• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN MESIN PARUT DAN PENGUPAS DAGING KELAPA OTOMATIS DENGAN METODE VDI 2221

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN MESIN PARUT DAN PENGUPAS DAGING KELAPA OTOMATIS DENGAN METODE VDI 2221"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN MESIN PARUT DAN PENGUPAS DAGING

KELAPA OTOMATIS DENGAN METODE VDI 2221

Agung Purba Sunendra [1], Ir. Agus Riyanto, MM [2]

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 - Indonesia

Telp: (021) 78880305, 7270086, Fax: (021) 7864721, 7271868 Email: [email protected], Website: www.univpancasila.ac.id

ABSTRACT

The enthusiasm of people to use a traditionally processed milk is still high which can be seen from grated coconut services into a business that is always crowded. In the process, oil processing is still done manually and the process of one another are separated so processing time becomes longer and the result was little. In addition, the security aspects of the grated process less attention. Based on this, give an idea to redesign the machine shredded to produce more and faster production as well as the aspect of safety factor. The method used in the design is the VDI 2221 method. In this design, the processing of coconut is created automatically and continuously and with regard to safety aspects. The process begins by entering a coconut to hoper. Furthermore, the coconut will experience the process of cutting, stripping and grating automatically, which in turn form a ready-squeezed coconut milk powder.Based on analysis of the design of the processing time of grated coconut processing becomes faster 51,4 seconds, while the production capacity increased by 83 grains per hour. Furthermore, the machine in this design is safer because no sharp objects contact with the hand.

Keywords: coconut grated, continuous process, automatic, method VDI 2221.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antusiasme masyarakat untuk

menggunakan santan yang diolah secara

tradisional masih tinggi yang bisa dilihat dari jasa parut kelapa menjadi bisnis yang selalu ramai pengunjung. Pada prosesnya, pengolahan kelapa masih dilakukan secara manual dan proses satu dengan yang lainnya masih terpisah – pisah sehingga waku pengerjaan menjadi lebih lama dan hasilnya pun sedikit. Selain itu, pada proses pemarutan aspek keamanan kurang diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut, memberikan ide untuk merancang ulang mesin parut guna menghasilkan

produksi lebih banyak dan cepat serta

memperhatikan aspek keamanan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan: bagaimana desain mesin parut dan pengupas daging kelapa yang dapat berjalan secara otomatis dan kontinyu sehingga produktivitasnya meningkat serta aman dan nyaman untuk digunakan.

1.3 Batasan Masalah

Pada pembahasan tugas akhir

perancangan mesin parut dan pengupas daging kelapa ini, kami membatasi masalah yaitu sebagai berikut :

1. Proses pengolahan kelapa dimulai dari

butir kelapa utuh tanpa serabut kelapa sampai menjadi serbuk santan yang siap untuk diperas.

2. Pembahasan hanya pada perancangan

mesin dengan menggunakaan metode VDI 2221.

3. Tidak membahas mengenai biaya

pembuatan mesin.

4. Diameter kelapa yang diteliti berkisar

antara 10 – 13 cm.

II. LANDASAN TEORI

2.1 Pemarutan Kelapa

Proses pemarutan kelapa adalah suatu

proses untuk menghasilkan santan yang

dihasilkan dari pemerasan hasil parutan kelapa tua. Sebelum menjadi santan, ada tiga tahapan proses yang harus dilakukan yakni mengupas sabut kelapa, mengupas batok kelapa, memotong – motong kelapa agar siap diparut, dan terakhir pemarutan kelapa.

2.2 Perancangan Produk

Perancangan (design) secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan awal dari

usaha merealisasikan suatu produk yang

keberadaannya diperlukan oleh masyarakat untuk meringankan hidupnya.

(2)

2.3 Metode Vdi 2221

Metode VDI (Verein Deutcher

Ingenieure) atau Persatuan Insinyur Jerman

dikembangkan dari pengalaman engineer –

engineer Jerman. Metoda ini merupakan metoda yang paling banyak digunakan di dalam perancangan teknik.

Pada tahun 1993 metoda perancangan VDI 2222 diganti menjadi VDI 2221 berdasarkan pada pengembangan dan perbaikan. Hingga sampai saat ini masih tetap digunakan metoda VDI 2221.

2.4 Perencanaan Dan Perhitungan Mekanis

1. Rangka

Gambar 1 Reaksi Gaya Pada Rangka [1]

∑ 𝐹𝑥= 0 → 𝑅𝐻𝐴= 0 ∑ 𝐹𝑦= 0 → 𝑅𝑉𝐴+ 𝑅𝑉𝐵 = 𝑊 ∑ 𝑀𝐴= 0 (𝑊.1 2. 𝑙) − (𝑅𝑉𝐵. 𝑙) = 0 ... (2.1) Keterangan : W = Beban (N) l = Panjang (m) M = Momen (N.m)

Tegangan Geser Izin

𝜏 =𝑀.𝑌

𝐼𝑥... (2.2)

Keterangan :

𝜏 = tegangan geser yang terjadi

(N/mm2)

M = momen yang terjadi (N.mm)

Ix = momen inersia batang (mm4)

Y = titik berat batang (mm)

2. Pengelasan

Gambar 2 Potongan Gambar Sambungan Las [5] 𝜎𝑡= 𝑃 0,707.𝑠.𝑙 ... (2.3) Keterangan : P = Gaya Tarik (N) s = Tebal Lasan (mm) l = Panjang Lasan (mm) 3. Poros

Poros dengan tegangan kombinasi

merupakan tegangan yang terjadi akibat gabungan torsi dan beban lentur. Adapun rumusnya sebagai berikut : 𝑇𝑒= √𝑇2+ 𝑀2... (2.4) Keterangan : Te = Torsi ekuivalen 𝑀𝑒=1 2(𝑀 + √𝑀 2+ 𝑇2.. (2.5) Keterangan :

Me = Momen Puntir Ekuivalen Untuk menentukan diameter :

𝑀𝑒= 𝜋 32. 𝜎𝑏. 𝑑 3... (2.6) 𝑑 = √32.𝑀𝑒 𝜋.𝜎𝑏 3 ... (2.7) 4. Pasak

Pasak mengalami dua momen gaya yaitu momen gaya crushing dan momen gaya geser, berikut penjabarannya:

a. Gaya Crushing

𝑇crushing=𝑙.𝑡.𝜎𝑐.𝑑

4 ... (2.8)

Keterangan :

Tcrushing = Momen Gaya Crushing (N.mm) 𝑙 = Panjang Pasak (mm) t = Tebal Pasak (mm) 𝜎𝑐 = Tegangan Crushing (N/mm2) d = diameter poros (mm) b. Gaya Geser

(3)

𝑇𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟= 𝑙. 𝑤. 𝜏. 𝑑

2... (2.9)

Keterangan :

TGeeser = Momen Gaya Geser (N.mm)

𝑙 = Panjang Pasak (mm)

t = Tebal Pasak (mm)

𝜏 = Tegangan Crushing (N/mm2)

d = diameter poros (mm)

Momen pada poros dihitung dengan menggunakan rumus : [5]

𝑇𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠=𝜋.𝜏.𝑑3

16 ... (2.10)

Keterangan :

Tporos = Momen gaya pada poros (Nm)

𝜏 = Tegangan tarik izin poros (N/mm2) d = Diameter poros (m)

5. Torsi Dan Daya

Menghitung Torsi :

𝑇 = 𝑊. 𝑙 ... (2.11) Keterangan :

T = Torsi atau momen gaya (Nm) W = Berat benda atau beban (N)

= Jarak gaya terhadap sumbu poros (m) Daya yang bekerja :

𝑃 = 𝑇. 𝜔 = 𝑇.2.𝜋.N

60 ... (2.12)

Keterangan : P = Daya (J/s)

T = Momen gaya atau torsi (N.m) N = Putaran motor (rpm)

6. Pulley Dan Belt

Rasio Kecepatan Pulley

𝐷1

𝐷2=

𝑁2

𝑁1 ... (2.13)

Keterangan :

D1 = Diameter pulley penggerak (mm) D2 = Diameter pulley yang digerakan (mm) N1 = Kecepatan pulley penggerak (rpm) N2 = Kecepatan pulley yang digerakan (rpm) Menentukan Panjang Belt

𝐿 = 2. 𝑐 + 𝜋 2(𝑑𝑝+ 𝐷𝑝) + 1 4.𝑐(𝐷𝑝− 𝑑𝑝) 2 ... (2.14) Keterangan : L = Panjang V-Belt (mm)

c = Jarak antar sumbu poros (mm) Dp = Diameter pulley penggerak (mm) dp = Diameter pulley yang digerakan (mm)

7. Gergaji

Kecepatan Potong

𝑉𝐶=𝜋.𝐷.𝑁 ... (2.15)

Keterangan :

VC = Kecepatan potong (m/menit) D = Diameter pemotong (mm)

N = Putaran tiap menit (rpm) Waktu Potong

𝑇𝐶 = 𝐿𝐶 𝑆𝑚 ... (2.16) 𝐿𝐶 = 𝐿𝑊+ 𝐴 + 𝑂 + 𝐷𝐶 2 (2.17) 𝑆𝑚= 𝑆𝑜. 𝑍𝑐. 𝑁 ... (2.18) Keterangan :

TC = Waktu pemotongan (menit) LC = Panjang total perjalanan (mm)

A,O = Pendekatan dan panjang sedikit

pemotongan ( 5 s/d 10 mm)

DC= Diameter Gergaji (mm)

Sm = Kecepatan makan (mm/menit) So = Makan per gigi (mm/gigi) Zc = Jumlah gigi N = Putaran potong (rpm) 8. Bantalan Beban Equivalen 𝑊𝑒= 𝑊𝑅. 𝑉. 𝑋 + 𝑊𝐴. 𝑌 . (2.19) Keterangan : We = Beban equivalent ( N ) WR = Beban Radial ( N ) WA = Beban Aksial ( N ) V = Faktor Putaran Y = Faktor Thrust XR = Faktor Radial Umur Bantalan 𝐿 = (𝐶 𝑊𝑒) 𝑘. 106 ... (2.20) Keterangan :

C = Kapasitas Beban Dinamis Dari Bantalan (Kg)

(4)

III. METODOLOGI PERANCANGAN

Gambar 3 Modifikasi VDI 2221 [3]

IV. Perhitungan Dan Perancangan

4.1 Perhitungan Dan Perancangan Komponen

1. Hoper

Gambar 4 Isometri Hoper

Tabel 1 Hasil Perancangan Hoper HOPER

Spesifikasi

Ukuran (mm) 600 x 600 x 330

Kapasitas (kg) 52

2. Rangka

Gambar 5 Isometri Rangka Tabel 2 Hasil Perancangan Rangka

RANGKA Spesifikasi Ket. Material ST37 Ukuran 1480x1400x520 𝜎𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 12,89 aman 𝜎𝑦 𝑖𝑧𝑖𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛= 219 𝑁/𝑚𝑚2 𝜎𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛 aman 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛= 90 𝑁/𝑚𝑚2

3. Gergaji & Komponen

Gambar 6 Isometri Gergaji & Komponen

P en ge c eka n t er h ada p pe m e n u h a n s p es if ik as i Langkah selanjutnya Tugas It er as i ke de pa n da n ke be la ka n g a n ta r la n gka h

Study literature & lapangan dan definisi tugas 1

Penetapan fungsi dan struktur produk 2

Mencari prinsip solusi dan kombinasi 3 Seleksi konsep 4 Perhitungan desain 5 Optimasi desain 6 Pembuatan instruksi produksi dan operasi 7 Spesifikasi teknis Struktur fungsi Alternatif Konsep Konsep terpilih Dimensi & keamanan Desain detail Dokumen produk

(5)

Tabel 3 Hasil Perancangan Gergaji GERGAJI & KOMPONEN

Komponen Spesifikasi Nilai

Gergaji D 130 mm Material HSS ZC 4 buah Tc 10 detik Poros D 20 mm Material 40 C 8 𝜏𝑚𝑎𝑥 7,3 N/mm2

Bearing Tipe Self align ball

bearing

No. 204

C 551,12 N

Pasak Tipe Gib Head Key

Ukuran 7x8x33 mm Belt Dan Pulley Tipe Tipe B L 1534 mm 4. Konveyor

Gambar 7 Gambar Isometri Konveyor Tabel 4 Hasil Perancangan Konveyor

KONVEYOR & KOMPONEN

Komponen Spesifikasi Nilai

Konveyor DPulley 55 mm LKonveyor 1173 mm P 0,065 kW Tproses 7 detik Poros D 20 mm Material 40 C 8 𝜏𝑚𝑎𝑥 19 N/mm2

Bearing Tipe Self align ball

bearing

No. 204

C 551,12 N

Pasak Tipe Gib Head Key

Ukuran 7x8x33 mm

Belt Dan Pulley

Tipe Tipe B

L 2164 mm

5. Pengupas Daging Kelapa & Komponen

Gambar 8 Isometri Pengupasan Kelapa Tabel 5 Hasil Perancangan Pengupasan Kelapa

PENGUPAS KELAPA & KOMPONEN

Komponen Spesifikasi Nilai

Pelat Pengarah Kelapa Ukuran 55 mm Material Stainless Roller Pendorong D 60 mm Material Baja ST37 TProses 5,6 detik N 34 rpm P 0,25 kW Pisau Pengupas Kelapa

Tipe Pisau Model

Lengkung

Ukuran 100x91x69

mm

Material Stainless steel

6. Parutan

Gambar 9 Parutan Tabel 6 Hasil Perancangan Parutan

PARUTAN

Komponen Spesifikasi Nilai

Parutan D 100 mm

Material Pelat Stainless

ZC 30 buah

(6)

4.2 Hasil Rancangan Mesin Parut Dan Pengupas Daging Kelapa Otomatis

Gambar 10 Mesin Parut dan Pengupas Daging Kelapa Otomatis

V. KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada mesin parut dan pengupas

daging kelapa ini proses berjalan

secara otomatis dan kontinyu

sehingga proses pengerjaan kelapa dari mulai pemisahan batok dengan daging hingga pemarutan menjadi lebih cepat.

2. Rata – rata waktu yang dibutuhkan

untuk proses pengerjaan pemarutan kelapa pada mesin konvensional yaitu 1 menit 18 detik untuk sebutir

kelapa. Berdasarkan pada

perhitungan, mesin parut dan

pengupas daging kelapa otomatis ini memerlukan waktu = 26,6 detik. 3. Rata – rata kapasitas per jam mesin

parut kelapa konvensional yaitu 52 butir. Sedangkan pada mesin parut dan pengupas daging kelapa ini kapasitas per jam yaitu 135 butir.

4. Pada mesin parut dan pengupas

daging kelapa ini tidak terdapat kontak antara tangan dengan parutan sehingga mesin lebih aman dari sebelumnya.

5.2 Saran

1. Mesin harus rutin dilakukan

pembersihan, terutama bagian

khusus seperti gergaji potong, pisau pengupas dan pisau parutan agar kondisi komponen tersebut tetap dalam kondisi yang prima.

2. Secara rutin harus dilakukan

lubrikasi pada komponen –

komponen berputar yaitu pada poros gergaji, poros konveyor, poros roler

pendorong dan terakhir poros

parutan agar putaran yang

dihasilkan bisa tetap optimal.

3. Kekurangan pada mesin parut dan

pengupas daging kelapa ini adalah tidak dapat melakukan penyayatan terhadap kulit kelapa sehingga kelapa tidak diatur untuk hasil yang

bersih. Sehingga diperlukan

pengembangan lebih jauh agar dapat menghasilkan kelapa yang bersih dengan sistem yang otomatis.

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Dwi Setyono, Nikodimos. 2009.

Perancangan Mesin Emping Jagung Dengan Sistem Roll Pengatur. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

2. Fadilah, Surya., et al. 2012. Rancang

Bangun Mesin Pencuci Beras Dan Kacang –Kacangan Kapasitas Maksimal 25 Liter. Depok : Politeknik Negeri Jakarta.

3. Harsokoesoemo, Darmawan. 2004.

Pengantar Perancangan Teknik.

Bandung : Institut Teknologi Bandung (ITB).

4. Jänsch, J., & Birkhofer, H. 2006. The Development Of The Guideline VDI 2221. Croatia.

5. Khurmi, R.S. 2005. Machine Design.

New Delhi : Eurasia Publishing House.

6. Respati, Efi., et al. 2013. Buletin

Konsumsi Pangan. Jakarta : Pusat Data Dan Informasi Pertanian Sekretariat Jendral.

7. Upara, Nafsan. 2013. Proses Pemesinan

Konvensional (Proses Manufaktur II). Jakarta : Universitas Pancasila

Gambar

Gambar 1 Reaksi Gaya Pada Rangka [1]
Gambar 4 Isometri Hoper
Gambar 8 Isometri Pengupasan Kelapa  Tabel 5 Hasil Perancangan Pengupasan Kelapa
Gambar 10 Mesin Parut dan Pengupas Daging  Kelapa Otomatis

Referensi

Dokumen terkait

Jadi Ada perbedaan yang signifikan antara kadar protein total pada daging kelapa muda segar dan daging kelapa tua segar.. Data Statistik Uji T Independen Kadar Protein Murni

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses perancangan dan pembuatan mesin-mesin tepat guna harus banyak diperhatikan pada tingkat kepresisian

Laporan tugas akhir ini berjudul “Rancang Bangun Mesin Pengupas Kulit dan Pemotong Daging Buah Nanas Semi Otomatis dengan Penggerak Pneumatik Kapasitas 12 Buah/Menit”

Mesin ini dilengkapi oleh 2 roller adjustable yang dapat diatur agar ketebalan serat yang akan diproses dapat disesuaikan sehingga mesin ini dapat memproses

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

Setelah tahap perakitan maka dilakukan pengujian pada mesin, dengan Melakukan pengujian pada mesin press briket arang tempurung kelapa agar mendapatkan berapa beban yang diterima oleh

TUGAS AKHIR ANALISA TEKANAN KOMPAKSI DAN TEMPERATUR SINTERING PADA CAMPURAN BESI FE IRON POWDER DAN SERBUK ARANG BATOK KELAPA LOKAL CARBON DENGAN METODE METALURGI SERBUK

PADA CAMPURAN BESI FE IRON POWDER DAN SERBUK ARANG BATOK KELAPA LOKAL CARBON DENGAN METODE METALURGI SERBUK TERHADAP... "PENGARUH WAKTU KALSINASI TERHADAP SIFAT FISIKA- KIMIA