• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia, yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut dapat berbentuk naskah, surat (bahasa tulis); berupa isyarat misalnya bunyi lonceng, peluit, berupa gerak tubuh seperti simbol-simbol huruf morse dengan bendera; gerak tubuh polisi pengatur lalu lintas atau bahasa orang gagu, berupa gambar, warna atau rupa seperti tanda-tanda lalu lintas, simbol-simbol jenis kelamin, warna-warna bendera atau pita-pita pundak dan patung totem serta candi-candi (Herusatoto, 2001:19).

Tari merupakan gerakan badan yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian (KBBI, 2008:1405). Soedarsono (tt:17) mendefinisikan tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerik ritmis yang indah. Hal ini disebabkan gerak yang terdapat dalam rangkaian gerakan tari bukanlah gerak sembarangan. Sebagaimana dijelaskan oleh John Martin seorang ahli tari Amerika (Via Soedarsono, 1972:2) bahwa gerak merupakan pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan-denyutan tubuh manusia untuk dapat menghayati kehidupan manusia, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosionil manusia. Tari pada dasarnya merupakan media komunikasi bagi antar anggota lingkungan masyarakat ataupun dengan kelompok masyarakat yang lain (Sumaryono, 2011:26). Dengan demikian terdapat tekanan-tekanan tertentu dalam

(2)

gerak yang memiliki makna sebagai ungkapan ekspresi manusia yang dimunculkan melalui nama-nama gerak atau sebutan tertentu.

Tari topeng Bapang merupakan tarian yang berasal dari Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Sebuah tarian yang menjadi bagian dari pertunjukan Wayang Topeng Malangan yang banyak mengadopsi cerita-cerita Panji. Tarian ini mengisahkan petualangan Raden Bapang Jayasentika, seorang Adipati Kerajaan

Banjar Patoman yang berwatak semaunya sendiri, tanggap dan sigrak. Watak

tokoh dalam tarian ini diwujudkan melalui ciri khas gerak tari yang tegas, dinamis, dan lincah. Hidayat (2008: 60–61) menjelaskan bahwa ciri gerak tari pada tari Topeng Malangan dibedakan atas gerak tari putra (maskulin) yang bersifat gagah dan gerak tari bersifat halus. Ciri motif gerak tari topeng Bapang adalah tari putra (maskulin) yang bersifat gagah, dengan ciri khusus yakni garis gerak yang tegas, volume gerak lebar dan gerak kaki yang terbuka. Sedangkan tarian yang bersifat halus ada pada tokoh-tokoh ksatria yang baik. Tarian ini tidak hanya memiliki karakter gerak yang tegas dan kaki terbuka lebar, namun didukung dengan penggunaan topeng yakni topeng tokoh Bapang yang berciri khas memiliki hidung panjang, berwarna merah, dan garang.

Ragam gerak tari Topeng Bapang berpengaruh dalam pembentukan nama ragam geraknya. Beberapa nama ragam gerak tari Topeng Bapang antara lain, emprit nebo, gejug kalong mawas, menjangan ndlusup, ungak-ungak, banyak dhidhis, nggeber malang angkup, nawu, njluwat, singget, nigas, gobesan, ngancap. Nama-nama ragam gerak dalam tari topeng Bapang memiliki makna yang belum terdefinisikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai

(3)

nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang yang menitikberatkan pada aspek kebahasaan. Penelitian nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang dilakukan untuk dapat mengetahui nama-nama ragam gerak dalam Tari Topeng Bapang, proses morfologis nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang, serta makna yang terkandung dalam setiap ragam geraknya.

1.2Rumusan Masalah

Setiap masyarakat memiliki istilah-istilah untuk penyebutan benda atau hal lainnya, seperti halnya dalam nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. Maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

a. Apa yang dimaksud tari topeng Bapang dan apa sajakah nama-nama ragam

geraknya?

b. Bagaimana bentuk morfologis dan makna yang terkandung dalam nama-nama

ragam gerak tari topeng Bapang?

1.3Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang terdiri dari ruang lingkup data dan ruang lingkup pembahasan.

1.3.1Ruang Lingkup Data

Pada penelitian ini peneliti membatasi data pada ungkapan nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. Nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang yang menjadi bahan penelitian mengambil tari topeng Bapang yang ada di

(4)

Sanggar Asmorobangun Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.

1.3.2Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini yakni mengidentifikasi nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang secara morfologis untuk mengetahui pembentukan kata dalan nama ragam gerak tari. Kemudian analisis semantis digunakan dalam mengidentifikasi makna dan referen yang mendukung arti pada nama-nama ragam gerak tari tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan tari topeng Bapang yang ada di sanggar Asmorobangun Dusun Kedungmonggo Desa Karang Pandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Pendokumentasian pada kali ini untuk mendeskripsikan tari topeng Bapang, khususnya pada nama-nama ragam gerak tari tersebut. Penelitian ini menjelaskan pula proses morfologis atau proses pembentukan kata pada nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang dan makna yang terkandung dalam nama-nama ragam geraknya.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi akademisi maupun masyarakat luas. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan analisis pembentukan kata dan makna

(5)

pada nama-nama ragam gerak tari. Secara praktis penelitan ini juga diharapkan memberikan manfaat sebagai sumber referensi dalam pengembangan penelitian yang lebih luas terlebih pada bidang morfologi dan semantik. Selain untuk diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai tari topeng Bapang, juga diharapakan penelitian ini bermanfaat bagi sanggar Asmorobangun sebagai inventarisasi dan bahan ajar.

1.6Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan agar tidak terjadi penjiplakan atau plagiat. Sebuah tinjauan pustaka ini dilakukan dengan melihat dan menguraikan tentang penelitian yang terdahulu. Sejauh tinjauan yang dilakukan belum ada yang meneliti mengenai nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang di Sanggar Asmorobangun Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Namun terdapat beberapa penelitian yang membahas nama-nama ragam gerak tari dengan objek kajian yang berbeda. Penelitian terkait nama-nama ragam gerak tari pernah dilakukan oleh Nikendari (1997) dalam skripsinya yang berjudul “Nama Ragam Gerak Tari Putri Gaya Yogyakarta (Tinjauan Morfo-Semantis)”. Data penelitian dalam penelitian nama-nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta dianalisis dengan menggunakan teori morfologi dan semantis. Proses pembentukan nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta cenderung bersifat terikat dan bermakna gramatikal. Pada analisis morfologis nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta dibagi menjadi tiga, yakni afiksasi atau pengimbuhan, perulangan, dan pemajemukan atau komposisi. Pada teori semantik berdasarkan kesamaan sifat

(6)

dan perilaku yang sesuai dengan penyebutan nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta dibagi dalam tiga klasifikasi, yakni makna denotatif, makna metaforis dan dengan maksud khusus. Penelitian ini menggunakan objek kajian berupa nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta, sedangkan penulis menggunakan objek kajian yang berbeda yakni nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang.

Penelitian lain terkait nama-nama ragam gerak tari juga pernah dilakukan oleh Dewi (2013) dalam skripsinya berjudul “Analisis Morfo-Semantis

Nama-Nama Ragam Gerak Tari Lawèt di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen”.

Dalam penelitiannya Dewi (2003) membahas nama-nama ragam gerak tari lawèt

di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen yang dianalisis menggunakan teori morfologi dan semantis. Pada analisis morfologis nama-nama ragam gerak tari lawèt dan sub-sub variasi gerakan tariannya yang berbentuk kata dibagi menjadi dua, yakni bentuk monomorfemis dan polimorfemis. Pada bentuk polimorfemis,

proses morfologisnya berupa afiksasi, pemajemukan dan perubahan

monomorfemik. Pada analisis semantis nama-nama ragam gerak tari lawèt

dijelaskan makna leksikal dan referen dari sebelas nama-nama ragam gerak

beserta dua puluh delapan sub-sub variasi gerakan tari Lawèt. Penelitian ini

menggunakan objek kajian berupa analisis morfo-semantis nama-nama ragam

gerak tari lawèt di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen, sedangkan penulis

menggunakan objek kajian yang berbeda yakni nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Nurningtyas (2012) dalam skripsinya berjudul “Struktur Tari Topeng Bapang Jambuer di Sanggar Galuh Candra Kirana

(7)

Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang”. Nurningtyas (2012) dalam skripsinya membahas struktur tari topeng Bapang Jambuer dengan menggunakan teori struktur gerak tari dan deskripsi tari topeng Bapang. Selain itu perbandingan secara umum mengenai perbedaan antara tari topeng Malang Jambuer dengan tari topeng Bapang Kedungmonggo juga dijelaskan dalam skripsi ini. Meskipun penelitian ini tidak menggunakan teori dan objek kajian yang sama, namun menunjang peneliti untuk mendapatkan data-data tertulis mengenai objek yang diteliti.

1.7Landasan Teori

Penelitian ini bersubjek nama-nama ragam gerak tari dari tari topeng Bapang secara morfologis dan semantis. Oleh karena itu, untuk mengkaji penelitian ini digunakan teori morfologi dan semantik.

1.7.1Pengertian Morfologi dan Semantik

Morfologi merupakan bidang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan-satuan gramatikal (Verhaar, 2010:97). Menurut Kridalaksana (2011:159), morfologi adalah bidang linguistik yang memperlajari morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yaitu morfem. Oleh karena itu penelitian ini mengidentifikasi satuan-satuan dasar yang membentuk ungkapan nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang.

Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara (Kridalaksana,

(8)

2011:216). Verhaar (1993:124) mengatakan pula bahwa semantik merupakan cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Maka penelitian ini mengidentifikasi makna dari ungkapan nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang.

1.7.2Analisis Morfologi dan Semantik

Menurut Poedjosoedarmo (1979:6) proses morfologi berbicara mengenai pembentukan kata dalam bahasa Jawa yang terdiri dari morfem bebas dan morfem terikat. Kata-kata berbahasa Jawa dapat berbentuk morfem bebas dan dapat dibentuk dengan mengalami pengimbuhan (afiksasi). Selain itu terdapat pula proses-proses morfologi, seperti pengulangan (reduplikasi), pengubahan bunyi

(vowel change and consonant change), pemajemukan (compouding),

penyingkatan secara akronim dan perubahan morfofonemik.

Analisis morfologis nama-nama ragam gerak Tari Topeng Bapang yang berbentuk kata dikelompokkan dalam bentuk monomorfemis dan polimorfemis. Bentuk kata monomorfemis merupakan kata yang terdiri dari satu morfem, bersifat bebas, dan bermakna. Pada bentuk polimorfemis, proses morfologisnya berupa afiksasi, pengulangan dan pemajemukan. Afiksasi merupakan proses pembentukan kata melalui pemberian imbuhan pada awalan, sisipan, akhiran atau gabungan dari imbuhan-imbuhan pada kata dasar. Imbuhan yang diberikan berupa morfem afiks yang merupakan bentuk terikat dan hadir khusus dipakai untuk membentuk kata berafiks (Sudaryanto, 1992:19).

Pengulangan merupakan proses pembentukan kata melalui pengulangan morfem. Menurut Poedjosoedarmo (1979:8) proses pembentukan kata dengan

(9)

pengulangan (reduplikasi) terdiri dari pengulangan utuh (dwilingga), pengulangan

utuh dengan dibarengi bunyi (dwilingga salin swara), pengulangan awal

(dwipurwa), dan pengulangan akhir (dwiwasana). Kata majemuk merupakan gabungan dua kata atau lebih yang memiliki arti baru, berbeda dengan arti kata komponennya tetapi perilaku sintaksisnya serupa seperti perilaku sintaksis sebuah kata. Kata majemuk memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Kata majemuk terdiri dari dua kata atau lebih.

b. Kata majemuk memiliki arti baru yang sama sekali berbeda dengan arti

komponennya.

c. Kata majemuk tak dapat diberi sisipan berupa kata apapun.

d. Imbuhan diterapkan pada awal atau akhir kata majemuk seluruhnya,

dan jika diduplikasi maka harus diulang seluruhnya.

e. Kata majemuk secara sintaksis diperlakukan sebagai kata.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan semantik. Kajian dalam pendekatan ini untuk mengetahui makna yang terdapat pada setiap nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. Setelah mengetahui bagaiaman pembentukan kata terhadap nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang, pada pendekatan kali ini mengungkapkan makna dalam setiap ragam geraknya. Pengungkapan makna dalam hal ini akan dianalisis melalui makna leksikal. Semantik leksikal menyangkut makna leksikal. Semantik leksikal secara leksikologis mencakup segi-segi yang agak banyak jumlahnya, antara lain : a) makna dan referensi; b) denotasi dan konotasi; c) analisis ekstensional dan analisis intensional; d) analisis

(10)

kompenensial; e) makna dan pemakainya; f) kesinoniman, keantoniman, kehomoniman dan kehiponimian.

Penelitian mengenai nama-nama ragam gerakt tari topeng Bapang akan dikaji secara makna leksikal dengan menitikberatkan pada makna dan referensi. Makna leksikal lazim dipandang sebagai sifat “kata” sebagai unsur leksikal. Sedangkan yang diacu atas “kata” dinamakan referen. Referensi merupakan salah satu sifat makna leksikal (Verhaar, 2010:389).

1.8Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penelitian nama-nama ragam gerak tari Topeng Bapang melalui tiga tahap, yakni metode pengumpulan data, metode analisis data dan metode penyajian data.

1.8.1Tahap Pengumpulan Data

Tahapan awal dalam sebuah penelitian dengan melakukan tahap pengumpulan data. Peneliti mengawali pengumpulan data dengan langsung berinteraksi dengan pelaku tari di Sanggar Asmorobangun Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabuapaten Malang. Observasi dilakukan dengan melihat kegiatan latihan menari di sanggar tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam tahap ini menggunakan metode teknik simak dan catat, juga teknik kerja sama dengan informan. Teknik simak dimaksudkan mengadakan penyimakan terhadap pemakaian bahasa yang bersifat spontan dan mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian (Subroto, 1992:41-42). Kemudian dilakukan pula

(11)

teknik kerja sama dengan informan yakni pembicara asli yang berkemampuan memberi informasi kebahasaan terhadap peneliti. Situasi kerja sama memungkinkan peneliti untuk mengembangkan wawancara itu sedemikian rupa sehingga memperoleh bahan-bahan kebahasaan yang relevan (Subroto, 1992:37). 1.8.2Metode Analisis Data

Tahapan setelah pengumpulan data yakni analisis data. Data yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasikan sesuai bentuknya. Metode yang digunakan dalam menganalisis data yakni metode agih dan metode padan. Metode agih merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui pembentukan kata, sebab alat penentu pada metode ini yakni bahasa itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbia, dsb), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat, dsb), klausa, silabe kata, titi nada dan yang lainnya (Sudaryanto, 1993:15-16). Metode agih yang digunakan dalam tahap ini ialah metode agih teknik dasar. Teknik dasar merupakan teknik bagi unsur langsung, disebut demikian sebab cara yang digunakan pada awak kerja analisis dengan membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur (Sudaryanto, 1993:32).

Metode padan digunakan untuk mengetahui pemaknaan dari data yang ada. Metode padan merupakan metode yang alat penentunya dari luar bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Pada penerapan metode dengan data maka metode padan yang digunakan adalah padan referensial. Hal ini disebabkan karena alat penentunya berupa referen. Referen dalam hal ini sesuai dengan referen gerak pada ragam gerak tari.

(12)

Apabila dua tahap di awal telah selesai dan sampai pula pada penarikan kesimpulan, maka tahap yang terakhir yakni penyajian data. Penyajian data dalam hal ini penyajian data yang sesuai dengan kaidah kepenulisan karya ilmiah yang ada. Dalam hal penyajian data, penulis menggunakan pedoman teknik penulisan dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi yang disusun oleh tim Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

1.9Sistematika penyajian

Berdasarkan landasan teori dan metodologi penelitian di atas maka sistematika penyajian penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, manfaat penelitian, landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika penyajian. Bab II merupakan pemaparan dari deskripsi Tari Topeng Bapang. Bab III merupakan pembahasan analisis morfologis dan semantis nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang, dan Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan mengenai pembahasan pada bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

ja tässä meillä on ihana, jos oppilaiden näkökulmasta ajatellaan, niin tässä on niin monipuolinen ympäristö, että löytyy monenlaista, mutta jos asuttais, oltais

Pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa lahan/bangunan dan juga perjanjian kerja borongan pembangunan tower telkomsel oleh pihak mitra kerja pemilik lahan/bangunan dan juga developer

Barang-barang yang tidak digunakan baik makanan atau bahan lain disimpan di Barang-barang yang tidak digunakan baik makanan atau bahan lain disimpan di tempat penyimpanannya

Penelitian ini berdasarkan permasalahan bagaimana cara meningkatkan keterampilan menulis anekdot dengan mengunakan media gambar karikatur pada siswa kelas X SMA Negeri

Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)..

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 301 - 303 303 Nama, Tony Yuri Rahmanto, S.H., M.H., Lahir di Jakarta 9 September 1986; bekerja di

Untuk itu Perseroan bermaksud melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) yang berasal dari konversi hutang dari pihak berelasi

Tujuan peneitian ini adalah untuk mengevaluasi permintaan mesin pertanian dan kebutuhan tenaga untuk melaksanakan operasi usahatani padi lahan kecil di Kabupaten