• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kesiapan Sumberdaya Pembelajaran Pada Implementasi Pendidikan Jarak Jauh (E-Learning Readiness) di IKPIA Perbanas Studi kasus Fakultas FTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengukuran Kesiapan Sumberdaya Pembelajaran Pada Implementasi Pendidikan Jarak Jauh (E-Learning Readiness) di IKPIA Perbanas Studi kasus Fakultas FTI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengukuran Kesiapan Sumberdaya Pembelajaran Pada Implementasi

Pendidikan Jarak Jauh (E-Learning Readiness) di IKPIA Perbanas

Studi kasus Fakultas FTI

Deden Prayitno

1)

, Elliana Gautama

2)

, Riska Hanifah

3)

1),

Prodi Sistem Komputer, FTI, Perbanas Institut,Jl. Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi,

Jakarta, Indonesia

2), 3)

Prodi Sistem Informasi, FTI, Perbanas Institut,Jl. Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi,

Jakarta, Indonesia

Abstrak – Setelah berdiri lebih dari 40 tahun, IKPIA

Perbanas secara berkesinambungan terus melakukan berbagai terobosan, diantaranya pada tahun 2009 menciptakan visi baru, yaitu ingin menjadi lima (5) perguruan tinggi terkemuka di Asia pada tahun 2019. Salah satu langkah yang dilaksanakan adalah mengembangkan strategi pembelajaran, Pengembangan strategi dilakukan untuk mendapatkan cara terbaik dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi mahasiswa dan lulusan sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Saat ini media dan hasil evaluasi pembelajaran telah menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan online system berbasis internet. Untuk rencana belajar dan hasil nilai belajar sudah menggunakan aplikasi online (aplikasi star), tetapi untuk pembelajaran belum optimal, karena sampai saat ini masih pada tahap menggunakan fasilitas internet untuk tugas dan bahan ajar lewat e-mail, chat, forum, groups, belum sampai pada system aplikasi e-learning seutuhnya.

Kajian penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metoda deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan survey research (penelitian survey) dengan tahapan melakukan kajian pada sumber daya pembelajaran dibidang infrastruktur, sumber daya manusia, system dan prosedur, dan media pembelajaran, materi ajar, dimana langkah kajian dengan penyebaran kuisioner.

Hasil penelitian adalah mendapatkan tingkat kesiapan sumberdaya pembelajaran dalam merencanakan penerapan pembelajaran jarak jauh/e-learning, yang dapat digunakan sebagai acuan

Kata Kunci — Sumberdaya pembelajaran, pendidikan jarak jauh, Tingkat kesiapan sumberdaya

1. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Perguruan Tinggi merupakan salah satu pintu gerbang untuk menciptakan generasi muda bangsa Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi, baik di tingkat nasional, regional maupun dunia internasional. Untuk menciptakan hal tersebut Perguruan Tinggi harus dapat mengelola institusinya secara profesional, dengan memberikan kenyamanan, kesenangan dan kepuasan serta mutu terbaik kepada mahasiswa dan alumninya.

Untuk menyikapi itu semua, IKPIA Perbanas saat ini terus melakukan banyak perbaikan khususnya tekait dengan proses belajar mengajar yang merupakan ujung tombak untuk menciptakan kualitas dari lulusan (alumni) yang berdaya saing tinggi. Pemanfaatan TIK mulai dari pelayanan akademik yang langsung berhadapan dengan mahasiswa(front office), yaitu mulai dari pengisian form rencana studi (FRS) sampai pada hasil evaluasi belajar (kartu hasil studi/KHS), juga pada pelayanan tidak langsung (back office), sudah dilaksanakan dengan system online berbasis web (aplikasi star), tetapi untuk pemanfaatan TIK dalam proses belajar mengajar masih sebatas alat batu ajar di kelas, walaupun di lingkungan kampus sudah wifi area, khusus untuk CISCO System di fakultas FTI, Proses pembelajarannya sudah berbasis e-learning, karena pada materi ajar ini memang sudah dalam materi ajar berbasis online.

Dalam melakukan pengembangan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau e-learning, saat ini institusi baru sampai pada pemanfaatan fasilitas yang umum dalam berinternet (email, chat, forum, groups, yang digunakan untuk tugas mandiri atau kelompok), belum sampai pada system aplikasi e-learning seutuhnya.

Perencanaan penerapan e-learning yang seutuhnya adalah sejalan dengan visi IKPIA Perbanas, yaitu menjadi kampus terkemuka di Asia dan agar mampu masuk dalam persaingan global serta mendukung pemerintah dalam melakukan kerjasama dengan Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC), yaitu program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) berbasis ICT serta sejalan dengan. Salah satu strategi yang

(2)

2

dilakukan oleh IKPIA adalah membangun kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kebutuhan fasilitas e-learning sudah tidak dapat ditawar lagi, dimana model yang akan diterapkan dengan bertahap, yaitu mulai dengan model dual mode atau model ganda, yaitu hanya sebagian mata kuliah yang e-learning dan sebagian lagi konvensional. Ini dilakukan karena penerapannya secara bertahap, sedangkan tipe pembelajarannya secara blended/hybrid yaitu dilakukan dengan menerapkan kombinasi system pembelajaran PJJ dan juga melaksanakan pembelajaran tatap muka di kelas dengan proporsi online sampai 80%.

Agar pelaksanaan PJJ di IKPIA Perbanas dapat terlaksana dan berkontribusi positif terhadap peningkatan prestasi mahasiswa dimasa mendatang, tentunya butuh kesiapan berbagai aspek yang dimiliki. Tidak sedikit contoh dari penerapan PJJ malah berdampak negative terhadap prestasi mahasiswa, diantaranya yaitu terjadi kecurangan dalam menyelesaikan berbagai penugasan, pola berpikir yang salah, perilaku budaya tidak jujur, etika yang menurun, menjadi malas.Sedangkan dampak positif yang banyak dirasakan dari penerapan e-learning adalah memberikan berbagai kemudahan dalam beraktivitas, bertambahnya pengetahuan dan wawasan, system pembelajaran menjadi dinamis, dengan melakukan kajian kesiapan sumberdaya pembelajaran, IKPIA Perbanas akan tahu betul seberapa besar tingkat kesiapannya untuk menerapkan e-learning secara optimal, tidak hanya menggunakan fasilitas internet yang ada seperti sekarang ini.

Sumber daya pembelajaran yang akan diteliti adalah dari aspek sarana prasarana, system dan prosedur, kesiapan dosen, mahasiswa dan karyawan, materi ajar (konten kurikulum). Hal ini sangat penting dilakukan agar tujuan penerapan e-learning untuk meningkatkan prestasi mahasiswa saat ini dan akan datang untuk meningkatkan daya saing dapat tercapai.

1.2.

Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana mengukur tingkat kesiapan sumber daya pembelajaran dalam merencanakan penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat dilakukan?

b. Bagaimana melakukan perencanaan penerapan PJJ agar dapat memberikan kontribusi positip terhadap peningkatan prestasi mahasiswa dan meningkatkan daya saing yang tinggi

c. Bagaimana sebaiknya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diterapkan agar dapat memberikan kontribusi positip terhadap peningkatan prestasi mahasiswa dan meningkatkan daya saing yang tinggi?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk melakukan pengkajian terhadap tingkat kesiapan sumber daya pembelajaran dalam

merencanakan penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

b. Untuk melakukan pengkajian perencanaan penerapan PJJ agar dapat memberikan kontribusi positip terhadap peningkatan prestasi mahasiswa dan meningkatkan daya saing yang tinggi.

c. Merancang standar acuan pengukuran kesiapan penerapan PJJ yang dapat digunakan oleh perguruan tinggi lain, sehinga tujuan yang diharapkan dapat tercapai maksimal.

2. LANDASAN TEORI Konsep Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)

Konsep Pendidikan Jarak Jauh secara konseptual, dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek institusional dan aspek personal.

Aspek institusional, aspek ini berkenaan dengan tugas dan kewenangan institusi/lembaga penyelenggara PJJ untuk mengembangkan sistem, desain, mekanisme atau proses yang dibutuhkan oleh peserta didik agar komunikasi dan interaksi pembelajaran d a p a t terjadi. Dari aspek ini, PJJ dapat dimaknai sebagai “sebuah sistem dan proses pendidikan yang antara pendidik dan peserta didik terpisahkan oleh ruang dan waktu, dan pembelajarannya menggunakan multimedia dan multisumber” (Permendiknas No.24/2012; Wikipedia,2012). Secara institusional PJJ merupakan bidang pendidikan yang memfokuskan pada peran institusi/lembaga penyelenggara PJJ dalam memilih dan pemanfaatan metode dan teknologi pembelajaran yang dapat memfasilitasi “ketidakhadiran atau keterpisahan fisikal” peserta didik di dalam kelas seperti lazimnya di dalam pendidikan konvensional. Fokus kajian PJJ dalam hal ini adalah pada medium teknologi, seperti media cetak, video, komputer, internet, dan lain-lain untuk mendukung implementasi PJJ (Gunawardena & McIsaac, 2004; Keegan, 1990).

Dalam melakukan pengukuran kesiapan, menggunakan model indeks yang diambil dari Aydin & Tasci (2005), yaitu:

1. Indeks 1 – 2.59 ada pada Not Ready, membutuhkan persiapan banyak untuk menerapkan e-learning

2. Indeks 2.6 – 3.39 ada pada Not Ready, hanya membutuhkan persiapan beberapa aspek saja 3. Indeks 3.4 – 4.19 ada pada Ready, memerlukan

improvement untuk menerapkannya.

4. Indeks 4.2 – 5 ada pada Ready, menyatakan kesiapan yang sudah baik untuk menerapkan e-learning

(3)

3

Gambar 2.1. Indeks untuk kesiapan e-learning menurut Aydin & Tasci (2005)

Dalam PJJ, kemandirian belajar ini masih problematik,dan sejumlah studi menunjukkan bahwa kemandirian belajar merupakan variabel terpenting bagi kesuksesan peserta didik dalam melaksanakan PJJ (Kadarko,1999; Puspitasari dan Islam, 2003; Sugilar, 2000).

Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan kajian terhadap sumberdaya pembelajaran untuk mengukur tingkat kesiapan penerapan e-learning. Kajian dilakukan pada variabel dosen, mahasiswa, karyawan (lembaga) dan

infrastruktur. Program penerapannya dilakukan dengan model ganda, dimana berbentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan baik secara tatap muka maupun model pembelajaran jarak jauh. Model ganda ini seringkali dikenal dengan nama “dualmode”, dan proses penyampaian materi ajar dilakukan dengan 80% online dan 20% tatap muka yang dikenal dengan istilah system pembelajaran terpadu (hybrid / blended learning).

Tingkat kesiapan sumberdaya pembelajaran Tujuan pengukuran terhadap tingkat kesiapan sumber daya pembelajaran berbasis TIK adalah untuk meyakinkan pimpinan bahwa kinerja sistem informasi yang ada pada organisasinya ada di posisi mana, sehingga memudahkan untuk melihat kesesuaian strategi perencanaan dan tujuan yang dimilikinya (Maniah dan Surendro, 2005: 1), sedangkan Sarno (2009: 56-61) berpendapat agar kontribusi yang

diberikan TIK dapat terarah dan selaras dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan kajian atas kinerja dari penggunaan sistem informasidan komunikasi yang menggambarkan penilaian kemampuan kerja berbasi TIK sehingga dapat diketahui tingkat pemenuhan terhadap pencapaian yang diharapkan.

COBIT menyediakan pemetaan keselarasan dalam perspektif masing-masing (ITGI, 2007). Pemetaan ini sangat penting karena menjadi acuan bagi perusahaan untuk menerjemahkan kebutuhan bisnis terhadap TI yang ada (Sarno dalam Tanuwijaya dan Sarno 2010: 82).

3. Metodologi Penelitian Deskripsi Obyek Penelitian

Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah sumber daya pembelajaran yang ada di kampus IKPIA Perbanas.Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan dari sumber daya pembelajran yang ada dalam mempersiapkan penerapan e-learning secara utuh.Sumber daya tersebut adalah infrastruktur, sumber daya manusia, materi pembelajaran dan system prosedur yang berjalan.Pendekatan penelitian adalah dengan metoda deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan survey research (penelitian survey).

Tahapan Penelitian

Membuat Instrumen Pengukuran untuk survey Untuk mendapatkan Instrument penelitian yang sesuai, tentunya harus disesuaikan dengan konsep e-learning yang akan diterapkan. Instrumen penelitian dilakukan dengan wawancara dan penyebaran kuesioner, dimana instrument kuesioner yang digunakan didapat dari penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya (terdahulu) ditambahkan dengan beberapa pertanyaan yang dikembangkan disesuaikan dengan ruang lingkup yang ada di kampus Perbanas. Pertanyaan berkisar pada variable kompetensi dosen dan mahasiswa, kesiapan sarana prasarana dan persepsi tentang penerapan dan penggunaan e-learning serta kesiapan karyawan (lembaga) dalam mengelola e-learning. Skala kuesioner menggunakan skala Likert (1 – 5).

Menentukan besar sampel

Jumlah populasi yang dijadikan sampel adalah sumberdaya yang ada dilingkungan Fakultas Teknologi Informasi angkatan 2011/2012 pada

• Merumu skan instrumen • Menyeba r Kuesioner • Mengana lisa kuesioner (validitas dan reliabilitas) • Menetapkan jumlah populasi dan sampel • Mengukur tingkat kesiapan • Mengukur tingkat kedewasaan • Membuat Laporan • Memberikan masukan kepada lembaga 1 1 2 3 4 5 1,8 2,5 3,4 4,2 5 Not Ready needs a lot of work Not Ready needs some of work Expected leve of readiness

Ready but needs a

few improvement Ready go

ahead Dosen Fasilita s Pembel ajaran Mahasi swa Proses Pembelajar an E-learning Konvension al Prestasi Prestasi Karyaw an (Lemba ga)

(4)

4

semester genap tahun ajaran 2012 – 2013. Untuk menghitung besar sampel adalah menggunakan rumus slovin :

n = N/(1 + Ne^2)

n = Number of samples (jumlah sampel)

N = Total population (jumlah seluruh anggota

populasi)

e = Error tolerance (toleransi terjadinya galat; taraf

signifikansi; untuk sosial dan pendidikan lazimnya 0,05) –> (^2 = pangkat dua).

Dari perhitungan tersebut didapat jumlah 70 kuesioner yang terdiri dari 15 dosen, 10 karyawan dan 45 mahasiswa

4. Hasil dan Pembahasan Melakukan uji Validitas dan Reliabilitas Hasil uji validitas Dosen

Variabel simbol Nilai Pearson Correlation R tabel Kesimpulan A. Kompetensi Dosen A1 0.948 0,3 Valid A2 0.790 Valid A3 0.900 Valid A4 0.790 Valid A5 0.624 Valid B. Persepsi dosen B1 0.883 0,3 Valid B2 0.358 Valid B3 0.622 Valid B4 0.851 Valid B5 0.550 Valid C. Kesiapan konten C1 0.655 0,3 Valid C2 0.722 Valid C3 0.902 Valid C4 0.888 Valid C5 0.708 Valid

Item Instrumen dianggap Valid jika lebih besar dari 0,3 atau dapat juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid. Sugiyono (2007: 137). Tampak bahwa seluruh indicator yang digunakan pada validitas dosen (A, B,

C) dikatakan valid karena memiliki nilai korelasi di atas 0,3, Instrumen dinyatakan valid.

Hasil uji validitas Mahasiswa

Variabel simbol Nilai Pearson Correlation R tabel Kesimpulan A. Persepsi mhs A1 0.766 0.3 Valid A2 0.718 Valid A3 0.512 Valid A4 0.732 Valid A5 0.177 Tidak Valid A6 0.794 Valid A7 0.808 Valid A8 0.848 Valid A9 0.669 Valid A10 0.818 Valid A11 0.774 Valid A12 0.357 Valid A13 0.739 Valid A14 0.629 Valid A15 0.739 Valid

Item Instrumen dianggap Valid jika lebih besar dari 0,3 atau dapat juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid. Sugiyono (2007: 137). Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator yang digunakan pada validitas mahasiswa (A / persepsi mahasiwa) tidak semuanya valid, karena pada A5 nilai r hitung < dari r table, maka soal pada kuesioner ini dihilangkan, sedangkan untuk yang lainnya dikatakan valid karena memiliki nilai korelasi di atas 0,3, Instrumen dinyatakan valid.

Hasil uji validitas Karyawan

Variabel simbol Nilai Pearson Correlation R tabel Kesimpulan A. Komitmen A1 0.130 0.3 Tidak Valid A2 0.883 Valid A3 0.818 Valid A4 0.881 Valid A5 0.774 Valid

(5)

5

B. Ketersediaan SDM B1 0.921 0.3 Valid B2 0.590 Valid B3 0.831 Valid B4 0.713 Valid B5 0.713 Valid C. Kesiapan Sarana Prasarana C1 0.293 0.3 Tidak Valid C2 0.649 Valid C3 0.564 Valid C4 0.696 Valid C5 0.475 Valid

Item Instrumen dianggap Valid jika lebih besar dari 0,3 atau dapat juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid. Sugiyono (2007: 137). Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator yang digunakan pada validitas karyawan tidak semuanya valid, karena pada A1 nilai r hitung < dari r table, maka soal pada kuesioner tersebut ini dihilangkan, dan kuesioner pada C1 nilai r hitung < dari r table, maka soal pada kuesioner tersebut ini dihilangkan, sedangkan untuk yang lainnya dikatakan valid karena memiliki nilai korelasi di atas 0,3, Instrumen dinyatakan valid. Hasil uji Reliabilitas

Variabel Alpha Cronbach's Alpha Reliabilitas Kompetensi Dosen 0.846 0,6 Reliable

Persepsi dosen 0.672 Reliable

Kesiapan konten dosen 0.833 Reliable Persepsi mhs 0.911 Reliable Komitmen karyawan 0.764 Reliable Ketersediaan SDM 0.783 Reliable Kesiapan Sarana Prasarana 0.833 Reliable

Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,6. Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable. Hasil pengukuran yang menghasikan nilai reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang dapat memberikan hasil nilai

ukur yang terpercaya (reliable).Maka kehandalan dari hasil dapat juga dikatakan keterpercayaan, konsistensi, kestabilan. Variabel dianggap reliableapabila menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha> 0,6. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 20, dapat diketahui bahwa niai dari Cronbach’s Alpha melebihi 0.6, sehingga seluruh variable yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan reliable.

Mengukur tingkat kesiapan dan tingkat kedewasaan

Dari hasil penyebaran kuesioner yang menggunakan data valid, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan mengelompokan data sesuai variabel yang ditetapkan. Dengan menggunakan statistic deskriptif, maka data dari setiap kelompoknya dicari nilai rata-ratanya dari seluruh variabel yang telah dikelompokan. Dengan menggunakan kriteria indeks yang telah ditetapkan oleh Aydin Tascii, maka dapat ditentukan nilai tingkat kesiapan penerapan e-learning dikampus Perbanas institute adalah 4,21 yang artinya siap menerapkan e-learning (ready go). Untuk setiap dimensi didapat tingkat kesiapannya adalah kompetensi dosen sebesar 4.69, persepsi dosen sebesar 4.47, kesiapan konten sebesar 4.51, komitmen karyawan sebesar 4.28, ketersediaan sdm pengelola system sebesar 4.02, kesiapan sarana prasarana sebesar 3.70, dan persepsi mahasiswa sebesar 3.78. Gambaran dari hasil pengukuran tingkat kesiapan penerapan e-learning dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 2.2. Radar chart pengukuran kesiapan e-learning di kampus Perbanas Institute

5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Dari hasil penelitian kajian kesiapan sumberdaya pembelajaran untuk e-learning dapat ditentukan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

(6)

6

1. Sumber daya manusia (dosen, mahasiswa dan karyawan yang terkait) yang ada di lingkungan FTI telah memahami dan mengerti dan siap menerapkan e-learning ( Ready go)

2. Penerapan e-learning dilakukan dengan model dualmode, yaitu menerapkan pada beberapa mata kuliah yang siap sementara mata kuliah lainnya dilaksanakan secara konvensional

3. Indeks kesiapan penerapan e-learning hasil perhitungan adalah 4.21, artinya siap menerapkan e-learning (menggunakan Indeks Aydin dan Tasci) 4. Hasil perhitungan dari hampir seluruh variabel yang dikaji, menyatakan siap untuk menerapkan system pembelajaran dengan menggunakan e-learning

Saran

1. Dengan e-learning proses belajar mengajar menjadi terbuka, dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tidak mengenal ruang dan waktu, oleh karena itu pengawasan yang sungguh-sungguh dari lembaga dan komitmen yang tinggi, serta keseriusan dari seluruh sumberdaya yang ada, mampu menciptakan penerapan e-learning secara utuh.

2. Sebaiknya dilakukan pemeriksanaan teknis untuk memastikan sarana prasarana telah siap dan memadai serta materi ajar (konten) yang disiapkan oleh dosen telah sesuai dengan standar yang digunakan untuk pembelajaran e-learning pada umumnya (multimedia).

DAFTAR REFERENSI

[1] Aydin & Tasci, “Measuring Readiness for e-learning: Reflections form an Emerging Country”, International Forum of Educational Technology & Society (IFETS), 2005

[2] Farisi, Mohammad Imam, Dr., M.Pd., Konsep Belajar Jarak Jauh dan Aplikasinya. Diunduh dari

http://utsurabaya.files.wordpress.com/2012/06/sb jj2.pdf tanggal akses 13 Maret 2013.

[3] Farisi, M.I. (2010). The paradigm shifts in integrating technology at distance education and the structure of teacher’s competencies in the field of educational technology. Prosiding International Seminar on Integrating Technology into Education. Jakarta: IPTPI.

[4] Gondodiyoto, S. 2007. Audit Sistem Informasi: Pendekatan Cobit, Edisi Revisi. Jakarta: Mitra Wacana Media

[5] Gunawardena, C.N., & McIsaac, M.S. (2004). Distance education. In D. H.

[6] Indrajit, R.E. 2004. Kajian Strategis Cost Benefit Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. [7] Jonassen (Ed.), Handbook of research on

educational communications and technology (2nd ed., pp. 355–395). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.

[8] Kadarko, W. (1999). Kemampuan belajar mandiri dan faktor-faktor psikososial yang mempengaruhinya: Kasus universitas terbuka. Jurnal Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Volume 1(1).

[9] Keegan, D. (1990). Foundations of distance education. 2nd ed. London: Routledge.

[10]Maniah dan Surendro, K. 2005. Usulan Model Audit Sistem Informasi (Studi Kasus: Sistem Informasi Perawatan Pesawat Terbang. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2005 (SNATI 2005). Yogyakarta.

[11] Moore, M.G. (1972). Learner autonomy: The second dimension of independent learning. Convergence 5(2), 76-88.

[12] Pederiva, A. 2003. The COBIT Maturity Model in a Vendor Evaluation Case. Information Systems Audit and Control Association.

[13] Sarno, Riyanarto. 2009. Audit Sistem & Teknologi Informasi. Surabaya: ITS Press.

[14] Sugilar (2000). Kesiapan belajar mandiri peserta pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Volume 1(2).

[15] Wedemeyer, C. A., & Childs, G.B. (1961). New Perspectives in University Correspondence Study. Chicago: Center for the Study of Liberal Education for Adults.

[16] Wikipedia (2012a). Distance education. Diunduh dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Distance_education

[17] Wikipedia (2012b). Blended Learning. Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Blended_learning

Gambar

Gambar  2.1.  Indeks  untuk  kesiapan  e-learning  menurut Aydin &amp; Tasci (2005)
Gambar  2.2.  Radar  chart  pengukuran  kesiapan  e- e-learning di kampus Perbanas Institute

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, pada satu sisi, entitas-entitas yang ada dalam ilmu Tuhan tidak berbeda dengan entitas-entitas yang tampak dalam semesta, sebab apa yang terjadi

a) Dalam mendengarkan penjelasan guru siswa masih terlihat asik bermain sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru. b) Siswa kurang mampu mencari pasangan dalam

Susunan Penggunaan Eye Shadow dan Eye Liners.. 463 semua perempuan memiliki bentuk alis yang sesuai dengan bentuk wajahnya. Untuk menggambar alis mata agar terlihat rapi,

Selain menjadi guru pertama bagi anak, orang tua pun dituntut untuk terus berperan aktif mengawasi, mendampingi anak dalam belajar karena pembelajaran pada siswa

Siregar dkk (1995) menjelaskan pula bahwa pengorganisasian tersebut diperankan oleh analisis wacana pemecahan masalah menurut dimensi elaborasi dan progesi.

Pada akhirnya perhatian dan penghargaan dari pimpinan, perasaan nyaman, adanya hubungan yang harrnonis antara relasi kerja, terbukanya peluang untuk berprestasi

(ebagai penyakit berlangsung/ kelenjar getah bening dapat perdarahan dan menjadi bengkak dan nekr$tik. Pes dapat berkembang menjadi mematikan !abah septiemiadalam

Dari kegiatan kerja praktik pada PT. Program kerja praktik ini adalah suatu program yang memberikan pandangan kepada mahasiswa mengenai dunia kerja yang akan dihadapi