• Tidak ada hasil yang ditemukan

LIKHITAPRAJNA Jurnal Ilmiah, Volume 22, Nomor 1, April 2020 p-issn: , e-issn:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LIKHITAPRAJNA Jurnal Ilmiah, Volume 22, Nomor 1, April 2020 p-issn: , e-issn:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

UPAYA-UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PESERTA DIDIK

Oleh: Imam Mutasim

Guru SMA Negeri 6 Kota Malang

[email protected]

ABSTRACT

The Indonesian syllabus is explicitly focused on all four language skills integrally. However. In fact in the process of teaching and learning the Indonesian language is still focused on developing reading, writing and speaking skills. Listening skills are rarely implemented by teachers in learning activities. Listening skills are never programmed. If listening skills were taught, this was just a coincidence. Though listening skills are essential for the overall development and learning of Indonesian.

Keywords: effort, improvement, listening ability. PENDAHULUAN

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting diperhatikan oleh guru dan siswa. Pengetahuan dan informasi yang diperoleh umumnya melalui aktivitas menyimak (Nuryati, 1994:172) Bahkan Tarigan dan Tarigan (1987:47) mengemukakan bahwa siswa atau mahasiswa yang mengikuti pendidikan, baik di SD, SMP dan SMA serta di pergurua tinggi harus mampu menyimak jika ingin maju dalam pendidikannya.

Kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya di bidang komunikasi menyebabkan arus informasi melalui telepon, radion, televisi, rekaman, film semakin menderas. Hal ini menuntut ketrampilan menyimak dari setiap perilaku yang terlibat. Siswa yang kemampuan menyimaknya baik dapat mengaitkan antara materi yang diterima di sekolah dengan kenyataan yang disiarkan lewat mdia di atas. Dengan demikian, dapat mempertajam dan sekaligus memperkaya pengetahuan dan informasi bagi siswa itu sendiri. Tidak jarang di sekolah-sekolah ditemukan siswa kritis dapat menjawab pertanyaan guru dengan lancar karena pada diri siswa sudah tersimpan berbagai macam informasi yang diperolehnya lewat media komunikasi.

Dari penjelasan tersebut semakin tampak dengan jelas bahwa keterampilan menyimak sangat penting. Namun, dalam kenyataannya ketrampilan tersebut jarang dilaksanakan. Matthews (1999:60) mengemukakan bahwa di banyak sekolah, latihan menyimak hampir tidak pernah disentuh, kalau toh disentuh, hal itu hanya merupakan suatu kebetulan semata. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal. Pertama, adanya anggapan bahwa keterampilan menyimak dapat dikuasai dengan sendirinya apabila pengajaran bahasa lainnya sudah baik. Hal ini tentu saja tidak dapat dibenarkan karena menyimak, selain mendengarkan juga diperlukan pemahaman terhadap bahan yang disimak (Nuryati, 1994:173). Kedua, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Tarigan dan Tarigan (1987:51) bahwa beberapa faktor penyebab pengajaran menyimak

(2)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

belum terlaksana dengan baik karena (1) teori, prinsisp, dan generalisasi mengenai menyimak belum diungkapkan, (2) pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak itu masih sangat minim, (3) sulitnya mendapatkan materi teks lisan yang sesuai dengan kebutuhan, (4) keterbatasan pengetahuan guru tentang teknik, atau pendekatan pembelajaran mnyimak, (5) bahan pengajaran menyimak sangat kurang. (6) jumlah murid perkelas terlalu besar, dan (7) keterampilan menyimak tidak dimasukkan ke dalam matri UN (Ujian Nasional).

Untuk mengantisipasi masalah tersebut di atas (khususnya nomor (1), (2), dan (4), perlu dicarikan jalan pemecahannya. Oleh karena itu, dalam artikl ini diuraikan pengertian menyimak, peranan menyimak, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar menyimak, teknik pengajaran menyimak, dan upaya-upaya meningkatkan kemampuan menyimak.

PEMBAHASAN Pengertian Menyimak

Menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisam dengan penuh perhatian, pemahaman, serta apresiasi untuk memperoleh informasi dan memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ajaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1986:19). Menyimak perlu dibedakan dengan mendengar dan mendengarkan. Mendengar berarti dapat menangkap bunyi dengan telinga tanpa ada unsur kesengajaan. Mendengarkan berarti mendengar suatu bunyi, tetapi dibarengi dengan adanya unsur kesengajaan. Hal senada juga dikemukakan oleh Soedjiatno (1987:5), bahwa menyimak berarti mendengarkan dengan baik-baik, dengan penuh perhatian terhadap apa yang diucapkan oleh seorang atau pun orang lain sehingga selain kemampuan menangkap dan memahami makna pesan yang terkandung dalam bunyi, juga unsur kesanggupan mengingat pesan.

Yagang (1963:16) mengemukakan bahwa menyimak adalah kemampuan untuk mengidentifiksi dan mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Dalam menyimak, peenyimak harus mampu memahami aksen atu pengucapan pembicara. Oleh karna itu pnyimak harus mempunyai kemampuan tatabahasa dan kosakat yang memadai serta mampu menerka makna kalimat yang dikatakan oleh pembicara.

Pada saat menangkap bunyi bahasa penyimak menggunakan kemampuan memusatkan perhatian, kemudian diidentitaskan aspek-aspek kebahasaannya, tingkat fonologis, morfologis, sintaksis dan selanjutnya, makna tersebut dinilai dan dihubungkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Pada tahap akhir, penyimak mengambil keputusan untuk menerima atau menolak isi bahan simakan. Kemampuan yag diperlukan adalah menanggapi atau mereaksi.

Priyanti (1997:4) mengemukakan bahw menyimak adalah kegiatan kreatif. Kegiatan kreatif adalah suatu kegiatan yang mensyaratkan adanya kesadaran dan keterlibatan personal dalam suatu proses kreatif. Kegiatan kreatif dalam menyimak ditandai adanya hal-hal berikut. Pertama, adanya keterlibatan personal secara langsung dalam menyerap informasi yang didngarnya serta menyeruak ke dalam informasi yang terdapat dalam wacana yang disimaknya. Kedua adanya pemikiran kreatif yang ditandai oleh adanya kegiatan mental dalam menghubung-hubungkan hal yang

(3)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

didengarnya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penyimk, mengaitkan informasi yang disimaknya dengan pengetahuan dan pengalamanya yang dianggp relevan, serta adanya eksplorasi untuk mendaptkan pemhaman yang utuh terhadap wacana yang disimaknya. Ketiga, adanya reaksi dan responsi terhadap materi yang disimaknya. Raksi dan responsi merupakan buah pemikirn dan penalaran terhadap wacana yang disimaknya. Bentuk dan kualitas responsi ini sangat tergantung pada kompetensi penyimak.

Peranan Menyimak

Kemampuan menyimak sangat penting dalam kehidupan manusian. Tarigan (1990:72) menyatakan bahwa berdasarkan penelitian para pakar, kira-kira 85% dari apa yang diketahui oleh manusia berasalah dari hasil menyimak, tetapi yang mereka ingat hanya kira-kira 20% dari yang mereka dengan itu. Dengan demikian, jelaslah betapa besar keuntungan yang diperoleh dari keterampilan menyimak bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, tidaklah salah kalau kita harus meningkatkan kemampuan menyimak.

Doff (1989:198), memperkuat pentingnya menyimak. Ia mengatakan bahwa kita tidak mungkin dapat mengembangkan keterampilan berbicara tanpa mengembangkan keterampilan mnyimak. Hal ini berarti bahwa untuk mendapatkan keberhasilan komunikasi lisan, siswa harus memiliki kemampuan untuk memahami apa yang dikatakan padanya. Untuk itu, siswa harus mampu menguasai tatabahasa dan kosakata yang cukup.

Karena salah satu tujuan pokok pembelajaran adalah siswa mampu berkomunikasi lisan, maka tiada pilihan lain, guru juga harus mengembangkan ketrampilan menyimak. Komunikasi tidak akan berhasil dengan baik jika apa yang diucapkan secara lisan tidak dimengerti. Menurut Rost (1991:4), keterampilan menyimak yang berhasil adalah melibatkan suatu keterpaduan berbagai keterampilan yang meliputi; membedakan bunyi, mengenali kata, mengenali tatabahasa, menggunakan pengetahuan dasar, dan mengingat kata-kata dan ide-ide penting.

Nuryati (1994:174) mengemukakan berberapa peranan menyimak, antara lain (1) landasan belajar bahasa, penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, dan (3) penambahan informasi. Ketiga peranan menyimak tersebut diuraikan berikut ini :

1. Landasan Belajar Bahasa

Konon belajar bahasa dimulai dengan menyimak. Anak kecil mulai belajar bahasa ibunya di rumah. Mula-mula anak-anak menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bahasa itu dihubungkan dengan makna. Setlah menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah disimaknya kemudian menerapkannya dalam pembicaraan.

2. Penunjang Keterampilan Berbicara, Membaca dan Menulis

Setelah anak masuk jenjang SD, dia menyimak ucapan-ucapan bahasa Indonesia yang digunakan guru. Kemudian, menghubungkan dengan maknanya.

(4)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

setelah memahami pembicaraan, anak dapat menirukan dan menerapkanya dalam pembicaraan.

Pemahaman terhadap fonem, kosakata dan kalimat dapat membantu siswa dalam kegiatan berbicara, membaca dan menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, dan menuli disampaikan dengan bahsa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan menyimak memang dapat menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis.

Semakin banyak dan sering menyimak kosakata, pola-pola kalimat dan intonasi dan sebagainya, semakin berkembang pula keterampilan berbicara. Bila sudah ada tradisi tulisan pada masyaraka, maka keterampilan membaca dan menulis turut berkembang. Karena itu, tidaklah meragukan apabila para ahli menyimpulkan adalah dasar dari keterampilan yang lainnya.

Sehubungan dengan keterampilan menyimak dengan berbicara, maka dua keterampilan tersebut merupakan kegiatan yang berbeda, tetapi satu sama lain berkaitan erat. Menyimak tanpa ada yang berbicara tak mungkin terlaksana. Sebaliknya, berbicara tanp ada yang menyimak merupakan pekerjaan yang sia-sia. Demikian pula aktivitas sehari-hari yang dilakukan sisa di sekolah, tidak terlepas dari kegiatan menyimak. Melalui menyimak siswa dapat mengeksprsikan ide baik melalui diskusi maupun melalui penceritaan. Oleh karena itu, siswa yang mempunyai kelainan dalam alat pendengarannya akan mengalami kesulitan dalam menyimak. Kekurangmampuan dalam menyimak mengakibatkan kemunduran dalam berbicara. Akibatnya, siswa lemah dalam kemampuan berbahasa lisan. Penyimak tidak dapat memahmi apa yang disampaikan pembicara. Dengan demikian siswa seperti ini mengalami kesulitan pula dalam membaca dan menulis. 3. Penambah Informasi

Menyimak selain berperan sebagai pelancar komunikasi lisan, menyimak merupakan salah satu saran dalam menjaring informasi. Contoh: menyimak informasi dari radio, TV, diskusi, seminar dan sebagainya.

Kemajuan teknologi dibidang perhubungan menyebabkan apa yang terjadi di belahan bumi semua dapat didengar laporannya melalui radio, bahkan dapat pula dilihat peristiwa beserta komentarnya melalui TB. Oleh karena itu, para siswa tidak akan melewatkan hari-harinya untuk mendengarkan, melihat informasi yang disampaikan lewat media di atas terutama radio dan TV. Bahkan siswa yang beda di desa pun dapat menambah pengetahuannya lewat media yang sama. Dengan demikian akan dapat meningkatkan kualitas berpikir siswa.

Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Bahan Ajar Menyimak Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan guru dalam memilih bahan ajar menyimak agar benar-benar dapat meningkatkan kemampua menyimak siswa. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Faktor-faktor ekstrinsik dan Faktor-faktor instrinsik (Prinyanti, 1997:14) Faktor ekstrinsik, tujuan pengajaran membaca, level dan jenis sekolah, waktu, karakteristik siswa, dan lingkungan siswa. Sendangkan faktro

(5)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

intrinsik, keterbacaan bahan, kemenarikan bahan, dan kebermanfaatan bahan yang diuraikan dalam artikel ini hanya faktor-faktor intrinsik tersebut.

1. Keterbacaan

Keterbacaan adalah keseuaian antara bahan ajar dengan tingkat kemampuan penyimak. Keterbacaan merupakan salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan karena keterbacaan berkaitan erat dengan pemahaman seseorang terhadap bahan yang disimak. Jika bahan ajar memiliki tingkat keterbacaan mudah, dimungkinkan tingkat pemahaman yang tinggi dari penyimak. Sebaliknya, jika tingkat keterbacaan sulit, dimungkinkan tingkat pemahaman rendah dari penyimak. Dengan demikian, tingkat ketrbacaan bahan ajar memiliki kesejajaran dengan tingkat pemahaman penyimak. Oleh karena itu, dalam memilih bahan ajar untuk pembelajaran menyimak, tingkat keterbacaan bahan simakan perlu diperhatikan.

Yang mempengaruhi tingkat keterbacaan bahan simakan adalah panjang kata dan panjang kalimat. Kata merupakan faktor penting bahan terpenting dalam keterbacaan (Nuttal, 1985 dalam Priyatni, 1997:15). Keterbcaan kata dapat diukur dengan cara menghitung kata-kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih, dan kata-kata yang lebih dari enam huruf.

Kata panjang, yaitu kata yang lbih dari dua suku kata dan lebih dari enam huruf dianggap sebagai faktor penentu keterbacaan. Hal ini tidak hanya didasarkan dalam kemampuan kita dalam menyimak kata. Tetapi juga dengan adanya fakta bahwa kata-kata berimbuhan dan majemuk yang berasal dari bahsa Yunani dan Latin, juga kata majemuk dalam dunia IPTEK yang pada umumnya terdiri dari banyak suku kata, biasanya lebih sulit dipahami. Proses pengimbuhan atau penambahan morfem pada kata dasar mengakibatkan terjadinya penambahan atau perubahan arti. Ini sejalan dengan prinsip kerumitan (Clark dan Clark 1977) yang mengemukakan bahwa kerumitan berpikir cenderung direfleksikan dengan kerumitan eksprsi, dan salah satu bentuk kerumitan eksprsi dalam kata ialah penambahan morfem.

Selain panjang kata, panjang kalimat yang turut menentukan kesukaran bahan ajar. Hal ini karena pada umumny kalimat yang panjang. Lebih banyak mengandung preposisi daripada kalimat yang pendek, sehingga informasi yang dibawanya lebih sulit untuk ditangkap. Di samping itu kalimat-kalimat dalam sebuah teks saling berkaitan yang membentuk sebuah gagasan yang utuh. Semakin banyak jumlah kalimat yang membentuk teks semakin banyak ide yang harus disusun dan dihubung-hubungkan untuk memahmi teks secara keseluruhan. Dengan demikian, jumlah kalimat dalam ssebuah wacana dimungkinkan sebagai salah satu penentu tingkat keterbacaan.

2. Kemenarikan

Bahan simakan yang dipakai sebagai bahan ajar dalam pembelajarn menyimak haruslah menarik. Kemenarikan bahan ini terkait erat dengan tumbuhnya perhatian terhadap bahan yang disimk. Perhatian merupkan

(6)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

presyaratan utama terciptanya interaksi dan komunikasi yang efektif. Oleh karen itu, untuk menumbuhkan perhatian siswa terhadap bahan simakan, bahan simkan tersebut harus menarik.

Bahan-bahan simakan yang mampu menarik perhatian penyimak adalah bahan-bahan simakan yang memenuhi persyaratan (1) bahan-bahan yang otentik, yaitu bahan-bahan yang diambil dari peristiwa-peristiw komunikasi nyata, peritiwa komunikasi yang digunakan oleh para pemakai bahasa untuk melaksankan berbgai ragm fungsi komunikasi, (2) Kebaruan, yaitu bahan-bahan mutahir, yang terbaru yang muncul dalam kehidupan, (3) bahan ajar dapat menambah wawasan, pengalaman dan pemahaman siswa, (4) bahan bersifat sugestif, evaluatif dan motivatif, (5) bahan ajar dapat menghibur, hiburan merupakan slah satu daya tarik penyimak untuk secara terus-menerus mengikuti dengan penuh perhatian terhadap materi yang disimk, dan (6) bahasa sederhana mudah dimengerti, dengan bahan yang sederhana, pesan disampaikan kepada penyimak akan mudah diterima dan dimengerti sehingga komunikasi berjalan lancar, sebliknya apabila materi yang disimak terlalu sulit, interaksi tidak akan terjadi dan penyimak beralih perhatian ke hal-hal yang bukan pada materi simakan. 3. Kebermanfaatan

Bahan ajar yang dipilih dalam pembelajaran menyimak haruslah bermanfaat bagi pengembangan kemampuan berbahasa siswa dalam konteks komunikasi nyata. Untuk itu, bahan ajar dalam pembelajaran menyimak harus dapat dipakai sebagai wahana atau sarana untuk mengembangkan kemampuan berbahasa sisw dalam konteks komunikasi nyata. Untuk itu bahan ajar menyimak hendaknya memenuhi kriteria berikut : (1) meateri yang dipilih mmpu didayagunakan untuk mengembangkn kemampuan berpikir dan bernlar selaras dengan kemampuan siswa, (2) sampel bahasa yang digunakan bersift otentik dan tidak leps konteks, dan (3) materi yang dipilih haruslah menunjng penggunaaan bahasa kreatif. Teknik Pembelajaran Menyimak

Tarigan dan Tarigan (1987:86) menawarkan beberpa teknik pembelajaran menyimak. Sebagaian dari teknik-teknik tersebut akan diuraikan berikut ini:

1. Dengar Terka

Mengerjakan menyimak dengan teknik dengar terka ini terlebih dahulu guru menyusun deskripsi suatu benda tanpa menyebutkaan namanya. Kemudian deskripsi tersebut dapat dibacakan oleh guru atau diputar rekamnya kepada siswa. Selanjutnya, siswa menyimak deskripsi yang dibacakan guru dan menerka isinya. Misalnya, harganya cukup murah kira-kira Rp 50,00. Panjangnya kira-kira 4-5 cm. Sedangkan tangkainya terbut dari kayu. Di ujung tangkai ada beraneka macam bentuk seperti: bulatan, menyerupi daun wru, kerucut kecil dan lain-lain. Wrnanya ada yang merah, putih, kuning, jingga, rasa manis, dan menjadi kesukaan anak-anak, tetapi kadang-kadang merusak gigi anak-anak. Setelah selesai deskripsi dibacakan akhirnya siswa menerka isisnya yaitu permen.

(7)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

2. Menemukan Benda

Pada teknik ini, guru mengumpulkan benda-benda yang telah dikenal siswa, kemudian diletakkan di sebuah kotak terbuka. Selanjutnya guru menyebutkan suatu benda dan siswa disuruh mencari benda yang disebutkan oleh guru. Apabila benda sudah ditemukan, benda tersebut ditunjukkan kepada guru di sini diperlukan kecermatan menyimak siswa dalam mencri benda yang dimaksud oleh guru. Kecermatan menyimak dapat menentukan variasi benda yang diambil. Misalnya, guru menyebutkan karet penghapus, kemudian siswa mencari kare penghapus dalam kotak. Kebetulan benda yang diambil oleh siswa penghapus papan tulis. Tentu saja jawaban siswa tersebut salah.

3. Identifikasi Kata Kunci

Setiap kalimat, paragraf ataupun wacana selalu memiliki sejumlah kata yang dapat mengungkapkan isi keseluruhan kalimat, paragraf atau wacan. Kata-kata yang dapat mewakili isi keseluruhan kalimat, paragraf atau wacana. Kata-kata yang dapat mewakili isi keseluruhan itu disebut kata kunci atau “keyword”.

Menyimak isi kalimat yang panjang atau paragraf dan wacana yang pendek-pendek tidak perlu menangkap semua kata-katanya. Cukup diingat beberapa kata kunci yang merupakan inti pembicaraan. Melalui perakitan kata kunci menjadi kalimat-kalimat utuh kita sampa pada isi singkat bahan simakan.

4. Identifikasi Kalimat Topik

Setiap paragraf mengandung minimal dua unsur. Pertama ialah kalimat topik, kedua ialah kalimat pengembang atau kalimat penjelas. Posisi kalimat topik mungkin di bagian depan, di bagian akhir paragraf, atau kedua-duanya.

Memahami paragraf ataupun wacana yang dilisankan berarti mencari dan memahami kalimat topik setiap paragraf. Wacana dibangun oleh sejumlah paragraf. Bila siswa dapat mengidentifikasi kalimat topik setiap paragraf yang membangun wacana tersebut, maka pemahaman wacana terwujud.

5. Menyingkat / Merangkum

Menyimak bahan simakan yang agak panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu diantra cara tersebut ialah melalui penyingkatan-penyingkatan / merangkum berarti membuat bahan panjang menjadi sesedikit mungkin namun, yang sedikit itu dapt mewakili atau menjelaskan yang panjang. 6. Menjawab Pertanyaan

Cara lain untuk mengajarkan menyimak efektif adalah melalui latihan menjawab pertanyaapa: apa, siapa, mengapa, dimana, mana dan bilamana. Untuk memantapkan pemahaman melaksankan cara ini, maka latihan diadakan bertahap, satu demi satu dan berkhir semuanya sekaligus.

Upaya-Upaya Memingkatkan Kemampuan Menyimak

Pembelajaran menyimak diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Setelah mengikuti pelajaran menyimak diharapkan kemampuan menyimak siswa semakin meningkat, lebih tajam, mendalam, dan dengan kecepatan yang optimal. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

(8)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

menyimak siswa. Upaya-upaya tersebut bersifat intrinsik dan estrinsik (Priyantni, 1987:34) Secara rinci upaya-upay tersebut akan diuraikan berikut ini.

1. Upaya Intrinsik

Upaya untuk meningkatkan kemampuan menyimak dengan cara melatih daya sima atau kepekaan penyimak, dikategorikan sebagai upaya yang bersifat intrinsik. Upaya-upaya yang bersifat diuraikan berikut ini:

a. Meningkatkan konsentrasi/Perhatian

Konsentrasi atau perhatian adalah pemusatan tenga psikis tertuju pada satu objek. Perhatian atau konsentrasi juga diartikan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas. Dari dua pengertian tersebut dapat dijabarkan bahwa perhatian adalah suatu aktivitas untuk memusakan atau mengkonsentrasikan. Memfokuskan aktivits/psikis pada satu objek yang dibaca, didengar, dilihat, diraba, dipikirkan dan lain-lain.

Perhatian dapat dibedakan atas dua macam, yaitu perhatin intnsif/ terpusat dan perhatian tidak intensif/terpencar. Perhatian intensif/ terpusatlah yang diperlukan dalam pembeljaran menyhimak. Namun demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa amatlah sulit untuk menjaga perhatian tersebut. Padahal perhtin itulah yang akan memepengaruhi keberhasiln menyimak. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu usaha untuk menjaga perhatian agar terus intensif/terpusat pada tuturan yang disimak. Upaya tersebut adalah dengan cara membuat catatan-catatan sewaktu aktivitas menyimk berlangsung.

Hal-hal yang perlu dicatat sewktu menyimak adalah butir-butir utma, gagasan-gagasan utama. Faktta-fakta pendukung gagasan, atau simpulan-simpulan yang ada dalam tuturan. Kegiatan membuat catatan-catatan ini akan membantu mengarahkan atau memusatkan sisw pada materi simakan.

b. Meningkatkan daya ramal

Penyimak dalam menyimak wacana lisan pada hakikatnya ia mencoba menginterpretasikan pesan, informsi, fakta atau kode-kode kebahasaan yang ada dalam wacana tersebut. Penginterpretasian tersebut pada hakikatnya melibatkan kemampuan untuk meramalkan makna tersurat maupun makna tersirat dari wacana yang disimak oleh penyimak. Kegiatan meramalkan atau menerka tersebut berlangsung ketika penyimak menyimak tuturan lisan tersebut dan berlanjut terus sampai dengan penyimak selesai menyimak. Setelah tuturan di simak. Penyimak akan merenungkan, memikirkn apakah ramalan-ramalan yang dibuatnya benar atau tidak.

Keterampilan meramalkan isi pesan, informasi atau hal-hal lain berkaitan dengan apa yang disimak merupakan keterampilan yang tidak tumbuh secara otomatis. Keterampilan tersebut perlu terus dipupuk, dibina, dan ditingkatkan agar daya ramal menyimak tinggi. Tinggi rendahnya daya ramh ini berkaitan erat dengan kebenaran ramalan yang dibuat penyimak. Penyimak yang memiliki daya ramal tinggi, ramalannya pada umumnya jarang meleset.

(9)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

c. Meningkatkan kemampuan berekplorasi

Kemampuan bereksplorasi adalah kemampuan untuk menggali kedalaman makna, memperluas dan menemukan wawasan baru dari materi yang disimak. Kemampuan bereksplorasi ini perlu ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran menyimak agar siswa terb iasa berpikir kritis, tidak hanya berpikir literal saja.

Keterampilan berksplorasi dalam kegiatan menyimak ini mencakup keterampilan (1) menemukan ide pokok yang tersirat, (2) menemukan suasana, (3) menemukan kesimpulan, (4) menemukan tujuan pewicara, (5) memprediksi (menduga) dampak, (6) membedakan opini dan fakta, (7) membedakan realitas dan fantasi, (8) mengikuti petunjuk, dan (9) menemukan makna tersirat dan tersorot.

d. Meningkatkan keterampilan berpikir dan bernalar

Berpikir dan bernalar adalah aktivitas jiwa yang tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah proses berpikir dan bernalar. Seseorang yang sedang menyimak pada hakikatnya ia melakukan kegiatan-kegiatan jiwa mengingat kosakata dalam wacana lisan yang disimak, menafsirkan makna dari tutran tersebut, mengevaluasi, menentukan dan lain-lain.

Mengingat menyimak adalah keggiatan berpikir dan bernalar, maka keterampilan berpikir dan bernlar parlu terus ditingkatkan agar daya simak penyimak juga meningkat.

e. Menyimak secara rutin

Keterampilan menyimak harus dilatihkan terus-menerus agar daya simak menyimak menjadi meningkat. Cara yang dilakukan adalah dengan terus-menerus menyimak konsentratif dengan menggunakan bahan bervariasi. Penyimak secara rutin perlu melakukan aktivitas menyimak dengan konsentrasi yang memadai.

f. Menghindari kebiasaan-kebiasaan jelek sewaktu menyimak

Banyak kebiasaan jelek yang sering dilakukan penyimak, yang mempengaruhi hasil menyimak. Kebiasaan-kebiasaan jelek tersebut akan diuraikan berikut ini :

(1) Perhatian tidak intensif

Banyak penyimak yang kelihatannya menyimak, namun aktivitas jiwanya tidak tertuju pada materi yang disimak, misalnya menyimak sambil melamun.

(2) Emosional

Banyak penyimak yang kurang dapat menahan emosinya untuk bertanya, memberikan tanggapan, memberikan komentar, padahal pembicaraan belum selesai.

(3) Egois

Ada orang yang mau menyimak apa yang dikatakan oleh orang lain, tetapi selalu menuntut agar orang lain mau mendengarkan apa yang dikatakannya. Penyimak yang egois semacam ini selalu beranggapan

(10)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

bahwa pendapatnyalah yang paling baik dan benar, sebaliknya memandang remeh pendapat orang lain.

(4) Tidak memahami tujuan menyimak

Penyimak yang tidak memahami tuuan menyimak akan tampak selalu gelisah, gerak-geriknya cenderung mengganggu penyima yang lin, dan berusaha mengajar berbicara teman lain yang sedang melaksanakan aktivitas menyimak.

(5) Mudah menyerah

Menyimak adalah kegiatan menegosiasikan makna. Ada penyimak yang mudah menyerah karena tidak mampu menegosiasikan makna tutura yang didengarnya.

2. Upaya Ekstrinsik

Faktor-faktor di luar diri penyimak perlu diperhatikan agar kemampuan menyimak siswa meningkat. Upaya-upya peningkatan kemampuan menyimak dilakukan dengan mendayagunakan hal-hal di luar diri penyimak. Itulah yang dinamakan dengan upaya ekstrinsik. Upaya-upaya tersebut diuraikan berikut ini:

a. Memberdayakan pertanyaan

Pertanyaan memiliki peranan penting dalam pembelajaran menyimak. Melalui pertanyaan-pertanyaan itulah segenap keterampilan menyimak dapat di latihkembangkan kepada siswa yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan menyimak para siswa. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan dalam pembeljaran menyimak harus disusun sedemikian rupa agar pertanyaan tersebut dapat didayagunakan untuk wahana peningkatan kemampuan menyimak.

Pertanyaan-pertanyaan terhadap isi wacana, baik lisan maupun tulis dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan yang ingin dilatihkan kepada penyimak atau pembaca dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan tercermin kemampuan yang dilatihkan kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan terhadap isi wacana tersebut oleh Nuttal (1982, dalam Priyanti, 1997:41) diklasifikasikan menjadi enam kelompok, yaitu (1) pertanyaan literal, (2) pertanyaan yang melihatkan reorganisasi dan reinterpretasi, (3) pertanyaan inferensi, (4) pertanyaan evaluasi, (5) pertanyaan yang memerlukan respon personal, dan (6) pertanyaan evaluasi.

b. Mengoptimalkan peran guru

Guru sebagai pembina dalam pembelajaran menyimak memiliki peran yang sangat penting. Guru turut menentukan keberhasilan dalam pembelajaran menyimak. Oleh karena itu, perannya perlu dioptimalkan agar kemampuan menyimak siswa meningkat. Peran dan tanggungjawab guru dalam pembelajaran menyimak adalah sebagai berikut:

• Menyiapkan latihan yang selaras dengan tujuan pembelajaran dan tingkat kemampuan siswa.

• Memilih teks yang sesuai dengan syarat-syarat pemilihan bahan ajar menyimak.

(11)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

• Mempersiapkan sumber-sumber/bahan-bahan simaan yang bervariasi.

• Mempersiapkn suasana kelas yang mendukung aktivits menyimak.

• Membimbing dan mengarahkan siswa agar daya simak mereka terus meningkat.

• Menjaga agar daya simak siswa meningkat selaras dengan kemampuannya. KESIMPULAN

Keterampilan menyimak mempunyai peranan yang penting bagi siswa. Melalui menyimak, siswa memperoleh berbagai ragam pengetahuan dan informasi. Di samping itu, menyimak bermanfaat untuk membantu menyerap berbagai pelajarn yang diterima di sekolah.

Keterampilan menyimak baru dapat dikuasai setelah melalui latihan-latihan. Semakin banyak latihan, semakin tinggi pemahaman. Tnpa dilatih dan dikembangan, siswa mengalami kesulitn dalam upaya memahami berbagai informasi yang disampaikan.

Pada saat-saat proses menyimak berlangsung, penyimak perlu memusatkan pikiran dan perhatian terhadap bahan simakan. Memusatkan pikirn dan perhatian kepada sesuatu berarti pikirn dan persaan diarahkan terhadap objek yang disimak. Pikiran-pikiran lain dihilangkan jauh-jauh. Kemampuan memusatkan perhatian merupakan kemampuan yang menentukn dalam proses menyimak. Oleh karena itu bil seorng ingin berhasil dalam menyimak perlu memperhatikan hal itu sebaik-baiknya.

Faktor yang lain yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap kualits pendengar isi dan organiasi pesan yang disampaikan. Isi yang menarik, organisasi yang sistematis akan mempertinggi hasil kualitas pendengarn.

Dalam memahami pesan yang dikirimkan oleh pembicara dalam wujud bunyi bahasa, penyimak di samping menguasai kemampuan linguistik perlu juga membca situsi, gerk-gerik tubuh dan ekspresi wajah.

Disamping hal-hal di atas. Kemampuan menilai diperlukan dan digunakan dalam proses menyimak. Kemampuan menilai dipengaruhi oleh kedalam ilmu, keluasaan pengalaman dan latar belakang seseorng. Hasil penilaia diwujudkan dalam bentuk ingatan.

DAFTAR PUSTAKA

Clark, Habert, & Clark, E. 2977. Psichologi of languade, New York MC Milan. Doft, A. 1989. Teach English Cambridge. Cambridge University Press.

Mathew A 1999. Listning Skill. Bahan Pelatihan LGKI Bahasa Inggris. Propinsi Jawa Timur: Depdikbud.

Nuryati, Sri. 194. Peranan Pengajaran Menyimak. Jurnal Wahan Sekolah Dasar, 2, (2):175-180.

Priyanti, Endah Tri. 1997. Menyimak: Bahan Ajar Mata Kuliah Menyimak. Malang. IKIP Malang

Rost, M. 1991. Listening in Action. New York: Prentice Hall.

(12)

Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Peserta Didik

Tarigan, Djago. 1986. Materi Pokok Keterampilan Menyimak. Modul 1-3 Jakarta: Kamnika UT.

Tarigan, Djago., & Tarigan, H. G. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. 1990. Menyimak Sebagai keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari penjelasan atas tanggapan responden mengenai aktifitas kerja, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat potensi risiko bahaya dari pekerjaan yang dilakukan oleh

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para

mendatangkan pakarl tenaga ahli ke sekolah- sekolah (SMAN) di Kabupaten Tanah Datar, (2) Kepala sekolah sebaiknya memberikan bimbingan kepada guru agar mereka juga

Larutan yang sudah berada pada keadaan lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan berupa kristalb. Dimana pada badan crystallizer

[r]

Untuk perlakuan pada media formulasi limbah cair pabrik kelapa sawit hambatan makan yang paling rendah pada perlakuan LCPKS 75 % + 0,4 g gula merah + 30 ml air kelapa +