• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN & FAKTOR-FAKTOR LAINNYA TERHADAP INTRA- ASEAN TRADE SEKTOR MANUFAKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN & FAKTOR-FAKTOR LAINNYA TERHADAP INTRA- ASEAN TRADE SEKTOR MANUFAKTUR"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN &

FAKTOR-FAKTOR LAINNYA TERHADAP

INTRA-ASEAN TRADE SEKTOR MANUFAKTUR

SKRIPSI

Diajukan untuk

memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

Oleh:

Gema Rendrahadi

2012110028

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN

Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013

BANDUNG

2017

(2)

THE EFFECT OF TRADE LIBERALIZATION &

OTHER FACTORS ON INTRA-ASEAN TRADE IN

MANUFACTURING SECTOR

UNDERGRADUATE THESIS

Submitted to complete part of the requirements

for Bachelor’s Degree in Economics

By:

Gema Rendrahadi

2012110028

PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITY

FACULTY OF ECONOMICS

PROGRAM IN DEVELOPMENT ECONOMICS

Accredited by BAN – PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013

BANDUNG

2017

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Negara-negara anggota ASEAN mulai melaksanakan liberalisasi perdagangan yang diawali dengan pembentukan AFTA. Disepakati pula mekanisme penurunan tariff melalui skema CEPT guna menstimulasi intra-ASEAN trade. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak liberalisasi perdagangan terhadap intra-ASEAN trade sektor manufaktur dengan pendekatan model gravitasi. Hasil estimasi OLS terhadap data 5 negara anggota ASEAN periode 1996-2014 menunjukkan bahwa semua variabel bebas terbukti signifikan memengaruhi volume ekspor bilateral sektor manufaktur ASEAN-5. Variabel GDP negara eksportir, populasi negara mitra, penerapan CEPT, dan krisis ekonomi memiliki hasil koefisien positif. Sedangkan variabel GDP negara mitra dagang, populasi negara eksportir, jarak antar negara, dan persamaan budaya memiliki koefisien negatif. Namun variabel GDP negara eksportir, populasi negara mitra dagang, krisis ekonomi, dan persamaan budaya memiliki hasil yang tidak sesuai dengan harapan penulis.

(6)

ii

ABSTRACT

ASEAN members have started trade liberalization by forming AFTA. It was also agreed that tariff reduction will be achieved through the CEPT scheme to stimulate intra-ASEAN trade. The purpose of this research is to analyze the impact of trade liberalization towards intra-ASEAN trade in manufacturing sector using gravity model approach. The OLS estimation result which was employed to data of 5 ASEAN countries from 1996-2014, shows that all independent variables had significant effect on bilateral manufacturing export volume in ASEAN-5. The GDP of exporter countries, population of trading partners, the implementation of CEPT, and economic crisis have positive coefficients. GDP of trading partners, population of exporter country, distance between countries, and cultural equality have negative coefficients. However, GDP exporter countries, population of trade mitras, economic crisis, and cultural similarity had coefficient results which were not contary to author’s expectation. Keywords : intra-ASEAN trade, manufacture sector, gravity model, and export

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Liberlisasi Perdagangan dan Faktor-Faktor Lainnya Terhadap Intra-ASEAN Trade

Sektor Manufaktur”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan diterima sebagai perbaikan di masa yang akan datang. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Anwar Huswara dan Ibu Ella Anggraini selaku orang tua penulis yang selalu memberikan doa, bekerja keras, dan memberikan dukungan kepada penulis sejak penulis lahir sehingga penulis mencapai segala sesuatu yang telah dicapai penulis selama ini.

2. Astri Puji Lestari dan Riza Harumukti selaku kaka penulis yang telah memberikan doa dan menghibur penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Miryam B. L. Wijaya selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan yang selalu memberi arahan, bimbingan, tantangan dan motivasi untuk mendidik mahasiswa IESP menjadi manusia yang selalu berpikir. 4. Ibu Januarita Hendrani, Dra., M.A., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan ilmu, waktu dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapa Ahmad Aswin Masudi, S.E., MSE. selaku dosen ko-pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu, waktu dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen prodi Ekonomi Pembangunan UNPAR lainnya yang telah memberikan ilmu dan nasihat kepada penulis untuk digunakan dalam kehidupan penulis.

7. Fussy Mentari Dirgantara yang telah menemani, memberi motivasi, dan memberi doa dari awal perkuliahan hingga sekarang.

(8)

iv 8. Teman-teman Bimo, Helmi, Ogy, Aceng, Badri, Ferdy, Komeng, Bahman, Iqra, Kircon, Adit, dan Saska yang telah memberi semangat dan dukungannya hingga saat ini.

9. Keluarga Ekonomi Pembangunan, khususnya angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016 yang telah memberikan bantuan dan semangat selama penulis kuliah, sukses selalu untuk kalian.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang ikut memberikan segala bantuan kepada penulis selama ini dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas.

Bandung, Juni 2017

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Penelitian 1 1.2. Rumusan Masalah Penelitian 5 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 5

1.4. Kerangka Pemikiran 6 2. TINJAUAN PUSTAKA 9 2.1. Integrasi Ekonomi 9 2.2. 2.3. Gravity Model

Keterkaitan GDP Dengan Volume Ekspor

11 12 2.4. Keterkaitan Jarak Dengan Volume Ekspor 16 2.5. Keterkaitan Populasi Dengan Volume Ekspor 18 2.6.

2.7. 2.8.

Keterkaitan Penetapan CEPT Dengan Volume Ekspor Keterkaitan Krisis Ekonomi Dengan Volume Ekspor Keterkaitan Persamaan Budaya Dengan Volume Ekspor

20 20 21 3. METODE & MODEL PENELITIAN 23

3.1. Metode Penelitian 23

3.2. Sumber Data 23

3.3. Teknik Analisis dan Model Penelitian 26

3.4. Objek Penelitian 27

3.4.1. Volume Ekspor Sektor Manufaktur 3.4.2. Gross Domestic Bruto

3.4.3. Populasi

27 28 29

(10)

vi 3.4.4. Jarak Antar Negara 30

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 32

4.1. Uji Asumsi Klasik 32

4.1.1. Uji Multikolinearitas 32 4.1.2. Uji Heteroskedastisitas 33

4.1.3. Uji Autokorelasi 34

4.2. Hasil Estimasi (HAC Consistent Covariance) 35

4.3. Uji Signifikansi 37

4.3.1. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) 37 4.3.2. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) 37

4.4. Koefisien Determinasi 39

4.5. Pembahasan 39

5. PENUTUP 44

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN A-1

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Intra & Inter-Trade ASEAN Tahun 2013 2

Gambar 2. Kerangka Pemikirian 6

Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan 15

Gambar 4. Hubungan Jarak Dengan Biaya Transportasi 16

Gambar 5. Kurva Production Possibility Frontier 18

Gambar 6. Rata-rata Volume Ekspor Bilateral Sektor Manufaktur ASEAN-5 Tahun 1996-2014

28

Gambar 7. Rata-rata GDP Negara ASEAN-5 Tahun 1996-2014 29

Gambar 8. Rata-rata Populasi Negara ASEAN-5 Tahun 1996-2014 30

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kontribusi Ekspor Sektor Manufaktur Terhadap Ekspor Sektor Non-Migas di Negara ASEAN-5 periode 2007-2012

3

Tabel 2. Persamana Budaya, Bahasa, dan Suku Negara ASEAN-5 4

Tabel 3. Variabel dan Sumber Data 23

Tabel 4. Kategori Produk Menurut SITC Rev.2 25 Tabel 5. Matriks Jarak Antar Negara Di Kawasan ASEAN-5 31

Tabel 6. Correlation Matrix 32

Tabel 7. Hasil Uji White 33

Tabel 8. Durbin Watson Stat 34

Tabel 9. Hasil Regresi Menggunakan HAC Consistent Covariance (Newey-West)

(13)

1

1. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan perekonomian sebuah negara. Selain itu, perdagangan internasional juga dapat memenuhi kebutuhan negara tersebut akan barang tertentu yang awalnya tidak dapat terpenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini menyebabkan perdagangan internasional berperan penting dalam perekonomian sebuah negara, terutama negara berkembang.

Pada tahun 1992 negara-negara anggota ASEAN mencetuskan keinginan untuk melaksanakan integrasi ekonomi guna mencapai liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Bentuk dari integrasi ekonomi ASEAN diawali dengan pembentukan

ASEAN Free Trade Area (AFTA). Perjanjian AFTA ini awalnya disetujui oleh 6

negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Brunei, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Lalu 4 anggota lainnya yaitu Vietnam bergabung pada tahun 1995, Laos dan Myanmar pada tahun 1997, serta Kamboja pada tahun 1999.

AFTA merupakan salah satu bentuk integrasi ekonomi yang paling sederhana yaitu free trade area (FTA). Menurut Mukhlis (2009) integrasi ekonomi terjadi karena adanya kegiatan perdagangan yang intensif di antara sesama negara anggota (intra

trade), hal inilah yang mendorong ASEAN membentuk AFTA. Selain itu menurut

Okabe & Urata (2013), terdapat 3 alasan yang melatarbelakangi pembentukan AFTA, yaitu :

 Peningkatan intra-ASEAN trade melalui FTA diharapkan dapat meningkatkan pembangunan ekonomi negara-negara anggota ASEAN melalui pertumbuhan output dan peningkatan efisiensi.

 Meningkatnya tren pembentukan Regional Trade Agreement (RTA) di belahan dunia lain yang berpotensi untuk mendiskriminasikan komoditas ekspor dari negara anggota ASEAN di pasar international, memberi tekanan bagi ASEAN untuk membentuk FTA.

 Perkembangan ekonomi Cina dianggap sebagai ancaman besar bagi perekonomian negara-negara anggota ASEAN dalam hal persaingan eksport dan dalam menarik FDI

(14)

2 Dalam rangka pembentukan AFTA, disepakati pula mekanisme dari liberalisasi perdagangan melalui skema Common Effective Preferential Trade (CEPT) untuk menurunkan atau menghapuskan restriksi tariff antar negara anggota ASEAN. Skema CEPT mencakup semua produk manufaktur dan menurunkan tariff produk-produk tersebut hingga 0-5 persen. Skema ini di berlakukan secara bertahap dan terjadwal sejak tahun 1993 dalam rangka menyongsong perdagangan bebas ASEAN yang direncanakan tercapai pada tahun 2003. Pemberlakuan CEPT diharapkan dapat meningkatkan intra-ASEAN trade dan akhirnya meningkatkan daya saing produk-produk ASEAN.

Gambar 1. Intra & Inter-Trade ASEAN Tahun 2013 (persen)

Sumber : asean.org

Gambar 1 menunjukkan intra dan inter-trade ASEAN pada tahun 2013. Dapat dilihat dengan jelas bahwa inter-trade ASEAN jauh lebih besar dibandingkan dengan

intra-trade. Masing-masing negara anggota ASEAN tampaknya lebih fokus

melakukan perdagangan dengan negara lain di luar ASEAN (inter-ASEAN trade). Padahal dengan dibentuknya AFTA serta implementasi skema CEPT, diharapkan

intra-ASEAN trade dapat memainkan peran lebih seiring dengan dihapuskannya

berbagai hambatan tariff dan non-tariff di antara negara anggota ASEAN.

Walaupun pada gambar 1 diperlihatkan bahwa negara-negara ASEAN-5 tidak memiliki persentase yang paling besar, namun negara-negara pada ASEAN-5 memiliki nilai total ekspor barang manufaktur yang paling besar. Berdasarkan data

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

(15)

3 yang didapat dari UN COMTRADE (United Nation Comodity Trade), pada tahun 2007 Indonesia memiliki nilai 48685,08 juta US$, Malaysia sebesar 124748,60 juta US$, Filipina sebesar 42853,77 juta US$, Singapura sebesar 227500,25 juta US$, dan Thailand sebesar 116811,55 juta US$. Dimana negara-negara anggota ASEAN lainya tidak mencapai angka tersebut. Hal ini lah yang membuat penulis hanya menggunakan negara-negara anggota di ASEAN-5.

Dalam intra-ASEAN trade sektor manufaktur merupakan salah satu sektor yang sangat penting. Menurut Aslam (2012) sektor manufaktur merupakan sektor unggulan dalam perdagangan di ASEAN. Selain itu pula, seluruh produk dalam sektor manufaktur disertakan sebagai komoditi yang mendapat penurunan tariff dari skema CEPT.

Sektor manufaktur adalah sebuah industri yang memproses barang mentah menjadi barang jadi. Manufaktur biasa diartikan sebagai produksi secara masal, karena menggunakan bantuan mesin, peralatan, dan tenaga kerja. Sektor manufaktur tidak hanya penting bagi intra-ASEAN trade saja, tapi juga bagi pertumbuhan negara. Hal ini disebabkan secara faktual kontribusinya terhadap GDP masing-masing negara sangatlah besar (Mukhlis, 2009). Hasil dari sektor manufaktur juga, dapat membantu dalam pengembangan sektor industri lain di dalam negeri.

Tabel 1. Kontribusi Ekspor Sektor Manufaktur Terhadap Ekspor Sektor Non-Migas di Negara ASEAN-5 periode 2007-2012 (persen)

2007 2008 2009 2010 2011 2012 RATA-RATA INDONESIA 57.54 54.74 56.69 53.36 51.87 54.48 54.78 SINGAPURA 88.57 86.40 87.70 87.30 85.60 85.61 86.86 THAILAND 80.26 78.98 78.76 79.16 76.06 78.62 78.64 FILIPINA 87.76 86.17 87.52 57.93 60.40 84.66 77.41 MALAYSIA 83.01 66.61 82.07 79.87 75.60 77.60 77.46

Sumber : COMTRADE (diolah)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi sektor manufaktur terhadap ekspor sektor non-migas negara anggota ASEAN cenderung tinggi. Terlihat dari rata-rata kontribusi ekspor sektor manufaktur periode 2007-2012 yang lebih dari 50 persen.

(16)

4 Rata-rata tertinggi dipegang oleh Singapura dengan rata-rata kontribusi ekspor sektor manufaktur sebesar 86,86 persen terhadap sektor non-migas. Sedangkan untuk rata-rata kontribusi sektor manufaktur terendah dipegang oleh Indonesia dengan 54,78 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa sektor manufaktur memiliki peran penting dalam perdagangan di kawasan ASEAN-5.

Tingginya kontribusi tersebut salah satunya dipengaruhi oleh teknologi dan tenaga kerja. Menurut Phan & Jeong (2014), perdagangan sektor manufaktur antara ASEAN dan Korea didorong oleh intensitas penggunaan teknologi dan kemampuan sumber daya manusia yang tinggi. Namun, dalam kasus intra-ASEAN trade terdapat faktor lain yang dapat menunjang ekspor sektor manufaktur salah satunya yaitu persamaan budaya dan bahasa.

Tabel 2. Persamaan Budaya, Bahasa, dan Suku Negara ASEAN-5

NEGARA IBU

KOTA BAHASA RESMI SUKU

Indonesia Jakarta Bahasa Indonesia

Rumpun Melanesia, Melayu-Polinesia, Tiongkok, dan

lainnya

Malaysia Kuala Lumpur

Malaysia, Inggris, Mandarin, & Tamil

Tionghoa, Melayu, Indo-Arya, dan lainnya

Singapura Singapura Inggris, Mandarin, Melayu & Tamil

Tionghoa, Melayu, Indo-Arya, dan lainnya

Thailand Bangkok Thai suku Thai, Tionghoa, suku Melayu, Khmer, dan lainnya

Filipina Manila Tagalog, Inggris & Spanyol

Filipino, Tionghoa, Indo-Arya, bangsa Eropa dan Amerika, Arab, dan

lainnya

Sumber : asean.org

Negara-negara di ASEAN merupakan negara yang masih kental akan budaya yang diturunkan dari nenek moyang mereka. Beberapa negara bahkan memiliki budaya atau bahasa yang hampir serupa ataupun sama. Seperti contohnya Indonesia dan Malaysia, kedua negara tersebut memiliki budaya yang hampir sama yaitu budaya melayu. Maka dari itu Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu terdengar hampir sama. Ada pula

(17)

5 Malaysia dan Singapura, dimana suku yang tinggal dan bahasa resmi yang diterapkan di kedua negara tersebut persis sama. Selain itu, Filipina memiliki 1 kesamaan dengan Malaysia dan Singapura, yaitu mencantumkan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di negara mereka.

Dalam perdagangan internasional kemiripan budaya ataupun bahasa akan memberi keuntungan sendiri dalam hubungan bilateral tersebut. Berdasarkan Engel, Blackwell, & Miniard (1995) budaya dapat menuntun individu ataupun kelompok masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun keinginan terhadap barang dan jasa. Apabila kedua negara memiliki budaya yang hampir serupa ataupun sama, maka jenis barang dan jasa yang diperlukan kedua negara tersebut juga akan cenderung hampir sama. Jadi, kedua negara tersebut akan saling berdagang guna memenuhi kebutuhan negara lainnya yang tidak dapat memenuhi permintaan dalam negeri melalui produksi dalam negeri. Selain itu pula, memiliki bahasa resmi yang sama akan mempermudah seseorang dalam bertransaksi, sehingga perdagangan yang dilakukan pun akan semakin mudah dan lancar.

1.2.

Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, diketahui bahwa pembentukan AFTA bertujuan untuk meningkatkan intra-ASEAN trade. Peningkatan tersebut diharapkan bisa meningkatkan perekonomian negara-negara anggota ASEAN. Skema CEPT pun disepakati guna menstimulus intra-ASEAN trade pada sektor manufaktur. Ditambah dengan adanya kesamaan budaya dan bahasa yang dapat mempermudah berlangsungnya transaksi ekspor-impor. Namun, kenyataannya inter-ASEAN trade

lebih besar dibandingkan dengan intra-ASEAN trade. Berdasarkan hal tersebut timbul pertanyaan, apakah liberalisasi perdagangan ASEAN memberi pengaruh signifikan terhadap intra-ASEAN trade sektor manufaktur? Mengapa pengaruhnya demikian?

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh liberalisasi perdagangan ASEAN terhadap volume ekspor intra-trade ASEAN-5 pada sektor industri manufaktur dengan menggunakan

(18)

6 pendekatan model gravitasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai intra-ASEAN trade dan dapat pula menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki faktor-faktor yang dapat memengaruhi volume ekspor bilateral antar negara anggota ASEAN-5 pada sektor manufaktur menggunakan pendekatan model gravitasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah GDP negara eksportir, GDP negara mitra dagang, populasi negara eksprotir, populasi negara mitra dagang, jarak antar negara, dummy krisis ekonomi,

dummy pemberlakuan CEPT, dan dummy kesamaan budaya ataupun bahasa.

Gambar 2. Kerangka pemikiran

Pendapatan negara eksportir dan negara mitra dagang merupakan variabel yang sangat penting dalam melihat hubungan intra-trade. Menurut Okabe & Urata (2013), GDP merupakan gambaran daya beli dan modal (capital) suatu negara. Untuk negara eksportir, GDP menggambarkan ketersediaan modal (capital). Semakin tinggi GDP negara eksportir maka modal yang dialokasikan ke sektor manufaktur juga akan semakin besar. Sedangkan untuk negara mitra dagang (importir), GDP merupakan gambaran daya beli. Semakin tinggi GDP negara importir maka semakin banyak negara tersebut mengimpor barang manufaktur dari negara eksportir. Oleh karena itu,

GDP negara eksportir (+) GDP Negara mitra dagang (+) Populasi Negara eksportir (+) Populasi Negara mitra dagang (+) Pemberlakuan CEPT(+) Jarak Antar Negara (-) Volume Ekspor Sektor Manufaktur Krisis Ekonomi (-) Persamaan Budaya (+)

(19)

7 GDP negara eksportir dan GDP negara mitra dagang diharapkan memiliki hubungan positif terhadap volume ekspor industri manufaktur antar negara ASEAN-5.

Populasi negara eksportir dan negara mitra dagang juga merupakan variabel yang penting dalam melihat hubungan intra-trade ASEAN-5. Menurut Reinert (2009) semakin tinggi populasi negara eksportir maka semakin tinggi pula produksi manufakturnya. Hal ini disebabkan ketersediaan tenaga kerja yang tinggi. Sedangkan, untuk negara mitra dagang, populasi mengindikasikan ukuran pasar. Semakin besar ukuran suatu pasar, maka semakin tinggi pula kebutuhan konsumsi akan barang manufaktur sehingga impor pun akan semakin tinggi. Oleh karena itu, populasi negara eksportir dan populasi negara mitra dagang diharapkan memiliki hubungan positif terhadap volume ekspor industri manufaktur antar negara ASEAN-5.

Menurut Okabe & Urata (2013) sebelum adanya AFTA, jarak merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perdagangan antar negara anggota ASEAN. Masuknya variabel jarak dalam penelitian ini dilakukan penulis untuk melihat apakah jarak masih menjadi salah satu faktor yang memengaruhi intra-trade. Hal ini disebabkan semakin dekat jarak antara negara eksportir dengan negara mitra dagang, maka transportation

cost dalam melakukan perdagangan juga akan semakin murah.

Variabel dummy krisis ekonomi dalam penelitian ini digunakan untuk menangkap dampak dari krisis ekonomi tahun 1998 dan krisis ekonomi tahun 2008 terhadap volume ekspor manufaktur ASEAN-5. Kedua krisis ekonomi tersebut dapat memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian di masing-masing negara ASEAN. Krisis ekonomi dapat membuat perekonomian di negara-negara ASEAN menjadi lemah dan hal ini akan berakibat pada menurunnya volume ekspor yang dilakukan negara-negara ASEAN.

Skema CEPT diukur melalui penurunan tariff barang produksi yang diperjualbelikan antar negara anggota ASEAN. Barang produksi manufaktur merupakan salah satu barang yang tarifnya mengalami penurunan karena skema CEPT. Sesuai dengan tujuannya, skema CEPT diharapkan dapat meningkatkan

intra-trade ASEAN-5. Pemberlakuan CEPT telah dilakukan mulai pada tahun 1993 secara

bertahap terhadap beberapa komoditas. Tetapi baru pada tahun 2003 seluruh komoditas dapat dikenakan skema CEPT. Oleh karena itu penurunan tariff diharapkan dapat meningkatkan volume ekspor dari negara eksportir ke negara mitra dagang.

(20)

8 Persamaan budaya juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempermudah transaksi perdagangan. Apabila 2 negara memiliki budaya yang hampir serupa maka barang dan jasa yang dibutuhkan setiap individu ataupun kelompok di negara eksportir dan negara mitra juga cenderung hampir sama. Selain itu persamaan budaya juga dapat mempermudah transaksi. Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud bukan hanya merujuk kepada 2 negara yang memiliki budaya yang sama, tetapi juga kepada kesamaan bahasa, dan mayoritas suku yang tinggal di negara tersebut.

Gambar

Gambar 1. Intra & Inter-Trade ASEAN  Tahun 2013 (persen)
Tabel 1. Kontribusi Ekspor Sektor Manufaktur Terhadap Ekspor Sektor Non- Non-Migas di Negara ASEAN-5 periode 2007-2012 (persen)
Tabel 2. Persamaan Budaya, Bahasa, dan Suku Negara ASEAN-5
Gambar 2. Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil dengan teknik survey tes dan variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan volume oksigen maksimal

Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah reliabilitas skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori yang baik,

 Siswa diingatkan materi tentang menyelesaikan matematika suatu masalah yang berkaitan dengan menentukan harga penjualan dan pembelian, untung dan rugi. Fase 1:

Dari Gambar 26 pengujian kinerja mesin diesel dengan menggunakan bahan bakar minyak nyamplung dapat dilihat daya maksimum yang dihasilkan adalah 4,56 kW dan

Dalam perancangannya, estetika dan struktur bangunan menerapkan konsep desain yang diadopsi dari bentuk pohon yang mengelilingi tapak dan dijadikan sebagai karakteristik

penghubung dari katub peralatan pengangkat (blade lift valve). n) Lepaskan hose katup balik dan tabung penghisab dari hydraulic tank. o) Pindahkan penutup bagian depan

8 | Husein Tampomas, Soal dan Solusi Try Out Matematika SMA IPS Dinas Kabupaten Bogor,

Lokasi penelitian RY – 01 memiliki potensi yang lebih besar daripada lokas penelitian RY – 02, karena memiliki nilai permeabilitas yang lebih tinggi yaitu berkisar