• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN CITRA TUBUH TERHADAP PERILAKU DIET PADA REMAJA PUTRI (Penelitian Di Desa Mlirip Dsn Latsari Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN CITRA TUBUH TERHADAP PERILAKU DIET PADA REMAJA PUTRI (Penelitian Di Desa Mlirip Dsn Latsari Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN CITRA TUBUH TERHADAP PERILAKU DIET PADA REMAJA PUTRI

(Studi Di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto)

PUPUT ARI AYU R 13.321.0106

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

ii

(Studi Di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto)

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

PUPUT ARI AYU R 13.321.0106

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)
(4)

iv

Judul : HUBUNGAN CITRA TUBUH TERHADAP PERILAKU DIET PADA REMAJA PUTRI (Studi Di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto)

Nama Mahasiswa : Puput Ari Ayu R

NIM : 13.321.0106

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING PADA TANGGAL: ...

H. Bambang Tutuko, SH, S.Kep.Ns.,MH Leo Yosdimyati, S.kep.Ns.,M.Kep

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Mengetahui,

Ketua Stikes Ketua Program Studi

(5)

v Skripsi ini telah diajukan oleh :

Nama Mahasiswa : Puput Ari Ayu R

NIM : 13.321.0106

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul : HUBUNGAN CITRA TUBUH TERHADAP PERILAKU

DIET PADA REMAJA PUTRI (Studi Di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto)

Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi S1 Ilmu Keperawatan.

Komisi Dewan Penguji,

Ketua Dewan Penguji : H. Imam Fatoni, S.KM.,MM. ( ) Penguji I : H. Bambang Tutuko, SH.S.Kep.Ns.,MH. ( ) Penguji II : Leo Yosdimyati, S.Kep.Ns.,M.Kep ( )

Ditetapkan di : JOMBANG

(6)

vi Kasdi dan Ibu Darwati.

Tahun 2007 penulis lulus dari SDN 1 Kramat Tumenggung, tahun 2010 penulis lulus dari SMP Tamansiswa Mojokerto, tahun 2013 penulis lulus dari SMK KESEHATAN BIM Mojokerto dan pada tahun 2013 penulis lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur tes PMDK. Penulis memilih Program Studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada di STIKes “ICME” Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, Mei 2017

(7)

vii

JIKA ITU HANYA DIPIKIRKAN.

(8)

viii

Yang utama dari segalanya, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayahNya,serta kemudahan sehinnga karya sederhana ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

1. Ibu dan ayah tercinta, yang selalu memberikan segala dukungan, cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga. Hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata persembahan semoga ini langkah awal untuk membuat ibu dan ayah bahagia.

2. Keluarga besarku yang selalu memberi dukungan, kasihsayang dan motivasi tiada henti untuk menyelesaikan perkuliahan ini hingga tuntas. 3. Orang tersayang kupersembahkan karya tulisan kecil yang berupa

lembaran kertas ini untukmu.

4. Bapak H. Bambang Tutuko, SH.S.Kep,.Ns.,MH Dan Bapak Leo Yosdimyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang tiada bosan dan lelah dalam membimbing dan mengarahkan serta memberi ilmu dan pengalaman yang luar biasa sehingga saya dapat menyelesaikan karya sederhana ini

(9)

ix

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Citra Tubuh Terhadap Perilaku Diet Pada Remaja Putri” ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skirpsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada H. Bambang Tutuko, SH.,S.Kep.Ns.,MH., selaku ketua STIKes ICMe Jombang yang memberikan izin untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir program studi S1 Keperawatan, Inayatur Rosyidah, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan, H. Bambang Tutuko, SH.,S.Kep.Ns.,MH. selaku pembimbing utama yang memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi, Leo Yosdimyati,S.kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing anggota yang memberikan bimbingan penulisan dan pengarahan kepada penulis, Kepala STIKES ICME Jombang beserta Bapak Ibu dosen dan teman-teman yang ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca bagi umumnya, Amin.

Jombang, Mei 2017

(10)

x

HUBUNGAN CITRA TUBUH TERHADAP PERILAKU DIET PADA REMAJA PUTRI

(Studi Di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto) Oleh :

Puput Ari Ayu R 13.321.0106

Perubahan fisik menjadi masalah bagi remaja putri karena harus menyesuaikan diri dengan fisiknya. Kepedulian terhadap berat badan dan bentuk tubuh ini mendorong remaja untuk melakukan perilaku diet. Tujuan penelitin ini adalah untuk menganalisi hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto.

Desain penelitian menggunakan Cross Sectional. Populasinya 40 remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto. Teknik sampling menggunakan non probability sampling yaitu Purposive Sampling dengan sampelnya 37 remaja putri. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner dengan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating dan uji statistik menggunakan Rank Spearman.

Hasil penelitian remaja putri yang memiliki citra tubuh yang kurang seluruhnya 37 (100%) responden, remaja putri yang melakukan perilaku diet yang tidak sehat hampir seluruhnya 30 (81,1%) responden, sedangkan sebagian kecil dari responden yang melakukan perilaku diet dengan diet ekstrim 7 (18,9%) responden. Uji Rank Spearman menunjukkan bahwa nilai signifikansi  = 0,012 <

(0,05), sehingga H0 diterima.

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto.

(11)

xi

IN TEENAGE GIRL

(Studied in the village of Mlirip, hamlet of Latsari Mojokerto regency)

By :

PUPUT ARI AYU R 13.321.0106

The physical changes become a problem for young women because they have to adjust the physical. Concern for weight and body shape the body, it encourages teens to do behavior diet. The purpose of this research was to analyze the relationship of body image to diet behavior in teenage girls in the village of Mlirip, hamlet of Latsari, Mojokerto regency.

Design of this research used Cross Sectional. The population 40 were all young women in the village of Mlirip, hamlet of Latsari Mojokerto regency. Sampling technique used non probability sampling that was Purposive Sampling with samples 37 female teenagers. The research instrument used questionnaires with data processing by editing, coding, scoring, tabulating and statistical test used Rank Spearman.

The results of research of young women who have a body image of less than 37 (100%) of respondents, young women who did unhealthy dietary behavior were almost all 30 (81.1%) of respondents, while a small percentage of respondents who did diet behavior with extreme diet were 7 (18.9%) respondents. The Spearman Rank test showed that the significance value of = 0.012<(0.05), so H0 was accepted.

This research could be concluded that there was relation of body image to diet behavior in adolescent girl in the village of Mlirip, hamlet of Latsari Mojokerto regency.

(12)

xii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual ... 34

(13)

xiii

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

4.3 Populasi, sampel dan sampling ... 36

4.4 Kerangka Kerja ... 39

4.5 Identifikasi Variabel ... 40

4.6 Definisi Operasional ... 41

4.7 Pengumpulan data dan instrumen ... 42

4.8 Pengolahan dan Analisa Data ... 44

4.9 Etika penelitian ... 48

BAB 5 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian ... 50

5.2 Pembahasan ... 54

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 63

6.2 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

1. Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh ... 19

2. Tabel 4.1 Definisi operasional ... 41

3. Tabel 4.2 Skala Citra Tubuh Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

4. Tabel 4.3 Skala Perilaku Diet Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

5. Distribusi karakteristik Umur remaja putri Di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto ……….. Distribusi karakteristik Pendidikan remaja putri Di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto ………... Distribusi karakteristik Berat badan (BB) remaja putri Di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto ……….. Distribusi karakteristik Tinggi badan (TB) remaja putri Di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto ………. Distribusi karakteristik IMT (Indeks Massa Tubuh) remaja putri Di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto ... 51 51 51 52 52 11. Tabel 5.6 Distribusi citra tubuh pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto ... 53

12. Tabel 5.7 Distribusi perilaku diet pada remaja putri Di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto ... 53

(15)

xv

(16)

xvi

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Jadwal Penelitian Lampiran 5 Tabulasi Data Umum Lampiran 6 Tabulasi Data khusus Lampiran 7 Tabulasi Validitas

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliability Lampiran 9 Hasil Uji Statistik Kuesioner

Lampiran 10 Lembar Pernyataan Dari Perpustakanan

Lampiran 11 Lembar Surat Pre Survey Data, Surat Studi Pendahuluan dan Izin Penelitian

Lampiran 12 Lembar Surat Telah Melakukan Penelitian Lampiran 13 Lembar Konsultasi

(17)

xvii 1. H1/Ha : Hipotesis alternatif

2. % : Prosentase

3.  : Alfa (tingkat signifikansi) 4. N : Jumlah populasi

5. n : Jumlah sampel 6. P : Nilai yang di dapat 7. > : Lebih besar

8. < : Lebih kecil

DAFTAR SINGKATAN

1. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 2. ICMe : Insan Cendekia Medika

3. Prodi : Progam studi 4. RI : Republik Indonesia 5. SD : Sekolah Dasar

6. SMP : Sekolah Menengah Pertama 7. SMA : Sekolah Menengah Atas 8. BB : Berat Badan

9. TB : Tinggi Badan

(18)
(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perubahan fisik dapat mengakibatkan gangguan, yaitu ketika remaja harus menyesuaikan diri dengan fisiknya (Khaerunnisa, 2007). Menurut Al-Mighwar (2006) mengatakan bahwa para remaja biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisiknya dan ingin mengubah penampilannya, sebagian besar remaja putri mendambakan bentuk tubuh yang ideal seperti tubuh langsing yang sering menjadi idaman bagi para remaja putri dan hal tersebut menjadi penyebab masalah utamanya. Menurut Neumark-Sztainer, et al (2008) mengatakan bahwa banyak remaja putri yang melakukan diet untuk mendapatkan bentuk tubuh yang langsing dengan melakukan diet secara tidak sehat, yaitu dengan tidak makan secara teratur, menggunakan obat-obatan penurunan berat badan yang dapat membahayakan kesehatannya.

(20)

5-12 tahun masih tinggi yakni 18,8% (gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas ) 8,8%), remaja usia 13-15 tahun sebesar 10,8% (8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk (obesitas)) dan pada remaja umur 16-18 tahun sebanyak 7,3% (5,7% gemuk dan 1,6% obesitas).

Berdasarkan studi awal penelitian di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto pada tanggal 24 Februari 2017 didapatkan bahwa 9 remaja putri dari 6 remaja putri memiliki perilaku mengontrol berat badan yang tidak sehat atau dengan sengaja tidak makan dengan (sarapan, makan siang dan makan malam), 3 remaja putri berpuasa untuk mengurangi berat badan, 3 remaja putri membatasi atau menolak satu jenis makanan atau lebih untuk diet ketat, 3 remaja putri menggunakan pil-pil diet atau pil-pil pengurus badan, dan 2 remaja putri memuntahkan makanan dengan paksa.

(21)

menganggap tubuhnya tidak menarik, malu, dan tidak percaya diri terhadap bentuk tubuhnya sendiri (Prihaningtyas, 2013).

Menurut French, Perry, Leon & Fulkerson (2012) menyatakan bahwa usaha diet yang sehat bisa dilakukan dengan : mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, rutin berolahraga, cukup tidur, mengurangi makanan yang berlemak seperti gorengan, menghindari makanan cepat saji (fast food), juga mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi (Elga, 2007). Menurut Nyaronga & Wickrama, et al (2009) mengatakan bahwa tidak hanya melakukan berolahraga saja, para remaja putri bisa mengonsumsi makanan dengan kandungan lemak dan kolesterolnya yang rendah, karena tidak hanya berdampak langsung terhadap kesehatan. Perilaku sehat semacam ini juga dapat mencegah atau mengurangi resiko yang dapat membahayakan kesehatan diri sendiri. Maka para remaja putri tidak perlu melakukan diet ketat atau diet yang tidak sehat.

1.2Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

(22)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis citra tubuh pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto.

2. Menganalisis perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto.

3. Menganalisis hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi perkembangan yaitu membuka wawasan mengenai hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri.

1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi remaja putri

Diharapkan agar tetap melakukan perilaku diet yang baik dan menghargai tubuh yang dimilikinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

2. Bagi orang tua

(23)

3. Bagi perawat

Diharapkan agar dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan dalam mendidik, memberi dukungan, dan konseling kepada para remaja terkait dengan perkembangan remaja.

4. Peneliti

(24)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Remaja

2.1.1 Definisi remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “ tumbuh untuk mencapai

kematangan”. Menurut Mappiare (Mubin & Cahyadi, 2006) mengatakan

bahwa masa remaja berlangsung antara usia 12 tahun dengan mencapai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.

Menurut Jersild mengatakan bahwa masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa (Mubin & Cahyadi, 2006). Piaget (Hurlock, 1980) mengemukakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dalam masyarakat dewasa. Hall (Dacey & Kenny, 2004) menyatakan bahwa masa remaja merupakan suatu tahap perkembangan yang dikarekteristikkan sebagai

“strom and stress”, tahap dimana remaja sangat dipengaruhi oleh mood dan remaja tidak dapat dipercaya. Remaja berada diantara masa kanak-kanak dan orang dewasa dengan kondisi yang masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi dan psikisnya secara maksimal sehingga mereka masih terus berusaha menemukan posisi yang tepat di masyarakat.

(25)

1. Fase remaja awal : usia 13 tahun sampai 15 tahun 2. Fase remaja pertengahan : usia 16 tahun sampai 18 tahun 3. Fase remaja akhir : usia 19 tahun sampai 21 tahun

Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dimulai dari usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan usai 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria yang dibagi ke dalam 3 fase, yaitu remaja awal, remaja pertengahan, dan remaja akhir dimana individu mengalami masa strom and stress serta belum mampu menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya secara maksimal.

2.1.2 Perkembangan fisik remaja

Perkembangan fisik remaja ditandai dengan adanya suatu periode disebut pubertas. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi 2 jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu :

1. Follicle-Stimulating Hormon (FSH)

(26)

hipofisis pada lobus anterior, distimulasi oleh hormon aktivin dan di hambat oleh hormon inhibin. Sel target dari FSH ialah : testis (Tubulus Semineferus) pada laki-laki dan ovarium pada wanita(Dacey & Travers, 2004).

2. Luteinizing Hormone (LH)

Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang perkembangan dua jenis hormon kewanitaan, yaitu estrogen dan progesterone. Pada anak laki-laki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang perkembangan testosterone.

Perkembangan secara cepat dari hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sistem biologis seorang anak. Pada anak perempuan, peristiwa pertama yang terjadi adalah telarke, yaitu terbentuknya payudara, diikuti oleh puberke, yaitu tumbuhnya rambut pubis dan ketiak, lalu menarke, yaitu periode haid pertama (Ganong, 1997). Sedangkan pada anak laki-laki juga mengalami perubahan fisik, seperti suara yang semakin berat, pertumbuhan otot, dan pertumbuhan rambut tubuh. Perkembangan fisik remaja akan berlangsung sangat cepat sejak awal terjadinya pubertas (Dacey & Travers, 2004).

2.1.3 Citra tubuh pada remaja

(27)

tubuh cenderung terbentuk jika tidak memiliki bentuk tubuh ideal yang diharapkan. Sedangkan pada anak perempuan, sejak masa kanak-kanak, pola pikir individu sangat dipengaruhi oleh media. Hal ini terus terjadi hingga remaja sehingga individu melakukan identifikasi terhadap figure tubuh ideal yang selalu di tampilkan oleh media (Ferron, 1997).

Pubertas, jenis kelamin dan usia mempengaruhi citra tubuh. Pada kenyataannya, remaja putra cenderung merasa lebih puas dengan perubahan tubuhnya dibandingkan dengan remaja putri. Berbeda dengan remaja putra, remaja putri mengasosiasikan perubahan tubuhnya dengan apakah terlihat lebih menarik atau tidak (Ferron, 1997). Remaja putri yang telah mengalami pubertas cenderung merasa tidak puas dengan ukuran dan bentuk tubuh. Ketidakpuasaan ini bisa menyebabkan munculnya perasaan tidak adekuat, kehilangan kendali diri, dan rendahnya self-esteem (O’Dea & Abraham, 2000).

2.1.4 Dinamika Penyesuaian Diri Remaja

Penyesuaian diri bukan merupakan sesuatu yang bersifat absolute atau mutlak. Tidak ada individu yang dapat melakukan penyesuaian dengan sempurna. Penyesuaian diri bersifat relatif artinya harus dinilai dan dievaluasi sesuai dengan kapasitas individu untuk memenuhi tuntutan terhadap dirinya (Agustiani, 2006).

(28)

psikologis dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika penyesuaian diri remaja yaitu :

1. Kebutuhan (Need)

Yang dimaksud ialah kebutuhan yang bersifat internal. Dari faktor ini, penyesuaian diri ditafsirkan sebagai suatu jenis respon yang diarahkan untuk tuntutan yang harus diatasi oleh individu. Tuntutan-tuntutan untuk mengatasinya dalam sebuah prosesnya didorong secara dinamis oleh kebutuhan-kebutuhan internal yang disebut dengan need. 2. Motivasi (motivation)

Penafsiran terhadap karakteristik dan tujuan respon individu dan hubungannya dengan penyesuaian tergantung konsep-konsep yang menerangkan hakekat motivasi, seperti melalui teori stimulasi-respon, teori fisiologis, teori intrinsik, teori motivasi tidak sadar dan teori hedonistik.

3. Persepsi (perception)

Setiap individu dalam menjalani hidupnya selalu mengalami apa yang tersebut persepsi sebagai hasil penghayatannya terhadap berbagai jenis perangsang (stimulus) yang berasal dari lingkungan. Atkinson dan Hilgard (1983) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses menginterprestasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang berasal dari lingkungan.

(29)

1) Sebagai bagian pembentukkan pengembangan sikap terhadap suatu objek atau peristiwa yang berarti akan berpengaruh terhadap perilaku penyesuaian diri yang lebih terarah.

2) Sebagai pengembangan fungsi kognitif, afektif, dan konatif sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian yang lebih utuh dan proporsional sesuai dengan pertimbangan dan pengalaman-pengalaman yang relevan.

3) Meningkatkan keaktifan, kedinamisan, dan kesadaran terhadap lingkungan sehingga dapat menggerakkan motivasi untuk penyesuaian dari secara lebih sadar.

4) Meningkatkan pengamatan dan penilaian secara objektif terhadap lingkungan sehingga perilaku penyesuaian diri lebih rasional dan realistis.

5) Mengembangakan kemampuan pengelolaan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari secara berkelanjutan sehingga dapat mendorong ke arah proses sosialisasi yang semakin mantap. 4. Kemampuan (capacity)

(30)

5. Kepribadian (personality)

Remaja yang sedang berkembang yang pesat dari segala aspeknya kepribadiannya pun menjadi sangat dinamis. Kedinamisan kepribadian remaja itu akan sangat mewarnai dinamika penyesuaian dirinya.

2.2 Konsep Dasar Perilaku Makan Pada Remaja Putri 2.2.1 Definisi perilaku makan

Menurut Le (2013) Definisi perilaku makan adalah tanggapan atau reaksi individu yang terbukti digerakkan atau di aktivitaskan dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukkan individu untuk bertahan hidup dimana aktivitas tersebut untuk menyediakan kebutuhan nutrisi terutama untuk energi dan pertumbuhan yang dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Penelitian Tan (dalam Fradjia, 2008) mengatakan bahwa perilaku makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan perilaku yang berhubungan dengan tata karma makan, frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan, dan pemeliharaan makanan.

Perilaku makan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Faktor biologis

(31)

diduga sebagai suatu cara untuk mengkompensasi penurunan aktivasi area penghargaan yang dirangsang oleh dopamine Wang, et al (2001) dalam Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa leptin adalah sebuah protein yang meningkatkan asupan makanan, dan gliserin, juga mempengaruhi perilaku makan seseorang (Jimerson, D, (2002); Tanaka et al, 2002 (dalam Stuart & Laraia 2005)).

2. Faktor psikologis

Perpisahan dini, konflik individu, perasaan ketidakbergunaan, ketidakberdayaan, kesulitan menginterpretasikan perasaan dan bertoleransi terhadap fase emosional dan ketakutan terhadap kedewasaan dapat mempengaruhi perilaku makan pada remaja Greeno, Wing dan Shiffman, 2000; Stien dan Core 2003 (dalam Stuart & Laraia, 2005). 3. Faktor lingkungan

(32)

keperawatan yang dapat dilakukan termasuk mengedukasi orang tua dan anak-anak tentang perilaku makan yang sehat White, 2000 (dalam Stuart & Laraia, 2005).

4. Faktor sosiokultural

Pengaruh teman sebaya cukup besar di kalangan remaja. Menurut Newman dan Shichor (dalam Hurlock, 1994), remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebayanya sebagai kelompok sehingga berpengaruh besar pada sikap, minat penampilan dan perilakunya, termasuk perilaku makan remaja.

2.2.2 Gangguan perilaku makan

(33)

2.2.3 Klasifikasi Gangguan Perilaku Makan

Klasifikasi dari gangguan perilaku makan sebagai suatu gangguan mental dimulai dengan anorexia nervosa pada sekitar tahun 1970, diikuti dengan bulimia nervosa pada sekitar tahun 1980, dan klasifikasi untuk gangguan perilaku makan yang berbeda dari 2 klasifikasi tersebut (Levin & Becker, 2010). Berdasarkan panduan diagnostik dan statistik untuk gangguan mental edisi ke 4 (DSM-IV), gangguan perilaku makan dibagi menjadi 3 yaitu : AN, BN (Lemberg, 1991).

1. Anorexia Nervosa (AN)

Anorexia Nervosa adalah gangguan makan disertai dengan keinginan untuk kurus yang dilakukan dengan cara menahan lapar. Anorexia Nervosa merupakan sebuah gangguan serius yang dapat menyebabkan kematian. Anorexia Nervosa mengandung tiga ciri utama, yaitu :

1) Memiliki berat badan kurang dari 85% orang yang disebut normal, dilihat dari usia dan tinggi tubuh.

2) Memiliki ketakutan yang intens terhadap penambahan berat badan. Ketakutan ini tidak hilang meskipun berat badan tubuh sudah berkurang.

(34)

badan, sering kali menggunakan alat ukur tubuh, dan sering bercermin memandang tubuhnya sendiri dengan kritis (Seindenfeld, Sosin & Rickert, 2004).

Anorexia nervosa biasanya dimulai diawal hingga pertengahan belasan tahun, sering kali diikuti dengan diet dan beberapa jenis stress (Lee et al, 2005). Anorexia nervosa 10 kali lebih banyak dialami oleh remaja putri dibandingkan remaja putra. Jika anorexia nervosa terjadi pada remaja laki-laki, maka biasanya gejala dan karakteristik lain (seperti distorsi gambaran tubuh dan konflik keluarga) yang biasanya dilaporkan, menyerupai dengan yang dilaporkan oleh perempuan yang mengalami gangguan ini (Araceli et al, 2005).

2. Bulimia Nervosa (BN)

Bulimia nervosa adalah gangguan makan dimana individu secara konsisten mengikuti pola makan berlebihan dan membersihkannya (binge and purge). Para penderita bulimia ini makan terus-menerus,

kemudian mengosongkan perut dengan cara membuat dirinya muntah-muntah atau menggunakan obat pencuci perut. Meskipun terdapat banyak orang yang melakukan hal ini dan kadangkala bereksperimen dengan hal tersebut, seseorang dianggap menderita kelainan bulimia hanya jika kejadian tersebut berlangsung minimal 2 kali seminggu selama 3 bulan (Napierski-Prancl, 2009).

(35)

bahwa penderita bulimia berlebihan menilai berat dan bentuk tubuh dan penilaian yang berlebihan ini terkait dengan depresi yang lebih tinggi dan percaya diri yang rendah (Hrabosky et al, 2007). Tidak seperti penderita anorexia, orang yang makan terus-menerus biasanya memiliki rentang berat tubuh normal, yang membuat penderita bulimia sulit dideteksi.

Bulimia nervosa biasanya dimulai di akhir masa remaja atau awal dewasa. Banyak wanita yang menderita bulimia nervosa pernah mengalami kelebihan berat tubuh sebelum gangguan ini muncul ; sering kali makan terus-menerus ini sering kali dimulai selama masa diet. Seperti anorexia nervosa, sekitar 70% individu yang menderita bulimia nervosa setelah beberapa waktu pulih dari gangguan (Agras et al, 2004).

DSM-IV membagi BN kepada 2 bentuk yaitu purging dan nonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali

makanan secara sengaja atau menyalahgunaan obat pencahar, diuretic atau enema. Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara lain selain cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa secara berlebihan.

(36)

Mirip dengan AN, orang yang menderita BN juga mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas, maupun permasalahan penyalahgunaan zat, akibat fisik dari BN antara lain, ketidakseimbangan elektrolit, masalah gastrointestinal, dan masalah yang berkaitan dengan rongga mulut dan gigi (APA, 2005).

2.2.4 Pengukuran perilaku makan

Identifikasi kecenderungan terjadinya gangguan perilaku makan pada umumnya menggunakan intrumen Eating Attitudes Test (26), EAT-26 tidak digunakan untuk mendiagnosis gangguan makan, namun untuk mengidentifikasi individu-individu yang memiliki kecenderungan gangguan dalam perilaku makan dan membutuhkan penanganan lebih lanjut (Anderson, 2004). EAT-26 telah digunakan sebagai alat skrining untuk menilai risiko gangguan perilaku makan di sekolah, kampus, hingga sampel berisiko seperti atlet dan sebagainya yang mencakup tiga aspek yaitu :

1. Dieting (perilaku diet)

Komponen ini terdiri dari aspek menghindari makanan berlemak dan keinginan kuat untuk memiliki tubuh kurus.

2. Bulimia and food preoccupation (bulimia dan makna makanan)

(37)

3. Oral control (kontrol oral)

Komponen ini terdiri dari aspek control diri dalam perilaku makan serta aspek tekanan yang diterima oleh orang lain atas kelebihan berat badan.

2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)

2.3.1 Pengertian indeks massa tubuh (IMT)

Penilaian kategori berat badan seseorang apakah sudah ideal apa belum dengan cara yang dapat dilakukan secara antropometri. indeks massa tubuh (IMT) yang diperoleh dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (𝑚)2. Penilaian IMT menggunakan 2 parameter yaitu, berat badan yang merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral dan tinggi badan yang menjadi ukuran panjang dan dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal (DepKes, 2003).

IMT = Berat badan (kg) Tinggi Badan (𝑐𝑚)2

Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh

Berat IMT 𝐤𝐠/(𝐜𝐦/𝟏𝟎𝟎)𝟐 Underweight/kurus <18,5

(38)

2.4Perilaku Diet

2.4.1 Pengertian perilaku diet

Diet berasal dari bahasa yunani yang artinya cara hidup. Menurut Arthur (2010) mengatakan bahwa diet adalah program penghilang asupan makanan apapun dengan tujuan mengurangi berat badan.

Menurut Hartanto (2006) mengatakan bahwa adalah kebiasaan yang diperbolehkan dalam hal makanan dan minuman yang dimakan oleh seseorang dari hari ke hari, terutama yang khusus dirancang untuk mencapai tujuan dengan memasukkan atau mengeluarkan bahan makanan. Menurut medis mengatakan bahwa perilaku diet merupakan perilaku pengaturan asupan (intake) makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan tujuan yang beraneka macam, salah satunya untuk menurunkan berat badan (Sutrianadewi, 2003).

Diet merupakan suatu perencanaan atau pengaturan pola makan dan minum yang bertujuan untuk menurunkan berat badan atau menjaga kesehatan (Dariyo, 2004). Pendapat Dariyo sejalan dengan pendapat dari Papalia (dalam Dariyo, 2004) yang mengatakan diet adalah cara membentuk atau mencapai proporsi berat badan dan taraf kesehatan yang seimbang melalui pengaturan pola makan, minum dan aktifitas fisik.

(39)

akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi atau mempertahankan berat badan.

2.4.2 Jenis-jenis diet

Heinberg (2002) menyebutkan bahwa terdapat 2 jenis perilaku diet yang sering terjadi, yaitu :

1. Diet Sehat

Diet sehat adalah penurunan berat badan yang dilakukan dengan jalan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah lemak, menambah aktifitas fisik secara wajar.

Diet sehat dapat dilakukan dengan cara mengurangi masukan kalori ke dalam tubuh namun tetap menjaga pola makan yang dianjurkan oleh pedoman gizi seimbang Anwar (dalam Elga, 2007).

Adapun pola makan sehat yang dianjurkan agar seseorang senatiasa mendapatkan nutrisi yang seimbang bagi tubuh mereka adalah:

1) Berbagai macam variasi dari buah-buahan dan sayur-sayuran sebaiknya dikonsumsi paling sedikit 5 porsi sehari.

(40)

3) Daging, ikan, dan sejenisnya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan lebih dianjurkan untuk memilih yang rendah lemak.

4) Susu dan produk-produk olahan dari susu sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan mengandung kadar lemak yang rendah.

5) Cemilan dan makanan yang mengandung gula seperti keripik kentang, permen, dan minuman yang mengandung gula sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah kecil dan jarang.

2. Diet tidak sehat

Diet tidak sehat adalah penurunan berat badan yang dilakukan dengan melakukan perilaku-perilaku yang membahayakan kesehatan, seperti berpuasa atau melewatkan waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat-obat penurunan berat badan, menahan nafsu makan atau laxative serta muntah dengan sengaja.

Menurut Neumark-Stainzher (2002) dan Krowchuk et al (1998) menyebutkan bahwa macam-macam praktek diet terbagi menjadi 3 kategori :

1) Diet sehat

(41)

2) Diet tidak sehat

Praktik diet tidak sehat misalnya melewatkan waktu makan (waktu sarapan, makan siang atau makan malam) dan berpuasa.

3) Diet ekstrim

Diet ekstrim sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh karena pada umumnya menggunakan produk untuk mempercepat penurunan berat badan, seperti penggunaan pil pelangsing, pil diet, pil nafsu makan dengan perilaku kesehatan buruk misalnya dengan memuntahkan dengan sengaja, oalahraga yang berlebihan.

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet

Menurut Denny Santoso (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet :

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi kebutuhan gizi pada laki-laki biasanya memerlukan kalori lebih banyak karena mempunyai otot yang lebih besar daripada perempuan.

2. Usia

(42)

3. Aktifitas

Semakin banyak aktifitas yang dilakukan maka angka gizi yang diperlukan semakin banyak. Tentu saja angka kebutuhan gizi para remaja berbeda dengan angka kebutuhan gizi tukang bangunan.

2.4.4 Dampak perilaku diet

Menurut Hawks (2008) mengatakan bahwa perilaku diet dapat menimbulkan dampak bagi seseorang, yaitu :

1. Dampak biologis

Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level systemic cortisol. Cortosol merupakan pertanda dari timbulnya stress, yang merupakan prediktor terhadap level rasa lapar dan hal ini merupakan faktor yang berisiko terhadap timbulnya tulang rapuh.

2. Dampak psikologis

Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan emosional daripada individu yang tidak diet, dan akan mengalami kecemasan, serta kurangnya penyesuaian diri yang baik pada area sosialisasi, kematangan, tanggung jawab, dan struktur nilai intrapersonal. 3. Dampak kognitif

(43)

2.4.5 Pengukuran perilaku diet

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai perilaku diet pada umumnya mengacu pada alat ukur yang disusun oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (dalam Elga, 2007). Alat ukur ini terdiri dari dua metode penurunan berat badan, antara lain :

1. Metode penurunan berat badan yang sehat

Yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga. Metode ini terdiri dari : pengurangan kalori, memperbanyak olahraga, memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi cemilan, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen atau makanan manis, mengurangi porsi makan yang dikonsumsi, mengubah tipe makanan, mengurangi konsumsi daging, mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi dan mengkonsumsi makanan-makanan rendah kalori.

2. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat

(44)

2.4.6 Aspek perilaku diet

Perilaku diet merupakan bagian dari pola makan. Aspek teoritis perilaku makan pertama kali dikemukakan oleh Schachter dan Radin dalam teori internal-eksternal obesitas.

Aspek diet menurut Ruderman (1998) terdiri dari : 1. Aspek ekstrenal

Aspek eksternal mencakup situasi yang berkaitan dengan cara makan dan faktor makanan itu sendiri, baik dari segi rasa, bau, dan penampilan makanan. Bagi yang melakukan diet aspek eksternal ini akan lebih bernilai apabila makanan yang tersedia adalah makanan yang lezat ( Wood et al, dalam Hartantri, 1998).

2. Aspek emosional

(45)

tinggi. Kondisi ini bisa menjadi kebiasaan makan yang salah karena dapat menaikkan berat badan.

3. Aspek restrain

Istilah restrain menurut kamus kedokteran berarti pengekangan atau pembatasan (Ramali dan Pomentjak, 2000). Aspek restrain ini kemudian dikembangkan oleh Herman dan Polivy (dalam Hartantri, 1998) yang mengemukakan bahwa pola makan individu dipengaruhi oleh keseimbangan antara faktor-faktor fisiologis yaitu desakan terhadap keinginan pada makanan dan usaha secara kognitif untuk melawan keinginan tersebut.

2.5 Citra Tubuh

2.5.1 Definisi citra tubuh

Menurut Honigman dan Castle (2007) mengatakan bahwa citra tubuh adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan orang lain terhadap dirinya. Menurut Cash & Deagle dalam Jones (2002) mendefinisikan citra tubuh sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk dan penampilan umum.

(46)

dirinya, namun juga mengenai bagaimana perasaan mereka terhadap persepsi (Kim & Lennon, 2007).

Menurut Davidson & McCabe (2005) mengatakan bahwa citra tubuh didefinisikan sebagai persepsi dan sikap seseorang terhadap tubuhnya sendiri. Hal yang serupa dikemukakan oleh Schilder yang mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran tentang tubuh individu yang terbentuk dalam pikirannya, atau gambaran tubuh individu menurut dirinya sendiri (Frith & Glesson, 2006).

2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh

Menurut Close dan Giles (2008) mengatakan citra tubuh pada remaja mulai terbentuk seiring dengan pertumbuhan fisik dan kematangan mentalnya. Cara pandang remaja terhadap tubuhnya sendiri dipengaruhi antara lain pertumbuhan fisiknya yang masih tengah berubah dan berkembang, tayangan dan tampilan media massa yang menampilkan bentuk tubuh model yang ideal, juga kecenderungan untuk membandingkan bentuk tubuhnya dengan bentuk tubuh orang lain seusianya.

Dalam perkembangannya, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh, antara lain :

1. Jenis kelamin

(47)

lebih kurang puas dengan tubuhnya dan memiliki citra tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas.

Sebuah penelitian Cash & Purinsky (2002) menjelaskan bahwa sekitar 40%-70% gadis remaja tidak puas dengan dua atau lebih aspek dari tubuh mereka. Ketidakpuasan biasanya berfokus pada jaringan adipose substansial dalam tubuh bagian tengah atau bawah, seperti pinggul, perut, dan paha. Diberbagai Negara maju, antara 50% sampai 80% gadis remaja ingin menjadi langsing dan melakukan diet bervariasi dari 20% sampai 60%.

2. Usia

(48)

3. Media massa

Menurut Tiggeman (Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media massa yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figure wanita dan laki-laki yang dapat mempengaruhi citra tubuh seseorang. Media massa menjadi pengaruh kuat dalam budaya sosial. Para remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dan kebanyakan orang dewasa membaca surat kabar harian majalah.

Menurut Longe (2008) mengatakan bahwa citra tubuh dapat dipengaruhi oleh pengaruh luar, seperti media televisi, internet dan majalah sering menggambarkan orang lebih dekat dengan tipe tubuh yang ideal umum diterima daripada citra tubuh rata-rata untuk menjual produk mereka.

4. Keluarga

Menurut teori pembelajaran sosial, orang tua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi citra tubuh anak-anaknya melalui umpan balik, dan instruksi (Cash & Pruzinsky, 2002).

5. Hubungan interpersonal

(49)

umpan balik terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya (Cash & Pruzinsky, 2002).

2.5.3 Kriteria citra tubuh

Menurut Nada (dalam Veronica, 2010) mengemukakan bahwa terdapat dua kriteria citra tubuh, yaitu :

1. Citra tubuh positif

1) Persepsi bentuk tubuh yang benar dan individu melihat berbagai bagian tubuh sebagaimana yang sebenarnya.

2) Individu menghargai bentuk tubuh alaminya dan memahami bahwa penampilan fisik pada setiap individu mempunyai nilai karakter. 3) Individu bangga dan menerima kondisi bentuk tubuhnya, serta

merasa nyaman dan yakin dalam tubuhnya. 2. Citra tubuh negatif

1) Sebuah persepsi yang menyimpang dari bentuk tubuh, merasa terdapat bagian-bagian tubuh yang tidak sebenarnya.

2) Individu yakin bahwa hanya orang lain yang menarik dan bahwa ukuran atau bentuk tubuh adalah tanda kegagalan pribadi.

3) Individu merasa malu, sadar diri dan cemas tentang tubuhnya. 4) Individu tidak nyaman dan canggung dalam tubuhnya.

2.5.4 Pengukuran citra tubuh

(50)

kondisi tubuh sebenarnya melalui pengukuran status gizi orang tersebut. Subjek yang diteliti diukur antropometri tubuhnya dengan pengukuran antropometri sehingga dapat dinilai status gizinya kemudian subjek diminta menyebutkan persepsinya sendiri tentang ukuran tubuhnya (kurus, normal, gemuk atau obesitas), kemudian dari kedua hal tersebut dapat dibandingkan antara persepsi dengan status gizi mereka. Hasil pengukuran dari citra tubuh dibedakan menjadi 2 yaitu tidak mengalami gangguan citra tubuh pada komponen persepsi atau disebut distorsi citra tubuh. Distorsi citra tubuh dibedakan menjadi 2 :

1. Overestimate, yaitu subjek mempersepsikan ukuran tubuhn mereka lebih besar dibandingkan ukuran sebenarnya.

2. Underestimate, yaitu subjek mempersepsikan ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan ukuran sebenarnya (Kemala, 2000).

(51)

2.5.5 Dimensi citra tubuh

Menurut Cash (2002) mengemukakan bahwa ada 5 dimensi dalam pengukuran citra tubuh, yaitu :

1. Appearance evaluation (evaluasi penampilan)

Evaluasi penampilan yaitu mengukur penampilan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan atau belum memuaskan.

2. Appearance orientation (orientasi penampilan)

Orientasi penampilan yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan diri.

3. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh)

Kepuasan terhadap bagian tubuh yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, wajah, tubuh bagian atas (dada, bahu dan lengan), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian bawah (pinggul, paha, pantat dan kaki), serta bagian tubuh secara keseluruhan.

4. Overweight Preoccupation (kecemasan menjadi gemuk)

Kecemasan menjadi gemuk yaitu mengukur kewaspadaan individu terhadap berat badan, kecenderungan untuk melakukan diet dan membatasi pola makan.

5. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)

(52)

34 3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Variabel yang diteliti. : Variabel yang tidak di teliti. : Garis hubungan

(53)

Didalam kerangka konseptual penelitian hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto yang didalamnya menjelaskan tentang perilaku diet pada remaja putri. beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuh yaitu : usia, jenis kelamin, media massa, keluarga, hubungan interpersonal. Dimana komponen diatas dapat berhubungan dengan perilaku diet yang tidak akan diteliti oleh peneliti. Selain itu terdapat beberapa dimensi citra tubuh yaitu : Apprearance evaluation (evaluasi penampilan), Apprearance orientation (orientasi penampilan), Body Area Satisfaction

(kepuasan terhadap bagian tubuh), Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk) dan Selt-classified Weight (pengkategorian ukuran tubuh). Dimana komponen tersebut juga dapat berhubungan dengan perilaku diet dengan melakukan cara sesuai, tidak sesuai yang dimana akan diteliti oleh peneliti.

3.2 Hipotesis

H1 : Ada hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto.

(54)

36 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran atau penelitian dalam waktu satu waktu (Notoadmodjo, 2010).

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas (citra tubuh)

dan variabel terikat (perilaku diet) yang termasuk akibat diobservasi sekaligus pada waktu yang bersamaan (Notoadmodjo, 2010).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian

Dilaksanakan mulai Februari – Juni 2017 4.2.2 Tempat penelitian

Dilaksanakan di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto.

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling 4.3.1 Populasi

(55)

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2003). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian remaja putri yang berada di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto dengan jumlah 37 remaja putri.

4.3.3 Besar sampel

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan penentuan rumus : n = N

d = tingkat signifikasi (p) (Nursamalam, 2003).

Penelitian dalam menentukan sampel juga menggunakan kriteria inklusi dan kritesia ekslusi sampel, yaitu :

1. Kriteria inklusi

(56)

Maka kriteria inklusinya : 1) Umur 16-18 tahun 2) Berat badan 3) Tinggi badan 4) Kooperatif 2. Kriteria ekslusi

Karakteristik menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria ekslusi.

Maka kriteria ekslusinya :

1) Tidak memiliki penyakit kronis 4.3.4 Teknik Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non probability sampling. Teknik sampling dilakukan dengan cara Purposive

(57)

4.4 Kerangka Kerja

Gambar 4.1 : Kerangka kerja hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto.

Populasi

Semua remaja putri yang berada di Dsn Latsari Desa Mlirip Kabupaten Mojokerto dengan jumlah 40 remaja putri

Sampel

Sebagian remaja putri yang berada di Dsn Latsari Desa Mlirip Kabupaten Mojokerto dengan jumlah 37 remaja putri

Desain Penelitian Cross Sectional

Sampling Purposive Sampling

Pengumpulan Data Kuesioner

Pengolahan Data

Editing, Koding, Skoring, dan Tabulating

(58)

4.5Identifikasi Variabel

4.5.1 Variabel independent (bebas)

Variabel bebas adalah variable yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen (Hidayat, 2010). Variabel independent pada penelitian ini adalah citra tubuh.

4.5.2 Variabel Dependent (terikat)

(59)

4.6Definisi operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto. Variabel Definisi

Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor

(60)

4.7Pengumpulan Data dan Instrumen penelitian 4.7.1 Pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Mengurus surat pengantar penelitian ke STIKES ICME Jombang. 2. Meminta izin Kepada Desa di Desa Mlirip Kabupaten Mojokerto

3. Menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian dan kemudian bagi calon responden yang bersedia maupun tidak bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.

4. Responden mengisi semua daftar pertanyaan dan jika telah selesai kuesioner diserahkan pada peneliti.

5. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan tabulasi dan analisa data. 4.7.2 Instrumen penelitian

Instrumen atau alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Kuesioner data demografi

Kuesioner ini terkait dengan identitas responden meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, dan agama.

2. Kuesioner citra tubuh

(61)

jawaban salah maupun benar, responden memberikan respon dengan derajat kesetujuan atau ketidaksetujuan (Kerlinger, 1992). Peneliti menyusun pernyataan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh (Tabel 4.2) antara lain : 1) Penilaian akan penampilan secara keseluruhan, 2) Perbandingan dengan orang lain, 3) Reaksi orang lain, dan 4) Komponen sikap terhadap citra tubuh. Skala ini terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu : Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).

Tabel 4.2 Skala Citra Tubuh Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas

Faktor Positif Negatif

Penilaian akan penampilan secara keseluruhan 4, 10 2, 5, 11, 14

Perbandingan dengan orang lain 6 8

Reaksi orang lain 9 7

Komponen sikap terhadap citra tubuh 3, 13, 15 12

1. Kuesioner perilaku diet

Kuesioner ini berupa pengelompokkan pernyataan terdiri dari 22 item pernyataan. Pada perilaku diet menggunakan skala likert yaitu alat ukur dengan pilihan tidak pernah, kadang, sering, dan selalu. Peneliti membuat ini dengan memodifikasi skala perilaku makan (Ervina, 2007). Peneliti menyusun pernyataan dengan mempertimbangkan perilaku diet yang dilakukan dan jenis makanan yang dimakan (Tabel 4.3). skala ini terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu : Tidak Pernah (TP), Kadang (K), Sering (SRG), dan Selalu (SL).

Tabel 4.3 Skala Perilaku Diet Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas

Aspek Positif Negatif

(62)

1) Uji Validitas

Tidak valid rxy< rxy table

2) Uji reliabilitas

4.8Pengolahan dan Analisa Data 4.8.1 Pengolahan data

(63)

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat dan arti suatu kode dari suatu variabel.

1) Responden : 1 : r1

2 : r2

2) Umur : 13 tahun – 15 tahun : u1 16 tahun – 18 tahun : u2 19 tahun – 21tahun : u3

3) Agama : Islam : a1

Kristen : a2

Hindu : a3

Budha : a4

Khonghucu : a5

4) Pendidikan : Tidak lulus SD : p1

SD : p2

(64)

SMA : P4

Sarjana : p5

3. Scoring

Skoring adalah melakukan penilaian untuk jawaban dari responden untuk mengukur sikap menggunakan skala likert.

Scoring untuk soal citra tubuh, Pernyataan favorable yaitu :

a. Sangat tidak setuju (STS) diberi skor = 4 b. Tidak setuju (TS) diberi skor = 3

c. Setuju (S) diberi skor = 2

d. Sangat setuju (SS) diberi skor = 1 Untuk pernyataan unfavorable yaitu:

a. Sangat tidak setuju (STS) diberi skor = 1 b. Tidak setuju (TS) diberi skor = 2

c. Setuju (S) diberi skor = 3

d. Sangat setuju (SS) diberi skor = 4

Scoring untuk soal perilaku diet, Pernyataan favorable yaitu :

a. Tidak pernah (TP) diberi skor = 4 b. Kadang (K) diberi skor = 3 c. Sering (SR) diberi skor = 2 d. Selalu (SL) diberi skor = 1

(65)

d. Selalu (SL) diberi skor = 4 4. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel

tertentu menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah dirancang.

Adapun hasil pengolahan data tersebut diinterprestasikan menggunakan skala kumulatif :

100 % = Seluruhnya

76 % - 99 % = Hampir seluruhnya

51 % - 75 % = Sebagian besar dari responden 50 % = Setengah responden

26 % - 49 % = Hampir dari setengahnya 1 % - 25 % = Sebagian kecil dari responden 0 % = Tidak ada satupun dari responden (Arikunto, 2010).

4.8.2 Analisis data 1. Univariat

(66)

2. Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010), yaitu kriteria variabel citra tubuh dan perilaku diet.

Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel apakah signifikansi atau tidak dengan signifikan atau kebenaran 0,05 dengan menggunakan uji Rank Speraman dengan bantuan software komputer, dimana nilai p <  = 0,05 maka H1 diterima atau ada hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto sedangkan nilai p >  = 0,05 maka H0 ditolak atau tidak ada hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto.

4.9Etika Penelitian 4.9.1 Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

4.9.2 Anonimity (tanpa nama)

(67)

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)

(68)

50

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Mlirip Dusun Latsari Mojokerto pada tanggal 9 April 2017 dengan jumlah responden 37 remaja putri. Penelitian ini menggunakan alat berupa kuesioner untuk mengumpulkan data umum dan data khusus tentang hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dusun Latsari Mojokerto. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. 5.1 Hasil penelitian

5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini berjudul “Hubungan Citra Tubuh Terhadap Perilaku Diet pada Remaja Putri” dan dilaksanakan di Mlirip. Mlirip adalah sebuah

desa di wilayah Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Desa Mlirip ini terletak paling Selatan di Kecamatan Jetis dan berada di Utara Sungai Brantas. Desa Mlirip terdapat perusahaan penyedap rasa terbesar di Indonesia yaitu, PT Ajinomoto.

(69)

5.1.1 Data umum

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik Umur pada responden remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto.

Usia Jumlah (n) Presentase (%)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden penelitian seluruhnya berumur 16 tahun – 18 tahun yang berjumlah 100%. Tabel 5.2 Distribusi karakteristik Pendidikan pada responden remaja putri

di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto.

Pendidikan Jumlah (n) Presentase (%) Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden penelitian seluruhnya berjumlah 100% siswi SMA.

Tabel 5.3 Distribusi karakteristik Berat Badan (BB) pada responden remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto.

Berat badan (BB) Jumlah (n) Presentase (%) 43kg-50kg 4 10,8

51kg-60kg 33 89,2 >61kg 0 0 Total 37 100 Sumber : data primer, 2017

(70)

Tabel 5.4 Distribusi karakteristik Tinggi Badan (TB) pada responden remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto.

Tinggi badan (TB) Jumlah (n) Presentase (%) 148cm-160cm 20 54

161cm-168cm 17 46 Total 37 100 Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan remaja putri dari 37 responden yang diteliti sebagian besar pada responden yang memiliki tinggi badan 148 cm – 160 cm, yaitu 20 (54%) responden, sedangkan hampir dari setengahnya dari responden pada tinggi badan 161 cm – 168 cm terdapat 17 (46%) responden.

Tabel 5.5 Distribusi karakteristik Indeks Massa Tubuh (IMT) pada responden remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto. Indeks Massa Tubuh (IMT) Jumlah (n) Presentase (%) Sumber : data primer, 2017

(71)

5.1.2 Data khusus Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 responden seluruhnya memiliki citra tubuh, yaitu kurang 37 (100%) Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 responden yang memiliki perilaku diet hampir seluruhnya melakukan diet tidak sehat 30 (81,1%) responden, sedangkan sebagian kecil dari responden yang melakukan perilaku diet dengan diet ekstrim 7 (18,9%) responden.

Tabel 5.8 Tabulasi silang Hubungan Citra Tubuh dengan Perilaku Diet pada Remaja Putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto. Citra tubuh

Perilaku diet Diet Sehat Diet Tidak Sehat Diet

Ekstrim Total

(72)

Sumber : data primer, 2017

(73)

5.2 PEMBAHASAN

5.2.1 Citra tubuh pada remaja putri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yang memiliki citra tubuh yang kurang. Berdasarkan hasil penelitian citra tubuh tidak ada remaja putri yang menunjukkan citra tubuh yang baik dan cukup.

Seseorang melihat tubuhnya merasa tidak nyaman, merasa tidak puas dan tidak percaya diri, berharap memiliki bentuk tubuh yang lebih baik. Berdasarkan penelitian remaja putri memiliki citra tubuh yang kurang dikarenakan faktor usia, dan pendidikan.

(74)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden berusia 16 tahun-18 tahun. Pada usia remaja, citra tubuh menjadi aspek yang terpenting untuk diperhatikan. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan untuk mengontrol berat badan. Umumnya hal ini terjadi pada remaja putri daripada remaja putra.

Usia mempengaruhi citra tubuh sehingga remaja sangat memperhatikan tubuh mereka dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka dimata orang lain sering juga para remaja putri membanding-bandingkan bentuk tubuhnya dengan teman sebayanya, pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya sehingga terlihat menarik, Meskipun pada usia banyak dari penelitian yang tidak dianaliskan kedalam penelitian.

Remaja putri mengalami kenaikan berat badan yang normal pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan citra tubuh negatif ini dapat menyebabkan gangguan perilaku makan. Ketidakpuasan remaja putri terhadap tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja (Papalia & Olds, 2003). Ketakutan untuk menjadi gemuk sangatlah umum terjadi pada remaja putri sehingga hal ini disebut sebagai ketidakpuasaan normatif bagi kelompok usia dan gender (Gibney, Margetts, Kearney & Arab, 2004).

(75)

berpikirnya itu yang membuat remaja salah atau kurang mengerti citra tubuh yang sebenarnya.

Remaja bukan lagi anak-anak dan mereka mengetahui sudah berada dimasa remaja, namun mereka belum cukup untuk dikatakan sebagai dewasa. Pendidikan memang tidak dianalisis oleh peneliti lainya, tetapi para remaja banyak yang menilai citra tubuh yang tidak sesuai dengan usia mereka.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastasia L, Yudi I & Franly O (2015) menunjukkan bahwa pada remaja ditingkat SMA ditemukan mempunyai citra tubuhnya positif. Sejak masa kanak-kanak, pola pikir individu sangat dipengaruhi oleh media, hal ini terus terjadi hingga remaja sehingga individu melakukan identifikasi terhadap figure tubuh ideal yang selalu di tampilkan oleh media (Ferron, 1997).

5.2.2 Perilaku diet pada remaja putri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang melakukan perilaku diet hampir seluruhnya menjalankan diet tidak sehat, sedangkan sebagian kecil dari responden yang melakukan perilaku diet dengan diet ekstrim.

(76)

Diet merupakan suatu perencanaan atau pengaturan pola makan dan minum yang bertujuan untuk menurunkan berat badan atau menjaga kesehatan (Dariyo, 2004). Pendapat Dariyo sejalan dengan pendapat dari Papalia (dalam Dariyo, 2004) yang mengatakan diet adalah cara membentuk atau mencapai proporsi berat badan dan taraf kesehatan yang seimbang melalui pengaturan pola makan, minum dan aktifitas fisik. Menurut Hawks (2008) mengatakan bahwa perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden berusia 16 tahun-18 tahun.

Remaja putri diusia 16 tahun-18 tahun, belum mengetahui benar bagaimana menjalakan diet yang benar, mereka hanya menerapkan diet untuk menurunkan berat badannya dengan berbagai cara yang menurut mereka lebih efektif, terkadang diet yang dilakukan membahayakan kesehatan tubuh mereka.

Kebutuhan gizi remaja berada pada angka yang paling tinggi karena masa ini adalah masa transisi dari kecil menuju dewasa jika kebutuhan gizi remaja tercukupi maka akan menentukan kematangan mereka diumur mendatang (Denny Santoso, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan seluruh responden berpendidikan tingkat SMA.

(77)

melewatkan sarapan pagi, makan siang, makan malam, menghindari porsi makan yang mengenyangkan, mengontrol diet yang ketat, mengkonsumsi produk penurunan berat badan seperti pil pelangsing, WRP, Slimming tea, sehingga bisa membahayakan kesehatan dirinya sendiri, seharusnya mereka melakukan diet dengan cara berolahraga, mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran agar pada kesehatanya pun bisa terjaga dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anastasia L, Yudi I & Franly O (2015) menunjukkan bahwa pada siswi SMA, respondennya lebih banyak yang menjalankan perilaku diet yang tidak sesuai, sedangkan sisanya menjalankan perilaku diet yang sesuai.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa berat badan remaja putri yang diteliti hampir seluruhnya yang memiliki berat badan 51kg-60kg, sedangkan sebagian kecil dari responden terdapat berat badan 43kg – 50kg.

Para remaja sangat memperhatikan berat badannya yang bisa menjadi naik. Ketakutan berat bedan disinilah menjadi ketidaknyamanan bagi remaja putri itu sendiri.

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi (Soetjiningsih, 1995).

(78)

dan sebagian kecil dari responden memiliki indeks massa tubuh (IMT) normal.

Masa remaja terjadi kepedulian terhadap berat badan dan bentuk tubuh, dimana mereka selalu membanding-bandingkan dengan temam sebayanya atau orang lain, sehingga hal ini yang mendorong remaja untuk melakukan diet.

Penilaian kategori berat badan seseorang apakah sudah ideal apa belum dengan cara yang dapat dilakukan secara antropometri. indeks massa tubuh (IMT) yang diperoleh dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (𝑚)2. Penilaian IMT menggunakan 2 parameter yaitu, berat badan yang merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral dan tinggi badan yang menjadi ukuran panjang dan dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal (DepKes, 2003). 5.3.2 Hubungan citra tubuh dengan perilaku diet pada remaja putri

Hasil penelitian dari citra tubuh dan perilaku diet menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki citra tubuh yang kurang, juga hampir seluruh responden yang melakukan diet tidak sehat dan terdapat sebagian kecil dari responden yang melakukan diet ekstrim.

(79)

oleh keluarga atau teman sebayanya serta tokoh yang diidolakan oleh para remaja putri.

Pengukuran citra tubuh terdiri dari lima dimensi, yaitu Cash (menurut Seawell & Danorf-Burg (2005). Dimensi pertama adalah appearance evaluation (evaluasi penampilan). Dimensi kedua adalah appearance orientation (orientasi penampilan. Dimensi ketiga adalah body

area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh. Dimensi keempat adalah

Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk. Dimensi kelima

adalah Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Yosephin (2012) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara citra tubuh dengan perilaku diet.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi citra tubuh dan perilaku diet, yaitu berat badan (BB). Tinggi badan (TB) dan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Menurut Denny Santoso (2013) mengatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet, yaitu Jenis kelamin, Usia, dan Aktifitas. Menurut Wardle (1997) menambahakan juga bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet yaitu kesehatan, kepribadian dan lingkungan (Putra, 2013).

Perilaku diet yang mereka jalani bukan hanya dipengaruhi oleh citra tubuh saja, tetapi ada juga beberapa faktor yang bisa mempengaruhi perilaku diet pada remaja.

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik Umur remaja putri Di Desa Mlirip
Gambar 4.1 : Kerangka kerja hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Mojokerto
Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan citra tubuh terhadap perilaku diet pada remaja putri di Desa Mlirip Dsn Latsari Kabupaten Mojokerto
Tabel 4.3 Skala Perilaku Diet Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance ( job performance). Artinya, hasil kerja yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang

berikut : (1) penyusunan profil lulusan, yaitu peran dan fungsi yang diharapkan dapat dijalankan oleh lulusan nantinya di masyarakat; (2) penetapan kompetensi lulusan

Sedangkan dalam mikroprocessor yang menggunakan teknik pipeline, ketika satu instruksi sedangkan diproses, maka instruksi yang berikutnya juga dapat diproses dalam

Penulis membuat sebuah aplikasi pengolahan data peserta kerja praktek berbasis web menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL dengan tujuan membantu calon

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui 1) pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap penguasaan materi akuntansi harga pokok produk. 2) pengaruh disiplin

Seperti dalam pembahasan diatas diketahui nilai t hitung yang diperoleh dari pengolahan data adalah - 2,801 dengan tingkat siginifikansi sebesar 0,007 atau lebih kecil 0.05 maka

Data yang dibutuhkan dalam penelitian tugas akhir ini adalah data sampel berupa 30 citra daun tembakau yang kemudian diolah dengan menggunakan pengolahan

Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian, jika Yulis Purnomowati fokus mengkaji bimbingan dan konseling untuk remaja dari perspektif Islam, berbeda dengan