BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
individu, seperti daya-daya psikologis, kecenderungan, bakat-bakat, talenta, keinginan, kepercayaan, keyakinan, dan lain-lain, juga dijadikan pertimbangan bagi penentuan tujuan pendidikan (Doni Koesoema, 2011: 67).
Hal-hal yang dipaparkan di atas tertuang dalam tujuan pamungkas pendidikan di Indonesia yaitu dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa
(student active learning). Keempat, akhir dari proses
pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan ketrampilan anak sesuai dengan kebutuhan (Wina Sanjaya, 2009: 2).
di sekolah belum sesuai dengan harapan di atas. Para guru masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan, seakan-akan mata pelajaran yang satu terlepas dari mata pelajaran yang lain.
Anas Salahudin (2013: 42) memaparkan apa yang telah diamanatkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan membentuk insan Indonesia yang cerdas dan berkepribadian atau berkarakter sehingga melahirkan generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapaskan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Pengertian khusus karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Selaras dengan apa yang disampaikan Wynne (dalam Asep Jihad, 2010: 38) kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan bentuk tindakan atau tingkah laku. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang erat kaitannya dengan pembentukan karakter peserta didik di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal mempunyai visi “Luhur Budi Pekerti Unggul
dalam Prestasi”. Mengingat bahwa Visi merupakan
tujuan jangka panjang maka tujuan yang akan dicapai oleh sekolah dalam kurun waktu 5 tahun kedepan antara lain : mengembangkan lingkungan pendidikan yang kondusif, bersih, indah, nyaman, rindang dan asri dengan ditunjang pembentukan pendidikan nilai-nilai luhur dengan berlandaskan bertaqwa dan akhlak mulia, dan menumbuhkan semangat Nasionalisme peserta didik melalui Pembinaan Nasionalisme yang terintegrasi dengan mata pelajaran.
berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh sub sistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga pendidikan dan sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum itu sendiri hal yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran secara maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan yang meliputi 1) kegiatan perencanaan, 2) kegiatan pelaksanaan, dan 3) kegiatan penilaian (Ella Yulaelawati, 2007: 55).
kurikulum faktual (factual curriculum). Dengan demikian kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) adalah segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Sebagai contoh segala sesuatu yang terjadi dalam kelas, seperti kebiasaan guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan atau bahkan peserta didik itu sendiri.
Mengingat pentingnya manfaat hidden curriculum bagi perkembangan karakter peserta didik dalam proses maupun pasca pembelajaran, maka hidden
curriculum perlu memperoleh pengelolaan yang positif
dari pihak sekolah. Dalam hal ini, tentunya mencakup bagaimana hidden curriculum di sekolah maupun pengendalian dan pengevaluasinya untuk menghasilkan tindak lanjut yang lebih baik.
Dalam penelitian terdahulu oleh Khairun Nisa’ (2009) dalam Hidden Curriculum: Upaya Peningkatan
Kecerdasan Spiritual Peserta didik, menyebutkanbahwa
dengan penerapan hidden curriculum dapat membantu pencapaian tujuan pendidikan nasional yang diinginkan, peserta didik tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara spiritual.
Penelitian “Inovasi Hidden Curriculum pada Pesantren
Berbasis Entrepreneurship” oleh Sigit Wahyono (2010)
oleh Wijayanto (2014) menunjukkan bahwa keteladanan guru dan kepala sekolah dan pembiasaan budaya sekolah merupakan faktor penentu keberhasilan hidden curriculum sebagai langkah strategis bagi pengembangan karakter peserta didik. Pengintegrasian hidden curriculum dalam mata pelajaran juga tidak boleh ditinggalkan, seperti pada
penelitian “Hidden Curriculum Contributing to Social
Production-Reproduction in a Math Classroom” oleh Esin
Acar (2012). Pada akhirnya hidden curriculum dapat mempengaruhi pembentukan karakter peserta didik, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Zuhal Cubukcu (2012) dalam “The Effect of Hidden Curriculum on Character Education Process of Primary School
Students”
sholat dhuhur berjamaah, upacara bendera dan perwalian, senam dan kebersihan, pengelolaan kelas, pemasangan tulisan dan gambar-gambar yang memotivasi di kelas dan lokasi-lokasi yang strategis. Namun demikian belum semua warga sekolah memiliki komitmen yang sama dalam kegiatan-kegiatan tersebut, hal tersebut hanya dilakukan oleh sebagian pendidik dan peserta didik saja.
Guru sebagai pendidik sudah seharusnya mampu mengaitkan pembelajaran di kelas dengan fungsi dan tujuan pendidikan pada umumnya. Namun, belum semua pendidik memahami dan menyadari fungsi
hidden curriculum tersebut. Menjadi keprihatinan
bersama ketika seorang pendidik hanya melakukan rutinitas menyampaikan materi pembelajaran tanpa mengaitkan dengan norma dan nilai yang kelak dalam kehidupan nyata di masyarakat akan sangat berarti bagi kesiapan dan kematangan jiwa peserta didik. Kondisi ini menjadi lebih memprihatinkan karena rendahnya perhatian orang tua pada perkembangan karakter peserta didik dan pembinaan serta pengawasan orang tua yang masih kurang maksimal. Sehingga memberikan dampak negatif bagi perkembangan proses pembelajaran khususnya bagi peserta didik.
Berangkat dari permasalahan ini, hidden
sangat perlu untuk dilakukan evaluasi baik secara simultan, bertahap dan atau berkelanjutan sehingga mampu menghasilkan output peserta didik dengan mutu pendidikan yang berkualitas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Evaluasi Hidden Curriculum di SMP
Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal”.
1.2
Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal?
2. Apa dampak dari Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal?
3. Apa faktor-faktor penentu keberhasilan dan keberlanjutan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi: 1. Pelaksanaan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2
Boja Kabupaten Kendal.
2. Dampak atau hasil dari pengelolaan Hidden
Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten
3. Faktor-faktor penentu keberhasilan dan keberlanjutan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal.
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis bagi para pemerhati pendidikan:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada peneliti dan pembaca mengenai
Hidden Curriculum terhadap terbentuknya karakter
peserta didik dan memberi sumbangan bagi pengembangan teori tentang kurikulum khususnya kurikulum tersembunyi.
2. Manfaat Praktis