Vol. 13 No. 2: 334-343 Oktober 2020 Peer-Reviewed
URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.334-343
Analisis Distribusi dan Margin Pemasaran Bawang Merah Lokal Topo
di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan
(
Analysis of Distribution and Marketing Margin of Topo Local Shallots in North
Tidore District, Tidore Islands City
)
Munawir Muhammad1, Fatmawati1 dan Abdul Haris Din1
1 Program Studi AGRIBISNIS FAPERTA UMMU-Ternate, Indonesia, Email : munawirmuhammad2012@yahoo.com; watifatmawati71@gmail.com; aharis2684@gmail.com Info Artikel: Diterima: 06 Okt. 2020 Disetujui: 06 Nov. 2020 Dipublikasi: 11 Nov. 2020
Reserch Article Keyword:Analisis Distribusi, Margin Pemasaran, Bawang merah lokal Topo Korespondensi: Munawir Muhammad Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Ternate, Indonesia Email : munawirmuhammad12@yahoo.com Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis bentuk saluran distribusi pemasaran bawang merah lokal topo dan margin pemsaran bawang merah lokal topo di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan. Responden yang akan diteliti diantaranya produsen, pedagang pengumpul, pengecer dan konsumen yang terlibat langsung dalam distribusi bawang merah lokal topo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian diantaranya petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer yang yang terlibat dalam mengembangkan komoditas bawang merah lokal topo di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan, dengan teknik pengisian quesioner yang diikuti dengan wawancara. Analisis data yang digunakan terdiri dari analisis deskriptif dan analisis kuantitatif (Analisis Margin pemasaran). Melalui hasil penelitian bahwa saluran pemasaran yang dilakukan oleh petani bawang merah lokal topo di Kecamatan Tidore Utara terdapat 3 saluran distribusi pemasaran (1) Petani-Pedagang Pengumpul-Pedagang Pengecer dan konsumen. (2) Petani Pengumpul-Pedagang Pengecer dan Konsumen. (3) Petani langsung ke konsumen akhir. Margin pemasaran pada saluran I sebesar Rp.17.500 dan pada saluran II Rp. 10.000. Margin tertinggi diperoleh pada saluran pemasaran I yaitu petani-pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen, sehingga mengakibatkan bagian yang diterima petani semakin sedikit dibandingkan dengan pedagang. Saluran III tidak memiliki margin karena petani langsung menjual produknya ke konsumen. Sehingga saluran yang paling menguntungkan produsen adalah saluran pemasaran III. Abstract. The purpose of this research was to analyze the form of topo local shallot marketing distribution channels and marketing margins of topo local shallots in North Tidore District, Tidore Islands City. Respondents which will be researched include producers, collectors, retailers and consumers who are directly involved in the distribution of topo local shallots. The data collection techniques used in this research included farmers, collector traders, retailers involved in developing topo local shallot commodities in North Tidore District, Tidore Islands City, by filling out a questionnaire followed by interviews. The data analysis used consisted of descriptive analysis and quantitative analysis (marketing margin analysis). Through the research results that the marketing channels carried out by local shallot farmers Topo in North Tidore District have 3 marketing distribution channels (1) Farmer-Trader, Collector-Trader, Retailer and consumer. (2) Farmers, Retailers and Consumers. (3) Farmers directly to the final consumer. The marketing margin in channel I is Rp. 17,500 and channel II is Rp. 10,000. The highest margin is obtained in the marketing channel I, they are farmer-trader-gatherer-retailer-consumer, so that causes part received by farmers is less than the traders. Channel III has no margin because the farmers sell their products directly to consumers. So that the most profitable channel for producers is the marketing channel III.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kota Tiodre Kepulauan yang dikenal sebagai bawang merah topo. Bawang merah lokal tersebut memiliki karakteristik yang khas, sehingga pengembangan bawang merah lokal topo untuk dijadikan komoditas unggulan Maluku Utara perlu kembangkan, karena secara umum
kondisi agroekosistem di Maluku Utara sesuai untuk tanaman bawang. Bawang merah topo spesifik lokasi Kota Tidore Kepulauan umumnya belum dibudidayakan secara komersial atau
belum menggunakan introduksi teknologi.
Bawang merah lokal topo tersebut umumnya ditanam di lereng-lereng bukit dengan kemiringan lebih dari 35% yang merupakan habitat alaminya
335
(Hidayat et al., 2013). Bawang merah lokal topo punya nilai historis yang lekat dengan masyarakat Kota Tidore, Provinsi Maluku Utara. Bahkan bawang merah lokal topo ini dijadikan simbol kebanggaan masyarakatnya. Budidaya bawang merah varietas lokal ini telah dilakukan sejak beratus-ratus tahun yang lalu, melalui berbagai kegiatan pengkajian VUL (varietas unggul lokal) dan introduksi teknologi, produktivitas bawang topo dilaporkan dapat mencapai 12 ton/ha (Anonymous, 2016).
Pemasaran adalah semua kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai (Sa’id dkk, 2001). Pemasaran pertanian mencakup perpindahan barang atau jasa mulai dari subsistem pengadaan
dan penyaluran input pertanian, produsen
hasil pertanian, agroindustri, pedagang
pengumpul, pengecer dan lembaga-lembaga
perantara lainnya. Biaya pemasaran ini sering kali
diukur dengan margin pemasaran yaitu bagian
yang dibayarkan konsumen ketika membeli produk atau barang yang diperlukan untuk menutupi biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran (Kotler, 2005).
Kegiatan pemasaran komoditas bawang merah lokal topo merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta
memberikan keuntungan bagi produsen.
Permasalahan yang dihadapi petani bawang merah lokal topo di Kecamatan Tidore Utara yakni sering berfluktuasinya harga sehingga petani pada
umumnya mengalami kerugian karena
kebanyakan dari petani tidak mengetahui waktu penjualan untuk mendapatkan harga jual yang menguntungkan serta minimnya harga jual, sehingga berdampak besar pada produksi dan pendapatan petani bawang merah lokal topo yang ada di masing-masing wilayah di Kecamatan Tidore Utara. Minimnya harga jual menyebabkan nilai produk yang diterima petani menjadi rendah dan margin pemasaran bawang merah lokal topo yang diterima oleh petani juga rendah.
Melihat potensi dan permasalahan
masyarakat Kota Tidore Kepulauan khususnya Kecamatan Tidore Utara maka perlu dilakuakan
penelitian khusus tentang distribusi dan
pemasaran bawang merah lokal topo yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi
dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk saluran distribusi pada tiap-tiap lembaga pemasaran bawang merah lokal topo menganalisis margin pemsaran bawang merah lokal topo di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah
menggugah pemerintah daerah agar terus
mengembangkan komoditas bawang merah lokal topo karena mampu bersaing, terutama mampu mengatasi ketersediaan bawang impor dan mampu mengatasi harga bawang sehingga masyarakat Kota Tidore tidak bergantung pada komoditas bawang merah dari luar.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di
Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan, Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara
purposive sampling, di Kecamatan Tidore Utara,
karena didaerah tersebut merupakan persentase terbanyak untuk petani yang mengembangkan usahatani bawang merah lokal topo, sedangkan pemilihan petani sebagai sampel diawali dengan cara sensus (Complete enumeration). Responden yang akan diteliti diantaranya produsen, pedagang pengumpul, pengecer dan konsumen yang terlibat langsung dalam distribusi bawang merah lokal topo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian diantaranya petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer yang yang terlibat dalam mengembangkan komoditas bawang merah lokal topo di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan, diantaranya dengan teknik pengisian quesioner yang diikuti dengan wawancara.
Analisis data yang digunakan terdiri dari analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama yaitu bentuk saluran distribusi pada tiap-tiap lembaga pemasaran bawang merah lokal topo kemudian dengan melalui pengamatan secara langsung di lapangan. Analisis deskripsi merupakan analisis yang menggambarkan secara sistematik, akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi/kegiatan yang dilakukan dalam bidang tertentu yang menjadikan subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti maupun fakta yang terjadi di
336
lapangan (Nasir, 2003). Sedangkan untuk
menjawab tujuan yang ke dua yaitu menganalisis margin pemsaran bawang merah lokal topo dilakukan analisis margin pemasaran pada masing-masing saluran distribusi pemasaran. Distribusi margin pemasaran dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
SBi j x 100%
Dimana :
Sbij = Bagian biaya yang melaksanakan fungsi pemasaran
Cij = Biaya Pemasaran
Pr = Harga di tingkat pengecer (Rp/kg) Pf = Harga di tingkat petani (Rp/kg)
Skj
x 100%
Dimana :
Skj = Bagian keuntungan lembaga pemasaran
Pr = Harga ditingkat pengecer (Rp/kg) Pf = Harga ditingkat petani (Rp/kg)
Πij = Keuntungan pemasaran (Rp/Kg)
Margin pemasaran sama dengan selisih harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen, sehingga dapat di rumuskan sebagai berikut:
M = Pr – Pf
Dimana :
M = Margin pemasaran (Rp/Kg) Pr = Harga di tingkat produsen (Rp/kg) Pf = Harga di tingkat konsumen (Rp/kg)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Distribusi Pemasaran
Pemasaran menurut para ahli akan
dijabarkan sebagai berikut (1) Pemasar merupakan sistem keseluruhan dari berbagai kegiatan bisnis atau usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga barang atau jasa,
mempromosikannya, dan mendistribusikan
kepada konsumen dan bisa memuaskan
konsumen (William J. Stanto :2009). (1)Menurut (Kotler dan Amstrong) Pemasaran merupakan sebuah proses managerial yang orang-orang didalamnya mendapatkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan melalui penciptaan dan
pertukaran barang produk-produk yang
ditawarkan dan nilai produknya kepada orang lain. (3) Philip dan Duncan (2009), Pemasaran merupakan suatu yang terdiri dari segala langka
yang digunakan untuk menempatkan barang yang yang dijual belikan ketangan pembeli atau konumen. (4) Menurut Kotler dan Keller (2009)
Pemasaran adalah mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. dan sala satu defenisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah memnuhi kebutuhan dengan
cara menguntungkan. Sedangkan menurut
Pranatagama, (2015), saluran distribusi pemasaran pertanian menyelenggarakan komoditas pertanian dari produsen ke konsumen. Alur komoditas dari produsen sampai ke konsumen disebut saluran pemasaran.
Distribusi/saluran pemasaran merupakan proses aliran barang dari produsen ke konsumen. Didalam saluran pemasaran terdapat lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran, untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran. dari data yang diperoleh pada penelitian diatas terdapat 39 responden yaitu yang terdiri dari 32 petani, 4 pedagang pengumpul dan 3 pedagang pengecer.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa dalam saluran pemasaran bawang merah lokal Topo di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Utara terdapat 3 saluran pemasaran.
Tiga saluran pemasaran tersebut apabilah digambarkan dalam bentuk bagan, maka akan terbentuk saluran pemasran seperti pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1. diatas maka Petani dapat memilih dua lembaga pemasaran didalam memasarkan hasil produksinya, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer sebagai pedagang perantara atau lembaga dari tangan kedua yang siap menyalurkan hasil produksinya sampai ke konsumen akhir. Dari Gambar 1 diatas saluran pemasaran yang ada di Kecamatan Tidore Utara adalah sebagai berikut:
Pada saluran I, petani menjual Bawang merah lokal Topo ke padagang pengumpul yang melakukan transaksi langsung ke rumah petani. Adapula yang memesan langsung ke petani melewati komonikasi (Handphone). Petani lebih memilih saluran ini karena petani sudah mengenal dan berlangganan dengan pedagang pengumpul. Pada saluran II, petani dapat menjual Bawang Merah Topo ke pedagang pengecer. Biasanya pedagang pengecer yang membeli dari petani adalah pedagang yang berasal dari desa tersebut. Kemudian pada saluran III, Bentuk saluran ini petani bawang merah lokal topo yang melakukan penjualan secara langsung ke konsumen akhir,
337
tanpa adanya perantara. Banyak Petani yang juga dapat memilih saluran ini.
Berikut ini Distribusi Bawang Merah Lokal Topo berdasarkan saluran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 1. Saluran Pemasaran bawang merah lokal Topo 1.
2.
3.
Tabel 1. Distribusi Bawang Merah Lokal Topo dalam Saluran Pemasaran
No Saluran Pemasaran Jumlah Petani Persentase %
1 Saluran I 15 46,88
2 Saluran II 8 25,00
3 Saluran III 9 28,13
Jumlah 32 100
No Saluran Pemasaran Pedagang pengumpul Persentase %
1 Saluran I 5 100
2 Saluran II - 0,0
3 Saluran III - 0,0
Jumlah 5 100
No Saluran Pemasaran Pedagang pengecer Persentase %
1 Saluran I 2 766,6
2 Saluran II 1 33,33
3 Saluran III - 0,0
Jumlah 3 100
Sumber : Data Primer Diolah 2020
Berdasarkan Tabel 1 di atas maka dapat dijelaskan bahwa lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran I yaitu petani sebanyak 15 orang (46,88%), pedagang pengumpul sebanyak 5 orang (100%), dan pedagang pengecer
berjumlah 2 orang (66,67%). selanjutnya saluran pemasaran II, yaitu petani sebanyak 8 orang (25,00%) dan pedagang pengecer sebanyak 1 orang (33,33%). Dan yang terakhir adalah saluran
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengecer
Konsumen
Petani
Pedagang Pengecer
Konsumen
338
pemasaran III, yaitu petani sebanyak 9 orang (28,13%).
Proses pemasaran bawang merah lokal topo dari tingkat produsen ke tingkat konsumen memerlukan berbagai kegiatan atau tindakan yang dapat memperlancar proses pemasaran dan
kegiatan tersebut dinamakan fungsi-fungsi
pemasaran. Fungsi pemasaran yang dilakukan setiap lembaga adalah fungsi fisik, fungsi
pertukaran dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran dicerminkan dengan adanya transaksi jual beli antara petani dan lembaga pemasaran, fungsi fisik meliputi alat-alat dan tranportasi, sedangkan fungsi fasilitas meliputi informasi pasar dan pembiayaan. Perincian fungsi-fungsi pemasaran pada setiap lembaga dapat dilihat pada tabel 2, 3 dan tabel 4.
Tabel 2. Fungsi Pemasaran dari Setiap Lembaga Pemasaran Bawang Merah Lokal Topo pada Saluran Pemasaran I.
Lemabaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Aktivitas
Saluran Pemasaran II
Petani Fungsi Fisik Pengangkutan
Fungsi Pertukaran Penjualan
Fungsi Fasilitas Pembiyaan
Pedagang Pengumpul Fungsi Fisik Pengangkutan dan Penyimpanan
Fungsi Pertukaran Fungsi Fasilita
Pembelian dan Penjualan Pembiayaan dan informasi Pasar
Pedagang Pengecer Fungsi Fisik Penyimpanan dan Pengangkutan
Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan
Fungsi Fasilitas Penangungan Resiko dan informasi pasar
Sumber: Data Primer Diolah 2020
Tabel 3. Fungsi Pemasaran dari Setiap Lembaga Pemasaran Bawang Merah Lokal Topo pada Saluran Pemasaran II.
Lemabaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Aktivitas
Saluran Pemasaran II
Petani Fungsi Fsik Penyimpanan dan Penganngkutan
Fungsi Pertukaran Penjualan
Fungsi Fasilitas Pembiayaan
Pedagang Pengecer Fungsi Fsik Penyimpanan dan Pengangkutan
Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan
Fungsi Fasilitas Penangungan Resiko dan informasi pasar
Sumber: Data Primer Diolah 2020
Tabel 4. Fungsi Pemasaran dari Lembaga Pemasaran Bawang Merah Lokal Topo pada Saluran Pemasaran III.
Lemabaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Aktivitas
Saluran Pemasaran III
Petani Fungsi Fsik Penganngkutan dan Penyimpanan
Fungsi Pertukaran Penjualan
Fungsi Fasilitas Pembiayaan dan Informasi Pasar
Sumber: Data Primer Diolah 2020
Berdasarkan Tabel 2, 3 dan 4. diatas dapat dijelaskan bahwa fungsi-fungsi pemasaran dari setiap lembaga pemasaran bawang merah lokal topo Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan :
3.1.1. Petani
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani pada saluran pemasaran I, sesuai dengan tabel 2 diatas diantaranya adalah, pengangkutan, penjualan dan pembiayaan. Petani pada saluran I melakukan pengangkutan pada saat pasca panen,
339
dimana petani menyewa buruh untuk mengangkut ke rumah petani sesuai dengan hasil pasokan produksinnya, dan fungsi pertukaran yang dilakukan oleh petani pada saluran pemsaran I yaitu petani siap untuk menjual ke pedagang pengumpul. Kemudian fungsi fasilitas yang dilakukan petani pada saluran pemasaran I adalah petani melakukan pembiyaan hanya menangung biaya karung dan biaya penyewaan buruh pada saat pasca panen. Karena pada saluran ini
pedagang pengumpul biasanya langsung
mendatangi rumah petani.
Fungsi pemasaran II pada petani sesuai dengan tabel 3 diatas yaitu, fungsi fisik yang dilakukan petani saluran pemasaran II hampir sama dengan petani pada saluran pemasaran I yakni pengangkutan pada saat pasca panen, dimana petani menyewa buru untuk mengangkut ke rumah petani sesuai dengan hasil pasokan produksinnya. Dan fungsi pertukaran yang dilakukan oleh petani pada saluran pemasaran II, yaitu petani menjual bawang merah lokal topo ke padagang pengecer. Karena pada saluran ini petani sering berinteraksi dan berlangganan dengan pedagang pengecer yang berasal dari Desa
tersebut. Kemudian fungsi fasilitas yang
dilakukan oleh petani pada saluran pemasaran II, adalah pembiyaan, karung dan biaya sewa buruh.
Funsi pemasaran III untuk petani sesuai tabel 4 diatas yaitu, fungsi fisik, diantaranya fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan. Petani melakukan pengangkutan bawang merah lokal Topo dari Kelurahan Afa-afa sampai ke pasar Rum dengan menggunakan sepeda motor umtuk
menyalurkan sampai ke konsumen akhir.
Penyimpanan yang dilakukan oleh petani pada saluran III, biasanya hasil produksi pada pasca panen tidak semuanya dipasarkan. Hal ini didasari dengan kapasitas muatan dan permintaan pasar, sehingga akan dilakukan penyimpanan agar bawang merah lokal topo dapat di jual kembali pada keesokan harinya. Fungsi pembiayaan yang
dilakukan oleh petani pada saluran III,
diantaranya biaya penyediaan karung,
transportasi, sortir dan retrebusi pasar. Informasi pasar didapatkan dari sesama petani atau pedagang lainya.
3.1.2. Pedagang Pengumpul
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul pada saluran pemasaran I yakni: pengangkutan, penyimpanan, pembelian, penjualan, pembiayaan dan informasi pasar. Pedagang pengumpul melakukan pembelian dari
beberapa petani bawang merah lokal Topo dengan kapasitas pasokan yang diinginkan kemudian melakukan penjualan kepada pedagang pengecer
dengan pengangkutan yang dimiliki atau
melakukan pembiayaan menyewa kendaraan. Penyimpanan dilakukan apabilah pasoakan yang ada belum menycukupi sehingga dikumpulkan terlebih dahulu sampai mencapai jumlah yang diinginkan dan sebelumnya bawang merah lokal Topo telah disortir sehingga bawang merah lokal Topo bersih dari daun-daun bawang merah
maupun kotoran lainya. Informasi pasar
didapatkan dari sesama pedagang pengumpul dan kondisi di sekitar pasar.
3.1.3. Pedagang Pengecer
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer pada saluran pemasaran I yakni: penyimpanan, pengangkutan, pembelian, penjualan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Pedagang pengecer pada saluran I melakukan pembelian dari pedagang pengumpul kemudian menjualnya kembali kepada konsumen akhir. Penyimpanan dilakukan apabilah bawang merah lokal Topo tidak habis di pasarkan pada hari yang sama. Penangungan resiko yang dialami oleh pedagang pengecer pada saluran I apabila terjadi penurunan harga dipasar dan banyaknya pedagang-pedagang bwang merah lokal Topo yang berasal dari kelurahan lain, karena hal ini dapat menjadi penurunan permintaan pasar. Informasi pasar didapatkan dari sesama pedagang pengecer dan pedagang lainya serta kondisi di sekitar pasar.
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer pada saluran pemasaran II adalah penyimpanan, pengangkutan, pembelian, penjualan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Pedagang pengecer pada saluran II melakukan pembelian dari petani kemudian menjualnya kembali kepada konsumen akhir. Penyimpanan dilakukan apabilah bawang merah lokal Topo tidak habis di pasarkan pada hari yang sama Penangungan resiko yang dialami oleh pedagang pengecer pada saluran II sama seperti saluran pemasaran I yakni, apabila terjadi
penurunan harga dipasar dan banyaknya
pedagang-pedagang bwang merah lokal Topo yang berasal dari kelurahan lain, karena hal ini dapat menjadi penurunan permintaan pasar. Informasi pasar didapatkan dari sesama pedagang pengecer dan pedagang lainya serta kondisi di sekitar pasar.
340
3.2. Analisis Margin, Distribusi Margin dan Share Margin
3.2.1. Saluran Pemasaran I
Pada saluran pemasaran I, lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat adalah petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Sesuai dengan hasil penelitian yang terlibat dalam saluran pemasaran I untuk petani sebanyak 15 orang (46,88%), pedagang pengumpul sebanyak 5 orang (100%) dan pedagang pengecer sebanyak 2 orang (76,66%).
Pola saluran pemasaran I yaitu petani melakukan penjualan bawang merah lokal Topo
dengan harga Rp 40.000/Kg ke pedagang pengumpul dan kemudian pedagang pengumpul tersebut menjulanya kembali dengan harga Rp 50.000/Kg ke pedagang pengecer. Sedangkan pedagang pengecer melakukan penjualan ke konsumen akhir dengan harga Rp 55.000- Rp 60.000 atau dengan Rata-rata Rp 57.000. Perincian rata-rata analisis margin, distribusi margin dan share pemasaran bawang merah lokal Topo di Kecamtan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan pada saluran Pemasaran I dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-Rata Analisis Margin, Distribusi Margin Dan Share Margin Bawang Merah Lokal Topo Pada Saluran Pemasaran I
No Lembaga Pemasaran dan
Komponen Margin Harga Jual (Rp/Kg) Distribusi Margin % Share %
1 Petani
Harga Jual 40.000 69,57
Total Biaya Pemasaran 42.267 241,53 73,51
Keuntungan 880.733 5.032,76 1.531,71
2 Pedagang Pengumpul
Harga Beli 40.000
Total Biaya pemasaran 107.000 611,43 186,09
Harga Jual 50.000 86,96
Keuntungan 518.000 2.960,00 900,87
3 Pedagang Pengecer
Harga Beli 50.000
Total Biaya pemasaran 79.500 454,29 138,26
Harga Jual 57.500
Keuntungan 495.500 2.831,43 861,74
4 Konsumen
Harga Beli 57.500 100,00
Margin Pemasaran 17.500
Sumber: Primer Diolah 2020
Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat dilihat harga jual bawang merah lokal Topo oleh petani Rp 40.000/Kg, bagian biaya yang melakukan disribusi margin untuk fungsi pemasaran oleh petani sebesar 241,53% dan keuntungan yang diperoleh petani sebesar 5.032,76%. kemudian harga beli dari konsumen Rp 57.000/Kg bagian yang diperoleh pada 2 lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer Rp 17.500/Kg yang merupakan margin pemasaran. Bagian yang di terima pedagang pengumpul Rp 10.000/Kg dengan distribusi margin untuk fungsi pemasaran sebesar 611,43% dan keuntungan
sebesar 2.960,00%. Sedangkan pada pedagang pengecer bagian yang diterima Rp 7.500 dengan distribusi margin untuk fungsi pemasaran sebesar 454,29% dan keuntungan sebesar 2.831,43%.
3.2.2. Saluran Pemasaran II
Pada saluran pemasaran II, petani menjual bawang merah lokal topo ke pengecer kemudian pengecer menjual ke konsumen. Pada umumnya petani menjual kepada pengecer yang berada di kelurahan tersebut kemudian pedagang pengecer melakukan kegiatan pemasaran di pasar Rum dengan menggunakan transportasi berupa sepeda motor, dengan kapasitas pengangkutan 10-15 Kg
341
untuk dipasarkan per penjualan. Berdasarkan Tabel 6 ,dapat dilihat harga jual bawang merah lokal Topo oleh petani Rp 40.000/Kg, bagian biaya yang melakukan disribusi margin untuk fungsi pemasaran oleh petani sebesar 498,75% dan keuntungan yang diperoleh petani sebesar 12,220%. kemudian harga beli dari konsumen Rp
50.000/Kg bagian yang diperoleh pada 1 lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer Rp10,000/Kg yang merupakan margin pemasaran. Bagian yang di terima pedagang pengecer Rp 10.000/Kg dengan distribusi margin untuk fungsi pemasaran sebesar 770% dan keuntungan sebesar 6,730%.
Tabel 6. Rata-Rata Analisis Margin, Distribusi Margin Dan Share Margin Bawang Merah Lokal Topo Pada Saluran Pemasaran II
No Lembaga Pemasaran dan
Komponen Margin Harga Jual (Rp/Kg)
Distribusi
Margin % Share %
1 Petani
Harga Jual 40.000 80,00
Total Biaya Pemasaran 49.875 498,75 99,75
Keuntungan 1.222.000 12,220 2,444
2 Pedagang Pengecer
Harga Beli 40.000
Total Biaya pemasaran 77.000 770 154
Harga Jual 50.000
Keuntungan 673.000 6,730 1,346
3 Konsumen
Harga Beli 50.000 100,00
Margin Pemasaran 10.000
Sumber: Primer Diolah 2020
3.2.3. Saluran Pemasaran III
Pada saluran pemasaran III, Bentuk saluran ini petani bawang merah lokal Topo yang
melakukan penjualan secara langsung ke
konsumen akhir, tanpa adanya perantara. Banyak Petani yang juga dapat memilih saluran ini. Pada umumnya petani juga terlibat dalam saluran pemasaran untuk menyalurkan komuditasnya
sampai ke pasar Rum, sehingga petani dapat mengeluarkan biaya-biaya pemasaran berupa transportasi dan retrebusi pasar. Adapun rata-rata
marjin pemasaran dan share margin yang
dikeluarkan oleh petani dimana petani juga terlibat dalam lembaga pemasaran, untuk pola pemasaran saluran ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-Rata Analisis Margin, Distribusi Margin Dan Share Margin Bawang Merah Lokal Topo Pada Saluran Pemasaran III
No Lembaga Pemasaran dan Komponen
Margin Harga Jual (Rp/Kg)
Distribusi
Margin % Share %
1 Petani
Harga Jual 50.000
Total Biaya Pemasaran 136.778 273,56
Keuntungan 491.000 982,00
2 Konsumen
Harga Beli 50.000
342
Pada Tabel 7 Saluran pemasaran III termasuk dalam saluran langsung. Selain dapat menguntungkan bagi petani, konsumen juga diuntungkan dalam saluran ini. Konsumen memiliki kesempatan untuk mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan kepada pedagang lain dengan harga berkisar antara Rp.55.000-Rp.60.000/Kg.
IV. PENUTUP
Hasil penelitian menunjukan bahwa saluran distribusi pemasaran komoditas bawang merah lokal topo di Kecamatan Tidore Utara Melalui tiga saluran pemasaran yaitu pertama : petani ke
Pedagang pengumpul, pedagang pengecer
kemudian ke konsumen akhir yang ke dua petani pedagang pengecer, konsumen dan saluran tiga yaitu petani langsung menjual ke konsumen. Dari
data diatas dapat diketahui bahwa margin pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 17.500 dan saluran pemasaran II sebesar Rp. 10.000. Saluran III tidak memiliki margin karena petani langsung menjual produknya ke konsumen. Sehingga saluran yang paling menguntungkan produsen adalah saluran pemasaran III.
Berdasarkan hasil penelitian, dari kedua saluran pemasaran bawang merah lokal topo yang ada, saluran pemasaran I dan II sudah efesien secara ekonomis, oleh sebab itu petani harus memilih untuk menggunakan salah satu dari dua saluran pemasaran yang sudah efesien secara ekonomis tersebut, sehingga farmer share atau keuntungan yang di terima petani lebih tinggi, Selain itu petani juga harus mampu menjaga kualitas bawang merah lokal topo yang ada agar harganya selalu tinggi dan mampu bersaing.
REFERENSI
Annisa et all, 2018. Efisiensi Pemasaran Bawang Merah (Kasus: Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah).
Jurnal Ilmiah Manajemen, Volume 8, No. 2, Juni 2018.
file:///C:/Users/Putri%20Ayu/Downloads/3323-6464-1-SM.pdf.
Badan Pusat Statisik Kota Tidore Kepulauan (2016). Produksi Bawang Merah Tahun 2015. Kota Tidore Kepulauan.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Dhewi TS. 2008. Analisis efisiensi bawang merah di Kabupaten Probolinggo. J Akunt Manaj Bisnis Sektor Publik. 4(3):342-351.
Djuariah, D. dan Sumiati, E., 2003, Perbaikan Teknologi Biji Botani Bawang Merah dengan Teknik
Polinasi Artificia, Laporan hasil Penelitian BALITSA.
Dillon, H.S. 2008 Manajemen Distribusi Produk- Produk Agroindustri. Percetakan TI-ITS. Jakarta. Hidayat, 2014. Keragaan fisik dan morfologis bawang merah topo maluku utara. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Maluku Utara.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2.Jakarta : PT IndeksKelompok Gramedia.
Lidona, Triana dan Fahmi, Asrul. 2016. Analisis Efisiensi Pemasaran Bawang Merah di Kecamatan Gerung
Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Ganeswar, Vol.10, No.2. September 2016.
http://unmasmataram.ac.id/wp/wp-content/uploads/5.-Triana-Lidona-Aprilani-dan-Azrul-Fahmi.pdf
Muhammad Munawir, 2019. Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Lokal Topo di Kecamatan
Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan. Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN
1979-6072). Volume. 12.No.2; 209-219. https:
343
Nuraeni D, Anindita R, Syafrial. 2015. Analisis variasi harga dan integrasi pasar bawang merah di Jawa Barat. Habitat. 26(3):163-172.
Pranatagama, Muhammad Friendy. 2015. Efisiensi dan Bauran Pemasaran Usahatani Kacang Tanah di
Desa Darungan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian. Universitas Jember.
Resky Maysari, et all, 2017. Pola Distribusi Dan Margin Pemasaran Bawang Merah Di Kota Parepare.
Jurnal Galung Tropika. Downloads/314-668-1-PB.pdf
Sa’id, Gumbria, dkk. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis (Kunci Menuju Daya Saing Global Produk
Agribisnis. Ghalia Indonesia; Jakarta.
Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang. Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta
Suroso. 2003. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Bukan Akuntansi terhadap Keputusan Kredit pada PT.
Bank Mandiri Tbk Cabang Imam Bonjol Medan. Program Studi Akuntansi. USU. Medan.
Suhaeni, et all, 2018. Analisis Efisiensi Pemasaran Bawang Merah Di Dataran Menengah Kabupaten
Majalengka. Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 2 Desember 2018.
https://jurnal.unma.ac.id/index.php/AG/article/viewFile/1147/1062.
Timbul Rasoki, Anna Fariyanti, Amzul Rifin, 2016. Pembandingan Efisiensi Pemasaran Bawang Merah
Konsumsi Dan Benih Di Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 34
No. 2, Oktober 2016:145-160 DOI: http://dx.doi.org/10.21082/jae.v34n2.2016.145-160.
Yusniawati Ka et all, 2016. Analisis Distribusi Dan Margin Pemasaran Usahatani Kacang Tanah Di