• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan dan Rancangan Intervensi Untuk Beban Kerja Mental Overload pada Dosen IAIN Palangka Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemetaan dan Rancangan Intervensi Untuk Beban Kerja Mental Overload pada Dosen IAIN Palangka Raya"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima: Juli 2020. Disetujui: Agustus 2020. Dipublikasikan: September 2020. 217 ISSN: 2086-4116(Print), 2685-3760(Online)

DOI 10.15575/irsyad.v8i3.2043

Pemetaan dan Rancangan Intervensi Untuk Beban Kerja

Mental

Overload

pada Dosen IAIN Palangka Raya

Arini Safitri

Program Studi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN Palangka Raya, Palangka Raya

Email: arini.safitri@iain-palangka raya.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemetaan dan rancangan intervensi untuk beban kerja mental overload pada Dosen IAIN Palangka Raya. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 31 orang yang terdiri dari Dosen PNS dan Non PNS yang memiliki beban kerja dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi minimal dalam satu Tahun Ajaran terakhir (Ganjil 2018/2019 atau Genap 2018/2019) lebih dari 16 Satuan Kredit Semester. Pengukuran beban kerja secara mental atau psikologis dapat diukur salah satunya dengan metode NASA-TLX. Metode NASA-TLX ialah suatu alat ukur yang digunakan dalam mengukur beban kerja mental secara subjektif. Hasil pemetaan beban kerja mental yaitu didapatkan skor rata-rata beban kerja mental sebesar 82 (delapan puluh dua) yang berada pada kategori berat.

Kata Kunci: Mental Demands; Own Performance; Beban Kerja Mental ABSTRACT

This study aims to determine the mapping and intervention design for mental overload workloads at IAIN Palangka Raya lecturers. The number of subjects in this study was 31 people consisting of PNS and Non-PNS lecturers who had a workload in implementing the Tri Dharma of Higher Education in the last one academic year (Odd 2018/2019 or Even 2018/2019) more than 16 Semester Credit Units. One of the mental or psychological measurements of workload is the NASA-TLX method. A NASA-TLX method is a measuring tool used in measuring mental workload subjectively. The mental workload mapping result is that the mental workload average score is 82 (eighty-two), which is in the heavy category.

(2)

218 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230

PENDAHULUAN

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 yang mengatur Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen menyatakan bahwa dosen pada dasarnya merupakan pendidik profesional dan ilmuwan yang berperan pada pengembangan, transformasi, dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran tersebut dilakukan melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dalam regulasi tersebut juga dengan jelas dinyatakan bahwa implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam beban kerja minimal seorang dosen yaitu 12 SKS dan maksimal 16 SKS pada setiap semester. Beban kerja pada Dosen sebagian besar melibatkan kerja mental, dimana pekerjaan lebih melibatkan pikiran seperti dalam hal mempersiapkan bahan perkuliahan serta melaksanakan kegiatan pengajaran.

Alih status STAIN Palangkaraya menjadi IAIN Palangkaraya pada tahun 2014 memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kebutuhan sumber daya manusia terutama dosen. Merespon kebutuhan tersebut, pada tahun 2016 IAIN Palangkaraya mengajukan permohonan untuk penambahan secara bertahap Dosen Tetap Non Pegawai Negeri Sipil (DTBP) sebanyak 75 orang. Sampai pada tahun 2018 kuota pemenuhan DTBP sudah memenuhi 43 orang dan masih memerlukan sebanyak 32 orang DTBP. Berdasarkan data sekunder yaitu Surat Keputusan Dekan pada salah satu Fakultas di IAIN Palangka Raya tentang penetapan dosen pengampu mata kuliah dan beban sks mengajar dosen, dari 79 dosen yang mengajar terdapat 13 dosen dengan beban sks diatas batas maksimal yaitu 16 sks. Maka dari itu diperlukan proses analisis beban kerja untuk keefektifan dan keefisienan sumber daya manusia.

Analisis beban kerja adalah teknik pengaturan maupun penataan yang sistematis dalam memperoleh data terkait efektifitas dan efisiensi kerja lembaga maupun organisasi (Adawiyah dan Sukmawati 2013). Sejalan dengan itu, Hasibuan (2018) memandang bahwa analisis beban kerja dapat menjadi acuan kebijakan dalam menentukan kebutuhan pekerja secara kuantitatif untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Implikasi dari ketersediaan data analisis beban kerja setidaknya akan berimplikasi pada efektivitas pengelolaan sumber daya manusia sesuai dengan uraian pekerjaan suatu organisasi atau lembaga (Singgih dan Dewita 2008). Dalam konteks ini Hasibuan (2018) mendefinisikan uraian pekerjaan merupakan penjelasan mengenai standar pekerjaan yang harus dicapai. Pada tataran ini pekerjaan yang tidak selesai, pekerja tidak bertanggung jawab, bahkan beban kerja yang overload seringkali disebabkan oleh uraian pekerjaan yang tidak lengkap atau tidak jelas. Permasalahan tersebut oleh Hendrawan, Ansori, dan Hidayat (2013) karena bahwa pada umumnya suatu kegiatan manusia pada suatu sistem kerja dapat berupa kerja fisik, namun juga dapat berupa kerja mental.

(3)

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230 219

Beban kerja mental pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa metode. Diantara metode ukur yang dapat memberikan hasil yang cukup baik yaitu NASA-TLX. Studi yang dilakukan Hart, Staveland dan Hill dalam dalam Dey dan Mann (2010) menunjukkan bahwa NASA-TLX lebih unggul dalam hal sensitivitas terutama untuk beban kerja yang rendah. Oleh karena itu wajar jika banyak penelitian untuk menganalisis beban kerja mental di Indonesia juga menggunakan metode NASA-TLX. Beberapa penelitian tersebut diantaranya seperti yang dilakukan oleh Arini (2016), Putri dan Handayani (2017), Sari (2018), Zen dan Adrian (2019), Okitasari dan Pujotomo (2016), Achmad dan Farihah (2018), Hasibuan dan Banjarhanor (2019), Astuti, Miranti, Wahyuningsi, dan Yuniar (2013). Terdapat kesamaan dari beberapa penelitian sebelumnya tersebut, yaitu lebih terfokus pada kajian dibidang industri. Pada saat yang bersamaan, penelusuran yang dilakukan hingga saat ini kajian tentang analisis beban kerja mental dengan metode NASA-TLX pada dosen/tenaga pengajar pada Perguruan Tinggi secara umum dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Indonesia secara khusus masih sangat sedikit, dikarenakan lebih banyak pada bidang industri. Terdapat satu penelitian sebelumnya tentang pengukuran beban kerja mental pada dosen menggunakan NASA-TLX yaitu dilakukan oleh Pertiwi, Denny dan Widjasena (2017). Hanya saja penelitian tersebut masih sebatas mengukur beban kerja mental dosen di Perguruan Tinggi umum serta tanpa disertai rancangan intervensi terhadap beban kerja mental tersebut.

Metode NASA-TLX merupakan skala multidimensi untuk mengukur beban kerja mental secara keseluruhan. Metode NASA-TLX adalah suatu pengukuran subjektif untuk beban kerja mental. Ada enam komponen yang dapat diukur pada setiap individu yaitu terdiri dari kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, tingkat frustasi, performansi, dan yang terakhir adalah tingkat usaha (Arsi dan Partiwi 2012). Indikator pengukuran pada NASA-TLX terdiri dari beban kerja secara keseluruhan, maka dari itu beban kerja yang dimaksudkan yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental. Kegiatan kerja secara fisik dan mental dapat menimbulkan konsekuensi munculnya beban kerja (Hendrawan, Ansori, dan Hidayat 2013). Kapasitas seseorang dalam bekerja untuk memenuhi tugasnya yaitu terdiri dari seluruh kegiatan, waktu dan energi yang dicurahkan baik secara fisik maupun mental. Maka dari itu, seorang pekerja akan merasa bosan apabila memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaannya. Sebaliknya, seorang pekerja akan merasa kelelahan apabila kemampuan yang dimilikinya lebih rendah daripada tuntutan pekerjaannya.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis pekerjaan dan analisis beban kerja memiliki peran penting dalam optimal kinerja sebuah organisasi, aktivitas manajemen organisasi, mengetahui jumlah karyawan optimal, posisi – posisi jabatan yang mengalami kelebihan beban kerja maupun kekurangan beban kerja.

(4)

220 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230

Desain dari penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu dengan menggunakan teknik perhitungan beban kerja secara subjektif dengan Metode NASA-TLX. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari pengisian skala NASA-TLX untuk pengukuran beban kerja mental. Sedangkan untuk data sekuder terdiri dari arsip (SK Mengajar Dosen) dan literature yang relevan. Partisipan dalam penelitian ini adalah Dosen IAIN Palangka Raya yang terdiri dari 31 orang Dosen Pegawai Negeri Sipil dan Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki beban kerja dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi minimal dalam satu Tahun Ajaran terakhir (Ganjil 2018/2019 atau Genap 2018/2019) yang lebih dari 16 Satuan Kredit Semester.

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang terdiri dari mempelajari arsip/dokumen yang merupakan data sekunder seperti SK Penetapan Pengampu Mata Kuliah pada Dosen, pemberian kuesioner NASA-TLX untuk pengukuran beban kerja mental, dan melakukan analisa beban kerja mental Dosen yang diperoleh dari hasil penghitungan analisa beban kerja yang telah dilakukan sebelumnya. Sedangkan metode analisis data menggunakan NASA-TLX sebagai salah satu pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif yang paling banyak digunakan dan dapat memberikan hasil yang cukup baik. Metode NASA-TLX terdiri dari enam indikator yaitu Mental Demand (MD),

Physical Demand (PD), Temporal Demand (TD), Performance (OP), Frustation Level

(FR), Effort (EF). Tahapan pertama yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan Rating NASA-TLX (terlampir). Selanjutnya dilakukan perhitungan yang terdiri dari tiga tahapan yaitu : (1) pembobotan dengan melingkari salah satu dari pasangan indikator yang paling dominan dari 15 pasangan indikator yang akan diisi oleh responden penelitian; (2) pemberian rating, pada tahap ini akan diberikan rating dengan skala 0-100 pada setiap indikator; (3) menghitung weighted workload (WWL) untuk mendapatkan nilai dari beban kerja mental tiap indikator; (4) pengkategorian penilaian beban kerja dengan tingkatan dari rendah sampai dengan sangat tinggi.

LANDASAN TEORITIS

Penelitian ini dilakukan untuk memetakan dan perancangan intervensi beban kerja mental pada Dosen IAIN Palangka Raya, maka dari itu terdapat teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini, yaitu penjabaran tentang analisis beban kerja dan NASA-TLX, yang akan diuraikan sebagai berikut:

Pertama, beban kerja dapat diartikan yaitu segala bentuk kegiatan maupun

pekerjaan yang harus diselesaikan pada sebuah organisasi maupun pemangku jabatan dalam waktu tertentu (Paramitadewi 2017). Simanjuntak (2010) memandang bahwa beban kerja merupakan bagian dari konsekuensi dalam suatu pekerjaan. Sejalan dengan itu Adawiyah dan Sukmawati (2013) menyebutkan bahwa analisis beban kerja adalah sebuah proses perhitungan jam kerja yang

(5)

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230 221

dibutuhkan dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam analisis beban kerja tersebut adalah aspek psikologis. Hal ini mengingat dimensi psikologi setiap manusia terhadap pada suatu pekerjaan sangat dinamis dan dapat berubah setiap saat. Faktor baik internal maupun eksternal yang memberikan implikasi terhadap perubahan tersebut pada dasarnya sulit untuk diamati secara langsung. Oleh karena itu pengamatan hanya dapat dilakukan berdasarkan observasi terhadap hasil pekerjaan, tingkah laku, dan pengakuan terhadap pekerjaan yang dapat diidentifikasi.

Beban psikologis pekerjaan dapat diukur melalui dua cara. Pertama, secara objektif melalui pengukuran aktivitas fisik tubuh sebagai respon dari peningkatan atau penurunan beban kerja. Pengukuran tersebut seperti denyut jantung yang berhubungan dengan level beban kerja, pengukuran kedipan mata melalui alat flicker jika beban kerja berhubungan dengan pekerjaan yang memerlukan perhatian visual. Kedua, secara subjektif melalui beberapa metode analisis. Diantara metode yang dapat digunakan yaitu Modified Cooper Harper Scaling (MCH), NASA-TLX, dan SWAT (Hendrawan, Ansori, dan Hidayat 2013).

Kedua, metode NASA-TLX pertama kali dikembangkan berupa kuesioner

subjektif yang lebih mudah dan lebih sensitif untuk pengukuran yang beban kerja, serta pertama kali ditemukan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981 (Hendrawan, Ansori, dan Hidayat 2013). Arsi dan Partiwi (2012) juga mengungkapkan bahwa NASA-TLX merupakan metode secara subjektif dalam mengukur beban kerja mental setiap manusia dalam berbagai industri. Ada enam aspek yang diukur dalam metode NASA-TLX yaitu tingkat frustasi, tingkat usaha, performa, kebutuhan waktu, kebutuhan mental, dan kebutuhan fisik (Hart 2016). HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis beban kerja mental diawali dengan melakukan pengumpulan data sekunder yang berupa SK Dekan Pengampu Mata Kuliah pada 4 (empat) Fakultas di IAIN Palangka Raya Tahun Ajaran (Ganjil 2018/2019 atau Genap 2018/2019), dan kemudian dianalisis berdasarkan data sekunder tersebut Dosen-dosen yang memiliki beban kerja mengajar melebih 16 SKS.

Selanjutnya, untuk data primer didapatkan dari hasil analisis beban kerja mental yang menggunakan Skala NASA-TLX untuk mengetahui beban kerja secara subjektif pada partisipan penetilian. Partisipan penelitian akan diminta untuk mengisikan kuesioner yang berisi rating 0-100 untuk pengukuran beban kerja dan berisi beberapa pasangan indikator yang diisi dengan cara melingkari salah satu dari pasangan indikator yang paling dominan. Terdapat tiga tahapan analisis dalam metode NASA-TLX. Pertama, pemberian rating, pada tahap ini setiap indikator akan diberikan skala rating atau peringkat dalam rentang 0 hingga 100. Kedua, menghitung weighted workload (WWL). Tujuannya adalah untuk memperoleh nilai pada setiap indikator beban kerja mental. Ketiga, kategorisasi

(6)

222 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230

nilai beban kerja dalam tiga tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat. Berikut adalah hasil penghitungan beban kerja mental Dosen IAIN Palangka Raya:

Tabel 1

Rekapitulasi Penghitungan Beban Kerja Mental Dosen IAIN Palangka Raya

Nama (Inisial

)

Aspek Beban Kerja Mental

Kategor i Mental Demand s (MD) Physical Demands (PD) Temporal Demands (TD) Own Performance (OP) Effort (EF) Frustation (FR) Beban Kerja Mental WA (01) 80 80 320 400 240 60 78,7 Sedang IS (02) 140 0 240 280 360 140 77,3 Sedang JF (03) 320 80 160 400 240 0 80 Sedang TW (04) 150 140 10 450 160 0 60,7 Sedang RK (05) 140 70 240 350 210 0 67,3 Sedang NV (06) 400 0 180 90 300 500 98 Berat LM (07) 210 140 140 90 240 120 62,7 Sedang ML (08) 100 0 400 300 200 450 96,7 Berat SU (09) 160 160 240 450 240 0 83,3 Berat CP (10) 270 90 450 360 180 0 90 Berat MN (11) 210 0 240 40 210 350 70 Sedang NL (12) 120 60 240 400 180 0 66,7 Sedang RZ (13) 160 80 320 400 240 0 80 Sedang IH (14) 270 180 70 400 320 0 82,7 Berat SW (15) 300 100 120 300 240 0 70,7 Sedang FT(16) 140 80 210 240 350 0 68 Sedang FD (17) 270 180 140 240 360 70 84 Berat NI (18) 120 180 180 450 140 0 71,3 Sedang FR (19) 0 180 360 450 270 90 90 Berat SY (20) 240 0 70 200 400 160 71,3 Sedang MZ (21) 450 0 270 80 180 320 86,7 Berat JM (22) 280 80 210 400 140 0 74 Sedang

(7)

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230 223 KR (23) 0 100 300 210 500 300 94 Berat FDH (24) 70 280 210 200 140 0 60 Sedang IRF (25) 360 90 300 450 200 0 93,3 Berat MH (26) 270 0 80 250 360 180 76 Sedang RF (27) 270 90 90 450 360 90 90 Berat ANG (28) 500 100 200 400 300 0 100 Berat SS (29) 360 0 80 400 240 140 81,3 Berat MQ (30) 300 0 160 50 320 500 88,7 Berat EF (31) 240 160 320 350 70 0 76 Sedang Rata rata 223 87 211 307 255 112 82 Berat

Sumber: Data Olahan 2020

Dari tabel 1. rekapitulasi penghitungan beban kerja mental menunjukkan gambaran umum beban kerja mental pada dosen IAIN Palangka Raya dengan skor rata-rata beban kerja mental sebesar 82 (delapan puluh dua) yang berada pada kategori berat. Dari tabel tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa beban kerja mental dosen IAIN Palangka Raya tergolong berat. Sedangkan gambaran umum masing-masing aspek diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) Aspek MD didapatkan skor rata-rata sebesar 223 (dua ratus dua puluh tiga), aspek PD sebesar 87 (delapan puluh tujuh), aspek TD Ssebesar 211 (dua ratus sebelas), aspek OP sebesar 307 (tiga ratus tujuh), aspek EF sebesar 255 (dua ratus lima puluh lima), dan aspek FR sebesar 112 (seratus dua belas). Hasil rata-rata aspek beban kerja mental didominasi oleh aspek OP, EF, dan MD yang tergolong mendapatkan skor tinggi.

Berdasarkan hasil hasil penghitungan beban kerja mental yang telah dilakukan oleh peneliti pada 31 responden penelitian di IAIN Palangka Raya diperoleh rata-rata skor beban kerja mental sebesar 82 (delapan puluh dua) yang berada pada kategori berat. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan adanya kondisi beban kerja mental berat dialami dosen di IAIN Palangka Raya. Sejalan dengan temuan tersebut Zulpikar dan Faozan (2009) menyatakan bahwa dengan dilakukannya penghitungan beban kerja, maka dapat memberikan hasil mengenai produktivitas kerja, selanjutnya produktivitas kerja dapat dilihat dari efisiensi penggunaan tenaga kerja, dimana tenaga kerja dapat diberdayakan secara efisien jika jumlah tenaga kerja yang ada seimbang dengan beban kerjanya. Hariyono,

(8)

224 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230

Suryani, dan Wulandari (2009) menjabarkan bahwa kondisi pekerjaan dengan beban kerja berlebihan baik secara kuantitatif maupun kualitatif dapat meningkatkan ketegangan dan menyebabkan kelelahan mental atau fisik, sehingga produktivitas, motivasi dan menjadi menurun. Hal ini menyatakan bahwa dengan adanya hasil penghitungan beban kerja mental Dosen di IAIN Palangka Raya yang telah dilakukan maka dapat diketahui gambaran keefisienan dan keseimbangan antara tenaga dosen dengan beban kerjanya, serta dampak yang akan terjadi akibat beban kerja mental yang berat/overload, sehingga dapat dilakukan penanggulangan yang efektif agar tidak mengganggu stabilitas kinerja tenaga dosen yang lain dan budaya dalam institusi.

Sedangkan gambaran umum masing-masing aspek diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) Aspek MD didapatkan skor rata-rata sebesar 223 (dua ratus dua puluh tiga), aspek PD sebesar 87 (delapan puluh tujuh), aspek TD Ssebesar 211 (dua ratus sebelas), aspek OP sebesar 307 (tiga ratus tujuh), aspek EF sebesar 255 (dua ratus lima puluh lima), dan aspek FR sebesar 112 (seratus dua belas). Hasil rata-rata aspek beban kerja mental didominasi oleh aspek OP, EF, dan MD yang tergolong mendapatkan skor tinggi. Aspek Own Performance (OP) menunjukkan seberapa besar tingkat keberhasilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam konteks penelitian ini dapat diartikan bahwa pekerjaan sebagai Dosen memiliki tuntutan keberhasilan yang tinggi dalam menyelesaikan kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari Pendidikan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tuntutan keberhasilan sebagai Dosen berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan juga signifikan dengan munculnya aspek Effort (EF), yang dimana menyatakan bahwa dalam menyelesaikan pekerjaan sebagai dosen memerlukan aktifitas kerja mental dan fisik, sekalipun yang lebih dominan adalah aktifitas kerja mental yang dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian dominannya aspek Mental Demands (MD). Rancangan Intervensi

Berdasarkan hasil penghitungan beban kerja mental yang telah dilakukan oleh peneliti pada 31 responden penelitian di IAIN Palangka Raya diperoleh rata-rata skor beban kerja mental sebesar 82 (delapan puluh dua) yang berada pada kategori berat. Maka dari itu peneliti menyimpulkan dengan adanya kondisi beban kerja mental berat tersebut sangat diperlukan adanya rancangan intervensi untuk meminimalisir dampak negatif yang dapat muncul akibat adanya tekanan berupa beban kerja mental yang berat. Berikut rancangan intervensi yang dapat dilakukan:

(9)

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230 225

Tabel 2

Rancangan Intervensi Beban Kerja Mental Berat/ Overload Kategori dan Skor Beban Kerja Mental Rancangan Intervensi Beban kerja mental kategori berat/overload

dengan rata-rata skor beban kerja mental sebesar 82 (delapan puluh dua)

Institusi :

- Memperhatikan kembali ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat minimal 12 SKS dan maksimal 16 SKS, maka dari itu dengan adanya Undang-Undang ini artinya pemerintah sudah mengatur dengan baik serta

mempertimbangkan dampaknya apabila beban kerja yang diterima melebihi dari peraturan tersebut, baik secara fisik maupun psikis pekerja.

- Perlu dilakukan penambahan tenaga dosen agar tidak ada lagi dosen yang memiliki beban kerja/ beban mengajar melebihi 16 SKS.

- Perlu dilakukan pemerataan

penyebaran SKS mengajar pada Dosen, agar tidak ada yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit SKS mengajarnya.

- Perlu mengkaji lebih dalam bidang kebutuhan dosen yang urgent untuk dipenuhi, sehingga melakukan penambahan dosen memang berlandaskan pada kebutuhan bukan kepentingan.

- Melaksanakan gathering rutin minimal 1 tahun sekali yang bertempat di luar kampus/kantor dengan menggunakan

gatheringorganizer yang profesional. - Mengaktifkan peran leader baik pada skala unit besar maupun unit kecil untuk melakukan proses coaching kepada karyawan/dosen meningkatkan

(10)

226 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230

efektifitas perilaku dan sikap mental agar sesuai dengan kebutuhan -Mengadakan pelatihan soft skill (motivasi kerja, mindfullnes, kesadaran kerja, Creative Thinking Skills, Emotional Intelligence at Work, pelatihan employee engagement) Individu :

- Psikoterapi Positif ialah suatu strategi terapi yang dilandasi oleh pendekatan transkultural, psikodinamika, dan cognitive behavioral untuk membangun emosi positif, kekuatan karakter, dan kebermaknaan sebagai upaya mengatasi hal-hal negatif (terlampir pada modul). Sumber: Data Olahan 2020

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pemetaan dan rancanagan pemetaan intervensi dapat dilakukan dalam dua bentuk, yakni rancangan intervesi yang bersifat institusional dan individual. Dalam kerangka institusional, rancangan intrevensi dilakukan melalui analisis regulasi yang berkaitan dengan UU Dosen. Hal ini untuk mengevaluasi sejauh mana regulasi tersebut diterapkan dalam praktik pembelajaran di universitas. Kemudian dilakukan pula melalui pemetaan keahlian dosen pada bidang keahlian, penambahan tenaga dosen untuk pemenuhan kebutuhan perkuliahan dan pemberian pelatihan dalam upaya peningkatan kompetensi dosen. Pada bidang institusional ini dilakukan melalui mekanisme dan peran leader yang berdampak pada kebijakan atau regulasi yang ada.

Sementara itu, rancangan intervensi individual dilakukan melalui upaya psikoterapi positif untuk meringankan beban kerja mental dosen. Hal ini dilakukan dalam upaya menguatkan mentalitas, mindset, karakter dan tindakan dosen dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab perkuliahan yang telah dibebankan. Sehingga kondisi psikis dosen akan memberikan dampak signifikan dalam proses pembelajaran, termasuk bagi mahasiswa sebagai penerima dari transfer pengetahuan yang dilakukan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil hasil penghitungan beban kerja mental yang telah dilakukan oleh peneliti pada 31 responden penelitian di IAIN Palangka Raya diperoleh rata-rata skor beban kerja mental sebesar 82 (delapan puluh dua) yang berada pada kategori berat. Maka dari itu peneliti menyimpulkan dengan adanya kondisi beban kerja mental berat dialami dosen IAIN Palangka Raya.

(11)

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230 227

Hasil gambaran umum penghitungan beban kerja mental dari masing-masing aspek diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) Aspek MD didapatkan skor rata-rata sebesar 223 (dua ratus dua puluh tiga), aspek PD sebesar 87 (delapan puluh tujuh), aspek TD Ssebesar 211 (dua ratus sebelas), aspek OP sebesar 307 (tiga ratus tujuh), aspek EF sebesar 255 (dua ratus lima puluh lima), dan aspek FR sebesar 112 (seratus dua belas). Hasil rata-rata aspek beban kerja mental didominasi oleh aspek OP, EF, dan MD yang tergolong mendapatkan skor tinggi. Rancangan intervensi yang dapat dilakukan dalam mengatasi beban kerja mental yang rata-rata berada pada kategori beban kerja mental berat terbagi menjadi dua yaitu ditujukan kepada Institusi sebagai pemegang kebijakan dan individu nya sendiri (responden penelitian) sebagai yang merasakan dampak secara langsung dari adanya beban kerja mental yang berat.

Rancangan intervensi untuk Institusi antara lain seperti Memperhatikan kembali ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat minimal 12 SKS dan maksimal 16 SKS, Perlu dilakukan penambahan tenaga dosen, Perlu dilakukan pemerataan penyebaran SKS mengajar pada Dosen, Perlu mengkaji lebih dalam bidang kebutuhan dosen yang urgent untuk dipenuhi, Melaksanakan gathering rutin minimal 1 tahun sekali yang bertempat di luar kampus/kantor dengan menggunakan

gatheringorganizer yang profesional, Mengaktifkan peran leader baik pada skala unit

besar maupun unit kecil untuk melakukan proses coaching kepada karyawan/dosen, Mengadakan pelatihan soft skill (motivasi kerja, mindfullnes, kesadaran kerja, Creative

Thinking Skills, Emotional Intelligence at Work, pelatihan employee engagement).

Rancangan intervensi untuk individu (Responden Penelitian) yaitu menggunakan psikoterapi positif yaitu suatu strategi terapi yang dilandasi oleh pendekatan transkultural, psikodinamika, dan cognitive behavioral untuk membangun emosi positif, kekuatan karakter, dan kebermaknaan sebagai upaya mengatasi hal-hal negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Fandi, dan Tutik Farihah. 2018. “Analisa Beban Kerja Mental Menggunakan Metode NASA Task Load Index (NASA-TLX) (Studi Kasus: RS. X).” Integrated Lab Journal 6 (1). http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/integratedlab/article/view/1563.

Adawiyah, Wildanur, dan Anggraini Sukmawati. 2013. “Analisis Beban Kerja Sumber Daya Manusia Dalam Aktivitas Produksi Komoditi Sayuran Selada (Studi Kasus: CV Spirit Wira Utama).” Jurnal Manajemen Dan Organisasi 4 (2): 128–43. https://doi.org/10.29244/jmo.v4i2.12619.

Arsi, Raras Mayang, dan Sri Gunani Partiwi. 2012. “Analisis Beban Kerja Untuk Menentukan Jumlah Optimal Karyawan Dan Pemetaan Kompetensi

(12)

228 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230

Karyawan Berdasar Pada Job Description (Studi Kasus : Jurusan Teknik Industri, ITS, Surabaya).” Jurnal Teknik ITS 1 (1). https://doi.org/10.12962/j23373539.v1i1.1824.

Astuty, Miranty Siti, Caecilia Sri Wahyuning, dan Yuniar Yuniar. 2013. “Tingkat Beban Kerja Mental Masinis berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) di PT. KAI Daop. II Bandung.” REKA INTEGRA 1 (1). https://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/view/217. Dey, Asit, dan Danny D. Mann. 2010. “Sensitivity and diagnosticity of

NASA-TLX and simplified SWAT to assess the mental workload associated with operating an agricultural sprayer.” Ergonomics 53 (7): 848–57. https://doi.org/10.1080/00140139.2010.489960.

Hariyono, Widodo, Dyah Suryani, dan Yanuk Wulandari. 2009. “Hubungan antara Beban Kerja, Stres Kerja dan tingkat Konflik dengan Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta.” Kes

Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat 3 (3): 186–97.

https://doi.org/10.12928/kesmas.v3i3.1107.

Hart, Sandra G. 2016. “Nasa-Task Load Index (NASA-TLX); 20 Years Later:”

Proceedings of the Human Factors and Ergonomics Society Annual Meeting,

November. https://doi.org/10.1177/154193120605000909.

Hasibuan, Chalis Fajri, dan M. Banjarnahor. 2019. “Analisis Beban Kerja Mental pada Pekerja di PT XYZ dengan Menggunakan NASA TLX.” Jurnal

Ergonomi dan K3 4 (1): 24–28. https://doi.org/10.5614/j.ergo.2019.4.1.4.

Hasibuan, Melayu. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hendrawan, Bambang, Muslim Ansori, dan Rahmat Hidayat. 2013. “Pengukuran

Dan Analisis Beban Kerja Pegawai Bandara Hang Nadim.” Jurnal Akuntansi,

Ekonomi Dan Manajemen Bisnis 1 (1): 55–67.

Okitasari, Hanissa, dan Darminto Pujotomo. 2016. “Analisis Beban Kerja Mental dengan Metode NASA TLX pada Divisi Distribusi Produk PT. Paragon Technology and Innovation.” Industrial Engineering Online Journal 5 (3). https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/13100.

Paramitadewi, Kadek Ferrania. 2017. “Pengaruh Beban Kerja dan kompensasi terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan.” E-Jurnal Manajemen 6 (6): 3370–97.

Pertiwi, Ella Marliani, Hanifa Maher Denny, dan Baju Widjasena. 2017. “Hubungan Antara Beban Kerja Mental Dengan Stress Di Suatu Fakultas.”

Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 5 (3): 260–68.

Putri, Ulfa Liani, dan Naniek Utami Handayani. 2017. “Analisis Beban Kerja Mental dengan Metode NASA TLX pada Departemen Logistik PT ABC.”

Industrial Engineering Online Journal 6 (2).

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/16483.

(13)

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(3) (2020) 217-230 229

Kerja Dan Perancangan Kerja Di Departemen Kredit Pada PT. Bank X Pusat.” CALYPTRA 5 (1): 1–20.

Sari, Ratih Ikha Permata. 2018. “Pengukuran Beban Kerja Karyawan Menggunakan Metode NASA-TLX di PT. Tranka Kabel.” Sosio e-Kons 9 (3): 223–31. https://doi.org/10.30998/sosioekons.v9i3.2250.

Simanjuntak, Risma Adelina. 2010. “Analisis Beban Kerja Mental Dengan Metoda NASA_Task Load Index.” Jurnal Teknologi Technoscientia 3 (1). https://doi.org/10.34151/technoscientia.v3i1.447.

Singgih, Moses Laksono, dan Ellyn Dewita. 2008. “Analisis Beban Kerja Karyawan Pada Departemen Umum Dan Logistik Degan Metode Work Load Analysis Di Perusahaan Percetakan.” Dalam Prosiding Seminar Nasional

Teknoin. Vol. 0. https://journal.uii.ac.id/Teknoin/article/view/2107.

Zen, Zayyinul Hayati, dan Ardi Adrian. 2019. “Analisis Beban Kerja Menta Karyawan Menggunakan Metode NASA TLX (Studi Kasus: PT. Universal Tekno Reksajaya Pekanbaru, Riau).” Jurnal Surya Teknika 6 (1): 21–25. https://doi.org/10.37859/jst.v6i1.1860.

Zulpikar, Zulpikar, dan Haris Faozan. 2009. “Analisis Beban Kerja Dan Arah Penataan Organisasi Perangkat Daerah (Studi Pada Tiga Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Musi Rawas).” Jurnal Ilmu Administrasi: Media

Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi 6 (2): 05.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Rekomendasi pengembangan kawasan jalur hijau berdasarkan fungsi tanaman lanskap dan identitas Yogyakarta adalah penanaman semak yang berupa tanaman soka (Ixora coccinea),

peruntukan-peruntukan kekal yang telah berkuatkuasa adalah berkenaan dengan penubuhan sebuah Kesatuan yang terdiri daripada Negeri-Negeri Melayu dan Negeri-Negeri Selat iaitu

Sistem yang dirancang pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur kecepatan suara di dalam air dengan menghitung waktu tempuh gelombang ultrasonik sejak dipancarkan oleh

menunjukkan sikap yang kurang baik terhadap SADARI dengan mengatakan bahwa SADARI itu tidak penting untuk dilakukan pada masa remaja.Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti

Terjadinya interaksi pada kombinasi perlakuan dosis pupuk hayati dan pupuk fosfat pada parameter pengamatan berat biji per tanaman di saat panen umur 95 hst di

Niissä zymografiageelien näytteissä, jotka ovat FCS:a sisältäneestä viljelmästä, havaitaan 24 tunnin kohdalla MMP-9:n aktiivisuutta kuvat 3 ja 8, mahdollisesti myös kuva 5, Liite

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Tingkat partisipasi anggota kelompok masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove pada kategori tinggi

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada