• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN REAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN REAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

344

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA PADA MATERI OPERASI

BILANGAN REAL

Kartika1) Ferry Ferdianto2)

Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Cirebon kakartika859@gmail.com

Abstrak. Kurangnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam

memahami soal operasi bilangan real sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah mengtahui sejauh mana kemampuan komunikasi matematis siswa. Metode yang diguakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan model pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kartika kota Cirebon jurusan keperawatan. Instrumen yang digunakan berupa soal tes uraian menggunakan indikator kemampuan komunikasi matematis hasil penelitian diperoleh dari rata-rata perolehan pensekoran 1). Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika memperoleh rata-rata 7,8. 2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar memperoleh rata-rata 2,4 .3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik memperoleh rata-rata 1,1. 4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika,memperoleh rata-rata 19,6. 5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis 3,4.

Kata kunci: komunikasi matematis, operasi bilangan real.

Abstract. The lack of mathematical communication skills of students in

understanding the operating questions of real numbers is very influential on student learning outcomes. The purpose of this study is to know the extent of students' mathematical communication skills. The method used in this study is qualitative method with a purposive sampling as the sampling model. This research was conducted at the Vocational School Kartika Cirebon at major of nursing. The instrument used in the form of a description test question using indicators of mathematical

(2)

345 communication skills, the results of the study were obtained from the average acquisition score 1). Connecting real objects, images, and diagrams into mathematical ideas gets an average of 7.8. 2) Explain ideas, situations and mathematical relations, verbally or in writing with real objects, images, graphics and algebra obtain an average of 2.4 .3) State daily events in language or mathematical symbols obtain an average of 1.1 . 4) Listening, discussing, and writing about mathematics, obtaining an average of 19.6. 5) Reading with an understanding of a written mathematical presentation 3.4.

Keywords: mathematical communication, real number operations.

A. PENDAHULUAN

Menurut Gagne dalam bukunya yang berjudul The Condition of Learning bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang sama. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan yang serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Sedangkan Sudjana (2013) menyatakan bahwa belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Pada hakekatnya belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.

Pemerintah Indonesia menerapkan Program Indonesia Pintar (PIP) yang merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendukung pelaksanaan pendidikan menengah universal atau rintisan wajib belajar 12 (dua belas) tahun, dari upaya pemerintah tersebut kita tahu bahwa belajar sangatlah penting bagi setiap manusia.

Dalam proses belajar sendiri khususnya pada mata pelajaran Matematika tentunya membutuhkan kemampuan matematis yang merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Seperti yang telah dikemukakan oleh Hendriana (2017) bahwasanya komunikasi merupakan suatu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan merupakan salah satu

(3)

346 alat bagi manusia untuk berhubungan dengan orang lain baik secara verbal atau tertulis.seperti halnya dalam kehidupan bermasyarakat misalnya sesorang yang memiliki kemampuan komunikasi dengan baik maka orang tersebutakan memiliki banyak teman dan mempunyai wawasan yang luas sama hanya dengan mempelajari matematika.

Barody (Choridah 2013) ada dua alasan mengapa komunikasi matematik penting, yaitu: (1) mathematics as language, maksudnya adalah matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir. Matematika membantu untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah, akan tetapi matematika juga an

invaluable for communicating a variety of ideas, precisely, and succinctly dan (2) mathematics is learning as social activity, maksudnya adalah sebagai aktivitas

sosial dalam pembelajaran matematika, seperti halnya interaksi antar siswa, komunikasi guru dengan siswa, komunikasi guru dengan siswa merupakan bagian penting pada pembelajaran matematika dalam upaya membimbing siswa memahami konsep atau mencari solusi suatu masalah. Sama dengan Barody bahwa hasil penelitian Maulani (2017) membuktikan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa akan meningkat dengan adanya perlakuan Reciprocal Teaching pada proses pembelajarannya daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Sejalan dengan Maulani, hasil penelitian Ariawan (2017) menyebutkan bahwa Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran Visual Thinking disertai aktivitas Quick on the Draw lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Sumarmo (2013) mengidentifikasikan indikator-indikator dalam komunikasi matematik, yaitu siswa memiliki kemampuan: (a). Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika (b). Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar. (c). Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. (d). Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. (e). Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika. Selain itu seorang pengajar atau pendidik perlu memberikan bentuk asesmen yang dirancang khusus untuk merangsang kemampuan penalaran siswa. Selain itu, melalui strategi pembelajaran yang baik dan terus-menerus akan mempengaruhi dan membentuk kebiasaan berpikir yang efektif, kreatif dan efisien bagi siswa. Hal tersebut mendasari pemikiran lebih

(4)

347 lanjut bahwa proses belajar siswa tidak terlepas dari bagaimana kebiasaan siswa dalam berpikir ketika dihadapkan kepada suatu masalah baik itu berupa penugasan atau ujian. Sikap siswa selama proses belajar ini akan berdampak pada hasil belajar yang bermakna. Siswa tidak hanya sekedar menghafal atau hanya untuk memperoleh nilai. Proses belajar siswa sudah sebaiknya diarahkan melalui proses berpikir yang efektif sehingga siswa dapat terampil menempatkan diri dalam berbagai situasi dengan mengandalkan kemampuan berpikirnya. Siswa dapat membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam proses belajarnya sehari-hari.

“Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis pada Materi Operasi Bilangan Real”.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang diterapkan berupa penelitian kualiataif, penelitian kualtitatif yang digunakan adalah metode observasi. Observasi dilaksanakan di SMK Kartika kota Cirebon sebagai objek penelitian, dalam menggunakan observasi. Instrument yang digunakan ialag soal tes yang di dalamnya memiliki indikator dari kemampuan komunikasi matematis dari hasil peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya memperhatikan proses siswa menjawab soal, sejauh mana siswa memahami maksud isi dari soal bukan hanya mencatat hasil tersebut, tetapi juga menilai proses tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kemampuan komunikasi matematis siswa kemampuan komunikasi matematis siswa. Dimana kemampuan komunikasi memegang peranan penting dalam pembelajaran matematika karena matematika tidak hanya menjadi alat berpikir yang membantu siswa untuk mengembangkan pola, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan tetapi juga sebagai alat untuk menghubungkan pikiran, ide dan gagasan secara jelas, tepat dan singkat. Dengan berkomunikasi siswa dapat bertukar dan mengekspresikan

(5)

348 ide yang dimilikinya baik kepada siswa lainnya maupun kepada guru. Melalui komunikasi, ide-ide dapat menjadi bahan komunikasi dalam sutau diskusi, refleksi, dan evaluasi pemahaman siswa Ketika siswa berusaha mengkomunikasikan hasil pemikirannya kepada siswa lain berdasarkan kemampuannya, maka apa yang disampaikan akan semakin jelas bagi diri siswa tersebut. Dari hasil analisis data maka diperoledh data sebagai berikut.

Gambar 1 Kemampuan Indikator 1

Berdasarkan Gambar 1 dapat kita dilihat bahwa kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika siswa masih sangat rendah, rata-rata kemampuan represantasi lain kedalam ide matematika sebesar 7,88. Banyak siswa yang tidak menjawab sama sekali sebesar 38%, 31% siswa dapat menjawab soal dengan nilai setengah dari nilai maksimalnya, dan hanya 19% siswa yang dapat menjawab dengan sempurna. Pada soal no 1 siswa diarahkan mencari persamaannya terlebih dahulu kemudian setelah itu di representasikan kedalam bentuk grafik.

(6)

349 Gambar 2 menunjukkan bahwa kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar siswa bahwa masih banyak siswa yang tidak menjawab soal sama sekali sebesar 73%, pada hasil soal no 2 menujukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengubah bentuk soal cerita dan kehidupan sehari-hari kedalam ide matematika masih sangat rendah, siswa masih belum paham terhadap redaksi soal terutama soal cerita terkait kehidupan sehari-hari. Nilai masksimal yang dapat diperoleh pada soal no 2 adalah 10 dan hanya 15%.

Gambar 3 Kemampuan Indikator 3

Gambar 3 menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat bahwa siswa yang tidak mendapatkan nilai sebanyak 80% siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan memahami siswa dari soal yang berbentuk soal cerita kehidupan sehari-hari sangatlah rendah, sama seperti pada soal nomor 2. Hanya 0,03% siswa yang mendapatkan nilai 10, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan indikator 3 ini mempunyai tingkat kesulitan soal yang tinggi terlihat dari hanya 19% orang siswa yang mendapatkan nilai walaupun bukan nilai maksimal.

(7)

350 Gambar 4 Kemampuan Indikator 4

Gambar 4 menunjukkan bahwa kebanyakan siswa mempunyai kemampuan mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika, siswa dapat menjawab soal dikarenakan siswa sudah paham dengan soal yang diberikan. Ini diperlihatkan dari hasil yang diperoleh siswa mendapatkan nilai 20 sebanyak 73%, dan hanya 15% siswa yang memperoleh nilai maksimal. Sedangkan tidak ada siswa yang tidak menjawab atau mendapatkan nilai 0.

Gambar 5 Kemampuan Indikator 5

Berdasarkan Gambar 5 dapat kita lihat bahwa banyak siswa yang tidak bisa menjawab soal, dengan kata lain bahkan kemampuan membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis siswa masih sangat kurang. Hanya 11,5% siswa yang mendapatkan nilai makasimal, dan 23 orang yang mendapatkan nilai 5.

(8)

351 Tabel 1 Prosentase Kemampuan Siswa

Tabel 1 menunjukkan bahwa untuk soal no1, Prosenase siswa mendapat nilai 61.53% maksudnya itu ada berapa banyak siswa mampu memahami soal tersebut, sampai mana tahap penyelesaan soal, prosentase siswa menjawab soal dengan benar sebesar 20% karena tidak semua siswa menjawab dengan benar hanya sebagian kecil saja.

Untuk soal no 2, prosentase siswa mendapat nilai 26.92% artinya siswa hanya mampu memahami soal pada tahap awal saja dan adapula siswa yang penyelesaikan dengan jawaban yang kurang tepat. Untuk prosenase siswa menjawab dengan benar memiliki nilai 19%dan 81%lainya menjawab salah atau kurang tepat.

Untuk soal no 3, prosentase yang didapat sebesar 19,23% untuk pemahaman soal seperti yang dijelaskan pada statistk deskripsi sebelumnya memiliki tingkat kesulitan yang tinggi menurut siswa. Dan memiliki prosentaase 0% (seluruh siswa menjawab salah dan tidak menjawabnya sama sekali).

Untuk soal no 4, prosentase yang didapat sebesar 100% siswa memahami soal yang disampaikan.maksudnya siswa paham dengan maksud dari soal dan tahap penyelesaianya namun hanya 15.38% yang hanya bisa menjawab dengan tepat dan benar. Hal ini dikarenakan pada tahap ahir siswa kurang teliti dalam menjawabnya.

Untuk soal no 5 prosentase yang didapat sbesar 36% maksudnya dalam memahami soal masih kurang, begituppun hasil prosentase menjawab soal dengan benar sangat kecil yaitu 11,53% saja dan sisahnya seiswa menjawab salah.

No soal

Prosentase siswa

Memahami soal Menjawab soal dengan benar 1 61,53% 20% 2 26,92% 19% 3 19,23% 0% 4 100% 15,38% 5 36% 11,53%

(9)

352 Dari deskripsi ini kita bisa menyimpulkan bahwa dari banyaknya siswa yang mengikuti uji coba (26 siswa) diketahui bahwa soal no 4 siswa paham dengan maksud dan isi dari soal sehingga 100% siswamengerjakanya dan. No 3 soal sulit karena prosentase siswa menjawab dengan benar adalah 0%. Hasil di atas dapat ditunjukkan dalam Gambar 6.

Gambar 6 Grafik prosentase

Tabel 2 Hasil total skor yang diperoleh siswa Rata-rata / mean

X = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑥 𝑑𝑎𝑡𝑎 34,42

Modus ( nilai yangsering muncul) 35

Median( nilai tengah data) 35

Kuartil k1 = 26.25

k2 = 35 k3 = 40 Rentang = nilai tertinggi – nilai terendah 30

Artinya:

k1 = 26.25 sebanyak 25% siswa mendapat nilai paling tinggi 26.25 dan sisanya 75% mendapat nilai paling rendah 26.25

k2 = 35 sebanyak 50% siswa mendapat nilai paling tinggi 35 dan sisanya 50% mendapat nilai paling rendah 35

0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% 100,0% 120,0%

soal 1 soal 2 soal 3 soal 4 soal 5

Memahami soal Siswa menjawab benar

(10)

353 k3 = 40 sebanyak 75% siswa mendapat nilai paling tinggi 40 dan sisanya

25% mendapat nilai paling rendah 40

Pada Tabel 2 dapat diketahui kemampuan komunikasi siswa masih kurang memahami soal terutama pada butir soal no 2 dan 3 yang dianggap siswa sulit walaupun untuk no 2 ada beberapa siswa yang dapat menjawab dengan benar sedangkan untuk no 3 tidak ada satupun siswa menjawab benar, Sedangkan untuk no 4 siswa sudah paham maksud dari soal yang diberikan.

Kemampuan komunikasi matematis pada kelas yang digunakan untuk penelitian sangatlah rendah sebesar hanya 34,42. Hasil ini jauh dari nilai yang diharapkan, terutama nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Melihat kondisi seperti ini perlu adanya penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMK Kartika Kota Cirebon.

Tabel 3 Kemampuan Mengeksplorasi Ide Matematis No Banyaknya

siswa

menjawab soal

Banyaknya siswa tidak menjawab soal

1 16 10

2 9 17

3 9 17

4 26 0

5 13 13

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada soal nomor 1 perbandingan antara siswa yang menjawab dan siswa yang tidak menjawab hampir seimbang, sedangkan pada sola nomor 5 banyak siswa yang menjawab dan banyak siswa yang tidak menjawab benar-benar seimbang. Disini menunjukkan bahwa siswa berani menjawab soal yang diberikan karena merasa memahami maksud dari soal, walaupun hasil dari pengerjaan soal mereka sesuai dengan apa yang dituliskan dalam kunci jawabannya.

Perbandingan siswa yang banyak tidak menjawab daripada yang menjawab terdapat pada sola nomor 2 dan nomor 3. Siswa yang tidak menjawab ada 17 siswa, ini dapat menunjukkan bahwa soal nomor 2 dan nomor 3 mengalami kesulitan untuk mengeksplorasi ide matematis dibanding dengan soal

(11)

354 lainnya.

Pada Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa untuk soal nomor 4 semua siswa dapat menjawab soal, walaupun hasilnya belum tentu benar semua. Ini dapat menunjukkan bahwa siswa bisa mengeksplorasi ide matematika dari soal yang diberikan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data hasil analisis dan uji tes kemampuan yang dilakukan di kelas X keperawatan SMK Kartika kota cirebon, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Hasil analisis data dari tes uji coba yang dilakukan pada 26 siswa kelas X jurusan keperawatan SMK Kartika tahun ajaran 2018/2019 ditemukan adanya keterbatasan kemampuan matematis siswa dalam memahami soal matematika yang diberikan. 1) kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika memperoleh rata-rata 7,8. 2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar memperoleh rata-rata 2,4. 3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik memperoleh rata-rata 1,1. 4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika,memperoleh rata-rata 19,6. 5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis 3,4.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlunya kemampuan komunikasi matematis siswa.

E. DAFTAR PUSTAKA

Ariawan, Rezi. 2017. Pengaruh Pembelajaran Visual Thinking Disertai Aktivitas Quick on The Draw terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis. Jurnal Penelitian dan

Pembelajaran.Matematika JPPM Vol. 10 No. 1 pp 1 – 16.Riau: Universitas

Islam.Riau

Costa dan Kallick. 2008. Costa, A.L., & Kallick, B. (2008). Learning and Leading with Habits of Mind 16 Essential Characteristics for Students.

(12)

355 Washington DC: Association for Supervision and Curriculum Development

Choridah, Dedeh, T. 2013. Peran Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi serta Disposisi Matematis Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung Infinity Vol. 2 No. 2 Edisi September 2013.

Faleye, B.A. 2010. Cognitive Test Anxiety and Learning Outcomes of Selected Undergraduated Students. An Online Journal of The African Educational

Research Network, 10 (2), pp. ISSN # TX 6-342-323.

Ferdianto, F. (2015) Media Audio Visual pada Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX. Jural Euclid, ISSN 2355-1712, Vol.2, No.2,

pp.251-365. Prodi Pendidikan Matematika UNSWAGATI Cirebon.

Gagne, Robert, M. 1977. The Conditions of Learning. The Third Edition. New York: Holt, Reinhart amd Wiston.

Hendriana dkk. 2017. Hard Skills dan Soft Skills Matematik Siswa. Bandung: PT Refika Aditama.

Maulani, Suyono, dan Noornia. 2017. Pengaruh Penerapan Model Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau dari Self-Concept Siswa di SMAN Kecamatan Tambun Selatan Bekasi.

Jurnal Penelitian dan Pembelajaran.Matematika JPPM Vol. 10 No. 2 pp 14 – 24. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Nufus, Hayatun. 2017. Pengaruh Interaksi Pembelajaran dan Level Sekolah terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Jurnal Penelitian

dan Pembelajaran.Matematika JPPM Vol. 10 No. 1 pp 115 – 123. Riau: UIN

(13)

356 Sofi Saifiyah, Ferry Ferdianto, Setiyani. (2017). Desain Modul Pembelajaran Berbasis Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Motivasi Belajar Siswa. Kalamatika Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, No. 2,

November 2017, Hal. 177-192 177.

Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 2 Kemampuan Indikator 2
Gambar 3 Kemampuan Indikator 3
Gambar 5 Kemampuan Indikator 5
Tabel 1 menunjukkan bahwa untuk soal no1, Prosenase siswa mendapat nilai  61.53%  maksudnya  itu  ada  berapa  banyak  siswa  mampu  memahami  soal  tersebut, sampai mana  tahap penyelesaan soal, prosentase siswa menjawab  soal dengan benar sebesar 20% kar
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus, tulisan ini membahas mengenai ketidaktahanan pangan petani dan masyarakat dengan adanya benih rekayasa genetika yang tidak dapat diakses secara luas

Purchases yang digunakan adalah enter purchases dengan status order (merupakan proses pesanan yang berisi barang-barang yang diminta untuk dibeli dan jumlah kuantitas

Pemikiran dasar untuk strategi pelaksanaan dan pengembangan agroindustri di daerah dengan membangun kemitraan kerja dan kesepadanan bagi hasil antara petani dan koperasi, perusahaan

Untuk itu agar kita dapat mempengaruhi orang lain maka penuhi beberapa sifat dasar tersebut dalam setiap interaksi komunikasi Anda terhadap orang lain dengan ketulusan dan

40 Sarana ibadah Pembuatan Gapura Masjid Al-Mujahidin RT.03 1 Paket Masyarakat.. 41 Sarana ekonomi Bantuan ternak sapi Janju 50

• K arena dengan cara memperbaiki tingkat keandalan informasi dan menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan, shg

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan dari pada mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang

Jika sikring rangkaian pengendali (F3) putus, ganti sikring dan jalankan motor, motor harus jalan jika permasahannya hanya sikring rangkaian kontrol (F3) putus. 3)