• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Akar Gigi Molar Satu Permanen Mandibula Pada Usia 6-10 Tahun Ditinjau Dari Radiografi Periapikal Di Salah Satu Sd Negeri Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Akar Gigi Molar Satu Permanen Mandibula Pada Usia 6-10 Tahun Ditinjau Dari Radiografi Periapikal Di Salah Satu Sd Negeri Medan"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU

PERMANEN MANDIBULA PADA USIA

6-10 TAHUN DITINJAU DARI

RADIOGRAFI PERIAPIKAL

DI SALAH SATU SD

NEGERI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ADINDA MUNAWARAH DINATA

NIM : 110600111

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Radiologi Kedokteran Gigi

Tahun 2015

Adinda Munawarah Dinata

Perkembangan Akar Gigi Molar Satu Permanen Mandibula Pada Usia 6-10 Tahun Ditinjau Dari Radiografi Periapikal Di Salah Satu SD Negeri Medan

x + 47 halaman

Perkembangan gigi molar satu permanen mandibula merupakan proses dengan terbentuknya akar, bifurkasi, mahkota, sampai foramen apikal terbentuk sempurna. Erupsi gigi molar satu permanen terjadi di usia 6-7 tahun dan pembentukan akar sempurna saat usia 9-10 tahun.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional terhadap 70 orang anak SD Negeri Medan yang berusia 6-10 tahun. Penelitian dilakukan dengan mengambil foto ronsen periapikal dengan teknik paralel selanjutnya dinilai bentuk akar berdasarkan teori Moorrees dan Demirjian serta diihitung panjang akar gigi diatas viewer box.

Hasil penelitian menunjukkan di usia 6 tahun bentuk akar gigi R ½ dan R ¾

71,4% panjang akar gigi mesial 5,5mm-13mm dan distal 4,5mm-10mm. Usia 7 tahun 100 % bentuk akar R ¾, panjang akar mesial 7mm-12,5mm dan distal 6 mm-9,5mm. Di usia 8 tahun 85,7% bentuk akar R ¾ dan Rc 14,3% panjang akar mesial 9mm-13,5mm dan distal 7mm-11,5mm. Di usia 9 tahun 85,7% bentuk akar Rc dan A ½ 7,1% panjang akar mesial 10,5mm-14mm dan distal 8mm-11,5mm, di usia 10 tahun bentuk akar A ½ 42,9% dan tahap Ac 57,1% serta panjang akar mesial 10mm-14mm dan distal 7mm-12mm.

(3)

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU

PERMANEN MANDIBULA PADA USIA

6-10 TAHUN DITINJAU DARI

RADIOGRAFI PERIAPIKAL

DI SALAH SATU SD

NEGERI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ADINDA MUNAWARAH DINATA

NIM : 110600111

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 Februari 2015

Pembimbing 1 Tanda tangan

Lidya Irani Nainggolan drg., Sp.RKG ……….

NIP : 197502252005022005

Pembimbing 2 Tanda tangan

H.Amrin Thahir, drg ...

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 16 Februari 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp.RKG

H.Amrin Thahir, drg

ANGGOTA : 1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah

diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Papa tersayang H.Iskandar Muda Dinata, SH.,Mm dan Mama tercinta Hj.Erna Ulfa, SP.d atas segala kasih sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan baik moril maupun materil yang tidak akan terbalas oleh penulis. Serta tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada kakak tersayang Alm.Nuraina Dini Dinata, SKG, Maisarah Dinata, SH, dan Aak tercinta. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih banyak kepada dosen pembimbing Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG dan H,Amrin Thahir, drg, sebagai dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu penulis dan telah bersedia meluangkan waktu, memberikan semangat, motivasi serta bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph. D., Sp. Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr.Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Ketua Departemen Radiologi

Kedokteran Gigi dan tim penguji atas segala masukan, saran, dan motivasi yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

(7)

4. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG, Dewi Kartika, drg, Maria Sitanggang, drg selaku staf pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. 5. Ibu Maya selaku dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Bidang Statistik yang

telah banyak membantu dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.

6. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (Kak Tety, Kak Rani, dan Bang Ari).

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani masa pendidikan.

8. Sahabat-sahabat tersayang (Halimahtusa’diah, Enni, Dinda Maurelova, Aulia, Ade, Liya, Dara, Kak Keyke, Suci, Cut, Ayu, Metha, Shinta, Kak Santi) yang selalu memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis dalam penelitian ini.

9. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi dan seluruhnya.

Medan, Februari 2015 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang. ... 2

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tinjauan Umum Radiografi ... 4

2.1.1 Radiografi Kedokteran Gigi ... 5

(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 46

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1. Anatomi normal gigi bercampur usia 8 tahun ... 4

Gambar 2. Posisi pasien (Molar Mandibula) ... 7

Gambar 3. Tahap Perkembangan Gigi ... 11

Gambar 4. Resorbsi akar gigi molar desidui ... 12

Gambar 5. Molar satu permanen mandibula ... 17

Gambar 6. Metode Moorrees ... 18

Gambar 7 Tahap perkembangan akar gigi molar mandibula ... 19

Gambar 8 Cara pengukuran panjang akar molar satu mandibula ... 30

Gambar 9 Gigi molar satu permanen mandibula usia 6 tahun ... 36

Gambar 10 Gigi molar satu permanen mandibula usia 7 tahun ... 36

Gambar 11 Gigi molar satu permanen mandibula usia 8 tahun ... 37

Gambar 12 Gigi molar satu permanen mandibula usia 9 tahun ... 37

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen ... 14

Tabel 2. Tahap perkembangan gigi molar mandibula ... 18

Tabel 3. Tahap perkembangan akar gigi molar mandibula ... 20

Tabel 4. Variabel penelitian dan definisi Opersional ... 25

Tabel 5. Prevalensi hasil penelitian bentuk akar gigi berdasarkan usia.. 35 Tabel 6. Panjang akar gigi molar satu permanen mandibula berdasarkan usia

(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

Grafik 1 Jumlah sampel hasil penelitian berdasarkan kriteria usia ditinjau dari bentuk akar gigi menurut teori Moorrees ... 32 Grafik 2. Jumlah sampel hasil penelitian berdasarkan kriteria usia ditinjau dari

bentuk akar gigi menurut teori Demirjian ... 33 Grafik 3. Jumlah sampel penelitian berdasarkan kriteria jenis kelamin ditinjau

dari bentuk akar gigi menurut teori Moorrees ... 39 Grafik 4. Jumlah sampel hasil penelitian berdasarkan kriteria jenis kelamin

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiografi periapikal adalah teknik radiografi intraoral yang digunakan untuk melihat suatu gigi dan jaringan di sekitar daerah apikalnya. Pada satu film dapat terlihat dua sampai empat gambaran gigi beserta tulang alveolar di sekitarnya dan pada periode gigi bercampur dapat melihat benih gigi permanen dibawah apikal gigi desidui. Teknik yang sering digunakan adalah teknik paraleling dan teknik bisekting. Teknik paralel memiliki keuntungan yaitu memiliki distorsi paling kecil, dan menggunakan film holder sehingga posisi film lebih stabil di dalam mulut.1

Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan hal yang harus diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi permanen anak. Erupsi gigi adalah proses

pergerakan gigi yang dimulai dari pembentukan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal.2 Molar pertama permanen erupsi sebelum gigi geligi desidui tanggal dan gigi ini merupakan gigi yang tidak menggantikan gigi desidui. Molar pertama permanen merupakan gigi permanen yang pertama kali erupsi, yaitu pada umur 6-7 tahun dan akar gigi terbentuk sempurna pada usia 9-10 tahun.3-5

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Demirjian pada radiografi panoramik untuk melihat perkembangan gigi pada anak yang berumur 2-20 tahun. Pertumbuhan benih gigi permanen anak laki-laki dimulai di usia 8 tahun dan pertumbuhan benih gigi permanen anak perempuan dimulai di usia 4 tahun 5 bulan menunjukkan pembentukan mahkota gigi telah selesai dan terjadi perluasan menuju cemento-enamel junction, tepi atas kamar pulpa pada gigi yang berakar tunggal terlihat radiopak pada tanduk pulpa dan dimulainya tahap pembentukan akar gigi.6

(14)

di kabupaten Sumedang mengatakan bahwa erupsi gigi molar satu permanen mandibula terjadi di usia 6-7 tahun. Pada sebagian anak molar satu permanen adalah yang pertama erupsi. Variasi pada erupsi ini dikarenakan erupsi gigi dipengaruhi oleh berbagai keadaan yang berbeda pada setiap orang seperti keturunan, penyakit, ras, iklim, dan keadaan sosial.7

Hasil penelitian Moorrees di London pada anak-anak yang berkulit putih proses pembentukan akar gigi permanen pada ada gigi molar pertama permanen maksila anak laki-laki terjadi di usia 6 tahun 3 bulan dan anak perempuan terjadi di usia 6 tahun 4 bulan. Proses munculnya beberapa bagian mahkota gigi menembus gingiva (emergence stage) pada gigi permanen untuk gigi molar pertama permanen mandibula anak laki-laki terjadi di usia 6 tahun 3 bulan dan anak perempuan terjadi di usia 6 tahun 3 bulan.8

Penelitian Dr.Woelfel (2002) di Ohio mendapatkan hasil bahwa panjang akar gigi molar satu permanen mandibula pada bagian mesial 14 mm danbagian distal 13 mm.9

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran radiografi periapikal bentuk akar dan panjang akar gigi molar satu permanen mandibula anak usia 6-10 tahun di salah satu SD Negeri Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah tahap perkembangan bentuk akar dan panjang akar gigi molar satu permanen mandibula anak usia 6-10 tahun setelah dilihat dari gambaran radiografi periapikal.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tahap perkembangan bentuk akar dan panjang akar gigi molar satu permanen pada anak-anak yang berusia 6-10 tahun pada radiografi periapikal.

(15)

1) Manfaat teoritis: Dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi agar dapat mengetahui tahap perkembangan akar gigi molar satu khususnya pada bentuk perkembangan akar dan panjang akar gigi molar satu permanen mandibula pada usia 6-10 tahun.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Radiografi

Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang profesor fisika dari Universitas Wurzburg, di Jerman. Hasil radiografi terbentuk karena perbedaan intensitas radiasi sinar-x yang sampai ke permukaan film. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ketebalan dan penyerapan radiasi yang berbeda pada objek. Bagian tubuh akan menyerap banyak radiasi sehingga kuantitas sinar-x yang sampai ke film akan berkurang. Gambaran tulang (jaringan keras) akan menghasilkan bayangan putih (radiopak) pada film. Sedangkan gambaran hitam (radiolusen) dihasilkan dari sinar-x

yang langsung terpapar pada film atau objek yang sedikit menahan radiasi.10,11

Gambar 1. Anatomi normal gigi bercampur usia 8 tahun dilihat

dari radiografi periapikal (A) Enamel (B) Dentin (C)

Pulpa (D) Lamina dura (E) Crest Alveolar (F) Tulang A

B C

D E

(17)

alveolar12

Secara radiografi gambaran anatomi normal pada gigi sampai yang terlihat pada gambar satu:

A. Enamel merupakan bagian gigi yang terpadat, mahkota gigi terlihat radiopak yang berakhir pada batas cemento-enamel junction

B. Dentin merupakan struktur gigi setelah enamel tetapi tidak mengalami kalsifikasi sehingga tidak begitu radiopak. Jika hasil radiografi tidak begitu baik maka sulit membedakan atas dari enamel, dentin, dan dentino-enamel junction

C. Pulpa berada di tengah mahkota dan akar gigi yaitu terlihat radiolusen. Seiring pertambahan umur maka kamar pulpa akan semakin mengecil bahkan dalam beberapa kasus hilang tertutup dentin sekunder

D. Lamina dura terlihat radiopak dan berjalan tanpa putus (lamina dura terlihat jelas ketika setelah dilakukan pencabutan)

E. Crest alveolar adalah anatomi gigi antara margin gingiva dengan puncak tulang alveolar yang terletak diantara gigi dan terlihat radiopak pada radiografi

F. Tulang alveolar adalah anatomi gigi yang berguna sebagai pendukung dan penahan gigi yang terlihat radiopak.11

2.1.1 Radiografi Kedokteran Gigi

(18)

diagnosa untuk melihat gigi impaksi, dan melihat analisa periode gigi bercampur. Dosis radiografi panoramik adalah 0,004-0,03 mSv.1,10

2.2 Radiografi Intraoral

Radiografi intraoral dapat membantu dokter gigi dalam menegakkan diagnosa dari kelainan dalam rongga mulut yang tidak terlihat secara klinis seperti perluasan dari penyakit periodontal, karies, serta kelainan patologis lain yang ada dalam rongga mulut. Tipe-tipe radiografi intraoral secara umum yaitu radiografi periapikal, radiografi interproksimal (bitewing), dan radiografi oklusal.10,11

2.2.1 Radiografi Periapikal

Radiografi periapikal adalah jenis radiografi intra oral yang bertujuan untuk melihat gigi dan jaringan pendukung di sekitar gigi. Setiap film biasanya menunjukkan dua sampai empat gigi dan memberikan informasi secara rinci tentang gigi mulai dari mahkota, dentin, pulpa, akar gigi, dantulang alveolar sekitar gigi sampai ke apikal. Teknik yang digunakan adalah teknik paralleling dan teknik bisekting.1,13-14 Pada teknik ini, sudut penyinaran radiografi periapikal pada molar satu rahang bawah pengaturan sudut long cone adalah -10° untuk angulasi vertikal dan 70° dan 80° pada angulasi horisontal. Dosis efektif pemeriksaan rutin gigi pada radiografi periapikal adalah 0,001-0,008 mSv yaitu dosis yang relatif kecil dan tidak berbahaya untuk tubuh. Ukuran film pada radiografi periapikal ada dua tipe, yaitu untuk anak-anak dan dewasa. Ukuran film untuk anak-anak ada dua jenis yaitu size 0 (22 mmx35 mm) dan size 1 (24 mmx40 mm), dan untuk orang dewasa digunakan size 2 (30,5 mmx40,5 mm).13

Indikasi untuk radiografi periapikal yaitu untuk perawatan endodonti melihat adanya infeksi atau inflamasi pada daerah apikal gigi,untuk melihat ada atau tidaknya

kelainan posisi pada gigi yang belum tumbuh, dan untuk evaluasi secara menyeluruh pada kista apikal dan lesi lainnya pada tulang alveolar.1

2.2.1.1 Teknik Paralel

(19)

merupakan teknik yang ideal karena menggunakan film holder sehingga lebih stabil di dalam mulut.10

Prinsip yang dilakukan pada teknik paralel dilakukan dengan menempatkan film sejajar dengan aksis panjang gigi untuk menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi dengan menggunakan film holder. Setelah film dan aksis panjang gigi sejajar, pusat sinar-x diarahkan tegak lurus dengan gigi dan film. Teknik yang dilakukan dengan benar akan memiliki kelebihan seperti menghasilkan gambar yang jelas sesuai dengan ukuran gigi sesungguhnya, distorsi kecil, mudah untuk dipelajari. Tetapi, teknik paralel ini memiliki kekurangan seperti sulit meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, dan dipengaruhi keterampilan operator dalam pemakaian film holder karena kurang nyaman bagi pasien yang sensitif jika menekan jaringan mukosa pada dasar mulut.1

Gambar 2.A. Posisi pasien (Molar mandibula) B. Sketsa posisi C.

Gambaran pengaturan posisi teknik pararel D.Posisi film

dan sudut penyinaran teknik paralel dengan menggunakan

film holder1

A B

(20)

Pada pengambilan gambar molar mandibula, film ditempatkan pada film holder dengan orientasi horisontal. Molar kedua terletak pada tengah film dengan sinar tegak

lurus pada pusat film. Arah titik datang sinar terletak pada bagian bawah sudut mata bagian luar ke daerah tengah mandibula. Kontak antar molar harus terbuka dan daerah distal molar ketiga harus terlihat meskipun gigi tidak ada. Hati-hati dalam penempatan film karena tepi yang tajam dapat menyeabkan ketidaknyamanan pada dasar mulut yang sensitif.11

Teknik paralleling memiliki kelebihan yaitu menghasilkan gambar yang akurat secara geometris dengan sedikit pembesaran, menggambarkan jaringan periapikal secara akurat dengan sedikit pemendekan atau elongasi, melihat keseluruhan mahkota gigi dapat teramati dengan baik, sehingga karies proksimal dapat terdeteksi, posisi relatif dari film, gigi, dan arah sinar tidak dipengaruhi oleh posisi kepala pasien.1

Teknik paralleling memiliki kekurangan, yaitu posisi film untuk pengambilan ronsen foto untuk gigi posterior, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien, sering memicu refleks muntah (gagging), tidak dapat diterapkan pada pasien dengan palatum yang datar atau dangkal, gambaran pada bagian apikal dari akar gigi terkadang muncul sangat dekat dengan tepi film, dan film holder harus terbuat dari bahan yang dapat disterilisasi dan hanya dapat digunakan sekali pakai.1

2.2.1.2 Teknik Bisekting

Teknik bisekting dikenal juga dengan bisecting angle technique, bisection of the angle technique, dan short cone technique. Prinsip pada bisecting technique menggunakan prinsip geometri, film harus diletakkan sepanjang permukaan

lingual/palatal dari gigi, bidang film dan aksis panjang gigi membentuk sudut, adanya garis bisekting, central x-ray tegak lurus terhadap garis bisektris. Keuntungan dari teknik bisekting adalah pemegang film tidak diperlukan karena pasien dapat memegang film dengan menggunakan jari.10

(21)

panjang gigi pada gambar sama dengan panjang gigi sebenarnya bila sudut yang dibentuk benar, sehingga teknik ini cukup adekuat untuk tujuan diagnostik, meskipun tidak ideal.1

Teknik bisekting memiliki kekurangan, yaitu: gambar yang dihasilkan dapat mengalami distorsi karena angulasi vertikal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang elongasi maupun memendek, level tulang periodontal hampir tidak terlihat, angulasi horisontal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang overlapping antara mahkota dan akar gigi, akar bukal gigi premolar dan molar maksila terlihat lebih pendek pada gambar.1

2.2.2 Radiografi Bitewing

Teknik bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi crown, daerah interproksimal dan crest alveolar maksila dan mandibula dalam film yang sama. Selain itu, radiografi oklusal berguna untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini) dan crest alveolar

antara 2 gigi. Dosis radiografi bitewing adalah 0,001-0,008 mSv.10

2.2.3 Radiografi Oklusal

(22)

2.3 Perkembangan Gigi Desidui dan Permanen

Perkembangan setiap gigi manusia dimulai dengan pembentukan suatu benih gigi. Benih gigi berasal dari dua jaringan embrio yaitu bagian yang berkembang dari lamina gigi berasal dari ektodermal dan bagian lain dari mesenkim yang terletak di mandibula ektodermal. Benih gigi dibentuk dari tiga organ pembentuk, yaitu:14,15 1. Organ Enamel, berasal dari epitel dimana lapisan dalamnya akan membentuk

enamel.

2. Dental papilla (organ dentin), berasal dari mesenkim dan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang tengah dentin sebagai ruang pulpa.

3. Poket gigi (organ periodontal), berasal dari mesenkim dan akan membentuk struktur penyangga gigi, sementum, tulang alveolar, dan membran periodontal.14

Tanda-tanda utama dari perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula pada usia 5-6 minggu dalam kandungan/kehamilan. Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan lamina gigi. Lamina gigi adalah

(23)

Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan selama siklus kehidupan yaitu:14,15

Gambar 3.Tahap perkembangan gigi16

1. Tahap inisiasi, pembentukan awal benih gigi yang dihasilkan dari jaringan mulut, sering dikenal sebagai (bud stage).

2. Tahap proliferasi, pembiakan dari sel-sel dan perluasan organ enamel akan membentuk enamel gigi, sering disebut (cap stage).

3. Tahap histodifferensiasi, spesialisasi sel-sel yang mengalami perubahan histologis dimana jumlah sel meningkat, lapisan membentuk sebuah bel dan berdifferensiasi ke dalam jaringan khusus ameloblast yang akan membentuk enamel dan odontoblast yang akan membentuk dentin.

4. Tahap morfodifferensiasi, sel-sel pembentuk sepanjang penghubung dentin enamel akan memberi bentuk dan ukuran crown dan radiks. (bell stage)

Sepanjang bulan ke-5 perkembangan janin, jaringan keras gigi mulai dibentuk. 5. Tahap aposisi, pengendapan dari matriks enamel dan dentin dalam lapisan

tambahan.

(24)

7. Tahap erupsi, yaitu pergerakan gigi ke dalam rongga mulut

8. Tahap atrisi, yaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian gigi sewaktu berfungsi.14

2.3.1 Perkembangan Gigi Desidui

Proses gigi yang erupsi pada saat pertumbuhan disebut gigi desidui. Pada maksila, gigi desidui insisivus sentralis erupsi pada usia 7 1/2 bulan, gigi desidui

insisivus lateralis erupsi umur 9 bulan, gigi desidui kaninus erupsi umur 18 bulan, gigi desidui molar pertama erupsi umur 14 bulan, gigi desidui molar kedua erupsi umur 24 bulan. Pada mandibula, gigi desidui insisivus sentralis erupsi pada usia 6 bulan, gigi desidui insisivus lateralis erupsi umur 7 bulan, gigi desidui kaninus erupsi umur 16 bulan, gigi desidui molar pertama erupsi umur 12 bulan, gigi desidui molar kedua erupsi umur 20 bulan. Setelah waktu tertentu gigi desidui akan tanggal dan digantikan dengan gigi geligi permanen.14

(25)

Pada perempuan, resorbsi 1/4 akar gigi terjadi di usia 4 bulan 9 hari pada bagian

akar distal terjadi di usia 5 bulan 1 hari, resorpsi 1/2 akar gigi pada bagian mesial

terjadi di usia 7 bulan 2 hari dan pada bagian akar distal terjadi di usia 7 bulan 7 hari, resorbsi 3/4 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 8 bulan 7 hari dan pada bagian

akar distal terjadi di usia 9 bulan 3 hari, dan selesai nya resorbsi akar gigi mesial gigi desidui terjadi di usia 9 bulan 5 hari dan selesai nya resorbsi akar distal gigi terjadi di usia 10 bulan 1 hari. Pada laki-laki resorbsi1/4 akar gigi pada bagian mesial terjadi di

usia 5 bulan 4 hari sedangkan pada bagian akar distal terjadi di usia 6 bulan 4 hari, resorbsi 1/2 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 7 bulan 6 hari sedangkan pada

bagian akar distal terjadi di usia 8 bulan 3 hari, resorbsi 3/4 akar gigi pada bagian

mesial terjadi di usia 9 bulan 4 hari sedangkan pada akar distal terjadi di usia 10 bulan, dan selesai nya resorbsi akar gigi mesial gigi desidui terjadi di usia 10 bulan 7 hari dan pada bagian distal terjadi di usia 10 bulan 7 hari.12

2.3.2 Perkembangan Erupsi Gigi Permanen

Waktu erupsi dari tiap gigi didapat dalam empat periode waktu, yaitu saat tidak terdapat gigi, saat erupsi gigi sulung dan hanya terdapat gigi sulung dalam rongga mulut, saat rongga mulut dalam periode gigi bercampur dimana gigi geligi terdiri atas gigi sulung dan gigi permanen dan terjadi proses gigi permanen.12

Dari lahir sampai 6 bulan tidak terlihat adanya gigi dalam rongga mulut, pada usia 6 bulan hingga 2 tahun seluruh gigi desidui mulai erupsi dalam rongga mulut anak, ketika memasuki usia 2 tahun 6 bulan muncul ke-20 gigi desidui dan belum terlihat adanya gigi permanen dalam rongga mulut, ketika memasuki usia 2 tahun gigi

permanen mulai muncul berawal dari gigi molar pertama disebelah distal gigi molar kedua sulung kemudian hilangnya gigi insisivus sentralis rahang bawah yang akan

(26)

usia 12 tahun molar kedua muncul pada bagian distal dari gigi molar pertama permanen. Dan setelah usia 12 tahun erupsi gigi molar kedua terlihat ke-28 gigi permanen dalam rongga mulut dan seluruh gigi desidui telah hilang dan tergantikan oleh gigi permanen, ketika memasuki usia 17 sampai 21 tahun erupsi molar ketiga.12 Tabel 1. Pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen17,18

Gigi Klasifikasi awal Mahkota lengkap

Erupsi Akar lengkap

I1 atas 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun

I1 bawah 3-4 bulan 4-5 tahun 6-7 tahun 9 tahun

12 atas 10-12 bulan 4-5 tahun 8-9 tahun 11 tahun

I2 bawah 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun

C atas 4-5 bulan 6-7 tahun 11-12 tahun 13-15 tahun

C bawah 4-5 bulan 6-7 tahun 9-10 tahun 12-14 tahun

P1 atas 1,5-18 tahun 5-6 tahun 10-11 tahun 12-13 tahun

P1 bawah 1 ¾- 2 tahun 5-6 tahun 10-12 tahun 12-13 tahun

P2 atas 2-2 ½ tahun 6-7 tahun 10-12 tahun 12-14 tahun

P2 bawah 2 ¼- 2 ½ tahun 6-7 tahun 11-12 tahun 13-14 tahun

M1 atas Saat lahir/sesaat sebelumnya

2,5-3 tahun 6-7 tahun 9-10 tahun

M1 bawah Saat lahir/sesaat sebelumnya

2,5-3 tahun 6-7 tahun 9-10 tahun

M2 atas 2 ½ -3 tahun 7-8 tahun 12-13 tahun 14-16 tahun

M2 bawah 2 ½ -3 tahun 7-8 tahun 12-13 tahun 14-15 tahun

M3 atas 7-9 tahun 12-16 tahun 17-21 tahun 18-25 tahun

(27)

2.4 Perkembangan Mahkota dan Akar Gigi

Sebelum erupsi, mahkota gigi dibentuk dari lobus-lobus dan mengalami kalsifikasi di dalam tulang rahang. Setelah kalsifikasi mahkota selesai, akar gigi mulai terbentuk dan gigi bergerak melewati tulang ke arah permukaan (terjadi proses erupsi) yang kemudian menembus mukosa oral ke dalam rongga mulut. Setelah erupsi, akar terus mengalami pembentukan hingga terbentuk sempurna. Pada waktu yang bersamaan, gigi sulung mengalami pembentukan dan mulai erupsi, sedangkan gigi permanen sudah mulai terbentuk di dalam tulang rahang. Gigi permanen akan bergerak ke arah oklusal seiring dengan perkembangan dan proses kalsifikasi yang akhirnya akan menggantikan gigi desidui. Tahap perkembangan mahkota dan akar dibagi atas 8 tahap, yaitu:12

1. Kalsifikasi mahkota gigi desidui

Mahkota dari ke-20 gigi desidui mengalami kalsifikasi antara usia 4 tahun 6 bulan intrauterin. Pembentukan mahkota gigi desidui selesai dalam kurun waktu satu tahun setelah kelahiran, dengan rata-rata 10 bulan dari awal proses kalsifikasi gigi.

2. Pembentukan Akar dan kemunculan gigi desidui

Pembentukan akar untuk gigi desidui dan permanen dimulai saat enamel mahkota telah terbentuk, dan gigi memulai pergerakan oklusal melalui tulang ke arah rongga mulut. Setelah erupsi mahkota gigi desidui ke dalam rongga mulut sekitar 6 bulan sampai 2 tahun gigi terus mengalami erupsi hingga beroklusi dengan gigi dari lengkung yang berlawanan.

3. Kemunculan gigi desidui (dari usia 6 bulan hingga sekitar 2 tahun)

Gigi desidui pertama yang erupsi adalah gigi insisivus sentralis bawah sekitar usia 6 bulan setelah itu gigi insisivus lateralis bawah diikuti gigi insisvus sentralis erupsi sebelum insisivus lateralis. Selanjutnya gigi molar pertama desidui, kemudian kaninus, diikuti molar kedua. Gigi desidui yang muncul terakhir dan menyempurnakan gigi desidui adalah gigi molar kedua desidui pada usia 2 tahun. 4. Penyempurnaan akar gigi desidui

(28)

tahun hingga 6 tahun, dan belum terlihat gigi permanen dalam mulut, tetapi gigi permanen mengalami pembentukan di dalam rahang.

5. Pelepasan gigi desidui yang hampir bersamaan dengan erupsi gigi permanen

Akar gigi desidui berada dalam keadaan sempurna hanya untuk waktu yang singkat hanya 3 tahun setelah selesai, akar gigi desidui mulai mengalami resopsi pada apeks atau satu sisi dekat dengan apeks. Resorbsi gigi desidui adalah hilangnya akar gigi secara bertahap akibat erupsi gigi permanen. Resorbsi berlanjut dengan gigi permanen yang bergerak mendekati permukaan hingga akhirnya gigi desidui menjadi

‘goyang/jatuh” yang disebut eksfoliasi. Saat gigi desidui terlepas, mahkota gigi penggantinya sudah dekat dengan permukaan dan siap untuk muncul ke dalam rongga mulut.

6. Periode gigi bercampur

Periode gigi bercampur terjadi sekitar usia 6 tahun ketika molar pertama erupsi. Periode gigi bercampur berakhir sekitar usia 12 tahun ketika gigi desidui telah

tergantikan. Pada periode gigi bercampur terdapat 20 gigi desidui dan ke-empat gigi molar permanen.

7. Pembentukan mahkota gigi permanen

Mahkota gigi molar pertama terbentuk saat lahir. Pada gigi permanen, pembentukan mahkota dan kalsifikasi sempurna rata-rata di usia 3 sampai 4 tahun sebelum erupsi ke rongga mulut.

8. Urutan kemunculan gigi permanen

Waktu erupsi gigi molar satu permanen usia 6 tahun, kaninus antara usia 6 sampai 9 tahun, gigi premolar antara usia 9 sampai 12 tahun.12

2.4.1 Perkembangan Akar Molar Satu Permanen Mandibula

(29)

mesial dan distal, serta memiliki dua saluran akar hampir sebanyak 100%. Akar dapat terbagi menjadi bagian bukal dan lingual. Kontur permukaan akar distal lebih bervariasi tetapi lebih konveks, sedangkan akar distal memiliki satu saluran. Akses ke bifurkasi akar di dalam mulut terletak dekat dengan permukaan akar midbukal dan midlingual. Batang akar lebih pendek dibanding molar kedua, furkasi mendekati garis servikal pada sisi bukal molar pertama. Garis servikal lebih ke oklusal pada sisi lingual molar pertama. Lekukan bukal dan lingual terlihat pada batang akar yang pendek, meluas dari garis servikal hingga furkasi bukal dan lingual, dan akar gigi molar pertama lebih lebar dan lebih terbuka dibanding akar molar kedua, yang dapat memperlihatkan inklinasi distal.12

Gambar 5. Molar satu permanen mandibula12

Gambaran anatomi normal gigi molar satu permanen mandibula secara radiografi terlihat mahkota, dentin, dan sementum akar radiopak, kamar pulpa sampai saluran pulpa terlihat radiolusen, membran periodontal terlihat radiolusen, dan lamina dura serta tulang alveolar terlihat radiopak (seperti terlihat pada gambar 1).8

Ada 2 teori tahap penelitian kalsifikasi gigi menurut metode Moorrees, dan metode Demirjian ditinjau dari gambaran radiografi, yaitu:

2.4.1.1 Metode Moorrees

(30)

pembentukan akar sempurna terjadi pada usia 8 tahun, foramen apikal terbuka di usia 8 tahun 5 bulan, dan foramen apikal tertutup usia 9 tahun 3 bulan, sedangkan pada anak perempuan ¼ akar gigi terjadi di usia 4 tahun 7 bulan, ½ akar gigi terjadi di usia 5 tahun 9 bulan, ¾ akar gigi terjadi di usia 6 tahun 7 bulan, pembentukan akar sempurna terjadi di usia 7 tahun 6 bulan, foramen apikal terbuka usia 8 tahun 1 bulan, sedangkan foramen apikal tertutup usia 8 tahun 5 bulan.8

Gambar 6. Metode Moorrees8

Tabel 2. Tahap perkembangan gigi molar mandibula8 Tahap Keterangan

1 Pembentukan awal mahkota, proses pembentukan enamel telah dimulai 2 Terjadi kalsifikasi tetapi seluruh perbatasan tidak terlihat radiopak

3 Pembentukan mahkota telah sempurna: batas koronal dari gigi mengalami mineralisasi

4 Pembentukan 1/2 mahkota, dan proses amelogenesis telah mencapai sebagian akar dan terlihat radiopak

5 Mahkota 3/4 telah selesai

6 Pembentukan mahkota telah selesai. Mahkota mengalami mineralisasi tetapi belum terjadi pembentukan akar

7 Awal pembentukan akar terjadi: terlihat radiopak di bawah garis mahkota gigi 8 1/4 akar mulai mengalami pembentukan yang terlihat pada radiografi

9 1/2 akar terbentuk sempurna 10 1/4 akar terbentuk sempurna

(31)

13 Bagian apeks telah terbentuk sempurna.

2.4.1.2 Metode Demirjian

Menurut Metode Demirjian, tahap mineralisasi adalah proses kalsifikasi benih gigi sampai selesainya pembentukan akar gigi dibagi atas 8 fase (skala A sampai H), pada anak laki-laki fase D dan fase E yaitu dimulainya pembentukan akar dan terbentuknya bifurkasi panjang benih gigi lebih kecil dari mahkota terlihatdi usia 3,5 tahun sampai 4 tahun 7 bulan. Pada Fase Fterlihat panjang akar gigi sama atau lebih panjang dengan dengan tinggi mahkota gigi terjadi di usia 5 tahun 8 bulan, pada Fase

G foramen apikal masih terbuka, terlihat pada usia 6 tahun 9 bulan, sedangkan pada Fase H foramen apikal sudah tertutup sempurna di usia 8 tahun 5 bulan, sedangkan pada anak perempuan dimulainya pembentukan akar gigi terjadi di usia 3 tahun 5 bulan, pada usia 5 tahun 9 bulan terlihat gigi sudah lebih tinggi dari mahkota gigi, dan usia 8 tahun foramen apikal sudah tertutup sempurna dapat dilihat pada Fase H.6,13

Gambar 7. Tahap perkembangan akar gigi molar mandibula6,13

A B C D

(32)

Tabel 3. Tahap perkembangan akar gigi molar mandibula6,13

Tahap Keterangan

A Baik gigi dengan akar tunggal maupun akar ganda, tahap kalsifikasi gigi dimulai dari bagian tertinggi dari crypt (benih gigi) bentuk konus (inverted) dan belum menyatu

B Ujung cusp yang mengalami kalsifikasi mengalami penyatuan, yang menunjukkan pola permukaan oklusal gigi.

C A)Pembentukan enamel gigi selesai pada permukaan oklusal tampak perluasan dan pertemuan tepi servikal gigi

B) Dimulainya deposit dentinal gigi

C) Pola kamar pulpa tampak berbentuk garis lengkung pada batas oklusal gigi (curved shape)

D A) Pembentukan mahkota gigi selesai, dan terjadi perluasan menuju cemento enamel junction

B) Tepi atas kamar pulpa pada gigi yang berakar tunggal menunjukkan bentuk garis lengkung yang jelas dan berbentuk konkav pada area servikal dan proyeksi tanduk pulpa memperlihatkan gambaran seperti payung, serta kamar pulpa terbentuk trapesium pada gigi molar.

C) Dimulainya pembentukan akar gigi yang berbentuk spikula E Gigi berakar tunggal

A) Dinding kamar pulpa tampak berupa garis lurus yang kontinyuitasnya terputus akibat adanya tanduk pulpa yang pada sebelumnya lebih besar kontinuitasnya B) Panjang akar gigi kurang dari tinggi mahkota gigi

Gigi Molar

A) Inisiasi pembentukan bifurkasi akar dengan ujung yang berbentuk semi-lunar (bulan sabit)

B) Panjang akar gigi masih kurang dari tinggi mahkota gigi F Gigi berakar tunggal

A) Dinding kamar pulpa tampak menyerupai segitiga sama kaki, dan ujung akar seperti corong (funnel shape)

B) Panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi

Gigi Molar

A) Kalsifikasi pada bifurkasi mengalami perluasan sehingga bentuk akar lebih nyata dimana ujung akar tampak seperti corong

B) Panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi

G Dinding saluran akar gigi tampak sejajar tetapi ujung apikal gigi masih terbuka (akar distal molar)

H A) Ujung apikal gigi sudah tertutup.

(33)

2.5 Kerangka Teori

Radiografi Kedokteran Gigi

Ekstra Oral Intra Oral

Radiografi Periapikal

Radiografi Bitewing

Radiografi Oklusal

Teknik Paralel Teknik Bisekting

Tahap perkembangan Gigi Molar Satu Permanen Mandibula

Teori Moorrees

(34)

2.6 Kerangka Konsep

Radiografi Periapikal

Teknik Paralel

Siswa di salah satu SD Negeri yang berusia 6-10 tahun yang sudah erupsi gigi molar satu permanen mandibula

Interpretasi hasil radiografi periapikal gigi molar satu permanen mandibula Melihat bentuk akar dan mengukur panjang

(35)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU dimulai pada bulan November sampai bulan Desember tahun 2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua anak di SD Negeri Medan yang berusia 6-10 tahun yang sedang mengalami proses perkembangan gigi molar satu permanen mandibula.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah anak SD Negeri yang memiliki gigi molar satu permanen mandibula.

Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini adalah dengan purposive sampling, dimana pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan tujuan dan persyaratan tertentu yaitu (sifat, karakteristik, ciri, kriteria, umur) pada populasi tertentu yang ditentukan sendiri oleh peneliti.19

(36)

Anak yang bersedia mengikuti penelitian, yang memiliki gigi molar satu mandibula permanen umur 6-10 tahun, sehat, kooperatif, dan mengisi informed consent yang diwakili oleh orang tua/wali.

3.4.2 Kriteria Ekslusi

Anak yang kehilangan gigi molar satu mandibula, gigi permanen yang mengalami karies profunda, yang memiliki lesi periapikal, dan sampel anak sensitif dan sulit dilakukan radiografi periapikal (tidak kooperatif).

3.5 Besar sampel

Diketahui : n = Besar sampel

α = 10% dilihat pada tabel z = 1,64

P = Proporsi populasi 50% = 0,5 (proporsi populasi tidak diketahui sehingga digunakan 50%)

Q = 1-P = 1-0,5 = 0,5

d = Presisi mutlak 10% (0,01)

n = 1,642.0,5.0,5

(0,1)2

n = 0,6724 = 68 orang

0,01

n = Zα2.P.Q

(37)

Besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 68 orang, digenapkan menjadi 70 orang untuk mempermudah pendataan.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 4. Variabel penelitian dan definisi operasional No Variabel

Tahap 1 : Pembentukan awal mahkota

Tahap 2 : Terjadi kalsifikasi tetapi seluruh perbatasan tidak terlihat radiopak

(38)

3 Perkembangan terlihat radiopak di bawah garis mahkota gigi

Tahap A: Baik gigi dengan akar tunggal maupun akar ganda, tahap kalsifikasi gigi dimulai dari bagian tertinggi dari crypt (benih gigi) bentuk konus inverted dan belum menyatu Tahap B: Ujung cusp yang mengalami kalsifikasi

C) Pola kamar pulpa tampak berbentuk garis lengkung pada

(39)

batas oklusal gigi (curved shape) Tahap D: A) Pembentukan mahkota gigi selesai, dan terjadi perluasan menuju cemento enamel junction

B) Tepi atas kamar pulpa pada gigi yang berakar tunggal menunjukkan bentuk garis lengkung yang jelas dan berbentuk konkav pada area akar gigi yang berbentuk spikula Tahap E: Gigi berakar tunggal

A) Dinding kamar pulpa tampak berupa garis lurus yang

kontinyuitasnya terputus akibat adanya tanduk pulpa yang pada sebelumnya lebih besar

kontinuitasnya

B) Panjang akar gigi kurang dari tinggi mahkota gigi

B) Panjang akar gigi masih kurang dari tinggi mahkota gigi Tahap F: Gigi berakar tunggal

A) Dinding kamar pulpa tampak menyerupai segitiga sama kaki, dan ujung akar seperti corong (funnel shape)

B) Panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi

(40)

4 bentuk akar lebih nyata dimana ujung akar tampak seperti corong

B) Panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi

Tahap G : Dinding saluran akar gigi tampak sejajar tetapi ujung apikal gigi masih terbuka (akar distal molar)

Tahap H:

A) Ujung apikal gigi sudah tertutup.

B) Membran periodontal memiliki ketebalan yang sama disekeliling akar dan apikal gigi

(41)

memperlihatk

1. 1 buah unit X-ray Radiografi Periapikal merek Planmeca 2. Film holder merek Hanshin

3. Film periapikal ukuran 2 merek Kodak 4. Viewer box untuk melihat foto radiograf 5. Sarung tangan

6. Masker

7. Tiga serangkai (Kacamulut, sonde, dan pinset)

8. Alkohol 70% untuk membersihkan film holder dan tiga serangkai 9. Laptop Acer

10. Alat tulis (pensil 2B, penghapus merek faber castle, penggaris besi merek Kenko 200 mm, Jangka dengan kedua ujung runcing merek Compass)

Bahan penelitian :

1. Larutan developer merek kodak

2. Larutan fixer merek kodak

3.8 Cara Pengukuran

(42)

Gambar 8. Cara pengukuran panjang akar molar

satu mandibula

3.8.1 Metode Pengumpulan Data

Responden diwawancara, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis rongga mulut untuk melihat ada atau tidaknya gigi molar satu permanen mandibula. Setelah diperoleh data responden, dilakukan eliminasi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pada responden yang terseleksi maka dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi periapikal untuk melihat perkembangan bentuk akar gigi dan dihitung panjang akar gigi dengan menggunakan jangka diatas viewer box. Setelah seluruh data diperoleh, data dari hasil foto yang sudah diperiksa dan dilakukan analisa bentuk

akar dan panjang akar setelah itu data diolah melalui komputerisasi.

3.8.2 Analisis Data

Selanjutnya dilakukan analisis data pada bentuk akar dan panjang akar secara manual dalam bentuk persentase.

Cemento enamel junction

(43)

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini harus dapat persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Committe of North Sumatera) sebelum penelitian berjalan maka diikutsertakan dalam penelitian yang memerlukan persetujuan setelah diberi penjelasan tentang manfaat maupun risiko pembuatan radiografi dengan Nomor Surat 563/KOMET/FK USU 2014.

3.10 Alur Penelitian

Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

Melakukan radiografi periapikal di unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan

Meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian dengan memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada orang tua/wali

Melihat bentuk akar dan mengukur panjang akar gigi molar satu permanen mandibula dengan menggunakan jangka diatas viewer box dan menginterpretasi hasil secara visual

Melakukan pemeriksaan klinis gigi molar satu permanen mandibula anak umur 6-10 tahun

(44)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini, sampel berjumlah 70 orang anak yang mengalami masa gigi bercampur antara laki-laki dan perempuan dengan total hasil radiografi periapikal sebanyak 70 film. Yang terdiri dari 14 orang (7 laki-laki dan 7 perempuan) untuk usia 6 tahun, 14 orang (7 laki-laki dan 7 perempuan) untuk usia 7 tahun, 14 orang (7 laki-laki dan 7 perempuan) untuk usia 8 tahun, 14 orang (7 laki-laki dan 7 perempuan) untuk usia 9 tahun, dan 14 orang (7 laki-laki dan 7 perempuan) yang untuk usia 10 tahun. Jenis dan teknik radiografi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah radiografi periapikal dengan teknik paralelling. Radiografi dilakukan terhadap siswa SD Negeri Medan yang berusia 6-10 tahun dan sampel harus memiliki gigi

(45)

Grafik 1. Jumlah sampel hasil penelitian berdasarkan kriteria usia ditinjau

dari bentuk akar gigi menurut Teori Moorrees

Berdasarkan hasil penelitian (grafik 1) menurut teori Moorrees pada usia 6 tahun, perkembangan akar gigi molar satu permanen mandibula telah memasuki tahap R ½ (½ akar terbentuk sempurna) ditemukan pada 4 orang anak dengan prevalensi 28,6%, sedangkan pada tahap R ¾ (¼ akar terbentuk sempurna) ditemukan pada 10 orang anak dengan prevalensi 71,4%. Di usia 7 tahun tahap perkembangan akar gigi molar satu permanen mandibula memasuki tahap R ¾ (¼ akar terbentuk sempurna) ditemukan pada 14 orang anak dengan prevalensi 100%. Di usia 8 tahun tahap perkembangan akar gigi molar satu permanen mandibula telah memasuki tahap R ¾ (¼ akar terbentuk sempurna) ditemukan pada 12 orang anak dengan prevalensi 85,7%, di tahap Rc (pembentukan akar terbentuk sempurna) ditemukan pada 2 orang anak dengan prevalensi 14,3%. Sedangkan di usia 9 tahun tahap perkembangan akar

(46)

Grafik 2. Jumlah sampel hasil penelitian berdasarkan kriteria usia ditinjau

dari bentuk akar gigi menurut Teori Demirjian

Di Usia 10 tahun tahap perkembangan akar gigi molar satu permanen mandibula telah memasuki tahap A½ (bagian apeks belum tertutup) ditemukan pada 6 orang anak dengan prevalensi 42,9%. Pada 8 orang terlihat pembentukan akar berakhir pada tahap Ac (bagian apeks telah terbentuk sempurna) dengan prevalensi 57,1%.

Berdasarkan hasil penelitian (grafik 2), menurut teori Demirjian pada usia 6 tahun tahap perkembangan akar gigi molar satu permanen mandibula telah memasuki tahap F (kalsifikasi pada bifurkasi mengalami perluasan sehingga bentuk akar lebih nyata dimana ujung akar tampak seperti corong dan panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi) antara laki-laki dan perempuan ditemukan pada 4

(47)

Di usia 7 tahun, tahap perkembangan akar gigi molar satu permanen mandibula telah memasuki tahap G (dinding saluran akar gigi tampak sejajar tetapi ujung apikal gigi masih terbuka (akar distal molar) antara laki-laki dan perempuan ditemukan pada 14 orang anak dengan prevalensi 100%, sedangkan pada tahap H (ujung apikal gigi sudah tertutup dan membran periodontal memiliki ketebalan yang sama disekeliling akar dan apikal gigi) masih belum terlihat. Di usia 8 tahun tahap perkembangan akar gigi molar satu permanen mandibula telah memasuki tahap G (dinding saluran akar gigi tampak sejajar tetapi ujung apikal gigi masih terbuka (akar distal molar) antara laki-laki dan perempuan ditemukan pada 18 orang anak dengan prevalensi 85,7%, sedangkan pada tahap H (ujung apikal gigi sudah tertutup dan membran periodontal memiliki ketebalan yang sama disekeliling akar dan apikal gigi) ditemukan pada 2 orang anak dengan prevalensi 14,3%. Sedangkan di usia 9 tahun tahap perkembangan akar gigi molar satu permanen mandibula telah memasuki tahap G (dinding saluran akar gigi tampak sejajar tetapi ujung apikal gigi masih terbuka (akar distal molar) antara laki-laki dan perempuan ditemukan pada 6 orang anak dengan prevalensi

42,9%, sedangkan pada tahap H (ujung apikal gigi sudah tertutup dan membran periodontal memiliki ketebalan yang sama disekeliling akar dan apikal gigi) ditemukan pada 8 orang anak dengan prevalensi 57,1%. Sedangkan usia 10 tahun berakhir pada tahap H (ujung apikal gigi sudah tertutup dan membran periodontal memiliki ketebalan yang sama disekeliling akar dan apikal gigi) ditemukan pada 14 orang anak dengan prevalensi 100%.

Tabel 5. Prevalensi Hasil Penelitian Bentuk Akar Gigi Berdasarkan Usia

Usia

(48)

Dari hasil penelitian ini, dilakukan pengukuran panjang akar molar satu mandibula dan diperoleh hasil bahwa pada anak yang berusia 6-10 tahun, masa erupsi gigi bervariasi, dengan panjang akar gigi rata-rata berkisar 5,5 mm-14 mm.

Tabel 6. Panjang Akar Gigi Molar Satu Permanen Mandibula Berdasarkan Usia

Panjang Akar

Usia

6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun Mesial (mm) 5,5-13 7-12,5 9-13,5 10,5-14 10-14 Distal (mm) 4,5-10 6-9,5 7-11,5 8- 11,5 7-12

Pada penelitian ini, hasil interpretasi bentuk akar gigi dan panjang akar gigi molar satu permanen mandibula di usia 6 tahun, bentuk akar adalah R ½ dan R ¾ dengan adanya perbedaan signifikan dari panjang akar gigi mesial yang dihitung dari cemento enamel junction sampai ujung apikal sebesar 5,5 mm sampai 13mm (prevalensi 35,7%) lebih panjang dibandingkan dengan panjang akar gigi bagian distal 4,5mm-10mm (prevalensi 28,6%).

Gambar 9. Gigi molar satu permanen mandibula pada anak laki-laki usia 6 tahun (A) dan anak perempuan usia 6 tahun (B) bentuk akar R ½ dan tahap F (prevalensi 28,6%) dengan panjang akar mesial 7mm distal 7mm (A) sedangkan panjang akar mesial 6,5mm distal 5,5mm (B)

Di usia 7 tahun 100% telah terjadi bentuk akar gigi R ¼ (¼ akar terbentuk

sempurna). Panjang akar mesial di usia 7 tahun yaitu 7mm-12,5mm dengan prevalensi

A

(49)

92,9% sedangkan panjang akar distal gigi molar satu permanen mandibula 6mm-9,5mm dengan prevalensi 85,7%.

Gambar 10. Gigi molar satu permanen mandibula pada anak laki-laki usia 7 tahun (A) dan anak perempuan usia 7 tahun (B) bentuk akar R ¾ dan tahap G (prevalensi 100%) dengan panjang akar mesial 10mm distal 9mm (A) sedangkan panjang akar mesial 10mm distal 9,5mm (B)

Sedangkan di usia 8 tahun, banyak terjadi variasi dari bentuk akar dimana terlihat bentuk akar R ¾ dan Rc dengan panjang akar mesial 9mm-13,5mm sedangkan panjang akar distal 7mm-11,5mm.

Gambar 11. Gigi molar satu permanen mandibula pada anak laki-laki usia 8 tahun (A) dan anak perempuan usia 8 tahun (B) bentuk akar R ¾ dan tahap G dengan panjang akar mesial 12mm distal 11,5mm (A) sedangkan panjang akar mesial 13,5mm distal 10,5mm (B)

A B

(50)

Di usia 9 tahun, terlihat tiga variasi bentuk akar yaitu R ¾, Rc, dan A ½. Panjang akar mesial 10,5mm-14mm dengan prevalensi 85,7%, dan panjang akar distal yaitu 8mm- 11,5mm dengan prevalensi 78,6%.

Gambar 12. Gigi molar satu permanen mandibula pada anak laki-laki usia 9 tahun (A) dan anak perempuan usia 9 tahun (B) bentuk akar Rc dan tahap H dengan panjang akar mesial 10,5mm distal 10mm (A) sedangkan panjang akar mesial 12,5mm distal 11,5mm (B)

Dari hasil penelitian ini pada usia 10 tahun, terlihat bentuk akar A ½ dan Ac. Panjang akar gigi bagian mesial 10mm-14mm dengan prevalensi 64,3% dan panjang akar gigi bagian distal 7mm-12mm dengan prevalensi 57,1%.

Gambar 13. Gigi molar satu permanen mandibula pada anak laki-laki usia 10 tahun (A) dan anak perempuan usia 10 tahun (B) bentuk akar A ½ dan tahap H dengan panjang akar mesial 13mm distal 11mm (A) sedangkan panjang akar mesial 12mm distal 10,5mm (B)

Pada penelitian ini, hasil interpretasi menunjukkan bahwa rata-rata erupsi gigi molar satu permanen mandibula dominan lebih dahulu terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.

B A

B

(51)

Tabel 6. Prevalensi Hasil Penelitian Bentuk Akar Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin

Bentuk Akar Laki-Laki

(%)

Perempuan

(%)

R ½ (½ akar terbentuk sempurna) 5,7% 5,7%

R ¾ (¼ akar terbentuk sempurna) 54,3% 51,4%

Rc (pembentukan akar terbentuk sempurna) 20% 20%

A ½ (bagian apeks belum tertutup) 11,4% 8,6%

Ac (bagian apeks belum terbentuk sempurna) 8,6% 14,3%

F (panjang akar sama/lebih panjang dari tinggi mahkota gigi) 5,7% 5,7%

G (ujung apikal masih terbuka) 62,9% 57,1%

H (ujung apikal sudah tertutup) 31,4% 37,1%

Berdasarkan hasil dari tabel dan grafik secara umum pada anak laki-laki pada tahap R ½ (½ akar terbentuk sempurna) ditemukan 2 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan. Di tahap R ¾ (¼ akar terbentuk sempurna) ditemukan 19 orang pada anak laki-laki dan 18 orang pada anak perempuan. Di tahap Rc (pembentukan

akar tertutup sempurna) ditemukan 7 orang pada anak laki-laki dan 7 orang pada anak perempuan. Di tahap A ½ (bagian apeks belum tertutup) ditemukan 4 orang pada anak laki-laki dan 3 orang pada anak perempuan. Sedangkan di tahap Ac (bagian apeks telah terbentuk sempurna) ditemukan sebanyak 3 orang pada anak laki-laki dan pada anak perempuan ditemukan sebanyak 5 orang.

(52)

Grafik 3. Jumlah sampel hasil penelitian berdasarkan kriteria jenis kelamin ditinjau dari bentuk akar gigi menurut Teori Moorrees

(53)

Grafik 4. Jumlah sampel hasil penelitian berdasarkan kriteria jenis kelamin ditinjau dari bentuk akar gigi menurut Teori Demirjian

(54)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan suatu proses erupsi yang dimulai pada tahap kalsifikasi awal yang terjadi pada saat lahir atau sesaat sebelumnya. Gigi molar satu desidui terjadi di uia 2 ½ - 3 tahun, pergantian gigi molar satu permanen pada periode gigi bercampur terjadi di usia 6-7 tahun dan pembentukan akar sempurna terjadi di usia 9-10 tahun. Pemeriksaan radiografi merupakan tahapan yang dapat membantu untuk melihat periode gigi bercampur secara jelas.18

Pada penelitian ini, dilakukan pengambilan foto ronsen terhadap 70 orang siswa di salah satu SD Negeri Medan yang usia berusia 6-10 tahun yang sedang dalam periode gigi bercampur untuk melihat pertumbuhan dari perkembangan akar gigi molar satu permanen mandibula. Film yang telah diproses kemudian di potret dengan menggunakan kamera digital untuk dokumentasi. Setelah itu dilakukan penilaian terhadap perkembangan bentuk akar gigi dan mengukur panjang akar gigi

diatas viewer box.

Berdasarkan hasil tabel 5 dan grafik 1, terlihat bahwa pada usia 6,7 dan 8 tahun bentuk akar R ¾ (¼ akar terbentuk sempurna) yang paling dominan, sedangkan usia 9 tahun bentuk akar Rc (pembentukan akar terbentuk sempurna) yang paling dominan dan pada usia 10 tahun bentuk akar Ac (bagian apeks telah terbentuk sempurna) yang paling dominan. Pada penelitian ini di usia 7 tahun terlihat seluruh bentuk akar pada tahap R ¾ (¼ akar terbentuk sempurna).

(55)

terbuka (tahap G) dengan prevalensi 42,9% dan bentuk akar yang memiliki ujung apikal sudah tertutup (tahap H) dengan prevalensi 57,1%.

Berdasarkan hasil grafik 2 dapat dilihat bahwa pada usia 6, 7 dan 8 tahun, tahap G (dinding saluran akar gigi tampak sejajar tetapi ujung apikal gigi masih terbuka (akar distal molar) yang lebih dominan, sedangkan pada usia 9 dan 10 tahun tahap H (ujung apikal gigi sudah tertutup dan membran periodontal memiliki ketebalan yang sama disekeliling akar dan apikal gigi) yang dominan. Pada usia 7 tahun terlihat seluruh bentuk akar gigi memasuki tahap G (prevalensi 100%) dan di usia 10 tahun seluruh bentuk akar yang diteliti memasuki tahap H (prevalensi 100%).

Dari hasil penelitian ini (tabel 6) terlihat erupsi gigi molar satu permanen mandibula sangat bervariasi, dengan pengukuran panjang akar molar satu mandibula rata-rata berkisar 5,5 mm-14 mm, dimana panjang akar mesial rata-rata lebih panjang daripada akar distal. Hasil penelitian Dr. Woelfel (2002) mengatakan bahwa panjang mahkota gigi molar satu permanen mandibula 7,7 mm, panjang akar mesial 14 mm sedangkan panjang akar distal 13 mm, lebar mahkota mesial dan distal 11,4 mm, dan lebar akar gigi 9,2 mm didapat dari 281 gigi yang telah diteliti pada waktu tersebut.9

Pada dasarnya, pengaruh jenis kelamin terhadap erupsi gigi molar satu permanen masih belum dapat diketahui pasti. Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan akar gigi, misalnya saja pada aktivitas pengunyahan, nutrisi, dan lainnya. Aktivitas pengunyahan mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan geligi. Nutrisi juga mempengaruhi proses kalsifikasi hingga erupsi gigi. Keterlambatan waktu erupsi Seperti yang telah diketahui bahwa vitamin D dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran cerna serta membantu mengontrol penyimpanan kalsium di tulang dan gigi. Oleh karena itu, seseorang dengan minim asupan vitamin D dalam masa pertumbuhan gigi dapat mempengaruhi pertumbuhannya, baik dalam ukuran maupun kepadatan gigi.20

(56)

selama fase pasca erupsi karena kekuatan fungsional (tekanan lidah, pergeseran mesial) bertindak pada gigi yang mengarah pada resorbsi yang terjadi di sementum dan deposisi pada dinding foramen. Seluruh proses ini menghasilkan foramen baru yang jauh dari puncaknya.21

Penelitian yang dilakukan oleh Rani et al (2009) menjelaskan bahwa dalam kromosom Y berpengaruh terhadap waktu dan laju perkembangan organ tubuh, sehingga menghasilkan pematangan yang lebih lambat pada laki-laki. Selain itu juga bertindak sebagai pemicu pada panjangnya ukuran akar gigi bila dibandingkan dengan kromosom X. Jika dibandingkan dengan perempuan, pertumbuhan akar gigi pada laki-laki akan berjalan lebih lambat pada awal masa pertumbuhan, tetapi kromosom Y pada laki-laki menyebabkan pertumbuhan akar gigi berlangsung lebih lama. Hal ini mengakibatkan jangka waktu pertumbuhan akar gigi berlangsung lebih panjang pada laki-laki, sehingga hasil akhirnya adalah ukuran akar gigi laki-laki lebih panjang dibanding perempuan.22,23

Adapun kekurangan dalam penelitian ini adalah penggunaan teknik paralel

pada pengambilan foto periapikal meskipun telah diupayakan menggunakan film holder dengan prosedur dan teknik yang dilakukan secara cepat dan persuasif, namun

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada usia 6 tahun terlihat bentuk akar R ½ (28,6%) dan R ¾ (71,4%), sedangkan ujung apikal gigi terlihat pada tahap F (28,6%) dan tahap G (71.4%). Di usia 7 tahun bentuk akar R ¾ (100%), ujung apikal gigi seluruhnya masih terbuka (tahap G). Pada usia 8 tahun bentuk akar pada tahap R ¾ (85,7%) dan Rc (14,3%), dimana tahap G masih dominan (85,7%) dan tahap H hanya 14,3%. Di usia 9 tahun terlihat bentuk akar R ¾ (7,1%), Rc (85,7%) dan A ½ (7,1%), sedangkan ujung apikal gigi terlihat pada tahap H (57,1%) dan masih terlihat 42,9% pada tahap G. Di usia 10 tahun terlihat bentuk akar A ½ (42,9%) dan Ac (57,1%), dimana 100% ujung apikal gigi sudah tertutup (tahap H).

2. Di usia 6 tahun panjang akar mesial 5,5 mm-13 mm (35,7%) panjang akar distal 4,5 10 mm (28,6%). Di usia 7 tahun panjang akar mesial 7 mm-12,5 mm (92,9%) panjang akar distal 6 mm-9,5 mm (85,7%). Di usia 8 tahun panjang akar mesial 9 mm-13,5 mm sedangkan panjang akar distal 7 mm-11,5 mm. Di usia 9 tahun panjang akar mesial 10,5 mm-14 mm (85,7%) panjang

(58)

6.2 Saran

1. Disarankan pada penelitian yang akan datang dapat dilakukan prosesing dengan alat prosesing digital untuk meminimalisir terjadinya kesalahan prosesing.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

1. Whaites E. Radiography and Radiology for dental care professionals. 2nd Ed., London: Churchill Livingstone Elsevier., 2009: 83-115.

2. Irayani S. Hubungan antara indeks massa tubuh dengan erupsi gigi molar pertama permanen rahang atas dan rahang bawah anak umur 6 dan 7 tahun di SD Inpres perumnas II Makassar tahun 2009. Jurnal ilmiah 2013; 1-3.

3. Susi, Kuswardani, Putri S, et al. Pengaruh pola makan dan menyikat gigi terhadap kejadian karies molar pertama permanen pada murid SD NEGERI 26 Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat. Majalah Kedokteran Andalas 2012; 36(2): 227-32.

4. Hollins C. Levison’s textbook for dental nurses. 10th Ed., United Kingdom:

Willey-Blackwell., 2004: 130-1.

5. McDonald Ralph E, David R, Avery, et al. Dentistry for the child and adolescent. 8th Ed., USA: Mosby Elsevier., 2004: 61-78,176-88.

6. Nielsen SH, Becktor KB, et al. Primary retention of first permanent mandibular molars in 29 subjects. European Journal of Orthodonthics 2006; 529-34.

7. Indriyanti R, et al. Pola erupsi gigi permanen ditinjau dari usia kronologis pada anak usia 6 sampai 12 tahun di Kabupaten Sumedang. Tahun 2006. Tesis. Jawa Barat: Laporan Penelitian Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD, 2006: 1-23.

8. David R, Seen, Paul G, Stimson. Forensic Dentistry. Second edition., Francis: CRS Press., 2010: 263-88.

9. Julian B, Rickne C. Dental anatomy its relevance to dentistry. Sixth edition., Philadelphia: Lippincott William & Wilkins., 2002: 178-96.

10.Boel T. Dental Radiografi Prinsip & Teknik. Ed 3., Medan: USU Press., 2009; 1-34.

(60)

12.Woelfel. Anatomi gigi. Edisi 8., Jakarta: EGC., 2011: 126-61.

13.Koch G, Poulsen S. Pediatric dentistry. 1st Ed., Denmark: Blackwell Munksgaard., 2001: 99-67.

14.Nasution M. Pengenalan Gigi. Edisi 2., Medan: USU Press., 2011: 19-61. 15.Balogh MB, Margaret J, Fehrenbach. Dental Embryology, histology, and

anatomy. 2nd Ed., USA: Elsevier Saunders., 2006: 61-91.

16.Rudy C, Keith E. Oral embryology and microscopic anatomy. Tenth edition., Philadelphia: Lippincott William & Wilkins., 2000: 265-79.

17.Lukman D. Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. Edisi 1., Jakarta: Sagung Seto: 2006: 39-46, 60.

18.Avery JK, J D. Essentials of oral hystology and embryology a clinical approach. Third edition., Canada: Mosby Elsevier., 2006: 63-95.

19.Budiarto E. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. 1st

Ed., Jakarta: EGC., 2001: 7-28.

20.Rani P, et al. Bucco-lingual dimension of teeth an aid in sex determination.

Journal of forensic dental science 2009; 88-92.

21.Abarca J, et al. Morphology of the physiological apical foramen in maxillary and mandibular first molar. Int.J Morphol 2014; 671-677.

22.Rahman DR. Panjang saluran akar gigi molar pertama permanen rahang bawah pada mahasiswa fakultas kedokteran gigi universitas jember angkatan 2010-2011. Laporan penelitian. Universitas Jember, 2012: 1-43.

(61)

LAMPIRAN 2

INDEKS

1. Bell stage adalah sel-sel epitel enamel bagian dalam menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang akan berdiferensiasi menjadi enamel dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

2. Bitewing radiograf adalah radiografi intraoral yang memperlihatkan gambaran gigi atas dan bawah dalam keadaan oklusi dalam satu film. Film dipasang pada posisinya oleh suatu gagang atau tab yang digigit oleh pasien ketika sinar-x dipancarkan. Setelah diproses, film akan memperlihatkan adanya karies, tumpatan yang mengemper, kalkulus, dan pucak tulang alveolar.

3. Bud stage adalah tahap permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berpoliferasi lebih cepat daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian maksila dan mandibula.

4. Cap stage adalah lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dan mengalami poliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papila gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini yaitu ketika sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan

fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.

5. Cemento-enamel junction adalah pertautan enamel-sementum. Garis khayal yang dibentuk diantara sementum dan enamel di leher anatomik gigi tempat berlangsungnya amelogenesis.

6. Central x-ray adalah sumbu sinar dari berkas radiasi yang dipancarkan oleh mesin sinar-x.

(62)

dan bisa meliputi celah bibir. Menimbulkan masalah gigi, masalah dalam makan dan dalam berbicara.

8. Crest-Alveolar adalah linggir yang sempit yang memanjang, yang umumnya digunakan untuk menggambarkan tulang alveolar.

9. Crown adalah mahkota (bagian gigi ysng ditutupi enamel). 10.Dentino-enamel junction adalah pertautan enamel-dentin.

11.Ektodermal adalah lapisan benih luar dari tiga lapisan benih primitif dari embrio yang sedang berkembang. Sistem syaraf, kulit, enamel, dan membran mukosa mulut berasal dari lapisan ini.

12.Emergence stage adalah proses munculnya beberapa bagian mahkota gigi menembus gingiva.

13.Eksfoliasi adalah hilangnya gigi desidui secara alamiah sebelum diganti oleh penggantinya (gigi permanen).

14.Film holder adalah alat untuk memegang dan menstabilkan film radiograf di dalam mulut.

15. Gingiva margin adalah bagian gingiva yang mengelilingi gigi dan paling dekat dengan mahkota.

16. Gagging adalah refleks muntah.

17. Informed consent adalah persetujuan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan kelurganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

18. Overlapping adalah suatu penyimpangan dari gambaran radiologis gigi yang ditandai dengan saling tumpangnya gambaran gigi yang satu dengan yang lainnya.

19. Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan tujuan dan persyaratan tertentu yaitu (sifat, karakteristik, ciri, kriteria, umur) pada populasi tertentu yang ditentukan sendiri oleh peneliti.

11. Supernumerary adalah sebagai tambahan pada jumlah normal.

(63)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Bapak/Ibu,

Dalam rangka menyelesaikan studi Kedokteran Gigi, saya akan melakukan penelitian yang berjudul “Perkembangan Akar Gigi Molar Satu Permanen Mandibula Pada Usia 6-10 Tahun Ditinjau Dari Radiografi Periapikal Di SD

060807 Medan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan Gambaran radiografi gigi yang sedang dalam perkembangan akar gigi molar satu (gigi geraham) pada rahang bawah anak SD.

Manfaat penelitian ini adalah mampu memberikan informasi tentang perkembangan gigi molar satu pada anak SD 060807 Medan, sehingga dapat dijadikan panduan apabila dilakukan ronsen foto.

Pemeriksaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah gigi anak Bapak/Ibu

untuk menjalani sesi wawancara dan dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah tersedianya gigi geraham pada anak Bapak/Ibu.

Pada penelitian ini anak Bapak/Ibu tidak dikenakan biaya atau gratis dan tidak terdapat risiko pada subjek yang akan diteliti. Peneliti utama dilakukan oleh saya sendiri Adinda Munawarah Dinata dan didampingi oleh beberapa rekan mahasiswa Kedokteran Gigi USU Medan.

Gambar

Gambar 1. Anatomi normal gigi bercampur usia 8 tahun dilihat
Gambar 2.A. Posisi pasien (Molar mandibula) B. Sketsa posisi C.
Gambar 3.Tahap perkembangan gigi16
Gambar 4. Resorbsi akar gigi molar desidui12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gulabivala (2001) melakukan penelitian terhadap gigi molar mandibula dan mengungkapkan tujuh konfigurasi tambahan.Tipe I: tiga saluran akar yang terpisah dari

Dalam rangka menyelesaikan studi Kedokteran Gigi, saya akan melakukan penelitian yang berjudul “ Panjang akar molar tiga mandibula yang baru erupsi pada mahasiswa FKG

Akar Molar Dua Mandibula Ditinjau Melalui Radiografi Periapikal Pada Mahasiswa Suku Batak di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Berusia 18- 22

Dari lahir sampai 6 bulan tidak terlihat adanya gigi dalam rongga mulut, pada usia 6 bulan hingga 2 tahun seluruh gigi desidui mulai erupsi dalam rongga mulut anak,

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban

Gigi molar satu mandibula permanen juga memiliki variasi jumlah akar yang beranekaragam, dimana dapat dijumpai jumlah akar lebih dari dua, seperti : akar distal yang bercabang

Meskipun pada satu penelitian melaporkan bahwa gigi molar dan insisivus permanen lebih cepat erupsi pada kelompok anak usia 6 tahun yang mengalami kekuangan protein malnutrisi

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui panjang akar gigi kaninus atau gigi taring rahang bawah permanen pada anak usia 11-14 tahun yang ditinjau melalui