• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOLOGI PERIKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOLOGI PERIKANAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BIOLOGI PERIKANAN 1. Biologi ikan

 Tujuan utama untuk kemajuan ilmu pengetahuan mengenai ikan.

 Merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dari segi murni, misalnya dari segi morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi, genetika, evolusi, dan ekologinya.

2. Biologi perikanan

 Memiliki tujuan untuk melindungi sumberdaya perikanan sehingga manusia dapat memanfaatkannya secara optimal, berkelanjutan, dan selalu memperhatikan aspek kelestariannya.

 Merupakan ilmu yang mendasarkan diri pada biologi ikan dan ilmu-ilmu lainnya kemudian dipadu dan diterapkan untuk pemanfaatan dan pengelolaan perikanan.

3. Overfishing

Gejala-gejala overfishing:

 Produktivitas hasil tangkapan menurun  Terjadi booming spesies tertentu  Penurunan ukuran hasil penangkapan

 Grafik penangkapan dalam satuan waktu berbentuk fluktuasi atau tidak menentu

 Penurunan produksi secara nyata 4. Perikanan

Mempunyai beberapa batasan:

 Segi ekonomi, perikanan sebagai suatu usaha manusia dalam memanfaatkan perairan, baik hewani maupun nabati, dengan tujuan mendapat keuntungan sebesar-besarnya.

 Segi perikanan: - Undang-undang RI Nomor 9 Tahun 1985 - Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 2004 5. Jenis Ikan (Berdasar UU)

 Pisces (ikan bersirip)

 Crustacea (udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya)  Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, dan sebangsanya)  Coelenterata (ubur-ubur dan sebangsanya)

(2)

 Echinodermata (bintang laut, teripang, bulu babi, dan sebangsanya)  Amphibia (kodok dan sebangsanya)

 Reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, dan sebangsanya)  Mamalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya)

 Algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidup di dalam air)  Biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas 6. Sumberdaya Perairan

Sumberdaya perairan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam dengan berdasar salinitas, ukuran kedalaman, kecepatan aliran airnya, dan lain-lain.

a. Perairan Tawar

 Air diam (leutic): danau, waduk, rawa, kolam, reservoir.  Air mengalir (lotic): sungai

b. Air Payau

 Pencampuran antara air tawar dari hulu dengan air asin dari lautan  Salinitas perairan sangat bervariasi

 Daerah payau yang sudah dekat dengan laut disebut daerah estuari atau kuala  Menampung berbagai nutrien

 Habitat yang baik untuk ikan c. Perairan Asin (Laut)

 Habitat pantai

 Kedalaman perairan < 200 m  Daerah perikanan tradisional

 Kondisi perairan yang belum tercemar, hampir sama dengan daerah kuala  Kaya akan nutrien dan sangat produktif

 Habitat lautan  Kedalaman > 200 m  Miskin kandungan nutrien

 Sinar matahari tidak tembus ke daerah tersebut  Perikanan di laut terbuka

7. Manusia

 Keberhasilan pemanfaatan dan pengelolaan SDI sangat tergantung pada manusia

(3)

 Manusia memanfaatkan perairan untuk berbagai macam kebutuhan

 Segi ekonomi, sosial, maupun politik dapat melampaui bahkan mungkin berlawanan dengan rencana kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan

PENGELOLAAN PERIKANAN BERBASIS BIOLOGI 1. Taksonomi dan identifikasi

 Taksonomi : ilmu yang mempelajari teori, prinsip, prosedur, dan peraturan-peraturan klasifikasi

 Klasifikasi : identifikasi, penamaan, dan pengelompokkan organisme ke dalam suatu sistem formal berdasar pada persamaan seperti anatomi internal dan eksternal, fungsi fisiologis, keturunan, atau sejarah evolusi

 Jumlah ikan sangat banyak dengan berbagai jenis, bentuk, dan perkembangan filogeni, klasifikasi sering mengalami kesulitan

- Filogeni : perkembangan jenis, genus, atau kelompok dari waktu ke waktu

- Ontogeni : perkembangan dari suatu individu mulai telur yang dibuahi hingga dewasa

2. Ciri yang umum dalam taksonomi ikan : perbedaan bentuk (morfologi)

 Kuantitatif : morfometri dapat diukur (panjang tubuh, jumlah jari-jari sirip, dan lain-lain)

 Kualitatif : warna dan bentuk tubuh 3. Bukan morfologi

 Perilaku fisiologi : sulit pemakaiannya, namun tetap mugnkin digunakan. Contohnya perbedaan laju pernafasan berhasil dipakai untuk mengenali populasi ikan gobi

 Sitologi : melihat ciri-ciri khas bentuk dan ukuran kromosom dapat dipakai untuk mengenali spesies yang berbeda

 Biokimia : secara langsung dapat digunakan untuk menggambarkan jarak antara taksa secara genetik

 Distribusi

4. Distribusi dan persyaratan habitat Berdasar derajat pemencaran

(4)

 Resident species : jenis ikan yang berpindah tempat tapi lebih menyukai membatasi diri pada tempat yang sempit. Beberapa spesies sering melakukan gerak terbatas yang mungkin sebagai akibat dari adanya gejala alam, misalnya:

- Gerak harian : gerakan pada siang hari secara vertikal

- Gerak pasang surut : gerakan menuju pantai pada waktu pasang dan kembali ke laut mengikuti surut

- Gerak pencar acak : gerak pencaran atau sedikit perpindahan yang tidak bertujuan tertentu

- Gerak musiman : perpindahan yang tidak jauh dan dilakukan musiman

 Development migrants : jenis yang berpindah tempat untuk pertumbuhan atau perkembangan hidupnya. Jarak yang ditempuh dapat dekat atau jauh tergantung spesiesnya.

 Annual migrant : jenis ikan yang melakukan pindah tahunan, berpindah tempat tiap tahun dengan berbagai tujuan.

5. Habitat dan persyaratannya

 Habitat : tempat hidup suatu organisme

 Digolongkan menjadi dua golongan besar : air laut dan air tawar (dan payau) 6. Habitat air laut dalam

 Abyssal (4000 – 6000 m)  Bathypelagic (1000 – 4000 m)  Archibenthic

7. Penggolongan ikan pada perairan dangkal

 Benthic/Demersal (10 – 250 m). Contoh : ikan kakap, kerapu, bawal, udang)  Oceanic, ikan yang menyukai hidup di dekat permukaan air laut, sangat jarang mendekati daratan. Contoh: ikan mola-mola

 Pelagic, golongan ikan yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut. Contoh: ikan pedang, tenggiri, tongkol, dan lain-lain.

 Benthopelagic, ikan yang mampu hidup di daerah bentik maupun pelagik tergantung musim atau kondisi lain (misal perubahan salinitas). Contoh: ikan hiu  Coastal, ikan ini tidak pernah jauh dari pantai tetapi jarang sekali masuk ke daerah payau. Contoh: jenis ikan trout

 Ikan kuala (estuarine), ikan yang hidup di daerah muara sungai, tempat pertemuan air sungai dengan air laut

(5)

8. Penggolongan ikan bermigrasi

 Katadrom : ikan yang menghuni daerah perairan asin sampai air tawar (pemijahan memerlukan air asin). Contoh: sidat, belanak, udang galah

 Anadrom : ikan yang melakukan perjalanan naik dari laut ke arah hulu sungai untuk melakukan pemijahan. Contoh: salmon

9. Penggolongan ikan yang hidup di air tawar

 Lacustrine, golongan ikan yang hidupnya menetap di perairan diam (tambakan, sepat, dan nilem).

 Fluvial, golongan ikan yang hidupnya di air mengalir. Contoh: karper, mujahir.

 Adfluvial, golongan ikan yang hidupnya memerlukan air tenang, tetapi untuk memijahnya mencari air mengalir.

10. Persyaratan habitat

Faktor pembatas: dapat berupa fisik, khemis, atau biologis  Suhu

 Salinitas  Oksigen

(6)

FOOD AND FEEDING HABITS

 Makan merupakan hal yang sangat penting bagi organisme. Energi yang dihasilkan berfungsi untuk :  Gerak  Pemeliharaan  Reproduksi  Proses pencernaan  Pertumbuhan

 Food habits : berkaitan dengan kualitas dan kuantitas pakan yang dimakan

 Feeding habits : berkaitan dengan cara ikan makan, menyangkut tempat dan waktu makan

 Besarnya populasi ikan dalam perairan ditentukan dari pakan yang tersedia. Faktor yang mempengaruhi yaitu : kualitas dan kuantitas pakan yang tersedia, ketersediaan pakan, waktu pengambilan pakan, suhu, cahaya, ruang, dan luas permukaan.

1. Pengaruh bentuk tubuh

 Ikan perenang aktif dengan pakan organisme yang bergerak : berbentuk fusiform dengan penampang agak membulat, sirip pektoral panjang, dan sirip ekor bercagak.

 Ikan yang tidak berenang aktif : bentuk tubuh datar di tengah, sirip pektoral lebar, dan ekornya membulat.

 Morfologi bagian dalam : berkaitan dengan perilaku makan dan jenis pakan - Bentuk, jumlah, dan letak gigi

- Bentuk dan ukuran “gill raker”

- Panjang usus, lambung, dan jumlah pyloric caeca

 Ikan tidak selalu memakan jenis pakan yang sama dalam perjalanan hidupnya 2. Cara mendapatkan pakan

(7)

 Pemburu : aktif mengejar mangsa, perenang cepat, bentuk tubuh fusiform. Contoh: hiu.

 Perayap : perenang lambat, bertubuh memanjang. Contoh: barakuda.

 Penghadang : menangkap mangsanya dengan cepat dari persembunyiannya. Contoh: ikan karang.

 Penyaring : pakan disaring dari air melalui gill raker, lambung biasanya cukup panjang. Contoh: paus.

 Pemilih : memilih mangsa berukuran kecil dari badan air atau substrat. 3. Tersedianya pakan yang cukup

 Pertumbuhan ikan baik

 Kematangan gonad dicapai tepat waktu

 Fekunditas cukup tinggi, ukuran telur dan ukuran ikan dari satu tetasan relatif lebih seragam

 Mengurangi pemangsaan terhadap ikan yang lebih kecil (pada ikan pemangsa) 4. Rantai pakan

 Grazing food chain

Algae – organisme pemakan tumbuhan – organisme pemakan daging  Detritus food chain

Sisa bahan yang mati (detritus) – jasad renik – pemakan – pemangsa 5. Kebiasaan pakan (Food habits)

Kebiasaan pakan adalah pakan yang biasa dimakan oleh ikan, berupa pakan yang ada di lingkungannya, dan dalam bentuk alami

6. Berdasar food habits  Herbivorous  Carnivorous  Omnivorous

 Detritivorous, insektivorous, dan piscivorous

7. Faktor yang mempengaruhi jenis maupun jumlah pakan ikan  Siklus harian

 Perubahan musim  Ukuran dan jenis ikan

(8)

 Kondisi setempat

UMUR IKAN 1. Ukuran dan umur ikan

 Ukuran dan umur ikan sangat bervariasi - Jenis dengan ukuran kecil

- Jenis dengan ukuran besar

 Umur maksimum bervariasi untuk setiap spesies, bervariasi antara bulan dan tahun

 Umur ikan dapat diduga melalui berbagai cara antara lain dengan metode: - Distribusi frekuensi panjang

Metode frekuensi distribusi panjang (Metode Petersen) - Metode pendugaan bagian tubuh

o Membaca tanda tahunan pada organ keras ikan seperti sisik,tulang operculum, tulang punggung, dan jari-jari keras sirip punggung

o Pendugaan umur dengan cara ini memberikan hasil yang lebih baik untuk ikan air dingin

o Penebalan organ yang terjadi pada musim dingin menjadi petunjuk jelas sebagai tanda tahunan

- Pemberian tanda secara tagging dan marking

o Tagging: pembubuhan benda asing pada bagian tertentu tubuh ikan o Marking: pembubuhan tanda pada tubuh ikan tanpa memasukkan

benda asing

2. Penentuan umur ikan dengan sisik Berdasar pada 3 hal:

(9)

 Pertumbuhan tahunan pada sisik ikan sebanding dengan pertumbuhan panjang ikan selama hidupnya

 Hanya 1 annulus yang dibentuk pada tiap tahun 3. Penentuan umur dengan bagian tubuh lain

 Tulang operculum  Batu telinga  Vertebra

 Jari-jari keras sirip punggung

Penentuan umur ikan dengan cara-cara di atas akan baik untuk ikan di daerah empat musim – terjadi perlambatan pertumbuhan.

PERTUMBUHAN 1. Pertumbuhan

 Pertumbuhan: pertambahan ukuran panjang dan/atau berat

 Pertumbuhan individu: pertambahan jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis, terjadi apabila ada input energi dan asama amino (protein) dari pakan

 Pertumbuhan populasi: pertambahan jumlah individu

 Pakan (energi) yang masuk ke dalan tubuh ikan akan digunakan untuk: - Membentuk sel-sel baru

- Menggantikan sel-sel yang rusak - Metabolisme dasar

- Perkembangan gonade

- Pergerakan (berenang, mempertahankan teritorial, dan lain-lain)

 Pakan akan mengakibatkan pertambahan ukuran berat dan panjang ikan  Hubungan antara pakan dengan pertumbuhan:

I = M + G + EKeterangan: I (intake) = pakan yang masuk M (metabolism) = metabolisme G (growth) = pertumbuhan E (excretion) = eksresi 2. Manfaat studi pertumbuhan

 Data mengenai pertumbuhan berguna untuk menjelaskan sejarah ikan secara umum

(10)

 Data panjang dan berat, menjadi landasan dalam penelitian, pengelolaan, dan pemanfaatan

 Jumlah dan ukuran ikan yang tersedia menentukan potensinya dalam menyediakan manfaat untuk kepentingan perikanan komersial atau rekreasional  Data panjang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengestimasi umur. Data berat dapat digunakan sebagai cara untuk mengetahui standing crop, produksi pada perairan umum seperti halnya hatchery atau laboratorium.

 Ikan menunjukkan berbagai keragaman (intraspesies dan interspesies) dalam hal pertumbuhan

 Populasi yang sama dari satu tetasan induk menunjukkan adanya variasi yang cukup banyak

 Ketelitian diperlukan dalam menyimpulkan data yang berasal dari sumberdaya dengan populasi lain di tempat lain atau populasi yang sama pada waktu yang berlainan.

3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

 Faktor luar : pakan, suhu perairan, intensitas cahaya, salinitas, turbiditas, lingkungan

 Faktor dalam : umur, keturunan, jenis kelamin, penyakit

 Pertumbuhan mengalami kelambatan saat ikan menjelang dewasa. Banyak energi untuk perkembangan gonadenya.

4. Menghitung pertumbuhan

 Pertumbuhan tidak sama dengan laju/kecepatan pertumbuhan

 Pertumbuhan: perubahan panjang atau berat yang diperhitungkan dalam jangka waktu tertentu

 Laju pertumbuhan: pertumbuhan yang kecepatannya dihitung per satuan waktu (hari, bulan, tahun)

 Pertumbuhan mutlak berbasis berat

Wt – Wo Keterangan: Wt = berat akhir periode Wo = berat awal periode

 Pertumbuhan relatif: perubahan berat antar dua jangka waktu relatif terhadap berat awalnya

(Wt – Wo) Keterangan: Wt = berat pada akhir periode Wo Wo = berat pada awal periode

(11)

 Laju pertumbuhan mutlak: perubahan berat dalam satu periode tertentu Wt – Wo Keterangan: Wt = berat pada akhir periode

t1 – to Wo = berat pada awal periode t1 = akhir periode

t2 = awal periode  Laju pertumbuhan relatif

Wt – Wo Keterangan: Wt = berat pada akhir periode Wo (t1 – to) Wo = berat pada awal periode

t1 = akhir periode t2 = awal periode

 Laju pertumbuhan spesifik

G = ln Wt – ln Wo Keterangan: Wt = berat pada akhir periode ΔT Wo = berat pada awal periode

ΔT = selisih periode 5. Hubungan Panjang – Berat Ikan

 Hubungan panjang dan berat ikan ditunjukkan dalam persamaan: W = a L b Keterangan: W = berat ikan, L = panjang ikan

a = konstanta, b = eksponen  Harga b biasanya berkisar antara 2 – 4

 Nilai b = 3, pertumbuhan ikan simetri atau isometri (asumsi bahwa semua bagian tubuh ikan tumbuh dengan laju yang sama)

 Nilai b tidak sama dengan 3, ikan tumbuh secara alometri b < 3, pertambahan panjang ikan lebih cepat dari pertambahan beratnya b > 3, pertambahan berat ikan lebih cepat dari pertambahan panjangnya 6. Faktor kondisi

 Digunakan sebagai penunjuk kondisi, keadaan, atau kegemukan pada ikan atau populasi ikan

 Memerlukan data panjang dan berat ikan  Persamaan umum faktor kondisi:

K = berat/panjang3 x bilangan pengali K = berat (g)/panjang3 (mm) x 10 5 K = berat (g)/panjang3 (mm) x 10 2

(12)

 Faktor kondisi relatif Kn = W Keterangan: W = berat a L b L = panjang a dan b = parameter  Berat relatif Wr = W Keterangan: W = berat Ws Ws = berat standar Ws = a’ L b’ a dan b = parameter

 Nilai K tidak boleh dipakai untuk membandingkan antara spesies ikan yang berlainan

 Tidak boleh membandingkan nilai K ikan atau grup ikan dengan panjang yang berbeda nyata

 Nilai K dapat menggambarkan: - Ikan yang panjang, kurus - Ikan yang pendek, tebal, gemuk

 Nila K dari suatu populasi ikan secara bulanan dalam tempo setahun lebih dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada perairan, misalnya bertambahnya anggota populasi yang terlalu padat atau sedikit, ketersediaan pakan, perubahan kualitas air, dan lain-lain.

(13)

REPRODUKSI 1. Pengertian/Definisi

 Reproduksi/perkembangan (seksual):

- Pertambahan individu baru sebagai hasil peleburan sperma induk jantan dan telur dari induk betina

- Terjadi pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya  Reproduksi/perkembangan (aseksual):

- Hermaprodit: mempunyai jaringan ovarium dan jaringan testis pada satu individu

o Hermaprodit sinkroni. Contoh: Hepatus hepatus

o Hermaprodit protandri. Contoh: Kakap (Lates calcarifer) o Hermaprodit protogini. Contoh: Belut (Monopterus albus)

- Gonokhorisme: kondisi seksual berganda, pada tahap juvenil gonad tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan dan betina. Contoh: Sidar (Anguilla

anguilla)

2. Ciri seksual

 Primer: ovarium (betina), testis (jantan)  Sekunder

- Sexual dimorphis : perbedaan morfologi - Sexual dichromatism : perbedaan warna - Tanda-tanda khusus lain:

(14)

o Sementara: hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja 3. Maturity stage dan spawning stage

 Maturity stage (tingkat kematangan gonad)

- Tingkat atau taraf yang menunjukkan berapa lama lagi (waktu) terjadi pemijahan

- Tingkat kematangan lanjut bisa diprediksi  Spawning stage (stadium peneluran)

Saat pertama kali induk akan siap bertelur/membuahi

 Vitellogenesis: terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap individu telur - terjadinya perubahan dalam gonad

 Pertambahan berat gonad – saat matang gonad/siap memijah - Betina 10 – 25 % dari berat tubuh

- Jantan 5 – 10 % dari berat tubuh

 Tiap spesies – ukuran yang berbeda – saat pertama kali mencapai kematangan gonad

4. Faktor yang mempengaruhi kematangan gonad  Ketersediaan pakan

 Suhu perairan

 Lintang sebaran (berdasarkan letak geografis) 5. Gonado somatic index (GSI)

 Indeks Gonadosomatik dikenal juga sebagai koefisien kematangan

 Digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui perkembangan atau kematangan gonad

GSI = Berat Gonad X 100% Berat Tubuh + Berat Gonad 6. Tahap reproduksi

 Tahap 1 Perkembangan oosit  Tahap 2 Vitellogenesis  Tahap 3 Pematangan oosit  Tahap 4 Pemijahan

 Tahap 5 Pemulihan  Tahap 2 Vitellogenesis

(15)

7. Perkembangan seksual  Ovipar (bertelur)  Vivipar (beranak)

 Ovovivipar (bertelur dan beranak) 8. Siklus reproduksi

 Tingkah laku reproduksi – siklus yang berkala dan teratur

 Beberapa spesies ikan – reproduksi hanya terjadi satu kali dalam hidupnya (Big bang spawner)

- Salmon (Oncorhynchus sp.)

- Lamprey laut (Petromyzon marinus)

 Sebagian besar ikan – siklus reproduksi tahunan, dimulai saat pertama kali mencapai matang gonad dan akan berulang terus menerus sampai mati

 Beberapa ikan bereproduksi lebih dari satu kali dalam setahun - Ikan seribu (Lebistes reticulatus) – 4 minggu sekali

- Tilapia sp. – lebih dari 2 - 3 kali setahun

9. Strategi reproduksi  Synchronous

Semua telur dipijah dan induk ikan mati. Contoh: Salmon

 Group Synchronous

Pemijahan berkali-kali dan pemijah musiman Contoh: pada beberapa spesies ikan

 Asynchronous

Berulang kali dan pemijahan setiap hari Contoh: Medaka

10. Pemijahan

Ikan memerlukan habitat tertentu untuk berlangsungnya pemijahan  Fitofil

 Litofil  Psamofil  Pelagofil  Ostrakofil

(16)

 Litipelagofil

11. Faktor yang mempengaruhi pemijahan  Suhu

 Musim

 Keadaan lingkungan 12. Fekunditas

 Fekunditas: jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina

 Kesuburan : jumlah keturunan yang mampu bertahan hidup dari seekor individu

 Kesuburan < Fekunditas

 Fekunditas menunjukkan keragaman: - Genetik

- Ukuran (panjang dan berat) - Umur ikan

- Musim

- Sediaan pakan di masa-masa sebelumnya 13. Pengeluaran telur

 Isochronal: telur dikeluarkan secara serentak/sekaligus (ikan subtropis)

 Heterochronal: telur dikeluarkan secara bertahap tetapi masih dalam satu musim peneluran (ikan tropis), terjadi berbagai tingkat kematangan gonade

14. Hubungan fekunditas dengan berat F = a W b Keterangan: W = berat ikan

Transformasi logaritma

log F = log a + b log W 15. Cara penghitungan telur

 Langsung – telur dihitung satu demi satu

 Gravimetri – menimbang seluruh ovari ikan dan sampel telur lalu menghitung jumlahnya

 Volumetri – prinsip sama dengan cara gravimetri, hanya berat diganti dengan volume

 Pemindahan air

16. Perhitungan telur dengan metode gravimetri X : x = G : g Keterangan: X = jumlah total telur

(17)

x = rerata jumlah telur pada berat tertentu G = berat kering angin seluruh telur

g = rerata berat kering angin sebagian telur dihitung 17. Tingkah laku pemijahan ikan

 Fase pra pemijahan: aktivitas mencari makan, ruaya, pembuatan sarang, sekresi feromon (pengenalan lawan jenis mencari pasangan), dan gerakan rayuan  Fase pemijahan: sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, pembelitan tubuh, dll

 Fase pasca pemijahan: penyempurnaan penutupan sarang, penjagaan sarang

18. Pemijahan

 Pemijahan – biasanya didahului oleh gerakan atau perilaku tertentu antara induk jantan dengan betina

 Gerakan atau behavior ini bervariasi – mengadakan kontak tubuh/hanya berenang berdekatan antara si jantan dan betina

19. Pembuahan/Fertilisasi

 Pengertian secara sederhana: bersatu/bertemunya sperma dengan telur, yang diikuti oleh perkembangan zigot

 Pembuahan terjadi apabila induk jantan maupun betina sudah siap pijah

 Untuk jenis ikan tertentu terjadinya pematangan gonad dan pembuahan perlu rangsangan dari luar

 Pembuahan alami: pemijahan terjadi karena rangsangan faktor alam - Internal fertilization

- External fertilization  Pembuahan buatan

- Kering - Basah

 Pembuahan secara kering dan basah prinsipnya sama - Tanpa dan atau dengan bantuan air

- Sperma dari ikan jantan dan telur dari si betina diletakkan pada suatu tempat, dicampur dengan bantuan pengaduk lemas seperti bulu ayam

- Campuran dipindahkan ke bak penetasan sampai menetas 20. Hipofisasi

(18)

 Dilakukan karena beberapa ikan belum dapat berpijah hanya dengan rangsangan alami

 Perangsang yang dipakai berupa hypofisa ikan karper atau hypofisa ikan sejenis dengan ikan yang dipijahkan

 Hypofisa ikan karper dapat digunakan pada semua ikan (donor universal)  Hypofisa terletak di bawah otak sebelah depan yang disebut diencephalon, kelenjar ini terdapat di dalam lekukan tulang (sela tursica)

 Kelenjar ini pada bagian lobur anteriornya akan menghasilkan hormon Gonadotrophin, berfungsi untuk mengatur aktivitas ovarium

21. Sintasan larva

 Critical period: saat peka bagi larva Tataran larva yang terhanyut arus

 Sediaan kuning telur telah habis – harus menemukan pakan yang sesuai dengan bukaan mulutnya

 Mendapatkan tempat/habitat yang menguntungkan  Kemampuan organisme untuk menahan lapar tidak sama

 Sintasan dan pertumbuhan larva ikan dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik, meliputi pemangsaan, “density dependent factors”, kerapatan atau kelimpahan pakan, arus, suhu, kualitas air, dan sebagainya

 Sediaan pakan – cukup, waktu tepat setelah kuning telur habis – sintasan larva tinggi

 Sediaan pakan – tidak sesuai dan kurang – larva akan kelaparan, kemampuan renang menurun, dan kepekaan terhadap penyakit/infeksi, peracun, kandungan oksigen rendah, dan pemangsaan meningkat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan panjang- berat, faktor kondisi, ukuran pertama kali ikan yang tertangkap (L50 %

Tingginya nilai pemanfaatan jenis makanan pada kelas ukuran yang sama berdampak cukup baik untuk pertumbuhan ikan hingga mencapai matang gonad, apabila

Ikan lemuru betina memiliki ukuran yang lebih panjang dibanding ikan lemuru jantan pada saat pertama matang gonad. Menurut Udupa (1986), ukuran ikan pada waktu matang gonad pertama

Penanaman Modal selaku Lembaga OSS DIBERIKAN PERSETUJUAN untuk menerbitkan Perubahan Izin Komersial/Operasional Rekomendasi Pemasukan Hasil Perikanan dan Ikan Hidup

pola rasio kelamin dengan ukuran panjang ikan, ikan kurisi digolongkan ke dalam kelompok yang terdiri dari ikan betina matang gonad lebih awal dan biasanya mati lebih dahulu

Struktur populasi dari ikan cakalang pada perikanan pukat cincin di PPP Tumumpa terbagi dalam dua sub populasi di mana sub populasi dengan ukuran panjang lebih besar

Maka, perlu dikembangkan model perikanan budidaya laut untuk mengidentifikasi (1) memperkirakan ukuran industri berdasarkan sumber daya laut yang tersedia (luas lahan

Ikan ini termasuk ikan benthopelagis air tawar yang dapat mencapai ukuran maksimum dengan panjang baku (SL) 26 cm. Ikan ini dikenal sebagai jenis ikan konsumsi yang