• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

(GI) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS V

Dewa Made Dwi Sakah

1

, I Nyoman Wirya

2

, Ndara Tanggu Renda

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: dewasan.id@gmail.com

1

, ndara_renda@yahoo.com

3 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran model Group Investigation (GI) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II SD di Gugus I Tampaksiring . Rancangan penelitian ini adalah Quasi

Eksperimen, dengan desain post-test only control group design. Sampel penelitian ini

berjumlah sebanyak 56 orang yang diambil secara undian. Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Group Investigation (GI) dengan mean (M) = 21,34 termasuk dalam kategori tinggi, (2) hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional dengan mean (M) = 17,37 termasuk dalam kategori sedang, (3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Group Investigation (GI) dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Perbedaan tersebut dilihat dari skor hasil belajar IPA siswa diperoleh hasil thitung sebesar 4,377, sedangkan, ttabel

dengan db = 54 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,674. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (4,377> 1,674). Adanya perbedaan yang

signifikan menunjukkan bahwa model Group Investigation (GI) berpengaruh positif tehadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: hasil belajar, GI, konvensional Abstract

The purpose of this study is to know the significant differences of students’ achievement in IPA subject between students that study using Group Investigation (GI) model with students that follow conventional learning for class V student in semester II at SD Gugus I Tampaksiring. The design of this study is Quasi Experiment, with the design of post-test only control group design. The sample is 56 that picked using lottery. Learning outcomes data were collected using a multiple choice test. Data were analyzed using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistical t-test. The results showed that (1) the students’ learning achievement using Group Investigation (GI) model with mean (M) = 21,34 belong to high category, (2) learning achievement using conventional learning with mean (M) = 17.37 belong to average category (3) there is significant differences to the learning achievement between group of student that using Group Investigation (GI) model and group of students that using conventional model. The differences can be seen from the score of the student found tScore= 4.377, whereas, ttable with db = 54 at in

significant degree 5% is 1.674. The result showed that tscoreis more than ttabe (4.377> 1.674). The found of significant difference show that Group Investigation (GI) model combine with authentic media positively affect the students achievement in IPA subject compared with conventional learning model.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bagian terpenting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan globalisasi. Melalui pendidikan dapat mengembangkan dan membentuk bangsa yang cerdas, damai, bertanggung jawab dan demokratis. Karena itu pembaharuan pendidikan harus dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berdapak positif pada peningkatan sumber daya manusia.

Untuk mencapai fungsi dan tujuan pendidikan pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidik, sampai dengan peningkatan mutu manajemen sekolah. Melalui berbagai upaya yang telah dilakukan, pemerintah beserta segenap elemen bangsa mengharapkan visi misi dan tujuan pendidikan nasional bisa terwujud. (Muslich, 2007:11)

Guru sebagai salah satu komponen pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Guru memiliki kewajiban dalam menanamkan suatu konsep dengan mengajarkan hal-hal baru kepada siswa. Mengajar diartikan sebagai aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Untuk mendukung tugas dan peran guru tersebut diperlukan pendidikan dan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya yaitu ilmu pengetahuan alam (IPA).

Pada dasarnya IPA merupakan mata pelajaran yang mempermudah siswa untuk terlibat langsung dan menemukan pengetahuanya sendiri, karena hakikat IPA secara garis besar mempunyai tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah berupa fakta, prinsip, konsep, hukum dan teori. Sikap ilmiah berupa rasa ingin tahu, hatihati, objektif, dan jujur. Maka siswa

harus memiliki keterampilan untuk mengkaji peristiwa-peristiwa alam yang ada dengan cara-cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan.

Namun upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas peserta didik nampaknya belum optimal, kenyataan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari bahwa pendidikan belum menunjukan kemajuan yang berarti, walaupun pemerintah telah melakukan berbagai upaya namun belum sesuai harapan. Hal ini sesuai dengan pendapat Trends In Mathematic and Science Study (TIMSS) (dalam Lhani, 2009) menyatakan bahwa “siswa Indonesia berada pada peringkat 37 dari 44 Negara dalam hal Prestasi IPA” Hal ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pada mata pelajaran IPA masih kurang.

Kenyataan yang ada dilapangan ternyata hasil belajar IPA di SD gugus 1 Tampaksiring kabupaten Gianyar rendah. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 1 Desember 2015 sampai 3 Desember 2015, ditemukan bahwa hasil belajar siswa rendah dikarenakan siswa kurang antusias, dan siswa sulit memahami materi yang diberikan. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh banyaknya kosep-konsep yang harus dipahami siswa dan berkenaan langsung dengan kehidupan nyata. Sehingga siswa sulit untuk menerima dan menjelaskan konsep materi pelajaran yang telah dipelajari.

Berdasarkan hasil observasi, ternyata kegiatan pembelajaran IPA masih cenderung dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Proses pembelajaran berpusat pada guru, dan siswa tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Siswa hanya sebagai pendengar dan pencatat apa yang diberikan oleh guru. Tampak jelas pembelajaran yang dilakukan guru lebih banyak dengan ceramah. Sehingga pembelajaran di kelas hanya terjadi pada satu arah. Hal inilah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Gugus I Tampaksiring kabupaten Gianyar

(3)

3 Berdasarkan hasil studi dokumen nilai rata-rata hasil belajar IPA dari siswa kelas V semester I SD di Gugus I Tampaksiring Kabupaten Gianyar Tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1. Nilai Ulangan Umum SD diGugus I Tampaksiring kabupaten Gianyar Nama Sekolah KKM Rata-Rata Nilai SD N 1 Manukaya 70 66,63 SD N 2 Manukaya 72 65,71 SD N 3 Manukaya 73 67,17 SD N 4 Manukaya 72 65,75 SD N 5 Manukaya 73 65,28 SD N 6 Manukaya 70 67,86 SD N 7 Manukaya 72 65,55

Dengan melihat hasil studi dokumen yang berupa daftar nilai ulangan umum di Gugus I Tampaksiring kabupaten Gianyar bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V masih rendah, siswa memperoleh hasil belajar di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.

Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah hasil belajar yang dihadapi oleh guru di lapangan, perlu dilakukan inovasi terhadap proses pembelajaran. Inovasi dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan sesuai dengan keadaan tersebut di atas adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

Pembelajaran Group Investigation sangat baik digunakan untuk mengembangkan penyelidikan-penyelidikan akademik, integrasi sosial, dan proses sosial dalam belajar (Suastra, 2009). Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2008) yang menyatakan, pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) meletakkan dasar pada psikologi pendidikan John Dewey, yang mana dia percaya bahwa para siswa akan mengalami pembelajaran bermakna jika mereka mampu menunjukkan langkah-langkah penyelidikan ilmiah

Melalui penerapan Model pembelajaran Group Investigation ini, tentunya siswa dituntut untuk berpikir kreatif agar permasalahan yang diteliti dapat ditemukan jawabannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Gangoli (dalam Suma dkk., 2001:3) yang menyatakan “kegiatan penyelidikan dalam pembelajaran IPA ditujukan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan ilmiah, pemahaman konsep, kemampuan kognitif, berpikir kreatif, dan sikap ilmiah.”

Model pembelajaran Group Investigation melibatkan siswa dalam penemuan menempatkan siswa sebagai ujung tombak dalam pembelajaran maksudnya siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan, mengusulkan solusi, membuat ramalan, melakukan pengamatan, mengorganisasikan data, dan terakhir membuat simpulan dari permasalahan yang diteliti. Dalam pelaksanaan model Group Investigation ini, siswa dikelompokkan secara heterogen atas jenis kelamin, kemampuan, dan etnik. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Hasil kerja kelompok dilaporkan sebagai bahan diskusi kelas. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran pada siswa. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui akumulasi upaya kerja individual selama penyelidikan dilakukan. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Di Gugus I Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen semu. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji keefektifan suatu teori/konsep/model dengan cara menerapkan (treatment) pada suatu kelompok subjek penelitian

(4)

4 dengan menggunakan kelompok pembanding yang biasa disebut kelompok kontrol (Agung,2014). Dalam penelitian ini yang diuji keefektifanya adalah penerapan model pembelajaran dengan model pembelajaran Group Investigation (GI) dan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA.

Dalam penelitian ini unit eksperimenya berupa kelas, sehingga penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Dalam eksperimen semu, penempatan subjek ke dalam kelompok yang dibandingkan tidak secara acak. Individu subjek sudah ada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum diadakannya penelitian.

Dsain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent post-test only control group design. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Non Equivalent Post-test Only

Control Group Design.

Kelas Tindakan Post-test Eksperimen Dilakukan treatment O1 Kontrol Tidak dilakukan treatment O2 ( Keterangan: E = kelompok eksperimen K = kelompok control

O1= post-test terhadap kelompok

eksperimen

O2 = post-test terhadap kelompok control

Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitia. (Agung, 2014:69). Penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas V di Gugus I Tampaksiring kabupaten Gianyar. SD Negeri yang terdapat di Gugus I berjumlah tujuh sekolah, sehingga terdapat tujuh kelas V dengan jumlah seluruh siswanya adalah 200 orang. Distribusi populasi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Komposisi anggota populasi

No Kelas Jumlah

1 Kelas V SD N 1 Manukaya 32 orang 2 Kelas V SD N 2 Manukaya 24 orang 3 Kelas V SD N 3 Manukaya 29 orang 4 Kelas V SD N 4 Manukaya 33 orang 5 Kelas V SD N 5 Manukaya 32 orang 6 Kelas V SD N 6 Manukaya 28 orang 7 Kelas V SD N 7 Manukaya 22 orang

Total Populasi 200

orang (Sumber: Tata Usaha SD di gugus I Kecamatan Tampaksiring)

Sebelum menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol perlu dilakukan uji kesetaraan sampel penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan tehnik tertentu dinyatakan oleh Agung (2014:69). Dalam hal ini, sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan random sampling. Teknik ini digunakan sebagai teknik pengambilan sampel, karena individu-individu pada populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengacakan terhadap individu-individu dalam populasi.

Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas V masing-masing sekolah setara atau belum, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan analisis varians satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,58

sedangkan nilai Ftabel pada dbantara = 6 dan

dbdalam = 193 yaitu diperoleh Ftabel sebesar

2,41. Dengan demikian, maka terlihat Ftabel

> Fhitung sehingga Ho diterima. Dari

pernyataan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho yang menyatakan

tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar ulangan semester mata pelajaran IPA siswa SD Gugus I Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016 adalah diterima. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar ulangan semester mata pelajaran IPA siswa SD Gugus I Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016.

(5)

5 Dari tujuh SD yang ada di Gugus I Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Diadakan undian untuk mengambil dua sekolah yang menjadi sampel penelitian. Hasil undian diperoleh dua sekolah yaitu SD N 5 Manukaya dan SD N 2 Manukaya. Kedua SD tersebut diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Hasil dari penggundian tersebut yaitu SD N 5 Manukaya sebagai kelas eksperimen dan SD N 2 Manukaya sebagai kelas Kontrol. Kelas eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran group investigation (GI), sedangakan kelas control dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Sampel yang diperoleh berdasarkan hasil sampling pada masing-masing perlakuan disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Sampel pada Masing-masing Perlakuan Model Pembelajaran Sampel sekolah Jumlah group investigation (GI) Kelas V SD N 5 Manukaya 32 konvensional Kelas V SD N 2 Manukaya 24 Jumlah Sampel 56

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Perangkat tes yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes pilihan ganda dengan satu jawaban benar. Tes ini terdiri dari 30 butir soal. Setiap item soal disertai dengan empat alternative jawaban yang dapat dipilih oleh siswa (alternatif a, b, c, dan d) setiap item diberi skor 1 bila siswa menjawab dengan benar dan siswa yang menjawab salah diberi skor 0.Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari dua variabel yaitu model pembelajaran Group Investigation (GI) dan Hasil Belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvesional, yang mencangkup

mengitung rata-rata (mean), median, modus, dan standar deviasi (s).

Analisis Statistik inferensial digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Dalam penelitian ini uji hipotesis akan dianalisis dengan menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan analisis uji-t, terlebih dahulu dilaksanakan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

Jika dari hasil uji normalitias dan homogen varians, diketahui bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen, maka untuk menguji hipotesisnya digunakan teknik t-test dengan taraf signifikansi 5%. Uji hipotesisi menggunakan Uji-t dengan rumus polled varians sebagai berikut





2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1

1

1

2

1

1

n

n

n

n

s

n

s

n

X

X

t

(Koyan, 2011:33) Keterangan: 1

X

= rata-rata skor post-test kelompok eksperimen.

2

X

= rata-rata skor post-test kelompok kontrol. n1 = banyak siswa kelompok

eksperimen.

n2 = banyak siswa kelompok kontrol.

s12 = varians kelompok eksperimen.

s22 = varians kelompok kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen

Skor hasil belajar IPA terhadap 32 siswa pada kelompok eksperimen diperoleh melalui post-test Hasil belajar IPA menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 28 dan skor terendah adalah 13. dengan modus 22, median 21,7 dan mean 21,34 Dengan demikian modus > median > mean (22 > 21,7> 21,34) Apabila hasil tersebut digambarkan dalam kurve poligon menunjukkan bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen merupakan juling negatif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi seperti yang tampak pada Gambar 1 berikut.

(6)

6 0 5 10 15 20 13-15 16-18 19-21 22-24 25-27 28-30

Gambar 1 Kurva Poligon Data Hasil

Post-test Kelompok Eksperimen Jika mean kelompok eksperimen dikonversi, maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan Model pembelajaran Group Investigation pada kategori baik, yaitu pada rentangan skor 17,50≤X<22,50 sebanyak 15 orang atau 46,87%

Deskripsi Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol

Skor hasil belajar IPA terhadap 24 siswa pada kelompok eksperimen diperoleh melalui post-test Hasil belajar IPA menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 27 dan skor terendah adalah 10. dengan modus 17 median 17,21 dan mean 17,37. Dengan demikian, modus < median < mean (17 <17,21 <17,37.). Apabila hasil tersebut digambarkan dalam kurve poligon menunjukkan bahwa sebaran data pada kelompok kontrol merupakan juling positif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah seperti yang tampak pada Gambar 2 berikut.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 10 ¬12 13-15 16-18 19-21 22-24 25-27

Gambar 2 Kurva Poligon Data Hasil

Post-test Kelompok Kontrol

Jika mean kelompok kontrol dikonversi, maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan Model pembelajaran Konvensional pada kategori cukup, yaitu pada rentangan skor 12,50X<17,50 sebanyak 14 orang atau 58,34%

Dari rata-rata hasil belajar (M) dan standar deviasi (SD) kedia kelompok disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Rerata dan Standar Deviasi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Variabel Rata-rata Standar Deviasi Kelas Eksperimen 21,34 3,16848 Kelas Kontrol 17,37 3,42624

Berdasarkan tabel di atas bahwa skor rata-rata (M) pada hasil belajar IPA

dengan menggunakan model

pembelajaran Group Investigation adalah 21,34 sedangkan skor rata-rata (M) pada hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional adalah 17,37. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar menggunkan model pembelajaran Group Investigation lebih baik dibandingkan model pembelajaran Konvensional. Modus = 22 Median = 21,7 Mean = 17,37 Modus = 17 Median = 17,21 Mean = 21,34

(7)

7 Uji Normalitas Sebaran Data

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui dapat atau tidaknya melakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik parametrik. Untuk mengetahui sebaran data nilai keterampilan berbicara siswa berdistribusi normal atau tidak maka digunakan analisis Chi-Square.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka diperoleh hasil uji coba sebaran data menggunakan rumus Chi-Square tersebut seperti table 6 berikut ini.

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data No Sampel

2 hitung 2

tabel Status 1 Kelas Eksperimen 10,744 11,07 Normal 2 Kelas Kontrol 8,177 11,07 Normal

Adapun kaidah pengujian adalah jika

2hitung <

2 tabel maka data

distribusi normal, sedangkan jika

2hitung

>

2 tabel maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas post-test kelompok eksperimen diperoleh

2hitung = 10,744 dan

2

tabel =

11,07 pada taraf signifikan 5% dan dk= 6-1 = 5. Ini berarti bahwa

2hitung <

2

tabel,

maka hasil post-test siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil perhitungan uji normalitas pada kelas kontrol, diperoleh

2

hitung = 8,177 dan

2

tabel = 11,07 pada

taraf signifikan 5% dan dk= 6-1 = 5, ini berarti bahwa

2hitung <

2tabel, makahasil

post-test siswa kelompok kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan data hasil post-test kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelas, bukan sebagai akibat perbedaan

dalam kelas, Uji homogenitas dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan model Group Investigation dan konvensional. Untuk menghitung uji homogenitas menggunakan rumus uji-F. Dengan kriteria pengujian data homogen jika fhitung < ftabel pengujian dilakukan

dengan taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang V1 = n1 – 1

dan derajat kebebasan untuk penyebut V2

= n2 -1. Untuk hasil ringkasan uji

homogenitas disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Ringkasan Uji Homogenitas

Varians Kelas Penelitian Fhitung Ftabel (5%) Keterangan Post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 1,164 1,96 Homogen

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa diperoleh Fhitung = 1,1649

sedangkan ftabel pada taraf signifikansi 5%

serta dk pembilang = 32-1=31 dan dk penyebut = 24-1=23 adalah 1,96 ini berarti Fhitung < Ftabel sehingga data

homogen

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan uji asumsi statistik, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh hasil bahwa data dari kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan bersifat homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol

(H0). Pengujian hipotesis tersebut

dilakukan dengan menggunkan uji-t sampel independent (tidak berkolerasi). Karena ukuran sampel sama (n1 = n2)

maka dipergunakan anlisis sparated varians dengan kriteria H0 diterima jika

thitung ≤ ttabel dan tolak H0 jika thitung>ttabel

Harga t pengganti ttabel (dengan taraf

signifikan 5% ) dengan db=(n1-1) dan

db=(n2-1), dibagi dua, kemudian ditambah

dengan t terkecil.

Hasil analis uji-t untuk hasil belajar siswa pada mata pelajara IPA dengan rumus

(8)

8 separated varians, diperoleh thitung = 4,377

sedangkan ttabel untuk db=54 (db=n1+n2-2)

dengan taraf signifikan 5% menunjukan ttabel = 1,674. Hal ini berarti thitung>ttabel.

Berdasarkan kriteria pengujian, maka H0

ditolak dan H1 diterima artinya terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran Group Investigation dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelaharan Konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Tampaksiring Kabupaten Gianyar Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t, diketahui nilai thitung =

4,377 dengan db = n1 + n2 – 2 = 32 + 24 – 2 = 54 pada taraf signifikan 5% diperoleh ttabel = 1,674. Dari hasil

perhitungan tersebut pada taraf signifikan 5% diketahui bahwa thitung>ttabel ini berarti

bahwa hasil penelitian adalah signifikan terhadap hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Tampaksiring Kabupaten Gianyar Tahun pelajaran 2015/2016

Adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional disebabkan adanya perlakuan pada kegiatan pembelajaran dan proses penyampaian materi. Dalam model pembelajaran Group Investigation memberikan kesempatan secara aktif kepada peserta didik untuk menemukan pengetahuannya didalam pembelajaran baik secara kelompok maupun individu. Hal senada juga sidampaikan oleh Suastra (2009:188), pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation (GI) memberikan manfaat sebagai berikut. (1) Meningkatkan efektivitas kelompok. (2) Efektif untuk mengkonstruksi pengetahuan akademik yang identik dengan proses sosial. (3) Meningkatan disiplin siswa dalam melakukan penyelidikan kolaboratif. (4) Melatih inkuiri

sosial siswa; dan (5) Mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru.

Berdasarkan temuan-temuan di sekolah menunjukan bahwa, dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional siswa cenderung pasif dan hanya mengandalkan penjelasan dari guru saja. Guru menjelaskan materi sedangkan siswa mencatat yang dijelaskan oleh guru. Hal ini membuat siswa jenuh dan kurang memahami materi pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Rasana, 2009:20) yang menyatakan penyampaian materi dalam pembelajaran konvensional tersebut lebih banyak dilakukan melalui ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang berlangsung secara terus menerus. Guru tetap berperan sebagai sumber informasi. Kegiatan seperti ini dapat membosankan dan melemahkan semangat siswa dalam belajar. Siswa merasa sangat tergantung pada guru dalam mendapatkan informasi

Berdasarkan seluruh temuan yang diperoleh melalui uji-t serta hasil penelitian yang mendukung, maka dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran Group Investigation memang memberikan pengaruh yang baik daripada pembelajaran Konvensional dalam pencapaian hasil belajar IPA yang maksimal. Beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar penentu bahwa model pembelajaran Group Investigation lebih baik dalam menciptakan hasil pembelajaran IPA yang maksimal dibandingkan pembelajaran konvensional sebagai berikut.

1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak tergantung pada guru tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.

2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang

3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari dengan

(9)

9 segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Pembelajaran kooperatif dapat membantu setiap siswa untuk lebih bertangung jawab dalam belajar 5. Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan hasil akademik sekaligus sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain

6. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan siswa utnuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat mencoba memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapatmeningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.

Pembelajaran konvensional lebih ditekankan pada kebebaan dalam keteraturan, artinya guru bebas mendisain pembelajaran tapi tetap wajib mengikuti alur pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran konvensional ini dalam prakteknya kurang menekankan interaksi yang baik dan sebimbang antara siswa dengan siswa begitu pula siswa dengan guru. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang dioptimalkan, siswa kurang dilatih untuk mendeskripsikan sendiri pengetahuan yang telah similikinya serta siswa kurang dilatih untuk menjadi pemimpin diskusi yang mampu bertanggung jawab

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu

Berdasarkan hasil dari pembahasan

dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar IPA yang

signifikan antara siswa yang mengikuti

model

pembelajaran

group

investigation (GI) dan siswa yang

mengikuti

model

pembelajaran

Konvensional siswa kelas V SD di

Gugus I Kecamatan Tampaksiring. Hal

ini dapat dilihat pada hasil uji-t

menunjukan bahwa t

hitung

adalah 4,377

sedangkan t

tabel

dengan db = 54

pada taraf signifikan 5% diperoleh t

tabel

= 1,674. Adanya perbedaan yang

signifikan

menunjukan

bahwa

penerapan model Group Investigation

berpengaruh positif terhadap hasil

belajar

IPA

siswa

dibandingkan

dengan model Konvensional.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan di atas penulis mengajukan saran sebagai berikut. 1) Bagi siswa, dengan dipergunakannya model pembelajaran Group Investigation pada materi IPA yang relevan siswa diharapkan aktif, kreatif, dan penuh tanggung jawab mewujudkan kemandirian dan hasil belajarn. 2) Bagi guru, agar dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif dan didukung dengan suatu teknik belajar yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Bagi sekolah, agar menyediakan fasilitas penunjang pelajaran yang dapat membantu terlaksananya pembelajaran yang inovatif, sehingga mampu memberikan dampak yang positif bagi hasil belajar siswa. 4) Bagi peneliti, yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran Group Investigation dalam bidang IPA maupun bidang ilmu lainya, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang dilaksanakan

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Buku Ajar Metodelogi Pendidikan. Malang: Aditya Media Publising

(10)

10 Koyan, I Wayan. 2011. Statistik Terapan

(Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Undiksha.

Lhani.2009. Makalah “Masalah Pendidikan Di Indonesia“.

Tersedia pada

http://meilanikasim.wordpress.co m/2009/03/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/(online) diakses pada tanggal 10 Desember 2015

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Rasana, I.D.P.R. 2009. Laporan Sabbatical Leave Model-Model Pembelajaran. Singaraja: DIPA PNBP FIP UNDIKSHA

Slavin. 2008. Cooperative Learning Teori. Riset dan praktik (diterjemah oleh Nurulita). Bandung: Nusa Media Suastra, I W. 2009. Pembelajaran Sains

Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Suma, dkk. 2001. “Penerapan Eksperimen Terbuka Terbimbing dalam Pembelajaran Fisika Dasar pada Mahasiswa TPB Jurusan Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja”. Laporan Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Gambar

Gambar 2 Kurva Poligon Data Hasil Post- Post-test Kelompok Kontrol
Tabel 7.  Ringkasan Uji Homogenitas  Varians  Kelas  Penelitian   F hitung  F tabel  (5%)  Keterangan  Post  test  kelompok  eksperimen  dan  kelompok  kontrol  1,164  1,96  Homogen

Referensi

Dokumen terkait

Budaya dan keyakinan juga mempengaruhi penyembuhan luka perineum, misalnya kebiasaan berpantang makan telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi

Pada model kanker kolorektal, mencit diinjeksi secara intraperitoneal dengan prokarsinogen AOM yang kemudian akan mengalami aktivasi metabolik di sel epitel usus,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan bank syariah dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai tambah berdasarkan rasio keuangan..

Alhamdulillahhirobbil’alamin selalu penulis panjatkan atas nikmat dan berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Penilaian masyarakat tersebut sangat mungkin akan berpengaruh terhadap anak-anaknya, apalagi ketika anak-anak tersebut sudah mulai masuk pada periode remaja, periode ini anak

1) Para Pemegang Kas pada satuan kerja tidak mengikuti ketentuan dalam mempertanggungjawabkan uang daerah yang dikelolanya dan cenderung ada itikad kurang baik dengan tidak

average-based fuzzy time series models , hasil yang di dapat dari penelitian tersebut adalah dilihat dari nilai AFER menunjukkan bahwa metode ini mendekati nilai

Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film Rudy Habibie secara keseluruhan dengan durasi 120 menit. Setiap scene terdiri dari beberapa adegan