menunjukkan bahwa tingkat kegagalan perawatan saluran akar mencapai
34%. Kegagalan dalam perawatan endodonti dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu : pembersihan dan pengisian yang tidak adekuat pada saluran akar, restorasi
mahkota yang tidak memadai, serta pengetahuan yang tidak adekuat mengenai
anatomi saluran akar yang dapat menyebabkan adanya saluran akar yang tidak
terawat dalam perawatan endodonti. 4,5 Penelitian Hoen dkk (2002) pada 1100 kasus
perawatan endodonti yang mengalami kegagalan menunjukkan bahwa 42% dari
penyebab kegagalan disebabkan oleh adanya saluran akar yang tidak terawat.6 Dalam
melakukan perawatan endodonti, jumlah dan letak dari orifisi saluran akar pada gigi
yang akan dirawat tidak dapat diprediksi, khususnya pada gigi yang telah direstorasi
berulang kali, karies, dan gigi yang telah dipreparasi saluran akarnya, dimana anatomi
normal dari gigi telah tersamarkan oleh perubahan yang terjadi, seperti :
pembentukan dentin sekunder dan tersier.6,7
Penelitian Ahmed, dkk (2009) menyatakan bahwa gigi yang paling sering
mendapat perawatan endodonti adalah gigi molar satu mandibula, karena gigi molar
dan memiliki variasi anatomis yang beranekaragam.8 Secara umum, gigi molar satu
mandibula memiliki dua akar , dengan satu saluran akar di akar distal dan dua saluran
akar pada akar mesial, akan tetapi berbagai variasi anatomis dapat dijumpai pada gigi
ini, khususnya variasi dalam hal jumlah dari orifisi saluran akarnya. Ahmed, dkk
(2013) pada penelitiannya di India menunjukkan bahwa dapat terjadi variasi jumlah
orifisi saluran akar yang beranekaragam pada gigi molar satu mandibula
permanen.9,10,11
Kurangnya pengetahuan mengenai variasi jumlah dari orifisi saluran akar dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan resiko kegagalan perawatan saluran akar
khususnya pada gigi molar satu mandibula permanen.8 Oleh karena itu, dibutuhkan
pengetahuan yang adekuat mengenai variasi jumlah dari orifisi saluran akar gigi ini
untuk mendukung keberhasilan dalam perawatan endodonti secara visual.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian jumlah
orifisi gigi molar satu mandibula permanen.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Berapakah jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen di Medan ?
2. Berapakah jumlah orifisi mesial gigi molar satu mandibula permanen di
Medan ?
3. Berapakah jumlah orifisi distal gigi molar satu mandibula permanen di Medan?
4. Apakah terdapat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula
permanen dengan jumlah orifisi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan umum dan khusus :
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk melihat variasi orifisi gigi molar
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini memiliki tujuan khusus, yaitu :
1. Untuk melihat variasi jumlah orifisi mesial pada gigi molar satu
mandibula permanen di Medan.
2. Untuk melihat variasi jumlah orifisi distal pada gigi molar satu mandibula
permanen di Medan.
3. Untuk melihat hubungan jumlah akar gigi molar satu mandibula
permanen dengan jumlah orifisi.
1.4 Hipotesa Penelitian
Ada hubungan jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah
orifisi
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran
gigi, khususnya dibidang biologi oral dan ilmu konservasi gigi.
1.5.2 Manfaat Praktis
Sebagai informasi mengenai jumlah orifisi gigi molar satu mandibula di Medan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriologi Gigi
Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral.
Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi
kedalam jaringan mesenkim disekitar maksila dan mandibula yang kemudian akan
membentuk benih gigi.12
Benih gigi kemudian akan melalui tahap perkembangan yang disebut tahap
bud, pada tahap ini terjadi perkembangan sel epitel yang dikelilingi oleh sel
mesenkim. Secara bertahap sel epitel yang berbentuk bulat ini semakin membesar
hingga memperoleh bentuk permukaan yang cekung yang merupakan pertanda
dimulainya tahap perkembangan selanjutnya, yaitu tahap cap. Pada tahap cap sel
epitel berkembang menjadi organ enamel dan sel mesenkim berkembang menjadi
papila dental yang akan berkembang menjadi pulpa, jaringan yang mengelilingi
kedua struktur ini disebut folikel dental. Folikel dental nantinya akan berkembang
menjadi sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar.12
Setelah tahap cap gigi memasuki tahap morfodiferensisasi dan
histodiferensiasi yang disebut tahap bell, pada tahap ini enamel organ telah
berdifferensiasi menjadi sel epitel enamel dalam yang mengelilingi organ enamel dan
sel epitel enamel luar yang akan berkembang menjadi ameloblas yang membentuk
enamel pada mahkota gigi, sedangkan papila dental berkembang membentuk pulpa
dan odontoblas yang akan berkembang lebih lanjut menjadi dentin.12
2.2 Pembentukan Akar
Seiring dengan pembentukan mahkota, terjadi proliferasi sel yang berlanjut pada bagian servikal atau dasar dari organ enamel, dimana sel epitel enamel luar dan
dalam bergabung dan membentuk sarung akar. Ketika mahkota selesai terbentuk, sel
sarung epitel akar atau sering disebut juga sarung akar hertwig’s, yang
perkembangannya akan menentukan panjang, kelengkungan, ketebalan serta jumlah
dari akar gigi. 12
Seiring pembentukan dentin pada bagian akar, sarung akar mendeposit
sementum intermediat , kemudian sarung akar memecah dan membentuk epithelial
rest, yang kemudian berpindah ke daerah folikular. Di daerah folikular sel mesenkim
dari folikel gigi bergerak diantara epithelial rest kearah permukaan akar gigi,
kemudian berdifferensiasi menjadi sementoblas dan mulai mensekresi sementoid
pada permukaan dari sementum intermediat. Sementoid adalah sementum yang
belum terkalsifikasi yang nantinya akan berkalsifikasi menjadi sementum.12
2.3 Anatomi Gigi
Berdasarkan anatomi eksternalnya, gigi dibagi atas tiga bagian, yaitu :
mahkota, servikal gigi/cemento enamel junction, dan akar gigi. Mahkota gigi adalah
bagian gigi yang dapat dilihat pada rongga mulut yang dilapisi oleh enamel. Gigi
geligi memiliki bentuk mahkota yang beranekaragam, sesuai dengan fungsinya di
dalam rongga mulut.13
Secara histologis, lapisan gigi tersusun atas empat jaringan utama : enamel,
dentin, sementum, dan pulpa. Enamel, dentin, dan sementum merupakan jaringan
keras gigi yang mengandung mineral dan material inorganik, sedangkan pulpa
merupakan jaringan lunak yang mengandung jaringan ikat, jaringan saraf dan
pembuluh darah.14 Berbeda dengan mahkota gigi, Akar gigi adalah bagian dari gigi
yang diselimuti oleh sementum.13
Enamel adalah jaringan bewarna putih dan merupakan jaringan paling keras
pada tubuh manusia yang melindungi permukaan eksternal dari mahkota anatomis
gigi. Sementum adalah jaringan keras yang menyelimuti akar gigi, dan memiliki
ketebalan yang sama dengan tulang. Dentin adalah jaringan keras bewarna kuning
yang berada dibawah lapisan enamel dan sementum, yang menyusun sebagian besar
dari mahkota dan akar gigi (gambar 1). Ditengah-tengah dentin terdapat jaringan
yang disebut pulpa (gambar 1). Dentin dan pulpa tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang, kecuali pada gigi yang telah dipotong, dipreparasi, ataupun mengalami
karies yang dalam.13,14
Berdasarkan waktu pembentukannya didalam gigi, dentin dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu : dentin primer, dentin sekunder, dan dentin tersier. Dentin primer adalah
dentin yang terbentuk didalam gigi sebelum foramen apikal terbentuk sempurna.
Dentin sekunder adalah dentin yang terbentuk didalam gigi setelah foramen apikal
terbentuk sempurna, dan pembentukannya berlanjut seumur hidup. Dentin tersier
adalah dentin yang terbentuk pada daerah tertentu sebagai respon terhadap injuri pada
dentin yang terpapar pada daerah tersebut.13 Pembentukan dentin sekunder dan dentin
tersier dapat menyebabkan volume kamar pulpa semakin mengecil dan pencarian
orifisi saluran akar menjadi semakin sulit.15
Gambar 1. Anatomi gigi.16
2.4 Komponen Saluran Akar Gigi
Ruang pulpa dibagi menjadi dua bagian, yaitu pulpa korona (kamar pulpa)
dan pulpa akar (saluran akar). Gambaran lainnya adalah tanduk pulpa, orifisi , saluran
akar aksesoris (lateral), dan foramen apikalis.9
Seiring dengan bertambahnya usia, volume ruang pulpa semakin berkurang
secara perlahan-lahan, dan meningkat setelah usia 35-40 tahun. Deposit dentin
sekunder dapat menutupi orifisi saluran akar, sehingga menyebabkan pencarian
orifisi saluran akar menjadi lebih sulit.15
2.4.1 Tanduk Pulpa
Tanduk pulpa adalah proyeksi kecil dari jaringan pulpa vital yang berada tepat
dibawah cusp atau developmental lobe.17 Walaupun tanduk pulpa berbeda ketinggian
dan lokasinya, tanduk pulpa tunggal cenderung berhubungan dengan tiap tonjol gigi
posterior, sementara tanduk pulpa mesial dan distal cenderung terletak pada insisivus.
Secara umum, tanduk pulpa gigi berusia muda terletak paling tinggi, tetapi pada gigi
yang berusia lebih tua ketinggiannya menurun ke arah margin servikal .9
2.4.2 Kamar Pulpa
Kamar pulpa adalah ruangan di dalam gigi yang berisi pulpa dan dikelilingi
oleh dentin. (gambar 3).17 Bentuk kamar pulpa, baik dalam arah longitudinal maupun
dalam dimensi potongan melintangnya, bergantung pada bentuk mahkota; konfigurasi
ini bervariasi sesuai proses penuaan dan/atau iritasi yang mengenainya.9 Pada dasar
kamar pulpa terdapat orifisi yang merupakan jalan masuk kedalam saluran akar.7
2.4.3 Saluran Akar
Saluran akar adalah saluran utama yang berada didalam akar gigi yang berisi
jaringan pulpa. Saluran akar berada sepanjang akar, dimulai sebagai orifisi berbentuk
corong dan keluar sebagai foramen apikalis (gambar 3).9
Bentuk saluran akar bervariasi sesuai dengan bentuk, lengkung, dan besarnya
akar. Ketidakteraturan dan penyimpangan pada anatomis saluran akar adalah hal yang
Gambar 2. Komponen saluran akar gigi.18
2.4.3.1 Orifisi Saluran Akar
Orifisi saluran akar adalah lubang jalan masuk ke dalam saluran akar.18 Orifisi
merupakan bagian paling atas dari saluran akar gigi, yang dijadikan indikator oleh
dokter gigi dalam mencari saluran akar gigi. Dalam melakukan perawatan saluran
akar, dokter gigi harus mampu menemukan seluruh orifisi untuk mencegah adanya
saluran akar yang tidak terawat, selain itu orifisi saluran akar juga menjadi penentu
dari batas perluasan dari outline form eksternal dari preparasi kavitas pada perawatan
saluran akar.
Dalam mengidentifikasi jumlah serta letak dari orifisi saluran akar pada gigi
molar mandibula, dapat digunakan hukum anatomis sebagai berikut :
1.Hukum lokasi orifisi 1 : Orifisi dari saluran akar selalu terletak pada floor-
wall junction (gambar 4).
2.Hukum lokasi orifisi 2 : Orifisi dari saluran akar terletak pada sudut yang
dibentuk pada floor-wall junction (gambar 5).
3.Hukum lokasi orifisi 3 : Orifisi dari saluran akar terletak pada terminus dari
developmental root fusion line (gambar 6).
4.Hukum simetris I : Orifisi saluran akar memiliki jarak yang sama dari
garis yang ditarik dari arah mesial-distal sepanjang
lantai kamar pulpa (gambar 7).
5.Hukum simetris 2 : Orifisi dari dari saluran akar terletak pada garis yang
tegak lurus dengan garis yang ditarik dari arah
mesi-distal sepanjang bagian tengah dari lantai kamar
pulpa (gambar 7).
Hukum kesimetrisan dan hukum lokasi orifisi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi jumlah dan posisi dari orifisi saluran akar pada gigi, karena
seluruh orifisi hanya dapat ditemukan disepanjang floor-wall junction , dengan
menggunakan hukum lokasi orifisi kedua lokasi pasti dari orifisi saluran akar dapat
ditemukan; sudut vertikal dari bentuk geometrik lantai ruang pulpa yang gelap dapat
Gambar 4. Orifisi (OL) terletak pada floor-wall junction (FWJ).9
Gambar 6. Orifisi terletak pada development root fusion line (DRFL).9
Gambar 7. Hukum kesimetrisan letak orofisi gigi.9
2.4.4 Saluran Kanal Aksesori
Saluran kanal aksesori (lateral) adalah cabang lateral dari saluran akar utama
yang membentuk hubungan antara pulpa dan periodonsium (gambar 2). Saluran akar
ini mengandung jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf serta dapat dijumpai di
dijumpai di sepertiga apeks dan pada gigi posterior. Dengan kata lain, semakin ke
apeks dan semakin ke posterior letak giginya, semakin besar kemungkinan
terdapatnya saluran akar aksesori pada gigi tersebut. 9
2.5 Kalsifikasi Pulpa
Kalsifikasi pulpa adalah proses deposisi substansi yang terkalsifikasi didalam pulpa gigi yang disebabkan oleh proses mineralisasi karena pengaruh berbagai iritan
dan deposisi dari dentin karena proses penuaan. Kalsifikasi pulpa dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu : usia, kekuatan mastikasi , dan iritan jangka panjang
seperti karies yang dalam.15,21,22
Seiring bertambahnya usia, terjadi pengurangan ukuran pulpa gigi karena
deposisi dari dentin sekunder dan dentin tersier. Deposisi dentin sekunder merupakan
bagian dari proses penuaan yang terjadi secara perlahan dan bertahap sepanjang hidup
manusia dan semakin meningkat laju pembentukannya pada usia 35-40 tahun. Lokasi
dari deposit dentin sekunder pada pulpa yang terkalsifikasi ditentukan oleh arah
datangnya tekanan pengunyahan pada gigi tersebut. 15,21
Pada gigi yang terpapar iritan jangka panjang, seperti karies yang dalam, atrisi
maupun tekanan pengunyahan yang berlebih, akan terjadi pembentukan dentin yang
terlokalisir sesuai dengan arah datangnya iritan tersebut, dentin yang terbentuk
disebut dengan dentin tersier atau dentin reparatif. Pembentukan dentin reparatif
bersama dengan dentin sekunder dapat menyebabkan perawatan saluran akar menjadi
semakin sulit, karena pada gigi yang terkalsifikasi ruang pulpa semakin kecil dan
orifisi dapat menjadi tidak terlihat dan semakin sulit untuk ditemukan.15,22
2.6 Gigi Molar Satu Permanen
Gigi molar permanen adalah gigi permanen yang terletak paling posterior dan
memiliki ukuran paling besar diantara seluruh gigi permanen. Gigi molar umumnya
memiliki akar jamak, dimana gigi molar maksila umumnya memiliki tiga akar,
2.6.1 Gigi Molar Satu Maksila Permanen
Gigi molar satu maksila permanen adalah gigi yang pertama erupsi dan
memiliki ukuran terbesar di rahang atas. Gigi ini memiliki bentuk oklusal yang
rhomboid dan memiliki empat cusp fungsional, dua cusp dibagian bukal (mesiobukal
dan distobukal) dan dua di bagian palatinal (mesiopalatal dan distopalatal) (gambar 8).
Gigi ini umumnya memiliki tiga akar yang terletak di bagian mesiobukal, distobukal,
dan palatal (gambar 8).23
2.6.2 Gigi Molar Satu Mandibula Permanen
Gigi molar satu mandibula permanen merupakan gigi yang paling sering
direstorasi, dan mendapat perawatan saluran akar. Gigi ini merupakan gigi permanen
yang pertama erupsi di rongga mulut, yaitu pada usia 6-7 tahun.23
Mahkota dari gigi ini memiliki lima cusp fungsional; tiga cusp di bagian bukal
(mesiobukal, distobukal, dan distal) dan dua cusp di bagian lingual (mesiolingual dan
distolingual) (gambar 9). Cusp mesiobukal merupakan cusp yang memiliki ukuran
paling besar dan lebar pada gigi ini.18
Secara umum, gigi molar satu mandibula memiliki dua akar (gambar 9), satu
di bagian mesial dan satu di distal. Akar mesial pada gigi ini memiliki ukuran yang
lebih lebar dan melengkung ke arah mesial dari garis servikal hingga sepertiga akar,
kemudian melengkung ke arah distal hingga apeks gigi. Gigi molar satu mandibula
permanen juga memiliki variasi jumlah akar yang beranekaragam, dimana dapat
dijumpai jumlah akar lebih dari dua, seperti : akar distal yang bercabang menjadi dua,
ataupun adanya akar tambahan di bagian distolingual yang disebut radix
entomolaris.18,23
Gigi molar satu mandibula umumnya memiliki tiga saluran akar; dua saluran
akar di akar mesial dan satu saluran akar besar berbentuk oval di bagian distal. Pada
akar mesial terdapat saluran akar mesiobukal dan mesiolingual, akan tetapi terkadang
dapat terjadi variasi dimana ditemukan saluran akar tambahan diantaranya yang
disebut saluran akar mesial tengah dengan insidensi hingga 15%. 25
Orifisi dari saluran akar mesial umumnya terpisah satu sama lain dan
dihubungkan oleh developmental groove. Orifisi mesiobukal umumnya berada
dibawah cusp mesiobukal, orifisi mesiolingual terletak pada bagian lingual dari
groove utama, jika terdapat saluran akar mesial tengah, orifisi dari saluran akar ini
terletak pada groove diantara orifisi mesiobukal dan mesiolingual. 26
Jika hanya ditemukan satu saluran akar distal, orifisi nya berbentuk oval dan
terletak pada bagian distal dari groove bukal, meskipun umumnya hanya terdapat satu
saluran akar distal, praktisi tetap harus mencari dengan asumsi adanya saluran akar
tambahan, karena meskipun jarang, dapat terjadi variasi dimana terdapat orifisi
2.8 Kerangka Konsep
Data persentase jumlah orifisi saluran akar pada gigi molar satu
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional yang dimana setiap sampel diperiksa satu kali pada suatu
saat tertentu.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi Oral Fakultas
Kedokteran Gigi USU.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah dua
bulan yaitu bulan Maret sampai April 2014.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen
yang sudah diekstraksi.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula
yang sudah diekstraksi dan diperoleh dari beberapa tempat praktek dokter gigi dan
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive
sampling. Consecutive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang sesuai
dengan kriteria pemilihan hingga jumlah sampel terpenuhi.
3.3.2.1 Besar Sampel
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan banyaknya sampel pada
penelitian ini adalah:22
Besar sampel =
Zα = Derajat kepercayaan penelitian sebelumnya (95% = 1,96)
P = Proporsi penelitian sebelumnya (66 % = 0,66)
Q = 1- P (1-0,66 = 0,34)
D = limit error atau presisi absolut (20%)
Maka, banyak sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
n=
=
=
Jadi banyaknya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini 22 gigi.
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Gigi molar satu mandibula permanen dengan fraktur pada sepertiga
apikal.
2. Gigi molar satu mandibula permanen dengan karies mencapai enamel.
3. Gigi molar satu mandibula permanen dengan atrisi mencapai enamel.
4. Gigi molar satu mandibula permanen dengan abrasi mencapai enamel
5. Gigi molar satu mandibula permanen dengan restorasi tambalan mencapai
enamel.
3.4.2 Kriteria Eksklusi :
1. Gigi pasca perawatan endodonti.
2. Gigi dengan atrisi patologis.
3. Gigi dengan karies profunda.
4. Gigi yang telah ditrepanasi.
5. Gigi yang telah direstorasi crown dan onlay.
6. Gigi dengan kelainan gigi bawaan seperti mikrodontia dan makrodontia.
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen.
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah orifisi gigi molar satu
3.5.3 Variabel Terkendali 1. Teknik pemotongan gigi
2. Teknik ekstirpasi saluran akar (teknik standardized)
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Genetik
• Teknik pemotongan gigi
• Teknik ekstirpasi saluran akar ( teknik standardized)
Variabel Tidak Terkendali :
• Genetik
• Suku
• Jenis kelamin
3.6 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini yaitu :
1. Gigi molar satu mandibula adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada
urutan keenam dihitung dari garis tengah wajah pada rahang bawah baik kiri
maupun kanan, memiliki lima cusp yaitu cusp mesiobukal, mesiolingual,
distolingual, distobukal, dan distal.
2. Orifisi Saluran akar adalah lubang jalan masuk ke dalam saluran akar.
3. Dentin sekunder adalah dentin yang terbentuk didalam gigi setelah foramen apikal
terbentuk sempurna, dan pembentukannya berlanjut seumur hidup.
4. Dentin tersier adalah dentin yang terbentuk pada daerah tertentu sebagai respon
terhadap injuri pada dentin yang terpapar pada daerah tersebut.
5. Karies superfisial adalah karies yang hanya mengenai enamel gigi.
6. Karies profunda adalah karies yang mencapai pulpa
7. Fraktur gigi adalah terputusnya kontinuitas jaringan gigi yang umumnya
disebabkan oleh trauma.
8. Kalsifikasi pulpa adalah proses kalsifikasi yang terjadi didalam pulpa yang
disebabkan oleh proses mineralisasi sebagai respon terhadap iritan dan proses
penuaan.
9. Abrasi gigi adalah hilangnya struktur gigi akibat keausan mekanik yang abnormal.
10.Atrisi gigi adalah ausnya permukaan gigi akibat kontak yang terjadi antar gigi
maupun antara gigi dengan tambalan karena gerakan pengunyahan.
11.Pumice adalah bahan polish kedokteran gigi yang berbentuk bubuk yang
3.7 Bahan dan Alat Penelitian 3.7.1 Bahan Penelitian
a. Gigi molar satu mandibula permanen sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
b. Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5,25% ( Baycline, PT. Johnson Home Hygine
Product, Indonesia)
c. Tissue
3.7.2 Alat Penelitan
a. Bur diamond bentuk disc (Microdont, Brazil)
b. Gates glidden bur (Sendoline, Swedia)
c. Bur sikat (dentsply, Amerika)
d. Masker
e. Eksplorer Endodonti (Dentica, Pakistan)
f. Sarung tangan
g. Pinset (Dentica, Pakistan)
h. Jarum Ekstirpasi (IMD, Amerika)
i. Micromotor (Strong, Korea)
j. Spuit 1,5cc (Terumo, Indonesia)
k. Wadah perendaman
Gambar 11. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian; Mikromotor, strong korea (A), Jarum ekstirpasi (Nerve Broach), IMD-Amerika (B), spuit, terumo-Indonesia (C), Wadah penanaman (D), Kaca Pembesar, Joyko-Cina.
A B
C D
3.8 Prosedur Penelitian
A. Tahap Pembersihan sampel gigi
• Sampel gigi dibersihkan menggunakan bur sikat dan bubuk pumice (gambar 12).
• Sampel gigi dicuci dibawah air mengalir (gambar 13).
• Sampel gigi dikeringkan dengan tissue.
Gambar 12. Pembersihan sampel gigi dengan bur sikat dan bubuk pumice (dokumentasi).
B. Tahap Perendaman Sampel Gigi
• Sampel Gigi direndam dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% selama satu jam untuk menghilangkan jaringan yang tersisa
(gambar 14).
• Sampel gigi dicuci dibawah air mengalir.
• Sampel gigi dikeringkan dengan tissue.
Gambar 14. Perendaman sampel gigi didalam NaOCl 5,25% (dokumentasi).
C. Tahap Pengamatan dan Pencatatan Jumlah Akar Sampel Gigi
• Sampel gigi diamati dan dicatat jumlah akarnya (gambar 15).
D. Tahap Penandaan Sampel Gigi
• Tarik garis horizontal pada setengah apikal gigi untuk panduan dalam penanaman gigi dengan menggunakan pensil (gambar 16).
• Tarik garis horizontal pada titik terendah cemento enamel junction sampel gigi untuk panduan dalam pemotongan gigi dengan
menggunakan pensil (gambar 16).
Gambar 16. Penandaan sampel gigi dengan pensil (dokumentasi).
E. Tahap Penanaman Sampel Gigi
• Aduk dental stone dengan menggunakan rubber bowl dan spatel.
• Tuangkan adonan dental stone kedalam wadah.
• Tanam sampel gigi hingga batas yang telah ditentukan (gambar 17).
F. Tahap Pemotongan Sampel Gigi
• Potong sampel gigi dengan menggunakan bur disc pada garis yang telah ditentukan (gambar 18).
Gambar 18. Pemotongan sampel dengan menggunakan bur disc (dokumentasi).
G. Tahap Pencarian Orifisi Gigi
• Irigasi ruang pulpa dengan larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% untuk membersihkan debris yang tersisa (gambar 19).
• Keringkan dengan menggunakan pus-pus.
• Lakukan pencarian orifisi dengan menggunakan eksplorer endodonti (gambar 20).
• Jika terjadi kalsifikasi dapat digunakan gates glidden bur (gambar 21).
Gambar 20. Pencarian orifisi saluran akar gigi dengan eksplorer endodontik (dokumentasi).
Gambar 21. Pencarian orifisi dengan gates glidden bur (dokumentasi).
H. Tahap Ekstirpasi Sampel Gigi
• Ekstirpasi saluran akar yang ditemukan dengan teknik standardized menggunakan file endodonti nomor 15.
• Irigasi saluran akar dengan larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25%
• Ekstirpasi saluran akar dengan file endodonti yang lebih besar
Gambar 22. Ekstirpasi saluran akar gigi (dokumentasi).
I. Tahap Pengamatan dan Pencatatan Hasil Pengamatan Sampel Gigi
• Amati jumlah orifisi yang telah ditemukan dengan menggunakan kaca pembesar (gambar 23).
• Catat hasil pengamatan pada tabel yang disediakan.
Gambar 23. Pengamatan jumlah orifisi dengan menggunakan kaca pembesar (dokumentasi).
3.9 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara komputerisasi dengan
menggunakan program spss versi 17. Pelaporan data penelitian adalah dengan
memaparkan hasil pengamatan jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula
3.10 Kerangka Penelitian
I. Tahap Pembersihan Gigi dan Pengamatan Jumlah Akar
II. Tahap Penanaman Gigi
III. Tahap Pemotongan gigi
Penanaman gigi kedalam wadah berisi dental stone Pengamatan jumlah akar gigi
Cuci dan keringkan
Rendam dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% Molar Satu Mandibula
Rendam Dalam Larutan Saline (NaCl) 0,9%
Bersihkan dengan menggunakan bur sikat (Dentsply, Amerika)
Cuci dibawah air mengalir
IV. Tahap Ekstirpasi Saluran Akar
V. Tahap Pengamatan
Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 5,25%
Amati jumlah dari orifisi yang telah ditemukan dengan kaca pembesar (Joyko, Cina)
Potong sampel gigi dengan bur disc (Microdont, Brazil) pada garis yang telah dibuat dari arah mesial-distal.
Cari orifisi dengan explorer endodonti ( Dentica, Pakistan) atau gates glidden bur (Sendoline, Swedia)
Ekstirpasi saluran akar dengan teknik standardized menggunakan file endodonti (IMD, Amerika)
Pencatatan hasil pengamatan.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi jumlah orifisi gigi molar
satu mandibula permanen. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
hingga Mei 2014. Subjek yang diteliti adalah sebanyak 25 sampel gigi molar satu
mandibula permanen yang sesuai dengan kriterian inklusi dan eksklusi. Sampel
merupakan gigi molar satu mandibula permanen yang telah dicabut, tanpa informasi
umur, jenis kelamin, dan suku, karena sampel diperoleh berdasarkan gigi yang telah
terkumpul di puskesmas dan praktek dokter gigi di kota Medan tanpa pencatatan
informasi sebelumnya. Jumlah sampel yang digunakan terdiri dari 17 gigi molar satu
mandibula kiri dan 8 gigi molar satu mandibula kanan, dengan satu sampel gigi
memiliki fraktur pada 1/3 apikal.
Sampel yang akan diteliti dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan
bubuk pumis dan bur sikat, kemudian dicuci dibawah air mengalir, selanjutnya
sampel yang telah dibersihkan direndam didalam larutan NaOCl 5,25% dan kembali
dicuci dibawah air mengalir. Sampel yang telah dibersihkan kemudian ditandai,
kemudian ditanam kedalam wadah berisi dental stone.7 Setelah dental stone
mengeras, sampel gigi dipotong pada garis yang telah dibuat pada batas terendah dari
cemento enamel junction dan diirigasi dengan larutan NaOCl 5,25% untuk
membersihkan debris sisa pemotongan, kemudian dikeringkan dengan menggunakan
pus-pus.7 Setelah ruang pulpa dikeringkan, dilakukan pencarian orifisi dengan
menggunakan sonde lurus dan gates glidden bur. Orifisi yang telah ditemukan
kemudian diekstirpasi dengan menggunakan file endodonti hingga file nomor 40 dan
diamati dengan menggunakan kaca pembesar. Hasil pengamatan yang diperoleh
kemudian dicatat didalam tabel pengamatan yang telah disediakan.7 Data hasil
pengamatan kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan program
4.1 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah orifisi gigi molar satu
mandibula permanen pada sampel penelitian ini ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen.
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 25 sampel gigi, variasi jumlah orifisi
dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi tiga (48%), diikuti oleh jumlah orifisi
dua (44%), dan jumlah orifisi empat (8%). Variasi jumlah orifisi tiga terdiri dari 32%
molar satu mandibula permanen kiri dan 16% kanan. Variasi jumlah orifisi dua terdiri
dari 32% molar satu mandibula permanen kiri dan 12% kanan. Variasi jumlah orifisi
empat terdiri dari 4% molar satu mandibula kiri dan 4% kanan. Pada penelitian ini
tidak ditemukan gigi molar satu mandibula permanen dengan variasi jumlah orifisi
lima.
4.2 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Mesial Gigi Molar Satu Mandibula Permanen
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah orifisi mesial gigi
Tabel 2. Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Mesial Gigi Molar Satu Mandibula
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 25 sampel gigi, variasi jumlah orifisi mesial
dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi dua (56%), diikuti oleh jumlah orifisi
satu (44%). Variasi jumlah orifisi dua terdiri dari 36% molar satu mandibula
permanen kiri dan 20% kanan. Variasi jumlah orifisi satu terdiri dari 32% molar satu
mandibula permanen kiri dan 12% kanan. Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi
molar satu mandibula permanen dengan variasi jumlah orifisi mesial tiga.
4.3 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Distal Gigi Molar Satu Mandibula Permanen
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah orifisi distal gigi
molar satu mandibula permanen pada sampel penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Distal Gigi Molar Satu Mandibula
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 25 sampel gigi, variasi jumlah orifisi distal
dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi satu (92%), diikuti oleh jumlah orifisi
dua (8%). Variasi jumlah orifisi satu terdiri dari 64% molar satu mandibula permanen
kiri dan 28% kanan. Variasi jumlah orifisi dua terdiri dari 4% molar satu mandibula
permanen kiri dan 4% kanan. Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi molar satu
mandibula permanen dengan variasi jumlah orifisi distal tiga.
4.4 Hubungan Jumlah Akar dengan Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen.
Berdasarkan Pengamatan yang telah dilakukan, hubungan jumlah akar dengan
jumlah orifisi dari gigi molar satu mandibula permanen pada sampel penelitian ini
ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Uji Korelasi Hubungan Jumlah Akar Dan Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu
Mandibula Permanen.
Molar Satu Mandibula
Permanen
Jumlah
Akar Jumlah Orifisi Total
(%)
Hasil analisa data menggunakan uji spearman menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah
BAB 5
PEMBAHASAN
Perawatan saluran akar memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, Tavares dkk
pada tahun 2009 di Perancis menyatakan bahwa tingkat kegagalan dalam perawatan
saluran akar mencapai 34%. Kegagalan dalam perawatan saluran akar dapat
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: pembersihan dan pengisian saluran akar
yang tidak adekuat, restorasi mahkota gigi yang tidak adekuat, serta sulitnya
menemukan orifisi gigi secara klinis.2,3,4,5
Hoen dkk pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 42% dari 1100 perawatan
endodonti yang gagal disebabkan oleh adanya saluran akar yang tidak terawat. Hal
ini dapat terjadi, karena saat melakukan perawatan saluran akar, jumlah dan letak
dari orifisi saluran akar tidak dapat diprediksi, khususnya pada gigi yang telah
direstorasi berulang kali, karies, dan gigi telah dipreparasi saluran akarnya, dimana
anatomi normal dari gigi telah tersamarkan oleh perubahan yang terjadi, seperti :
pembentukan dentin tersier dan sekunder. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan
dan informasi yang adekuat mengenai variasi jumlah orifisi dari gigi untuk
mendukung keberhasilan dari perawatan saluran akar gigi.6,7
Penelitian Tareen, dkk (2012) pada 290 gigi yang membutuhkan perawatan
endodonti, menunjukkan bahwa gigi yang paling sering mendapat perawatan
endodonti adalah gigi molar satu mandibula permanen (22,75%) , karena gigi ini
adalah gigi yang memiliki durasi paling lama di rongga mulut. Secara umum gigi
molar satu mandibula permanen memiliki dua akar di mesial dan distal, dengan dua
saluran akar pada akar mesial dan satu saluran akar pada akar distal, akan tetapi
dapat terjadi berbagai variasi anatomis pada gigi ini, khususnya dalam hal jumlah
dari orifisi saluran akarnya. Pada umumnya gigi ini memiliki tiga orifisi, dua orifisi
pada akar mesial dan satu orifisi pada akar distal, akan tetapi dapat terjadi variasi
jumlah yang beranekaragam pada gigi ini. Penelitian Ahmed, dkk (2013) pada 100
pada gigi molar satu mandibula permanen dapat bervariasi hingga lima orifisi dalam
satu gigi. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan yang adekuat mengenai variasi
jumlah orifisi saluran akar pada gigi molar satu mandibula permanen untuk
mendukung keberhasilan dalam melakukan tindakan perawatan saluran akar pada
gigi ini.8,9,10
Berdasarkan hal diatas, penelitian ini dilakuan dengan tujuan untuk melihat
variasi jumlah dari orifisi saluran akar pada gigi molar satu mandibula permanen.
5.1 Variasi Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen
Keberhasilan dalam melakukan perawatan saluran akar ditentukan oleh
kemampuan dokter gigi dalam menemukan dan merawat seluruh saluran akar yang
ada didalam gigi. Saluran akar gigi terdiri dari : orifisi saluran akar gigi yang terletak
di bagian paling atas dari komponen saluran akar, yang berbentuk lubang dan
merupakan jalan masuk kedalam saluran akar, saluran akar gigi, dan foramen apikal
yang terletak pada bagian paling bawah dari saluran akar (gambar 2). Oleh sebab itu
untuk dapat merawat seluruh saluran akar gigi, dokter gigi harus terlebih dahulu
menemukan seluruh orifisi dari saluran akar gigi.5,7,27
Jumlah orifisi dari gigi sangat beranekaragam dan tidak dapat bervariasi
jumlahnya pada setiap individu. Gigi molar satu mandibula adalah gigi yang paling
sering mendapat perawatan endodonti dan memiliki jumlah orifisi yang bervariasi.
Secara umum literatur menunjukkan bahwa orifisi saluran akar gigi ini berjumlah
tiga hingga empat buah, akan tetapi Ahmed, dkk (2013) pada penelitiannya di India
menunjukkan bahwa, dapat terjadi variasi yang beraneka ragam dalam hal jumlah
orifisi pada gigi ini, dari jumlah orifisi tiga hingga lima dalam satu gigi. 24,25,26 Pada
penelitian ini variasi jumlah orifisi yang ditemukan adalah jumlah orifisi dua, jumlah
orifisi tiga, dan jumlah orifisi empat. Tidak dijumpai gigi molar satu mandibula
permanen dengan jumlah orifisi lima (tabel 1)5,18,26,28,29
Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 25 gigi molar satu
mandibula permanen yang diperoleh dari puskesmas dan praktek dokter gigi di kota
gigi molar satu mandibula permanen kanan (32%) (tabel 1), yang sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi, karena pada gigi ini belum terjadi perubahan terhadap anatomi
dari komponen saluran akar; seperti kalsifikasi yang disebabkan oleh pembentukan
dentin sekunder pada proses penuaan, maupun pembentukan dentin tersier sebagai
respon terhadap trauma. Pada penelitian ini diambil gigi dari kedua regio karena
sulitnya memperoleh sampel yang seragam dan sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
Pada hasil penelitian ini (tabel 1) dapat dilihat variasi jumlah orifisi dengan
frekuensi tertinggi adalah gigi molar satu mandibula permanen dengan tiga orifisi
(48%), diikuti oleh jumlah orifisi dua (44%), dan jumlah orifisi empat (8%). Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Ahmed, dkk. (2013) di
Mumbai India, dimana diperoleh variasi jumlah orifisi dengan frekuensi tertinggi
adalah jumlah orifisi tiga (66%), diikuti oleh jumlah orifisi empat (30%), dan jumlah
orifisi lima (4%).
Akar mesial dari gigi molar satu mandibula permanen umumnya memiliki
orifisi berjumlah dua buah, akan tetapi beberapa laporan kasus menunjukkan bahwa
dapat terjadi variasi yang beranekaragam hingga empat jumlah orifisi dalam satu
akar mesial. 5,18,25,27 Pada penelitian ini variasi jumlah orifisi mesial yang ditemukan
adalah jumlah orifisi mesial satu dan jumlah orifisi mesial dua.
Pada penelitian ini (tabel 2) variasi jumlah orifisi mesial gigi molar satu
mandibula permanen dengan frekuensi tertinggi adalah gigi molar satu mandibula
permanen dengan dua orifisi pada akar mesial (56%), diikuti oleh satu orifisi (44%).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Zaatar, dkk. (1998) di Kuwait,
dimana dijumpai persentase gigi dengan jumlah orifisi mesial dua sebanyak 63,3%
dan jumlah orifisi mesial satu sebanyak 34,7%. Pada penelitian ini tidak ditemukan
gigi molar satu mandibula dengan tiga orifisi mesial, meskipun Ahmed, dkk. (2013)
menunjukkan bahwa persentase variasi dari gigi molar satu mandibula permanen
mencapai 15%.26,27,28
Akar distal umumnya memiliki satu orifisi, yang berada di tengah akar distal,
yang beranekaragam pada akar gigi ini dimana ditemukan variasi hingga tiga orifisi
dalam satu akar distal.5,26,28,29,30
Pada penelitian ini (tabel 3) variasi jumlah orifisi pada akar distal dengan
frekuensi tertinggi pada penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen
dengan satu orifisi distal (92%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
Pattanshetti, dkk (2008) di Kuwait dimana ditemukan variasi jumlah orifisi saluran
akar pada akar distal dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi satu dengan
persentase sebesar 95,5%. 26
Pada penelitian ini juga ditemukan gigi molar satu mandibula dengan dua
orifisi distal dengan persentase yang jauh lebih sedikit, yaitu sebesar 8% (tabel 3),
berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Ahmed, dkk (2013) di India dimana
ditemukan gigi molar satu mandibula dengan dua orifisi distal mencapai 23%. Pada
penelitian ini tidak ditemukan gigi molar satu mandibula dengan jumlah orifisi distal
tiga, seperti yang ditemukan pada beberapa laporan kasus. 27,28,29,30
Perbedaan variasi jumlah orifisi yang ditemukan pada penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh divergensi ras, dimana pada penelitan
sebelumnya oleh Ahmed, dkk. (2013) penelitian dilakukan pada populasi di India,
sedangkan penelitian ini dilakukan pada populasi di Indonesia, dimana sebelumnya
belum pernah dilakukan penelitian mengenai jumlah orifisi di Indonesia. Chourasia,
dkk. (2012) pada penelitiannya di India menyatakan bahwa populasi di India
cenderung memiliki persentase kemunculan jumlah saluran akar empat yang lebih
tinggi (36%).28,29
Perbedaan persentase variasi jumlah orifisi gigi molar satu mandibula
permanen pada penelitian ini dan penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh
perbedaan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian, dimana penelitian
sebelumnya menggunakan jumlah sampel sebanyak 100 gigi molar satu mandibula,
sedangkan pada penelitian ini menggunakan 25 gigi molar satu mandibula, tanpa
mempertimbangkan suku, jenis kelamin, dan genetik. Oleh sebab itu, dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor-faktor yang dapat
Uji korelasi Spearman jumlah akar dengan jumlah orifisi gigi molar satu
mandibula permanen pada penelitian ini (tabel 4) menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara jumlah akar dengan jumlah orifisi gigi molar satu mandibula
permanen (p>0,05) (H0 ditolak), dimana dari 25 sampel gigi molar satu mandibula
permanen dengan akar dua yang diteliti, ditemukan jumlah orifisi dengan variasi
yang beraneka ragam. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dari akar gigi tidak
menentukan jumlah orifisi yang terdapat didalam gigi tersebut, oleh sebab itu jumlah
akar gigi tidak dapat dijadikan pedoman dalam menentukan variasi jumlah orifisi
yang terdapat didalam gigi tersebut.
Jumlah dari orifisi saluran akar gigi sering diidentikkan dengan jumlah dari
saluran akar gigi, akan tetapi American Association of Endodontics (2010)
menyatakan bahwa jumlah dari orifisi tidak selalu sama dengan jumlah dari saluran
akar yang terdapat dibawahnya, dimana dapat ditemukan lebih dari satu saluran akar
pada satu orifisi. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan terhadap saluran
akar gigi, oleh sebab itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara
jumlah orifisi gigi dengan jumlah dari saluran akar gigi, dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut.31
Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak metode yang dapat
digunakan untuk mengamati anatomi orifisi saluran akar gigi, salah satunya adalah
dengan menggunakan radiografi. Salah satu teknik radiografi yang dapat digunakan
untuk mengamati anatomi saluran akar adalah CBCT ( Cone Beam Computed
Tomography). Penggunaan CBCT menghasilkan gambaran radiografi dengan
resolusi ketajaman gambar yang tinggi, sehingga memungkinkan pengamatan yang
Gambar 24. Hasil penggunaan CBCT untuk melihat jumlah orifisi gigi.33
Dengan menggunakan CBCT, dokter gigi dapat mengetahui jumlah orifisi
dari gigi yang akan dirawat sebelum melakukan perawatan endodonti pada gigi
tersebut.32,33 Dengan mengetahui jumlah dan lokasi dari orifisi saluran akar dari gigi
yang akan dirawat, dokter gigi dapat merawat seluruh saluran akar dengan lebih
efisien dan akurat, dan mencegah adanya saluran akar yang terlewat dalam
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Variasi jumlah orifisi pada gigi molar satu mandibula permanen
adalah variasi jumlah orifisi dua (44%), jumlah orifisi tiga (48%), dan jumlah orifisi
empat (8%), tidak dijumpai variasi jumlah orifisi lima.
2. Variasi jumlah orifisi mesial pada gigi molar satu mandibula
permanen adalah variasi jumlah orifisi satu (44%) dan jumlah orifisi dua (56%), tidak
dijumpai variasi jumlah orifisi mesial tiga.
3. Variasi jumlah orifisi distal pada gigi molar satu mandibula permanen
adalah jumlah orifisi satu (92%) dan jumlah orifisi dua (8%), tidak dijumpai variasi
jumlah orifisi distal tiga.
4. Tidak ada hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula
permanen dengan jumlah orifisi (P=0,289).
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi jumlah orifisi
gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah sampel yang lebih banyak
dengan menggunakan Cone Beam Computed Tomography (CBCT).
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh jenis
kelamin, gen, dan suku terhadap jumlah orifisi gigi molar satu mandibula
DAFTAR PUSTAKA
1. Tareen SU, Quareshi A, Rehman S. Frequency and distribution of teeth
requiring endodontic treatment in patients attending a free dental camp in
peshawar. JKCD 2012; 3: 7.
2. Chng HK, Chen NN, Koh ET, Lam EC, Lim KC, Sum CP. Guidelines for root
canal treatment. SDJ 2004; 26: 60.
3. Tavares PB, Bonte E, Boukpessi T, Siqueira JF, Lasfargues JJ. Prevalence of
apical periodontitis in root canal-treated teeth from the urban french
population: influence of the quality of root canal fillings and coronal
restorations. JOE 2009; 35: 811
4. Khan M, Rehman K, Saleem M. Causes of edodontic treatment failure – a
study. Pakistan Oral Dent Jr 2010; 30: 232-6.
5. Cantatore G, Berutti E, Castellucci A. Missed anatomy : frequency and
clinical impact. Endod Topics 2009; 15: 3, 12-3, 20-7.
6. Hoen MM, Pink FE. Contemporary endodontics retreatments : an analysis
based on clinical treatment findings. JOE 2002; 28: 835.
7. Krasner P. Rankow HJ. Anatomy of pulp-chamber floor. Jendodon 2004; 30:
5-10.
8. Ahmed H, Sadaf D, Rahman M. Frequency and distribution of endodontically
treated teeth. JCPSP 2009; 19: 606.
9. Welton RE, Torabinejad M. Prinsip & praktik ilmu endodonsia. Alih Bahasa.
Sumawinata N. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008: 33-4, 194-5,
220, 614-6.
10.Ballullaya SV, Vemuri S, Kumar PR. Variable permanent mandibular first
molar: review of literature. J Conserv Dent 2013; 1-2.
11.Ahmed SA, Pawar MG. An in vivo study of variations in canal anatomy of
maxillary and mandibular first molar using surgical operating microscope.
12.Avery JK, Chiego DJ. Essentials of oral histology and embryology : a clinical
approach. Missouri: Mosby, 2006: 64-75.
13.Short MJ, Goldstein DL. Head, Neck & Dental Anatomy. Canada: Delmar,
2002: 24-8.
14.Woelfel JB, Scheld RC. Dental Anatomy : its relevance to dentistry. Maryland:
Lippincott Williams & Wilkins, 2002: 81-2.
15.Mahajan P, Monga P, Bahunguna N, Bajaj N. Principles of calcified canals.
IJDS 2010 ; 2: 3-5.
16.Tewari S, Garg A, Garg N. Textbook of endodontics. 2nd. New Delhi: Jaypee,
2010 : 47.
17.Babbush CA, Fehrenbach MJ, Emmons M, Nunez DW. Mosby’s dental
dictionary. 2nd. Missouri: Mosby, 2008: 107, 321.
18.Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 10th. , Missouri: Mosby,
2011: 138.
19.Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Alih Bahasa. Sumawinata N.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 218.
20.Carrotte P. Endodontics: part 4 morphology of the root canal system. British
Dental Journal. 2004: 379-83.
21.Segner S, Cobankara FK, Akgunlu F. Calcifications of the pulp chamber :
prevalence and implicated factor. J Clin Oral Invest 2009; 13: 209-15.
22.Haque S, Hossain MZ. Pulp Calcification: case reports with difficult
endodontic problem. City Dental College J 2012; 9: 19-22.
23.Balogh MB, Fehrenbach MJ. Dental embryology, histology, and anatomy.
2nd. Missouri: Elsevier, 2006: 305-8.
24.Fehrenbach MJ. Dental anatomy coloring book. Missouri: Elsevier, 2008:
145-9.
25.Poorni S, Kumar RA, Indira R. Canal complexity of a mandibular first molar:
J Conserv Dent 2009; 37-40.
26.Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 9th. Missouri: Mosby, 2009:
27.Margarit R, Andrei OC. Anatomical variations of mandibular first molar and
their implications in endodontic treatment. Rom J Morphol Embryol 2011;
1389-92.
28. Ahmed SA, Pawar MG. An in vivo study of variations in the canal anatomy
of maxillary and mandibular first molar using surgical operating microscope.
WJD 2013; 47-54.
29.Chourasia H, Meshram GK, Warhadpande M, Dakshindas D. Root canal
morphology of mandibular first permanent molars in an indian population. Int
Jour Dent 2012; 1-5.
30.Razmi H, Shokouhinejad N, Hooshyar M. An in vitro study of the number of
distal roots and canals in mandibular first molars in iranian population. IEJ
2008; 126-8.
31.American Association of Endodontics. Access Opening and canal location.
Endodontics : Colleagues for Excellence 2010: 1-6
32.American Association of Endodontics. Cone Beam Computed Tomography
in Endodontics. Endodontics : Colleagues for Excellence 2011: 1-6
33. Pablo OV, dkk. CBCT study of root canal morphology of mandibular first
Lampiran 1
Skema Alur Pikir
1. Perawatan endodonti atau perawatan saluran akar adalah prosedur perawatan secara
kimia dan mekanis yang dapat diterima secara biologis pada saluran akar untuk mengeliminasi penyakit pulpa dan periradikular serta untuk mempromosikan penyembuhan dan perbaikan jaringan radikular. (Chng H, dkk 2004)
2. Perawatan saluran akar memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga sering
terjadi kegagalan dalam perawatan. (Tavares, dkk 2009)
3. Kegagalan dalam perawatan endodonti dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu : pembersihan dan pengisian yang tidak adekuat dari saluran akar, restorasi mahkota yang tidak memadai, serta pengetahuan yang tidak adekuat mengenai anatomi saluran akar. (Cantatore G, dkk 2009, Khan M, dkk 2010)
4. 42% dari kegagalan perawatan endodonti disebabkan oleh adanya saluran akar yang
tidak terawat. (Hoen,dkk 2002)
5. Jumlah dari orifisi sakuran akar gigi tidak dapat diprediksi, khususnya pada gigi
yang telah direstorasi berulang, karies.dan gigi yang telah dipreparasi saluran akarnya, dimana anatomi normal dari gigi telah disamarkan oleh kalsifikasi. (Krasner, dkk 2004)
6. Gigi yang paling sering mendapat perawatan endodonti adalah gigi molar satu
mandibula, karena gigi molar satu mandibula adalah gigi yang memiliki durasi paling lama didalam rongga mulut dan memiliki variasi anatomis yang beranekaragam (Ahmed,dkk 2009)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti variasi jumlah orofisi
dari gigi molar satu mandibula permanen. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
Masalah
1. Berapakah jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula
permanen ?
2. Berapakah jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula
permanen ?
3. Berapakah jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula
permanen ?
4. Apakah terdapat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi ?
Tujuan
1. Untuk melihat variasi jumlah orifisi baik mesial maupun distal pada gigi molar satu mandibula permanen
2. Untuk melihat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula
permanen dengan jumlah orifisi
Manfaat
1. Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran gigi, khususnya dibidang biologi oral dan ilmu konservasi gigi.
2. Sebagai informasi mengenai variasi jumlah orifisi saluran akar gigi
Lampiran 2
Tabel Hasil Pengamatan Gigi Molar Satu Mandibula Permanen
No. Sampel
Molar Satu Mandibula
11. Sampel 11
12. Sampel 12
13. Sampel 13
14. Sampel 14
15. Sampel 15
16. Sampel 16
17. Sampel 17
18. Sampel 18
19. Sampel 19
20. Sampel 20
21. Sampel 21
22. Sampel 22
23. Sampel 23
24. Sampel 24
KETERANGAN :
A. Gigi molar satu mandibula permanen dengan tiga orofisi. (M = Mesial, D = Distal) B. Gigi molar satu mandibula permanen dengan empat orofisi. (M = Mesial, D = Distal)
C.Gigi molar satu mandibula permanen dengan dua akar. (M = Mesial, D = Distal) D.Gigi molar saru mandibula permanen dengan tiga akar. (M = Mesial, D = Distal)
A B
Lampiran 3
Tabel Gambar Hasil Penelitian
Tabel Gambar Hasil Penelitian Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Kiri
No Sampel Pengamatan
5. Sampel 6
3
6. Sampel
7
2
7. Sampel
9
2
8. Sampel
10
3
9. Sampel
11
3
10. Sampel 12
11. Sampel 13
2
12. Sampel 16
3
13. Sampel 17
3
14. Sampel 19
2
15. Sampel 21
4
16. Sampel 22
17. Sampel 23
2
Tabel Gambar Hasil Penelitian Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Kanan
No Sampel Pengamatan
5. Sampel 18
2
6. Sampel
20
3
7. Sampel
24
3
8. Sampel
25
Lampiran 4
Normal Parametersa,b Mean 2.04 2.64
Std. Deviation .200 .638
Kolmogorov-Smirnov Z 2.696 1.411
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .037
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Correlations Spearman's rho Jumlah Akar Molar