• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar bagi pihak-pihak yang berperang merupakan perwujudan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar bagi pihak-pihak yang berperang merupakan perwujudan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi perang telah ada sejak bumi diciptakan. Sesuai kajian ilmu sejarah perang hampir sama umurnya dengan umat manusia. Hal ini terbukti dari kenyataannya bahwa perang yang pada dasarnya merupakan suatu pembunuhan yang berskala besar bagi pihak-pihak yang berperang merupakan perwujudan daripada naluri guna mempertahankan diri dalam hubungan diantara

bangsa-bangsa.1

Konflik bersenjata lebih dikenal secara umum sebagai peperangan yang tidak dapat dipisahkan suatu perjuangan Nasional atau memperjuangkan kepentingan Nasional, yang berakibat munculnya kemungkinan-kemungkinan adanya pertentangan kepentingan dengan bangsa lain, bahkan pula pertentangan kepentingan antar kelompok dalam tubuh bangsa sendiri. Dengan timbulnya situasi konflik, sebenarnya dewasa ini penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan akomodasi, integrasi secara konsensus tanpa kekerasan. Dalam keadaan konflik di suatu Negara dipandang akan berdampak langsung maupun tidak langsung bagi stabilitas suatu Negara. Kesalahan tindakan preventif terhadap konflik yang terjadi, akan berakibat fatal bagi keutuhan sebuah Negara. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik bersenjata (the causes of war) secara umum

1 M.Sanwani Nasution, 1992, Hukum Internasional (suatu pengantar), Penerbit Kelompok Studi

(2)

2

ada tiga, yaitu:2

1. Konflik bersenjata yang terjadi dikarenakan alasan keamanan, untuk menentang atau melawan ancaman yang datang dari luar terhadap integritas bangsa ataupun perenggutan hak untuk kemerdekaan, sebagai bentuk perlawanan terhadap koloninalisme maupun imperialisme yang mengancam stabilitas negara berdaulat;

2. Konflik bersenjata yang disebabkan oleh alasan perolehan ekonomi, diukur dalam hal perolehan sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti minyak, emas, perak, gas bumi, atau monopoli perdagangan atau akses pasar, bahan dasar mentah (raw materials) dan investasi di bidang ekonomi;

3. Permasalahan konflik bersenjata yang disebabkan oleh fanatisme dalam hal mendukung tujuan ideologi, political faith, atau menyebar luaskan nilai-nilai agama. Konflik yang disebabkan karena ideologi merupakan pertentangan antara dua sistem nilai yang saling berlawanan dan tidak semata-mata menggunakan instrumen militer, namun lebih banyak memanfaatkan jalur-jalur propaganda, seperti pengaruh, infiltrasi, dan

lain sebagainya. Konflik mengenai perbedaan ideologi dapat

bertransformasi bentuknya menjadi konflik bersenjata yang berbasis pada faktor identitas.

Suatu konflik bersenjata dapat menimbulkan dampak negatif secara langsung maupun tidak langsung bagi pihak-pihak yang berkonflik dan bagi

(3)

3 masyarakat internasional. Konflik bersenjata di berbagai belahan dunia telah banyak menjadikan rakyat sebagai korban yang harus menanggung dampak negatif dari konflik bersenjata tersebut. Semakin intens dan meluasnya kekerasan yang diakibatkan konlik bersenjata yang terjadi, semakin besar pula kebutuhan untuk layanan kesehatan bagi para korban. Dengan adanya kebutuhan layanan kesehatan pada saat terjadi konflik bersenjata, menjadikan para petugas perawat kesehatan mengalami dilema untuk menangani korban dari pihak-pihak yang bersengkata. Petugas perawat kesehatan yang bekerja dalam lingkungan konflik bersenjata seringkali berada di posisi tidak aman, dikarenakan merasa kesulitan dalam hal mengidentifikasi dan melaksanakan tanggung jawabnya secara tepat, terutama ketika dalam keadaan konfrontasi senjata. Dokter, perawat, paramedis, spesialis fisioterapi, dokter gigi, administrator rumah sakit, porter, pengemudi ambulan, dan pekerja bantuan kemanusiaan merupakan beberapa subjek hukum

dari petugas medis yang diatur dalam hukum humaniter.3

Peranan hukum internasional khususnya hukum humaniter internasional dalam perkembangan sistem hukum suatu negara mempunyai fungsi yang cukup penting, khususnya mengatur perlindungan terhadap petugas layanan kesehatan dalan konflik antar negara. Untuk mengatur permasalahan internasional tersebut, maka diperlukan seperangkat peraturan internasional yang berfungsi mengatur mengenai tata cara berhubungan satu sama lain antar negara di dunia.

3 Pasal 8 (c) Protokol Tambahan I tanggal 8 Juni 1977 dari keempat Konvensi Jenewa (Protokol

Tambahan I) menyatakan “Petugas Medis” adalah orang-orang yang oleh suatu Pihak dalam sengketa ditugaskan khusus untuk tujuan medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (e) atau untuk administrasi satuan-satuan kesehatan atau untuk pelaksanaan kerja atau administrasi pengangkutan kesehatan. Penugasan-penugasan tersebut dapat bersifat permanen ataupun sementara”.

(4)

4 HHI sebagai salah satu bagian hukum internasional, merupakan salah satu alat dan cara yang dapat digunakan oleh setiap Negara, termasuk oleh Negara damai atau Negara netral, untuk ikut serta mengurangi penderitaan yang dialami oleh masyarakat akibat perang yang terjadi di berbagai negara. Dalam hal ini, HHI merupakan suatu instrument kebijakan dan sekaligus pedoman teknis yang dapat digunakan oleh semua aktor internasional untuk mengatasi isu internasional

berkaitan dengan kerugian dan korban perang.4

Saat ini dunia sedang diguncangkan dengan kemunculan suatu kelompok Islam radikal yang dikenal dengan sebutan IS (Islamic State). IS adalah kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan menyimpang dari prinsip-prinsip jihad. Tujuan utama dari IS adalah untuk mendirikan sebuah “khilafah”, yaitu sebuah negara yang dikuasai satu pemimpin keagamaan dan

politik menurut hukum Islam atau syariah.5 Organisasi ini dipimpin oleh Abu

Bakr al-Baghdadi. Hanya sedikit yang mengetahui tentang dia, tetapi dia diyakini lahir di Samarra, bagian utara Baghdad, pada 1971 dan bergabung dengan pemberontak yang merebak sesaat setelah Irak diinvasi oleh AS pada 2003 lalu. Pada 2010 dia menjadi pemimpin al-Qaida di Irak, salah satu kelompok yang kemudian menjadi IS.

Baghdadi dikenal sebagai komandan perang dan ahli taktik, analis mengatakan hal itu yang membuat IS menjadi menarik bagi para jihadis muda dibandingkan al-Qaeda, yang dipimpin oleh Ayman al-Zawahiri, seorang

4 Ambarwati, Denny Ramdhany, Rina Rusman, 2009, Hukum Humaniter Internasional dalam

Studi Hubungan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 27.

5 Apa Sebenarnya Keinginan IS,

www.international.kompas.com/read/2014/09/05/09231871/Apa.Sebenarnya.Keinginan.IS, diakses pada 12 September 2015.

(5)

5 penyandang gelar master sekaligus ahli bedah lulusan dari Universitas Kairo. Menurut Peter Neumann seorang jurnalis sekaligus akademisi internasional, memperkirakan sekitar 80 % pejuang Barat di Suriah telah bergabung dengan kelompok ini. IS mengklaim memiliki pejuang dari Inggris, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lain, seperti AS, dunia Arab dan negara Kaukakus. Tak seperti pemberontak di Suriah, IS tampak akan mendirikan kekhalifahan Islam di Suriah dan Irak. Kelompok ini tampak berhasil membangun kekuatan militer. Pada 2013 lalu, mereka menguasai Kota Raqqa di Suriah yang merupakan ibukota provinsi

pertama yang dikuasai pemberontak.6

Pada bulan Juni Tahun 2014, IS juga menguasai Mosul, yang mengejutkan dunia. AS mengatakan kejatuhan kota kedua terbesar di Irak merupakan ancaman bagi wilayah tersebut. Kelompok ini mengandalkan pendanaan dari individu kaya di negara-negara Arab, terutama Kuwait dan Arab Saudi, yang mendukung pertempuran melawan Presiden Bashar al-Assad. Saat ini, IS disebutkan menguasai sejumlah ladang minyak di wilayah bagian timur Suriah, yang dilaporkan menjual kembali pasokan minyak kepada pemerintah Suriah. IS juga disebutkan menjual benda-benda antik dari situs bersejarah. IS menguasai kota Raqqa dan kota utama Mosul di Irak utara.

Menurut Neumann sebelum menguasai Mosul pada Juni lalu, IS telah memiliki dana serta aset senilai US$900 juta dollar, yang kemudian meningkat menjadi US$2 milliar. Kelompok itu disebutkan mengambil ratusan juta dollar dari bank sentral Irak di Mosul, yang mana keuangan mereka semakin besar jika

6 Ibid.

(6)

6 dapat mengontrol ladang minyak di bagian utara Irak. Kelompok ini beroperasi secara terpisah dari kelompok jihad lain di Suriah, al-Nusra Front, afiliasi resmi al-Qaeda di negara tersebut, dan memiliki hubungan yang "tegang" dengan pemberontak lain. Baghdadi mencoba untuk bergabung dengan al-Nusra, yang kemudian menolak tawaran tersebut. Sejak itu, dua kelompok itu beroperasi secara terpisah. Al-Zawahiri telah mendesak IS fokus di Irak dan meninggalkan Suriah kepada Nusra, tetapi Baghdadi dan pejuangnya menentang pimpinan al-Qaida. Di Suriah, IS menyerang pemberontak lain dan melakukan kekerasan

terhadap warga sipil pendukung oposisi Suriah.7

Terkait dengan gerakan IS yang menjadi isu Internasional dan adanya intervensi dari Negara-negara lain baik secara langsung maupun tidak langsung menjadikan kerumitan di dalam Polemik dari konflik itu sendiri. Terkait legalitas intervensi, menurut Walzer, justifikasi terhadap aksi intervensi dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Institusi internasional, karena suatu intervensi dapat dikatakan legal apabila mendapatkan mandat dari lembaga internasional;

2. Atas permintaan representasi sah dari negara yang akan diintervensi untuk mempertahankan kedudukan mereka menghadapi ancaman dan serangan baik internal maupun eksternal;

3. Alasan kemanusiaan, yaitu ntervensi dilakukan dengan tujuan menyelamatkan nyawa manusia dari kekerasan yang dilakukan pemerintah ataupun gerakan pemberontak atau sebagai akibat dari anarki

7 Media Elektronik BBC Indonesia, Bagaimana Kelompok Jihadis IS Terbentuk ? diakses

(7)

7

di internal negara tersebut.8

Dengan terlibatnya banyak Negara di suatu konflik bersenjata menjadikan risiko dari jatuhnya korban bagi para pihak juga semakin tingggi, maka penulis menganggap sangat perlu adanya batasan yang jelas dalam campurtangan dari

pihak lain agar menekan jumlah korban yang ditimbulkan.9

Subjek hukum internasional memiliki kewajiban untuk mematuhi hukum internasional untuk menyelanggarakan kepentingan dalam hal sosialisasi di pergaulan masyarakat internasional. Kondisi ini menjadikan perkembangan yang mengarah kepada perbaikan dan peningkatan hubungan antar negara yang diharapkan akan mensejahterakan masyarakat internasional untuk menghindari korban-korban dari konflik itu sendiri. Namun di lain pihak perkembangan ini juga menimbulkan kekawatiran karena hukum internasional itu belum tentu

sejalan dengan sistem hukum masing-masing negara.10

Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 merupakan instrumen utama HHI yang mengatur perlindungan korban perang. Pada perkembangannya instrumen ini telah diterima secara universal. Konvensi-konvensi ini memiliki kelemahan dalam beberapa aspek, seperti perilaku pertempuran dan perlindungan orang sipil akibat pertempuran. Kelemahan-kelemahan ini dikoreksi dengan diadopsinya dua protokol pada 1977 yaitu Protokol Tambahan I untuk Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 tentang Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional dan Protokol Tambahan II untuk Konvensi-konvensi

8 Michael Walzer, 1977, Intervention: Just and Unjust War, Basic Books: New York, hlm.

86-108.

9 Ibid. 10 Ibid

(8)

8 Jenewa 12 Agustus 1949 tentang Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Non-Internasional.

Pada sengketa bersenjata pelanggaran-pelanggaran terhadap petugas ICRC, sesuai dengan Pasal 24 Konvensi Jenewa II tahun 1949 mempersamakan hak dari personel Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan himpunan yang bersifat netral. Berikut ini adalah beberapa kasus penyerangan terhadap petugas ICRC yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak IS yang telah dilaporkan di media masa yang ditampilkan di dalam tabel Pada sengketa bersenjata pelanggaran-pelanggaran terhadap petugas ICRC, sesuai dengan Pasal 24 Konvensi Jenewa II tahun 1949 mempersamakan hak dari personel Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan himpunan yang bersifat netral. Berikut ini adalah beberapa kasus penyerangan terhadap petugas ICRC yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak IS yang telah dilaporkan di media masa yang ditampilkan di dalam tabel 1 :

Tabel 1

Pelanggaran-Pelanggaran Terhadap Petugas ICRC Akibat Konflik Bersenjata di Suriah Nomor Tanggal Peristiwa Bentuk Pelanggaran 1. 9 September 2011

Rabu pukul 10.30 waktu setempat, satu tim relawan Bulan Sabit Merah Arab Suriah tengah men-gevakuasi seorang korban luka ke rumah sakit di kawasan Al-Hamidiyah, Homs ketika ambulans mereka dihantam 31 peluru. Tiga pemuda relawan pertolongan pertama terluka dan salah satu di an-taranya terluka parah. Mereka sendiri kemudian

(9)

9 dibawa ke rumah sakit, di mana mereka sekarang mendapat perawatan.

Baik ambulans maupun seragam dari ketiga relawan tersebut secara jelas menampilkan lambang bulan sabit merah. Keadaan seputar insiden tersebut masih belum jelas. Tampaknya kendaraan tersebut mena-brak kabel listrik aktif yang tergeletak di jalan. Ini menimbulkan bunyi berderak yang cukup keras dan kilatan cahaya. Kendaraan itu kemudian dihujani pe-luru.

2. 19 September

2011

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) men-gecam tidak adanya penghormatan terhadap layanan pertolongan medis bagi para korban di Suriah. “Sa-lah satu dari tiga relawan Bulan Sabit Merah Arab Suriah akirnya meninggal setelah hampir seminggu dirawat akibat terkena tembakan pada saat melaksanakan tugas,” kata Beatrice Megevand-Roggo, Direktur Operasional ICRC untuk Timur Tengah dan sekitarnya, merujuk pada insiden Rabu lalu. “Sama sekali tidak bisa diterima, relawan yang seharusnya menyelamatkan nyawa banyak orang justeru kehilangan nyawanya sendiri.”

Seperti diketahui, dua relawan lainnya juga terluka dalam insiden yang sama. Ambulans mereka terjeb-ak di tengah hujan tembterjeb-akan ketika sedang men-gevakuasi seorang korban luka ke rumah sakit di Homs. Ini bukan kejadian pertama petugas dan ken-daraan Bulan Sabit Merah menjadi sasaran temba-kan atau diserang sejak pecahnya kekerasan di Suri-ah.

3. 25 Januari

2012

Dr. Abd al-Razzaq-Jbeiro, Sekretaris Jenderal Bulan Sabit Merah Arab Suriah sekaligus kepala cabang Bulan Sabit Merah Arab Suriah untuk wilayah Idlib, tewas tertembak beberapa hari lalu (25/01) di dekat Khan Shaykhun di jalan antara Halab-Damaskus. Penembakan terjadi pada saat beliau dalam perjalan-an pulperjalan-ang ke Idlib dengperjalan-an menggunakperjalan-an kendaraperjalan-an yang dengan jelas ditandai dengan lambang bulan sabit merah setelah menghadiri pertemuan di kantor pusat Bulan Sabit Merah Arab Suriah di Damaskus. Bulan Sabit Merah Arab Suriah, Komite nasional Palang Merah (ICRC) dan Federasi Inter-nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

(10)

10 (IFRC) sangat terkejut dengan kematian Dr. Jbeiro. Organisasi-organisasi kemanusiaan tersebut kembali mengingatkan kepada semua pihak yang terlibat da-lam kekerasan yang terus berlangsung untuk tidak menyerang relawan dan staf Bulan Sabit Merah dan Palang Merah, berikut semua kendaraan dan fasilitas yang digunakan dalam melaksanakan tugas mereka. Niat yang semata-mata bersifat kemanusiaan dari Bulan Sabit Merah dan Palang Merah adalah untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang membutuhkan dengan cara yang sepe-nuhnya bersifat netral dan tidak berpihak.

4. 24 April 2012 Satu relawan Bulan Sabit Merah Suriah tewas dan

tiga lainnya luka-luka saat bertugas pada malam Selasa (24/04) lalu. Korban yang tewas, Mohammed al-Khadraa, adalah petugas pertolongan pertama, yang bekerja di kota Douma, Pedesaan Damaskus. Ia tertembak dan tewas seketika dalam sebuah ken-daraan yang dengan jelas ditandai dengan lambang bulan sabit merah.

Bulan Sabit Merah Suriah (SARC) dan Komite In-ternasional Palang Merah (ICRC) menyesalkan ku-rangnya rasa hormat pada petugas medis di Suriah.

5. 23 Juni 2012

“Peristiwa ini terjadi ketika hanya ICRC dan Bulan Sabit Merah Arab Suriah yang bisa terus bekerja di daerah yang terkena dampak kekerasan di Suriah,” kata Alexandre Equey, wakil kepala delegasi ICRC di Suriah. “Kami menganggap insiden seperti itu sangat serius.”

Al-Youssef baru berusia dua puluh tiga tahun. Dia ditembak ketika sedang melakukan upaya pertolon-gan pertama dan tewas akibat luka-lukanya beberapa jam kemudian. Perlu diingat bahwa dia mengenakan seragam yang jelas ditandai dengan lambang bulan sabit merah.

6. 26 Juli 2014 Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan

Sabit Merah Internasional (Gerakan) berduka atas kematian Hassan Hammoud Al Hilal, responden pertama yang meninggal ketika menjalankan tu-gasnya pada tanggal 26 Juli lalu di Raqqa.

Hassan mengabdikan dirinya kepada Bulan Sabit Merah Suriah cabang Raqqa selama lebih dari tiga

(11)

11 tahun sampai akhirnya ia tewas bulan Juli lalu. In-siden tersebut menggambarkan tentang betapa ber-bahaya dan kompleksnya situasi yang dihadapi oleh para relawan dan pekerja kemanusiaan sekarang ini.

7. 3 April 2015 Pernyataan bersama, Komite Internasional Palang

Merah (ICRC), Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), Sana’a / Damaskus / Jenewa – Dua kakak-beradik yang bekerja untuk Perhimpunan Bulan Sabit Merah Yaman cabang setempat tewas tertembak hari ini di pelabuhan kota Aden sebelah selatan ketika tengah mengevakuasi orang-orang yang terluka untuk

menunggu ambulans. Kordinator penanganan

bencana Khaled Ahmed Bahuzaim dan sukarelawan

Mohammed Ahmed Bahuzaim, keduanya

mengenakan emblem Bulan Sabit Merah, yang

seharusnya menjamin perlindungan mereka.

Kematian dua orang tersebut menyusul terbunuhnya sukarelawan Bulan Sabit Merah Yaman lainnya di provinsi Al-Dhale’ tiga hari lalu.

8. 2 September

2015

dr. Adnan Hizam, Juru bicara resmi perwakilan ICRC kepada Khabr News mengatakan bahwa kedua petugas ICRC tersebut tewas ditembak pihak teroris IS di kawasan Haout, Propinsi Amran. Keduanya ditembak ketika sedang dalam perjalanan dari Propinsi Sa’daa pasca menjalankan tugas rutinnya dalam membantu rakyat Yaman dalam kemanusiaan.

(Sumber: http://blogs.icrc.org/ diakses pada 15 Desember 2015)

Seperti yang tertera pada laporan tersebut, memberikan pelayanan kesehatan masih sangat beresiko dan berbahaya. Selain melaporkan atas serangan-serangan yang terjadi, juga membahas beberapa insiden yang tidak menjadi sorotan, seperti personel bersenjata yang mengganggu pelayanan rumah sakit dengan memaksa masuk ke dalam rumah sakit, atau kekerasan seksual terhadap petugas kesehatan. “Berita-berita di media hanya membahas mengenai kekerasan yang terjadi pada pelayanan kesehatan di beberapa negara yang dilanda konflik,

(12)

12 seperti Suriah,” kata Pierre Gentile, kepala divisi “Health Care in Danger” ICRC yang memimpin program tentang bahaya yang dihadapi oleh pelayanan kesehatan.

“Namun, menurut laporan ICRC, kekerasan-kekerasan tersebut juga terjadi di negara-negara lain. Oleh karena itu ICRC meminta kepada pemerintah, angkatan bersenjata dan perhimpunan-perhimpunan kesehatan agar meningkatkan upaya mereka dalam memberikan perawatan kesehatan yang lebih aman di seluruh dunia.” Laporan tersebut berdasarkan informasi yang dikumpulkan pada tahun 2012 dan 2013, 1.809 insiden di 23 negara di mana kekerasan yang diterima

oleh para pasien, petugas kesehatan, ambulans atau fasilitas medis.11

Menurut Elias Ghanem, “Dalam situasi apapun, para pekerja kemanusiaan tidak boleh diserang. Sukarelawan Bulan Sabit Merah Yaman bekerja tanpa lelah untuk memberikan bantuan kemanusiaan di tengah situasi yang ekstrim. Mereka tidak boleh dijadikan target ketika melakukan pekerjaan ini. Kami meminta serangan-serangan ini segera dihentikan,“ Elias Ghanem merupakan direktur kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara untuk Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. “Saat ini di Suriah, 42 sukarelawan SARC dan delapan sukarelawan Bulan Sabit Merah Palestina telah kehilangan nyawa mereka sejak awal dimulainya konflik, mereka semua terbunuh ketika tengah melakukan tugas kemanusiaan mereka. Hal ini sangat tidak patut

dan tidak dapat diterima“.12

Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sekali lagi

11https://www.icrc.org/eng/assets/files/publications/icrc-002-4196.pdf diakses pada 15 September

2015.

12

http://icrcjakarta.info/berita/yaman-suriah-gerakan-internasional-palang-merah-dan-bulan-sabit-merah-mengutuk-pembunuhan-terhadap-empat-pekerja-bulan-sabit-merah/ diakses pada 15 September 2015.

(13)

13 meminta kepada seluruh pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah untuk menghormati tugas kemanusiaan mereka dan menjamin keamanan para pemberi bantuan dan ruang gerak mereka, termasuk akses cepat menuju orang-orang yang membutuhkan bantuan di seluruh negeri. Tanpa penghormatan terhadap para pekerja kemanusiaan, ambulans, dan fasilitas kesehatan, hampir tidak mungkin untuk melanjutkan upaya penyelamatan dan memberikan bantuan yang dibutuhkan bagi jutaan penduduk Suriah. Berdasarkan hukum humaniter internasional semua pihak yang bertikai wajib untuk menghormati netralitas medis dan menjamin perjalanan yang aman bagi pekerja medis, peralatan medis, dan kendaraan medis. Dilarang keras untuk menyerang staf dan sukarelawan Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, dan semua pekerja kemanusiaan lainnya yang tujuannya adalah semata untuk memberikan bantuan

kemanusiaan dalam keadaan darurat.13

Melihat pentingnya penaatan instrumen hukum internasional dalam hal perlindungan hukum bagi ICRC sebagai pihak yang memiliki kewenangan khusus dalam menengahi suatu konflik sebagai pihak yang bersikap netral tanpa membawa kepentingan dari Negara-negara yang ada di dunia pada saat terjadinya konflik bersenjata, maka penulis ingin menuliskan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum terhadap International Committee of The Red Cross (ICRC) dalam Konflik Bersenjata yang dilakukan oleh Gerakan Islamic State (IS) berdasarkan Geneva Conventions (Konvensi Jenewa) (Studi Kasus: Penyerangan terhadap ICRC pada konflik di Suriah)

13 Ibid.

(14)

14

B. Rumusan Masalah

Seperti yang diuraikan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis membatasi masalah agar penyajian dapat dilakukan dengan efektif dan jelas. Penulis membatasi hanya pada : “Perlindungan Hukum Terhadap International Committee of the Red Cross (ICRC) Dalam Konflik Bersenjata yang Dilakukan oleh Gerakan Islamic State (IS) Berdasarkan Geneva Conventions (Konvensi Jenewa)” Studi Kasus: Penyerangan terhadap ICRC pada konflik di Suriah.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apa akibat hukum yang ditimbulkan dari para pihak yang terlibat pada konflik bersenjata di Irak dan Suriah?

2. Bagaimana peran ICRC sebagai pihak penengah pada konflik bersenjata yang disebabkan oleh gerakan IS di Irak dan Suriah sesuai mandat Konvensi Jenewa?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi ICRC dalam konflik bersenjata di Suriah menurut Konvensi Jenewa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah pada rencana penulisan ini, tujuan penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu:

1. Tujuan Subjektif

Tujuan Subjektif yaitu tujuan penulisan dilihat dari tujuan pribadi penulis yang mendasari penulis dalam melakukan penulisan. Pada penulisan rencana penulisan ini bertujuan sebagai berikut:

(15)

15 a. Pembelajaran yang dilakukan penulis untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat selama kegiatan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta;

b. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data yang konkret dan akurat yang diperlukan dalam penulisan hukum guna melengkapi persyaratan akademis dalam rangka memperoleh gelar sarjana hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

2. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perlindungan hukum kepada ICRC sebagai salah satu pihak yang dimandatkan oleh Konvensi Jenewa sebagai penengah dalam suatu konflik bersenjata yang disebabkan gerakan IS di Irak dan Suriah;

b. Untuk mengetahui status dan akibat hukum dari para pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata yang disebabkan gerakan IS di Irak dan Suriah; c. Mengetahui sampai dimana pengaruh berlakunya Konvensi Jenewa

dalam penegakan hukum di konflik bersenjata yang disebabkan gerakan IS di Irak dan Suriah terkait dengan penaatan Instrumen Internasional oleh para pihak yang terlibat konflik.

D. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan dan penelusuran yang dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan melalui situs perpustakaan di beberapa universitas di Indonesia, belum pernah ada penulisan

(16)

16 hukum yang mengangkat topik mengenai Perlindungan Hukum Terhadap International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam Konflik Bersenjata yang dilakukan oleh Gerakan Islamic State (IS) berdasarkan Geneva Conventions (Konvensi Jenewa). Akan tetapi, telah ada beberapa penelitian dengan topik seputar perlindungan hukum terhadap anak dalam Konflik Bersenjata, diantaranya yaitu:

1. Penulisan hukum yang ditulis oleh Enny Narwati, Lina Hastuti (2008), bagian Hukum Internasional, Fakultas Hukum Universitas Airlangga dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Konflik Bersenjata”. Penulisan Hukum ini memfokuskan terkait dengan perlindungan hukum bagi anak dalam konflik bersenjata;

2. Penulisan skripsi yang ditulis oleh Okky Perdana (2011), mahasiswa bagian Hukum Internasional, Fakultas Hukum Universitas Andalas dengan judul “Eksistensi dan Perlindungan Hukum Terhadap Tentara Bayaran (mercenaries) yang Terlibat Konflik Bersenjata Menurut Hukum Humaniter Internasional”. Penulisan skripsi ini memfokuskan objek penulisannya kepada perlindungan hukum bagi tentara bayaran (mercenaries) dalam konflik bersenjata.

Dalam penulisan yang dilampirkan oleh penulis dapat dibedakan mengenai objek penelitiannya yaitu lebih spesifik mengenai Perlindungan Hukum Terhadap International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam Konflik Bersenjata yang dilakukan oleh Gerakan Islamic State (IS) berdasarkan Geneva Conventions (Konvensi Jenewa), dapat ditarik kesimpulan penelitian yang dilampirkan tersebut

(17)

17 berbeda dengan penelitian oleh penulis sehingga memenuhi aspek keaslian penelitian, jika masih terdapat penelitian hukum yang sama, hal tersebut merupakan diluar pengetahuan dari penulis, diharapkan penelitian hukum ini dapat menambah atau melengkapi dari sebelumnya.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi ilmu pengetahuan, bagi masyarakat dan penulis sendiri. Adapun manfaat dari penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta menjadi referensi literatur khususnya di bidang hukum internasional dalam hal Perlindungan Hukum Terhadap International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam Konflik Bersenjata Menurut Konvensi Jenewa;

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan akses pengetahuan, pandangan, dan informasi kepada masyarakat pada umumnya mengenai adanya konvensi internasional mengenai perlindungan hukum bagi pihak ICRC sebagai suatu lembaga Internasional yang menengahi konflik bersenjata secara netral di dunia;

3. Bagi Penulis, yaitu :

a. Hasil dari penelitian ini bagi penulis sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum; dan

(18)

18 b. Untuk mengembangkan pengetahuan penulis mengenai ilmu hukum

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan ekonomi sebagai hasil pembangunan harus dapat dirasakan oleh masyarakat melalui pemerataan yang nyata dalam bentuk peningkatan pendapatan dan peningkatan daya

Pengimplementasian Real Time Operating System pada mikrokontroler dapat berjalan dengan baik, pertama terbukti dengan adanya pengujian eksekusi tiap task berdasarkan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan nilai rata-rata MAPE terbaik sebesar 0,160% dengan menggunakan parameter terbaik yang telah diuji yaitu jumlah

satu tahun dengan sistem tumpangsari yang umum dilakukan di lahan kering bukan hanya dapat mengurangi resiko kegagalan panen, tapi juga dapat memberikan keuntungan terhadap

Dalam rentang sejarah sastra Indonesia selama ini tercatat sejumlah teks sastra yang boleh dikatakan “menembus zaman” dengan pengertian tidak hanya dibaca oleh

Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi reputasi auditor yang lebih kecil dari 0,05, sedangkan variabel independen lain yang tidak berpengaruh terhadap

Dengan demikian diharakan kepada seorang guru, bukan hanya memiliki kemampuan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan disiplinnya saja dan kemampuan untuk mentransfer ilmu