• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Beberapa Metode Pemberian Air Padi Sawah (Oriza sativa L) Varietas Ciherang di Rumah Kaca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Beberapa Metode Pemberian Air Padi Sawah (Oriza sativa L) Varietas Ciherang di Rumah Kaca"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

41

Selesai Mulai Lampiran 1. FlowChart Penelitian

Menyiapkan alat dan bahan

Menyeleksi benih selama 24 sampai 48 jam

Melakukan pengamatan untuk setiap parameter

Memberikan air irigasi dengan 3 (tiga) metode

Menyemaikan benih padi sampai usia 5-7 hari

Memisahkan benih dan dikeringanginkan selama 24 jam

Menganalisa data yang diperoleh

Menentukan koefisien dan evapotranspirasi tanaman

(2)

Lampiran 2. Perhitungan Nilai Evapotranspirasi Tanaman (Etc)

Fase Minggu Terputus Macak-macak Penggenangan

Vegetatif 4 1,26 1,58 1,63

(3)

43

Lampiran 3. Perhitungan Nilai Koefisien Tanaman Padi (Kc)

Fase MINGGU Terputus Macak-macak Penggenangan

Vegetatif 4 0,85 1,07 1,10

Dimana : Kc = Koefisien tanaman

Etc = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

(4)
(5)
(6)
(7)

47

18 September 2015 28 36 29 31

(8)
(9)
(10)
(11)

51

Lampiran 6. Perhitungan nilai evaporasi potensial (Eto)

Fase Pertumbuhan Evaporasi dari panci (mm/hari)

Koefisien panci

Evaporasi potensial (mm/hari) Vegetatif

(0-55hari) 2.1 0.7 1.47

reproduktif

(56-86 hari) 2.32 0.7 1.62

pemasakan

(87-130 hari) 2.53 0.7 1.77

Rata-rata 2.31 0.7 1.62

Perhitungan: Eto = Eo x Kp Dimana:

(12)

Lampiran 7. Perhitungan perkolasi

Ulangan Perkolasi (cm/hari)

terputus macak-macak penggenangan

I 1.7 1.4 3.6

II 1.7 1.2 3.6

III 1.6 0.5 3.1

IV 1.9 1.6 3.7

V 2 1.7 3

VI 2.1 1.4 3.2

Rata-rata 1.83 1.3 3.3

dimana :

= perkolasi h1 = tinggi air awal

h2 = tinggi air akhir

t1 = waktu awal

(13)

53

Lampiran 8. Berat Bulir Padi

Ulangan Berat bulir padi

Metode Terputus (g) Metode Macak-macak (g) Metode Penggenangan (g)

1 60 50 60

2 60 40 50

3 70 30 10

4 20 40 30

5 50 40 10

6 40 60 20

(14)

Lampiran 9. Perhitungan Berat Kering Tanaman Padi

Ulangan Terputus Macak-macak Penggenangan

BB BK BB BK BB BK

1 255 208 257 192 199 149

2 217 152 252 206 187 137

3 198 142 269 222 192 142

4 245 201 269 213 217 172

5 226 180 282 237 220 174

6 232 182 260 215 197 141

(15)

55

Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Berat Kering Tanaman Padi

SK DB JK KT F Hitung F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 311,111 155,556 0,296 tn 3,68232 6,358873 Galat 15 7895,833 526,389

Total 17 8206,944 Ket : tn = tidak nyata

* = nyata

(16)

Lampiran 11. Analisis Sidik Ragam Produksi Bulir Padi

SK DB JK KT F Hitung F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 1244,444 622,222 2,154 tn 3,6823 6,35887 Galat 15 4333,333 288,889

Total 17 5577,778 Ket : tn = tidak nyata

* = nyata

(17)

38

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2011. Inovasi Teknologi Padi Penas KTNA XIII-2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kutai Kartanegara.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2013. Perubahan Kalender Tanam (KATAM) Dukungan Litbang Pertanian Dalam Mengantisipasi Perubahan Iklim dan Mencapai Sukses Kementrian Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Malang.

Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2005. Padi (Oryza Sativa). Diakses dari http://www.pdf.com [diakses pada 7 maret 2015].

Bunganaen, W., 2009. Analisis Efisiensi dan Kehilangan Air Pada Jaringan Utama Daerah Irigasi Air Sagu. Undana, Kupang. [Modul].

De Datta K. Surajid. 1981. Principles and Practices of Rice Production. A. Wiley Interscience Publication.

Dumairy, 1992.Ekonomika Sumber Daya Air. UGM Press, Yogyakarta.

Ferdiansyah M. 2010. Uji Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada System Of Rice Intensification (Sri). Skripsi Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hardjowigeno, H.S dan Rayes, M.L, 2005. Tanah Sawah – Karakteristik, Kondisi, dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Penerbit Bayumedia Publishing. Jatim.

Islami, T. dan W. H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Malang.

Limantara, L. M., 2010. Hidrologi Praktis. Lubuk Agung, Bandung.

Linsley, R. K., M. A. Kohler, dan J. L. H. Paulhus, 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga, Jakarta.

Mawardi, E.,2007. Desain Hidrolik Bangunan Irigasi. Cetakan pertama. Alfabeta,cv, Bandung.

(18)

Polakitan A, L.A T, dan Derek P.2011. Kajian Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Di Kabupaten Minahasa.jurnal Teknologi Pertanian Sulawesi Utara, Sulut.

Pusposutardjo, S., 2001. Pengembangan Irigasi, Usaha Tani Berkelanjutan dan Gerakan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Rachmawati, D. dan Retnaningrum, E. 2013.Pengaruh Tinggi Dan Lama Penggenangan Terhadap Pertumbuhan Padi Kultivar Sintanur Dan Dinamika Populasi Rhizobakteri Pemfiksasi Nitrogen NonSimbiosis.Jurnal Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Saragih, D.N.S ., 2013. Kajian Potensi Produksi Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Di Kabupaten Deli Serdang.Skripsi Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sesbany, 2010. Pertumbuhan Dan Produksi Empat Varietas Unggul Padi Sawah (Oryza sativa L) Terhadap Berbagai Tingkat Genangan Air Pada Berbagai Jarak Tanam. Disertasi Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Bogor. Soemarto, C.D., 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta.

Soewarno, 2000. Hidrologi Operasional. Jilid kesatu. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Sosrodarsono, S. dan Takeda, 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta.

Sugeng, H. R. 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang.

Suprayono dan A. Setyono, 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Cetakan-I. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suroso, dkk,. 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Banjaran Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengelolaan Air Irigasi.Jurnal Teknik Sipil UNSOED, Purwokerto.

Wardoyo, R., 2010. Pengaturan Intensitas Cahaya pada Rumah Kaca. Diakses dari http://jurnal.informatika.lipi.go.id pada tanggal [diakses pada 7 maret 2015].

(19)

40

(20)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, pada bulan Mei – September 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman padi varietas Ciherang , air, tanah andosol, dan selotip.

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polybag, sekop, pengayak tanah, penggaris, jaring, tali, thermometer, pancang kayu, pisau, ember dan gembor, stopwatch, alat tulis dan kalkulator.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode percobaan (eksperimen) menggunakan Rancang Acak Lengkap dengan 3 perlakuan pemberian air dan 6 ulangan.Dengan persamaan :

ŷij = µ+αi+Ʃij... (10) Dimana:

Yij= hasil pengamatan dari faktor varietas pada taraf ke-i dan ulangan ke-j µ= nilai tengah sebenarnya

αi= pengaruh faktor varietas pada taraf ke-i

Ʃij= pengaruh galat pada perlakuan varietas padi taraf ke-i dan taraf ulangan ke-j

Analysis Of Variance (ANOVA) dilakukan untuk menguji berat kering

(21)

25

Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian adalah:

1. Menyiapkan bahan dan alat penelitian

2. Menyeleksi benih dengan cara perendaman benih dalam larutan air selama 24 sampai 48 jam

3. Mengambil benih yang tenggelam, lalu dicuci dan disiapkan untuk disemaikan, sedangkan benih yang mengapung dapat dibuang

4. Memisahkan benih dan dikering anginkan selama 24 jam

5. Memindahkan benih yang disemaikan keatas nampan pada usia 5-7 hari dalam keadaan berbentuk kecambah lengkap dengan keping bijinya biasanya berukuran 7 cm

6. Mengisi polibag dengan tanah sawah jenis andosol. Kondisi tanah diusahakan disesuaikan dengan kondisi lapangan

7. Menanam benih padi ke polibag sebelum hari ke 12 (pada umur 7-10 hari) 8. Menanam benih padi secara tunggal (1 biji/polibag) agar memperoleh

banyak anakan (tunas), dalam kondisi kapasitas lapang 9. Menanam benih secara dangkal dan tidak tergenang air 10.Meletakkan dengan cara horizontal (membentuk huruf L)

11.Melakukan pemeliharaan tanaman dan memeriksa apakah ada tanaman yang mati (segera diganti dengan tanaman yang baru)

12.Memberi lebel pada polibag yaitu

M = pemberian air macak-macak untuk 6 (enam) kali ulangan T = pemberian air terputus 6 (enam) kali ulangan

(22)

13.Melakukan pemberian air macak-macak pada polibag M : a. Jangan dibiarkan bibit mengering.

b. Tanah dijaga tetap lembab selama tahap vegetatif. c. Seminggu sekali tanah harus dikeringkan.

d. Setelah pembungaan, tanah digenangi air 1-3 cm

a. Mengukur evapotranspirasi dengan menggunakan skala setiap minggu berdasarkan berkurangnya air yang tergenang dalam polibag

b. Untuk polibag yang diameter nya berukuran 20 cm, nilainya perlu dikoreksi dengan mengalikan koefisien 0,5

14. Melakukan pemberian air dengan cara terputus/Intermittent pada polibag T :

a. Memberikan air secara terputus putus denganmenggunakan rumus : I = 2 1/2 : 3 : 2: 2,

Artinya :

tinggi air diberikan 2 ½cm pada polibag; diberikan selama 3 hari berturut-turut; kemudian dikeringkan selama 2 hari berturut-turut dan air dihentikan sepenuhnya 2 minggu sebelum panen.

b. Mengukur evapotranspirasi dengan menggunakan skala setiap minggu berdasarkan berkurangnya air yang tergenang dalam polibag.

15.Melakukan pemberian air dengan cara penggenangan pada polibag P : c. Menggenangi tanah dengan ketinggian 5 cm

(23)

27

16. Menghitung evapotranspirasi tanaman setiap perlakuan dengan persamaan (5)

17. Mengukur evaporasi dengan evapopan kelas A, nilai evaporasi potensial dihitung dengan Persamaan (1)

18. Menghitung nilai koefisien tanaman padi setiap periode pertumbuhan dengan Persamaan (3)

19. Menghitung nilai perkolasi tanaman padi dari setiap perlakuan dengan persamaan (6)

20. Mengeringkan bahan tanaman padi per polibag dari 3 cara pemberian air yang dikeringkan dengan suhu 700C selama 48 jam, kemudian ditimbang 21. Menimbang berat bulir padi pada setiap polibag, dari 3 cara pemberian

air yang diamati.

22. Untuk bahan kering tanaman dan berat bulir padi dilakukan Anova dengan uji F pada tingkat signifikasi α = 5% dengan hipotesis :

1. Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan berat kering tanaman dengan 3 cara pemberian air

Ha : Ada perbedaan yang signifikan berat kering tanaman diantara dengan 3 cara pemberian air

2. Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan berat bulir tanaman diantara dengan 3 cara pemberian air

(24)

Lalu di lanjutkan dengan uji Duncan terhadap hasil dari uji ANOVA, apabila terdapat perbedaan yang signifikan dari tiga cara pemberian air tersebut.

Parameter penelitian

1. Evapotranspirasi Tanaman 2. Evaporasi Potensial 3. Koefisien Tanaman 4. Perkolasi

(25)

29

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evapotranspirasi tanaman

Dari hasil pengukuran, nilai evapotranspirasi tanaman padi (Etc) pada setiap fase pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Evapotranspirasi Tanaman Padi (Etc)

Fase Pertumbuhan Evapotranspirasi tanaman (Etc)(mm/hari) Terputus Macak-macak Penggenangan

Vegetatif(27-55hari) 1,41 1,61 1,73

Reproduktif (56-86 hari) 1,73 1,71 1,84

Pemasakan(87-130 hari) 1,50 1,49 1,58

Rata-rata 1,54 1,60 1,71

(26)

pada periode ini sudah mencapai maksimum sehingga penguapan lebih besar. Sedangkan pada periode awal, evapotranspirasi lebih rendah karena tanaman masih kecil sehingga luas permukaan tanaman untuk melakukan penguapan lebih kecil.

Dapat di lihat pada Tabel 3 rata-rata nilai Etc yang paling besar terdapat pada perlakuan penggenangan sebesar 1,71 mm/hari kemudian metode macak-macak 1,60 mm/hari dan yang terkecil pada metode terputus yaitu 1,54 mm/hari. Hal ini dikarenakan pada metode penggenangan tanah terus menerus digenangi sehingga nilai evapotranspirasi semakin besar sedangkan pada metode macak-macak dan terputus pemberian air dihentikan pada waktu tertentu dan tinggi genangan lebih kecil dibandingkan metode penggenangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ferdiansyah (2010) bahwa dengan System of Rice Intensification (SRI) atau metode pemberian air macak-macak, petani hanya memakai kurang dari ½ kebutuhan air pada sistem tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Evaporasi potensial

Dari hasil pengukuran, nilai Evaporasi Potensial (Eto) pada setiap fase pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Evaporasi Potensial (Eto)

Fase Pertumbuhan Evaporasi dari panci (mm/hari)

Evaporasi potensial (mm/hari)

Vegetatif(27-55hari) 2,1 1,47

Reproduktif (56-86 hari) 2,32 1,62

Pemasakan (87-130 hari) 2,53 1,77

(27)

31

nilai evaporasi potensial dan fase vegetatif hingga fase pemasakan mengalami kenaikan, karena kenaikan suhu rata-rata pada periode pengamatan (Lampiran 4). Koefisien tanaman

Dari hasil pengukuran nilai koefisien tanaman padi setiap fase pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 5 dan perhitungannya tertera pada Lampiran 3.

Tabel 5. Nilai Koefisien Tanaman Padi (Kc)

Fase Pertumbuhan Koefisien tanaman (kc)

Terputus Macak-macak Penggenangan

Vegetatif(27-55hari) 0,95 1,09 1,17

Reproduktif (56-86 hari) 1,06 1,05 1,15

Pemasakan (87-130 hari) 0,84 0,84 0,88

Rata-Rata 0,95 0,99 1,06

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa koefisien tanaman padi yang paling besar pada metode terputus terdapat pada fase reproduktif yaitu 1,06 sedangkan pada metode macak-macak dan pada metode penggenangan yaitu pada fase vegetatif yaitu 1,09 dan 1,17 dan yang terkecil terdapat pada fase pemasakan baik pada metode terputus, metode macak-macak dan metode penggenangan yaitu 0,84, 0,84 dan 0,88. Hal ini sesuai dengan literatur Dep. PU (1987) dalam Soewarno (2000) yang menyatakan bahwa nilai koefisien tanaman padi menurut FAO pada periode awal pertumbuhan dan reproduktif sebesar 1,10, sedang pada periode pemasakan (panen) sebesar 0,95.

(28)

dengan pernyataan Allen (1998) bahwa koefisien tanaman (Kc) ialah perbandingan antara besarnya evapotranspirasi tanaman (Etc) dengan evaporasi potensial (Eto) pada kondisi pertumbuhan tanaman yang tidak terganggu.

Perkolasi

Dari hasil pengukuran perkolasi untuk genangan 5 cm dan 10 cm dapat dilihat pada Tabel 6 dan perhitungannya tertera pada Lampiran 7.

Tabel 6. Perkolasi Tanaman Padi

Metode pemberian air Perkolasi(cm/hari)

Terputus 1,83

Macak-macak 1,3

Penggenangan 3,36

Rata-Rata 2,16

Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa perkolasi tertinggi terdapat pada metode penggenangan yaitu 3,36 cm/hari, dan terendah terdapat pada metode macak-macak yaitu sebesar 1,3 cm/hari. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa tanah yang digenangi pada metode penggenangan menunjukkan nilai perkolasi yang lebih besar karena tekanan air yang lebih besar akibat penggenangan setinggi 5cm daripada tanah yang digenangi dengan metode terputus dan metode macak-macak yang hanya digenangi setinggi 2-2,5 cm, selain itu daya resap tanah pada metode penggenangan semakin besar akibat tinggi genangan sehingga tanah lebih cepat jenuh dan lebih mudah meloloskan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemarto (1995) bahwa perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum zona tidak jenuh mencapai kapasitas lapang dan dalam hal ini berpengaruh potensial tekanan. Berat kering tanaman

(29)

33

dipanen (daun, batang, dan buah). Serta berat kering tanaman padi setelah dikeringovenkan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7 dan perhitunganya tertera pada Lampiran 9.

Tabel 7. Berat Kering dan Berat Basah Tanaman Padi

Metode pemberian air Berat basah (g) Berat kering (g)

Terputus 161,66 87,5

Macak-macak 160 84,1

Penggenangan 156,6 77,5

Rata-Rata 83,03

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa berat basah untuk metode terputus lebih besar daripada berat basah pada metode macak-macak dan pada metode penggenangan. Begitu juga dengan berat kering untuk metode terputus lebih besar daripada berat kering metode macak-macak dan metode penggenangan. Sehingga dapat dilihat bahwa metode terputus lebih optimal daripada metode macak-macak dan metode penggenangan.

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 10) diperoleh bahwa metode pemberian air pada tanaman padi berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman padi.

Berat bulir padi

Berat bulir padi menunjukkan hasil produksi dari masing-masing perlakuan pemberian air. Bulir padi yang dirontokkan dari tanaman kemudian ditimbang. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 8. Nilai Berat Bulir Padi

Metode pemberian air Berat bulir padi (g)

Terputus 50

Macak-macak 43,3

Penggenangan 30

(30)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 11) diperoleh bahwa metode pemberian air berpengaruh tidak nyata terhadap berat bulir padi.

Namun dapat dijelaskan bahwa berat bulir padi untuk metode terputus lebih besar daripada berat bulir padi pada metode macak-macak dan pada metode penggenangan, karena perlakuan pada metode terputus tanah diberikan air selama 3 hari berturut-turut, kemudian dikeringkan selama 2 hari berturut-turut sehingga kondisi tanah pada saat tidak tergenang akan meghasilkan lebih banyak udara (oksigen) masuk ke dalam tanah dan akar berkembang lebih besar serta dapat menyerap nutrisi lebih banyak sehingga menghasilkan produksi yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan literatur Ferdiansyah (2010) dimana kondisi tidak tergenang akan menghasilkan lebih banyak udara (oksigen) masuk ke dalam tanah dan akar berkembang lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih banyak.

(31)

35

(32)

36

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Nilai evapotranspirasi untuk ketiga metode pemberian air pada fase vegetatif yaitu untuk metode terputus 1,41 mm/ hari, untuk metode macak-macak 1,61 mm/ hari dan untuk metode penggenangan sebesar 1,73 mm/ hari. Pada fase reproduktif untuk metode terputus 1,73 mm/ hari, untuk metode macak-macak 1,71 mm/ hari dan untuk metode penggenangan sebesar 1,84 mm/ hari. Kemudian pada fase pemasakan yaitu untuk metode terputus 1,50 mm/ hari, untuk metode macak-macak 1,49 mm/ hari dan untuk metode penggenangan sebesar 1,5 mm/ hari 2. Nilai Koefisien tanaman untuk ketiga metode pemberian air pada fase

vegetatif yaitu untuk metode terputus 0,95 mm/ hari, untuk metode macak-macak 1,09 mm/ hari dan untuk metode penggenangan sebesar 1,71 mm/ hari. Pada fase reproduktif untuk metode terputus 1,06 mm/ hari, untuk metode macak-macak 1,05 mm/ hari dan untuk metode penggenangan sebesar 1,15 mm/ hari. Kemudian pada fase pemasakan yaitu untuk metode terputus 0,84 mm/ hari, untuk metode macak-macak 0,84 mm/ hari dan untuk metode penggenangan sebesar 0,88 mm/ hari. 3. Nilai perkolasi untuk ketiga metode pemberian air yaitu pada metode

(33)

37

4. Berat kering tanaman padi untuk ketiga metode pemberian air yaitu pada metode terputus 87,5 g, pada metode macak-macak 84,1 g dan pada metode penggenangan sebesar 77,5 g.

5. Berat bulir tanaman padi untuk ketiga metode pemberian air yaitu pada metode terputus 50 g, pada metode macak-macak 43,3 g dan pada metode penggenangan sebesar 30 g.

Saran

1. Perlu penelitian lanjutan dengan mengaplikasikan langsung ke lahan sawah.

(34)

TINJAUAN PUSTAKA

Irigasi

Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Air merupakan factor yang penting dalam bercocok tanam. Selain jenis tanman, kebutuhan air bagi suatu tanaman juga dipengaruhi oleh sifat dan jenis tanah, keadaan iklim, kesuburan tanah, cara bercocok tanam, luas areal pertanaman, topografi, periode tumbuh dan sebagainya. Cara pemeberian air irigasi pada tanaman padi, tergantung pada umur dan varietas padi yang ditanam (Mawardi, 2007).

Menurut Mawardi (2007) bahwa dalam peningkatan produksi pangan irigasi mempunyai peranan penting yaitu untuk menyediakan air untuk tanaman dan dapat digunakan untuk mengatur kelembaban tanah, membantu menyuburkan tanah melalui bahan-bahan kandungan sedimen yang dibawa oleh air, dapat menekan pertumbuhan gulma, dapat menekan perkembangan hama penyakit tertentu dan memudahkan pengolahan tanah.

(35)

6

Metode Irigasi

Kebutuhan air pada budidaya tanaman padi secara umum dipengaruhi oleh topografi, jenis tanah, periode pertumbuhan, dan praktik budidaya. Menurut Yoshida (1981) tanaman padi membutuhkan air sebanyak 180-300 mm/bulan agar dapat berproduksi dengan baik. Bouman (2009) menyatakan bahwa untuk menghasilkan 1 kg gabah, tanaman padi membutuhkan 2500 liter air yang berasal dari hujan atau irigasi. Stress atau cekaman air dapat berarti kelebihan atau kekurangan air. Kelebihan air berupa cekaman banjir sedangkan kekurangan air berupa cekaman kekeringan (Sulistyono, dkk., 2012).

Tabel 1. Jumlah Kebutuhan Air Per Hari Tanaman Padi Sawah Berdasarkan Jenis Kebutuhannya

Jenis Kebutuhan Jumlah Kebutuhan (mm/hari)

Evapotranspirasi 5.0-6.5

Perkolasi 1.0-10.0

Pengolahan/Penjenuhan Lahan 4.0-30.0

Pemeliharaan 9.0-20.0

Persemaian 3.0-5.0

Sumber: Dumairy (1992).

Beberapa metode pemberian air irigasi yaitu : a. Macak-macak (Lembab)

(36)

Kondisi tanah tidak tergenang, yang dikombinasi dengan pendangiran mekanis, akan menghasilkan lebih banyak oksigen masuk ke dalam tanah dan akar berkembang lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih banyak (Uphoff 2004 dalam Sesbany 2010). Dengan SRI, kondisi tidak digenangi hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya, setelah pembungaan sawah digenangi air 1 sampai 3 cm seperti yang diterapkan di praktek tradisional. Petak sawah diairi mulai 25 hari sebelum panen

(Nissanka dan Bandara 2004 dalam Sesbany, 2010)

System of Rice Intensification (SRI) adalah sistem intensifikasi padi yang

menyinergikan tiga faktor pertumbuhan padi untuk mencapai produktivitas maksimal. Ketiga faktor tersebut adalah maksimalisasi jumlah anakan, maksimalisasi pertumbuhan akar, dan maksimalisasi pertumbuhan dengan pemberian suplai makanan, air dan oksigen yang cukup pada tanaman padi (Wiyono, 2004).

Dengan SRI, petani hanya memakai kurang dari ½ kebutuhan air pada sistem tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap lembab selama tahap vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi pertumbuhan akar. Sesekali (mungkin seminggu sekali) tanah harus dikeringkan sampai retak. Ini dimaksudkan agar oksigen dan udara mampu masuk

kedalam tanah dan mendorong akar untuk “mencari” air. Sebaliknya, jika sawah terus digenangi, akar akan sulit tumbuh dan menyebar, serta kekurangan oksigen untuk dapat tumbuh dengan subur (Ferdiansyah, 2010).

(37)

8

berkembang lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih banyak. Dengan SRI, kondisi tak tergenangi hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya, setelah pembungaan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan di praktek tradisional. Petak sawah diairi secara tuntas mulai 25 hari sebelum panen (Ferdiansyah, 2010).

b. Terputus (Intermittent)

(38)

c. Penggenangan

Tanaman padi umumnya tahan dalam genangan air, namun bila genangan itu terlalu lama maka tanaman akan mati. Hal ini karena pada saat tanaman terendam air, suplai oksigen dan karbon dioksida menjadi berkurang sehingga mengganggu proses fotosintesis dan respirasi Efek genangan sangat kompleks dan bervariasi tergantung genotip, status karbohidrat sebelum dan sesudah genangan, tingkat perkembangan tanaman pada saat terjadi genangan, tingkat dan lama, serta derajat turbiditas air genangan. Secara morfologis dan fisiologis, efek genangan dapat dicirikan dengan klorosis daun, hambatan pertumbuhan, elongasi daun dan batang yang terendam, dan kematian keseluruhan jaringan tanaman. Sebagian besar kultivar padi memperlihatkan pemanjangan batang sebagai tanggapan terhadap penggenangan. Elongasi batang selama penggenangan merupakan strategi penghindaran (escape strategy) yang memungkinkan tanaman padi untuk melakukan metabolisme secara aerob dan fiksasi CO2 dengan batangnya ke permukaan air. Selain itu, Penggenangan juga menginduksi pembentukan akar adventif dengan adanya etilen yang juga memfasilitasi pembentukan aerenkim (Rachmawati dan Retnaningrum, 2013).

(39)

10

menggunakan sumber energi dari senyawa kimia ter-oksidasi yang mudah direduksi yang berperan sebagai penerima elektron seperti NO3, SO43-, Fe3+ dan

Mn4+ (Rachmawati dan Retnaningrum, 2013).

Padi merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tergenang. Akan tetapi, kondisi genangan yang di atas normal juga akan mempengaruhi kondisi tanaman padi itu sendiri, terutama produksi padi yang dihasilkan. Perbedaan waktu dan lama penggenangan akan memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan padi sawah. Tinggi dan lamanya penggenangan secara substansial mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Tinggi genangan memberikan informasi kondisi tanah aerob atau anaerob, tetapi penelitian tentang bagaimana tinggi genangan dan lama penggenangan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan toleransi tanaman padi terhadap penggenangan masih terbatas (Rachmawati dan Retnaningrum, 2013).

Efisiensi Irigasi

(40)

Tanaman Padi Sawah Varietas Ciherang (Oriza sativa L)

Adapun Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Famili : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza

Spesies : Oryza sp. (ada 25 spesies), diantaranya: Oryza sativa L.

Oryza glabirena Steund

Sedangkan subspesies Oryza sativa L., dua diantaranya: Indica (padi bulu)

Sinica (padi cere) atau Japonica

(Saragih, 2013).

(41)

12

pemilihan varietas yang sesuai dengan lokasi pengembangan. Hal ini penting agar kerugian hasil dimasa panen dapat ditekan (Polakitan, dkk., 2011).

Saat ini terus digalakkan budidaya padi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT), agar memperoleh pertumbuhan tanaman optimal, kepastian panen, mutu produk tinggi dan kelestarian hasil. PTT menggabungkan semua komponen terpilih yang serasi dan saling komplementer maka hasil panen optimal dan kelestarian lingkungan terjaga. oleh sebab itu lokasi pengembangan padi harus disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman termasuk ketinggian tempat dpl karena sangat berpengaruh pada proses fisiologi tanaman. Bila lokasi pengembangan tepat dengan syarat tumbuh tanaman maka hasil tanaman akan mencapai potensi genetiknya sehingga perlu dicari varietas VUB yang cocok pada lokasi spesifik (Polakitan, 2011)

(42)

homosigot (terisi oleh gen yang sama), maka dikatakan galur tersebut telah murni (galur murni) dan akan melakukan penyerbukan sendiri menghasilkan keturunan yang seragam dan sama persis dengan pertanaman generasi sebelumnya. Galur-galur murni terbaik sesuai dengan tujuan pemuliaan dilepas sebagai varietas unggul. Varietas padi demikian adalah merupakan varietas padi inbrida (galur murni). Contohnya adalah PB5, PB8, IR-64, Cisadane, Ciherang, Widas, Wayapoburu, Cimelati, Gilirang, dan lain-lain.

Sifat-sifat baik yang harus dimiliki oleh padi jenis unggul antara lain: 1. produksi tinggi

2. umur tanam pendek

3. tahan terhadap hama\penyakit 4. tahan rebah dan tidak mudah rontok 5. mutu beras baik

6. rasanya enak. (Sugeng, 2001).

(43)

14

a. Syarat Tumbuh

1. Suhu

Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadiakibat tidak membukanya bakal biji (Siregar,1981).

2. Iklim

Dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C.

3. Media Tanam

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.

4. Ketinggian Tempat

Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl

(44)

Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia. Tanaman padi dapat tumbuh di lahan yang pasang surut. Hanya saja padi yang ditanam di lahan ini haruslah yang toleran terhadap keadaan air yang asin. Hal ini disebabkan masuknya air laut ke lahan pertanaman padi (Suparyono dan Setyono, 1997).

b. Produktivitas Total

Upaya peningkatan produktivitas tanaman padi menghadapi berbagai kendala faktor lingkungan. Fluktuasi ketersediaan air merupakan masalah dalam pertumbuhan padi. Ketersediaan air yang cukup merupakan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Tanaman padi membutuhkan volume yang berbeda-beda untuk setiap fase pertumbuhannya. Air memiliki peranan yang sangat penting pada saat pembentukan anakan dan inisiasi malai, menge-mukakan bahwa status air nyata mempengaruhi jumlah anakan, pemanjangan ruas dan pengisian biji. Status air juga mempengaruhi pembentukan anakan pertumbuhan akar dan penyerapan mineral (Rachmawati dan Retnaningrum, 2013).

(45)

16

fotosintesis sebagai akibat dari menutupnya stomata, pembatasan berkenaan dengan metabolisme dan kerusakan pada koroplas (Sulistyono, dkk., 2012). Evaporasi Potensial

Evaporasi adalah proses menguapnya air dari permukaan daratan dan permukaan lautan menuju atmosfer bumi. Besar kecilnya evaporasi dipengaruhi oleh faktor-faktor suhu air, suhu udara, kelembaban tanah, kecepatan angin, tekanan udara, dan sinar matahari.Suhu air, suhu udara, dan sinar matahari berbanding lurus dengan besarnya evaporasi.Sementara kelembaban tanah, kecepatan angin, dan tekanan udara berbanding terbalik dengan besarnya evaporasi (Dumairy, 1992).

Cara yang paling banyak digunakan untuk mengetahui volume evaporasi dari permukaan air bebas adalah dengan menggunakan panci evaporasi. Beberapa percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa evaporasi yang terjadi dari panci evaporasi lebih cepat dibanding dari permukaan air yang luas. Untuk itu hasil pengukuran dari panci evaporasi harus dikalikan dengan suatu koefisien seperti terlihat pada rumus dibawah ini

E = k x Ep ... (1) dimana :

E = evaporasi dari badan air (mm/hari) k = koefisien panci (0,7)

Ep= evaporasi dari panci (mm/hari)

koefisien panci bervariasi menurut musim dan lokasi, yaitu berkisar antara 0,6 sampai 0,8. Biasanya digunakan koefisien panci tahunan sebesar 0,7.

(46)

Evapotranspirasi Tanaman

Peristiwa berubahnya air menjadi uap air dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut dengan evaporasi, peristiwa penguapan air dari tanaman disebut dengan transpirasi. Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air (consumptive use). Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari dan lain lain (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).

Evapotranspirasi adalah penguapan dari seluruh air , tanah, salju, es, tumbuh tumbuhan, permukaan permukaan lain ditambah transpirasi. Evapotranspi rasi potensial yang dikenalkan oleh thornthwaite didefinisikan sebagai kehilangan air yang akan terjadi, bila tidak pernah terdapat kekurangan air dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman. Evapotranspirasi potensial tidak bergantung pada sifat ataupun keadaan permukaannya, kecuali berkenaan dengan kelengasan yang tersedia ataupun harus ditetapkan dalam besaran permukaan yang khusus (Linsley, dkk., 1989).

Beberapa istilah yang berkaitan dengan evapotranspirasi adalah:

1. Evapotranspirasi (ET) adalah peristiwa evaporasi total yang ditambah dengan transpirasi.

(47)

18

3. Evapotranspirasi rujukan (reverence evapotranspiration, = ETo) laju evapotranspirasi dipermukaan bumi yang luas dengan ditumbuhi rumput hijau setinggi 8-15 cm, yang masih aktif tumbuh terhampar menutupi seluruh permukaan dibumi dengan albedo = 0,23 dan tidak kekurangan air. Hubungan antara ETp dan ETo dari suatu kawasan dengan vegetasi bermacam jenis:

………(2)

Nilai Kv adalah koefisien dari seluruh jenis vegetasi (vegetation coefficient). 4. Evapotranspirasi tanaman (consumptive water requirement, crop water

requirement, consumptive use = Etc) adalah tebal air yang dibutuhkan untuk

keperluan evapotranspirasi suatu jenis tanaman pertanian tanpa dibatasi oleh kekurangan air. Hubungan antara Etc dan ETo untuk jenis tanaman tertentu adalah:

………...(3)

Nilai Kc adalah koefisien tanaman (crop coefficient)

5. Evapotranspirasi aktual (actual evapotranspiration, = Eta) adalah evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya sesuai dengan keadaan persediaan air/kelembaban tanah yang tersedia. Nilai ETa = ETp apabila persediaan air tidak terbatas. Maka hubungannya adalah:

………....(4) (Soewarno, 2000).

(48)

apabila tersedia cukup air.Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Et0 dikalikan

dengan suatu koefisien tanaman.

ET = kc x Et0 ... (5)

Dimana :

ET = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

Et0 = Evaporasi tetapan / tanaman acuan(mm/hari)

kc = Koefisien tanaman (Limantara, 2010).

Kebutuhan air tanaman yang terbesar terdapat pada periode tengah pertumbuhan dan kebutuhan air tanaman terkecil terdapat pada periode awal pertumbuhan. Hal ini karena tanaman akan lebih banyak membutuhkan air pada periode tengah pertumbuhan karena pertumbuhan vegetatif tanaman maksimal terjadi pada periode ini. Selain itu luas permukaan tanaman pada periode ini sudah mencapai maksimum sehingga penguapan lebih besar. Sedangkan pada periode awal, evapotranspirasi lebih rendah karena tanaman masih kecil sehingga luas permukaan tanaman untuk melakukan penguapan lebih kecil

(Islami dan Utomo, 1995).

Koefisien Konsumtif Tanaman (Kc)

(49)

20

Koefisien tanaman bergantung dari tiap jenis tanaman, dan nilainya bervariasi menurut umur tanaman. Koefisien tanaman untuk padi dalam pelaksanaan salah satu kegiatan proyek irigasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Sumber: Dep. PU (1987) dalam Soewarno (2000) Perkolasi

Perkolasi merupakan proses masuknya air kedalam tanah setelah

terjadinya infiltrasi (keluar daerah perakaran) yang dalam hal ini berpengaruh potensial tekanan. Semakin besar daya resap tanah, maka semakin kecil luas daerah peresapan yang diperlukan umtuk sejumlah air tertentu (Soemarto, 1995).

Daya perkolasi p adalah laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh, yang terletak di antara permukaan tanah dengan permukaan air tanah. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum zona tidak jenuh mencapai kapasitas lapang (field capacity). Perkolasi mempunyai arti penting dalam teknik pengisian buatan

(artificial recharge) yang memerlukan proses infiltrasi terus menerus. Persamaan untuk perkolasi dengan rumus:

(50)

dimana :

h1 = tinggi air awal

h2 = tinggi air akhir

t1 = waktu awal

t2 = waktu akhir

(Soemarto, 1995). Berat Kering Tanaman

Produksi tanaman bisa diukur dengan menghitung bobot kering tanaman tersebut. Setelah tanaman dicuci (dikontaminasi) selanjutnya diekringkan pada oven pengering. Pengeringan dioven ini bertujuan untuk mengurangi dan menghentikan proses biokimia tanaman, terutama aktifitas enzim. Aktifitas enzim tanamaan dapat dihentikan dengan mengovenkan pada temperatur 600C hingga 800C, tetapi pada temperatur yang lebih tinggi dapat mengubah unsur hara yang akan dianalisis. Oleh sebab itu, disarankan untuk mengovenkan tanaman pada tempertaur ± 700C selama 48 jam (Mukhlis, 2007).

Rumah Kaca dan Kondisi Lingkungan

(51)

22

hias dan buah - buahan.Pada rumah kaca, sinar matahari dapat masuk dengan leluasa karena dinding dan atap pada rumah kaca di rancang khusus dari bahan kaca yang transparan.Sehingga dapat dikatakan cahaya yang berasal dari matahari dapat dimanfaatkan secara optimal. Telah disebutkan sebelumnya bahwa cahaya matahari mutlak diperlukan oleh setiap jenis tumbuhan hijau untuk proses fotosintesis. Dengan adanya cahaya matahari pada rumah kaca maka proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan pada rumah kaca dapat berlangsung dengan baik dan tanaman juga dapat menghasilkan produksi yang baik pula (Wulandari, 2010).

Dalam rumah kaca faktor iklim mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman. Iklim merupakan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keduanya dan dapat direkayasa oleh manusia. Tanaman tidak dapat bertahan dalam iklim yang buruk, kalaupun dapat bertahan tidak akan dapat diharapkan hasil panen yang optimal. Secara umum iklim dalam green house yang baik dicirikan oleh temperatur, penyinaran matahari,

(52)
(53)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas pangan pokok bangsa Indonesia. Sampai saat ini beras merupakan bahan pangan yang hampir selalu muncul dalam menu sehari-hari. Beras mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi yang terbesar (Khumaidi, 2008). Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Umumnya usaha tani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian pedesaan.

Sejak awal tahun 2007 pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan produksi beras sebesar 2 juta ton pada tahun 2007 dan selanjutnya meningkat 5% per tahun hingga tahun 2009. Untuk mencapai target atau sasaran tersebut maka diluncurkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan mengimplementasikan 4 (empat) strategi yaitu (1) peningkatan produktivitas, (2) perluasan areal, (3) pengamanan produksi, dan (4) kelembagaan dan pembiayaan serta peningkatan koordinasi (Saragih, 2014).

Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian melalui panca usahatani adalah pengairan. Air adalah salah satu syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat dari hujan atau mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak. Pengairan meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman di dalamnya juga termasuk drainase. Pengairan sering disebut irigasi yang terdiri dari irigasi teknis, setengah teknis, dan irigasi sederahana (Mubyarto, 1985).

(54)

Upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi yang tinggi lebih banyak dilakukan, diantaranya adalah mengembangkan varietas unggul seperti Padi Ciherang, Makongga dan Situ Bagendit. Keunggulan produksi yang tinggi hendaknya juga diikuti dengan konsumsi air yang selalu lebih sedikit dibandingkan dengan varietas yang telah dikembangkan lebih dahulu dalam upaya meningkatkan efisiensi pemakaian air. Kebutuhan air bagi tanaman padi meliputi untuk pengolahan tanah, penguapan, evapotranspirasi dan perkolasi.

Salah satu varietas padi yang saat ini paling banyak ditanam petani adalah varietas Ciherang, karena cocok ditanam dimusim hujan dan kemarau serta tahan terhadap hama wereng coklat dan penyakit hawar, maka varietas ini disukai oleh banyak petani. Di Sumatera, tanaman padi varietas Ciherang mendominasi dengan luas tanam 1.548.934 (ha) dan dengan persentase 45,83% pada tahun 2012

( Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2013).

Untuk padi varietas Ciherang penggenangan air terus menerus pada tanaman padi menyebabkan kekurangan kadar oksigen dalam tanah sehingga terbentuknya senyawa-senyawa beracun dalam tanah seperti : Al, Fe, asam-asam organik, dan H2S, yang dapat meracuni tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil ( Hardjowigeno dan Rayes 2005). Tanaman padi dapat bertahan hidup dengan kondisi air yang tergenang, tetapi tidak tumbuh dengan subur dibawah kondisi hypoxia (kekurangan oksigen) .

Pada kondisi penggenangan air terus menerus,tanaman padi menghabiskan banyak energi untuk mengembangkan kantong-kantong udara (jaringan Aerenchyma) dalam akar-akarnya. Akibatnya 75 persen dari ujung-ujung akar

(55)

3

padi mengalami degenerasi menjelang periode berbunga, akibatnya pembentukan anakan berkurang (Sesbany, 2010).

Tantangan lain dalam budidaya padi sawah adalah perubahan cuaca di Indonesia mengalami perubahan yang cukup dinamis. Salah satu kondisi yang dirasakan adalah semakin meningkatnya suhu udara dan tidak seimbangnya jumlah air di musim kemarau dan musim hujan. Masyarakat mengalami kekurangan air di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Suhu yang makin tinggi berpengaruh pada peningkatan evaporasi dan evapotranspirasi pada akhirnya menipisnya ketersediaan air. Sementara itu, petani tidak cukup mampu beradaptasi terhadap perubahan cuaca yang ditandai dengan tidak berubahnya pola penggunaan air pada padi sawah yang makin terbatas jumlahnya (Sesbany, 2010).

Kebiasaan petani menggenangi sawahnya terus menerus dari sejak bibit padi ditanam sampai tanaman mendekati waktu panen, baik pada pertanaman musim hujan maupun musim kemarau. Cara seperti ini menunju kkan bahwa penggunaan air irigasi tidak efisien (boros) , sehingga kebutuhan air padi sawah mulai penanaman sampai panen antara 800 sampai 1200 mm, dengan konsumsi 6 sampai 10 mm per hari ( Kung dan Atthayodhin 1968 dalam De Datta 1981). Untuk memproduksi satu kilogram padi dibutuhkan tiga sampai lima liter air .

Untuk memecahkan masalah tersebut, maka perlu adanya perbaikan pada teknologi dalam budidaya padi yaitu dalam teknik pemberian air agar dapat menghemat penggunaan air namun tetap dengan produktifitas padi yang tinggi dengan menggunakan bibit unggul varietas Ciherang.

(56)

Tujuan Penelitiaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa metode pemberian air padi sawah (Oriza sativa l) varietas Ciherang di rumah kaca, terhadap nilai evapotranspirasi, nilai koefisien tanaman, perkolasi, berat kering tanaman, dan berat bulir padi.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan metode pemberian air padi sawah (Oriza sativa l) varietas Ciherang .

3. Bagi masyarakat, diharapkan berguna bagi petani untuk mengetahui produktivitas dari tanaman padi varietas Ciherang dengan berbagai metode pemberian air.

(57)

ABSTRAK

RIZA REVITA PINEM: Kajian Metode Pemberian Air Padi Sawah (Oriza sativa L) Varietas Ciherang di Rumah Kaca, dibimbing oleh SUMONO dan NAZIF ICHWAN.

Pemberian air padi sawah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa metode pemberian air padi sawah (Oriza sativa L) varietas ciherang di rumah kaca. Parameter yang diamati adalah evapotranspirasi tanaman, evaporasi potensial, koefisien tanaman, perkolasi, berat bulir padi dan dan berat kering tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan nilai evapotranspirasi tanaman untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 1,54 mm/hari, 1,60 mm/hari, dan 1,71 mm/hari. Nilai rata-rata evaporasi potensial mulai dari fase vegetatif hingga pemasakan sebesar 1,62 mm/hari. Nilai koevisien tanaman untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 0,95, 0,99 dan 1,06. Nilai perkolasi untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 1,83 cm/hari, 1,3 cm/hari dan 3,36 cm/hari. Berat kering tanaman untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 87,5 g, 84,1 g dan 77,5 g dan berat bulir padi untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 50 g, 43,3 g dan 30 g.

Kata kunci: Padi ciherang, evapotranspirasi, pemberian air, koefisien tanaman, perkolasi.

ABSTRACT

RIZA REVITA PINEM. Study of Various Provison of water paddy Methods (Oryza Sativa L) Ciherang Variety Rice in Green House. Supervised by SUMONO and NAZIF ICHWAN.

The provision of water paddy is very influental to rice growth and production. This research was aim to study various provision of water paddy methods (Oryza Sativa L) ciherang variety rice in greenhouse. Parameters that observed was evapotranspiration value, potential evaporation, crop coefficient, percolation, grains weight and dry plant weight.

The results show the value of crop evapotranspiration for intermitent method, humid and flooding in a row with an average of 1.54 mm / day, 1.60 mm / day, and 1.71 mm / day. The average value of potential evaporation from vegetative phase to the ripening of 1.62 mm / day. The value of the plant's method of intermitent koevisien , humid and flooding in a row by an average of 0.95, 0.99 and 1.06. The value percolation to intermitent method, humid method and flooding method in a row with an average of 1,83 cm / day, 1 , 3 cm / day and 3.36 cm / day. The plant's dry weight intermitent method, humid and flooding in a row by an average of 87.5 g, 84.1 g and 77.5 g and the weight of grains rice to intermitent methods, humid method and flooding in a row by an average of 50 g, 43.3 g and 30 g.

Keywords : Ciherang rice, water provision, evapotranspiration, crop coefficient, percolation.

(58)

KAJIAN BEBERAPA METODE PEMBERIAN AIR PADI SAWAH

(oriza sativa L) VARIETAS CIHERANG di RUMAH KACA

DRAFT

OLEH :

RIZA REVITA PINEM

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(59)

KAJIAN BEBERAPA METODE PEMBERIAN AIR PADI SAWAH

(oriza sativa L) VARIETAS CIHERANG di RUMAH KACA

DRAFT

OLEH :

RIZA REVITA PINEM

110308013/KETEKNIKAN PERTANIAN

Draft sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar hasil penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S) (Nazif Ichwan, STP, M.Si) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(60)

ABSTRAK

RIZA REVITA PINEM: Kajian Metode Pemberian Air Padi Sawah (Oriza sativa L) Varietas Ciherang di Rumah Kaca, dibimbing oleh SUMONO dan NAZIF ICHWAN.

Pemberian air padi sawah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa metode pemberian air padi sawah (Oriza sativa L) varietas ciherang di rumah kaca. Parameter yang diamati adalah evapotranspirasi tanaman, evaporasi potensial, koefisien tanaman, perkolasi, berat bulir padi dan dan berat kering tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan nilai evapotranspirasi tanaman untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 1,54 mm/hari, 1,60 mm/hari, dan 1,71 mm/hari. Nilai rata-rata evaporasi potensial mulai dari fase vegetatif hingga pemasakan sebesar 1,62 mm/hari. Nilai koevisien tanaman untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 0,95, 0,99 dan 1,06. Nilai perkolasi untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 1,83 cm/hari, 1,3 cm/hari dan 3,36 cm/hari. Berat kering tanaman untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 87,5 g, 84,1 g dan 77,5 g dan berat bulir padi untuk metode terputus, macak-macak dan penggenangan berturut-turut dengan rata-rata 50 g, 43,3 g dan 30 g.

Kata kunci: Padi ciherang, evapotranspirasi, pemberian air, koefisien tanaman, perkolasi.

ABSTRACT

RIZA REVITA PINEM. Study of Various Provison of water paddy Methods (Oryza Sativa L) Ciherang Variety Rice in Green House. Supervised by SUMONO and NAZIF ICHWAN.

The provision of water paddy is very influental to rice growth and production. This research was aim to study various provision of water paddy methods (Oryza Sativa L) ciherang variety rice in greenhouse. Parameters that observed was evapotranspiration value, potential evaporation, crop coefficient, percolation, grains weight and dry plant weight.

The results show the value of crop evapotranspiration for intermitent method, humid and flooding in a row with an average of 1.54 mm / day, 1.60 mm / day, and 1.71 mm / day. The average value of potential evaporation from vegetative phase to the ripening of 1.62 mm / day. The value of the plant's method of intermitent koevisien , humid and flooding in a row by an average of 0.95, 0.99 and 1.06. The value percolation to intermitent method, humid method and flooding method in a row with an average of 1,83 cm / day, 1 , 3 cm / day and 3.36 cm / day. The plant's dry weight intermitent method, humid and flooding in a row by an average of 87.5 g, 84.1 g and 77.5 g and the weight of grains rice to intermitent methods, humid method and flooding in a row by an average of 50 g, 43.3 g and 30 g.

Keywords : Ciherang rice, water provision, evapotranspiration, crop coefficient, percolation.

(61)

RIWAYAT HIDUP

Riza Revita Pinem dilahirkan di Medan pada tanggal 24 April 1993, dari Ayah Rencana Pinem dan Ibu Rosmerita br Ginting. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 17 Medan dan pada tahun 2011 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN-Undangan). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) FP USU. Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama satu bulan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Rambutan, Kota Madya Tebing Tinggi, Sumatera Utara dari tanggal 07 juli 2014 sampai 07 Agustus 2014.

(62)

i

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan draft dengan judul

Kajian Beberapa Metode Pemberian Air Padi Sawah (oriza sativa L) Varietas Ciherang di Rumah Kaca” yang merupakan salah satu syarat untuk membuat skripsi di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Nazif Ichwan , STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan draft ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa draft ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga draft ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2016

Penulis

(63)

ii

Tanaman Padi Sawah Varietas Ciherang (oriza sativa L) ... 11

Syarat Tumbuh ... 13

Produktivitas total ... 15

Evaporasi Potensial ... 16

Evapotranspirasi Tanaman ... 17

Koefisien Konsumtif Tanaman (Kc) ... 19

Perkolasi ... 20

Berat Kering Tanaman ... 21

Rumah Kaca dan Kondisi Lingkungan ... 21

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

Alat dan Bahan Penelitian ... 23

(64)

iii No.

1. Jumlah Kebutuhan Air Per Hari Tanaman Padi Sawah Berdasarkan

Jenis Kebutuhannya ... 6

2. Koefisien tanaman padi ... 20

3. Nilai Evapotranspirasi tanaman (Etc) ... 28

4. Nilai Evaporasi potensial (Eto) ... 29

5. Nilai koefisien tanaman padi (Kc) ... 30

6. Perkolasi tanaman padi ... 31

7. Berat basah dan berat kering tanaman padi ... 32

8. Nilai berat bulir padi ... 32

(65)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal No.

1. Flowchart penelitian ... 38

2. Perhitungan Nilai Evapotranspirasi Tanaman (Etc) ... 39

3. Perhitungan Nilai Koefisien Tanaman Padi (Kc) ... 40

4. Data suhu harian rumah kaca ... 41

5. Data penurunan evapopan ... 45

6. Perhitungan nilai Evaporasi potensial (Eto) ... 48

7. Perhitungan Perkolasi ... 49

8. Produksi tanaman padi ... 50

9. Berat basah dan berat kering tanaman padi ... 51

10.Analisis sidik ragam berat kering tanaman padi ... 52

11.Analisis sidik ragam berat bulir padi ... 53

12.

Foto penelitian ... 54

Gambar

Tabel 5. Nilai Koefisien Tanaman Padi (Kc) Koefisien tanaman (kc)
Tabel 6. Perkolasi Tanaman Padi Metode pemberian air
Tabel 7. Berat Kering dan Berat Basah Tanaman Padi Metode pemberian air Berat basah (g)
Tabel 1. Jumlah Kebutuhan Air Per Hari Tanaman Padi  Sawah Berdasarkan Jenis Kebutuhannya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Varietas Ciherang memiliki nilai berat kering tanaman dan produksi bulir padi yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Situ Bagendit dan Makongga... Perlu penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya air yang diberikan pada setiap sistem pemberian air padi sawah dengan lima sistem pemberian air yaitu metode tradisional

Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pengaruh beberapa varietas padi terhadap pemberian jenis pupuk diperoleh faktor varietas padi

Hasil analisis menunjukkan perlakuan benih terhadap jumlah malai per rumpun pada beberapa varietas tanaman padi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, namun

Hasil percobaan yang disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 1, menunjukkan bahwa pemberian air terputus yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan respon yang

padi diatas ditanam pada lahan yang sebaliknya, padi akan tetap tumbuh tetapi.. hasilnya tidak seperti

Gambar Ring Sample Yang Digunakan Dalam Penetapan Bulk Density Dan Pemanenan Bulir Pada Tanaman Padi Fase Akhir Generatif.. Peta Pengambilan Sampel

Nilai F-Hitung tersebut masih lebih besar daripada nilai F- Tabel hal ini menunjukkan bahwa semua faktor produksi yang digunakan dalam usahatani padi sawah yang meliputi