• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ANALYSIS DESIGN DEVELOPMENT IMPLEMENT EVALUATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IVSD NEGERI 3 BENGKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ANALYSIS DESIGN DEVELOPMENT IMPLEMENT EVALUATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IVSD NEGERI 3 BENGKEL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ANALYSIS DESIGN

DEVELOPMENT IMPLEMENT EVALUATION UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IVSD NEGERI 3 BENGKEL

I Md Putrayasa

1

, Drs.Ndara T. Renda,M.Pd

2

, Drs. Syahruddin,M.Pd

3 1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: putrayasa.imade@yahoo.com1,ndara.renda@yahoo.com2, syahruddin@yahoo.com3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV Semester ganjil SD Negeri 3 Bengkel pada tahun pelajaran 2013/2014 setelah Penerapan Model Pembelajaran ADDIE (Analysis Design Development Implement

Evaluation). Jenis penelititan ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, serta refleksi. Penelitian ini melibatkan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bengkel yang berjumlah 39 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes,instrument yang digunakan berupa lembaran tes tertulis dalam bentuk tes objektif dan tes uraian. Metode tersebut digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPA siswa. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Model Pembelajaran ADDIE (Analysis Design Development Implement Evaluation) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Bengkel pada tahun pelajaran 2013/2014. Nilai rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 65,64 dengan persentase rata-rata 65,64% yang tergolong pada kategori cukup dan ketuntasan belajar sebesar 51,25%. Pada siklus II rata-rata meningkat menjadi 80,24 dengan persentase rata-rata sebesar 80,24% yang berada dalam kategori baik dan ketuntasan belajar sebesar 92,31%. Rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11,04. Seiring dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa persentase rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pun ikut meningkat. Peningkatan persentase rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 14,60%, dan peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 40,06.

Kata-kata kunci: model pembelajaran, model pembelajaran ADDIE, hasil belajar siswa. Abstract

This study aims to determine the improvement of learning outcomes IPA odd semester of fourth grade This study aims to determine the improvement of learning outcomes IPA odd semester of fourth grade students of SD Negeri 3 Workshop in the school year 2013/2014 after the Application of Learning Model ADDIE (Analysis Design Development Implement Evaluation). This is the type penelititan classroom action research was conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. This study involves the fourth grade students of SD Negeri 3 workshops totaling 39 people. Data collection methods used in this study is a method of testing, the instrument used

in

the form of written test sheet in the form of objective tests and test descriptions. The methods used to collect data about student learning outcomes IPA. Furthermore, the data were analyzed using descriptive quantitative method.

The results showed that the application of Learning Model ADDIE (Analysis Design Development Implement Evaluation) can enhance science learning outcomes Elementary School fourth grade students in lesson 3 Workshop 2013/2014. The average value of the classical student learning outcomes in the first cycle of 65.64 with an average percentage of 65.64% belonging to the category of fairly and

mastery

learning by 51.25%. In the second cycle increased to an average of 80.24 with an average percentage of 80.24%

(2)

which are in either category and mastery learning by 92.31%. Average student learning outcomes also increased from the first cycle to the second cycle of 11.04. Along with an increase in average student learning outcomes and the average percentage of mastery learning students increased, too. The increase in the average percentage of cycle I to cycle II was 14.60%, and an increase in mastery learning from cycle I to cycle II of 40.06.

Keywords:Learning Model, Addie Learning Model, Student Learning Outcomes PENDAHULUAN

Sumber daya manusia yang berkualiatas merupakan factor penting dalam mendukung pembangunan di Indonesia. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting yaitu, dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi di era globalisasi yang penuh dengan persaingan. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan. Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah agar dapat memiliki pengetahuan keterampilan dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan perilaku hasil belajar.

Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yang menyebutkan bahwa,pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk itu sangatlah diperlukan peningkaan mutu pendidikan agar nantinya dapat adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang

sama, dan pada saat yang sama. Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin

berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Trianto (2009:9) menyatakan: Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sendiri. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, pengalaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemauan, serta, perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran tersebut. Namun kenyataan, di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang diharapkan. Para pendidik masih belum siap untuk mendesain pembelajaran yang bermakna. Sistem pembelajaran duduk tenang, diam, dan mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, dan mengesankan memang agak sulit. Dalam hal ini, pengajar harus pandai-pandai merancang suatu strategi pembelajaran, agar pembelajaran berlangsung dengan baik dan tujuan pembalajaran dapat tercapai. Agar proses pembelajaran berjalan lancar dan baik, pengajar dalam mengajar mustahil tidak menggunakan media atau alat bantu mengajar. Pengajar harus menggunakan media dalam mengajar entah itu buku acuan atau apa saja yang bisa membantu

(3)

dalam proses pembelajaran agar peserta didik faham. Sebab dengan menggunakan media pembelajaran proses pembelajaran jadi lebih menarik dan peserta didik lebih memahami apa yang disampaikan oleh pengajar, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan observasi awal di lapangan yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Bengkel dilakukan melalui wawancara. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh hasil bahwa: (1) kebanyakan guru saat ini lebih banyak menggunakan metode,(2) masih didominasi oleh proses belajar mengajar dengan menggunakan latihan-latihan yang terdapat di buku-buku teks, (3) pembelajaran lebih cenderung pada pencapaian target materi menurut kurikulum atau berdasarkan runtutan materi pada buku acuan. (4) nilai pelajaran IPA yang rendah.

Seorang guru juga diharuskan memiliki kecakapan, keterampilan dan pengetahuan yang luas agar dapat melaksanakan proses pembelajaran yang ada dan nantinya peserta didik akan termotivasi untuk belajar. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor dari siswa) serta faktor ekstrinsik (faktor dari luar lingkungan sekolah yang termasuk di dalamnya peran guru serta model ataupun metode yang digunakan). Pendidikan di jenjang sekolah dasar terdiri atas beberapa mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Menurut Lily (2006:3) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang valid sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).

Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul). Oleh sebab itu, dalam pengajaran IPA di SD guru diharapkan mampu mengembangkan sikap ilmiah siswa SD serta menyesuaikan dengan bakat, minat, dan lingkungan peserta didik serta prinsip-prinsip pembelajaran. Komponen yang utama dalam melakukan interaksi pada saat

proses pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran IPA adalah guru dan siswa. Interaksi ini dapat dilihat berdasarkan keterampilan mengajar yang dikuasi oleh guru. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang sangat kompleks dan bersifat generik yang memerlukan latihan secara bertahap dan sistematis untuk menguasainya.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, maka dilakukan penelitian yang bertujuan: (1) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA setelah menerapkan model pembelajaran ADDIE (analyze, design, development, implement, evaluate) pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Bengkel,Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng.

METODE

Berdasarkan uraian tersebut maka akan diterapkan metode inkuiri berbantuan LKS untuk meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV Semester 1 SD Negeri 3 Bengkel ,Kecamatan Busungbiu , Kabupaten Buleleng. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V semester 1 SD Negeri 3 Bengkel ,Kecamatan Busungbiu , Kabupaten Buleleng.

Dengan jumlah 39 orang siswa yang terdiri dari 26 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yang menerapkan metode inkuiri.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada siswa kelas IV semester 1 SD Negeri 3 Bengkel ,Kecamatan Busungbiu , Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2012/2013. Menurut Elliot (dalam Wibawa, 2004) yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas

Penelitian tindakan kelas juga dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu,

(4)

serta memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran itu dilakukan (Tim Pelatihan Proyek PGSM, 1999:6).

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Bengkel ,Kecamatan Busungbiu , Kabupaten Buleleng. Adapun alasan yang mendasari dipilihnya sekolah ini sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian adalah ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi siswa dalam kegiatan pembelajaran khususnya pelajaran IPA pada kegiatan observasi awal. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka SD Negeri 3 Bengkel ,Kecamatan Busungbiu , Kabupaten Buleleng, dijadikan sebagai tempat untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama 1 (satu) bulan yakni dari bulan Juli sampai dengan bulan Agustus tahun 2013,pada semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini dirancang atas beberapa siklus selama 1 bulan. Setiap siklus dalam rancangan ini terdiri atas empat tahapan kegiatan: perencanaan, tindakan, observasi evaluasi serta refleksi. Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan; (1) menentukan materi yang akan disajikan; (2) merumuskan indikator pembelajaran untuk masing-masing pertemuan sesuai dengan yang dicantumkan dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; (3) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk masing-masing materi; (4) menyiapkan media cerita anak bergambar dan lembar pertanyaan; (5) menyiapkan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian.

Pada tahap pelaksanaan, dilakukan langkah-langkah pembelajaran secara umum yakni melalui tahap eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi serta menyajikan LKS yang didalamnya terdapat petunjuk relevan berdasarkan rumusan masalah. Diawal pertemuan guru mengadakan apersepsi terlebih dahulu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dengan mengaitkan pembelajaran dan pengetahuan awal siswa serta menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan eksplorasi yang meliputi; (1) menyajikan masalah yang bersifat real bagi anak, (2) memberikan pertanyaan kunci

dalam upaya mengarahkan siswa untuk memahami inti dari masalah yang disajikan, (3) mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok dan membagikan LKS yang didalamnya terdapat petunjuk yang relevan berdasarkan rumusan masalah, (3) membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut yang berkaitan dengan permasalahan yang disajikan dalam LKS, (4) membimbing siswa untuk merancang langkah-langkah kerja kegiatan dalam upaya melakukan pembuktian terhadap hipotesis yang dirumuskan, (5) mendorong siswa untuk melakukan percobaan, penyelidikan dan pengumpulan data untuk mencari informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diberikan sehingga siswa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan.

Kegiatan elaborasi meliputi; (1) mendorong siswa untuk mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban sehingga praduga jawaban (hipotesis) terjawab atau terbukti, (2) mengumpulkan dan menganalisis hasil penyelidikan untuk menjawab permasalahan yang diajukan berdasarkan LKS yang diberikan, (3) mengajak dan membimbing siswa untuk merumuskan dan menemukan suatu konsep berdasarkan fakta-fakta yang mereka temukan dari hasil kegiatan di kelas, (4) mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil kerja kelompok.

Kegiatan konfirmasi meliputi; (1) mengarahkan siswa untuk menyampaikan hasil kerja, (2) membimbing siswa untuk melakukan diskusi antar kelompok dalam upaya penyempurnaan hasil kerja. Selama melaksanakan tindakan, dilakukan observasi terhadap kualitas pembelajaran yang sedang berlangsung. Kemudian pada akhir siklus dilakukan evaluasi. Hasil observasi atau evaluasi dianalisis dan dideskripsikan.

Refleksi dilakukan pada akhir siklus yang bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada dan kendala yang masih dihadapi. Dasar yang digunakan adalah hasil analisis dan evaluasi yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya.

(5)

Pemberian tes pada akhir siklus bertujuan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dirancang sendiri serta diberikan pada akhir siklus. Dari tes dapat menghasilkan skor yang selanjutnya dibandingkan dengan kriteria ketuntasan (Agung, 2005). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda.

Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu (Agung, 2005). Data tambahan implementasi RPP dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi yang akan diisi oleh seorang observer. Observer mengikuti seluruh proses pembelajaran pada tiap siklus guna memperoleh data tambahan tentang implementasi RPP

selama proses pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang telah disiapkan yang memuat aspek-aspek perilaku siswa yang sesuai dengan karakteristik pendekatan kontekstual. Kegiatan observasi ini dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Dalam kegiatan ini, observasi dilaksanakan oleh seorang guru yang memiliki kualifikasi di bidang pendidikan khususnya kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar yakni guru kelas IV yang ada di SD Negeri 3 Bengkel. Instrumen

yang digunakan berupa lembar observasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

Data tambahan implementasi RPP dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi yang akan diisi oleh seorang observer. Observer mengikuti seluruh proses pembelajaran pada tiap siklus guna memperoleh data tambahan tentang implementasi RPP selama proses pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang telah disiapkan yang memuat aspek-aspek perilaku siswa yang sesuai dengan karakteristik metode inkuiri. Kegiatan observasi ini dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Pemberian tes pada akhir kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari. Instrumen yang digunakan dalam bentuk tes uraian. Jumlah soal setiap siklus adalah 20 buah soal dan setiap soal diberikan skor maksimal 5 sesuai dengan kisi-kisi. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada akhir siklus. Pada penelitian ini digunakan penilaian hasil dengan cara menilai hasil kerja siswa.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan menyusun data secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2005:60).

Tabel 1: Pedoman Konversi PAP Tentang Tingkat Pemahaman Konsep Hasil Belajar

No Rentangan Skor Kategori

1 90% - 100% Sangat Baik

2 80% - 89% Baik

3 65% - 79% Cukup Baik

4 55% -64% Kurang Baik

5 0% - 54% Sangat Tidak Baik

Dimodifikasi : Agung (2005:60) Kriteria keberhasilan pelaksanaan

tindakan ini adalah siswa akan dinyatakan berhasil apabila setelah pembelajaran

dengan menerapkan metode ADDIE hasil belajar IPA siswa minimal memenuhi kriteria yang ditentukan di SD Negeri 3

(6)

Bengkel ,Kecamatan Busungbiu , Kabupaten Buleleng. SD Negeri 3 Bengkel ,Kecamatan Busungbiu , Kabupaten Buleleng.yakni mencapai KKM ≥ 65,0 dengan kriteria baik mencapai persentase 65%-84% dan ketuntasan belajar(KB) ≥80%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke 1 dilaksanakan sesuai langkah dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan alokasi waktu 2 X 35 menit. Diawal kegiatan, guru menyajikan beberapa buah permasalahan terkait dengan materi pelajaran. Pada tahap eksplorasi siswa dibimbing untuk mengidentifikasi masalah. Selanjutnya siswa dibimbing untuk berdiskusi dengan kelompoknya dalam upaya merumuskan hipotesis yang relevan dengan materi pelajaran. Berdasarkan hipotesis tersebut, bersama kelompoknya siswa merumuskan langkah-langkah kegiatan. Bersama kelompoknya siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber..

Pada tahap elaborasi, guru menyajikan LKS yang relevan dengan materi pelajaran. Sedangkan pada tahap konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil kerja dan bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

Dalam pertemuan ke 1 pada siklus I ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran yakni; 1) siswa merasa bingung mencari dan menemukan informasi sendiri, 2) siswa masih merasa tegang dan takut dalam menyampaikan ide dan gagasannya, 3) dalam kelompoknya, siswa belum mampu bekerjasama dengan baik, 4) banyak siswa yang lebih fokus bermain dari pada mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pertemuan ke 2 pada siklus I merupakan lanjutan dari kegiatan pada pertemuan ke 1. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke 2 dilaksanakan sesuai langkah dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan alokasi waktu 2 X 35 menit. Diawal kegiatan, guru menyajikan beberapa buah masalah yang berbeda dimasing-masing

kelompok. Pada tahap eksplorasi siswa dibimbing untuk mengidentifikasi masalah. Selanjutnya siswa dibimbing untuk berdiskusi dengan kelompoknya dalam upaya merumuskan hipotesis yang relevan dengan materi pelajaran. Berdasarkan hipotesis tersebut, bersama kelompoknya siswa merumuskan langkah-langkah kegiatan. Siswa diajak mengamati lingkungan alam sekitar. Bersama kelompoknya siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Siswa melakukan berbagai percobaan sesuai dengan langkah-langkah kegiatan yang sudah dirancang.

Pada tahap elaborasi, Siswa mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk. Sedangkan pada tahap konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil kerja dan bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Sedangkan dalam pertemuan ke 2 pada siklus I ditemukan beberapa masalah diantaranya; 1) siswa masih terlihat kurang kompak dalam kegiatan diskusi kelompok, 2) masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I ditemukan sebanyak 20 orang siswa memperoleh nilai sesuai dengan KKM yakni ≥ 65,0 dan 19 orang siswa memperoleh nilai di bawah KKM yakni < 65,0.

Mengacu pada hasil tindakan siklus I, hasil belajar yang dicapai siswa belum memenuhi harapan. Masih banyak nilai siswa yang belum tuntas. Dari hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa masih mengalami kendala dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I. Kendala yang timbul pada siklus I disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan situasi pembelajaran yang terbilang baru khususnya di SD Negeri 3 Bengkel ,Kecamatan Busungbiu , Kabupaten Buleleng.

Siswa merasa takut akan kesalahan sehingga siswa kehilangan rasa percaya diri untuk menyampaikan ide/gagasannya sendiri, siswa merasa takut untuk bertanya apabila menemukan kesulitan, siswa belum terbiasa dengan situasi belajar berkelompok, sehingga siswa masih merasa ego untuk menonjolkan individu masing-masing, siswa merasa bingung

(7)

dalam mengerjakan tugas bersama kelompoknya. Dengan adanya sikap individual tersebut maka interaksi dan komunikasi yang dibangun dalam proses pembelajaran menjadi kurang efektif.

Langkah selanjutnya adalah mengadakan upaya perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II. Dalam siklus II diupayakan langkah-langkah yang inovatif untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi pada siklus I.

Pada siklus II diupayakan penyempurnaan dan penanggulangan berbagai masalah yang timbul dalam siklus I. Adapun langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah 1) tidak melakukan perubahan terhadap formasi kelompok untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar mengenal temannya lebih dekat lagi, 2) menyajikan petunjuk pada LKS yang lebih mudah dipahami oleh siswa. 3) lebih banyak memberikan motivasi dan pertanyaan-pertanyaan kunci sebagai rangsangan bagi siswa dalam menemukan informasi dan konsepnya sendiri, 4) memberikan pengayaan terkait materi pelajaran, 5) lebih memberikan sosialisasi tentang pembelajaran yang menerapkan metode inkuiri sebelum pembelajaran dimulai, 6) lebih banyak mengaitkan materi dengan lingkungan alam sekitar yang bersifat real bagi anak agar siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajarinya serta lebih mengarahkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan menemukan ide sesuai dengan pengalamannya sendiri.

Secara garis besar proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan hampir sama seperti proses pembelajaran pada siklus I. Pertemuan ke 1 dilaksanakan sesuai langkah dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan alokasi waktu 2 X 35 menit. Diawal kegiatan, guru menyajikan beberapa buah masalah yang berbeda dimasing-masing kelompok. Pada tahap eksplorasi siswa dibimbing untuk mengidentifikasi masalah. Selanjutnya siswa dibimbing untuk berdiskusi dengan kelompoknya dalam upaya merumuskan hipotesis yang relevan dengan materi pelajaran. Berdasarkan hipotesis tersebut,

bersama kelompoknya siswa merumuskan langkah-langkah kegiatan. Siswa diajak mengamati lingkungan alam sekitar. Bersama kelompoknya siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Guru mengajukan beberapa pertanyaan kunci yang bertujuan agar siswa lebih mudah memahami dan mampu menemukan konsep dan informasinya sendiri. Siswa melakukan berbagai percobaan sesuai dengan langkah-langkah kegiatan yang sudah dirancang.

Pada tahap elaborasi, guru membimbing siswa untuk mengerjakan LKS dan membuat sebuah ringkasan terkait materi pelajaran. Sedangkan pada tahap konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil kerja, diskusi antar kelompok terkait hasil kerja masing-masing dan bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

Dalam pertemuan ke 1 pada siklus II siswa sangat antusias mengikuti pelajaran. Semua siswa sudah mulai menunjukkan aktivitas belajar yang positif. Akan tetapi pada pertemuan ke 1, siswa masih mengalami sedikit kendala yakni terbatasnya waktu pertemuan sehingga siswa belum bisa menyelesaikan tugas dengan baik.

Pertemuan ke 2 pada siklus II merupakan lanjutan dari kegiatan pada pertemuan ke 1 pada siklus II. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke 2 dilaksanakan hampir sama dengan langkah kegiatan dalam pertemuan 1. Diawal kegiatan, guru menyajikan beberapa buah masalah yang bersifat real dengan anak tetapi berbeda dimasing-masing kelompok. Pada tahap eksplorasi siswa dibimbing untuk mendeskripsikan gambar serta menganalisis isi cerita. untuk menambah wawasan, siswa diajak mengamati lingkungan alam sekitar. Selanjutnya siswa dibimbing untuk mendefinisikan inti permasalahan. Berdasarkan inti masalah tersebut, guru mengajukan beberapa pertanyaan kunci yang bertujuan untuk mengaitkan dengan materi pelajaran. Bersama kelompoknya siswa mengumpulkan dan mencatat informasi dalam isi cerita yang terkait dengan materi pelajaran. Agar informasi yang didapat oleh siswa lebih komplek, guru membimbing

(8)

siswa untuk mengadakan diskusi antar kelompok. Guru memberikan penekanan.

Pada tahap elaborasi, guru membimbing siswa untuk mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk. Sedangkan pada tahap konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil kerja, diskusi antar kelompok terkait hasil kerja masing-masing dan bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

Sedangkan dalam pertemuan ke 2 pada siklus II siswa sangat antusias mengikuti pelajaran. Semua siswa sudah menunjukkan aktivitas belajar yang positif.

Berdasarkan hasil observasi ditemukan 28 siswa kelas IV memperoleh nilai sesuai

dengan KKM yakni ≥ 65,0 dan 1 siswa memperoreh nilai dibawah KKM< 65,0. Pada siklus II tidak ditemukan kendala yang menghambat proses pembelajaran. Situasi pembelajaran sangat kondusif dan siswa sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan situasi tersebut penelitian tentang penerapan metode inkuiri berbantuan LKS dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 3 Bengkel ,Kecamatan Busungbiu , Kabupaten Buleleng. dinyatakan sudah berhasil dan memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan. Jadi pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dicukupkan sampai pada siklus II.

Tabel 2: Ringkasan Hasil Penelitian Pada Siklus I dan Siklus II

Siklus Persentase Hasil Belajar

Rata-rata Kategori

I 65,64% Cukup

II 80,25% Baik

Persentase hasil belajar IPA siswa pada tahap siklus I sebesar 65,64% dengan kategori cukup, dan ketuntasan belajar mencapai 51,28%. Pada tahap siklus II persentase hasil belajar IPA siswa sebesar 92,31% dengan kategori baik, dan ketuntasan belajar mencapai 90%.

Bertitik tolak pada analisis data, pada siklus I secara klasikal rata-rata hasil belajar siswa dengan kategori cukup dan sudah mencapai KKM dan jika dilihat dari skor perolehan siswa, maka skor siswa masih terbilang cukup rendah dan banyak siswa yang belum tuntas. Pada siklus I masih terdapat kendala dalam proses pembelajaran. Persentase hasil belajar siswa secara klasikal terbilang rendah dengan kategori kurang baik. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang menerapkan metode ADDIE berbantuan LKS di SD Negeri 3 Bengkel sifatnya masih baru sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.

Siswa merasa belum terbiasa dengan situasi pembelajaran tersebut. Siswa terlihat kurang kompak dalam kelompoknya masing-masing, siswa belum terbiasa

belajar berkelompok karena siswa masih terbiasa belajar secara individual. Masih terdapat beberapa orang siswa yang belum berani menyampaikan pendapat dan mengajukan pertanyaan karena siswa masih dibebani rasa takut. Kendala-kendala tersebut merupakan hambatan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga pada siklus I masih terdapat nilai siswa yang belum mencapai target ketuntasan.

Berdasarkan hasil observasi hasil belajar pada siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan atau penyempurnaan pada siklus II terhadap kekurangan atau kendala-kendala yang muncul pada siklus I. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah; 1) tidak melakukan perubahan terhadap formasi kelompok untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar mengenal temannya lebih dekat lagi, 2) menyajikan petunjuk pada LKS yang lebih mudah dipahami oleh siswa. 3) lebih banyak memberikan motivasi dan pertanyaan-pertanyaan kunci sebagai rangsangan bagi siswa dalam menemukan informasi dan konsepnya sendiri, 4) memberikan

(9)

pengayaan terkait materi pelajaran, 5) lebih memberikan sosialisasi tentang pembelajaran yang menerapkan metode inkuiri sebelum pembelajaran dimulai, 6) lebih banyak mengaitkan materi dengan lingkungan alam sekitar yang bersifat real bagi anak agar siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajarinya serta lebih mengarahkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan menemukan ide sesuai dengan pengalamannya sendiri.

Berdasarkan hasil analisis setelah mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II persentase rata-rata hasil belajar IPA dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan hingga mencapai 15%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode inkuiri berbantuan LKS dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 3 Bengkel, secara klasikal hasil belajar IPA siswa dari siklus I sampai dengan siklus II sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat digambarkan dengan semua siswa berhasil mencapai nilai tuntas pada siklus II.

Dilihat dari hasil-hasil yang diperoleh pada penelitian, secara umum dapat dikatakan bahwa hasil penelitian dapat menjawab semua permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan menerapkan ADDIE (Analysis Desgn Development Implement Evaluation) dalam pembelajaran IPA siswa akan tampak lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuan dan dunianya sendiri. Siswa sudah mampu belajar dengan model, media/sumber belajar secara mandiri. Siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen. Dengan situasi pembelajaran tersebut guru tidak lagi mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah sehingga guru mendapat kesempatan untuk lebih fokus dalam memperhatikan pengelolaan kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, melalui penerapan model pembelajaran ADDIE pada mata pelajaran IPA terjadi peningkatan hasil belajar siswa

kelas IV SD Negeri 3 Bengkel. Hal ini dapat dibuktikan dengan perolehan rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I mencapai 65,64 dengan persentase rata-rata 65,64% yang tergolong pada kategori cukup, Pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 80,24 dengan persentase rata-rata sebesar 80,24% yang berada dalam kategori baik, Sedangkan tingkat ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 51,25% dan pada siklus II mencapai 92,31% sehingga terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 40,06%.

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, dapat disampaikan beberapa saran yakni, (1) Disarankan kepada siswa kelas IV Sekolah Dasar N 3 Bengkel yang menjadi subjek penelitian selanjutnya lebih memperhatikan dan lebih memahami pembelajaran yang diberikan, agar dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam pembelajaran IPA maupun pada pembelajaran yang lain., (2) Diharapkan kepada guru IPA SD N 3 Bengkel untuk mencoba menerapkan model pembelajaran ADDIE dalam pembelajaran IPA, agar siswa terlibat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan meningkatkan hasil belajar siswa, dan (3) Bagi Sekolah, agar dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran terutama dalam pembelajaran Ilmu Pengetuan Alam guna meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A, Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan.

---. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djmarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2002.

Strategi Belajar Mengajar.

(10)

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Lily, Barlia. 2006. Mengajar Dengan

Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar.Kapita Selekta. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hash, 1963. The Nature of Natural

Sciences. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suardi, I Kd. 2010. “Penerapan model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010 SD N 3 Banjar Tegal Kecamatan Buleleng”. Laporan Penelitian (tidak

diterbitkan). Singaraja: Undiksha. Tim Penyusun. 2006. Pendidikan Sains D2

PGSD. Singaraja : Undiksha Trianto. 2007. Model-model pembelajaran

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: PRESTASI PUSTAKA. ---, 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Surabaya: KENCANA PRENADA MEDIA

Gambar

Tabel 1: Pedoman Konversi PAP Tentang Tingkat Pemahaman Konsep Hasil Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian menunjukan bahwa secara parsial Variabelindependenpelayanan pajak tidak berpengaruh signifi kan terhadap variable dependen kepatuhan wajib pajak

Vaksinasi hepatitis B dalam program imunisasi universal pada kohort masa bayi dapat menurunkan prevalensi HBsAg sampai dengan 96% pada penelitian di Cina. Begitu pula

Waktu kunjungan pertama ibu hamil (K1) dengan umur kehamilan kurang dari 12 minggu berdasarkan sarana dan prasarana yang tersedia di pelayanan kesehatan Puskesmas Kepil

Lebih lanjut Kovenan menetapkan hak setiap orang atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan'beragama serta perlindungan atas hak-hak tersebut (Pasal 18); hak orang untuk mempunyai

Hal ini mengindikasikan bahwa dari sisi R/C rasio total pun memang pem- benihan lele sangkuriang sudah efisien karena nilai R/C rasionya lebih dari 1, akan tetapi pembenihan

Kus-Nikolajev's papers dedicated to individual motifs of folk ornamentation should be observed within the framework of the cultural- -historical methodological model: he selected

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Pengertian limit

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan afiliasi dengan kesepian pada remaja di Panti Asuhan Putri Aisyiyah dan Putra Muhammadiyah Tuntang