• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA ABRASI PANTAI DI DESA MUARA SIKABALUAN KECAMATAN SIBERUT UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA ABRASI PANTAI DI DESA MUARA SIKABALUAN KECAMATAN SIBERUT UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI JURNAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA ABRASI PANTAI DI

DESA MUARA SIKABALUAN KECAMATAN SIBERUT UTARA

KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (Srata 1)

K. ADE PUTRA SIRIBERE

NPM : 11030230

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2017

(2)

ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA ABRASI PANTAI DI

DESA MUARA SIKABALUAN KECAMATAN SIBERUT UTARA

KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Oleh :

K. Ade Putra Siribere1 Elvi Zuriyani2 Loli Setriani3

1

Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat

2.3

Staf pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data, mengolah dan menggambarkan tentang adaptasi masyarakat terhadap bencana abrasi pantai di Desa Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai yang dilihat dari : 1) kondisi pemukiman, 2) kondisi kesehatan, 3) mata pencaharian.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang ada di Desa Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sampel penelitian ini diambil dengan proporsional random sampling sehingga sampel berjumlah 92 orang. Pengumpulan data dengan angket terbimbing.

Hasil penelitian menunjukan sebagai berikut : 1) kondisi pemukiman masyarakat Desa Muara Sikabaluan pada umumnya tidak aman (58.69%), dan yang tidak layak huni (56.52%) dan pemukiman yang ditempati kebanyakan milik pemerintah (45.65%), 2) kondisi kesehatan masyarakat Desa Muara Sikabaluan kurang baik dan lingkungannya kurang bersih, penyakit yang sering diderita masyarakat adalah sakit kepala dan sakit punggung, 3) mata pencaharian masyarakat Desa Muara Sikabaluan pada umumnya berprofesi sebagai nelayan (57.60%) dan PNS (41.30%) dan rata-rata masyarakat Desa Muara Sikabaluan Mempunyai mata Pencaharian disamping mata pencaharian pokoknya.

(3)

ADAPTATION OF COMMUNITY DISASTER IN THE VILLAGE BEACH

ABRASION MUARA SIKABALUAN SIBERUT DISCTRICT

MENTAWAI ISLANDS NORTH DISTRICT

By :

K. Ade Putra Siribere1 Elvi Zuriyani2 Loli Setriani3

1

Students Geography Education STKIP PGRI West Sumatra

2.3

The teaching staff of Geography Education STKIP PGRI West Sumatra

ABSTRACT

This study aims to get the data, process and describes the adaptation of communities to disasters of coastal erosion in the village of MuaraSiberut District North Sikabaluan Mentawai Islands seen from: 1) the condition of the settlement, 2) health condition, 3) livelihood.

This type of research is descriptive qualitative. The population in this study are all heads of families in the village of northern MuaraSiberut District SikabaluanMentawai Islands. The research sample is taken by proportional random sampling so that the sample amounted to 92 people. Collecting data with guided questionnaire.

The results showed as follows: 1) the condition of human settlements MuaraSikabaluan generally unsafe (58.69%), and uninhabitable (56.52%) and settlement occupied mostly owned by the government (45.65%), 2) health condition of the villagers MuaraSikabaluan poor and the environment less clean, disease that often affects people were headache and backache, 3) the people's livelihood MuaraSikabaluan generally work as fishermen (57.60%) and civil servants (41.30%) and the average of the villagers Having Sikabaluan estuary livelihoods livelihood besides the point.

(4)

PENDAHULUAN

Abrasi merupakan salah satu masalah yang mengancam kondisi pesisir, yang dapat mengancam garis pantai sehingga mundur kebelakang, merusak tambak maupun lokasi persawahan yang berada di pinggir pantai, dan juga mengancam bangunan-bangunan yang berbatasan langsung dengan air laut. Abrasi atau erosi pantai disebabkan oleh adanya angkutan sedimen menyusur pantai sehingga mengakibatkan berpindahnya sedimen dari satu tempat ketempat lainnya. (B. Triatmodjo 1999 : 397).

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah ± 13.000 pulau dengan panjang garis pantai ± 80.000 km dimana sebagian besar provinsinya berbatasan dengan laut. Perbatasan laut dengan daratan merupakan wilayah pantai dimana wilayah tersebut merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan, baik perubahan alam maupun perubahan akibat ulah manusia. Perubahan akibat alam meliputi gelombang laut, arus laut, angin, sedimentasi sungai, keadaan hutan mangrove, serta aktivitas tektonik dan vulkanik. Sedangkan perubahan akibat ulah manusia antara lain, pekerjaan bangunan fisik di wilayah pantai, penambangan pasir pantai, penebangan hutan mangrove, serta kegiatan ekonomi seperti tambak dan penambangan karang. Perubahan garis pantai dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengikisan daratan (abrasi) dan penambahan daratan (akresi).

Masyarakat mentawai merupakan bagian penduduk provinsi sumatera barat yang mayoritas mata pencaharian adalah sebagai nelayan dan petani. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, serta pendidikan anaknya tergantung pada alam itu sendiri dan tergantung pola lingkungan pemukiman yang telah dihuninya. Apabila kondisi lingkungannya yang tidak subur akan menjadi konplen dalam pendapatan untuk menafkai keluarga karena tidak memiliki hasil yang tetap. Kawasan yang di dominasi oleh lingkungan yang tidak dilengkapi oleh sarana tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja yang terbatas maka dukungan prikehidupan dan penghidupan, masyarakat tidak dapat berdaya guna dan tidak dapat berhasil guna karena persepsi kehidupan.

Kabupaten kepulauan mentawai merupakan satu dari sekian pulau di Indonesia yang terletak di provinsi sumatera barat, dan berjarak 100 km di sebelah barat pantai pulau sumatera. Terdiri dari 4 buah pulau besar yang didiami penduduk, yaitu pulau siberut dibagian utara sebagai pulau terbesar, pulau sipora dibagian tengah, pulau pagai utara dan pagai selatan yang terletak di bagian selatan. Semuanya itu terletak pada 90° 35 ' - 100 ° 32 ' BT dan 0 ° 50 ' – 3 ° 21 ' 15 ".

Abrasi merupakan penyebab terjadinya perubahan garis pantai dan menjadi salah satu permasalahan penting di wilayah Pantai Desa Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Abrasi yang terjadi didaerah pesisir pantai desa muara sikabaluan hampir setiap waktu Perubahan garis pantai di pantai desa muara sikabaluan pada saat ini telah mencapai titik kritis dimana perubahan yang terjadi telah menyebabkan berbagai macam kerugian dan bahaya bagi kepentingan masyarakat. Fasilitas yang dibangun oleh pemerintah setempat didaerah pantai untuk kepentingan umum masyarakat seperti jalan rabat beton, PLN, TPI dan MCK didaerah pantai sudah hancur dan tertimbun pasir pantai akibat musim badai (www.pualigobat.com, 29 Januari 2016).

Berdasarkan Observasi awal yang peneliti lakukan, didapat data bahwa bencana abrasi pantai di desa muara sikabaluan, khususnya di sekeliling pantai desa muara sikabaluan. Abrasi sangat mengancam pemukiman masyarakat, gedung Sekolah, PLN, serta fasilitas masyarakat lainya. Puluhan rumah warga dusun muara terpaksa dibongkar karena terancam abrasi pantai akibat musim badai dan gelombang yang tinggi.

Rumah warga yang dibongkar dan dipindahkan di samping kantor Koramil. Dibagian jalur ini sudah dibangun jalan rabat beton oleh pemerintah desa muara sikabaluan melalui program anggaran dasar desa muara sikabaluan (ADD) pada tahun 2014 lalu, tujuanya supaya masyarakat dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang jauh dari daerah abrasi pantai, dengan demikian masyarakat yang rumahnya sudah dipindahkan dari daerah pantai kedaerah yang agak tinggi, akan mempengaruhi terhadap mata pencaharianya, dulunya mata pencaharian sebagai nelayan sekarang juga mata pencaharian sampingan seperti : Membuka

(5)

usaha kedai, kantin, maupun berjualan dipasar yang sudah tersedia.

Akan tetapi beberapa warga masih mencoba bertahan dengan alasan menunggu lokasi dan bantuan perumahan yang sudah disediakan oleh pemerintah bertepatan dijalur batas dusun nang-nang dan pokai. Masyarakat yang masih tinggal didaerah pantai bermata pencaharian sebagai nelayan, hal ini yang membuat masyarakat untuk tetap bertahan di daerah pantai akibat pengaruh mata pencaharian sebagai nelayan, karena laut menjadi tempat segala pendapatan masyarakat yang tinggal didaerah pantai.

Jika nantinya masyarakat dipindahkan jauh dari daerah pantai maka sulit untuk menyesuaikan diri karna tak ada pendapatan lain yang cukup memuaskan. Adaptasi masyarakat terhadap abrasi pantai bersifat gotong royong dengan melakukan menutup pondasi atau sandi rumah dengan menggunakan pasir pantai sampai dibawah dingding rumah, agar hempasan ombak tidak masuk didalam rumah. Menurut masyarakat gelombang dan badai besar ini biasa disebut Gloro, serta belum adanya biaya untuk memindahkan rumah dan lokasi yang tersedia untuk mereka belum jelas kepastiannya.

Fenomena ini terjadi dikarenakan ada dua faktor yaitu faktor alam, maupun faktor manusianya itu sendiri. Faktor alam yang terjadi seperti : badai dan angin. Sedangkan faktor manusianya yaitu : menebang pohon pinus untuk dijadikan kayu api dan penambangan pasir pantai secara liar untuk kepentingan pribadi maupun proyek yang tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi nantinya terhadap pemukiman masyarakat setempat.. Oleh karena itu peneliti nantinya akan penulis tuangkan dalam sebuah judul penelitian Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Abrasi Pantai di Desa Muara

Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara

Kabupaten Kepulauan Mentawai”.

Berdasarkan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis tentang : 1) Adaptasi Masyarakat terkait dengan kondisi Pemukiman Masyarakat, 2) Adaptasi Masyarakat terkait dengan kondisi Kesehatan Masyarakat dan 3) Adaptasi Masyarakat terkait dengan kondisi Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Muara Sikabaluan.

METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang dicapai, maka jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berfungsi untuk melihat, mengungkapkan dan menggambarkan Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Abrasi Pantai di Desa Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara. Menurut Nasir (2008: 63) adalah suatu metode dalam penelitian suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Jadi dengan demikian penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran lukisan secara sistematis, faktual dan bersifat akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Menurut Sugiono (2008 : 117) populasi adalah wilayah generalisasi yaitu terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Menurut Arikunto (2006 : 134) setiap subjek yang terdapat didalam pengambilan Sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu titik sampel penelitian. Maka yang menjadi titik penelitian ini adalah dua dusun yaitu Dusun Muara dan Dusun Nang-Nang. Sesuai dengan populasi penelitian yang telah diajukan maka sampel responden diambil secara proporsional Random Sampling. Dengan proporsi 25 berpedoman kepada Arikunto (1993) menyatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil seluruhnya, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar diambil antara 10 – 15 atau 20 – 25 atau lebih.

Untuk menunjang dan memperkuat hasil dari penelitian yang dilaksanakan, data analisa sesuai dengan tujuan penelitian. Maka hasil penelitian tersebut menggambarkan kenyataan dilapangan kemudian mengumpulkan semua data dilapangan untuk dianalisa secara intensif. Teknik analisa data tersebut meliputi teknik analisa deskriptif dan kualitatif : 1) analisis Deskriptif dan 2) analisis kualitatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama,kondisi pemukiman

(6)

Kecamatan Siberut Utara pada umumnya adalah tidak aman. Kondisi pemukiman masyarakat sudah tidak aman (58,69%) dan kondisi pemukiman yang sudah tidak layak huni (56,52%), status lokasi pemukiman milik pemerintah (45,65%) yang membuat masyarakat desa muara sikabaluan bertahan pemukiman adalah alasan mata pencaharian. Akan tetapi meskipun pemukiman masyarakat dalam kondisi abrasi pantai namun masyarakat menyesuaikan diri dalam bentuk gotong royong secara bersama-sama dengan melakukan menimbum pondasi rumah agar hempasan air laut tidak masuk kedalam rumah masyarakat dan membuat tangga jenjang rumah yang tinggi sebagai nelayan yang menghalangi masyarakat pindah pemukiman karna jauhnya tempat kerja.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No 4 Tahun 2004 (pasal 1) tentang pemukiman dan perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup diluar dari kawasan lindung, baik merupakan kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal hunian, tempat kegiatan dan sarana lingkungan berstruktur.

Hal ini akan diperkuat dengan pendapat (Sutrisno Endo 2010:39) Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan pemukiman. Pada awalnya lingkungan itu hanya lahan kosong, rawa-rawa, bahkan hutan belantara kemudian oleh peran manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, lahan itu berubah menjadi sebuah pemukiman.

Kedua, kondisi kesehatan masyarakat Desa Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara pada umumnya mendapatkan sumber biaya pengobatan anggota keluarga (50%) biaya sendiri dan masyarakat lebih dominan pergi berobat keluarga pada dukun kampung (44,56%) tim penyulu kesehatan melakukan kunjungan kesehatan di desa muara sikabaluan setahun sekali, kondisi kesehatan masyarakat kurang baik dan lingkungan sekitar desa muara sikabaluan merupakan lingkungan yang sangat kotor, akan tetapi masyarakat masih bisa beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang terkontaminasi dengan abrasi dan lingkungan yang kotor dalam bentuk membersihkan halaman rumah masing-masing, serta bagi masyarakat dilarang untuk membuat kandang ternaknya seperti kandangsapi, kandangkerbau, kandangbabi, kandang kambing dan ternak

ayam kampung dan ayam potong di areal pekarangan rumah maupun di daerah pantai agar nantinya kotoran ternak tidak menjadi alasan permasalahan kesehatan masyarakat desa muara sikabaluan. Masyarakat desa muara sikabaluan sering menderita sakit kepala, sakit punggung dan ada juga yang mengatakan kadang-kadang sakit perut.

Hal ini sesua dengan pendapat Menurut Ristawani dalam abdul (2006) menyatakan bahwa sehat itu memiliki dimensi yang meliputi kesehatan jasmani berhubungan dengan berfikir jernih dan konkrit, emosional. Masalah kesehatan merupakan fenomena yang komplek dan faktor yang mempengaruhinya juga banyak. Salah satu faktor penting yang menjadi perhatian adalah lingkungan. Keadaan lingkungan secara ekologi sangat erat kaitanya dengan kesehatan.

Menurut pengamatan pakar kesehatan masalah kesehatan di indonesia timbul karena adanya ketidak seimbangnya antara beberapa faktor penduduk dengan lingkunga tempat tinggal seperti berkembangnya berbagai penyakit yang mengakibatkan naiknya tingkat kematian. Kesehatan masyarakat perlu di tingkatkan dengan meingkatkan pelayanan kesehatan melalui rumah sakit, tenaga medis dan penyediaan obat-obatan yang merata dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat (Anggrayni, 2005).

Ketiga, mata pencaharian masyarakat Desa Muara Sikabaluan pada umumnya adalah sebagai nelayan. Mata pencaharian yang lebih dominan adalah sebagian besar nelayan (57,60%) dan sebagian mata pencaharian PNS (41,30%). Yang menghalagi masyarakat untuk menafkai keluarga adalah cuaca untuk pergi melaut, rata-rata memiliki mata pencaharian sampingan yang merupakan sebagai tambahan hasil keluarga. Bentuk adaptasi masyarakat terhadap abrasi pantai terkait dengan mata pencaharian dan apalagi musim badai masyarakat melakukan kegiatan lain seperti kuli bangunan, buru dipelabuhan, dan kadang-kadang pergi keladang untuk mencari tambahan penghasilan. Kondisi mata pencaharian masyarakat desa muara sikabaluan saat ini sangat mencukupi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto (2009) dalam bukunya sosiologi suatu pengantar menyebutkan bahwa mata pencaharian adalah pekerjaan atau usaha yang dilakukan dalam mendapatkan hasil untuk kehidupan. Pekerjaan itu ada yang berupa

(7)

pokok dan ada juga yang merupakan sampingan. Yang dimaksud dengan mata pencaharian pokok suatu jenis usaha yang dilakukan seseorang secara terus-menerus dan rutin karena keahliannya dan fungsi sebagai pendapatan, sedangkan mata pencaharian sampingan adalah jenis usaha yang dilakukan secara tidak tetap dan bisa berubah dan fungsinya sebagai usaha penambah penghasilan.

KESIMPULAN

a. Dengan kondisi pemukiman masyarakat Desa Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara pada umumnya sudah tidak aman (58,69%) dan tidak layak huni, kondisi pemukiman masyarakat seperti ini sudah sangat memprihatinkan namun masyarakat mampu untuk beradaptasi terhadap pemukiman terkait dengan abrasi pantai dalam bentuk gotong royong secara bersama-sama untuk menimbun pondasi rumah agar terlihat tinggi sehingga hempasan air laut tidak masuk kedalam rumah dan membuat tangga atau tonggak rumah serta jenjang yang agak tinggi. Status pemukiman masyarakat yang sekarang ini masih milik pemerintah kabupaten kepulauan mentawai.

b. Dengan Kondisi kesehatan masyarakat Desa Muara Sikabalauan kurang baik dan tempat berobat masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional (dukun kampung (44,56%) daripada yang lainnya, namun masyarakat mampu untuk beradaptasi terhadap kondisi kesehatan terkait dengan abrasi pantai dalam bentuk membersihkan lingkungan rumah dan melarang masyarakat membuat kandang ternaknya di karangan rumah maupun diareal pantaiseperti kandang sapi, kandang kerbau, kandang kambing dan kandang ayam kampung maupun ayam potong. Supaya kotoran ternak masyarakat tidak menjadi salah satu masalah untuk kesehatan masyarakat desa muara sikabaluan. penyakit yang sering diderita anggota keluarga adalah sakit kepala dan sakit punggung, dan pada umumnya masyarakat memakai biaya berobat dengan biaya sendiri.

c. Dengan kondisi mata pencaharian masyarakat Desa Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara mayoritas sebagai nelayan (57,60%) dan selainmata pencaharian pokok masyarakat juga memiliki mata pencaharian sampingan untuk menambah penghasilan. Bentuk adaptasi masyarakat terhadap abrasi pantai terkait dengan mata pencaharian dan cuaca, masyarakat melakukan kegiatan lain seperti mencari pekerjaan sampingan yaitu pekerjaan kuli bangunan, pekerjaan buru dipelabuhan yang dilakukan disekitar tempat tinggal. Karna disaat musim badai masyarakat tidak bisa melakukan kegiatan melaut untuk menangkap ikan.

SARAN

1. Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai harus ikut menjaga dan melestarikan pantai seperti tidak boleh melakukan penambangan pasir pantai dan penebangan pohon pinus secara berlebihan.

2. Harus mempunyai rasa memiliki agar tidak ada rasa ragu dalam menjaga fasilitas yang sudah ada. 3. Sebaiknya apapun bentuk kegiatan

yang dilakukan apabila itu untuk kepentingan bersama harus ikut berpartisipasi dan membantu dalam mewujudkannya.

4. Pemerintah harus bertindak tegas terhadap semua kalangan yang melakukan penambangan pasir dan penebangan pohon pinus.

5. Masyarakat bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun pihak swasta dalam hal penanganan abrasi pantai.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

B.Triatmodjo,Suharyanto.1999.Efektifitas Penanggulangan Abrasi Menggunakan Bangunan Pantaii di Pesisr Kota Semarang, Seminar Pengelolaan Sumber Daya Alam

(8)

dan Lingkungan. 11 Septeember 2012. Diakses 5 Mei 2004.

Bakarudin. 2012. Pengantar Geografi Desa dan Kota. Padang UNP Press. Damsar, Suyanto. 2013. Pengantar Sosial

Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Hengki Andre. 2008. Dinamika Pantai Kota Padang. Skripsi. STKIP PGRI Padang.

Muryani, Tarigan. 2012. Perubahan Garis Pantai di Wilayah Pesisir Perairan. Provinsi Banten.

Parman. 2010. Deteksi Perubahan Garis Pantai Melalui Citra Penginderaan Jauh di Pantai Utara Semarang Demak, Geografi, Hal 30-38. Purba, Ika Aswita BR. 2011. Karakteristik

Sosial Ekonomi Masyarakat Sungai Medang Desa Kusuma Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelawan. Skripsi. Padang: FIS UNP.

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan ini disimpulkan akan ada beberapa persamaan tentang analisis peran tokoh, hanya saja bedanya penelitian sebelumnya membahas peran tokoh dalam tangga

YB Dato‟ Sri Ismail Sabri Yaakob, Menteri Pertanian & Industri Asas Tani & YB Datuk Tajuddin Abdul Rahman, Timbalan Menteri Pertanian & Industri Asas

Sumber ammonia di perairan adalah dari hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, berasal dari dekomposisi bahan

Penelitian ini berisi tentang unsur-unsur atas penganiayaan yang dilakukan anggota militer terhadap anggota militer lain yang terdiri dari unsur barang siapa, unsur dengan

menggunakan mikrotik dengan pembagian kecepatan antara upload dan download yang sesuai kebutuhan pada komputer client dapat membuat pemakai bandwidth jadi lebih

(2016) yang menunjukkan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak, hal tersebut dikarenakan dalam penelitian ini tidak menemukan adanya

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi “Terdapat pengaruh yang berarti penerapan model pembelajaran ARIAS yang disertai tugas