• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori 2.1.1Struktur Modal

2.1.1.1Pengertian Struktur Modal

Menurut Martono dan Harjito (2007), struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.

Struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (Sartono,2010).

(2)

11

Struktur modal sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut kebijakan penggunaan sumber dana yang paling menguntungkan. Dalam mendanai kebutuhan pendanaan perusahaan dapat menggunakan modal sendiri dan modal asing atau utang (Dwi, 2010).

Husnan (2008) menyatakan modal yang digunakan perusahaan selalu mempunyai biaya.Biaya tersebut bersifat eksplisit (nampak dan dibayar oleh perusahaan), namun dapat juga bersifat implisit (tidak nampak atau disyaratkan oleh pemodal).Pada struktur modal, utang yang dipergunakan adalah utang dalam bentuk obligasi yang diperoleh dari pasar modal yang kompetitif dan efisien. Dengan demikian, resiko dan tingkat pengembalian akan menjadi dasar bagi para pemodal untuk memilih sumber dana karena dengan membeli obligasi dianggap mempunyai risiko yang lebih rendah, sehingga biaya modal yang berasal dari utang akan lebih kecil dari biaya modal yang berasal dari modal sendiri. Sedangkan bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biayanya tidak nampak. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana dalam bentuk utang.

2.1.1.2 Komponen Struktur Modal 1. Hutang Jangka Panjang

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), "hutang jangka merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5-20 tahun". Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan

(3)

12

modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat-surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut).

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen sehingga memilih untuk menggunakan hutang menurut Sundjaja at.al (2003) adalah sebagai berikut :

1. Biaya hutang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba besar, jumlah bunga yang dibayarkan besarnya tetap.

2. Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham biasa.

3. Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila pembiayaan memakai hutang.

4. Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat mengurangi pajak 5. Fleksibilitas dalam struktur keuangan dapat dicapai dengan memasukkan

peraturan penebusan dalam perjanjian obligasi.

Menurut Sundjaja at. al (2003), pemilihan investasi dalam bentuk hutang jangka panjang dari sisi investor didasarkan pada beberapa hal berikut:

1. Hutang dapat memberikan proritas baik dalam hal pendapatan maupun likuidasi kepada pemegangnya.

2. Mempunyai saat jatuh tempo yang pasti.

(4)

13 2. Modal Sendiri

Menurut Sundjaja at al. (2003),"modal sendiri/equity capital adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan".

Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung resiko perusahaan.Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham.

Ada 2 (dua) sumber utama dari modal sendiri yaitu : a) Modal saham preferen

Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa.

Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi manajemen menurut Sundjaja at. al (2003) adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan. 2. Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk

tetap pada posisi menunda tanpa mengambil resiko untuk memaksakan jika usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar pokoknya.

(5)

14

3. Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian daham oleh perusahaan dengan pembayaran melalui hutang baru dan divestasi

b) Modal saham biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi.

Ada beberapa keunggulan pembiayaan dengan saham biasa bagi kepentingan manajemen (perusahaan), menurut Sundjaja at. al (2003), yaitu :

1. Saham biasa tidak memberi dividen tetap. 2. Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo.

3. Saham biasa dapat dijual pada saat-saat tertentu lebih mudah dibandingkan bentuk hutang lainnya.

c) Laba ditahan

Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahan keuntungan tersebut mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retairned earnings). Adanya keuntungan akan

(6)

15

memperbesar retairned earnings yang berarti akan memperbesar modal sendiri.

2.1.2 Pecking Order Theory

Menurut Myers (2003) pecking order theory adalah teori yang menyatakan bahwa perusahaan mengikuti suatu hirarki tertentu dalam mengambil keputusan keuangan yang menyangkut struktur modalnya. Perusahaan lebih menyukai sumber pendanaan dari internal dan dalam hal mereka memerlukan pendanaan dari pihak eksternal, perusahaan akan menggunakan pendanaan yang paling aman terlebih dahulu, dimulai dari hutang, kemudian hutang yang bisa dikonversikan (convertible debt) dan pada akhirnya menerbitkan saham sebagai sumber pendanaan terakhir. Sumber pendanaan dari dalam perusahaan atau internal adalah berasal dari Laba Ditahan (Retained Earnings).Laba Ditahan tidak mempunyai masalah adverse selection.Adverse Selection dalam hal ini adalah masalah yang timbul karena ketidakmampuan investor mengetahui kualitas perusahaan karena investor tidak mempunyai informasi yang perusahaan ketahui dan sebaliknya.Ekuitas lebih beresiko dibandingkan hutang jika dilihat dari sudut pandang investor.Ekuitas mempunyai amsalah adverse selection yang serius dan jauh lebih besar dibandingkan dengan pinjaman atau hutang. Oleh karena itu, investor akan menutut tingkat pengembalian (rate of return) yang lebih tinggi atas ekuitas dibandingkan hutang. Pihak yang ada di dalam perusahaan memandang laba ditahan sebagai sumber dana yang lebih baik daripada hutang dan hutang adalah pendanaan yang lebih baik dari pada ekuitas. Dengan demikian,

(7)

16

perusahaan akan mendanai seluruh investasinya dengan menggunakan laba ditahan jika memungkinkan. Jika laba ditahan tidak mencukupi, maka pendanaan dari pinjaman (eksternal) akan digunakan.

Secara singkat, asumsi yang digunakan dalam pecking order menurut Haryoputra (2012) :

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan).

2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis.

3. Kebijakan dividen yang konstan, fluktuasi probabilitas dan peluang investasi yang tidak dapat diprediksi, maka terkadang aliran kas internal melebihi kebutuhan investasi namun terkadang kurang dari kebutuhan investasi.

4. Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi) jika masih belum mencukupi saham baru diterbitkan.

2.1.3 Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh

(8)

17

beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri lokal. Perusahaan dengan tingkat ekuitas sebagai sumber pembiayannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi (Sartono, 2010).

Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pengukuran aktiva perusahaan. Dengan melakukan pengukuran aktiva perusahaan, kita dapat melihat aspek pemasaran dan juga efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Pengukuran yang lain adalah melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja.

Pertumbuhan juga merupakan dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan dan penurunan volume usaha. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan,

(9)

18

dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik (Safrida, 2008).

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Menurut Sujianto (2001), ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukurang perusahaan.Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat.Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva lebih stabil dibanding dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur perusahaan.Perusahaan pada tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi, lebih membutuhkan modal yang tinggi juga.Hal tersebut sangat dimungkinkan, karena aset yang dimiliki oleh perusahaan yang berskala besar otomatis lebih banyak jika dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Menurut Sawir (2009) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda:

1. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan,

(10)

19

sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.

2. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.

3. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staff khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.

2.1.5 Profitabilitas

Menurut Harahap (2010), profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada

(11)

20

seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana pengukuran profitabilitas dapat dihubungkan dengan besarnya penjualan yang menunjukkan efektivitas pencapaian laba perusahaan yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM). Apabila profitabilitas dikaitkan terhadap total aktiva akan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam pengembalian investasi yang diberdayakannya dan diukur dengan Return On Asset (ROA). Demikian pula profitabilitas dapat dikaitkan dengan ekuitas yang menggambarkan guna pemenuhan kepentingan para investor yang diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE). Dari pengukuran profitabilitas maka dapat ditunjukkan seberapa efektif manajemen perusahaan dalam menggunakan modal untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya (Syafi'i,2013).

2.1.6 Time Interest Earned

Harahap (2010) menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya/kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.Ada beberapa jenis rasio solvabilitas yaitu Debt to Equity Ratio, Debt Ratio dan Time Interest Earned.

Time interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Sawir (2009) mengatakan bahwa rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan

(12)

21

(coverage ratio) yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.

2.1.7 Umur Perusahaan

Menurut Daljono (2000), umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut.Maka umur perusahaan berkaitan erat dengan kinerja dan reputasinya di masyarakat.Secara umum perusahaan yang telah berusia cukup lama mempunyai gambaran yang positif dalam dunia usaha, karena perusahaan yang telah berdiri cukup lama memiliki reputasi yang baik dalam hal pembayaran utang dan memiliki akumulasi laba yang besar.Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas pengungkapan laporan keungan.Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang lebih tua memilki pengalaman yang lebih banyak dalam dunia bisnis/perekonomian.

2.1.8 Risiko Bisnis

Menurut Gitman (2009), risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan utang dibandingkan dengan

(13)

22

perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih rendah.Risiko bisnis ini pasti selalu ada dan tidak mungkin dihindarkan oleh setiap perusahaan, hal tersebut disebabkan ketidakpastian pendapatan perusahaan pasti didasarkan pada sifat alami bisnis yang tidak dapat diprediksi.

Menurut Brigham dan Houston (2007) dalam Hapsari (2010) ada enam faktor yang dapat mempengaruhi risiko bisnis :

1. Variabilitas permintaan. Semakin stabil permintaan akan produk sebuah perusahaan dan tetap menjaga positioning produk dengan kompetitor maka semakin rendah risiko bisnisnya.

2. Variabilitas harga jual. Perusahaan yang produk-produknya dijual di pasar yang sangat tidak stabil terkena risiko bisnis yang lebih tinggi daripada perusahaan yang sama yang harga produknya lebih stabil.

3. Varibilitas biaya input. Perusahaan yang inputnya sangat stabil tidak pasti akan terkena risiko bisnis yang tinggi.

4. Kemampuan untuk menyesuaikan harga perubahan-perubahan pada biaya. Beberapa perusahaan memiliki kemampuan yang lebih baik daripada yang lain untuk menaikkan harga output mereka ketika biaya input naik. Semakin besar kemampuan melakukan penyesuaian harga output untuk mencerminkan kondisi biaya, maka semakin rendah tingkat risiko bisnisnya.

5. Pengembangan produk. Perusahaan di bidang indsutri yang menggunakan teknologi tinggi seperti obat-obatan dan komputer tergantung pada produk-produk baru.

(14)

23

6. Eksposur risiko asing. Perusahaan yang menghasilkan sebagian besar labanya dari operasi luar negri terkana penuruan laba akibat fluktuasi nilai tukar.

Risiko bisnis pada setiap perusahaan tidak dapat dihilangkan akan tetapi dapat diminimalisirkan. Perusahaan denga tingkat risiko yang besar umumnya lebih menggunakan utang yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah. Hal ini dikarenakan apabila risiko bisnis pada perusahaan tersebut tinggi diimbangi dengan jumlah utang yang besar, maka perusahaan akan dimungkinkan kesulitan untuk mengembalikan utang tersebut.

2.2 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang digunakan sebagai pembanding dan referensi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Firnanti (2011) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan menggunakan variabel independen antara lain Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Time Interest Earned dan Pertumbuhan Perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 dengan menggunakan sampel sebanyak 71 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas, time interest earned dan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal sedangkan

(15)

24

ukuran perusahaan dan risiko bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.

2. Joni dan Lina (2010) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan menggunakan variabel independen antara lain Pertumbuhan Aktiva, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dividen dan Struktur Aktiva pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2007 dengan menggunakan sampel sebanyak 43 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pertumbuhan Aktiva,Profitabilitas dan Struktur Aktiva saja yang mempengaruhi struktur modal. Sementara Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis dan Dividen tidak mempengaruhi struktur modal.

3. Sumani dan Rachmawati (2012) melakukan penelitian yang berjudul "Analisis Struktur Modal dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya pada Perusahaan Manufaktur di BEI" dengan variabel independen Ukuran perusahaan, Kebijakan Dividen, Tingkat Profitabilitas, Leverage, Tingkat Pertumbuhan Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 dengan menggunakan sampel sebanyak 25 perusahaan. Hasil penelitian tersebut menghasilkan Kebijakan Dividen, Tingkat Profitabilitas dan Leverage Operasi mempunyai pengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di BEI sedangkan

(16)

25

Ukuran perusahaan dan tingkat pertumbuhan perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

4. Margaretha dan Ramadhan (2010) melakukan penelitian yang berjudul "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi StrukturModal pada Industri Manufaktur di BEI dengan variabel independen Size, Tangibility, Profitability, Liquidity, Growth, Non-Debt Tax Shield, Age, dan Investment pada perusahaan perusahaan manufaktur di BEI tahun 2005-2008 dengan sampel sebanyak 40 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa Tangibility, Profitability, Liquidity, Growth, Age berpengaruhterhadap Struktur Modal sedangkan Size, Non-Debt Tax Shield dan Investment tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar di BEI.

5. Seftianne dan Handayani (2011) melakukan penelitian yang berjudul " Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Manufaktur" dengan variabel independen Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan. Risiko Bisnis, Growth Opportunity, Kepemilikan Manajerial dan Struktur Aktiva pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2007-2009 dengan sampel sebanyak 41 perusahaan. Hasil Penelitian ini menyatakan bahwa Growth Opportunity dan Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal sedangkan Profitabilitas, Tingkat Likuiditas, Risiko Bisnis, Kepemilikan

(17)

26

Manajerial dan Struktur Aktiva bukan merupakan faktor penentu struktur modal.

6. Aurang Zeb dan Ul Haq (2012) melakukan penelitian dengan judul "Determinants of Capital Structure : A case from Textile Industry of Pakistan" dengan variabel independen Firm Size, tangibility, Profitability dan Sales Growth. pada perusahaan Tekstil tahun 2004-2009 dengan sampel sebanyak 23 perusahaan. Hasil penelitian ini adalah Firm Size, Tangibility dan Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap struktur modal sedangkan Sales Growth tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

7. Syafi'i (2013) melakukan penelitian yang berjudul "Karakteristik Perusahaan dan Struktur Modal pada perusahaan Sektor Makanan dan Minuman" dengan variabel independen yang digunakan yaitu Size, Age, Profitabilitas, Growth dan Volatilitas Pendapatan Perusahaan pada perusahaan sektor makanan dan minuman di BEI tahun 2008-2012 dengan sampel sebanyak 14 perusahaan. Hasil dari penelitian ini menyatakan Size, Age, Profitabilitas, Volatilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal sedangkan Growth tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

(18)

27 2.3 Kerangka Berpikir

Variabel independen yang digunakan meliputi Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Time interest earned, Risiko Bisnis dan Umur Perusahaan. Adapun variabel dependennya adalah struktur modal pengaruh tersebut dapat dijelaskan dalam Gambar di bawah ini.

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian Teoritis

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Modal

Pertumbuhan perusahaan merupakan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Pertumbuhan perusahaan akan meningkatkan kebutuhan perusahaan dan ketersediaan dana yang memadai. Untuk

Pertumbuhan Perusahaan

Ukuran Perusahaan

Profitabilitas

Time Interest Earned

Risiko Bisnis

Struktur Modal

(19)

28

mengelola seluruh aktiva dan kegiatan operasional dari tahun ke tahun perusahaan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu sebaik mungkin. Sementara untuk penambahan jumlah aktiva perusahaan dapat menggunakan utang dari kreditur. Sesuai pecking order theory bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal, tapi jika tidak mencukupi dapat mencari alternatif lain yaitu hutang. Pecking order theory juga menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Kemudian pertumbuhan tersebut juga akan mempengaruhi kepercayaan kreditur terhadap perusahaan dalam memberikan pendanaan melalui utang jangka panjang. Hal ini didukung oleh penelitian Joni dan Lina (2010) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di rumuskan hipotesis alternatif penelitian sebagai berikut:

H1 : Pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

2.4.2 Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari beberapa faktor baik total aktiva, rata-rata penjualan dan lainnya. Ukuran perusahaan yang kecil lebih mengandalkan modal sendiri karena biaya operasionalnya masih minimum dan aktiva yang dimiliki masih kecil sehingga laba yang dihasilkan masih kecil, hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih mengandalkan dana internal terlebih dahulu. Kemudian ukuran perusahaan yang

(20)

29

lebih besar akan membutuhkan jumlah pinjaman yang besar untuk mengelola seluruh aset dan kegiatan ekspansi, dikarenakan aset bernilai positif yang mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan, sehingga memperbanyak pula alternative pendanaan yang dapat dipilih dalam meningkatkan profitnya. Hal ini didukung oleh penelitian Firnanti (2011) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap strukur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif penelitian sebagai berikut:

H2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

2.4.3 Profitabilitas dan Struktur Modal

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban melalui kegiatan operasionalnya. Biasanya perusahaan yang profitable cenderung menggunakan utang yang relatif rendah karena perusahaan tersebut mendanai perusahaan melalui labanya sendiri, hal ini sejalan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan pendanaan internal sebaik-baiknya sebelum memilih keputusan untuk melakukan hutang. Semakin tinggi porsi dana yang tersedia yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan yang berasal dari laba ditahan, maka tingkat leverage akan semakin kecil. Profit yang tinggi juga menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modal dan mempermudah dalam akses pendanaan. Hal ini didukung oleh penelitian Joni dan Lina (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap

(21)

30

struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif penelitian sebagai berikut:

H3 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal

2.4.4 Time Interest Earned dan Struktur Modal

Time Interest Earned merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pinjaman melalui pendapatan operasionalnya. Hal ini sejalan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal sebaik-baiknya, jadi perusahaan menggunakan pendapatan operasionalnya untuk membayar bunga dan sebagai modal perusahan jika mencukupi. Kemampuan yang baik perusahaan dalam mengembalikan bunga pinjamannya dapat menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut karena diyakini pasti piutang sekaligus bunganya akan kembali. Semakin tinggi tingkat pengembalian bunga perusahaan maka diyakini bahwa perusahaan tersebut mempunyai pendapatan yang tinggi dan baik sehingga tingkat leverage akan semakin kecil. Hal ini didukung oleh penelitian Firnanti (2011) yang menyatakan bahwa Time Interest Earned berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif penelitian sebagai berikut:

(22)

31 2.4.5 Umur Perusahaan dan Struktur Modal

Perusahaan yang sudah lama berdiri pasti sudah mengetahui kondisi suatu roda perkenomian.Perusahaan yang sudah tua dan banyak pengalaman tidak lepas perannya dari seorang manajer yang kompeten. Perusahaan dapat survive dari kondisi ekonomi global sampai dengan periode pengamatan maka manajer tersebut mampu mengontrol perusahaan tersebut untuk mencapai visi dan misi perusahaan karena pasti ada perbedaan pendapat antara manajer, bawahan dan informasi pasar. Jika manajer mampu mengatasi kondisi tersebut maka perusahaan akan bertahan lama dan jauh dari kebangkrutan. Hal ini juga tidak jauh dari faktor pendanaan, karena usia perusahaan yang terbilang tua akan mempermudah akses mecari pendanaan karena perusahaan tua lebih besar peluangnya untuk menyediakan berbagai informasi mengenai perusahaan sehingga menjadi daya tarik investor, sedangkan perusahaan yang baru saja berdiri memikirkan kembali untuk menyediakan informasi mengenai perusahaan karena mempertimbangkan dari sisi biaya dan pengenalan lingkungan masyarakat. Maka semakin lama usia perusahaan makin mudah dalam mencari pendanaan dari kreditur. Hal ini didukung oleh penelitian Syafi'i (2013) serta Margaretha dan Ramadhan (2010) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif penelitian sebagai berikut:

(23)

32 2.4.6 Risiko Bisnis dan Struktur Modal

Risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Kebijakan untuk pendanaan sesuai dengan risiko bisnis setiap perusahaan berbeda-beda.Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan utang dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih rendah. Perusahaan dengan aliran kas yang tidak stabil akan lebih menggunakan modal sendiri daripada utang karena penggunaan utang yang lebih berisiko. Hal ini sesuai dengan pecking order theory bahwa perusahaan perusahaan lebih mengandalkan dana internal sebelum memutusakn untuk melakukan hutang (dana eksternal). Penggunaan dana tersebut digunakan sesuai dengan tingkat risiko bisnis yang dihadapi perusahaan, karena sifat alami bisnis yang tidak dapat diprediksi. Hal ini didukung oleh penelitian Seftianne dan Handayani (2011) yang menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif penelitian sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

terhadap personal selling dan keputusan membeli pada pelanggan selang di UD. Aneka

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: adanya pengaruh secara bersama-sama dari variabel persepsi resiko, variabel kualitas, variabel harga dan variabel nilai terhadap

Sesuai dengan tujuan BKKBN untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang, berkualitas dan berdaya saing serta dalam upaya penguatan pelaksanaan 4 (empat) Sub Urusan yang

Pontianak tentunya membuat wisatawan mancanegara (wisman) membutuhkan peta informasi jalan, sehingga Dinas PU Kota Pontianak membuat fasilitas baru berupa peta informasi

Penelitian ini akan menganalisis fakta sosial, peristiwa sosial, perilaku sosial yang terjadi di masyarakat dan perubahan sosial pada tokoh utama dalam novel

Setelah proses feed forwarddan backpropagation memenuhi kondisi yang ditentukan yaitu epoh < maksimum epoh dan MSE > target error, maka pembelajaran dengan

– Jika x atau y kecil, pangkat-pangkat tinggi dari x atau y akan menjadi sangat kecil sehingga hanya pangkat-pangkat yang rendah dari x atau y sajalah yang akan memberikan bentuk