• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Radiografi - Perkembangan Akar Gigi Molar Satu Permanen Mandibula Pada Usia 6-10 Tahun Ditinjau Dari Radiografi Periapikal Di Salah Satu Sd Negeri Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Radiografi - Perkembangan Akar Gigi Molar Satu Permanen Mandibula Pada Usia 6-10 Tahun Ditinjau Dari Radiografi Periapikal Di Salah Satu Sd Negeri Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Radiografi

Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang profesor fisika dari Universitas Wurzburg, di Jerman. Hasil radiografi terbentuk karena perbedaan intensitas radiasi sinar-x yang sampai ke permukaan film. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ketebalan dan penyerapan radiasi yang berbeda pada objek. Bagian tubuh akan menyerap banyak radiasi sehingga kuantitas sinar-x yang sampai ke film akan berkurang. Gambaran tulang (jaringan keras) akan menghasilkan bayangan putih (radiopak) pada film. Sedangkan gambaran hitam (radiolusen) dihasilkan dari sinar-x yang langsung terpapar pada film atau objek yang sedikit menahan radiasi.10,11

Gambar 1. Anatomi normal gigi bercampur usia 8 tahun dilihat

dari radiografi periapikal (A) Enamel (B) Dentin (C)

Pulpa (D) Lamina dura (E) Crest Alveolar (F) Tulang A

B C

D E

(2)

alveolar12

Secara radiografi gambaran anatomi normal pada gigi sampai yang terlihat pada gambar satu:

A. Enamel merupakan bagian gigi yang terpadat, mahkota gigi terlihat radiopak yang berakhir pada batas cemento-enamel junction

B. Dentin merupakan struktur gigi setelah enamel tetapi tidak mengalami kalsifikasi sehingga tidak begitu radiopak. Jika hasil radiografi tidak begitu baik maka sulit membedakan atas dari enamel, dentin, dan dentino-enamel junction

C. Pulpa berada di tengah mahkota dan akar gigi yaitu terlihat radiolusen. Seiring pertambahan umur maka kamar pulpa akan semakin mengecil bahkan dalam beberapa kasus hilang tertutup dentin sekunder

D. Lamina dura terlihat radiopak dan berjalan tanpa putus (lamina dura terlihat jelas ketika setelah dilakukan pencabutan)

E. Crest alveolar adalah anatomi gigi antara margin gingiva dengan puncak tulang alveolar yang terletak diantara gigi dan terlihat radiopak pada radiografi

F. Tulang alveolar adalah anatomi gigi yang berguna sebagai pendukung dan penahan gigi yang terlihat radiopak.11

2.1.1 Radiografi Kedokteran Gigi

(3)

Dosis radiografi panoramik adalah 0,004-0,03 mSv.1,10

2.2 Radiografi Intraoral

Radiografi intraoral dapat membantu dokter gigi dalam menegakkan diagnosa dari kelainan dalam rongga mulut yang tidak terlihat secara klinis seperti perluasan dari penyakit periodontal, karies, serta kelainan patologis lain yang ada dalam rongga mulut. Tipe-tipe radiografi intraoral secara umum yaitu radiografi periapikal, radiografi interproksimal (bitewing), dan radiografi oklusal.10,11

2.2.1 Radiografi Periapikal

Radiografi periapikal adalah jenis radiografi intra oral yang bertujuan untuk melihat gigi dan jaringan pendukung di sekitar gigi. Setiap film biasanya menunjukkan dua sampai empat gigi dan memberikan informasi secara rinci tentang gigi mulai dari mahkota, dentin, pulpa, akar gigi, dantulang alveolar sekitar gigi sampai ke apikal. Teknik yang digunakan adalah teknik paralleling dan teknik bisekting.1,13-14 Pada teknik ini, sudut penyinaran radiografi periapikal pada molar satu rahang bawah pengaturan sudut long cone adalah -10° untuk angulasi vertikal dan 70° dan 80° pada angulasi horisontal. Dosis efektif pemeriksaan rutin gigi pada radiografi periapikal adalah 0,001-0,008 mSv yaitu dosis yang relatif kecil dan tidak berbahaya untuk tubuh. Ukuran film pada radiografi periapikal ada dua tipe, yaitu untuk anak-anak dan dewasa. Ukuran film untuk anak-anak ada dua jenis yaitu size 0 (22 mmx35 mm) dan size 1 (24 mmx40 mm), dan untuk orang dewasa digunakan size

2 (30,5 mmx40,5 mm).13

Indikasi untuk radiografi periapikal yaitu untuk perawatan endodonti melihat adanya infeksi atau inflamasi pada daerah apikal gigi,untuk melihat ada atau tidaknya kelainan posisi pada gigi yang belum tumbuh, dan untuk evaluasi secara menyeluruh pada kista apikal dan lesi lainnya pada tulang alveolar.1

2.2.1.1 Teknik Paralel

(4)

merupakan teknik yang ideal karena menggunakan film holder sehingga lebih stabil di dalam mulut.10

Prinsip yang dilakukan pada teknik paralel dilakukan dengan menempatkan film sejajar dengan aksis panjang gigi untuk menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi dengan menggunakan film holder. Setelah film dan aksis panjang gigi sejajar, pusat sinar-x diarahkan tegak lurus dengan gigi dan film. Teknik yang dilakukan dengan benar akan memiliki kelebihan seperti menghasilkan gambar yang jelas sesuai dengan ukuran gigi sesungguhnya, distorsi kecil, mudah untuk dipelajari. Tetapi, teknik paralel ini memiliki kekurangan seperti sulit meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, dan dipengaruhi keterampilan operator dalam pemakaian film holder karena kurang nyaman bagi pasien yang sensitif jika menekan jaringan mukosa pada dasar mulut.1

Gambar 2.A. Posisi pasien (Molar mandibula) B. Sketsa posisi C.

Gambaran pengaturan posisi teknik pararel D.Posisi film

dan sudut penyinaran teknik paralel dengan menggunakan

film holder1

A B

(5)

Pada pengambilan gambar molar mandibula, film ditempatkan pada film holder

dengan orientasi horisontal. Molar kedua terletak pada tengah film dengan sinar tegak lurus pada pusat film. Arah titik datang sinar terletak pada bagian bawah sudut mata bagian luar ke daerah tengah mandibula. Kontak antar molar harus terbuka dan daerah distal molar ketiga harus terlihat meskipun gigi tidak ada. Hati-hati dalam penempatan film karena tepi yang tajam dapat menyeabkan ketidaknyamanan pada dasar mulut yang sensitif.11

Teknik paralleling memiliki kelebihan yaitu menghasilkan gambar yang akurat secara geometris dengan sedikit pembesaran, menggambarkan jaringan periapikal secara akurat dengan sedikit pemendekan atau elongasi, melihat keseluruhan mahkota gigi dapat teramati dengan baik, sehingga karies proksimal dapat terdeteksi, posisi relatif dari film, gigi, dan arah sinar tidak dipengaruhi oleh posisi kepala pasien.1

Teknik paralleling memiliki kekurangan, yaitu posisi film untuk pengambilan ronsen foto untuk gigi posterior, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien, sering memicu refleks muntah (gagging), tidak dapat diterapkan pada pasien dengan palatum yang datar atau dangkal, gambaran pada bagian apikal dari akar gigi terkadang muncul sangat dekat dengan tepi film, dan film holder harus terbuat dari bahan yang dapat disterilisasi dan hanya dapat digunakan sekali pakai.1

2.2.1.2 Teknik Bisekting

Teknik bisekting dikenal juga dengan bisecting angle technique, bisection of the angle technique, dan short cone technique. Prinsip pada bisecting technique

menggunakan prinsip geometri, film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi, bidang film dan aksis panjang gigi membentuk sudut, adanya garis bisekting, central x-ray tegak lurus terhadap garis bisektris. Keuntungan dari teknik bisekting adalah pemegang film tidak diperlukan karena pasien dapat memegang film dengan menggunakan jari.10

(6)

panjang gigi pada gambar sama dengan panjang gigi sebenarnya bila sudut yang dibentuk benar, sehingga teknik ini cukup adekuat untuk tujuan diagnostik, meskipun tidak ideal.1

Teknik bisekting memiliki kekurangan, yaitu: gambar yang dihasilkan dapat mengalami distorsi karena angulasi vertikal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang elongasi maupun memendek, level tulang periodontal hampir tidak terlihat, angulasi horisontal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang

overlapping antara mahkota dan akar gigi, akar bukal gigi premolar dan molar maksila terlihat lebih pendek pada gambar.1

2.2.2 Radiografi Bitewing

Teknik bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi crown, daerah interproksimal dan crest alveolar maksila dan mandibula dalam film yang sama. Selain itu, radiografi oklusal berguna untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini) dan crest alveolar antara 2 gigi. Dosis radiografi bitewing adalah 0,001-0,008 mSv.10

2.2.3 Radiografi Oklusal

(7)

2.3 Perkembangan Gigi Desidui dan Permanen

Perkembangan setiap gigi manusia dimulai dengan pembentukan suatu benih gigi. Benih gigi berasal dari dua jaringan embrio yaitu bagian yang berkembang dari lamina gigi berasal dari ektodermal dan bagian lain dari mesenkim yang terletak di mandibula ektodermal. Benih gigi dibentuk dari tiga organ pembentuk, yaitu:14,15 1. Organ Enamel, berasal dari epitel dimana lapisan dalamnya akan membentuk

enamel.

2. Dental papilla (organ dentin), berasal dari mesenkim dan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang tengah dentin sebagai ruang pulpa.

3. Poket gigi (organ periodontal), berasal dari mesenkim dan akan membentuk struktur penyangga gigi, sementum, tulang alveolar, dan membran periodontal.14

(8)

Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan selama siklus kehidupan yaitu:14,15

Gambar 3.Tahap perkembangan gigi16

1. Tahap inisiasi, pembentukan awal benih gigi yang dihasilkan dari jaringan mulut, sering dikenal sebagai (bud stage).

2. Tahap proliferasi, pembiakan dari sel-sel dan perluasan organ enamel akan membentuk enamel gigi, sering disebut (cap stage).

3. Tahap histodifferensiasi, spesialisasi sel-sel yang mengalami perubahan histologis dimana jumlah sel meningkat, lapisan membentuk sebuah bel dan berdifferensiasi ke dalam jaringan khusus ameloblast yang akan membentuk enamel dan odontoblast yang akan membentuk dentin.

4. Tahap morfodifferensiasi, sel-sel pembentuk sepanjang penghubung dentin enamel akan memberi bentuk dan ukuran crown dan radiks. (bell stage) Sepanjang bulan ke-5 perkembangan janin, jaringan keras gigi mulai dibentuk. 5. Tahap aposisi, pengendapan dari matriks enamel dan dentin dalam lapisan

tambahan.

(9)

8. Tahap atrisi, yaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian gigi sewaktu berfungsi.14

2.3.1 Perkembangan Gigi Desidui

Proses gigi yang erupsi pada saat pertumbuhan disebut gigi desidui. Pada maksila, gigi desidui insisivus sentralis erupsi pada usia 7 1/2 bulan, gigi desidui insisivus lateralis erupsi umur 9 bulan, gigi desidui kaninus erupsi umur 18 bulan, gigi desidui molar pertama erupsi umur 14 bulan, gigi desidui molar kedua erupsi umur 24 bulan. Pada mandibula, gigi desidui insisivus sentralis erupsi pada usia 6 bulan, gigi desidui insisivus lateralis erupsi umur 7 bulan, gigi desidui kaninus erupsi umur 16 bulan, gigi desidui molar pertama erupsi umur 12 bulan, gigi desidui molar kedua erupsi umur 20 bulan. Setelah waktu tertentu gigi desidui akan tanggal dan digantikan dengan gigi geligi permanen.14

(10)

Pada perempuan, resorbsi 1/4 akar gigi terjadi di usia 4 bulan 9 hari pada bagian akar distal terjadi di usia 5 bulan 1 hari, resorpsi 1/2 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 7 bulan 2 hari dan pada bagian akar distal terjadi di usia 7 bulan 7 hari, resorbsi 3/4 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 8 bulan 7 hari dan pada bagian akar distal terjadi di usia 9 bulan 3 hari, dan selesai nya resorbsi akar gigi mesial gigi desidui terjadi di usia 9 bulan 5 hari dan selesai nya resorbsi akar distal gigi terjadi di usia 10 bulan 1 hari. Pada laki-laki resorbsi1/4 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 5 bulan 4 hari sedangkan pada bagian akar distal terjadi di usia 6 bulan 4 hari, resorbsi 1/2 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 7 bulan 6 hari sedangkan pada bagian akar distal terjadi di usia 8 bulan 3 hari, resorbsi 3/4 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 9 bulan 4 hari sedangkan pada akar distal terjadi di usia 10 bulan, dan selesai nya resorbsi akar gigi mesial gigi desidui terjadi di usia 10 bulan 7 hari dan pada bagian distal terjadi di usia 10 bulan 7 hari.12

2.3.2 Perkembangan Erupsi Gigi Permanen

Waktu erupsi dari tiap gigi didapat dalam empat periode waktu, yaitu saat tidak terdapat gigi, saat erupsi gigi sulung dan hanya terdapat gigi sulung dalam rongga mulut, saat rongga mulut dalam periode gigi bercampur dimana gigi geligi terdiri atas gigi sulung dan gigi permanen dan terjadi proses gigi permanen.12

(11)

permanen. Dan setelah usia 12 tahun erupsi gigi molar kedua terlihat ke-28 gigi permanen dalam rongga mulut dan seluruh gigi desidui telah hilang dan tergantikan oleh gigi permanen, ketika memasuki usia 17 sampai 21 tahun erupsi molar ketiga.12

Tabel 1. Pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen17,18 Gigi Klasifikasi awal Mahkota

lengkap

Erupsi Akar lengkap

I1 atas 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun

I1 bawah 3-4 bulan 4-5 tahun 6-7 tahun 9 tahun

12 atas 10-12 bulan 4-5 tahun 8-9 tahun 11 tahun

I2 bawah 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun

C atas 4-5 bulan 6-7 tahun 11-12 tahun 13-15 tahun

C bawah 4-5 bulan 6-7 tahun 9-10 tahun 12-14 tahun

P1 atas 1,5-18 tahun 5-6 tahun 10-11 tahun 12-13 tahun

P1 bawah 1 ¾- 2 tahun 5-6 tahun 10-12 tahun 12-13 tahun

P2 atas 2-2 ½ tahun 6-7 tahun 10-12 tahun 12-14 tahun

P2 bawah 2 ¼- 2 ½ tahun 6-7 tahun 11-12 tahun 13-14 tahun

M1 atas Saat lahir/sesaat sebelumnya

2,5-3 tahun 6-7 tahun 9-10 tahun

M1 bawah Saat lahir/sesaat sebelumnya

2,5-3 tahun 6-7 tahun 9-10 tahun

M2 atas 2 ½ -3 tahun 7-8 tahun 12-13 tahun 14-16 tahun

M2 bawah 2 ½ -3 tahun 7-8 tahun 12-13 tahun 14-15 tahun

M3 atas 7-9 tahun 12-16 tahun 17-21 tahun 18-25 tahun

(12)

2.4 Perkembangan Mahkota dan Akar Gigi

Sebelum erupsi, mahkota gigi dibentuk dari lobus-lobus dan mengalami kalsifikasi di dalam tulang rahang. Setelah kalsifikasi mahkota selesai, akar gigi mulai terbentuk dan gigi bergerak melewati tulang ke arah permukaan (terjadi proses erupsi) yang kemudian menembus mukosa oral ke dalam rongga mulut. Setelah erupsi, akar terus mengalami pembentukan hingga terbentuk sempurna. Pada waktu yang bersamaan, gigi sulung mengalami pembentukan dan mulai erupsi, sedangkan gigi permanen sudah mulai terbentuk di dalam tulang rahang. Gigi permanen akan bergerak ke arah oklusal seiring dengan perkembangan dan proses kalsifikasi yang akhirnya akan menggantikan gigi desidui. Tahap perkembangan mahkota dan akar dibagi atas 8 tahap, yaitu:12

1. Kalsifikasi mahkota gigi desidui

Mahkota dari ke-20 gigi desidui mengalami kalsifikasi antara usia 4 tahun 6 bulan intrauterin. Pembentukan mahkota gigi desidui selesai dalam kurun waktu satu tahun setelah kelahiran, dengan rata-rata 10 bulan dari awal proses kalsifikasi gigi.

2. Pembentukan Akar dan kemunculan gigi desidui

Pembentukan akar untuk gigi desidui dan permanen dimulai saat enamel mahkota telah terbentuk, dan gigi memulai pergerakan oklusal melalui tulang ke arah rongga mulut. Setelah erupsi mahkota gigi desidui ke dalam rongga mulut sekitar 6 bulan sampai 2 tahun gigi terus mengalami erupsi hingga beroklusi dengan gigi dari lengkung yang berlawanan.

3. Kemunculan gigi desidui (dari usia 6 bulan hingga sekitar 2 tahun)

Gigi desidui pertama yang erupsi adalah gigi insisivus sentralis bawah sekitar usia 6 bulan setelah itu gigi insisivus lateralis bawah diikuti gigi insisvus sentralis erupsi sebelum insisivus lateralis. Selanjutnya gigi molar pertama desidui, kemudian kaninus, diikuti molar kedua. Gigi desidui yang muncul terakhir dan menyempurnakan gigi desidui adalah gigi molar kedua desidui pada usia 2 tahun. 4. Penyempurnaan akar gigi desidui

(13)

permanen mengalami pembentukan di dalam rahang.

5. Pelepasan gigi desidui yang hampir bersamaan dengan erupsi gigi permanen

Akar gigi desidui berada dalam keadaan sempurna hanya untuk waktu yang singkat hanya 3 tahun setelah selesai, akar gigi desidui mulai mengalami resopsi pada apeks atau satu sisi dekat dengan apeks. Resorbsi gigi desidui adalah hilangnya akar gigi secara bertahap akibat erupsi gigi permanen. Resorbsi berlanjut dengan gigi permanen yang bergerak mendekati permukaan hingga akhirnya gigi desidui menjadi ‘goyang/jatuh” yang disebut eksfoliasi. Saat gigi desidui terlepas, mahkota gigi penggantinya sudah dekat dengan permukaan dan siap untuk muncul ke dalam rongga mulut.

6. Periode gigi bercampur

Periode gigi bercampur terjadi sekitar usia 6 tahun ketika molar pertama erupsi. Periode gigi bercampur berakhir sekitar usia 12 tahun ketika gigi desidui telah tergantikan. Pada periode gigi bercampur terdapat 20 gigi desidui dan ke-empat gigi molar permanen.

7. Pembentukan mahkota gigi permanen

Mahkota gigi molar pertama terbentuk saat lahir. Pada gigi permanen, pembentukan mahkota dan kalsifikasi sempurna rata-rata di usia 3 sampai 4 tahun sebelum erupsi ke rongga mulut.

8. Urutan kemunculan gigi permanen

Waktu erupsi gigi molar satu permanen usia 6 tahun, kaninus antara usia 6 sampai 9 tahun, gigi premolar antara usia 9 sampai 12 tahun.12

2.4.1 Perkembangan Akar Molar Satu Permanen Mandibula

(14)

mesial dan distal, serta memiliki dua saluran akar hampir sebanyak 100%. Akar dapat terbagi menjadi bagian bukal dan lingual. Kontur permukaan akar distal lebih bervariasi tetapi lebih konveks, sedangkan akar distal memiliki satu saluran. Akses ke bifurkasi akar di dalam mulut terletak dekat dengan permukaan akar midbukal dan midlingual. Batang akar lebih pendek dibanding molar kedua, furkasi mendekati garis servikal pada sisi bukal molar pertama. Garis servikal lebih ke oklusal pada sisi lingual molar pertama. Lekukan bukal dan lingual terlihat pada batang akar yang pendek, meluas dari garis servikal hingga furkasi bukal dan lingual, dan akar gigi molar pertama lebih lebar dan lebih terbuka dibanding akar molar kedua, yang dapat memperlihatkan inklinasi distal.12

Gambar 5. Molar satu permanen mandibula12

Gambaran anatomi normal gigi molar satu permanen mandibula secara radiografi terlihat mahkota, dentin, dan sementum akar radiopak, kamar pulpa sampai saluran pulpa terlihat radiolusen, membran periodontal terlihat radiolusen, dan lamina dura serta tulang alveolar terlihat radiopak (seperti terlihat pada gambar 1).8

Ada 2 teori tahap penelitian kalsifikasi gigi menurut metode Moorrees, dan metode Demirjian ditinjau dari gambaran radiografi, yaitu:

2.4.1.1 Metode Moorrees

(15)

8 tahun 5 bulan, dan foramen apikal tertutup usia 9 tahun 3 bulan, sedangkan pada anak perempuan ¼ akar gigi terjadi di usia 4 tahun 7 bulan, ½ akar gigi terjadi di usia 5 tahun 9 bulan, ¾ akar gigi terjadi di usia 6 tahun 7 bulan, pembentukan akar sempurna terjadi di usia 7 tahun 6 bulan, foramen apikal terbuka usia 8 tahun 1 bulan, sedangkan foramen apikal tertutup usia 8 tahun 5 bulan.8

Gambar 6. Metode Moorrees8

Tabel 2. Tahap perkembangan gigi molar mandibula8 Tahap Keterangan

1 Pembentukan awal mahkota, proses pembentukan enamel telah dimulai 2 Terjadi kalsifikasi tetapi seluruh perbatasan tidak terlihat radiopak

3 Pembentukan mahkota telah sempurna: batas koronal dari gigi mengalami mineralisasi

4 Pembentukan 1/2 mahkota, dan proses amelogenesis telah mencapai sebagian akar dan terlihat radiopak

5 Mahkota 3/4 telah selesai

6 Pembentukan mahkota telah selesai. Mahkota mengalami mineralisasi tetapi belum terjadi pembentukan akar

7 Awal pembentukan akar terjadi: terlihat radiopak di bawah garis mahkota gigi 8 1/4 akar mulai mengalami pembentukan yang terlihat pada radiografi

9 1/2 akar terbentuk sempurna 10 1/4 akar terbentuk sempurna

(16)

13 Bagian apeks telah terbentuk sempurna.

2.4.1.2 Metode Demirjian

Menurut Metode Demirjian, tahap mineralisasi adalah proses kalsifikasi benih gigi sampai selesainya pembentukan akar gigi dibagi atas 8 fase (skala A sampai H), pada anak laki-laki fase D dan fase E yaitu dimulainya pembentukan akar dan terbentuknya bifurkasi panjang benih gigi lebih kecil dari mahkota terlihatdi usia 3,5 tahun sampai 4 tahun 7 bulan. Pada Fase Fterlihat panjang akar gigi sama atau lebih panjang dengan dengan tinggi mahkota gigi terjadi di usia 5 tahun 8 bulan, pada Fase G foramen apikal masih terbuka, terlihat pada usia 6 tahun 9 bulan, sedangkan pada Fase H foramen apikal sudah tertutup sempurna di usia 8 tahun 5 bulan, sedangkan pada anak perempuan dimulainya pembentukan akar gigi terjadi di usia 3 tahun 5 bulan, pada usia 5 tahun 9 bulan terlihat gigi sudah lebih tinggi dari mahkota gigi, dan usia 8 tahun foramen apikal sudah tertutup sempurna dapat dilihat pada Fase H.6,13

Gambar 7. Tahap perkembangan akar gigi molar mandibula6,13

A B C D

(17)

Tabel 3. Tahap perkembangan akar gigi molar mandibula6,13 Tahap Keterangan

A Baik gigi dengan akar tunggal maupun akar ganda, tahap kalsifikasi gigi dimulai dari bagian tertinggi dari crypt (benih gigi) bentuk konus (inverted) dan belum menyatu

B Ujung cusp yang mengalami kalsifikasi mengalami penyatuan, yang menunjukkan pola permukaan oklusal gigi.

C A)Pembentukan enamel gigi selesai pada permukaan oklusal tampak perluasan dan pertemuan tepi servikal gigi

B) Dimulainya deposit dentinal gigi

C) Pola kamar pulpa tampak berbentuk garis lengkung pada batas oklusal gigi (curved shape)

D A) Pembentukan mahkota gigi selesai, dan terjadi perluasan menuju cemento enamel junction

B) Tepi atas kamar pulpa pada gigi yang berakar tunggal menunjukkan bentuk garis lengkung yang jelas dan berbentuk konkav pada area servikal dan proyeksi tanduk pulpa memperlihatkan gambaran seperti payung, serta kamar pulpa terbentuk trapesium pada gigi molar.

C) Dimulainya pembentukan akar gigi yang berbentuk spikula E Gigi berakar tunggal

A) Dinding kamar pulpa tampak berupa garis lurus yang kontinyuitasnya terputus akibat adanya tanduk pulpa yang pada sebelumnya lebih besar kontinuitasnya B) Panjang akar gigi kurang dari tinggi mahkota gigi

Gigi Molar

A) Inisiasi pembentukan bifurkasi akar dengan ujung yang berbentuk semi-lunar (bulan sabit)

B) Panjang akar gigi masih kurang dari tinggi mahkota gigi F Gigi berakar tunggal

A) Dinding kamar pulpa tampak menyerupai segitiga sama kaki, dan ujung akar seperti corong (funnel shape)

B) Panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi

Gigi Molar

A) Kalsifikasi pada bifurkasi mengalami perluasan sehingga bentuk akar lebih nyata dimana ujung akar tampak seperti corong

B) Panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi

G Dinding saluran akar gigi tampak sejajar tetapi ujung apikal gigi masih terbuka (akar distal molar)

H A) Ujung apikal gigi sudah tertutup.

(18)

2.5 Kerangka Teori

Radiografi Kedokteran Gigi

Ekstra Oral Intra Oral

Radiografi Periapikal

Radiografi Bitewing

Radiografi Oklusal

Teknik Paralel Teknik Bisekting

Tahap perkembangan Gigi Molar Satu Permanen Mandibula

Teori Moorrees

(19)

2.6 Kerangka Konsep

Radiografi Periapikal

Teknik Paralel

Siswa di salah satu SD Negeri yang berusia 6-10 tahun yang sudah erupsi gigi molar satu permanen mandibula

Interpretasi hasil radiografi periapikal gigi molar satu permanen mandibula Melihat bentuk akar dan mengukur panjang

Gambar

Gambar 1. Anatomi normal gigi bercampur usia 8 tahun dilihat
Gambar 2.A. Posisi pasien (Molar mandibula) B. Sketsa posisi C.
Gambar 3.Tahap perkembangan gigi16
Gambar 4. Resorbsi akar gigi molar desidui12
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembentukan atau panjang akar gigi insisivus sentralis mandibula pada anak usia 7-9 tahun dianalisa melalui

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, tipe konfigurasi saluran akar pada akar distolingual gigi molar satu mandibula permanen pada sampel yang memiliki

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gigi molar satu mandibula permanen memiliki dua akar dan tiga akar, dengan konfigurasi saluran akar pada akar mesial tipe I,

Untuk mengetahui tipe konfigurasi saluran akar pada akar distal gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan berdasarkan klasifikasi

Untuk mengetahui tipe konfigurasi saluran akar pada akar distal gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan berdasarkan klasifikasi

molar tiga mandibula baru erupsi ditinjau melalui radiografi periapikal pada usia 18 –.

Dalam rangka menyelesaikan studi Kedokteran Gigi, saya akan melakukan penelitian yang berjudul “ Panjang akar molar tiga mandibula yang baru erupsi pada mahasiswa FKG

Efek radiasi tak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan erupsi gigi normal berada dalam rongga mulut,kemudian terkena radiasi ionisasi,maka akan terlihat kelainan gigi