• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Responden

37 orang tua muda yang memiliki anak usia 4-6 tahun di Jakarta Barat 4.1.1 Tabel Umur Orang Tua

umur Ibu Bapak

20-25 4 3

26-30 15 5

31-35 12 10

36-40 6 19

4.1.3 Tabel Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ibu pekerjaan Bapak

IRT 13 Karyawan 21 Guru 4 Buruh 3 Buruh 3 Guru 3 Wirausaha 4 PNS 2 Perawat 1 Akuntan 1 Pramugari 1 Kontraktor 1 Dokter gigi 1 wirausaha 3 Karyawan 10 security 1

Dubber 1

OB 1

4.1.2 Tabel Pendidikan Orang Tua pendidikan Ibu Bapak

SD 1 2 SMP 4 2 SMA Sederajat 17 17 D1 dan D3 3 2 S1 11 9 S2 1 4

(2)

4.2 Gambaran Umum Hasil Penelitian 4.2.1 Hasil Penelitian Dari Pihak Ibu

4.2.1.1 Cara Mengasuh Seperti Yang Sesuai Dengan Anak Usia 4-6 Tahun

Gambar 4.2.1.1.1 Cara Mengasuh Yang Sesuai Menurut Ibu

Berdasarkan diagram di atas dapat di katakan bahwa cara pengasuhan yang sesuai adalah dengan memberikannya pendidikan formal ataupun informal di lihat dari banyaknya yang menjawab seperti menyekolahkannya, mengajarinya sambil bermain atau bernyanyi, memberikan les, mengenal huruf, abjad, hitungan, bentuk, warna atau cara membacanya, yang kedua adalah memberikan kasih sayang kepada anak mereka dengan sepenuh hati, ketiga orang tua yang memberikan hal positif kepada anaknya seperti

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

mendidik / meberi pendidikan kasih sayang

memberikan hal positif sabar

ajaran agama bebas dalam memilih mengajarkan kebersihan disiplin

mandiri perhatian

memberikan asupan gizi cinta

(3)

berperilaku yang baik, berbicara halus dan baik agar anak mengikuti yang baiknya.

Selanjutnya, orang tua harus sabar dalam menghadapi anak mereka sehingga terhindarnya tindakan kekerasan, lalu ada orang tua mengajarkan ilmu agama seperti mengaji, sholat berjamaah, mengenal huruf Al-Quran, moral, selanjutnya membiarkan anak bebas memilih keinginan atau apa yang ingin mereka lakukan selagi orang tua bisa memantau, hal itu akan membuat anak bebas untuk bergerak dan mengeksplor lingkungannya, lalu ada mandiri dan disiplin di mana orangtua mengajarkan anak untuk bisa melakukan banyak hal sendiri seperti mandi, makan, mencuci tangan, berpakaian sendiri dan melakukan hal dengan tepat waktu dan sesuai aturan, selanjutnya ada perhatian, memberikan asupan gizi dan cinta. Orang tua selain memberikan kasih sayang sepenuh hati juga mereka harus merawat dengan penuh cinta dan memberikan asupan gizi yang sesuai untuk anak mereka agar anak mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Indikator lain yang tidak ada di dalam diagram karena hanya sedikit ibu yang menjawabnya seperti orang tua memberikan arahan kepada anaknya mana yang baik atau buruk untuk di lakukan mereka, untuk membentuk karakter atau kepribadian anak, menerapkan kejujuran, tanggung jawab, aturan untuk kurang dalam bermain gadged, memberikan motivasi dalam berinisiatif dan berimaginasi, menjadi sosok yang teladan, tegas, konsisten

(4)

dalam memberikan hukuman dan hadiah, mengikuti bakat yang di miliki anak dan menjadikan orang tua sebagai seorang sahabat.

4.2.1.2 Apa Yang Sudah Orang Tua Terapkan Dalam Pengasuhan

Gambar 4.2.1.2.1 Yang Sudah di lakukan Ibu

Bedasarkan diagram diatas, dapat dijabarkan bahwa hampir seluruh ibu sudah menerapkan ajaran atau pendidikan agama seperti mengaji, baca doa setiap melakukan apapun, solat kepada anak mereka lalu dimemberikan pendidikan atau mendidik anak mereka seperti melakukan permainan daya ingat dan hitungan, mengenal abjad dengan gambar dan lagu, mengenal bentuk, warna dan binatang, menyekolahkan, mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan, menyiapkan tas, lebih memberitahu anak untuk berbuat baik

12 5 6 4 4 3 5 4 3 ajaran agama berbuat baik (tidak nakal)

mendidik memberikan yang terbaik

terapkan reward dan punishment mengajarkan kebersihan memberikan contoh mendukung kegiatan anak displin

(5)

seperti tidak nakal dan jail ketika main, tidak main yang aneh-aneh, lalu orang tua juga memberikan contoh yang positif kepada anaknya seperti menggunakan kata-kata yang mudah di mengerti anak, sopan santun terhadap sesama dan orang yang lebih tua, selalu memberikan yang terbaik untuk anak dalam hal apapun, menerapkan punishment dan reward yang sesuai dan wajar serta konsisten, selalu mendukung kegiatan anak seperti melakukan hobi atau bakatnya, menemani bermain atau aktifitas anak yang lain, dan mengajarkan disiplin, mandiri dan menjaga kebersihan seperti merapikan mainan sendiri, merapikan buku, hidup sehat, cuci tangan dan olahraga.

Indikator lain yang tidak ada di diagram tetapi disebutkan oleh ibu di antaranya memberikan waktu dan perhatian yang cukup, memberikan nutrisi yang cukup, bangun pagi untuk ke sekolah, bertanggung jawab, tidur tidak malam, selalu tepati janji, membebaskan anak untuk memilih, mengakui kesalahan, pola asuh yang di terapkan, mendengar dan merespon anak, memberikan arahan berupa apa yang baik dan buruk bagi anak, melakukan kegiatan di luar rumah seperti bermain, berwisata alam, lalu di ajarkan untuk belajar berbagi kesesama, di ajarkan untuk lebih tenang, dan memberikan fasilitas dan kebutuhan sehari-hari.

(6)

4.2.2 Hasil Penelitian Dari Pihak Bapak

4.2.2.2 Cara Mengasuh Seperti Apa Yang Sesuai Untuk Anak Usia 4-6 Tahun

Gambar 4.2.2.2.1 Cara Mengasuh Yang Sesuai Menurut Bapak

Bedasarkan diagram di atas dapat di jabarkan bahwa hampir keseluruhan bapak berpendapat konsep yang paling sesuai untuk anak usia 4-6 tahun adalah yang paling banyak dengan mengajarkan ajaran agama seperti mengaji, solat, mengenal huruf Al-Quran, menghormati agamanya, lalu memberikan pendidikan lain seperti menyekolahkan, selanjutnya ada memberikan kasih sayang dengan sepenuh hati, lalu ada mengajarkannya sopan santun seperti menghormati orang tua, memiliki tata krama dalam

0 1 2 3 4 5 6 7 8 8 6 5 5 5 3 3

bersosialisasi membebaskan anak bereksplorasi

contoh yang baik sopan santun

kasih sayang pendidikan

(7)

berbicara dan bertindak, lalu ada orang tua memberikan contoh yang baik seperti mengucapkan kata-kata yang positif, bertanggung jawab, disiplin dan mandiri, lalu membiarkan anak untuk bebas bereksplorasi lingkungan dan hal yang belum pernah anak lakukan dan mengajarkan dan membiarkan anak bersosialisasi dengan teman-temannya dan lingkungannya.

Hal-hal lain yang tidak di tampilkan dalam diagram adalah orangtua memberikan kehidupan yang layak untuk anaknya, adanya cinta kasih orang tua, menjaga pola makan dan minumnya, menafkahi, memiliki kedekatan dan keterlibatan orang tua dalam kegiatan anak, luangkan waktu mereka untuk anaknya, menerapkan punishment dan reward secara adil, terbuka dalam berpendapat dan selalu memberikan penjelasan disetiap arahan atau larangan.

(8)

4.2.2.3 Apa Yang Sudah Di Terapkan Dalam Pengasuhan

Gambar 4.2.2.3.1 Yang Sudah di lakukan Bapak

Berdasarkan data yang ada di diagram, dapat di jabarkan bahwa hampir seluruh bapak sudah melakukan dalam pengsuhan dengan memberikan ajaran ajaran-ajaran agama seperti solat, mengaji, menghafal doa-doa pendek kepada anaknya, lalu ada memberikan pendidikan untuk anaknya seperti menyekolahkan, mengenalkan angka dan abjad, menggambar, di les-kan, lalu ada menjadikan anak mandiri dengan melakukan hal-hal kecil sendiri seperti memakai baju, makan, merapikan mainan, mandi, lalu ada mengajarkan sopan santun seperti mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih, menggunakan bahasa sopan, memanggil orang tua dengan santun,

0 5 10 15 20 mencukupi kebutuhannya 3 kasih sayang 5 sopan santun 6 menjadi mandiri 9 pendidikan 10 ajaran agama 15

(9)

selanjutnya ada memberikan kasih sayang kepada anak dan mencukupi semua kebutuhan anak.

Hal lain yang disebutkan oleh bapak tapi tidak ada di dalam diagram antaranya menjadi teman diskusi, memberi anak kepercayaan untuk berbuat sesuatu, membimbing dan mengarahkan anak, memberikan contoh yang baik kepada anak seperti disiplin, bangun pagi, bertanggung jawab, berani, memahami dan mengerti anak, menjadi teman bermain, menyayangi sesama dan mahluk hidup lain, membiarkan anak berekslporasi seperti mengenal alam dan lingkungannya, menerapkan punishment dan reward, dan selalu melakukan pendekatan yang intensif.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data sebelumnya, dapat di analisa berdasarkan per-pertanyaan yang ada di dalam questioner menurut ibu dan bapak yang sesuai dengan aspek-aspek praktik pengasuhan. Berdasarkan hasil yang di dapat di temukan bahwa adanya kesamaan dengan aspek praktik pengasuhan menurut Marı´a Jose´ Rodrigo, Sonia Byrne, dan Beatriz Rodrı´guez (2014) yaitu adanya nurturing, structuring, stimulation, recognition, empowerment dan free from violence.

(10)

4.3.1 Menurut Pendapat Ibu

4.3.1.1 Cara Mengasuh Yang Sesuai Untuk Anak 4-6 Tahun

Dalam pertanyaan ini, ibu berpendapat bahwa cara yang sesuai adalah adanya proses nurturing, menerapkan structuring, memberikan stimulation, lalu ada recognition dari orang tua, adanya kuasa (empowerment) orang tua dalam memberikan pengaruh ke anak mereka dan tidak melibatkan kekerasan di dalamnya.

Cara mengasuh yang sesuai menurut ibu untuk anak 4-6 tahun adalah adanya merawat dengan sabar, penuh kasih sayang cinta, makan atau memberikan asupan gizi secara teratur dan hindarkan kotoran seperti mandi sehari tiga kali.

“harus menjaga dan melihat selagi anak sedang main takutnya mainannya berbahaya” (EUS)

“makan teratur, mandi 3x sehari, hindari dari kotoran” (KR)

“merawat dengan sabar, memberikan kasih sayang kepada anak saya, pengasuh juga harus bersih supaya anak saya juga mengikuti pengasuh yang selalu bersih” (GBY)

(11)

Adanya structuring atau penataan, di mana ibu berpendapat bahwa cara mengasuh yang tepat juga menerapkan kebiasaan dan keseharian yang baik sesuai dengan aturan dan batasan yang jelas seperti di antaranya ada konsisten dalam menerapkan hukuman dan pemberian hadiah, mengajarkan kemandirian, sopan santun, tidak boros, jujur, disiplin dan bertanggung jawab

“Diajarkan untuk mandiri, diajarkan untuk jujur” (RTN)

“Tegas, tetap ikuti yang dia mau, konsisten dan sabar” (NL)

“Disiplin dalam hal apapun” (KKM)

Adanya stimulation atau stimulasi yaitu memberikan dukungan pembelajaran informal dan formal untuk anak-anak seperti mengajarkan anak belajar sambil bermain dan bernyanyi, memberikan pengarahan (boleh dan tidak boleh), terampil dalam bersosialisasi, memberikan les.

“untuk usia 4-6 tahun masih dalam tahap bermain sambil belajar” (SK)

(12)

“menstimulasi anak dengan memberi beberapa kegiatan diluar sekolah/les” (FR)

“Memberitahu mana yang boleh dan tidak dan memberikan penjelasan dan pengarahan” (RN)

Memberikan kesempatan anak di stimulasi seperti memberikan pelajaran formal dan informal yang akan merangsang kemampuan kognitif, sosial, anak akan belajar untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa dan akan mengasah kemampuan yang ada diri anak itu sendiri.

Adanya recognition atau pengakuan dari orang tua atas dunia yang di miliki anak mereka seperti memberanikan anak untuk berpendapat, memberikan motivasi kepada anak dan adanya diskusi antara orang tua dengan anak.

“konsep keterbukaan: anak diajarkan untuk memberikan pendapat dan orangtua mendengarkan” (SS)

(13)

“memberikan motivasi untuk berinisiatif dan berimajinasi” (S)

Recognition pada orang tua menimbulkan anak merasa di respon dan di perhatikan oleh orang tua meraka, merasa di akui dan di terima. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa saling menghargai dalam keluarga. Anak tidak akan takut untuk menunjukan keinginan dan ketertarikan pada suatu hal jika orang tua mereka menerima hal baik itu dengan terbuka.

Adanya empowerment atau pemberdayaan. Orang tua menampilkan diri bahwa mereka mempunya pengaruh besar untuk perkembangan terutama kemampuan atau kekuatan yang anak miliki untuk di kembangkan lebih jauh.

“memberikan kesempatan anak untuk mengeksplor lingkungan” (FR)

“Mengikuti bakat anak tanpa membatasinya, karena diusia ini banyak yang ingin anak coba, kita mendukungnya dengan positif.” (DSY)

Memberikan kesempatan pada anak untuk dapat menggali bakat dan kemampuan dirinya dengan cara orang tua membebaskan anak untuk bereksplor dan memperdalam bakatnya membuat anak lebih aktif dan

(14)

memiliki rasa untuk bisa bersaing dengan yang lainnya dan juga menumbuhkan otonomi diri mereka.

Pengasuhan yang sehat adalah pengasuhan yang tidak melibatkan kekerasan di dalamnya dan hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang di berikan oleh ibu yaitu

“berbicara dengan kata-kata yang baik dan halus terhadap anak” (FR) “merawat dengan sabar, memberikan kasih sayang kepada anak saya” (GB) Menciptakan suasana mengasuh dengan tidak menggunakan kata-kata dan tindakan kasar kepada anak, melindungi hak dan martabat meraka sebagai seorang manusia dengan memberikan perlindungan jauh dari kekerasan serta contoh untuk tidak melakukan kekerasan terhadap orang lain dan menghargai diri mereka sendiri.

Hal lain yang tidak sesuai dengan aspek-aspek di atas tetapi masuk kedalam aspek lainnya adalah ibu menerapkan pola pengasuhan demokratis untuk anaknya dan mengajarkan untuk cinta tanah air dan bangsa.

(15)

Hal lain yang tidak dapat masuk kedalam aspek manapun adalah tidak berlebihan dalam memenuhi kebutuhan anak, memberikan tauladan atau contoh yang baik, nasihat yang baik, memberikan kebutuhan dasar dan mengenal hal baik adalah contoh dari sebagian jawaban yang kurang jelas dan tidak dapat cocok pada aspek manapun.

4.3.1.2 Yang Sudah Orang Tua Lakukan Dalam Pengasuhan

Hal-hal yang sudah ibu lakukan dalam melakukan proses pengasuhan antaranya

Adanya memenuhi kebutuhan seperti gizi dan pendidikan, saling menyayangi, selalu menemani aktivitas anak, memperhatikan anak ketika bermain dan melindungi anak.

“memperhatikan kebiasaan bermain anak sehari-hari” (SZN) “selama ini saya menerapkan sebisa mungkin selalu menemani setiap aktifitas dan kegiatan anak saya dan saya sendiri yang selalu memberikan semua asupan nutrisi untuk anak saya” (IK) Para ibu sudah menerapkan dalam hal mengasuh seperti menemani aktivitas dan memperhatikan anak mereka, memberikan asupan nutrisinya. Pernyataan tersebut cocok untuk aspek praktik pengasuhan yaitu nurturing

(16)

atau mengasuh yaitu didalamnya terdapat adanya perasaan cinta yang positif, penerimaan orangtua dan sukacita terhadap anak. Ibu berusaha untuk memberikan kasih sayang dan cinta mereka serta waktu mereka untuk memperhatikan, mengurus, melindungi dan mendampingi disetiap aktivitas mereka. Menjadikan anak merasa aman, percaya diri, rasa memiliki dan sehat secara fisik dan emosi.

Selain adanya proses mengasuh, praktik pengasuhan yang sudah ibu lakukan adalah structuring atau penataan yaitu menciptakan lingkungan dengan kebiasaan atau rutinitas yang baik. Semua hal yang berhubungan dengan kebiasaan atau rutinitas yang baik yang akan ibu terapkan kepada anak mereka.

“Bangun pagi untuk pergi kesekolah, mengaji dan tidur jangan terlalu malam” (JHR)

“Saya menerapkan tentang aturan agama seperti sholat, doa - doa pendek serta menerapkan hidup sehat yaitu cuci tangan, berolahraga agar selalu sehat contohnya ngajak jalan pagi” (AML)

(17)

“Anak harus dapat melakukan merapikan mainannya sendiri, merapikan buku - bukunya; mengakui kesalahannya” (RTN)

Dalam hal ini, ibu lebih banyak untuk mengajarkan anak melakukan hal-hal yang dapat dilakukannya setiap hari, menjadikan anak mengenal kegiatan-kegiatan apa saja yang baik untuk mereka lakukan dan dijadikan sebagai suatu kebiasaan.

Stimulation atau stimulasi adalah aspek berikutnya yang menurut ibu penting ada didalam pengasuhan yaitu memberikan dukungan pembelajaran formal dan informal untuk anak mereka, didalamnya terdapat adanya dukungan untuk perkembangan kognitif, emosi dan sosial kompeten.

“kami melakukan game/permainan daya ingat, hitungan dan mengenal abjad dengan menggunakan gambar dan lagu” (SK)

“pemberian kasih sayang oleh kedua orangtua, pengenalan warna, bentuk, binatang, apapun yang ada di lingkungannya, pembelajaran moral/agama yang sesuai dengan usianya” (RW)

Ibu mencoba untuk memperkenalkan sejumlah pengetahuan kepada anak mereka seperti menghitung, membaca atau mengenal abjad, angka,

(18)

binatang dan warna. Menyekolahkan anak mereka juga untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan. Hal lain yang ibu ajarkan kepada anak mereka adalah dengan

“1. membiarkan bermain diluar dengan teman-temannya agar bisa bersosialisasi, 2. mengaji mengenal agama sejak dini, 3. berwisata alam bebas, 4. belajar berbagi” (H) Anak dibiarkan untuk berteman dengan seusianya untuk bersosialisasi, mengenal agama dan alam dengan berwisata dialam bebas agar kemampuan sosial mereka berkembang.

Recognition atau pengakuan dari orangtua terhadap dunia anaknya yaitu aspek selanjutnya yang ibu berpendapat bahwa hal ini penting karena adanya ketertarikan orangtua atas dunia yang dimiliki anak dan mencoba memberikan anak kesempatan untuk bisa mengambil keputusan dalam keluarga.

“membebaskan anak untuk berpendapat” (S) “saya berusaha untuk selalu mendengarkan dan merespon apa yang anak katakan” (FR)

(19)

“selama ini saya menerapkan sebisa mungkin selalu menemani setiap aktifitas dan kegiatan anak saya” (IK) Pernyataan tersebut cocok dengan aspek recognition karena adanya ketertarikan kepada dunia anak yaitu selalu menemani aktivitas yang anak lakukan, merespon apa yang anak katakana dan anak juga diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya dalam keluarga. Hal ini akan membuat anak menjadi lebih percaya diri, merasakan adanya rasa saling menghargai didalam keluarga dan anak juga tidak malu atau takut untuk menunjukan keinginan atau kemampuan mereka kepada orangtua mereka.

Empowerment atau pemberdayaan yang dimaksud adalah orang tua mempunyai kuasa untuk bisa mengembangkan kemampuan anak mereka untuk bisa lebih aktif dan bisa bersaing dengan teman-temannya adalah aspek selanjutnya yang ada dalam aspek praktik pengasuhan menurut ibu.

“Terus mendukung bakat yang sudah mulai terlihat dan kita coba arahkan” (DSY)

(20)

“saya memberikan aktivitas untuk hobi untuk mengisi waktu luangnya” (FR) Dalam hal ini ibu mencoba untuk memberi kesempatan anak untuk bisa mengembangkan bakat atau hobi yang mereka miliki agar anak memiliki kemampuan dan menumbuhkan rasa dapat bersaing dengan yang lainnya.

“saya berusaha untuk selalu mendengarkan dan merespon apa yang anak katakan, saya meberikan hadiah untuk hal baik yang ia lakukan, saya memberikan kesempatan pada anak untuk memperbaiki kesalahan walau sesekali juga diikuti dengan hukuman, saya kurang memberi kebebasan anak dalam beraktivitas dengan hal yang bersifat kotor/berantakan, saya memberikan aktivitas untuk hobi untuk mengisi waktu luangnya, saya selalu berusaha menepati janji pada anak” (FR)

Pernyataan diatas juga termasuk kedalam empowerment karena orangtua memberikan kesempatan pada anak untuk mengetahui yang benar dan salah dan mengajarkan anak juga untuk bisa menepati janji.

Banyak dari jawaban ibu yang tidak hanya masuk kedalam satu aspek tetapi diaspek yang lain juga karena adanya kemiripan arti dari indikator untuk bisa dimasukan kedalam satu aspek tertentu. Indikator lain yang tidak

(21)

dapat dimasukan kedalam aspek adalah memberikan uang jajan yang cukup kepada anak. Pada bagian ini (yang sudah diterapkan) ibu tidak mennyinggung tentang dalam pengasuhan tidak boleh adanya tindak kekerasan verbal maupun fisik pada anak tetapi ibu menyinggungnya pada pertanyaan cara mengasuh yang cocok untuk anak usia 4-6 tahun. Hal ini adalah perbedaan yang cukup terlihat antara apa yang ibu pikirkan dengan apa yang sudah ibu lakukan dalam pengasuhan.

4.3.2 Menurut Pendapat Bapak

4.3.2.1 Cara Mengasuh Yang Sesuai Untuk Anak 4-6 Tahun

Pada pertanyaan ini, aspek praktik pengasuhan yang muncul yaitu adanya nurturing, structuring, stimulation, recognition, empowerment.

Dalam nurturing atau mengasuh pada jawaban bapak terdapat adanya kasih sayang, perhatian terutama ketika anak sakit, cinta, kedekatan dengan anak, sabar, memberikan asupan gizi, menjaga dari makanan dan penyakit, luangkan waktu.

“memberikan kasih sayang dan perlindungan serta perhatian kepada anak seperti merawat anak ketika sakit” (IKN)

(22)

“luangkan waktu yang lebih dan perhatian kepada anak” (SH) “anak selalu diperhatikan dan dijaga dari pola makan dan minumnya” (DD) Pernyataan tersebut cocok untuk aspek nurturing atau mengasuh karena didalam nurturing terdapat perasaan cinta yang positif (kasih sayang), penerimaan orangtua atas anaknya (memberikan perlindungan, perhatian, merawat ketika sakit dan dijaga dalam hal pola makan dan minum serta rasa sukacita terhadap anak (meluangkan waktu lebih mereka untuk anak).

Structuring atau penataan adalah aspek selanjutnya. Aspek ini pada bapak merupakan aspek yang paling banyak disebutkan dalam memilih cara yang sesuai untuk anak 4-6 tahun.

“menanamkan kebiasaan bertanggung jawab atas dirinya sendiri (mandi, belajar dll), menanamkan ajaran agama yang baik (mengaji, sholat dll)” (ABA) “tata krama dalam berbicara dan kedisiplinan” (SKN)

(23)

“Disiplin, rajin, dan jujur” (AR) Pernyataan tersebut cocok pada aspek structuring karena structuring adalah menciptakan rutinitas dan kebiasaan yang baik yang didalamnya mengandung nilai-nilai dan norma. Pada pernyataan tersebut, bapak membiasakan anak untuk bisa bertanggung jawab untuk bisa melakukan hal-hal sederhana seperti mandi dan belajar sendiri, mengenalkan ajaran agama seperti mengajarinya mengaji dan sholat, anak memiliki tata karma dalam berbicara dan kedisiplinan, rajin dan jujur pada apa yang dia lakukan.

Stimulation atau stimulasi adalah aspek berikutnya yaitu adanya proses pembelajaran dari pendidikan formal dan informal.

“bermain sambil belajar” (DAP) “Menjaga kemandirian, menciptakan keberanian dan memunculkan kepercayaan diri” (AGN) “perbanyak bermain (usia 4-6 tahun adalah masa bermain)” (AR)

(24)

Pernyataan tersebut cocok pada aspek stimulation karena ketiga pernyataan tersebut mengacu pada pendidikan informal yang orangtua kasih kepada anak mereka. Pendidikan itu akan meningkatkan perkembangan kognitif, sosial kompetensi yang dibutuhkan anak untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungan dan teman-temannya.

Recognition atau pengakuan adalah aspek selanjutnya yaitu adanya pengakuan dari orangtua terhadap anaknya dengan ditandai adanya ketertarikan orangtua pada dunia atau kegiatan anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa memberikan pendapat mereka dalam keluarga.

“konsep keterbukaan: anak diajarkan untuk memberikan pendapat dan orangtua mendengarkan” (HQ) “interaksi langsung dengan kedua orang tua tanpa dipengaruhi oleh orang lain” (HP) “mengikuti kemauan anak jika tidak sesuai diarahkan ke hal yang seharusnya dilakukan” (HR)

(25)

Pernyataan tersebut cocok untuk aspek recognition karena adanya interaksi antara orangtua dan anak tanpa dipengaruhi orang lain. Jawaban itu menyatakan bahwa orangtua mengakui anak mereka dengan berinteraksi langsung kepada anak mereka. Mengikuti kemauan anak walaupun tidak secara spesifik mengikuti seperti apa tapi hal itu termasuk kedalam ketertarikan orangtua kepada apa yang anak lakukan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk memberikan pendapat mereka dalam keluarga, hal ini menyatakan bahwa orangtua memberikan respon kepada anak untuk bisa terbuka.

Empowerment atau pemberdayaan adalah aspek selanjutnya yaitu orangtua memiliki kuasa atas anak mereka untuk bisa meningkatkan kemampuan yang anak mereka miliki.

“tidak melarang tindakan yang belum anak coba, punishment dan reward yang adil dan wajar” (RV) “biarkan ia bereksplorasi namun tetap diberikan arahan yang baik” (YD)

(26)

“perbanyak bermain (usia 4-6 tahun adalah masa bermain), tidak memaksakan keinginan orangtua” (AR) Pernyatan tersebut cocok pada aspek empowerment yaitu tidak melarang tindakan anak yang belum dicoba dengan arti membiarkan anak bereksplorasi dan orangtua tidak memekasakan kehendak mereka kepada anak mereka agar anak lebih aktif dalam mengembangkan kemampuan mereka dan dapat bersaing dengan teman atau dengan orang lainnya.

Indikator lain yang disebutkan oleh pihak bapak tetapi tidak bisa masuk kedalam aspek praktik pengasuhan diantaranya agamais dan memberi nafkah, karena tidak secara spesifik menyebutkan agamais dan nafkah seperti apa yang orangtua maksud. Mendidik tanpa kekerasan merupakan jawaban yang tidak bisa dimasukan kedalam aspek free from violence karena tidak dijelaskan lebih jauh kekerasan dan didikan seperti apa yang pihak bapak maksudkan.

4.3.2.2 Yang Sudah Diterapkan Dalam Pengasuhan

Pada pertanyaan ini, aspek yang muncul sama dengan cara mengasuh yang sesuai untuk anak prasekolah yaitu adanya nurturing, structuring, stimulation, recognition dan empowerment.

(27)

Hal-hal yang sudah pihak bapak lakukan dalam pengasuhan adalah yang pertama pada nurturing adanya kasih sayang.

“kasih sayang, moral/agama (dasar), bersahabat teman seusianya” (HS) Indikator yang sesuai dengan aspek nurturing adalah memberikan kasih sayang terhadap anak. Hal itu sesuai dengan pernyataan diatas, hanya kasih sayang yang muncul dari jawaban pihak bapak dalam nurturing ini karena banyak jawaban tidak memberikan keterangan lebih jelas tindakan seperti apa yang telah bapak lakukan dalam proses pengasuhan seperti memberikan perhatian, melindungi dan mendampingi anak, memahami dan mengerti sesuai keinginannya.

Structuring atau penataan adalah aspek selanjutnya yang muncul pada jawaban dari pihak bapak dalam apa yang telah mereka lakukan dalam pengasuhan.

“membiasakan anak bertanggung jawab dengan dirinya sendiri (mandi, sekolah dll), mendorong anak untuk menjalankan ajaran agama (sholat dan mengaji)” (ABA)

(28)

“Anak ikut shalat berjamaah, memanggil orang tua dengan santun dan menyelesaikan pr dari sekolah.” (SKN) “Bangun pagi, mengaji, dan baca doa sebelum tidur” (GWN) “Karena saya kerja gak banyak yang saya terapkan secara langsung paling kalo lagi dirumah nerapin buat ngajarin sholat, mengajarkan dia buat selalu tanggung jawab kalo lagi dikasih pr dari sekolah, jangan nakal dan harus jadi anak baik dirumah, disekolah atau dimanapun” (MR) Pernyataan tersebut cocok dengan aspek structuring atau penataan karena structuring adalah menciptakan lingkungan dengan rutinitas dan kebiasaan yang baik seperti membiasakan untuk bertanggung jawab mengerjakan pr dari sekolah, sholat berjamaah, bangun pagi, mengaji dan selalu baca doa sebelum tidur, memanggil orangtua dengan sopan dan santun, dan jangan menjadi anak yang nakal. Anak diberi pengetahuan tentang hal baik yang harus mereka lakukan yaitu dengan menanamkan nilai dan norma seperti yang sudah dijelaskan diatas.

(29)

Stimulation atau stimulasi adalah aspek berikutnya yaitu memberikan pembelajaran pada anak tentang pendidikan formal dan informal.

“Disekolahkan, di prifat kan (pelajaran tambahan), mengaji” (R) “mengenalkan angka dan abjad dan mengajarkan menggambar” (SH) “Selalu salam ketika bertemu orang lain, selalu ucapkan terima kasih jika menerima sesuatu, selalu berdoa sesudah dan sebelum makan” (DK) “Belajar mandi sendiri, memakai baju sendiri, merapikan mainannya, pengenalan kepada orang lain” (AGN) Pernyataan tersebut cocok dengan aspek stimulation karena orangtua (bapak) sudah memberikan pendidikan formal maupun informal kepada anak mereka yang akan berdampak pada kemampuan kognitif, emosional dan sosial kompetensi anak dan anak juga diberi kesempatan untuk bisa melakukan hal yang orang dewasa lakukan yaitu mandi, berpakaian sendiri.

(30)

Recognition atau penngakuan adalah aspek selanjutnya yaitu menunjukan rasa ketertarikan pada dunia anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa memberikan pendapatnya dalam keluarga.

“menjadi teman bermain dan pendidik bagi anak” (AS) “menjadi teman untuk berdiskusi, diberikan kepercayaan untuk berbuat sesuatu” (RV) Pernyataan tersebut cocok dengan aspek recognition karena orang tua berusaha untuk menjadi sosok teman mainnya, teman untuk berdiskusi dan seorang pendidik bagi anak adalah perbuatan menunjukan bahwa orangtua mengakui dan tertarik dengan aktivitas anak dan anak merasa diterima oleh orangtuanya dengan selalu merespon tindakan dan pendapatnya. Hal itu akan membuat anak menjadi sosok yang penuh percaya diri, menghargai sesama anggota keluarga.

Empowerment atau pemberdayaan adalah aspek terakhir yang muncul dari jawaban yang pihak bapak berikan yaitu orangtua mempunyai pengaruh atau kuasa atas anak mereka untuk bisa meningkatkan kemampuan anak dan menjadikan anak lebih aktif dalam melakukan kegiatan-kegitannya.

(31)

“mengenalkan alam dan lingkungan” (A) “membebaskan anak untuk bermain” (AR) “Jangan larang, biarkan ia bereksplorasi namun tetap diberikan arahan yang baik” (YD) Pernyataan tersebut cocok dengan aspek empowerment yaitu meningkatkan kemampuan anak dengan membebaskan anak untuk mengeksplor lingkungan dan alam, membebaskan anak untuk bisa bersosialisasi dengan temannya. Hal itu akan menjadikan anak sosok yang mandiri, mempunyai kesempatan untuk bisa bersaing dengan yang lain dan timpulnya regulasi diri pada anak. Indikator lain yang muncul tetapi tidak cocok dengan aspek praktik pengasuhan adalah mencari nafkah, imam keluarga dan permainan ketangkasan.

Secara keseluruhan jawaban dari pihak bapak, banyak jawaban yang tidak cocok dengan aspek yang ada karena tidak secara spesifik menjelaskan seperti apa hal itu, contohnya memberikan yang terbaik, mencukupi dan menyiapkan kebutuhannya, melindungi dan mendampingi anak adalah sebagian jawaban yang kurang jelas dalam mendekripsikannya sehingga tidak

(32)

bisa cocok kedalam aspek praktik pengasuhan. Jawaban bapak pun kurang sesuai antara konsep yang mereka pikirkan dengan apa yang telah mereka terapakan kepada anak mereka. Perbedaan paling mencolok antara cara yang sesuai dengan perilaku yang sudah dilakukan terletak pada nurturing atau mengasuh, dalam cara yang sesuai bapak berpendapat bahwa mengasuh itu adanya kasih sayang, perhatian, cinta, kesabaran, meluangkan waktu mereka, menjaga pola makan dan asupan gizi anak tetapi pada perilaku yang sudah dilakukan mereka hanya menyinggung tentang kasih sayang saja. Tetapi hal itu juga terjadi karena sebagian jawaban tidak menjelaskan secara detail seperti apa perilakunya sehingga tidak dapat dimasukan atau dicocokan pada aspek nurturing.

4.3.3 Perbedaan Hasil Antar Pertanyaan

Pada ibu perbedaan pertama terlihat pada letak urutan empowerment dan recognition. Pada pertanyaan “cara mengasuh yang sesuai” posisi recognition terlebih dahulu lalu empowerment dan pada pertanyaan “apa yang sudah mereka lakukan” empowerment dahulu lalu recognition, lalu perbedaan kedua pada pertanyaan “cara mengasuh yang sesuai” ibu menyebutkan free from violence tetapi pada pertanyaan “apa yang telah mereka lakukan” tidak ada free from violence. sedangkan urutan yang lainnya sama yaitu pertama structuring, kedua stimulation, ketiga nurturing, terakhir aspek lain.

(33)

Pada bapak terlihat dari perbedaan urutan terpenting setelah structuring. Pertanyaan “cara mengasuh yang sesuai” memiliki urutan terpenting seperti nurturing, stimulation, recognition, empowerment, aspek lain, sedangkan pertanyaan “apa yang sudah mereka lakukan” memiliki urutan seperti stimulation, recognition, aspek lain, empowerment, nurturing. Pada bapak tidak ada menyinggung tentang kekerasan atau free from violence

4.3.4 Perbandingan Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja

Secara keseluruhan ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja tidak memiliki perbedaan, karena didapat bahwa cara mengasuh yang sesuai menurut ibu yang utama adalah dengan adanya pendidikan karakter atau pemberian peraturan dan kebiasaan baik untuk anak (structuring), lalu disusul dengan ada nurturing atau mengasuh dengan kasih sayang, cinta, perhatian dan lainnya, pemberian pendidikan formal dan informal (stimulation), empowerment atau usaha orang tua dalam memberikan pengaruh pada anak, pengakuan terhadapa anak (recognition), tidak adanya kekerasan (free from violence), terakhir aspek lain (memberikan pola asuh yang baik).

(34)

4.3.5 Perbandingan Pendidikan Orang Tua Muda

Secara keseluruhan dapat di lihat bahwa pendidikan yang di miliki orang tua tidak terlalu berpengaruh pada bagaimana mereka memilih cara yang tepat untuk mengasuh anak mereka. Pendidikan ibu dan bapak pada penelitian ini memiliki variasi yaitu dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK/STM, D3/D1, S1, S2.

Pihak ibu di lihat dari seluruh variasi pendidikan di dapat bahwa semua ibu berpendapat menamakan pendidikan karakter atau kebiasaan dan peraturan yang baik adalah hal yang mereka anggap sesuai untuk di berikan kepada anak mereka (4-6 tahun) adalah hal yang paling penting di lihat dari banyaknya jawaban tentang structuring ini, tetapi jika di lihat secara kualitas masing-masing orang tua memiliki kualitas tersendiri dalam mendidik anaknya terutama dalam pemberian structuring, ibu yang berpendidikan SD hanya menghawatirkan anaknya nakal ketika bermain dengan temannya

“kalau diluar gak boleh nakal, jangan jail, kalau main diam dan gak main aneh-aneh” Hal ini berbeda di bandingkan dengan jawaban ibu yang memiliki pendidikan D3 lebih mengajari anak untuk mengenal aturan agama, hidup sehat.

“Saya menerapkan tentang aturan agama seperti sholat, doa - doa pendek serta menerapkan hidup sehat yaitu cuci tangan, berolahraga agar selalu sehat contohnya ngajak jalan pagi”

(35)

Perbedaan tersebut terlihat sekali bahwa ibu yang berpendidikan SD hanya berfokus pada melarang si anak untuk tidak melakukan tindakann yang tidak diinginkan, berbeda dengan ibu yang berpendidikan D3, dia memberi kesempatan anak untuk mengetahui dan menjalani kegiatan yang bermanfaat untuk dirinya.

Hal berikutnya yang menurut ibu penting berbeda bedasarkan variasi pendidikan, seperti tingkatan SMP ibu menempatkan stimulation setelah structuring. Stimulation pada ibu yang berpendidikan SMP memiliki kualitas yang berbeda dengan ibu tingkat pendidikan S1.

“bermain sambil belajar” (SMP) “kami melakukan game/permainan daya ingat, hitungan dan mengenal abjad dengan menggunakan gambar dan lagu” (S1) Perbedaan terlihat dari kegiatan yang dilakukan bahwa ibu yang berpendidikan SMP hanya memberikan pelajaran sambil bermain tetapi pada ibu yang berpendidikan S1 memberikan kegiatan bermain game yang merangsang daya ingat, mencoba untuk mengenal hitungan dan abjad lewat metode gambar dan lagu yang disukai oleh anak-anak sehingga anak mudah untuk mengerti.

Tingkat SMA posisi setelah structuring ada empowerment (memberikan pengaruh kepada anak). Empowerment pada ibu berpendidikan SMA sama dengan ibu yang berpendidikan S2.

(36)

“Terus mendukung bakat yang sudah mulai terlihat dan kita coba arahkan” (SMA)

“Anak saya izinkan bebas memilih dalam batasan yang jelas” (S2) Ibu berpendidikan SMA dan S2 memiliki kesamaan yaitu mendukung yang anak inginkan dan mencoba untuk meningkatkan kemampuan yang anak miliki.

nurturing dan stimulation, recognition, terakhir aspek lain (cinta terhadap tanah air dan bangsa) pada ibu tingkat pendidikan SMA, pada tingkat D3/D1 ada nurturing. Kualitas Nurturing pada ibu berpendidikan D3/D1 sedikit berbeda dengan ibu yang berpendidikan S1.

“saling menyayangi sesama saudara” (D1/D3) “merawat dengan sabar, memberikan kasih sayang kepada anak saya, pengasuh juga harus bersih supaya anak saya juga mengikuti pengasuh yang selalu bersih” (S1)

Ibu yang berpendidikan D1/D3 hanya memikirkan memberikan kasih sayang dalam keluarga, sedangkan ibu yang berpendidikan S1 memikirkan bagaimana memberikan kasih sayang juga merawat dan menjaga kebersihan anak agar terjaga kesehatannya.

dan free from violence pada ibu D1/D3 sama dengan ibu S1

(37)

“mendidik tanpa kekerasan” (D1/D3)

Pernyataan tersebut sama karena kedua ibu berpikir bahwa merawat dan mendidik dengan sabar dan tidak dengan kekerasan adalah hal penting didalam pengasuhan.

Tingkat S1 ada nurturing, stimulation, empowerment, recognition. Recognition pada ibu S1 berbeda dengan ibu SMA

“memberikan kesempatan anak berpendapat” (S1) “merespon dan mendengarkan anak, menjadi sahabat bagi anak dan melakukan diskusi dengan anak” (SMA) Ibu S1 hanya membiarkan anak untuk bisa berpendapat dalam keluarga tetapi tidak berusaha untuk menjadi sosok yang dekat dengan anak dan melakukan diskusi untuk mengetahui pemikiran masing-masing yang ibu SMA lakukan, dan setelah recognition ada free from violence, tingkat S2 ada empowerment setelah structuring.

Pihak bapak variasi pendidikan dari SD sampai S1 berpendapat bahwa structuring adalah cara yang paling penting dalam mengasuh anak, sedangkan pada tingkatan S2 berpendapat bahwa recognition adalah cara yang paling sesuai dalam pengasuhan untuk anak mereka.

(38)

Structuring pada bapak berpendidikan SD dengan SMA sangat berbeda.

“kalau main gak boleh nakal terus gak boleh cengeng sama temen sama-sama gak boleh berantem dan merebut main punya temen” (SD) “belajar untuk tanggung jawab, belajar untuk menyayangi sesama dan mahluk hidup lainnya”(SMA) Pada bapak berpendidikan SD kualitas structuring-nya hanya pada larangan anak tidak melakukan tindakan yang tidak diinginkan, sedangkan pada bapak SMA kualitas structuring-nya berfokus pada membuat anak menjadi pribadi yang lebih baik dengan mengajarkan anak untuk bisa mulai bertangung jawab, menyayangi sesama.

Hal lain yang sesuai dalam mengasuh anak 4-6 tahun menurut bapak dilihat dari tingkat pendidikan adalah pada tingkat SD ada nurturing, nurturing bapak tingkat SD berbeda dengan bapak tingkat SMA

“memberikan kasih sayang dan perlindungan serta perhatian kepada anak seperti merawat anak ketika sakit” (SD) “anak selalu diperhatikan dan dijaga dari pola makan dan minumnya” (SMA) Pernyataan tersebut menandakan perbedaan kualitas nurturing bahwa bagi bapak tingkat SD memberi pengasuhan yaitu memberikan kasih sayang, perhatian dan perlindungan yang berarti bahwa bapak memperhatikan kualitas kesejahteraan batin si anak tetapi bagi bapak tingkat SMA memberi pengasuhan

(39)

hanya dengan memperhatikan dan menjaga pola makan dan minum, hal ini hanya melihat pada kesehatan fisik si anak saja. dan aspek lain (mencari nafkah) pada bapak berpendidikan SD, pada tingkat SMP ada stimulation, stimulation pada bapak tingkat SMP berbeda dengan bapak tingkat S1 dan tingkat SMA

“mengenalkan angka, abjad, mengambar dan menyekolahkan” (SMA) “menyekolahkan”(S1) “bermain sambil belajar” (SMP) Pernyataan tersebut terlihat bahwa tingkat pendidikan bapak tidak menjamin kualitas dari stimulation yang diberikan. Bapak tingkat SMA berpikir bahwa memberikan stimulation tidak hanya memberikan pendidikan formal anak tetapi juga orang tua khususnya bapak membantu memberikan pendidikan informal kepada anak. Berbeda dengan bapak tingkat S1 yang berpikir bahwa memberikan stimulation pada anak hanya dengan menyekolahkan atau memberikan pendidikan formal pada anak. Sedangkan bapak tingkat SMP berpikir bahwa memberikan stimulation pada anak yaitu dengan metode belajar sambil bermain. lalu pada tingkat SMA ada stimulation, nurturing, empowerment, recognition, aspek lain (menafkahi, agamais, cinta tanah air), lalu pada tingkatan D3 ada nurturing dan empowerment, empowerment pada bapak tingkat D3 memiliki sedikit kesamaan dengan tingkat SMA dan S2 tetapi berbeda dengan S1

“tidak memaksakan keinginan orang tua, dan membebaskan untuk bermain” (D3)

(40)

“tidak melarang tindakan yang belum dicoba anak” (S2) “tidak berorientasi pada nilai dan mengenalkan alam dan lingkungan” (S1) “jangan larang anak, biarkan ia bereksplorasi namun diarahkan” (SMA) Bapak pada tingkat D3, SMA, dan S2 memiliki kesamaan yaitu tidak melarang dan membebaskan anak untuk mengeksplor tindakan yang belum pernah dilakukannya. Tetapi pada bapak S1 berbeda yaitu mencoba untuk mengenalkan anak pada hal yang belum dia tau dan tidak berorientasi pada nilai.

Pada tingkatan S1 ada nurturing, stimulation, empowerment, recognition. Recognition pada bapak tingkat S1 berbeda dengan bapak tingkat SMA dan S2

“teman diskusi dan teman bermain, terbuka dalam berpendapat dan berinteraksi langsung dengan kedua orang tua” (S2) “anak dibiarkan berpendapat” (S1) “pendekatan yang intensif kepada anak,” (SMA) Kualitas recognition antar bapak berdasarkan pendidikan terlihat bagaimana bapak pada tingkat S2 berusaha untuk menjadi sosok yang selalu ada untuk anaknya dan memberikan kesempatan anak untuk bisa terbuka kepada orang tuanya, tetapi pada bapak pada tingkat S1 hanya membiarkan anak untuk bisa memberikan pendapatnya dikeluarga dan untuk bapak dengan tingkat SMA hanya melakukan pendekatan intensif dengan anak mereka agar lebih dekat dan aspek

(41)

lain (permainan ketangkasan), pada tingkatan S2 ada structuring, nurturing, empowerment dan aspek lain.

4.3.6 Perbandingan Antara Ibu dan Bapak

Secara keseluruhan pertanyaan dan jawaban antara ibu dan bapak didapat bahwa ibu dan bapak memiliki kesamaan pada aspek structuring atau penataan yaitu menerapkan kebiasaan dan rutinitas yang baik termasuk di dalamnya ada peraturan yang orangtua terapkan, kebiasaan-kebiasaan yang harus anak lakukan dalam kesehariannya dengan kata lain memberikan pendidikan karakter kepada anak karena structuring paling mendominasi diantara aspek yang lainnya.

Perbedaan antara bapak dan ibu yang paling terlihat adalah pada ibu terdapat aspek free from violence (“berbicara dengan halus, baik dan merawat dengan sabar”) sedangkan pada bapak tidak. Perbedaan lainnya terletak pada urutan aspek terpenting menurut ibu dan bapak dilihat dari banyaknya jawaban yang cocok pada aspek tersebut yaitu menurut bapak urutan kedua ada pada aspek nurturing (kasih sayang, kehangatan dan cinta), lalu ada recognition (pengakuan orangtua dan ketertarikan terhadap dunia anak), selanjutnya ada empowerment (memberikan pengaruh kepada anak), ada aspek lainnya (menafkahi, suatu pekerjaan, imam keluarga), selanjutnya stimulation (pendidikan formal dan informal). Sedangkan pada ibu urutan kedua ada stimulation (pendidikan formal dan informal), ketiga nurturing (kasih sayang, kehangatan dan cinta), lalu yang

(42)

ada keempat recognition (pengakuan orangtua dan ketertarikan terhadap dunia anak), kelima empowerment (memberikan pengaruh kepada anak), aspek lainnya (cinta tanah air dan bangsa, menyamakan pola asuh, pekerjaan dan pembelajaran yang tidak berkesudahan) dan yang terakhir ada aspek free „from violence (berbicara dengan halus, baik dan merawat dengan sabar).

Gambar 4.3.3.1 Perbedaan Antar Ibu dan Bapak

14 37 18 9 10 2 4 11 24 4 8 6 0 5 ibu bapak

Gambar

Gambar 4.2.1.1.1 Cara Mengasuh Yang Sesuai Menurut Ibu
Gambar 4.2.1.2.1 Yang Sudah di lakukan Ibu
Gambar 4.2.2.2.1 Cara Mengasuh Yang Sesuai Menurut Bapak
Gambar 4.2.2.3.1 Yang Sudah di lakukan Bapak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti rerata kadar progesteron pada kedua kelompok setelah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna ( P <0,05) yang mengindikasikan bahwa pemberian

Itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang Undang Hukum Perdata merupakan ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian, artinya pelaksanaan perjanjian

Jika Puskesmas menggunakan dana BOK sebesar 30%, sisanya 70% dibagi ke Posyandu dibawah koordinasi Puskesmas tersebut yang rata-rata jumlahnya 100 Posyandu maka setiap Posyandu

Pada bab objek penelitian, penulis membahas mengenai Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah DKI Jakarta, bahasan yang akan diuraikan meliputi sejarah singkat mengenai

Penelitian dilaksanakan berdasar atas survei data sekunder, yaitu Laporan Tahunan (2008-2012) Perbankan Umum Syariah yang sudah berbentuk PT dan terdaftar di Bank

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan yang signifikan pada modulus elastisitas thermoplastic nylon sebagai bahan basis gigi tiruan antara konsentrasi

Variabel dalam penelitian ini adalah faktor kebijakan perusahaan ditekankan pada kebijakan manajemen keuangan yang meliputi kebijakan pendanaan diproksi dengan leverage keuangan,

bahwa untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi Fiskal telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25|PMK.0712011 tentang