• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effectiveness of Hepatitis B Vaccination for Decreasing Hepatitis B Prevalence

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Effectiveness of Hepatitis B Vaccination for Decreasing Hepatitis B Prevalence"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Vaksinasi Hepatitis B untuk Menurunkan Prevalensi Hepatitis B

Ridho Pambudi

1

, Ricky Ramadhian

2

1

Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

2

Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit infeksi virus yang dapat menyebabkan masalah serius pada kesehatan. Prevalensi penderita hepatitis B dengan HbsAg positif terus meningkat terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia dengan prevalensi sebesar 1,2% pada 2013. Penggunaan vaksinasi sebagai cara preventif mencegah meningkatnya prevalensi hepatitis B terus diserukan. Rekomendasi WHO untuk mencantumkan vaksinasi hepatitis B sebagai program wajib dalam vaksinasi nasional negara anggota-anggotanya diharapkan dapat menurunkan persentase prevalensi penyakit ini. CDC melalui Advisory Committee on Immunization Practice (ACPI) juga memberikan beberapa rekomendasi baik terkait dosis maupun waktu pemberian vaksinasi ini. Dalam pelaksanaannya, efektivitas dari pemberian vaksinasi terus diamati di berbagai negara dengan melakukan studi berbasis komunitas sebagai evaluasi dari program vaksinasi secara masal yang dilakukan di masing-masing negara. Studi dilakukan di berbagai negara yang sudah mencantumkan vaksinasi hepatitis B sebagai bagian vaksinasi wajib nasionalnya, antara lain, Amerika Serikat, Taiwan, China, dan Mesir. Hasil yang didapatkan dari studi tersebut memberikan harapan baik dalam upaya menurunkan prevalensi hepatitis B. Pemberian vaksinasi pada masa bayi yang berkelanjutan dinyatakan efektif memberikan dampak proteksi sampai beberapa dekade pascavaksinasi tersebut. Hal tersebut tentu sinergis dengan upaya menurunkan prevalensi penyakit hepatitis B.

Kata Kunci: hepatitis B, HBsAg, proteksi, vaksinasi

Effectiveness of Hepatitis B Vaccination for Decreasing Hepatitis B Prevalence

Abstract

Hepatitis B is a viral infection disease which can cause serious health problems. The prevalence of hepatitis B patients with positive HBsAg continues to increase, especially in developing countries, including Indonesia with a prevalence of 1.2% in 2013. Vaccination as a preventive way to prevent the increasing prevalence of hepatitis B continues advised. WHO recommendation to incorporate hepatitis B vaccination as compulsory in the national vaccination of its country members is expected to decrease the percentage of the prevalence of this disease. CDC through the Advisory Committee on Immunization Practice (ACPI) also gave some good recommendations related to the dose and timing of these vaccinations. In practice, the effectiveness of vaccination continues to be observed in various countries by performing community-based studies for evaluation of mass vaccination programs conducted in each country. Studies conducted in various countries which already includes hepatitis B vaccination as part of its national compulsory vaccination, inter alia, the United States, Taiwan, China, and Egypt. Results obtained from these studies provide promising hope in effort to decrease the prevalence of hepatitis B. Vaccination in infancy which sustained declared gave an effective impact protection for decades after the vaccination. It is certainly synergy with efforts to decrease the prevalence of hepatitis B.

Keywords: hepatitis B, HBsAg, protection, vaccination

Korespondensi: Ridho Pambudi, alamat Bumi Manti Residence No. 12A, HP 085693400366, email ridho.pambudi@ymail.com

Pendahuluan

Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang di dunia, termasuk di Indonesia.1 Hepatititis B

kronik juga merupakan masalah kesehatan yang besar di Asia, dimana terdapat sedikitnya 75% dari seluruhnya 300 juta individu HBsAg positif menetap di seluruh dunia.2 Virus

hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia dan sekitar 240 juta merupakan pengidap virus hepatitis B kronis. Di Indonesia, hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang

paling banyak menginfeksi (21,8%)

dibandingkan dengan jenis hepatitis lain

dengan jumlah penduduk yang telah terinfeksi hepatitis B sekitar 23 juta orang.1 Selain itu,

infeksi virus hepatitis B diperkirakan sebagai penyebab dari 30% sirosis dan 53% kanker hati di dunia.3

Infeksi virus hepatitis B ditularkan melalui penularan horizontal dan vertikal.4

Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui perkutan (misal, tusukan yang melalui kulit) atau mukosa (misal, kontak langsung dengan membran mukosa) paparan darah infeksius atau cairan tubuh yang mengandung darah. Semua orang HBsAg-positif bersifat infeksius,

(2)

tetapi orang-orang yang juga HBeAg positif lebih infeksius karena darah mereka mengandung titer virus hepatitis B yang tinggi (biasanya 10-109 virion / mL). Meskipun HBsAg

telah terdeteksi di beberapa cairan tubuh, hanya serum, semen, dan air liur telah dibuktikan dapat menularkan. Virus hepatitis B relatif stabil di lingkungan dan tetap dapat hidup >7 hari pada permukaan lingkungan pada suhu kamar. Virus hepatitis B pada konsentrasi 102-3 virion / mL dapat muncul

pada permukaan lingkungan walaupun tidak terlihat adanya darah dan masih dapat menyebabkan penularan.5

Prevalensi merupakan salah satu ukuran utama frekuensi penyakit selain insidensi. Angka prevalensi mengukur jumlah orang yang sakit di dalam suatu populasi pada suatu titik waktu yang ditentukan. Angka prevalensi sendiri merupakan perbandingan dari kasus total jumlah (kasus baru dan kasus lama) suatu penyakit pada suatu waktu yang ditentukan dengan total populasi yang berisiko pada waktu tersebut. Secara singkat prevalensi berarti semua kasus (baru dan lama) yang dapat mengukur keberadaan penyakit.6

Tingkat tertinggi HBsAg carrier dapat ditemukan di negara-negara berkembang dengan fasilitas medis terbatas. Di daerah Afrika dan Asia, infeksi yang luas dapat terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak. Tingkat HBsAg carrier keseluruhan mungkin 10 sampai 15%. Prevalensi adalah terendah di negara-negara dengan standar hidup tinggi, seperti Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Skandinavia, dan beberapa negara eropa lainnya. Di Amerika Serikat dan Kanada, bukti serologis infeksi sebelumnya bervariasi tergantung pada usia dan kelas sosial ekonomi.7 Prevalensi

hepatitis di Indonesia pada 2013 adalah 1,2%, dua kali lebih tinggi dibandingkan 2007.8

Sebagai perbandingan, prevalensi hepatitis B di Amerika Serikat berada pada angka 0,3%.9

Upaya pencegahan dilakukan

pemerintah Indonesia melalui program Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang salah satunya adalah hepatitis B.10 Sebagaimana rekomendasi WHO

pada 1992 untuk mencantumkan vaksinasi hepatitis B untuk semua program imunisasi yang diselenggarakan setiap negara.11,12

Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan suatu antigen yang berasal dari suatu mikroorganisme.2 Tujuan utama dari program

imunisasi virus hepatitis B adalah untuk mengurangi prevalensi antigen hepatitis B permukaan (HBsAg) pada kelompok yang dilahirkan sejak pelaksanaan program. Sebuah cara praktis untuk menentukan perlindungan jangka panjang yang diberikan oleh vaksin HB adalah dengan memperkirakan insidensi infeksi

break-through (positif anti-HBc) serta karier

kronis (HBsAg positif) di antara individu yang sudah divaksinasi sebelumnya.12

Isi

Vaksinasi merupakan salah satu cara paling efektif sebagai pencegahan terhadap penyakit infeksi.13 HBsAg adalah antigen yang

digunakan untuk vaksinasi hepatitis B. Vaksin antigen dapat dimurnikan dari plasma orang dengan infeksi virus hepatitis B kronis atau diproduksi oleh teknologi DNA rekombinan. Vaksin yang tersedia di Amerika Serikat menggunakan teknologi DNA rekombinan untuk mengekspresikan HBsAg dalam ragi, yang kemudian dimurnikan dari sel-sel dengan teknik pemisahan biokimia dan biofisik. Vaksin hepatitis B berlisensi di Amerika Serikat diformulasikan untuk mengandung 10-40 mg protein HBsAg / mL. Sejak Maret 2000, vaksin hepatitis B yang diproduksi untuk distribusi di Amerika Serikat tidak mengandung thimerosal sebagai pengawet atau hanya mengandung komponen sisa (<1,0 merkuri mcg / mL) dari proses pembuatan.5

Berdasarkan rekomendasi Advisory

Committee on Immunization Practice (ACPI),

vaksin hepatitis B dapat diberikan sebagai formulasi tunggal antigen dan juga dalam kombinasi tetap dengan vaksin lainnya. Dua vaksin tunggal-antigen yang tersedia di Amerika Serikat: Recombivax HB® (Merck & Co, Inc, Whitehouse Station, New Jersey) dan Engerix-B® (GlaxoSmithKline Biologicals, Rixensart, Belgia). Dari tiga vaksin kombinasi berlisensi, satu (Twinrix® [GlaxoSmithKline Biologicals, Rixensart, Belgia]) digunakan untuk vaksinasi dari orang dewasa, dan dua (Comvax® [Merck & Co, Inc, Whitehouse Station, New Jersey] dan Pediarix® [GlaxoSmithKline Biologicals, Rixensart, Belgia]) digunakan untuk vaksinasi bayi dan anak-anak. Twinrix mengandung HBsAg rekombinan dan

(3)

virus hepatitis A tidak aktif. Comvax

mengandung rekombinan HBsAg dan

Haemophilus influenzae tipe b (Hib) polyribosylribitol fosfat yang dikonjugasi ke kompleks protein membrane luar Neisseria

meningitidis. Pediarix mengandung

rekombinan HBsAg, difteri dan toksoid tetanus dan acellular pertussis adsorbed (DTaP), dan virus polio tidak aktif (IPV). Vaksinasi primer pada bayi dan anak-anak mengandung >3 dosis vaksin hepatitis B intramuskular seperti pada Tabel 1. Kedua vaksin hepatitis B antigen

tunggal berlisensi yang diberikan secara intramuskular pada 0, 1, dan 6 bulan menghasilkan >95 % tingkat seroproteksi pada remaja. tingkat seroproteksi yang sama juga dicapai di kalangan remaja yang divaksinasi pada 0, 1-2, dan 4 bulan, serta 0 , 12, dan 24 bulan.5 Di Indonesia sendiri vaksin yang

direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 µg atau Engerix B 10 µg) atau vaksin

plasma derived 10 mg).14

Tabel 1. Dosis Rekomendasi Formulasi Terkini Vaksin Hepatitis B Berslisensi, Menurut Kelompok Usia dan Tipe Vaksin Berdasarkan American Committee on Immunization Practice (ACPI)

* Vaksin gabungan hepatitis B-Haemophilus influenzae tipe b konjugasi. Vaksin ini tidak dapat diberikan pada saat lahir, sebelum usia

6 minggu, atau setelah usia 71 bulan.

Vaksin gabungan hepatitis B-difteri, tetanus, dan pertusis aselular-poliovirus inaktif. Vaksin ini tidak dapat diberikan pada saat lahir,

sebelum usia 6 minggu, atau pada usia> 7 tahun.

§ Vaksin gabungan hepatitis A dan hepatitis B. Vaksin ini dianjurkan untuk orang berusia> 18 tahun yang memiliki peningkatan risiko

infeksi virus hepatitis B dan virus hepatitis A.

Dosis rekombinan hepatitis B protein antigen permukaan.

** Tak dapat diterapkan.

↑↑ Formulasi dewasa diberikan dengan dosis 2 jadwal.

§§ Dosis yang lebih tinggi mungkin lebih imunogenik, tetapi tidak ada rekomendasi khusus yang telah dibuat. ¶¶ Formulasi Dialisis diberikan pada dosis 3 jadwal pada usia 0, 1, dan 6 bulan.

*** Dua dosis 1,0 ml diberikan pada satu lokasi, pada dosis 4 jadwal pada usia 0, 1, 2, dan 6 bulan.

Sumber: Centers for Disease Control and Prevention. A Comprehensive Immunization Strategy to Eliminate Transmission of Hepatitis B Virus Infection in the United State dalam MMWR 2006

Vaksinasi hepatitis B dinyatakan dapat menurunkan insidensi infeksi virus hepatitis B sebesar 90-95%. Penderita infeksi virus hepatitis B anak di Taiwan turun signifikan, dari 9,8% menjadi 0,7% setelah dijalankannya program imunisasi secara universal di negara tersebut. Vaksinasi hepatitis B juga dinyatakan bermanfaat dalam mencegah penularan dan

kejadian kanker hati maupun sirosis hati. Komite Pengendalian Infeksi virus hepatitis B

Taiwan menyatakan vaksinasi dapat

menurunkan 80-90% kanker hati pada populasi dewasa dalam 3-4 dekade setelah berjalannya program vaksinasi.13

Prevalensi HBV menurun pada anak-anak AS, yang mencerminkan dampak

Kelompok Usia

Single-antigen vaccine Combination vaccine

Recombivax

HB Engerix-B Comvax* Pediatrix↑ Twinrix

Dose Volume Dose Volume Dose Volume Dose Volume Dose Volume

(µg)(mL) (µg)(mL) (µg)(mL) (µg)(mL) (µg)(mL) Bayi (<1 th) 5 0,5 10 0,5 5 0,5 0 0,5 NA** NA Anak-anak (1-10 th) 5 0,5 10 0,5 5* 0,5 10↑ 0,5 NA NA Remaja 11-15 th 10↑↑ 1,0 NA NA NA NA NA NA NA NA 11-19 th 5 0,5 10 0,5 NA NA NA NA NA NA Dewasa (≥20 th) 10 1,0 20 1,0 NA NA NA NA 20§ 1,0 Pasien hemodialisis dan orang dengan

immunocompromised

lainnya

<20 th§§ 5 0,5 10 0,5 NA NA NA NA NA NA

(4)

vaksinasi global dan domestik. Selama periode 1999-2006, prevalensi anti-HBc (4,7%) dan HBsAg (0,27%) untuk usia yang disesuaikan tidak berbeda jauh secara statistik dari apa yang diperoleh selama 1988-1994 (5,4,% dan 0,38% masing-masing), namun prevalensi anti-HBc menurun pada rentang usia 6-19 tahun (dari 1,9% menjadi 0,6%; P <0,01).15

Studi lain di Cina memberikan hasil yang serupa. Studi terkait dengan vaksinasi hepatitis B yang pertama kali dimasukkan pemerintah Cina ke dalam program imunisasi rutin pada tahun 1992, di Provinsi Henan. Survei dilakukan pada tahun 2012 untuk mengevaluasi efek perlindungan dari vaksinasi hepatitis B untuk populasi lahir selama 15 tahun sebelumnya. Analisis serologi mengungkapkan bahwa prevalensi HBsAg dan anti-HBc adalah, 0,8% dan 2,6% masing-masing. Prevalensi HBsAg pada anak di bawah usia 5 tahun adalah 0,5%, menunjukkan penurunan dari 96% dibandingkan dengan rata-rata prevalensi HBsAg nasional pada tahun 1992. Tingkat prevalensi HBsAg pada orang di bawah usia 15 tahun telah menurun secara signifikan di Provinsi Henan setelah dua dekade vaksinasi. Sehingga jutaan infeksi virus hepatitis B kronis telah dicegah.16

Hal serupa juga dinyatakan pada sebuah studi cross-sectional berbasis komunitas di Mesir. Hasil yang diperoleh berupa seroproteksi terdeteksi di antara 2.059 anak-anak (57,2%). HBsAg positif pada 0,11% dan infeksi break-through adalah 0,36% dan 0,39% tergantung pada positif anti-HBc dan deteksi DNA masing-masing. Kesimpulan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa vaksinasi hepatitis B nasional Mesir dalam masa bayi menghasilkan perlindungan yang

memadai 1-16 tahun pascavaksinasi.

Keberhasilan pelaksanaan kebijakan vaksinasi universal di Mesir berada pada tingkat cakupan yang baik, disertai dengan perbaikan umum dalam tindakan pengendalian infeksi dan donor darah yang aman dapat meminimalkan beban penyakit hepatitis B.12

Studi di Polandia menyatakan intervensi juga harus mencakup seluruh penduduk, penduduk yang tinggal di daerah pedesaan harus

menjadi kelompok utama. Imunisasi

praoperasi untuk HBV tampaknya dapat menjadi alat kesehatan publik yang efisien untuk meningkatkan penyerapan vaksinasi.17

Ringkasan

Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang di dunia, termasuk di Indonesia. Prevalensi hepatitis di Indonesia pada 2013 adalah 1,2%, dua kali lebih tinggi dibandingkan 2007. Vaksinasi merupakan salah satu cara paling efektif sebagai pencegahan terhadap penyakit

infeksi. Pada tahun 1992, WHO

merekomendasikan untuk mencantumkan vaksinasi hepatitis B ke dalam program imunisasi yang diselenggarakan setiap negara. Vaksinasi hepatitis B menggunakan antigen HBsAg melalui teknologi DNA rekombinan. Berdasarkan rekomendasi Advisory Committee

on Immunization Practice (ACPI), vaksin

hepatitis B dapat diberikan sebagai formulasi tunggal antigen dan juga dalam kombinasi tetap dengan vaksin lainnya. Dua vaksin tunggal-antigen yang tersedia di Amerika Serikat: Recombivax HB® dan Engerix-B®. Dari tiga vaksin kombinasi berlisensi, satu (Twinrix®) digunakan untuk vaksinasi dari orang dewasa, dan dua (Comvax® dan Pediarix®) digunakan untuk vaksinasi bayi dan anak-anak. Di Indonesia sendiri vaksin yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 µg atau Engerix B 10 µg) atau vaksin plasma derived 10 mg. Berdasarakan studi di beberapa negara, vaksinasi hepatitis B dinyatakan dapat menurunkan prevalensi penderita hepatitis B. Prevalensi HBV menurun pada anak-anak AS, menurun pada rentang usia 6-19 tahun (dari 1,9% menjadi 0,6%; p <0,01) setelah dilakukan vaksinasi secara luas. Penderita infeksi virus hepatitis B anak di Taiwan turun signifikan setelah dijalankannya program imunisasi secara universal dari 9,8% menjadi 0,7%. Vaksinasi hepatitis B dalam program imunisasi universal pada kohort masa bayi dapat menurunkan prevalensi HBsAg sampai dengan 96% pada penelitian di Cina. Begitu pula studi di Mesir yang menyatakan bahwa vaksinasi hepatitis B nasional Mesir pada kohort masa bayi menghasilkan perlindungan yang memadai 1-16 tahun pascavaksinasi.

Simpulan

Vaksinasi hepatitis B menggunakan antigen HBsAg melalui teknologi DNA

(5)

rekombinan. Vaksin hepatitis dapat diberikan sebagai formulasi tunggal antigen dan juga dalam kombinasi tetap dengan vaksin lainnya. Vaksinasi hepatitis B universal yang dicantumkan ke dalam program imunisasi

wajib nasional di beberapa negara

menunjukkan bahwa pemberian vaksin virus hepatitis B dapat secara efektif menurunkan prevalensi hepatitis B di negara-negara tersebut pada 1-2 dekade pascavaksinasi. Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman

pengendalian hepatitis virus. Jakarta:

Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan RI; 2012. hlm 37-38.

2. Soemohardjo S, Gunawan S. Hepatitis B Korinis. Dalam: Setiawati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, Editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid II. Ed VI. Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan Penyakit Dalam; 2014. hlm 1963.

3. Custer B, Sullivan S, Hazlet T. Global

epidemiology of hepatitis B virus. J Clin Gastroenterol. 2004; 38(1): S158–68.

4. Soemoharjo S. Hepatitis virus B. Jakarta: EGC;

2008. hlm 20-21.

5. Centers for Disease Control and Prevention. A

Comprehensive Immunization Strategy to Eliminate Transmission of Hepatitis B Virus Infection in the United States. MMWR 2006; 55 (No. RR-16):5, 10.

6. Morton RF, Hebel JR, McCarter R. Panduan

Studi Epidemiologi dan Biostatika. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. hlm 24-26.

7. World Health Organization [Internet].

Jenewa: World Health Organization; 2015 [diakses tanggal 26 November 2015]. Tersedia dari:

http://www.who.int/csr/disease/hepatitis/w hocdscsrlyo20022/en/index3.html#prevalenc e

8. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan

Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI; 2013. hlm 71.

9. Kim WR. Epidemiology of Hepatitis B in the

United States. Hepatology. 2012; 49(3):S28– 34.

10. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 42

tahun 2013 tentang penyelenggaraan

imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013. hlm 18.

11. Trevisan A, Nicolli A, Chiara F. Hepatitis B: Prevention, Protection and Occupational Risk. Future Virology [Internet]. Okt 2015 [diakses

tanggal 30 Okt 2015]; 10(1):53-61. Tersedia

dari:

http://www.medscape.com/viewarticle/8386 16

12. Salama II, Sami SM, Said ZN, El-Sayed MH, El Etreby LA, Emam T. Effectiveness of hepatitis B virus vaccination program in Egypt: Multicenter national project. World J Hepatol. Okt 2015; 7(22):2418-2426.

13. Cahyono JB. Hepatitis B. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2010.

14. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Satgas Imunisasi IDAI: Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Sari Pediatri. 2000; 2(1).

15. Wasley A, Kruszon‐Moran D, Kuhnert W, Simard EP, Finelli L, McQuillan G, et al. The Prevalence of Hepatitis B Virus Infection in the United States in the Era of Vaccination. J Infect Dis. 2010; 202(2):192–201.

16. Yonghao G, Jin X, Jun L, Pumei D, Ying Y, Xiuhong F, et al. An epidemiological serosurvey of hepatitis B virus shows evidence of declining prevalence due to hepatitis B vaccination in central China. International Journal of Infectious Diseases, Henan Center for Disease Control and Prevention. 2015; 40:75–80.

17. Ganczak M, Dmytrzyk-Danilów G, Korzen M, Szych Z. A cross-sectional serosurvey on hepatitis B vaccination uptake among adult patients from GP practices in a region of South-West Poland. BMC Public Health. 16 Okt 2015; 15:1060.

Gambar

Tabel 1. Dosis Rekomendasi Formulasi Terkini Vaksin Hepatitis B Berslisensi, Menurut Kelompok Usia dan  Tipe Vaksin Berdasarkan American Committee on Immunization Practice (ACPI)

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Awal Dana Kampanye yang yang dilaporkan terhitung dari sejak pembukaan Rekening Khusus Dana Kampanye sampai dengan paling lambat 14 (empat belas) hari. sebelum hari

roaming wireless kemudian akan melakukan observasi untuk mengetahui Coverage Access Point pada wifi gedung A sampai gedung CXY, lalu setelah itu akan

Keterkaitan fisika dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tidak dapat disangkal, di mana fisika merupakan dasar dari perkembangan TIK dan TIK juga yang kemudian

Agar setiap orarl'g rnengetahuinya, memerintahkan pengundangan perattlran Bupati ini dengal penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Musi Rawas Utara&#34;.. Pasal

Lanyer, too, genders Christ by making him, in contrast to both Constable and Donne, specifically the bridegroom of women: of &#34;all vertuous Ladies in generall&#34; (1.9), of

Dan rasio yang digunakan adalah LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO dan FBIR, bersama-sama pada Return On Asset ke Bank Umum Swasta Nasional Go Public. Teknik analisis

Berdasarkan tabel 4.7 nilai modal kerja terhadap total aktiva yang negative tahun 2011 sebanyak bahwa 9 (sembilan) perusahaan, pada tahun 2012 menunjukkan 8 (delapan) perusahaan

Social skills appropriate behavior towards teachers and peers will lhcilrtate academic engagement (such as following orders, listening to the teacher, and so on):