• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA KERJA MANDIRI OLEH DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA KERJA MANDIRI OLEH DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA KERJA MANDIRI OLEH DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

YULISA

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

`UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI TANJUNGPINANG

(2)

i EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA KERJA MANDIRI OLEH DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG

YULISA

Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISIP UMRAH A B S T R A K

Kesempatan kerja di sektor informal cukup banyak berkembang dewasa ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kondisi ini menjadi pendorong sekaligus peluang yang cukup besar dalam pengembangan dan peningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang dapat menciptakan lapangan kerja baru. Namun globalisasi dan iklim persaingan yang semakin ketat juga menuntut sektor informal untuk semakin kreatif dan produktif tidak hanya untuk berkembang tapi juga untuk dapat bertahan. Melalui Dinas Tenaga Kerja melaksanakan berbagai kegiatan dalam Program Peningkatan Kesempatan Kerja salah satunya agar kelompok usaha sektor informal dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan perannya dalam penyerapan tenaga kerja. Kegiatan yang dilaksanakan dalam hal ini adalah Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kerja Mandiri. Fenomena yang terjadi saat ini adalah kebanyakan peserta tidak tepat sasaran seperti masyarakat yang diberikan pelatihan tidak punya dasar sama sekali seperti misalnya pelatihan untuk elektronok, mesin atau menjahit seharusnya adalah orang-orang yang setidaknya punya dasar misalnya tamatan SMK dengan jurusam yang sama sehingga pelatihan yang diberikan tidak bisa menghasilkan keterampilan peserta yang lebih optimal.

Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Program Peningkatan Tenaga Kerja Mandiri Oleh Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang. Dalam pembahasan skripsi ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan teori Agustino (2008:188). Informan dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa masih ada yang harus diperhatikan dan diperbaiki untuk meningkatkan program Tenaga Kerja Mandiri Oleh Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang, hal ini juga disejalankan dengan masih banyak peserta yang setelah mengikuti pelatihan masih tetap menganggur, tidak hanya itu angka pengangguran di Kota Tanjungpinang semakin meningkat dan tidak mengalami perubahan, banyak pelatihan yang diadakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang yang pada akhirnya tidak mampu mencapai tujuan yang diharapkan hanya karena para peserta tidak mampu beradaptasi dengan kondisi dan suasana pelatihan yang dilaksanakan. Kemudian masih ada yang belum bekerja karena beberapa faktor salah satunya adalah modal.

(3)

ii THE EVALUATION OF THE INDEPENDENT WORKFORCE IMPROVEMENT PROGRAM BY THE CITY'S LABOR AND SOCIAL

TANJUNGPINANG YULISA

Students of Administrative Science State, FISIP, UMRAH A B S T R A C T

Job opportunities in the informal sector are more abundant today in accordance with the needs of the community. This condition is a driving force at the same time a big opportunity for the development of new economic activities that can create new jobs. But the climate of globalization and increasing competition are also demanding the informal sector to become more creative and productive not only to develop but also to survive. Through the Department of Labor to implement activities in the Employment Enhancement Program one of them so that groups of informal sector enterprises can maintain or even increase its role in employment. The activities carried out in this case is the Development and Independent Manpower Development. The phenomenon that occurs at this time is that most participants were not targeted as people who are given training has no basis at all, such as training for elektronok, machine or sew supposedly are people who at least have a basic example, graduates of vocational high schools with jurusam the same so that the training given can not produce a more optimal skills of the participants.

The purpose of this study was to determine essentially Improvement Program by the Department of Labor Independent Social and Labor Tanjungpinang. In the discussion of this thesis uses qualitative descriptive study and using the theory Agustino (2008: 188). Informants in this study were taken using purposive sampling technique. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative data analysis techniques.

Based on the results of the study it can be concluded that there is still to be addressed and corrected to improve the program Labor Independent by Department of Social Welfare and Labor Tanjungpinang, it is also adjusted with many participants after the training is still unemployed, not just the numbers Tanjungpinang unemployment is increasing and has not changed, a lot of training that was conducted by the Department of Social Welfare and Labor Tanjungpinang were ultimately unable to achieve the expected goals simply because the participants were not able to adapt to the conditions and atmosphere of the training undertaken. Then there are those who have not worked because of several factors one of which is the capital.

(4)

1 EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA KERJA MANDIRI

OLEH DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG

A. Latar belakang

Sebagai bagian dari pembangunan nasional, bidang

ketenagakerjaan dan

ketransmigrasian merupakan bagian dari upaya pengembangan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pembangunan di bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu tonggak keberhasilan pembangunan masyarakat umumnya yang akan menciptakan masyarakat yang adil, makmur, aman dan sejahtera. Jika pelaksanaan pembangunan di bidang ketenagakerjaan tidak dapat terlaksana dengan baik maka akan

menciptakan komunitas

pengangguran di setiap aspek kehidupan. (Depnakertrans : 2010)

Sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor penting dalam menunjang keberhasilan

pembangunan. Kegiatan

pengembangan SDM akan memberikan sumbangan yang besar pada peningkatan kualitas SDM yang selanjutnya akan mempengaruhi peningkatan produksi dan kesejahteraan masyarakat melalui penigkatan pendapatan individu sebagai pelaku ekonomi. Berdasarkan program perluasan dan pengembangan kesempatan kerja DEPNAKERTRANS (2006:1) ,berkaitan dengan SDM Indonesia, pembangunan ketenagakerjaan di arahkan pada peningkatan kualitas manusia dan kualitas hidup

(5)

2 masyarakat Indonesia. Pembangunan

kenagakerjaan di tujukan untuk memperluas lapangan kerja produktif dari segi jumlah maupun mutunya.

Melalui pembangunan ketenagakerjaan di harapkan terjadi penyerapan tambahan angkatan kerja

baru,penurunan jumlah

pengangguran, transformasi pekerja antar sektor, peningkatan kesempatan kerja khususnya disektor industri dan jasa. Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui jalur diantaranya pendidikan dan pelatihan serta pengembangan keterampilan di tempat kerja. Pelatihan merupakan jalur penigkatan kualitas SDM yang lebih menekankan ke pembentukan dan pengembangan profesionalisme atau kompetensi.

Akibat tidak tersedianya Balai Latihan Kerja (BLK) untuk kota

Tanjungpinang ini,maka dalam penyelenggaraan pelatihan kerja pemerintah kota Tanjungpinang secara kelembagaan dibawah naungan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja yang memiliki tugas pada bidang sosial diprioritaskan untuk peningkatan kualitas SDM dan aparat bidang kesejahteraan kemandirian, peningkatan profesionalisme pembinaan potensi dan sumber kesejahteraan sosial, peningkatan pengetahuan dan keterampilan penanganan masalah kesejahteraan sosial, serta peningkatan kepedulian sosial. (kepriprov:2014)

Pada bidang tenaga kerja di prioritaskan untuk perluasan kesempatan kerja melalui penyebaran informasi dan perencanaan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, perluasan

(6)

3 kesempatan berusaha, pemagangan

dan pelatihan, kelembagaan, pengawasan dan perlindungan serta peningkatan kesejahteraan tenaga kerja. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang menjadi fasilitator untuk menyelenggarakan

pelatihan kerja yang

mengembangkan program-program pelatihan kerja sebagai pemuda-pemuda yang putus sekolah atau bagi mereka yang sedang mencari kerja

atau menganggur yang

direkomendasikan oleh 18 kelurahan yang ada di Tanjungpinang setiap tahunnya untuk membekali mereka dengan keahlian khusus dan keterampilan agar dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

(www.kepritoday.com, 4 Juni 2014) Dalam Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 2 Tahun 2009

Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Tanjungpinang, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja memiliki Tugas dan Fungsi yaitu mempunyai tugas menyelenggarakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang sosial dan tenaga kerja. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, menyelenggarakan fungsi, perumusan kebijakan teknis di bidang sosial dan tenaga kerja, penyelenggaraan pelayanan di bidang sosial dan tenaga kerja, pembinaan pelaksanaan tugas di bidang sosial dan tenaga kerja, pelaksanaan urusan kesekretariatan dinas, dan pelaksanaan tugas yang diberikan oleh Walikota.

Kualitas tenaga kerja yang tinggi serta dalam penguasaan Ilmu

(7)

4 Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

industi maupun keunggulan koperatif dalam memasuki dunia kerja. Pentinglah pertumbuhan industri yang tinggi perlu guna mengisi kesempatan yang ada di masing-masing perusahaan. kendala yang terjadi adalah tidak selalu lowongan pekerjaan dapat dimasuki oleh tenaga kerja. (Siagian: 2008: 17)

Adapun yang melatar belakangi di lakukan penelitian ini dikarenakan

adanya permasalahan

ketenagakerjaan saat ini, masih dihadapkan dengan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan yang terjadi di setiap daerah, oleh karena itu baik pemerintah, masyarakat maupun lembaga pelatihan dapat bersama-sama mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu masalah lainya adalah terbatasnya lapangan kerja dan rendahnya

kualitas kerja, baik dari ketrampilan maupun pendidikan yang belum dikuasai oleh tenaga kerja, baik di dalam Negeri maupun di Luar Negeri. (Kepritoday:2014)

Pemerintah Kota

Tanjungpinang, memberi pelatihan keterampilan kepada pemuda pengangguran yang memiliki potensi mengembangkan diri sehingga mampu bersaing dalam dunia kerja sejak tahun 2012. Mereka akan dilatih berbagai keterampilan agar bisa bersaing dalam dunia kerja dan bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Ada beberapa kegiatan yang sudah pernah dilakukan oleh pihak Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang.

Masalah yang dihadapi pemerintah kota adalah terbatasnya lapangan kerja, sehingga selalu menambah angka pengangguran,

(8)

5 terutama mereka yang tingkat

keterampilannya rendah. Banyaknya tenaga kerja di sektor formal juga menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka pengangguran, sehingga kesempatan kerja di sektor formal sangat kecil, sementara mereka tidak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Tidak hanya itu pelatihan yang dilakukan juga tidak menjamin seluruh peserta mampu untuk diterima di dunia kerja.

Kesempatan kerja di sektor informal cukup banyak berkembang dewasa ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kondisi ini menjadi pendorong sekaligus peluang yang cukup besar dalam pengembangan dan peningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang dapat menciptakan lapangan kerja baru. Namun globalisasi dan iklim

persaingan yang semakin ketat juga menuntut sektor informal untuk semakin kreatif dan produktif tidak hanya untuk berkembang tapi juga untuk dapat bertahan. Melalui Disnakertrans melaksanakan berbagai kegiatan dalam Program Peningkatan Kesempatan Kerja salah satunya agar kelompok usaha sektor informal dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan perannya dalam penyerapan tenaga kerja. Kegiatan yang dilaksanakan dalam hal ini adalah Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kerja Mandiri.

Kelompok usaha sektor informal bagaimanapun perlu mendapat perhatian karena sektor informal merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk menangani masalah pengangguran. Pemerintah Kota Tanjungpinang oleh karenanya

(9)

6 melalui Dinas Tenaga kerja

melaksanakan berbagai kegiatan dalam Program Peningkatan Kesempatan Kerja salah satunya agar kelompok usaha sektor informal dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan perannya dalam penyerapan tenaga kerja. Kegiatan yang dilaksanakan dalam hal ini

adalah Pembinaan dan

Pengembangan Tenaga Kerja Mandiri Sektor Informal (TKMSI).

Fenomena yang terjadi saat ini adalah kebanyakan peserta tidak tepat sasaran seperti masyarakat yang diberikan pelatihan tidak punya dasar sama sekali seperti misalnya pelatihan untuk elektronok, mesin atau menjahit seharusnya adalah orang-orang yang setidaknya punya dasar misalnya tamatan SMK dengan jurusan

yang sama sehingga pelatihan yang diberikan tidak bisa menghasilkan keterampilan peserta yang lebih optimal.

Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul : “Evaluasi Program Peningkatan Tenaga Kerja Mandiri Oleh Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang”.

B. Landasan Teoritis

Dengan pandangan yang tidak jauh berbeda, kebijakan diterjemahkan kedalam program dan proyek dengan tindakan fisik, sehingga suatu kebijakan menimbulkan konsekuensi (hasil efek atau akibat) dan membagi konsekuensi kebijakan menjadi dua jenis, yaitu ; output dan outcome. Menurut Arikunto (2010:292) setiap kegiatan evaluasi biasanya

(10)

7 dimaksudkan untuk mengembangkan

kerangka berpikir dalam rangka pengambilan keputusan Suatu evaluasi dalam proses pengembangan dimaksudkan sebagai perbaikan sistem dengan tujuan, sebagai berikut : Pertanggung jawaban kepada pemerintah dan masyarakat. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, evaluasi perlu dilaksanakan terhadap suatu program atau kegiatan, dalam hal ini bukan untuk memberikan keseimbangan nilai benar atau salah, namun untuk melihat sejauh mana suatu program atau kegiatan tersebut diadakan penyempurnaan serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dan pada intinya tujuan utama evaluasi tersebut adalah tidak mencari kesalahan-kesalahan, tetapi

bagaimana untuk memperbaiki hasil temuan-temuan yang diperoleh / didapatkan dalam evaluasi tersebut pada suatu program atau kegiatan lainnya.

Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan . Evaluasi kebijakan publik acapkali hanya dipahami sebagai evaluasi atas implementasi kebijakan saja. Sesungguhnya evaluasi kebijakan publik mempunyai tiga lingkup makna seperti yang dikemukakan oleh Nugroho (2004:184), yaitu : evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan, dan evaluasi lingkungan kebijakan. Oleh karena komponen tersebutlah yang menentukan apakah kebijakan akan berhasil guna atau tidak.

Evaluasi kebijakan publik berkenaan tidak hanya dengan

(11)

8 implementasinya, melainkan

berkenanan dengan perumusan, implementasi dan kebijakan publik. Menurut Edward A. Suchman, seperti yang dikutip Nugroho (2004:199) ada enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu :

1. Mengidentifikasi tujuan program 2. Analisa terhadap masalah 3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan 4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi 5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegatan tersebut atau karena penyebab yang lain.

6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.

Untuk dapat melihat keberhasilan suatu program yang dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun oleh dunia swasta, evaluasi sangat memegang peranan yang sangat penting. Suatu evaluasi sangat berguna dan merupakan fungsi manajemen yang sangat menentukan untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi secara berdaya guna dan berhasil guna. Evaluasi juga dipakai untuk melihat dan mengetahui keberhasilan serta kekurangan suatu

program dalam rangka

penyempurnaan baik dalam tahap rencana maupun dalam tahap pelaksanaan berikutnya.

(12)

9 Banyak sekali pendapat

yang mengetengahkan makna dan arti evaluasi, namun yang dimaksud dalam rencana penelitian ini bukan untuk mempertentangkan apa itu evaluasi, akan tetapi lebih jauh evaluasi dipergunakan untuk menganalisa sebuah keputusan pemerintah yang di tujukan kepada publik ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkan.

Selanjutnya Compton dkk mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode scientific untuk mengukur proses maupun hasil, evaluasi ditujukan pada pengukuran hasil atau “ sumamative evaluation dan prosesnya atau formative evaluation yaitu suatu bentuk evaluasi yang mengandung empat elemen, seperti yang dikutip oleh Dahlan (1998:37) yaitu :

1. Input yaitu sumber yang diperlukan untuk mengimplementasikan suatu program yang terdiri dari kondisi penyandang masalah, pembinaan dan dana. 2. Kegiatan yaitu hal-hal

yang dilakukan dalam melakukakan perubahan. 3. Out put yakni hasil

langsung dari program. 4. Out come yaitu hasil

kemudian dari program. Menurut Agustino (2006:188) Kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi :

a. Seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan kebijakan / program. Dalam hal ini evaluasi kebijakan mengungkapkan

(13)

10 seberapa jauh tujuan-tujuan

tertentu telah dicapai.

b. Tindakan yang ditempuh oleh Implementing Agencies sudah benar-benar efektif, responsive, akuntabel dan adil ini. Dalam bagian ini evaluasi kebijakan harus juga memperhatikan persoalan-persoalan hak azasi manusia

ketika kebijakan

dilaksanakan. Hal ini perlu dilakukan evaluator kebijakan karena jangan sampai tujuan dan sasaran dalam kebijakan tidak terlaksana, tetapi ketika itu diimplementasikan banyak melanggar perikehidupan warga.

c. Efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Dalam bagian ini evaluator

kebijakan harus dapat meberdayakan output dan outcome yang dihasilkan dari suatu implementasi kebijakan. Ketajaman penglihatan ini yang diperlukan oleh variabel ketika melihat hasil evaluasi kebijakan, sehingga fungsinya untuk member informasi yang valid dapat dipercaya menjadi realisasi dari perwujudan right to know bagi warga masyarakat. D. Hasil Penelitian

1. Seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui program pelatihan mandiri

Dari hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa pelatihan saaja tidak cukup untuk mengurangi angka

(14)

11 Tanjungpinang. Banyak upaya yang

telah dilakukan pemerintah selama ini dalam mengurang jumlah pengangguran di Indonesia, namun masih saja pengangguran tidak berkurang bahkan lebih bertambah setiap tahunnya di karenakan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan lapangan pekerjaan. Pemerintah juga diharapkan mampu mengembangkan tenaga kerja secara menyeluruh dan terpadu yang diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja peningkatan pengupahan, penjaminan kesejahteraan, perlindungan kerja dan kebebasab berserikat, dan Meningkatkan kualitas dan kuantitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri dengan memerhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaan tenaga kerja yang dikelola secara terpadu

dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja. Pelatihan yang diberikan belum dapat membuat para peserta membuka usahanya sendiri, karena berbaagai fator termasuk modal. Pelatihan kerja sendiri bisa dimaknai sebagai sebuah kegiatan memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, ikap, dan pandangan hidup kerja pada taraf keterampilan dan keahlian eksklusif sinkron dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan (menurut PP No. 31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional).

2. Tindakan yang ditempuh sudah benar-benar efektif, responsive, akuntabel dan adil

Pada kenyataannya, banyak pelatihan yang diadakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang

(15)

12 yang pada akhirnya tidak mampu

mencapai tujuan yang diharapkan hanya karena para peserta tidak mampu beradaptasi dengan kondisi dan suasana pelatihan yang dilaksanakan. Banyak permasalahan yang bisa saja muncul yang dapat mempengaruhi konsentrasi para peserta dalam menerima materi yang diberikan.

3. Efek atau dampak kebijakan itu sendiri

Dari hasil wawancara dengan seluruh informan maka dapat dianalisa bahwa dampak dari pelatihan sudah baik, ada sebagian yang bekerja dan ada yang bisa memanfaatkan untuk membuka usaha sendiri. Untuk menghindari efek-efek dari pengangguran pemerintah perlu secara terus-menerus berusaha mengatasi masalah pengangguran. Sukirno (2006) dalam

bukunya menyebutkan ada beberapa tujuan dari kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Tujuan tersebut diringkas sebagai berikut : Tujuan Bersifat Ekonomi yaitu menyediakan lowongan pekerjaan, menyediakan taraf kemakmuran masyarakat, memperbaiki pembagian pendapatan. D. Penutup

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa masih ada yang harus diperhatikan dan diperbaiki untuk meningkatkan program Tenaga Kerja Mandiri Oleh Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang , hal ini juga disejalankan dengan:

1. Pada dimensi seberapa jauh kebutuhan nilai dan kesempatan yang telah dicapai diketahui bahwa

(16)

13 masih banyak peserta yang

setelah mengikuti pelatihan masih tetap menganggur, tidak hanya itu angka pengangguran di Kota Tanjungpinang semakin meningkat dan tidak mengalami perubahan. Pelatihan saaja tidak cukup untuk mengurangi angka pengangguran di Kota Tanjungpinang. Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah selama ini dalam

mengurang jumlah

pengangguran di Indonesia, namun masih saja pengangguran tidak berkurang bahkan lebih bertambah setiap tahunnya di karenakan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan lapangan pekerjaan.

Pemerintah juga diharapkan mampu mengembangkan tenaga kerja secara menyeluruh dan terpadu yang diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja pelatihan l yang diberikan belum dapat membuat para peserta membuka usahanya sendiri, karena berbagai faktor termasuk modal.

2. Dalam dimensi tindakan yang sudah benar-benar efektif, responsive, akuntabel dan adil diketahui bahwa pemateri yang disediakan sudah sesuai kebutuhan, banyak pelatihan yang diadakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang yang pada akhirnya tidak mampu

(17)

14 mencapai tujuan yang

diharapkan hanya karena para peserta tidak mampu beradaptasi dengan kondisi dan suasana pelatihan yang dilaksanakan. Kemudian pad aindikator fasilitas juga belum berjalan baik karena

masih kurangnya

ketersediaan sarana prasarana penunjang pembelajaran 3. Kemudian dalam dimensi

efek dan dampak kebijakan itu sendiri diketahui ada sebagian yang bekerja dan ada yang bisa memanfaatkan untuk membuka usaha sendiri namun masih ada yang belum bekerja karena beberapa faktor salah satunya adalah modal.

2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah hendaknya tidak hanya memberikan pelatihan tetapi juga kemudahan akses permodalan dan informasi tentang pasar kerja.

2. Sebaiknya fasilitas untuk pelatihan kembali diperhatikan agar para peserta mampu menyerap apa yang diberikan dengan lebih baik. 3. Bagi peserta seharusnya

dapat memanfaatkan dengan baik ilmu yang telah didapatkan selama pelatihan. 4. Perlu adanya anggaran dan

pegawai yang memadai dalam pelaksanaan program tersebut.

(18)

15 DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabetha Al-Amin, Mufham. 2006. Manajemen Pengawasan. Jakarta: Kalam Indonesia. Arikunto, Suharsimi dan Cepi S.A. Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan.

Jakarta. Penerbit Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Crawford, John. 2000. Ed. 2. Evaluation of Libraries and Information Services. London : Aslib, the association for information management and information management international.

Dahlan. 1998. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka. Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara

Komaruddin. 2002. Menejemen Sumber daya Manusia: Suatu Pendekatan Fungsi Operatif Edisi I. Penerbit Kappa-Sigma: Bandung.

Lababa, Djunaidi. 2008. Evaluasi program : sebuah pengantar.Jakarta

Malayu, S.P Hasibuan, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta : Bumi Aksara

(19)

16 Mathis, dan Jackson, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama:

Jakarta: Bumi Aksara

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka. Cipta. Mustopadidjaya. 2002. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi,.

Implementasi dan Evaluasi Kinerja, Jakarta:LAN.

Nugroho, Riant D. 2004. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan EvalUjian Akhir Semesteri. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo

Sedarmayanti, 2007, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Siagian, Sondang. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Bumi Aksara.

Soemardi. 1992. Pengantar Administrasi Pemerintahan. Bandung: STKS. Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfa Beta.

Sukirno, 2006, Ekonomi Pembangunan Proses masalah dan Dasar Kebijakan, cetakan ketiga, Penerbit Kencana, Jakarta.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Lukman.

Wahab, Solichin. 2002. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Edisi kedua. Jakarta : Bumi Aksara

Waluyo. 2007. Manajemen Publik. Konsep, Aplikasi & Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah : Bandung : Mandar Maju

(20)

17 Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku Kita.

Sumber lain : http://ppid.depnakertrans.go.id/rencana-strategis-kemenakertrans/ http://www.kepriprov.go.id/ http://www.kepritoday.com/dinsosnaker-kota-tanjungpinang-menjadi-fasilitator-untuk-peningkatan-tenaga-kerja-mandiri/ http://www.haluankepri.com/tanjungpinang/58203-dinsosnaker-pengangguran-di-tanjungpinang-capai-7000-orang.htmlp Jurnal :

Sri Sustariyah, Ir., M.T. 2012. Evaluasi Program Perluasan Kesempatan Kerja Dan Inkubasi Bisnis Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat. Jurnal Tiarsie Vol 9, No 1, April 2012

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan tinggi sel epitelium kolumner yang melapisi intestinum dan diameter hepatosit pada ikan mas yang diberi perlakuan logam berat Zn selama 96 jam

Pada paper ini menggunkan ekstraksi ciri dan klasifikasi gambar citra daun Kamboja dengan menggunakan wavelet transform dan jaringan syaraf tiruan.. Fitur pada wavelet

Peserta tes diwajibkan hadir 60 Menit sebelum ujian untuk melakukan registrasi..

[r]

Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengatur beberapa pasal mengenai actio pauliana , antara lain dalam Pasal 30 Undang- Undang Nomor 37 Tahun

Serves as Chief Financial Officer and Corporate Planning since 2012, Director of MBSS (since 2010), also serves as Member of Risk Management Committee of PT Petrosea Tbk

 For the improved line, the track length and total length of the engineering structures were shorter, the cost of construction was lower and volume of required earthworks

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin timbul dalam pembangunan sistem perizinan online tersebut, melakukan