• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Persepsi Risiko Bahaya Listrik dengan Risiko Kejadian Kebakaran pada Warga RW 07 Jl. Lautza. Dalam Jakarta Pusat Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Hubungan Persepsi Risiko Bahaya Listrik dengan Risiko Kejadian Kebakaran pada Warga RW 07 Jl. Lautza. Dalam Jakarta Pusat Tahun 2013"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Hubungan Persepsi Risiko Bahaya Listrik dengan

Risiko Kejadian Kebakaran pada Warga RW 07 Jl. Lautza

Dalam Jakarta Pusat Tahun 2013

Syaweli Saputra, Dadan Erwandi Abstrak

Listrik merupakan sumber energi yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, saat ini energi listrik menjadi sumber energi penunjang yang tidak bisa diabaikan. Listrik adalah energi berbahaya yang dapat mengancam kehidupan, seperti dapat menyebabkan bahaya kebakaran, dan daerah DKI Jakarta adalah daerah rawan terhadap kejadian kebakaran oleh listrik. Kemudian telah dilaksanakan penelitian mengenai persepsi risiko warga RW 07 Jl. Lautze Dalam terhadap risiko bahaya listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi risiko warga terhadap bahaya listrik dan hubungannya dengan risiko kejadian kebakaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitif. Dengan teori psikometrik didapatkan bahwa persepsi risiko dipengaruhi oleh faktor kesukarelaan, ketakutan, pengendalian, dampak, dan kondisi lingkungan

Kata Kunci: Persepsi risiko, Psikometrik, Bahaya Listrik, Risiko kebakaran

Electricity is an energy source that has an important role in people's lives, nowadays electricity become supporting energy that can not be denies. Electricity is dangerous energy that can be life threatening, such as may cause a fire hazard, and Jakarta area is an area prone to electrical fires. Then have been carried out a research on risk perception at RW 07 Jl. Lautze Dalam toward the risk of electrical hazards. This study aims to determine perceptions of risk residents against electrical hazards and their relationship to the risk of fire. This study was conducted with cross-sectional research methods with quantitative approaches. By the psychometric theory found that the perception of risk is influenced by factors volunteerism, fear, control, impact, and environmental conditions

Keywords: Perception of risk, Psychometric, Electrical Hazard, Risk of fire

(2)

Pendahuluan

Latar Belakang

Listrik merupakan energi vital yang mutlak dibutuhkan sekarang ini, karena tidak bisa dipungkiri bahwa semua perlengkapan masyarakat saat ini hampir semuanya menggunakan energi listrik.

Listrik selain menjadi sumber energi dalam menjalankan kehidupan di masyarakat listrik juga menjadi sumber energi berbahaya yang dapat mengancam jiwa dan properti kehidupan apabila tidak digunakan dengan aman dan benar. Salah satu bahaya dari pengunaan listrik yang tidak baik dan benar adalah terjadinya kebakaran.

Kebakaran akibat energi listrik merupakan hal yang sudah biasa didengar, kebakaran di perkotaaan dan di tempat padat penduduk hampir semuanya berasal dari kesalahan dalam penggunaan energi listrik oleh warga serta rendahnya pengetahuan dan sikap terhadap bahaya listrik.

Menurut data di Amerika Serikat tercatat telah terjadi kasus kebakaran sebanyak 1,348,500 pada tahun 2009 dan pada tahun 2011 terjadi 1,389,500 kasus (NFPA, 2012) dan pada tahun 2010 sendiri di daerah perumahan karena bahaya listrik telah terjadi sebanyak 26.100 kasus kebakaran, 280 orang meninggal, 1050 orang luka-luka dan kerugian mencapai $ 1,013,700,000 (USFA A Fire Estimate Summary 2010)

Indonesia sudah menjadi “langganan” kejadian kebakaran terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk. Di DKI Jakarta, menurut Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta tercatat bahwa pada Januari hingga Desember tahun 2012 telah terjadi kebakaran sebanyak 1008 kasus. Pada tahun 2009 terdapat sekitar 843 kebakaran dan yang berhubungan dengan

(3)

listrik terdapat 499 kejadian. Pada tahun 2008 tercatat sekitar 818 kebakaran.

Dari gambaran di atas yang menjadi pertanyaan mendasar adalah bagaimana pandangan atau persepsi risiko warga terhadap bahaya kebakaran yang disebabkan oleh listrik, Seberapa besar awareness masyarakat terhadap bahaya yang akan selalu mereka hadapi alam kesehariannya, dan sudah baikkah pengetahuan masyarakat dakam menggunakan listrik dengan baik dan benar di lingkup rumahtangga.

Rumusan Masalah

Listrik tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat saat ini, listrik menjadi sumber energi penerangan dan sumber energi dalam menunjang kehidupan sehari-hari, risiko kebakaran merupakan kejadian yang tidak dapat dihindarkan, kejadian kebakaran masih sering terjadi akibat pengunaan listrik yang tidak aman. Hal ini menjadi dasar untuk melihat risk perception (persepsi terhadap risiko) masyarakat terhadap bahaya listrik dan adakah hubungannya dengan kejadian risiko kebakaran.

Tinjauan Teoritis Risk Perception

Risk perception adalah interpretasi seseorang terhadap tingkat risiko yang dihubungkan dengan suatu kejadian (Tranter, 1999) yang di pengaruhi oleh:

1. Pengendalian diri terhadap risiko 2. Risiko yang alamiah

3. Keakraban dengan risiko

4. Pemahaman terhadap dampak dari terpapar risiko 5. Keuntukan terpapar risiko

6. Norma budaya, keyakinan, dan nilai 7. Penerimaan masyarakat terhadap risiko

Dalam artian risk perception juga dapat diartikan sebagai penilaian individu terhadap probabiliti dari suatu risiko kecelakaan dan paham terhadap konsekuensi yang akan mereka terima dari risiko tersebut.

(4)

Paradima Psikometrik

Dalam memahami dan melihat seberapa besar persepsi risiko seseorang para ahli telah mengembangkan berbagai pendekatan, dan yang paling umum dilakukan dalam melihat persepsi risiko adalah dengan pendekatan paradigma psikometrik yang menggunakan skala psikofisik dan multivariat teknis analisis untuk menghasilkan kuantitatif sikap dan persepsi risiko

Paradigma psikometrik perpandangan bahwa persepsi risiko adalah suatu proses pemikiran seseorang terhadap risiko yang dihadapi.

Menurut Fishhoff, dkk (1978) dalam Paradigma Psikometrik dijelaskan bahwa terdapat 7 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu bahaya atau ririko yaitu:

1. Kesukarelaan

Faktor kesukarelaan adalah untuk melihat apakah seseorang sukarela atau tidak dalam menerima dan menghadapi suatu risiko. Kesukarelaan dapat dihubungkan juga sebagai bentuk kesiapan dalam menghadapi suatu kejadian tanpa adanya rasa terpaksa. 2. Ketakutan

Faktor ketakutan adalah bagaimana seseorang mempersepsikan risiko yang mereka hadapi, ketakutan menimbulkan pengaruh yang cukup besar dalam mempersepsikan suatu risiko, dapat diartikan ketakutan sebagai bentuk apakah seseorang merasa familiar dengan risiko yang dia hadapi

3. Pengetahuan

Faktor ini adalah faktor pendukung dimana dapat faktor ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tahukah individu terhadap risiko yang dihadapi, seberapa besisikokah dirinya terhadap suatu bahaya.

4. Pengendalian

Pengendalian adalah faktor besar dalam membentuk persepsi risiko, pengendalian merupakan suatu hasil dari pengetahuan,

(5)

pemahaman, seseorang terhadap risiko yang ada, pengendalian memiliki arti bahwa seseorang telah memahami risiko apa yang ada dan konsekuensi apa yang akan terjadi sehingga seseorang dapat melakukan tindakan pencegahan

5. Potensi Dampak

Potensi dampak adalah efek yang dapat ditimbulkan oleh suatu bahaya atau risiko, seberapa besarkan, seberapa buruk, kecil atau ringan konsekuensi yang dapat diterima oleh suatu individu ataupun kelompok.

6. Kekinian

Faktor ini merupakan dimensi dari risiko yang dihadapi apakah risiko yang dihadapai adalah risiko yang sudah ada atau risiko lama atau risiko baru.

7. Keparahan akibat konsekuensi Risiko

Merupakan persepsi terhadap apakah konsekuensi berakibat fatal bagi individu, kelompok atau tidak.

Paradigma psikometrik dapat disimpilkan sebagai sebuah kerangga teoitis yang menasumsikan risiko secara subjektif oleh suatu individu yang kemungkinan dipengaruhi oleh actor psikologis, social, dan budaya (Sjoberg: 2004)

Metode Penelitian

Dalam penelitian Analisis Hubungan Persepsi Risiko Bahaya Listrik dengan Risiko Kejadian Kebakaran pada Warga Jakarta Pusat Kampung Jl. Leutze Dalam, Kartini Sawah Besar dengan 80 jumlah sampel, peneliti penggunakan metode survei dan observasi yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena penelitian dilakukan pada sutu saat tertentu, dimana penelitian ini ingin melihat gambaran tingkat persepsi risiko warga terhadap bahaya listrik.

(6)

Hasil Penelitian

Setelah dilakukan perhitungan secara manual dari ke 7 variabel yang diteliti di dapatkan bahwa persepsi masyarakat RW 07 Jl. Lautze dalam sudah baik

Tabel 5.8 Persepsi Risiko Responden

NO Persepsi Risiko Jumlah Persen (%)

1 Kurang Baik 32 40

2 Baik 48 60

Total 80 100

Kemudian untuk melihat hubungan antar variabel dengan persepsi risiko dilakukan uji bivariat, dan didapatkan bahwa lima variabel berhubungan dan 2 variabel tidak berhubungan yaitu pengalaman dan pengetahuan

Hubungan Kesukarelaan “Voluntariness of Risk”dengan Persepsi Risiko

Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap variabel kemudian dilakukan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara kedua variabel, dan didapat Pvalue nya 0.00 ini menunjukan bahwa variabel “kesukarelaan” memiliki hubungan yang bermakna dengan “risk perception

Tabel 5.11 Hubungan Kesukarelaan dengan Persepsi Risiko

Kesukarelaan Responden

Persepsi Risiko Total

Pvalue Kurang Baik Baik

N % N % N %

Sukarela 17 32,7 35 67,3 52 100

0.00

Terpaksa 22 78,6 6 21,4 28 100

(7)

Hubungan Ketakutan dengan Persepsi Risiko

Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap variabel kemudian dilakukan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara kedua variabel, dan didapat Pvalue nya 0.007 ini menunjukan bahwa variabel “ketakutan” memiliki hubungan yang bermakna dengan “risk perception

Tabel 5.12 Hubungan Ketakutan dengan Persepsi Risiko

Ketakutan Responden

Persepsi Risiko Total

Pvalue Kurang Baik Baik

N % N % N %

Takut 24 66,7 12 33,3 36 100

0.007 Tidak Takut 15 34,1 29 65,9 44 100

Jumlah 39 48.8 41 51.2 80 100

Hubungan Pengendalian Risiko dengan Persepsi Risiko

Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap variabel kemudian dilakukan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara kedua variabel, dan didapat Pvalue nya 0.001 ini menunjukan bahwa variabel “Pengendalian” memiliki hubungan yang bermakna dengan “risk perception

Tabel 5.13 Hubungan Pengendalian dengan Persepsi Risiko

Pengendalian Responden

Persepsi Risiko Total

Pvalue Kurang Baik Baik

N % N % N %

Baik 17 34 33 66 50 100

0.001

Kurang Baik 22 73,3 8 26,7 30 100

(8)

Hubungan Potensi Dampak dengan Persepsi Risiko

Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap variabel kemudian dilakukan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara kedua variabel, dan didapat Pvalue nya 0.003 ini menunjukan bahwa variabel “potensi dampak” memiliki hubungan yang bermakna dengan “risk perception

Tabel 5.14 Hubungan Dampak dengan Persepsi Risiko

Potensi Dampak Responden

Persepsi Risiko Total

Pvalue Kurang Baik Baik

N % N % N %

Besar 11 29,7 26 70,3 37 100

0.003

Kecil 28 65,1 15 34,9 43 100

Jumlah 39 4. 41 51.2 80 100

Hubungan Kondisi Lingkungan dengan Persepsi Risiko

Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap variabel kemudian dilakukan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara kedua variabel, dan didapat Pvalue nya 0.001 ini menunjukan bahwa variabel “kondisi lingkungan” memiliki hubungan yang bermakna dengan “risk perception

Tabel 5.15 Hubungan Kondisi Linkungan dengan Persepsi Risiko

Kondisi Linkungan Responden

Persepsi Risiko Total

Pvalue Kurang Baik Baik

N % N % N %

Baik 12 29,3 29 70,7 41 100

0.001

Kurang Baik 27 69,2 12 30,8 39 100

(9)

Pembahasan

Hubungan Antara Pengalaman dengan Risk Perception

Pengalaman adalah salah satu sumber pengetahuan dalam menghadapi suatu hal, pengalaman dapat diartikan membantu seseorang dalam mendapatkan pengetahuan dengan mengalami kejadian atau bahaya secara langsung dan dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu, menurut teori Geller (2000:73) komulatif persepsi lampau akan memberikan pengaruh akan persepsi baru, dalam artian akan ada proses evaluasi dari pengalaman dan memberikan suau pandangan yang baru, meski persepsi lama sulit untuk dihilangkan, Namun dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengalaman dengan persepsi risiko terhadap risiko bahaya listrik. Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi lama dimana keadaan yang sudah biasa menyebabkan warga cukup permisif dengan pengalaman yang ada. Faktor pengalaman ini tidak memberikan pengaruh kepada warga RW 07 yang sudah mengalami kebakaran besar tahun 2012 lalu karena adanya sikap kepasrahan yang berujung kepada faktor kesukarelaan masyarakat untuk tetap tinggal di tempat yang sekarang mereka tempati.

Hubungan Antara Pengetahuan dengan Risk Perception

Pengetahuan seperti yang telah disebutkan pada awal pembahasan adalah suatu bentuk akumulasi dari daya tangkap semua panca indra melalui proses membaca, melihat mendengar dan lainnya. Pengetahuan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam persepsi seseorang terhadap sesuatu.

Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji hubungan antara pengetahuan dengan persepsi risiko didapatkan bahwa pengetahuan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi risiko masyarakat terhadap risiko bahaya listrik seperti kebakaran. Hal ini memungkinkan dikarenakan persepsi lama yang ada, dan sifat yang

(10)

masih permisif dari masyarakat, umumnya masyarakat tahu bahaya listrik, namun masih belum adanya penyerapan yang cukup dari pengetahuan menuju suatu sikap yang bisa dipraktekkan dalam masyarakat itu sendiri.

Hubungan Antara Kesukarelaan dengan Risk Perception

Kesukarelaan dalam penelitian ini diartikan sebagai bentuk ketidakterpaksaan masyarakat dalam menerima bahaya yang berada di sekitar tempat tinggal mereka dalam hal ini adalah bahaya listrik seperti kebakaran, dengan asumsi seorang yang sukarela telah dapat memahami dan siap dalam menerima konsekuensi dari bahaya yang ada, hal ini dapat mendorong terbentuknya persepsi risiko yang baik. Dalam uji statistik yang telah dilakukan pada penelitian ini faktor kesukarelaan memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi risiko terhadap bahaya listrik, meskipun pada kenyataannya “kesukaleraan” masih ada yang berpendapat sebagai bentuk kepasrahan dalam menerima bahaya yang ada karena alasan bahwa tidak ada tempat lain untuk berpindah dari rumah yang telah ditempati. Pada penelitian lain mengenai persepsi risiko gempa juga menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kesukarelaan dengan persepsi gempa (Iffa, Afifah. 2011).

6.4. Hubungan Antara Ketakutan dengan Risk Perception

Ketakutan dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman untuk melakukan sesuatu, dan bahkan seseorang yang berada dalam bahaya apabila dipenuhi rasa ketakutan memungkinkan dirinya untuk tidak bisa menyelamatkan diri dengan baik karena tidak paham apa yang harus mereka lakukan dan mungkin mereka bersembunyi dan berdiam diri. Seseorang yang tidak takut biasanya telah memiliki ketenangan diri, dan kontrol yang baik terhadap hal yang dihadapinya. Dalam penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara fakor ketakutan dengan persepsi risiko.

(11)

Pada penelitian sejenis sebelumnya juga didapat bahwa adanya hubungan yang bermakna (Iffa Afifah, 2011) dimana semakin takut seseorang terhadap suatu bahaya maka persepsi risikonya akan semakin berkurang, dan sebaliknya. Dapat dipahami juga seseorang yang punya pengetahuan yang baik, dan pengalaman namun apabila memiliki ketakutan yang tinggi akan sulit dalam menghadapi suatu hal, dan ini mempengaruhi persepsi yang dipahami.

Hubungan Antara Pengendalian dengan Risk Perception

Pengendalian merupakan suatu bentuk sikap yang secara nyata dilakukan oleh seseorang dalam menghadapi suatu risiko dari bahaya. Seseorang yang sudah melakukan pengendalian dapat katakana bahwa ia telah paham akan bahaya yang akan dihadapi dan tidak meremehkan risiko yang ada. Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji statistik, di dapatkan bahwa faktor pengendalian memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi risiko terhadap bahaya listrik seperti kebakaran.

Dalam penelitian ini masyarakat mengatakan bahwa mereka telah melakukan tahap pengendalian akan bahaya listrik, hal ini dikarenakan pengalaman setahun yang lalu dimana kebakaran melanda permukiman dan menghanguskan hampir semua rumah warga, sehingga dengan pengalaman ini mereka mengatakan telah lebih berhati-hati dalam penggunaan listrik, seperti pemasangan instalasi listrik dengan baik dan benar, dan tidak menggunakan kabel listrik yang berkualitas buruk.

Penelitian persepsi risiko yang lain dikatakan bahwa orang memilih risiko terkendali yang menimbulkan risiko tinggi dibandingkan dengan risiko rentah tapi tidak terkendali (Klein&Kunda, 1994).

Dapat dikatakan bahwa dengan adanya pengendalian maka persepsi risiko dapat dikatakan baik, dan sebaliknya, tidak adanya pengendalian yang dilakukan seseorang dapat dikatakan bahwa persepsi risikonya kurang baik.

(12)

Hubungan Antara Potensi Dampak dengan Risk Perception Potensi dampak memiliki pengaruh yang besar terhadap persepsi seseorang terhadap suatu bahaya, dampak yang besar lebih ditakuti dan terjadi dalam satu waktu dibandingkan dampak yang kecil

Pada penelitian ini di dapatkan adanya hubungan yang bermakna antara pandangan terhadap potensi dampak dengan persepsi risiko terhadap responden. Hal ini sangat didukung oleh kejadian kebakaran yang pernah dialami oleh warga Lautse Dalam, dimana pada tahun 2012 terjadi kebakaran yang sangat besar di daerah ini, dimana lebih dari 100 rumah hangus terbakar, dan hampir seluruh warga yang menjadi responden terkena dampak langsung dari kebakaran. Dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap persepsi akan bahaya listrik.

Pada penelitian sejenis sebelumnya juga didapatkan hasil yang sama yaitu adanya hubungan yang bermakna antara potensi dampak dengan persepsi risiko masyarakat.

Hubungan Antara Kondisi Lingkungan dengan Risk Perception Pada penelitian ini didapatkan bahwa kondisi lingkungan memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi responden terhadap bahaya listrik. Keadaan lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk persepsi dari masyarakat. Dalam penelitian yang dilakukan pada warga RW07 Lautze Dalam berpendapat bahwa lingkungan yang mereka tempati bisa dikatakan cukup baik. Hal ini diperkuat dengan dasar kejadian kebakaran yang terjadi satu tahun kemaren yang menghanguskan ratusan rumah warga telah memberikan kesadaran untuk memperbaiki keadaan lingkungan. Warga yang masih bertahan untuk kembali membangun rumah di tempat yang telah terbakar berpendapat bahwa lingkungan yang sekarang lebih aman karena pencegahan awal yang telah mereka lakukan yaitu dengan memasang aliran listrik dengan benar, dan tidak

(13)

melakukan pencaplokan listrik atau memasang instalasi listrik sembarangan.

Lingkungan yang baik menandakan bahwa tingkat ketakutan masyarakat tidak terlalu tinggi dan pengendalian yang dilakukan sudah baik, sehingga mereka dapat merasa aman untuk tinggal disuatu tempat.

Analisis Hubungan antara Persepsi Risiko “Risk Perception” Terhadap Bahaya Listrik dengan Risiko Kejadian Kebakaran

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang bahwa sebagaian besar kejadian kebakaran di daerah Jakarta disebabkan oleh Listrik. Instalasi listrik yang tidak benar, perilaku pencaplokan sumber listrik, penggunaan alat elektronik yang tidak benar, dan kelalaian dari masyarakat sendiri.

Disebutkan bahwa Kebakaran oleh risiko bahaya Listrik disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperi hubungan singkat, arus berlebih, dan adanya kelalaian, atau ketidaktahuan seseorang dalam menggunakan listrik, kesalahan dalam penggunaan listrik menjadi salah satu penyebab yang tidak bisa dianggap sepele.

Dari penelitian ini di dapatkan bahwa persepsi risiko Warga RW07 Jl.Leutze dalam terhadap Risiko Bahaya listrik adalah 60% dari sampel dinyatakan mempunyai persepsi risiko yang baik, sedang 40% kurang baik.

Dari hasil kunjungan lapangan, wawancara awalan, dan melihat data yang di olah, penulis mencoba menganalisis hubungan antara persepsi risiko bahaya listrik dengan risiko kejadian kebakaran.

1.Persepsi yang diteliti adalah hasil dari pemikiran, pemahaman, evaluasi terhadap kejadian yang menimpa warga, kejadian kebakaran yang dialami warga akan menghasilkan persepsi baru

2.Dengan 60% sampel dikatakan memiliki persepsi risiko yang baik, peneliti masih belum sepenuhnya mengatakan bahwa warga bebas

(14)

dari risiko kebakaran oleh bahaya listrik, namun dengan hasil yang didapat dapat dilihat bahwa kemungkinan terjadinya kebakaran karena listrik oleh faktor kelalaian dlam penggunaan listrik dapat berkurang. Risiko Kebakaran oleh ketidaktahuan dan kelalaian penggunaan listrik akan tetap ada, jika warga masih belum memiliki persepsi yang baik 3.Warga yang diteliti telah memiliki kesadaran terhadap bahaya yang ada disekitar mereka, dan apa dampaknya. Warga menyadari listrik adalah bahaya yang akan mereka hadapi, setelah adanya kejadian kebakaran yang mereka hadapi, warga mulai paham akan tindakan preventif atau pencegahan yang mereka lakukan. Tindakan pencegahan awal berupa pemasangan instalasi listrik yang baik, dan menjaga agar sambungan kabel listrik dan pemakaian alat elektronik dengan baik mulai diperhatikan masyarakat. Tindakan pencegahan ini dapat dikatakan sebagai langkah awal dalam meminimalisir risiko kejadian kebakaran oleh bahaya listrik.

4. Warga pada umumnya mengetahui bahwa listrik berbahaya dan dapat mengakibatkan kebakaran, namun belum memunculkan sikap dan perilaku nyata dalam keseharian, dalam penelitian ini warga RW07 Leutze Dalam memiliki pengetahuan yang baik, namun dalam persepsi risiko faktor kesukarelaan lebih dominan dari pada pengetahuan dan pengalaman. Faktor kesukarelaan mendorong masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan listrik, persepsi mereka terhadap risiko bahaya listrikpun mulai berubah, faktor kesukarelaan sebagai pendorong munculnya persepsi risiko terhadap bahaya listrik ini akan membuat masyarakat berhati-hati dalam menggunakan listrik, dapat dikatakan kebakaran yang dikarenakan oleh human error dapat bisa berkurang.

5.Kemudian menurut peneliti warga di RW07 Jl. Lautze Dalam, memiliki trauma yang sama akan kejadian oleh bahaya listrik, hal ini

(15)

sedikit banyak telah membentuk pandangan secara komunal terhadap dampak dari bahaya yang berada disekitar mereka, hal ini dapat membantu terbentuknya pandangan warga terhadap bahaya yang mereka hadapi secara bersama.

6.Dampak dari suatu bahaya yang terjadi pada suatu kejadian juga memberikan pengaruh pada persepsi dan sikap warga, jika kita menghubungkan antara risiko bahaya listrik dan kejadian kebakaran, dampak dari kebakaran yang disebabkan oleh listrik dapat dijadikan sebagai satu alasan adanya hubungan antara kedua hal di atas. Kejadian yang dialami warga tahun 2012 lalu adalah kejadian kebakaran yang disebabkan oleh arus pendek listrik dengan dampak yang besar, dimana ratusan warga kehilangan tempat tinggal, hal ini memberikan efek tersendiri bagi warga terkait persepsi mereka terhadap risiko bahaya listrik yang ada. Dampak yang besar dari risiko listrik tentu tidak ingin mereka ulangi lagi, hal ini dapat meningkatkan persepsi risiko bahaya listrik ke arah yang lebih baik untuk pencegahan supaya kejadian serupa tidak terjadi.

Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis mengenai persepsi risiko warga terhadap bahaya listrik dan hubungannya dengan risiko kejadian kebakaran di RW 07 Jl. Leutze Dalam, Kartini Jakarta Pusat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1.Persepsi risiko warga terhadap bahaya listrik adalah 60% yang menunjukan bahwa sebagian besar persepsi risiko warga baik

2.Uji hubungan dari 7 variabel dengan persepsi risiko menunjukan bahwa, variabel pengalaman dan pengetahuan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi risiko dimana hasil Pvalue lebih besar dari 0.05 yaitu 0.982 untuk pengalaman, dan 0.106 untuk pengetahuan

(16)

3.Variabel Kesukarelaan menunjukan hubungan yang bermakna dengan persepsi risiko dengan Pvalue 0.00 lebih kecil dari 0.05

4.Variabel Ketakutan dengan Pvalue 0.007 < 0.05 memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi risiko terhadap bahaya listrik.

5.Variabel pengendalian memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi risiko terhadap bahaya listrik, dengan Pvalue 0.001 < 0.05. 6.Variabel potensi dampak menunjukan hubungan yang bermakna dengan persepsi risko bahaya kebakaran, dengan Pvalue 0.003 < 0.05.

7.Kondisi lingkungan dengan Pvalue 0.001 < 0.05 memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi risiko terhadap bahaya listrik.

8.Persepsi risiko terhadap bahaya listrik memiliki hubungan dengan risiko kejadian kebakaran

9.Dengan persepsi risiko yang baik terhadap bahaya listrik dapat menurunkan angka kejadian kebakaran yang disebabkan oleh bahaya listrik

Saran

Saran Untuk Warga

1. Melakukan pencerdasan dan pengingatan kepada anggota keluarga terkait bahaya listrik

2. Meningkatkan kesadaran terhadap risiko bahaya listrik yang berada di dalam rumah

3. Melakukan tahap pengendalian terhadap bahaya listrik dengan melakukan house keeping yang baik serta penempatan peralatan elektronik dengan benar

4. Melakukan pengingatan dan pencerdasan kepada keluarga terkait penggunaan peralatan elektronik yang baik dan benar

5. Mempelajari penggunaan alat pemadan api ringan (APAR) dan mempelajari tanggap darurat jika terjadi kebakaran, dan bahaya lainnya.

(17)

6. Memasang instalasi listrik yang baik dan benar, serta menggunakan kabel sambungan listrik yang bagus.

Saran Untuk Perangkat Desa (Instansi Terkait)

1. Melakukan pencerdasan kepada warga terhadap bahaya listrik dan kebakaran

2. Memberikan pengetahuan dan praktek mitigasi bencana bagi warga

3. Membuat tim tanggap bencana yang terintegrasi dan berbasis masyarakat, sehingga ketika terjadi suatu bencana kebakaran atau lainnya masyarakat siap menghadapinya

4. Mempertegas dan menjalankan peraturan terhadap warga dalam penginstalasian listrik, “ Pelarangan pemasangan instalasi listrik secara sembarangan”

Kepustakaan

Afifah, Iffa. 2011. Studi Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Gempa Bumi di RW 02 Kelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan Tahun 2011. Skripsi. FKM UI. Depok

Brewer, Noel., Weinstein, Neil D. 2004. Risk Perceptions and Their Relation to Risk Behavior.Rutgers University

Hapsari, Endah. Lagi-lagi, Kebakaran Melanda Kawasan Padat Penduduk Jakarta.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/08/29/m9hmf6-lagilagi-kebakaran-melanda-kawasan-padat-penduduk-jakarta [31 Januari 2013]

NFPA's Firefighter Fatalities in the United States 2011. Rita F. Fahy, Paul R. LeBlanc and Joseph L. Molis, June 2012

(18)

Sjöberg. Lennart., Moen, Bjørg-Elin., Rundmo, Torbjørn. 2004. Explaining risk perception. An evaluation of the psychometric paradigm in risk perception research. Rotunde

Slovic, Paul. 1987. Perception of Risk. Science, New Series, Vol. 236 280-285.

Gambar

Tabel 5.8 Persepsi Risiko Responden
Tabel 5.12 Hubungan Ketakutan dengan Persepsi Risiko
Tabel 5.14 Hubungan Dampak dengan Persepsi Risiko

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang Kejadian komplikasi Neuropati Perifer pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di Klinik Penyakit Dalam RSUD Cibabat kota Cimahi tahun 2018,

Penelitian Rochmawan (2004) tentang analisis indikator kinerja keuangan perbankan ASEAN (studi perbandingan Indone- sia, Malaysia, Thailand, dan Filipina

- kebanyakan orang-orang menggunakan huruf kapital di kata &#34;nama , tempat tanggal lahir , agama ,dst&#34; karena dialinea kalimat pembuka sebelumnya.. menggunakan tanda koma

Dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dan Sosial ekonomi dengan infeksi STH sedangkan pengetahuan ibu mempunyai pengaruh terhadap

Waktu penetapan, T s , adalah waktu yang diperlukan kurva tanggapan untuk menetap dalam daerah di sekitar nilai akhir yang ukurannya ditentukan dengan persentase

Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilakuan individu yang

1) Melakukan penimbangan bahan-bahan, seperti : semen, pasir, kerikil sesuai den~an kebutuhan reneana campuran adukan beton. 2) Memasukkan semen, pasir, kerikil, air