PANJANG AKAR GIGI INSISIVUS SENTRALIS MANDIBULA
PERMANEN DITINJAUMELALUI RADIOGRAFI
PERIAPIKALPADA ANAK USIA 7-9 TAHUN
DI SALAH SATU SD DI MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
SURTIVA MULIANI PULUNGAN NIM : 110600022
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan Dihadapan tim penguji skripsi
Medan, April 2015
Pembimbing Tanda tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah diseminarkan di hadapan tim penguji skripsi pada tanggal, ...
TIM PENGUJI
KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp.RKG (K) ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Tahun 2015
Surtiva Muliani Pulungan
Panjang Akar Gigi Insisivus Sentralis Mandibula Permanen Ditinjau Melalui Radiografi Periapikal pada Anak Usia 7-9 Tahun di salah satu SD di Medan
x + 35 halaman
Erupsi gigi merupakan proses pergerakan gigi dari bawah gingival hingga menembus gingival, yang ditandai dengan adanya 1/3 mahkota gigi. Gigi Insisivus Sentralis Mandibula erupsi pada usia 6-7 tahun dan pembentukan akar sempurna pada usia 9 tahun. Disebabkan adanya variasi erupsi gigi insisivus sentralis mandibula, maka radiografi periapikal merupakan alat bantu untuk mendeteksi erupsi dan panjang akar yang sudah terbentuk pada anak saat usia 7, 8, dan 9 tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional terhadap 68 orang siswa SD IT Al-Ikhlas Medan yang berusia 7-9 tahun. Penelitian dilakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU.
Hasil penelitian menunjukkan di usia 7 tahun panjang akar gigi 31 dan 41 sebanyak 100% pada ukuran < 10,9 mm. Usia 8 tahun panjang akar gigi 31 telah mencapai ≥ 11mm sebesar 77,1 %. Dan akar gigi 41 sebesar 72,5%. Di usia 9 tahun panjang akar gigi 31 dan 41 berukuran ≥11 mm sebesar 95,5%.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah pada usia 7-8 tahun merupakan proses pembentukan akar. Dan pada usia 9 tahun telah terjadi pembentukan sempurna akar yang ditandai dengan adanya foramen apikal.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayah tercinta Kompol. H. Mahyuddin Pulungan, SH dan Ibu tersayang Hj. Ulwani Lubis atas segala kasih sayang, baik moril maupun materil yang tidak akan terbalas oleh penulis sampai kapanpun. Serta terima kasih kepada abang tersayang Andra Erdiansyah Pulungan, SE, Lia Khairani Pulungan Amd. Keb dan abang Kholil Muda Harahap, SS. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. Trelia Boel., drg., M. Kes., Sp.RKG (K), sebagai dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu penulis dan bersedia meluangkan waktu, memberikan semangat, motivasi serta bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph. D., Sp. Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dalam penelitian ini.
2. Siti Bakhirah Lubis, drg., Sp. Ort, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Sumatera Utara.
3. H. Amrin Thahir, drg, Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG, Dewi Kartika, drg, Maria Novita H. Sitanggang, drg, Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG selaku staf pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.
4. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (Kak Tety, Kak Rani, dan Bang Ari).
5. Seluru staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani masa pendidikan.
Frandy, Ryan, Monik, Ica, Neni) yang telah memberikan doa, bantuan, serta motivasi kepada penulis pada penelitian ini.
7. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Univrsitas Sumatera Utara dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi dan seluruhnya.
Medan, Maret 2015
Penulis,
3.2.2 Waktu Penelitian ... 19
4.1 Rata-rata Panjang Akar Insisivus Sentralis Mandibula Usia 7 Tahun ... 26
4.2 Rata-rata Panjang Akar Insisivus Sentralis Mandibula Usia 8 Tahun ... 27
4.3 Rata-rata Panjang Akar Insisivus Sentralis Mandibula Usia 9 Tahun ... 28
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Pertumbuhan gigi geligi ... 16 Tabel 2. Demografi jenis kelamin ... 25 Tabel 3. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula
permanen ... 25 Tabel 4. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula
pada usia 7 tahun ... 26 Tabel 5. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula
pada usia 8 tahun ... 27 Tabel 6. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula
pada usia 9 tahun ... 28 Tabel 7. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula
secara keseluruhan ... 29 Tabel 8. Tabel pertumbuhan foramen apikal gigi insisivus sentralis
mandibula ... 29
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 Periapikal view ... 4
Gambar 2 Teknik bisekting angle ... 7
Gambar 3 Gigi insisivus sentralis mandibula permanen kanan di lihat dari beberapa aspek ... 9
Gambar 4 Pembentukan gigi ... 9
Gambar 5 Tahap pra erupsi ... 14
Gambar 6 Erupsi gigi ... 15
Gambar 7 Cara pengukuran panjang akar insisivus sentralis mandibula ... 22
Gambar 8 Gigi insisivus sentralis mandibula anak usia 7 tahun... 26
Gambar 9 Gigi insisivus sentralis mandibula anak usia 8 tahun... 27
Gambar 10 Gigi insisivus sentralis mandibula anak usia 9 tahun... 28
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Ethical Clearance
2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 4. Rincian Anggaran Penelitian
5. Jadwal Penelitian 6. Data SPSS
7. Curriculum Vitae
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Radiografi adalah suatu alat atau media dalam membantu menegakkan diagnosa. Pemeriksaan radiografi dapat memperlihatkan keadaan gigi dan jaringan sekitarnya. Teknik pemeriksaan yang paling rutin di kerjakan adalah pemeriksaan radiografi periapikal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa gigi (mahkota dan akar) serta jaringan sekitarnya.
Erupsi gigi merupakan proses pergerakan gigi dari bawah gingiva hingga menembus gingiva, yang ditandai dengan adanya 1/3mahkota gigi disekitar gingiva
dan biasanya diikuti dengan adanya pembengkakan dan rasa sakit disekitar gingiva pada gigi yang erupsi tersebut.1-3 Pertumbuhan dan perkembangan gigi sangat penting untuk diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi permanen anak. Pada tahap ini, kebanyakan orang tua menganggap proses erupsi gigi adalah suatu saat yang penting dalam perkembangan anak, sehingga mereka sering khawatir tentang waktu dan perjalanan erupsi gigi.4
Waktu erupsi gigi tiap anak berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor nutrisi antara lain kandungan gizi, pola makan, dan jenis makanan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hormon tyroid dan hormon paratiroid berkaitan dengan protein.1,3,4 Erupsi gigi permanen pada anak ditandai dengan tumbuhnya gigi molar pertama pada rahang bawah, dimulai saat anak berusia 6 sampai 7 tahun, namun terkadang gigi insisivus sentralis mandibula erupsi bersamaan atau bahkan mendahului molar satu tersebut.1,3,5 Gigi insisivus sentralis mandibula mengalami pembentukan enamel secara sempurna pada umur 4 sampai 5 tahun, sedangkan pembentukan sempurna akar pada umur 9 tahun.1
bawah, erupsi terjadi pada umur rata-rata 6,75 tahun. Pada siswa Madrsah Ibtidaiyah Nurul Falah erupsi gigi insisivus rahang bawah, terjadi pada umur rata-rata 7 tahun.3 N Khan dkk (2011),melaporkan bahwa erupsi gigi 31 pada usia 7 tahun, dan pada gigi 41 erupsi pada usia 6,9 tahun.6 Penelitian Annet Kutesa, dkk (2013), menyimpulkan erupsi gigi 31 pada usia 5,7 tahun dan pada gigi 41 erupsi pada usia 7,4 tahun.7 Sedangkan Maria Nichifor, dkk (2011), menyimpulkan erupsi gigi 31 dan 41 pada anak laki-laki usia 6,56 tahun. Sedangkan pada anak perempuan pada umur 6,71 tahun.8
Berdasarkan hasil uraian di atas, peneliti tertarik mengenai pembentukan akar dan panjang akar yang erupsi bervariasi melalui radiologi periapikal pada anak usia 7 – 9 tahun yang sebelumnya belum ada dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1Masalah Umum
Masalah umum pada penelitian ini adalah bagaimana pembentukan akar atau panjang akar gigi insisivus sentralis mandibula pada anak usia 7–9 tahun melalui analisis periapikal.
1.2.2 Masalah Khusus
1. Bagaimana kondisi foramen apikal pada anak usia 7–9 tahun ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembentukan atau panjang akar gigi insisivus sentralis mandibula pada anak usia 7-9 tahun dianalisa melalui radiografi periapikal.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kondisi foramen apikal pada anak usia 7–9 tahun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan informasi pengetahuan tentang pembentukan atau panjang akar gigi insisivus mandibula pada usia 7 – 9 tahun.
1.4.2 Manfaat Praktis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radiografi Periapikal
Nama periapical berasal dari bahasa latin “peri”, yang berarti “sekeliling”, dan “apical” yang berarti ujung. Radiogafi periapikal dapat menunjukkan secara keseluruhan dari permukaan oklusal atau incisal edge menuju apeks dan 2-3 mm dari tulang periapikal, tujuannya untuk mendiagnosa kondisi normal atau patologi dari mahkota gigi, akar, tulang, serta erupsi gigi.9 Pemeriksaan radiografi periapikal merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang paling rutin dikerjakan di Kedokteran Gigi.
Gambar 1. Hasil radiografi periapikal 10
Indikasi radiografi periapikal, antara lain yaitu:11
1. Mengevaluasi kondisi jaringan periapikal dan periodontal 2. Sebelum, selama dan setelah perawatan endodontik 3. Penilaian terhadap gigi dan jaringan setelah terjadi trauma 4. Evaluasi patologi apikal dalam tulang alveolar
Pemerikasaan radiografi periapikal secara umum ada dua teknik, yaitu teknik kesejajaran (paralleling technique) dan teknik bidang bagi (bisecting/angle technique).12,13
2.1.1 Periapikal dengan teknikParalel
Keuntungan teknik paralel :
Pada radiografi dengan menggunakan teknik paralel, kemungkinan adanya distorsi yang di dapat pada rontgenfoto sangat kecil dan juga gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi yang asli. Keuntungan lain dari teknik paralel ini, selain mudah dipelajari juga mudah digunakan.9 Jika teknik paralel ini dilakukan dengan benar, maka akan membentuk gambar di film dengan akurasi linear dan dimensional untuk mendukung diagnosa yang lebih valid.9
Kerugian teknik paralel :
Kerugian dari teknik paralel adalah sulit meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil. Selain itu, film holder mudah mengenai jaringan sekitarnya.9,12
2.1.2 Periapikal dengan teknik Bisekting
Keuntungan teknik bisekting :
Pada teknik bisekting, keuntungan yang di dapat yaitu teknik ini tidak menggunakan film holder.12 Sehingga lebih nyaman pada pasien.
Kerugian teknik bisekting:
Kerugian dari teknik ini adalah distorsi lebih mudah terjadi dan juga sering terdapat masalah angulasi (banyak angulasi yang harus diperhatikan).12
2.1.3 Prinsip Radiografi Periapikal
Prinsip pada teknik Paralel :12
a. Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi
c. Film holder harus dipakai menjaga agar film tetap dengan aksis panjang gigi.12,13.
Teknik Paralel :
Pertama, film diletakkan pada bagian palatinal atau lingual gigi yang akan difoto. Film kemudian diletakkan sejajar dengan long axis gigi dengan memakai film holder. Selanjutnya sinar sentral diarahkan tegak lurus terhadap aksis gigi dalam film. Teknik ini akan menghasilkan gambar yang lebih baik dari pada teknik bisecting angle.12
Prinsip pada teknik bisekting :
a. Prinsip geometri dipakai pada teknik ini
b.Film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual atau palatal dari gigi c. Film kontak dengan gigi, diman bidang film dan aksis panjang gigi
membentuk sudut
d.Adanya imaginary bisector
e. Central x-ray tegak lurus terhadap garis bisektris sehingga menghasilkan dua segitiga yang sama
f. Film holder digunakan untuk menstabilkan film selama penyinaran. Teknik Biseksi :
Gambar 2. Teknik bisecting angle14
2.2 Gigi Insisivus Sentralis Mandibula
Gigi insisivus sentralis permanen mandibula merupakan gigi terkecil dalam lengkung rahang. Mahkotanya sedikit lebih besar dari setengah diameter mesiodistal gigi insisivus sentralis maksila, diameter labiolingualnya sekitar 1 mm lebih kecil. Ukuran mesiodistal radiks sempit sehingga radiks dan crown terlihat lebar dalam arah labiolingual. Pada gigi insisivus lateralis mandibula merupakan gigi mandibula kedua dari median line, baik disebelah kanan maupun sebelah kiri.15
Mahkota berinklinasi lebih ke lingual daripada insisivus atas dan dari sisi insisal, tepi insisal dapat terlihat terletak pada sisi lingual sumbu sentral gigi, dan bila kita menarik garis yang membagi dua labio-lingual gigi, maka garis ini akan tegak lurus terhadapnya. Permukaan lingual gigi relatif halus dan tanpa ciri khas dengan ‘marginal ridge’ dan singulum yang kurang berkembang. Daerah sepertiga tengah dan insisal memperlihatkan konkavitas dangkal, dan kearah sepertiga servikal, permukaan lingual cembung karena adanya cingulum yang kecil. Permukaan labial cenderung cembung, terutama sepertiga servikal, dan melurus ke arah sepertiga insisal.16
2.2.1Ciri Insisivus Sentralis Mandibula
Ciri – ciri gigi insisivus sentralis mandibula :
1. Akar tunggal, mendatar mesio-distal dan cenderung bengkok ke distal 2. Tepi insisal tegak lurus terhadap garis yang membagi dua mahkota
labio-lingual
3. Panjang akar 12 mm
4. Alur longitudinal distal akar lebih jelas daripada mesial 5. Gigi terkecil pada gigi-geligi tetap.16
Gigi ini mirip dengan gigi insisivus sentralis mandibula, ukurannya sedikit lebih besar, dan fungsi kedua gigi ini saling berhubungan. Pada anak usia 6 tahun, erupsi gigi insisivus mandibula penting untuk diperhatikan karena akan membantu pembentukan profil wajah bagian bawah.11
Pada tahap erupsi gigi ini dapat terjadi gangguan erupsi gigi, misalnya terlambat atau cepatnya gigi permanen erupsi berdasarkan umur tiap anak. Melalui pemeriksaan radiografi dapat diketahui pertumbuhan pada gigi geligi baik di rahang atas maupun rahang bawah.
2.2.2 Pertumbuhan Akar Gigi Insisivus Sentralis Mandibula
Gambar 3. Gigi insisivus sentralis mandibula permanen kanan dilihat dari beberapa aspek15
2.3 Tahap Pertumbuhan Gigi
Tahap Pembentukan gigi, yaitu19 :
a. Baik gigi dengan akar tunggal maupun akar ganda, tahap kalsifikasi gigi dimulai dari begian tertinggi dari crypt (benih gigi) bentuk konus (inverted) dan belum menyatu
b. Ujung cusp yang mengalami kalsifikasi mengalami penyatuan, yang menunjukkan pola permukaan oklusal gigi
c. 1. Pembentukan enamel gigi selesai pada permukaan oklusal tampak perluasan dan pertemuan tepi servikal gigi
2. Dimulainya deposit dentinal gigi
3.Pola kamar pulpa tampak berbentuk garis lengkung pada batas oklusal gigi d. 1. Pembentukan mahkota selesai dan terjadi perluasan kecementoenamel
junction
2. Tepi atas kamar pulpa pada gigi yang berakar tunggal menunjukkan bentuk garis lengkung yang jelas dan berbenuk konkav pada area servikal dan proyeksi tanduk pulpa memperihatkan gambaran seperti payung, serta kamar pulpa terbentuk trapesium pada gigi molar
3. Dimulainya pembentukan akar gigiyang berbentuk spicule a.
e. Gigi berakar tunggal
1. Dinding kamar pulpa tampak berupa garis lurus, yang kontinuitasnyaterputus akibat adanya tanduk pulpa, yang lebih besar dari pada tahap sebelumnya
2. Panjang akar gigi kurang dari mahkota tinggi mahkota gigi Gigi Molar
1. Inisiasi pembentukan bifurkasi akar dengan ujung yang berbentuk semi-lunar
2. Panjang akar gigi masih kuran dari tinggi mahkota gigi f. Gigi berakar tunggal
1. Dinding kamar pulpa tampak menyerupai segitiga sama kaki dan ujung akar seperti funnel shape.
Gigi molar
1. Kalsifikasi pada bifurkasi mengalami perluasan sehingga bentuk akar lebih nyata dimana ujung akar tampak seperti corong
2. Panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi
g. Dinding saluran akar gigi tampak sejajar tetapi ujung apikal gigi masih sebagian terbuka (akar distal pada gigi molar)
h. 1. Apikalgigi sudah tertutup
2. Membranperiodontalmemiliki ketebalan yang sama disekeliling akar danapeks
2.4 Erupsi Gigi Geligi
Erupsi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut.13Setiap orang mempunyai dua tahap pertumbuhan gigi, yaitu kelompok gigi primer dan kelompok gigi permanen. Pada usia 13 tahun, anak-anak telah mempunyai 4 gigi insisivus sentralis, 4 gigi insisivus lateralis, 8 gigi premolar, 4 gigi kaninus, dan 8 gigi molar. Gigi permanen yang terakhir erupsi yaitu molar ketiga, yang mulai erupsi pada usia 17 tahun.20
Pada umumnya, erupsi normal gigi permanen dalam rongga mulut terjadi selama rentang waktu usia kronologis yang berbagai macam dan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor.5Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan populasi yang lain.16 Beberapa faktor yang mempengaruhi erupsi gigi yaitu :20
a. Genetik
Terdapat kelainan genetik tertentu yang dapat mempengaruhi erupsi gigi. Kelainan genetik tersebut dapat dibagi menjadi kelainan pada pembentukan email dan atau pada pembentukan folikel (misalnya, amelogenesis imperfecta, Hurler’s Syndrom, mucopolysacharidosis VI) dan kelainan pada aktivitas osteoclastic (misalnya, Cleidocranial dysplasia, osteoporosis).
b. Jenis Kelamin
Terdapat persamaan pendapat dalam beberapa penelitian pada pertumbuhan gigi bahwa pertumbuhan gigi pada wanita lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki. Terdapat perbedaan yang signifikan pada insisivus lateral dan caninus rahang atas, serta caninus rahang bawah. Perbedaan waktu erupsi gigi rata-rata 4-6 bulan. Perbedaan erupsi paling sering pada kaninus permanen. Lebih cepatnya erupsi gigi permanen pada wanita disebabkan karena adanya pematangan yang lebih awal.
c. Nutrisi
Meskipun data pengaruh gizi terhadap pertumbuhan gigi permanen kurang, tetapi terdapat bukti bahwa kekurangan gizi kronis pada anak-anak dalam waktu yang lama dapat menyebabkan erupsi yang tertunda. Meskipun pada satu penelitian melaporkan bahwa gigi molar dan insisivus permanen lebih cepat erupsi pada kelompok anak usia 6 tahun yang mengalami kekuangan protein malnutrisi pada usia dini. Tetapi kurangnya sampeldan tidak adanyalaporan status gizi pada pemeriksaan. Peran protein dalam menunjang pertumbuhan tubuh dan berbagai jaringan termasuk pertumbuhan jaringan tulang seperti mandibula sangat penting. Kekurangan protein atau yang biasa disebut defisiensi protein juga dapat mempengaruhi dimensi panjang mandibula.
d. Faktor Sosial-Ekonomi
e. Tinggi Badan dan Berat Badan
Sebuah hubungan positif antara tinggi badan dan berat badan terhadap pertumbuhan gigi telah diteliti sebelumnya. Anak-anak yang lebih tinggi dan lebih berat pertumbuhan giginya lebih cepat. Penelitian tentang obesitas anak-anak dan pertumbuhan gigi juga menunjukkan sebuah hubungan. Anak-anak yang mengalami obesitas lebih cenderung cepat pertumbuhan giginya, rata-rata pertumbuhan giginya lebih cepat 1.2-1.5 tahun sebelumnya dibandingkan dengan anak-anak dengan berat badan yang normal.
f. Hormon
Gangguan kelenjar endokrin biasanya memiliki efek yang mendalam pada tubuh, termasuk gigi. Pertumbuhan gigi yang cepat telah diteliti dan berkaitan dengan sekresi androgen adrenal yang meningkat, sedangkan efek dari kelebihan pertumbuhan hormon pada pertumbuhan gigi kurang djelaskan.5,21
Setiap gigi mengalami tahap perkembangan selama siklus kehidupan yaitu :15,21
1. Tahap inisiasi (bud stage)
Pembentukan awal benih gigi yang dihasilkan dari jaringan mulut. Sering dikenal sebagai bud stage. Pada waktu embrio berusia 6 minggu, epitel rongga mulut tersusun oleh lamina superficialis dengan sel-sel pipih, lamina basalis dengan sel-sel lebih tinggi yang berasal dari lapisan ektodermal, dan membrana basalis. Lamina basalis ini yang mengalami proliferasi lebih cepat dan membentuk tonjolan pada lengkung rahang meluas pada maksila dan mandibula yang menjadi kuntum gigi.
2. Tahap proliferasi (cap stage)
Pembiakan dari sel-sel dan perluasan organ enamel akan membentuk enamel gigi (cap stage)
3. Tahap histodifferensiasi (bell stage)
Gambar 5. Tahap pra erupsi22
4. Tahap morfodifferensiasi
Sel-sel pembentuk sepanjang penghubung dentin dan enamel akan memberi bentuk serta ukuran crown dan radiks. Tahap ini ialah pergerakan gigi ke arah rongga mulut dimulai ketika gigi masih dalam tulang rahang. Sepanjang bulan ke-5 perkembangan janin, jaringan keras gigi mulai dibentuk. Dentin dibentuk lebih dahulu, diikuti segera oleh enamel.
5. Tahap aposisi
Pengendapan dari matriks enamel dan dentin dalam lapisan tambahan. 6. Tahap kalsifikasi
Pengerasan dari matriks oleh pengendapan garam-garam kalsium anorganik. Dimulai selama pengendapan matriks oleh endapan nidus kecil dan selanjutnya nidus-nidus garam kalsium anorganik bertambah besar.
7.Tahap erupsi
Tabel 1. Pertumbuhan Gigi Geligi1
Gigi Pembentukan sempurna
enamel Erupsi
2.5Kerangka Teori
Gigi Insisivus Sentralis Mandibula
Erupsi Gigi Geligi Pertumbuhan Akar Insisivus
Sentralis Mandibula Ciri Insisivus Sentralis
Mandibula
Teknik Bisekting Teknik Paralel
2.6 Kerangka Konsep
Kelompok usia :
-Kelompok usia 7 tahun - Kelompok usia 8 tahun - Kelompok usia 9 tahun
Laki-laki
Pemeriksaan Radiografi Periapikal
Interpretasi hasil dari radiografi Pembentukan akar gigi insisivus sentralis mandibula
permanen
Perempuan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengamatan dilakukan pada anak-anak berusia 7-9 tahun, untuk melihat pembentukan serta panjang akar gigi insisivus permanen sentralis mandibula.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai Desember 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 7-9 tahun yang bersekolah di SD IT Al-Ikhlas yang berjumlah 236 anak.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian adalah seluruh siswa SD IT Al Ikhlas yang berusia 7-9 yang memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan sampel penelitian.
1. Kriteria inklusi adalah a. Anak kooperatif
b. Mendapat persetujuan orang tua
2. Kriteria eksklusi adalah a. Tidak adanya benih gigi
b. Belum tanggal gigi insisivus sentralis mandibula desidui. 3. Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus berikut :
n = ���.�.�
��
Keterangan :
n : jumlah sampel minimum
Zα : deviat baku alfa = 1,96
P : proporsi kategori variabel yang di teliti 50% (proporsi populasi tidak diketahui sehingga digunakan 50%)
Q : 1-p = 1-0,5 = 0,5
d : nilai presisi mutlak 10 % = 0,01
n = 1,96
2.0,5.0,5
0,12
n = 68
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian ini adalah Analisa radiografi periapikal tentang pembentukan akar gigi insisivus sentralis mandibula permanen pada anak usia 7 sampai 9 tahun di SD IT Al-Ikhlas
3.4.2 Definisi Operasional
Bagian gigi yang terletak di bawah mahkota, yang
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Alat dan Bahan Penelitian
Alat Penelitian :
1. Pesawat radiografi merk Planmeca
2. Viewer boxmerk Sella
3. Pengering (hair dryer) 4. Jangka caliper
5. Penggaris 6. Alat tulis Bahan Penelitian
a. Film intraoral
b. Bahan Prosesing film (larutan developer dan fixer )
3.6 Cara Pengukuran
Cara pengukurannya dengan meletakkan hasil radiografi diatas viewer box
dan di beri tanda dengan pensil pada hasil radiografi periapikal pada sementum dan ujung apeks gigi. Setelah selesai diberi tanda maka letakkan ujung jangka pada sementum ke ujung apeks gigi. Lalu jangka di pindahkan pada kertas lembar dan diukur menggunakan penggaris. Hasil pengukuran di catat di kertas lembar.
Gambar 7. Cara pengukuran panjang akar insisivus sentralis mandibula CEJ
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1Pengolahan Data
Berdasarkan hasil pemeriksaan, semua sampel yang termasuk kriteria inklusi akan dibawa ke Unit Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan untuk pengambilan foto periapikal, kemudian hasil foto rontgen dianalisis dan dibaca oleh laboran.
3.7.2 Analisis Data
Data yang diperoleh, diolah dengan menggunakan program komputer, Analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif.
3.8 Etika Penelitian
3.9 Prosedur Penelitian
Pembacaan radiografi periapikal di lakukan di atas viewer box, untuk melihat dengan jelas posisi cemento enamel junction, selebih itu diukur panjang akar yang sudah terbentuk dengan menggunakam jangka dan penggaris, lalu di catat. Untuk menghindari kesalahan, dalam pembacaan dilakukan tiga kali pembacaan dalam waktu yang bersamaan keesokan harinya (membaca 3x dalam waktu 3 hari). Setelah itu dibuat rata-rata di konsultasikan dengan pembimbing.
Interpretasi hasil radiografi periapikal pada apeks gigi Setiap anak yang memenuhi kriteria sampel, dikelompokkan
pada usia 7 tahun, 8 tahun, dan 9 tahun
Melakukan pengambilan data anak di sekolah pada ruang yang telah disediakan oleh pihak sekolah
Informed Consent
Dilakukan pengambilan foto periapikal dengan teknik bisekting pada gigi insisivus sentralis mandibula
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 orang siswa SD IT AL-IKHLAS yang berusia 7-9 tahun, terdiri dari 22 orang berusia 7 tahun, 23 orang berusia 8 tahun dan 23 orang berusia 9 tahun. Sampel harus memiliki insisivus sentralis mandibula permanen yang telah erupsi dan dilakukan pembuatan radiografi periapikal untuk melihat akar insisivus sentralis mandibula permanen.
Tabel 2. Demografi jenis kelamin
Jenis Kelamin Persentase
Perempuan 57,4 %
Laki-laki 42,6 %
Persentase jenis kelamin pada penelitian ini, berdasarkan tabel 2, persentase siswa yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 57,4%. Sedangkan persentase siswa yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42,6 %.
Tabel 3. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula permanen
Akar Insisivus Sentralis
Mandibula 31 (mm) 7 tahun (%) 8 tahun (%) 9 tahun (%)
<10,9 100 22,9 4,5
≥11 0 77,1 95,5
Akar Insisivus Sentralis
Mandibula 41 (mm) 7 tahun (%) 8 tahun (%)
9 tahun
(%)
<10,9 100 27,5 4,5
Pada penelitian ini, hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata panjang akar 31 pada usia 7-9 tahun paling banyak berukuran >11mm. Demikian juga rata-rata panjang akar 41 pada usia 7-9 tahun paling banyak berukuran >11mm.
4.1 Rata-rata Panjang Akar Insisivus Sentralis Mandibula Pada Usia 7 Tahun
Gambar 8. Gigi insisivus sentralis mandibula pada usia 7 tahun
Tabel 4. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula pada usia 7 tahun
laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
6-9
4.2 Rata-rata Panjang Akar Insisivus Sentralis Mandibula Pada Usia 8 Tahun
Gambar 9. Gigi insisivus sentralis mandibula pada usia 8 tahun.
Tabel 5. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula pada usia 8 tahun
laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
6-9
4.3 Rata-rata Panjang Akar Insisivus Sentralis Mandibula Pada Usia 9 Tahun
Gambar 10. Gigi insisivus sentralis mandibula pada usia 9 tahun
Gambar 10. Gigi insisivus sentralis mandibula pada anak usia 9 tahun
Tabel 6. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula pada usia 9 tahun
laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
6-9
4.4 Rata-rata Panjang Akar Insisivus Sentralis Mandibula Secara Keseluruhan
Tabel 7. Persentase rata-rata panjang akar insisivus sentralis mandibula secara keseluruhan
laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
6-9
Pada 6. Panjang akar gigi 31 paling banyak berukuran 9,1-12 mm yaitu sebesar 39,7%. Kemudian, panjang akar 12,1-15 mm sebesar 29,4% dan 6-9 mm mempunyai persentase sebesar 19,1 %. Lalu panjang akar yang berukuran 15,1-18 mm yaitu sebesar 11,8 %. Sedangkan panjang akar gigi 41 paling banyak berukuran 9,1-12 mm sebanyak 41,2 %. Selanjutnya, panjang akar berukuran 12,1-15 mm sebanyak 25 %. Lalu, panjang akar gigi 41 yang berukuran lebih dari 15-18 mm sebanyak 17,6 %. Panjang akar yang berukuran 6-9 mm sebanyak 16,2%.
4.5 Pertumbuhan foramen apikal
Tabel 8. Pertumbuhan foramen apikal gigi Insisivus Sentralis Mandibula
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini, diperoleh bahwa hasil rata – rata panjang akar insisivus sentralis mandibula baru erupsi yang telah dilakukan kepada 68 orang sampel siswa SD IT Al-Ikhlas Medan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 57,4 % dan laki-laki sebesar 42,6% pada usia 7, 8, dan 9 tahun bervariasi. Persentase rata – rata insisivus sentralis yang baru erupsi berbeda pada setiap usia.
Pada usia 7 tahun (Tabel 4.), panjang akar insisivus sentralis mandibula baru erupsi baik pada gigi 31 maupun 41 bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang akar insisivus sentralis mandibula baru erupsi dengan ukuran 6-9 mm pada akar gigi 31 mempunyai persentase 54,5% dan akar gigi 41 mempunyai persentase 50%. Untuk ukuran akar 9,1-12 mm, pada akar gigi 31 mempunyai persentase 45,5% dan akar gigi 41 mempunyai persentase 50%. Pada ukuran 12,1-15 mm dan 15,1-18 mm tidak dijumpai panjang akar baik pada gigi 31 maupun 41. Hasil penelitian orang lain memaparkan usia erupsi gigi insisivus sentralis mandibula baik yang dilakukan oleh Ratna Indriyati dkk (2006), N Khan dkk (2011), Annet Kutesa dkk (2013) dan Maria Nichifor dkk (2011), belum ada penelitian terhadap panjang akar gigi yang erupsi saat usia 7, 8, dan 9 tahun.
Dalam sosial-ekonomi, sejumlah penelitian telah ditemukan bahwa anak-anak dari latar belakang sosial-ekonomi yang lebih menunjukkan pertumbuhan gigi yag lebih awal dari pada anak-anak dari latar belakang sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa panjang akar insisivus sentralis mandibula baru erupsi terbanyak pada 8,1-10 mm dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi ukuran gigi. Sedangkan untuk tinggi badan dan berat badan, pada anak-anak yang lebih tinggi dan lebih berat pertumbuhan giginya lebih cepat. Dan berdasarkan hormon, pertumbuhan gigi yang cepat telah diteliti dan berkaitan dengan sekresi androgen adrenal yang meningkat.20
Pada tabel 5 terlihat persentasi panjang akar Insisivus Sentralis Mandibula pada usia 8 tahun. Untuk akar gigi 31, ukuran 6-9 mm adalah 4,5 % dan yang terbanyak pada ukuran 9,1-12 mm yaitu 54,6%. Sementara akar gigi 41, untuk panjang akar gigi 9,1-12 mm paling banyak yaitu 59,1 %. Temuan ini dapat dipahami karena usia 8 tahun masih dalam proses pembentukan akar. Adanya variasi ukuran panjang akar yang sudah terbentuk berhubungan dengan usia pembentukan mahkota. Jika mahkota sudah terbentuk maka proses pembentukan akar mulai berlangsung, sehingga ada akar yang masih pendek walaupun yang lain sudah panjang. Temuan hasil ini disebabkan proses pembentukan akar bervariasi setelah terbentuknya mahkota sempurna. Usia pembentukan mahkota gigi insisivus sentralis mandibula berada dikisaran 4,4 – 6,7 tahun.18
sangat berpengaruh untuk selesai pembentukan gigi secara sempurna yang di tandai dengan terbentuknya foramen apikal.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa panjang akar insisivus sentralis mandibula pada siswa SD IT Al-Ikhlas yang telah erupsi bervariasi, dengan panjang akar berkisar 6-18 mm.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa :
1. Pada usia 7 tahun panjang akar gigi 31 mempunyai persentase rata-rata sebesar 100% dengan ukuran <10,9 mm. Demikian juga pada akar gigi 41. 2. Pada usia 8 tahun panjang akar insisivus sentralis mandibula regio 31
mempunyai persentase rata-rata sebesar 77,1% dengan ukuran >11 mm. Demikian juga pada akar gigi 41.
3. Pada usia 9 tahun panjang akar insisivus sentralis mandibula regio 31 mempunyai persentase rata-rata sebesar 95,5% dengan ukuran >11 mm. Demikian juga pada akar gigi 41.
4. Pada usia 9 tahun telah terbentuk sempurna foramen apikal pada gigi insisivus sentralis mandibula sebesar 68,2 %.
6.2 Saran
1. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang ras atau suku yang berbeda dengan sampel yang lebih banyak .
DAFTAR PUSTAKA
1. Mc Donald, Dean, Avery. Dentistry for The Child and Adolescent. 9thed. Missouri: Mosby-Year Book, Inc. 151-175. 2011.
2. Harty F.J, Ogston R. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC 1995.
3. Indriyanti R, Pertiwi ASP, Sasmita IS. Pola Erupsi Gigi Permanen Ditinjau dari Usia Kronologis pada Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun di Kabupaten Sumedang.
Laporan Penelitian. Bandung: Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD, 2006;1-30.
4. Anonymous
5. Ogodescu A, Tudor A. Up to Date Standards of Permanent Tooth Eruption in Romanian Children. Pediatrului Jurnal. 2011; 16(53-54): 10-16
6. Khan N. Eruption Time of Permanent Teeth in Pakistani Children. Iranian J Publ Health. 2011; 40(4): 63-73.
7. Kutesa A, Nikamba EM, Muwazi L, Buwembo W, Rwenyonyi CM. Weight, Height and Eruption Time of Permanent Teeth of Children Aged 4-15 Yeras in
Kampala, Uganda. Research Article. Uganda: Department of Dentistry College of Healthy Sciences, Makerde University, 2013; 1-8.
8. Subramaniam P, Gupta M, Gona H. Arrest of Root Formation in Relation to Permanent Mandibula Incisors. The journal of Contemporary Dental Practice. 2013; 14(3): 553-555.
9. Frommer H, Stabulas-Savage.Radiology for the Dental Profesional. 8thed. USA: Missouri, 2005: 176-190.
10. Yoviyanto E.http://kuliahinformatika.wordpress.com/category/my-college/semester-7/page/3/. (2014-08-26)
12. Boel T. Prinsip dan Teknik Radiografi Kedokteran Gigi. Medan : FKG USU. 2008.
13. White SC. Pharoah MJ. Oral Radiology. China : Elsevier. 2009; 5: 109-136. 14. Farman AG, Kolsom S. Intraoral Radiographic Techniques. 2014; 119 15. Nasution M. Pengenalan Gigi. Medan: Usu Press, 2012: 88-94
16. Beek GCV. Morfologi Gigi. Jakarta: EGC, 1996: 57-58
17. Nichifor Em, et al. Study Regarding the Sequence of Eruption of Permanent Teeth of a Group of Children from Buzau. Romania.2011; 85-94.
18. Scheid RC, Weiss G. Woelfel’s Dental Anatomy. Edisi 8., Jakarta: EGC., 2011: 15-69.
19. Demirjian A, Goldstein H, Tanner J M. A New System of Dental Age Assasment. Wayne State University Press 1973 : 211-227
20. Almonaitiene R, Balciuniene I, Tutkuviane J. Factors Influencing Permanent Teeth Eruption. Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2010; 12(3) : 67-72.
21. Pitriani Dede
22. Harshanur I W. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC, 2012: 221
23. Kannan S. Orthodontic Management of Impacted Maxillary Central Incisors.
LAMPIRAN 2
LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi Bapak/Ibu,
Dalam rangka menyelesaikan studi Kedokteran Gigi, saya akan melakukan penelitian yang berjudul “Panjang Akar Gigi Insisivus Sentralis Mandibula Permanen Ditinjau Melalui Radiografi Periapikal pada Anak Usia 7-9 Tahun di
SD IT Al-Ikhlas”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembentukan akar gigi insisivus sentralis mandibula pada anak usia 7 - 9 tahun melalui analisis periapikal.
Manfaat penelitian ini untuk melihat pertumbuhan akar insisivus sentralis mandibula yang mulai erupsi pada usia 7 - 9 tahun. Hal ini membantu untukmemberi informasi mengenai faktor kondisi foramen apikal pada anak usia 7 – 9 tahun pada gigi insisivus sentralis mandibula. Untuk itu, akan dilakukan rontgen foto pada gigi.
Bapak/Ibu Yth, saya mengharapkan kesediaan anak Bapak/Ibu untuk menjadi subjek penelitian. Pada penelitian ini anak Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya (gratis), dan mendapatkan souvenir sebagai ucapan terima kasih dari peneliti. Apabila Bapak/Ibu sudah setuju setelah membaca keterangan diatas, mohon untuk menandatangani persetujuan pada lembaran berikutnya.
Pembuatan rontgen foto tidak berbahaya, tetapi apabila ada keluhan pada anak bapak/ibu karena tindakan ini, seperti bercak merah pada kulit, maka silahkan menghubungi saya (Surtiva Muliani Pulungan , 085297532093).
Demikian surat penjelasan, mudah – mudahan penjelasan ini dapat dimengerti, dan atas bantuan, partisipasi, serta kesediaan atas waktu yang telah diberikan dalam penelitian saya, saya ucapkan terima kasih.
Surtiva Muliani Pulungan
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK
PENELITIAN(INFORMED CONSENT)
Kepada Yth.
di SD IT Al-Hikmah
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
NIM :
Umur :
Setelah mendapat penjelasan, dengan kesadaran dan tanpa paksaan mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan dilakukan, menyatakan bersedia member izin bahwa anak bapak/Ibu menjadi salah satu subjek penelitian “Panjang Akar Gigi Insisivus Sentralis Mandibula Permanen Ditinjau Melalui Radiografi Periapikal pada Anak Usia 7-9 Tahun di SD IT Al-Ikhlas”, dan bersedia dilakukan foto rontgen terhadap Saudara/i dengan sebaik-baiknya.
Medan, Oktober 2014
LAMPIRAN 4
RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN
1. Pengambilan Foto Periapikal 68 x Rp. 25.000,- Rp. 1.700.000,- 2. Bahan-bahan ATK
a. 2 Rim kertas HVS 2 x Rp. 30.000,- Rp. 60.000,- b. 2 Paket tinta printer 2 x Rp. 50.000,- Rp. 100.000,-
3. Fotokopi Rp. 200.000,-
4. Penjilidan Rp. 100.000,-
5. Tanda terima kasih Rp. 250.000,-
Jumlah Biaya Rp. 2.410.000,-
(Dua Juta Empat Ratus Sepuluh Ribu Rupiah)
Medan, September 2014 Peneliti
Surtiva Muliani Pulungan
LAMPIRAN 5
JADWAL PENELITIAN
No. Kegiatan
Bulan
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April
1. Pembuatan Proposal
2. Pelaksanaan Penelitian
3. Pengumpulan Data
4.
Pengolahan dan Analisis Data
Lampiran 6
Data spss
Usia Panjang akar gigi 31 (mm)
Panjang akar gigi 41 (mm)
7 tahun 6mm-10mm 6mm-10,5mm
8 tahun 8,5-16,5mm 9,5mm-16,5mm 9 tahun 10mm-17,5mm 10,5mm-19,5mm
Frequencies
Statistics
nama Jeniskelamin umur
Panjangak
Data hasil keseluruhan sampel sebanyak 68 orang
nama
Frequency Percent Valid Percent
syirakhalilap 1 1,5 1,5 91,2
Data hasil keseluruhan sampel 68 orang berdasarkan Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 29 42,6 42,6 42,6
2 39 57,4 57,4 100,0
Total 68 100,0 100,0
Data hasil keseluruhan 68 orang berdasarkan umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Data hasilkeseluruhan sampel sebanyak 68 orang dilihat dari panjang akar gigi 31
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 6,0 1 1,5 1,5 1,5
7,0 1 1,5 1,5 2,9
8,5 4 5,9 5,9 13,2
Data hasil keseluruhan sampel sebanyak 68 orang dilihat dari panjang akar gigi 41
Frequency Percent Valid Percent
Panjang akar gigi 31 dan 41 di usia 9 tahun usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Panjang akar gigi 31 usia 9 tahun
Panjangakargigi31
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Panjang akar gigi 41 usia 9 tahun
Panjangakargigi41
Frequency Percent Valid Percent
15,0 1 4,5 4,5 63,6
Panjang akar gigi usia 8 tahun
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Panjang akar gigi usia 8 tahun dilihat berdasarkan jenis kelamin jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 12 54,5 54,5 54,5
2 10 45,5 45,5 100,0
Total 22 100,0 100,0
Panjang akar gigi 31 diusia 8 tahun
Panjangakargigi31
Frequency Percent Valid Percent
15,0 3 13,6 13,6 95,5
16,5 1 4,5 4,5 100,0
Total 22 100,0 100,0
Panjang akar gigi 41 diusia 8 tahun
Panjangakargigi41
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Panjang akar gigi di usia 7 tahun
Usia 7 tahun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Panjang akar gigi 31 di usia 7 tahun
Panjangakargigi31
Frequency Percent Valid Percent
9,5 8 36,4 36,4 90,9
10,0 2 9,1 9,1 100,0
Total 22 100,0 100,0
Panjang akar gigi 41 di usia 7 tahun
Panjangakargigi41
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 6,0 1 4,5 4,5 4,5
8,0 3 13,6 13,6 18,2
8,5 2 9,1 9,1 27,3
9,0 5 22,7 22,7 50,0
9,5 7 31,8 31,8 81,8
10,0 3 13,6 13,6 95,5
10,5 1 4,5 4,5 100,0
LAMPIRAN 7
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Surtiva Muliani Pulungan Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 22 Juni 1993
Agama : Islam
Anak ke : 3 (Tiga)
Alamat : Jl. Sultan Hasanuddin Gg. Lampong no 37 Bandar Lampung
Telepon/HP : 085297532093
Email : uttypulungan@rocketmail.com
PENDIDIKAN
1999-2005 : SD Taman Siswa Bandar Lampung 2005-2008 : SMP Negeri 3 Bandar Lampung
2008-2011 : SMA YP UNILA Bandar Lampung